Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 21 Oktober 2017

Warga Solo Rebutan Gunungan Grebeg Syawal

Solo, Sang Pencerah Muslim. Seperti halnya di Yogyakarta yang menggelar Grebeg Syawal, Keraton Solo mengadakan upacara serupa yang dihelat di halaman depan Masjid Agung Solo, Jumat (9/8). Acara dimulai dengan kirab prajurit Keraton Solo dari  halaman Keraton Solo menuju Masjid Agung Solo.

Barisan prajurit Keraton Solo yang berpakaian warna hitam itu berjalan diiringi tabuhan drum band (Corobalen) khas Keraton Solo. Di belakang arakan prajurit, diarak dua gunungan besar yang diusung beberapa abdi dalem.

Warga Solo Rebutan Gunungan Grebeg Syawal (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga Solo Rebutan Gunungan Grebeg Syawal (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga Solo Rebutan Gunungan Grebeg Syawal

Dua gunungan itu masing-masing bernama jaler dan estri (laki-laki dan perempuan). Gunungan berbentuk lancip menyerupai tumpeng yang berisi berbagai sayuran seperti kacang, wortel dan terung itu bernama jaler. Sedangkan gunungan estri berbentuk agak bulat menyerupai kubah yang berisi rengginang.

Sang Pencerah Muslim

Sesampainya di Masjid Agung, dua gunungan itu diletakkan di halaman masjid. Gunungan itu didoakan oleh Tafsir Anom atau takmir Masjid Agung. Usai didoakan ratusan warga menyerbu gunungan

Sang Pencerah Muslim

Dengan berharap berkah, mereka berebut mengambil rengginang yang habis dalam waktu sekejab. Bahkan sebagian warga masih mencari sisa-sisa rengginang meski kerangka gunungan telah diambil.

“Ini merupakan ritual tahunan sebagai wujud kedekatan Keraton Solo dengan masyarakat dan Masjid Agung. Isi gunungan itu semuanya hasil bumi,” jelas Kerabat Keraton, KRMH Satriyo Hadinagoro.

Sementara itu, gunungan jaler diarak kembali oleh abdi dalem menuju halaman Keraton Solo. Ratusan warga yang menunggu gunungan tersebut langsung berebut mengambil sayur-sayuran hasil bumi itu. “Saya mengambil kacang panjang dengan harapan bisa sehat dan selamat,” ucap Slamet, salah satu warga. 

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Ajie Najmuddin

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Nusantara, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Kamis, 12 Oktober 2017

Kang Said: Lulusan Pesantren Harus Warnai Kehidupan Masyarakat

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, menekankan pentingnya setiap lulusan pesantren bisa membawa manfaat bagi masyarakat.

Menambah warna dalam khazanah kehidupan bermasyarakat minimal harus bisa dilakukan. ? "Dengan ilmu dan pengalaman hidup dari pesantren, minimal setiap santri harus bisa mewarnai kehidupan masyarakat di mana dia tinggal," kata Kiai Said di Jakarta, Selasa (22/1). Pesan yang sama disampaikan Kiai Said dalam sambutannya di acara Haul Kiai Aqil Siroj ke 23 di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (19/1) malam.?

Kang Said: Lulusan Pesantren Harus Warnai Kehidupan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)
Kang Said: Lulusan Pesantren Harus Warnai Kehidupan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)

Kang Said: Lulusan Pesantren Harus Warnai Kehidupan Masyarakat

Haul Kiai Siroj dilaksanakan dengan dibarengi khataman Alfiyah (kitab gramatika Arab) untuk 30 santri.?

Bisa memberikan warna dalam kehidupan bermasyarakat, lanjut Kiai Said, tak lain adalah penerapan visi dan misi seorang santri atas pendidikan yang sudah dijalaninya di pesantren. Pendidikan di pesantren diuraikannya tidak sebatas menimba ilmu keagamaan, melainkan juga akhlak, etika, dan moral, kemandirian, serta persaudaraan.?

Sang Pencerah Muslim

"Setiap lulusan pesantren adalah calon Kiai, calon Nyai, jadi memang harus bermanfaat untuk masyarakat," tambah Kang Said, demikian Kiai Said disapa dalam kesehariannya.?

Khusus di Pesantren Kempek, masih kata Kang Said, pendidikan dilakukan dengan memadukan metode klasik ala pesantren dan modern. Pendidikan keagamaan dilaksanakan pagi, sedangkan siang dan sore pendidikan umum setingkat Tsanawiyah, dan Aliyah.?

Sang Pencerah Muslim

"Kitab yang berat-berat pagi, siang dan sorenya di Tsanawiyah dan Aliyah," tuntasnya.?

Selain wali santri dan alumni, acara Haul Kiai Aqil Siroj serta khataman Alfiyah juga dihadiri oleh Menteri Perumahan Rakyat Djan Farid, di mana kehadirannya juga untuk memantau pembangunan tahap akhir rumah susun sistem sewa (Rusunawa) di area pesantren.?

Redaktur ? : Mukafi Niam

Kontributor: Samsul Hadi

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Syariah, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 12 Agustus 2017

Ansor Pikatan Sosialisasikan Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Ranting GP Ansor Desa Pikatan Kecamatan Gending Kab Probolinggo menggelar sosialisasi pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk kebun gizi keluarga untuk masyarakat,? Senin (21/1)? ?

Ansor Pikatan Sosialisasikan Pemanfaatan Lahan Pekarangan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Pikatan Sosialisasikan Pemanfaatan Lahan Pekarangan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor Pikatan Sosialisasikan Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Dalam sosialisasi pemanfaatan lahan pekarangan rumah tersebut juga dikupas tentang kiat-kiat untuk memperoleh tambahan penghasilan seperti wirausaha individu maupun kelompok. Contohnya, pemenuhan kebutuhan lauk pauk yang diharapkan bisa diperoleh di lingkungan sekitar rumah sendiri.

Kegiatan yang dihadiri oleh segenap pengurus Pimpinan Ranting GP Ansor Desa Pikatan ini dibuka secara resmi oleh Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Kecamatan Gending Muslimin Saba’.

Sang Pencerah Muslim

Ketua Pimpinan Ranting GP Ansor Desa Pikatan Mahmud Yunus mengatakan kegiatan ini digelar sebagai upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Nahdliyin melalui pemanfaatan lahan pekarangan rumah sebagai kebun gizi keluarga.

Sang Pencerah Muslim

Semoga melalui kegiatan ini masyarakat dapat termotivasi untuk bercocok tanam dengan cara membuat kebun gizi yang hasilnya dapat membantu meringankan beban kebutuhan hidup sehari-hari,” ujarnya.

Sementara Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Gending Muslimin Saba’ mengungkapkan kegiatan ini merupakan salah langkah yang dilakukan oleh GP Ansor untuk mendukung program pemerintah berupa pemanfaatan lahan pekarangan rumah dengan menanam berbagai macam sayur-sayuran organik yang dapat menciptakan pangan yang aman, memberikan nilai ekonomis yang tinggi dan meningkatkan status bergizi bagi gizi keluarga.

“Hal ini juga sebagai upaya untuk pemenuhan pangan rumah tangga dalam pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan aman serta peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat,” ungkapnya.

Menurut Muslimin, kegiatan tersebut merupakan salah satu agenda sosialisasi atas keberperanan GP Ansor pada masyarakat petani. Sehingga petani mampu memanfaatkan lahan pekarangan secara intensif dengan beraneka ragam komoditas untuk kebun gizi keluarga.

“Selama ini kami sudah menjalin komunikasi yang baik dengan petugas pertanian kecamatan. Namun kami tetap berharap semoga Dinas Pertanian dapat membantu kesuksesan program tersebut,” pungkasnya.

Kontributor: Syamsul Akbar

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, AlaNu, Pondok Pesantren Sang Pencerah Muslim

Kamis, 10 Agustus 2017

Pagar Nusa akan Gelar Kongres Pertamanya

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Langkah Lembaga Pencak Silat Pagar Nusa untuk menjadi badan otonom semakin mantap dengan rencana digelarnya kongres pertama pada 19-22 Juli 2007 mendatang di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Kepastian pelaksanaan kongres ini diputuskan dalam rapat bersama antara panitia pengarah dan panitia pelaksana, yang telah dibentuk oleh PBNU sebelumnya, di kantor PBNU, Kamis (26/4). Hadir dalam acara tersebut, Ketua PBNU H. Ahmad Bagdja, Wasekjen Taufik R. Abdullah, dan Prof. Cecep Syarifuddin, salah seorang panitia pengarah, Ketua Panitia Pelaksana H. Fuad Anwar dan perwakilan dari Pagar Nusa Jabar dan Jateng.

Pagar Nusa akan Gelar Kongres Pertamanya (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagar Nusa akan Gelar Kongres Pertamanya (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagar Nusa akan Gelar Kongres Pertamanya

Bagdja menjelaskan perubahan status dari lembaga NU menjadi badan otonom untuk memperluas gerak Pagar Nusa dalam menjalankan aktifitasnya. Status sebagai badan otonom memungkinkan organisasi ini mengatur urusan internalnya sendiri sementara lembaga NU harus mengikuti seluruh kebijakan PBNU.

Sebelumnya sudah digelar acara Pra Kongres yang diselenggarakan pada 24-25 September 2005 di Ponpes Ciganjur Jakarta dengan agenda membahan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT), namun oleh para peserta dirubah sekaligus menjadi kongres I, namun tidak diakui oleh PBNU karena tidak sesuai dengan prosedur pembentukan organisasi.

Meskipun dianggap tidak sah oleh PBNU, namun hal ini telah menimbulkan situasi disorganisasi dalam tubuh Pagar Nusa di berbagai daerah. PCNU masih merasa memiliki wewenang untuk membentuk Pagar Nusa sementara Pengurus Wilayah Pagar Nusa juga merasa memiliki wewenang yang sama.

Sang Pencerah Muslim

Fuad Anwar menjelaskan saat ini terdapat 16 Pengurus Wilayah Pagar Nusa yang aktif, namun terdapat juga cabang yang sudah berdiri sementara wilayahnya belum ada seperti di Kab. Jayapura Papua.

Untuk mempercepat perkembangan Pagar Nusa terutama di luar Jawa, nantinya akan diundang para pengurus wilayah yang dianggap nantinya bisa mengembangkan Pagar Nusa di daerahnya.

Persoalan lain yang akan dibahas dalam kongres adalah ketentuan bahwa organisasi silat yang masuk dalam Pagar Nusa harus meleburkan diri. Ketentuan ini dianggap tidak mengakomodasi keberadaan perkumpulan silat yang ada dengan teknik-tekniknya sehingga timbul ketakutan jika ikut pagar nusa, eksistensinya akan hilang.

Beberapa daerah dengan tradisi silat yang kuat seperti Banten dan Blitar akhirnya tidak mau bergabung dengan Pagar Nusa dan memilih eksis dengan namanya sendiri. Namun kondisi sebaliknya terjadi di Bali dimana Pagar Nusa lebih tertata.

Sang Pencerah Muslim

Nantinya, kantor pusat Pagar Nusa juga akan dipindahkan dari Surabaya Jatim ke kantor PBNU untuk mempermudah koordinasi dengan PBNU atau komunikasi dengan cabang dan lembaga lainnya.

Prestasi Indonesia Memprihatinkan

Sementara itu Baidlowi Hasyim, pejabat dari kementerian olah raga yang turut hadir menjelaskan meskipun Silat merupakan olah raga asli Indonesia, namun prestasi atlet-altetnya saat ini sangat memprihatinkan. Dalam Asean Games terakhir, Indonesia hanya mendapatkan 3 medali emas sementara Vietnam bisa mendapatkan 8 medali emas. Ia berharap agar hal ini menjadi perhatian bagi organisasi-organisasi silat yang ada.

Hasyim menjelaskan prestasi Vietnam ini dikarenakan mereka mengambil pelatih terbaik dari Indonesia. Beberapa negara seperti Iran, Qatar dan Uzbekistan juga telah mengajukan diri untuk mendapatkan pelatih dari Indonesia. Kondisi ini akan memacu perkembangan Silat di dunia, namun Indonesia harus mengantisipasi penurunan prestasi yang dialaminya. (mkf)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Bahtsul Masail, Doa, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Kamis, 20 Juli 2017

Kang Said Tasyakuran Ketua MWA UI

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyelenggarakan acara tasyakuran atas terpilihnya Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj sebagai Ketua Majelis Wali Amanat Universias Indonesia (MWA UI). Acara syukuran digelar sederhana di Lt. 8 gedung PBNU Jl. Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (15/5) malam yang dihadiri para pengurus NU, sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, anggota MWA UI dan civitas akademika UI.

Kang Said Tasyakuran Ketua MWA UI (Sumber Gambar : Nu Online)
Kang Said Tasyakuran Ketua MWA UI (Sumber Gambar : Nu Online)

Kang Said Tasyakuran Ketua MWA UI

Rektor UI Gumilar R Sumantri saat menyampaikan sambutan menyatakan, hadirnya tokoh-tokoh seperti KH Said Aqil Siroj, Jusuf Kalla, Bagir Manan, Endriartono Sutarto, Alwi Shihab, dan Anugrah Pekerti diharapkan UI ke depan bisa melahirkan lulusan yang tidak hanya kredibel, namun juga memiliki akhlak yang baik.

Inti acara tasyakuran ceramah KH Said Aqil Siroj, Ketua MWA UI, bertema “Tugas Akademis dan tanggung Jawab Sosial Perguruan Tinggi”.

Sang Pencerah Muslim

Dalam ceramahnya kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siroj, menyatakan, perguruan tinggi tidak hanya menyiapkan lahirnya kaum profesional tetapi juga diharapkan mampu melahirkan pemimpin. Karena itu pendidikan tinggi perlu melakukan pendidikan dan pembentukan karakter.

Sang Pencerah Muslim

“Dalam upaya pembentukan karakter, moral dan akhlak ini bisa mengambil pengalaman di dunia pesantren,” katanya.

Menurutnya, pesantren tidak hanya mengenal ta’lim (pengajaran, kecerdasan), tetapi dilanjutkan dengan proses tadris (diamalkan) dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu dilengkapi dengan tahap tadib (melatih kedisiplinan) selanjutnya  disempurnakan dengan proses tarbiyah (mendidik, mengayomi). 

“Dengan empat hal itu maka ilmu tidak hanya dipahami secara kognitif, tetapi diterjemahkan menjadi sikap dan perilaku. Maka di situ terbentuklah karakter seorang santri atau mahasiswa. Dengan demikian mereka bisa menjadi pemimpin yang mumpuni dan berwibawa,” katanya.

Hadir dalam acara itu Menakertrans Muhaimin Iskandar, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini, Menpera Djan Faridz, anggota MWA UI Bagir Manan dan Endriartono Sutarto, Ketua Umum Kadin Suryo B Sulisto, serta dan sejumlah tokoh lainnya.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis    : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Amalan, Pendidikan, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Senin, 12 Juni 2017

Lebih Baik Mana, Batik untuk Shalat atau Gamis untuk Demo?

Jakarta, Sang Pencerah Muslim?



Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan, Islam Nusantara adalah Islam yang dibangun di atas budaya. Budaya dipertahankan, bahkan diperkuat sebagai penyangga agama. Makanya NU mempertahankan pakaian sarung dan batik, misalnya, sebagai warisan budaya bangsa ini, yang bisa digunakan untuk shalat.

“Sarung, batik, itu budaya untuk shalat; bagus, kan? Itu adalah budaya untuk agama,” katanya ? pada Halal Bihalal dan Sarasehan Netizen NU di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (12/7) sore.

Lebih Baik Mana, Batik untuk Shalat atau Gamis untuk Demo? (Sumber Gambar : Nu Online)
Lebih Baik Mana, Batik untuk Shalat atau Gamis untuk Demo? (Sumber Gambar : Nu Online)

Lebih Baik Mana, Batik untuk Shalat atau Gamis untuk Demo?

Lalu bagaimana dengan gamis yang digunakan untuk demonstrasi yang memiliki tujuan untuk politik? Menurut kiai yang pernah nyantri di Kempek, Lirboyo, dan Krapyak, serta di Ummul Qurra Arab Saudi, berarti itu adalah simbol agama dimanfaatkan untuk politik, kepentingan sesaat. Namun, jika gamis digunakan untuk shalat, itu baik.

“Yang benar adalah budaya untuk agama, politik untuk agama, bisnis untuk agama, boleh! Jangan agama untuk politik,” katanya.?

Ia menjelaskan, dengan politik untuk agama, seseorang yang berbisnis berarti sebagian hartanya akan disisihkan untuk agama. Seorang politikus akan menggunakan partainya untuk memperjuangkan kepentingan agama.Bukan sebaliknya. (Abdullah Alawi)?

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Senin, 05 Juni 2017

Santri ke Depan Harus Siap Bersaing di Berbagai Bidang

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Jaringan Gusdurian Universitas Negeri Semarang (Unnes) bekerjasama dengan Kedai Kopi ABG menggelar diskusi di warung kopi yang tak jauh dari kampus Unnes pada Senin, 19 Oktober 2015. Hadir sebagai pemantik diskusi Mukhamad Zulfa (kontributor Sang Pencerah Muslim Semarang) dan Akhmad Luthfi (mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, PW IPNU Jawa Tengah).?

Diskusi bertema "Kalau Sudah (Jadi) Santri, Njur Ngapa?" diawali dengan pembacaan shalawat diiringi grup rebana Jamiyyah Mauliddurrasul Arrohman.

Santri ke Depan Harus Siap Bersaing di Berbagai Bidang (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri ke Depan Harus Siap Bersaing di Berbagai Bidang (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri ke Depan Harus Siap Bersaing di Berbagai Bidang

Luthfi menjelaskan latar belakang kenapa lahir peringatan hari santri. Bercerita bagaimana Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 memberikan makna yang tegas bahwa santri mempertahankan Indonesia seutuhnya. Di sisi lain Zulfa memahami bagaiamana seharusnya santri bahwa sekarang santri harus menjadi santri yang sejati. Seutuhnya memegang teguh akhlak al-karimah dan tradisi yang dimilikinya. Selain itu, ke depan santri harus mampu bersaing dengan berbagai macam elemen bangsa dengan meningkatkan kapasitas keilmuaannya.

Sang Pencerah Muslim

Diskusi tambah menarik ketika materi ini diperkaya peserta diskusi dengan pemaparan bahwa kiai-ulama kita dahulu dihormati oleh orang-orang Arab. Sebut Syekh Annawawi al-Bantani (1813-1897) menjadi ulama di tanah haram pada waktu itu.?

"Harusnya kita bisa mengaji khazanah pemikiran tokoh-tokoh lokal yang kita miliki dibandingkan dengan tokoh luar Nusantara," ungkap Gigih Firmansyah santri Al-Fadhlu Kaliwungu yang masuk juga kuliah di UIN Walisongo. Banyak karya-karya kiai-ulama Nusantara yang layak untuk diteliti.

Sang Pencerah Muslim

Tema pertanyaan ini menarik menjadi perbincangan malam itu. Berbagai nilai-nilai luhur bisa didapatkan dari pesantren mulai kedisiplinan, kebersamaan, kekeluargaan, keikhlashan, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang muda, toleransi, sopan-santun dan lain sebagainya.?

"Menjadi manusia dengan mengamalkan ilmu yang telah dapat di pesantren," ungkap Lutfi. Itulah jawaban yang menjadi tema diskusi kali ini.

Tentu dengan disahkan hari santri ke depan santri tidak lagi dipermasalahkan tentang ijazah pesantren yang mereka miliki. Di perguruan tinggi misalnya beberapa perguruan tinggi masih menolak ijazah muadalah yang dikeluarkan pesantren. Dan perlu diakui bersama bahwa alumni pesantren yang masuk dunia perkuliahan lebih mudah beradaptasi dengan proses kampus dengan keunggulan karakter spiritual quotient dan emotional quotient. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Tegal, Kajian Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 18 Februari 2017

Mbah Kholil, Orang Arab, dan Macan Tutul

Alkisah, seseorang berkebangsaan Arab berkunjung ke Pesantren Kedemangan, Bangkalan, Jawa Timur. Masyarakat Madura menyebutnya habib. Kala itu, Syaikhona KH Muhammad Kholil sedang memimpin jamaah sembahyang maghrib bersama para santrinya.

Usai menunaikan shalat, Mbah Kholil pun menemui para tamunya, termasuk orang Arab ini. Dalam pembicaraan, tamu barunya ini menyampaikan sebuah teguran, “Tuan, bacaan al-Fatihah Antum (Anda) kurang fasih.” Rupanya, sebagai orang Arab, ia merasa berwenang mengoreksi bacaan shalat Mbah Kholil.

Setelah berbasa-basi sejenak, Mbah Kholil mempersilakan tamu Arab itu mengambil wudhu untuk melaksanakan sembahyang maghrib. “Silakan ambil wudhu di sana,” ucapnya sambil menunjuk arah tempat wudhu di sebelah masjid.

Mbah Kholil, Orang Arab, dan Macan Tutul (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Kholil, Orang Arab, dan Macan Tutul (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Kholil, Orang Arab, dan Macan Tutul

Baru saja selesai wudhu, si orang Arab tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya seekor macan tutul. Dengan bahasa Arab yang fasih, ia berteriak dengan maksud mengusir si macan. Kefasihan bahasa Arabnya tak memberi pengaruh apa-apa. Binatang buas itu justru kian mendekat.

Mendengar keributan di area tempat wudhu, Mbah Kholil datang menghampiri. Mbah Kholil paham, macan tutul itu lah sumber kegaduhan. Kiai keramat ini pun melontarkan sepatah dua patah kata kepada macan. Meski tak sefasih tamu Arabnya, anehnya, sang macan langsung bergegas pergi.

Orang Arab itu akhirnya mafhum, kiai penghafal al-Qur’an yang menguasai qiraat sab’ah (tujuh cara membaca al-Qur’an) ini sedang memberi pelajaran berharga untuk dirinya. Nilai ungkapan seseorang bukan terletak sebatas pada kefasihan kata-kata, melainkan sejauh mana penghayatan atas maknanya.

Sang Pencerah Muslim

 

Mahbib Khoiron

Sumber: wiki.aswajanu.com

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Kamis, 16 Februari 2017

GP Ansor Boyolali Bantu Warga Korban Banjir di Sukoharjo

Boyolali, Sang Pencerah Muslim


Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Boyolali, menyerahkan sejumlah bantuan untuk korban banjir di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Penyerahan bantuan tersebut langsung dilakukan secara simbolis oleh Ketua PC GP Ansor dan Kasatkorcab Banser Boyolali, kepada perwakilan Ansor-Banser setempat yang ikut menjadi relawan.

Kepada Sang Pencerah Muslim, Ketua PC GP Ansor Boyolali, Choiruddin Ahmad, mengatakan pemberian bantuan terwujud dari upaya bersama dari para kader Ansor dan Banser di Boyolali. “Semoga dapat meringankan beban mereka yang tertimpa musibah," ujar Choiruddin, Sabtu (24/12).

GP Ansor Boyolali Bantu Warga Korban Banjir di Sukoharjo (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Boyolali Bantu Warga Korban Banjir di Sukoharjo (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Boyolali Bantu Warga Korban Banjir di Sukoharjo

Bantuan yang diberikan kepada masyarakat ini merupakan partisipasi dan bantuan, dari seluruh sahabat Ansor, termasuk dari Anak Cabang. “Sebagian dari mereka bahkan ada yang mengadakan aksi sosial untuk penggalangan dana bagi para korban banjir ini,” kata dia.

Choiruddin menambahkan, dana yang terkumpul kemudian dibelikan sembako untuk diserahkan kepada korban banjir.

"Kami harap masyarakat tak melihat jumlah bantuan yang kami berikan, tapi ketulusan dan kepedulian kami," tuturnya. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Jadwal Kajian, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Kamis, 12 Januari 2017

Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud

Oleh Amin Mudzakkir

Belakangan ini politik Indonesia diramaikan oleh kontroversi Perppu Nomor 2/2017 tentang organisasi kemasyarakatan. Beberapa kalangan menolaknya karena dianggap mengancam kebebasan, namun beberapa kalangan lainnya mendukung total. Di antara organisasi masyarakat sipil yang paling lantang menyuarakan dukungannya adalah Nahdlatul Ulama (NU).

Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud (Sumber Gambar : Nu Online)
Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud (Sumber Gambar : Nu Online)

Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud

Bagi NU, Perppu tersebut penting diterbitkan mengingat urgensinya. Intoleransi keagamaan sudah sangat mengkhawatirkan dan negara selama ini justru terlihat membiarkan. NU melihat negara membutuhkan justifikasi baru agar lebih tegas menggunakan kewenangannya.

Sang Pencerah Muslim

Akan tetapi, tidak lama setelah dukungan itu, NU menolak Permendikbud Nomor 23/2017 tentang hari sekolah. Aturan ini, yang pada tataran publik dikenal sebagai isu full day school, dianggap tidak perlu, apalagi jika diberlakukan secara nasional. Lebih dari itu, aturan tersebut mengancam eksistensi madrasah diniyyah yang banyak kebetulan dikelola oleh warga NU.

Bagaimana kita memahami perilaku NU tersebut? Mengapa mereka bisa mendukung satu kebijakan dan menolak kebijakan lainnya secara serentak? Apa prinsip utama politik mereka?



Bukan Pragmatisme


Sang Pencerah Muslim

Beberapa kalangan melihat perilaku NU sebagai pragmatis, bahkan oportunis. Mereka menuduh NU merupakan organisasi masyarakat Islam yang tidak mempunyai prinsip dalam politik. NU dianggap hanya ikut siapa pun yang berkuasa sejauh menguntungkan dirinya.

Penilaian terhadap NU tersebut jelas keliru. Jika melihat masalahnya secara lebih historis, kita akan segera melihat bahwa perilaku NU selalu didasarkan pada prinsip kebangsaan dan keumatan. NU tidak memisahkan keduanya, tetapi justru berusaha digandengkan dalam satu ikatan.

Prinsip kebangsaan menjadikan nasionalisme sebagai kerangka pokok. Sejalan dengan sekularisme, prinsip ini menganggap bangsa sebagai kolektivitas tertinggi dalam hierarki kenegaraan. Komunitas kultural, termasuk umat, diminta untuk mengintegrasikan diri ke dalam bangsa.

Sementara itu, prinsip keumatan menjadikan agama sebagai dasar dalam memahami realitas. Berbeda dengan sekularisme, prinsip ini percaya agama dan politik tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah sebuah kesatuan.

Masalahnya, kedua prinsip tersebut sering berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya sejarah politik Indonesia mengenal adanya dikotomi antara kelompok nasionalis dan agama (Islam) yang? pada posisi saling berseberangan. Ini muncul, misalnya, dalam debat perumusan dasar negara pada tahun 1945.

Dikotomi tersebut mewariskan prasangka. Seolah-olah kelompok nasionalis tidak religius dan, sebaliknya, seakan-akan kelompok agama tidak nasionalis. Prangsangka ini mewarnai konflik politik Indonesia hingga akhir-akhir ini, termasuk dalam Pilkada Jakarta 2017.



Melampaui Dikotomi


Bagi NU, bangsa dan umat tidak perlu dipisahkan, meski bisa dibedakan. Keduanya membentuk prinsip kembar yang bisa dijadikan patokan negara Indonesia yang multikultural. Persis karena alasan ini NU mendukung perppu tentang ormas, sambil pada saat yang sama menolak permendikbud tentang hari sekolah.

Di tengah gejala intoleransi keagamaan yang semakin meningkat, kehadiran negara sangat dibutuhkan. Secara normatif negara bahkan mempunyai kewenangan menggunakan kekerasan untuk menyelamatkan kehidupan bersama dari kerusakan. Di negara-negara demokrasi, kewenangan tersebut diterjemahkan ke dalam suatu prosedur yang bertanggung jawab.

Berdasarkan pemahaman tersebut, pembubaran organisasi masyarakat yang mengancam keselamatan kehidupan bersama adalah sah. Dalam hal ini, Hizbut Tahrir Indonesia dinilai NU adalah ancaman. Mereka tidak hanya bertujuan mendirikan khilafah? atau negara Islam, tetapi juga menimbulkan perpecahan di lapangan keagamaan. Mereka cenderung mengkafirkan kelompok Islam lainnya, termasuk NU, yang tidak sepaham. Ditinjau dari prinsip kebangsaan dan keumatan, HTI bermasalah.

Sementara itu, permendikbud tentang hari sekolah awalnya merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2017 tentang guru. Dalam kebijakan ini, guru mempunyai beban kerja 40 jam per minggu. Beban ini kemudian diterjemahkan ke dalam beban hari sekolah. Sejujurnya hal ini sangat terkait dengan aspek praktis pembangunan, yaitu pencairan anggaran.

Jadi masalahnya bukan NU versus Muhammadiyah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, yang bersalah dari Muhammadiyah hanya menjalankan peraturan pemerintah. Dia sendiri telah berulang kali menegaskan agar keputusannya dijalankan secara kontekstual. Permendikbud hari sekolah bukan untuk menghancurkan madrasah diniyyah.

Akan tetapi, kenyataan berkata lain. Di daerah-daerah, karena ingin mudah, aturan menteri tersebut dipahami secara tekstual. Beberapa pemerintah lokal mengatakan tidak akan mencairkan anggaran bagi sekolah-sekolah yang tidak memenuhi peraturan tersebut.

Tentu saja NU protes. Para pengelola madrasah diniyah pada umumnya dikelola oleh warga NU terancam bubar. Anak-anak tidak bisa lagi menghadiri madrasah diniyyah karena waktunya tersita di sekolah. Padahal bagi mereka madrasah diniyyah adalah identitas yang tidak mudah dikonversi ke dalam bentuk kegiatan sekolah.

Lebih dari itu, NU menilai bahwa intoleransi keagamaan justru terjadi di sekolah-sekolah umum. Para aktivis Islam radikal, seperti HTI, telah merekrut anggotanya sejak jenjang SMA. Oleh karena itu, semakin lama anak-anak belajar di sekolah, kemungkinan mereka terpapar oleh pemahaman keagamaan yang intoleran semakin besar. Berdasarkan ini NU menganggap permendikbud tentang hari sekolah tidak bisa dibenarkan. Sekali lagi dalam kasus ini NU menggunakan prinsip kebangsaan dan keumatan secara bersamaan.

Dengan demikian sekarang jelas bahwa motivasi dan tujuan politik NU bukan mendukung atau menolak kebijakan pemerintah. Di balik dukungan atau penolakan terdapat dua prinsip pokok, yaitu prinsip kebangsaan dan keumatan. Keduanya adalah panduan normatif untuk melindungi bangsa Indonesia dan umat Islam dari kerusakan.

Penulis adalah Intelektual muda NU, peneliti pada Pusat Penelitian Sumber Daya Regional-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2SDR-LIPI), Jakarta. ?



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Pendidikan, Budaya Sang Pencerah Muslim

Senin, 09 Januari 2017

Pesantren Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Dari Lima Santri Kini Punya Perguruan Tinggi

Bermodal sebidang tanah wakaf dari HM Ali Mahmud atau yang lebih dikenal dengan nama Haji Ali Sinar Desa, pada tahun 1999, Tengku H Faisal Ali berinisiatif mendirikan pondok pesantren. ?

Tanah seluas 6000 meter di Desa Dilib Bukti Sibreh Kecamatan Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar, Provinsi ? Aceh ini menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren (Dayah) Mahya Ulum Al-Aziziyah. Dayah ini berjarak 40 kilimeter dari Ibukota Kabupaten, atau 17 kilometer dari Ibukota Provinsi.

Selain sebagai pendiri, Tengku H Faisal Ali juga pimpinan pertama pondok pesantren yang bernaung di bawah Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Mahyal Ulum Al-Aziziyah. Tengku Faisal Ali merupakan salah seorang alumni Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (MUDI Mesra) Samalanga, Bireuen.

Di salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Aceh tersebut, Tengku Faisal ? Ali menimba ilmu serta mengabdi selama lebih kurang 15 tahun, tepatnya dari tahun 1985 hingga akhir tahun 1999. Selesai pembebasan tanah, ia meminta restu Al Mukarram Waled H Hasanoel Basry HG untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Dayah/Pesantren Mahyal Ulum Al-Aziziyah sekaligus meninggalkan almamater yang telah membesarkannya. ?

Pesantren Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Dari Lima Santri Kini Punya Perguruan Tinggi (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Dari Lima Santri Kini Punya Perguruan Tinggi (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Dari Lima Santri Kini Punya Perguruan Tinggi

Pengajian pertama dilakukan pada malam 12 Rabiul Awal 1421 Hijriah. Ada lima orang yang hadir saat itu. Pada momentum tersebut sekaligus dilakukan peusijuek (tepung tawar) pada sebuah balai tempat belajar oleh Tengku H Mukhtar Lutfi atau yang lebih di kenal dengan ? Abon Seulimeum. ?

Dalam kurun tujuh bulan sesudah pendirian, pondok pesantren mulai berbenah dengan membangun fasilitas pendukung walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Seiring perjalanan waktu, pembenahan terus dilakukan, diantaranya dengan pembangunan fisik asrama, ruang belajar, dapur, mesjid dan lainnya. Pembenahan juga dilakukan dalam manajemen dan tata kola pesantren.?

Pembangunan dan kemajuan YLPI Mahyal Ulum Al-Aziziyah tidak lepas dari dukungan para tokoh masyarakat setempat. Hingga saat ini telah berhasil meluluskan santrinya untuk masuk ke perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri seperti Global University di Beirut Libanon. Selain itu juga beberapa santrinya ada yang memilih mengabdikan diri untuk negara dengan menjadi anggota TNI dan Polisi Republik Indonesia.?

Sang Pencerah Muslim

Untuk menghadapi dan menjawab tantangan derasnya arus perkembangan globalisasi, pada tahun 2013 dibuka pendidikan formal yaitu Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) bidang Otomotif dan Pengelasan. Di tahun yang sama juga didirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama Aceh (STISNU Aceh) yang perkuliahan perdananya dilaksanakan pada tahun 2015 berdasarkan surat keputusan Dirjen Pendidikan Islam RI. Kampus tersebut menggunakan metode pengajaran berbasis pesantren pertama di Aceh ? Besar yang beralamat di Sibreh Suka Makmur, Aceh Besar.

STISNU Mahyal Ulum Al-Aziziyah merupakan satu-satunya sekolah tinggi di Aceh Besar yang mewajibkan mahasiswanya tinggal di pesantren. Hal itu bertujuan menyelaraskan antara pendidikan kampus dengan pendidikan dayah. Mahasiswa selain mendapatkan ilmu di kampus juga dibekali ilmu agama di dayah.

Sang Pencerah Muslim

Kampus ini juga memiliki nilai tambah dibanding sekolah tinggi lainnya. Diantaranya dengan perpaduan metodologi sains dan pengajian salafiyah diharapkan mahasiswa mampu memahami kitab kuning disamping kompetensi akademik.?

STISNU Mahyal Ulum Al-Aziziyah diharapkan mampu melahirkan lulusan yang bermutu dan berkompeten, mencetak kader-kader hafiz, juga memperkenalkan bahwa perguruan tinggi memiliki landasan-landasan kokoh, yaitu landasan ahlussunnah wal jamaah.

Selain itu, di kampus yang telah membuka jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah dan Hukum Keluarga, ingin membentuk generasi Aceh yang memiliki kualitas intelektual dan basis kedaerahan.

Santri dan mahasiswa yang belajar di YLPI Mahyal Ulum Al-Aziziyah berasal dari berbagai daerah. Mereka terdiri dari beberapa katagori, yakni menetap dan sekolah formal, menetap dan tidak sekolah formal, menetap tetapi sekolah formal di luar pesantren, dan santri tidak menetap.

Selain digunakan intern pesantren, juga sering digunakan untuk kegiatan dengan peserta dari lembaga atau pihak luar. Seperti pada tahun 2015, sebanyak 30 anggota Polres Aceh Besar mengikuti pendidikan singkat keislaman. Selama 30 hari para anggota polisi dibekali berbagai ilmu agama, dan tinggal di lingkungan dayah.

Seminar-seminar keislaman dan ke-NU-an, juga acap digelar di pesantren yang saat ini menempati lahan seluas 5 hektar. (Kendi Setiawan/Zunus)?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Makam, News, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Selasa, 06 Desember 2016

Jamaah Mapuru Jaya MWCNU Mimika Timur Adakan Penguatan Aswaja

Mimika, Sang Pencerah Muslim



Semangat warga NU Kampung Mapuru Jaya, Distrik Mimika Timur, Kab Mimika, Povinsi Papua untuk mengikuti acara ke-NU-an ini terlihat dari wajah wajahnya yang ceria

Jamaah Mapuru Jaya MWCNU Mimika Timur Adakan Penguatan Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)
Jamaah Mapuru Jaya MWCNU Mimika Timur Adakan Penguatan Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)

Jamaah Mapuru Jaya MWCNU Mimika Timur Adakan Penguatan Aswaja

Menjaga tradisi leluhur menjadi pokok semangat warga Mapuru Jaya dan Pomako, dan undangan kampung KM14, Wangirja, SP9, Distrik Iwaka, Kab Mimika. Acara tahlil kirim doa dan shawalat merupakan tradisi leluhur yang baik dan harus dirawat

"Kita harus memperkuat tradisi baik ini agar tidak masuki aliran yang aneh-aneh," urai H Hayatu Romalolas selalu takmir Masjid Al-Makrifat Mapuru Jaya yang tinggal tidak jauh dari masjid ini sebagai latar belakang rutinan ini digalakkan.

Acara malam ini, ? 20 Mei 2017, dilakukan di masjid Al-Makrifat Mapuru Jaya. Hadir dalam acara tahlil dan kirim doa sambut Ramadhan ini Pengurus MWC NU Mimika Timur, ? Hery Budiono, ? Hamid, Hayatu Rumalolas,. Juga hadir JQH MWC Tembagapura Ust Hasyim Asyari, serta warga dari kampung KM14

Sang Pencerah Muslim

Seusai shalat Magrib dan wiridan, acara disambung dengan syair NU, dilanjut tawasul dan diperkenalkan juga Shalawat Nahdliyyah dan mars Ya Lal Wathon. Acara dilanjutkan tahlil diteruskan shalawatan lagi.

Ust Hasyim dalam kajian aswajanya ? mengajak untuk hidup selamat dengan berkumpul dan menjadi bagian ulama yang selamat, yakni rombongannya KH Hasyim Asyari dengan keretanya yang bernama NU

Di akhir acara wakil ketua PCNU Mimika menyerahkan buku amalan NU berupa buku amalan nishfu sya’ban, bilalan tarawih, dan Kaifiyat NU agar bisa diamalkan

Sang Pencerah Muslim

Tidak ketinggalan disampaikan juga wakaf tanah untuk kantor PCNU Mimika senilai Rp200.000 per meter. Tanah berlokasi di Jl. Hasanuddin Timika

Acara ditutup dengan shalawat Thariqiyyah dan shalat Isya berjamaah dan dilanjutkan menyantap hidangan malam

Acara selanjutnya dijadwalkan 17 Juni dalam acara buka puasa bersama ? (Sugiarso/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 16 April 2016

Pagar Nusa Kartasura Sahkan Anggota Baru

Sukoharjo, Sang Pencerah Muslim. Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Kartasura menggelar acara pengesahan anggota baru yang dilaksanakan di komplek Pesantren Al Fattah Krapyak Kec. Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah.

Pagar Nusa Kartasura Sahkan Anggota Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagar Nusa Kartasura Sahkan Anggota Baru (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagar Nusa Kartasura Sahkan Anggota Baru

Menurut Rosyid salah satu koordinator PN Kartasura, pengesahan anggota angkatan ketiga ini diikuti oleh 53 peserta.  "Turut kami undang pula saudara anggota Pagar Nusa  se-Solo Raya dan sekitarnya", ungkapnya kepada Sang Pencerah Muslim, Kamis (6/11).

Adapun tujuan pengesahan agar para anggota benar-benar mengerti terhadap  visi dan misi Pagar Nusa, yaitu ber-Aqidah ala Ahlussunnah wal Jama’ah dengan asas organisasi Pancasila, ungkapnya

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, agar para anggota Pagar Nusa Solo Raya yang baru disahkan untuk terjalin silaturrahim lebih erat lagi, pungkasnya.

Sang Pencerah Muslim

Sementara dalam acara yang digelar semenjak pukul 20.00 hingga 04.30 tersebut, tampak digelar acara tasyakuran serta khataman al Quran. (Ahmad Rosyidi/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pertandingan, Quote, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Minggu, 20 Desember 2015

Sururi Pimpin PW Pergunu Jawa Timur

Mojokerto, Sang Pencerah Muslim - Konferensi Wilayah Pergunu Jawa Timur berjalan dengan lancar dan sukses. Beberapa sidang seperti sidang komisi dan pleno hampir tidak ada suara penolakan. Laporan pertanggungjawaban yang rawan akan kegaduhan hingga penolakan, terlihat dan terdengar sepi.

Itulah kondisi Konferwil Pergunu Jawa Timur yang dilaksanakan di Pesantren Amanatul Ummah, Mojokerto, Sabtu-Ahad (5–6/8).

Sururi Pimpin PW Pergunu Jawa Timur (Sumber Gambar : Nu Online)
Sururi Pimpin PW Pergunu Jawa Timur (Sumber Gambar : Nu Online)

Sururi Pimpin PW Pergunu Jawa Timur

Dengan bergilir, sebanyak 33 cabang yang memiliki suara sah memilih Ketua Pergunu Jatim 2017-2022. Sesuai dengan tatib pasal 15 ayat 2 menyebutkan bakal calon ketua ditetapkan sebagai calon sekurang-kurangnya didukung oleh 9 suara yang sah.

Dari enam bakal calon yang muncul, hanya satu yang lolos dan memenuhi syarat meraih 9 suara atau lebih. H Sururi meraih 20 suara dan ditetapkan sebagai ketua terpilih secara aklamasi.

Sang Pencerah Muslim

"Ini adalah amanah yang harus saya emban. Dengan ucapan bismillah saya bersedia menjadi Ketua Pergunu Jatim," kata Sururi saat diminta kesediaannya oleh pimpinan sidang.

Sang Pencerah Muslim

"Semoga konferwil ini menjadi awal kebangkitan Pergunu Jawa Timur. Konsolidasi organisasi akan terus dilakukan. Bertekad menjadikan para guru professional dan memetakan potensi guru atau dosen," pungkas Sururi, disambut tepuk tangan oleh para peserta.

Sebagai pembantu untuk menyusun pengurus, konferwil membentuk tim formatur yang terdiri atas enam zona. Dan ditambah dari unsur pimpinan pusat serta ketua demisioner.

"Ketua tim formatur ketua terpilih, sesuai dengan pasal 16 ayat 1, penyusunan pengurus selambat-lambatnya 60 hari terhitung sejak pelaksanaan konferwil," tegas pimpinan sidang. (Rof Maulana/Alhafiz K)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 28 November 2015

Refleksi 72 Tahun Indonesia Merdeka

Oleh Aswab Mahasin

Saya pernah menyusun buku sejarah, Garis Besar Sejarah Indonesia. Dalam buku tersebut saya mengutip perkataan Sutan Syahrir, “Kemerdekaan nasional bukan pencapaian akhir, tapi rakyat bebas berkarya adalah pencapaian puncaknya.”

Indonesia sudah merdeka lebih dari setengah abad lamanya, perjalanan bangsa ini dari dulu sampai sekarang telah mencicipi berbagai macam varian ide, dari mulai orde lama, orde baru, dan pasca reformasi. Tentu dengan kondisi sosial berbeda. Apalagi Indonesia memiliki banyak ragam dan corak narasi mengenai sejarah gagasan Indonesia; sebagaimana diingatkan Vickers, “Negera sebesar dan seberagam Negara ini tidak hanya punya satu narasi.”Namun, dalam hal ini saya tidak akan fokus pada perjalanan ribuan eksmplar data tentang Indonesia. Melainkan hanya narasi pendek untuk menyapa kemerdekaan Indonesia.?

Refleksi 72 Tahun Indonesia Merdeka (Sumber Gambar : Nu Online)
Refleksi 72 Tahun Indonesia Merdeka (Sumber Gambar : Nu Online)

Refleksi 72 Tahun Indonesia Merdeka

Setelah pasca reformasi, pintu demokrasi terbuka lebar, semua rakyat bebas untuk menyampaikan pendapat, semua rakyat bebas berekspresi, dan semua rakyat bebas bertindak. Sayangnya, kebebasan ini dimaknai sebagai kebebasan tanpa batas. Kita bisa melihat fenomena sosial sekarang,karakter kemerdekaan yang tumbuh dari bangsa kita ditandai dengan terlahirnya mental-mental amatir. Esensi kemerdekaan seakan-akan hanya lepas dari penjajahan semata, bukan sebuah aktivitas kreatif.?

Sebagai contohnya; akhir-akhir ini Indonesia dihebohkan dengan kasus mega korupsi E-KTP, di mana banyak tokoh politik nasional terlibat dalam bancakan kasus tersebut. Selain itu, perkelahian remaja, seks bebas, dan narkoba menghiasi ruang publik. Saya teringat kata bijak dari Bapak Ir. Soekarno, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Kedewasaan bangsa kita dipertanyakan dengan serentetan fenomena uniknya. Di Indonesia sekarang ini susah sekali mendeteksi antara kebaikan dan keburukan, antara kebenaran dan kesesatan, antara kejujuran dan kebohongan. Anda pasti ingat bagaimana proses pemilihan Gubernur DKI yang lalu itu, semua kebenaran diputarbalikan, dan semua kesesatan diputarbalikan. Entah, kebenaran itu terletak dimana. Semua menggunakan jubah kebaikan tanpa ada yang mau disalahkan.

Sang Pencerah Muslim

Beberapa waktu lalu berita menghebohkan mengihiasi jagad Indonesia, dibakarnya seorang pemuda berusia 25 tahun karena dituduh mencuri ampli di Mushola. Tragis sekali, apakah ini yang dinamakan hukum bagi bangsa/negara yang merdeka?

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, sorotan media, khususnya media elektronik/televisi dan media sosial, dipenuhi dengan sampah modernitas, tontonan tidak mencerdaskan, dan berita-berita hoax pemecah belah. Alam Indonesia serasa sedang dibimbing menuju pada dekadensi moral.?

“Demokrasi Indonesia” menjadi ? “Mediakrasi Indonesia”, para bandar-bandar politik itu menguasi media untuk menyetir jagad Indonesia yang agung ini. Seakan-akan kita dipaksa untuk meniru, berpola pikir, dan berprilaku seperti apa yang ditampilkan. Bergaya seperti pengamat politik kawakan, bergaya seperti artis, dan bergaya seperti Ustadz karbitan yang suka mengkafirkan. Apakah ini pelajaran “mental mulia” bagi sebuah negara/bangsa merdeka? Entahlah.

Anda tahu? Para Gubernur kita, Bupati kita, Camat kita, Lurah kita, bahkan mungkin RT kita, lebih bangga ketika putra daerahnya memenangkan atau lolos dalam kontes lomba menyanyi hore-hore di TV itu, daripada memenangkan juara olimpiade dan prestasi-prestasi ilmiah lainnya. Pak Bupati sibuk nonton bareng, Pak Camat sibuk sms dukungan, Pak Gubernur sibuk mengiklankan, dan kita hanya berjoged-joged seperti gerombolan orang alay bayaran.

Pejabat kita, pelindung kita, penegak hukum kita, dan wakil kita, selalu disibukkan dengan urusan-urusan yang tidak bermutu. KPK beradu dengan Polri, KPK bertanding dengan DPR, dan Pemerintah menjadi wasit yang tak punya semprit(an). Lantas, rakyat penghuni bangsa merdeka, harus mengadu kepada siapa?

Itulah kegaduhan Nasional, hanya seklumit tapi sudah cukup mewabah. Inikah mental bangsa merdeka? Sungguh, Indonesia tidak separah berita, Indonesia masih punya nyawa dan jiwa. Kita tengok para pegiat sastra, kita tengok para pegiat literasi, kita tengok para pegiat sosial, dan kita tengok semua aktifitas penuh manfaat, semuanya masih bergerak dari bawah untuk membangun bangsa ini—hanya saja mereka tidak terpublikasi.?

Bergerak kreatif

Bergerak kreatif adalah sebuah transfer of value (transfer nilai), dan nilai-nilai dasar kemerdekaan jelas termaktub dalam butir-butir Pancasila sebagai landasan etika bangsa. Pengertian kreatif di sini tidak sebatas memikirkan dan menghasilkan karya seni yang indah, spektrumnya lebih dari sekedar sebuah karya. Tetapi, mengaktulisasikan dimensi horizontal dan vertikal atau spiritual dan sosial (Hablum minallah dan Hablum Minannas).

Bergerak kreatif sebagai model pembangunan mental sebuah bangsa harus terus disemarakan. Apalagi dengan wajah Indonesia yang berdiri di atas pijakan kenusantaraan, di mana tidak hanya satu budaya, tidak hanya satu agama, melainkan berbagai macam suku, bangsa, dan agama hadir dalam jagat Indonesia.Ukuran “bergerak kreatif” yaitu ketika manusia Indonesia beribadah nyaman sesuai dengan agamanya, ketika kemanusiaan paham akan kebudayaan yang beradab, ketika persatuan lahir atas dasar perbedaan, ketika kebijaksanaan menjadi nyata dalam penerjemahan, dan ketika keadilan merata sesuai porsinya.?

Mungkin, kebanyakan orang berpendapat—pembangunan sosial ini terlalu utopis untuk dicapai oleh suatu bangsa atau kelompok. Tapi apakah demikian? Menurut saya tidak melulu begitu. Konsep tersebut sebenarnya merupakan kendaran manusia dalam menerjemahkan eksistensinya dan konsep tersebut juga sudah meruang dan mewaktu mengelilingi poros kehidupan kita—sesuatu hal yang sudah ada pasti bisa diaplikasikan dalam praksisnya.

Refleksi kemerdekaan Indonesia sekarang ini seharusnya ditandai dengan perubahan yang signifikan. Jangan sampai Indonesia mencetak ulang generasi gagal produk, seperti; koruptor, bandar politik, Ustadz-ustadz karbitan, dan sebagainya. Mata rantai itu harus kita putus, agar kita mampu mewariskan suplemen berkualitas pada generasi selanjutnya. Merdeka!!!

Penulis adalah Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Darussa’adah Kebumen, Jawa Tengah.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Bahtsul Masail, Pendidikan, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Jumat, 11 September 2015

Sambut Isra Mi’raj, Pelajar NU Sugiwaras Pemalang Gelar Festival Pelajar dan Santri

Pemalang, Sang Pencerah Muslim



Hiruk-pikuk perkotaan dan lalu-lalang truk pengangkut ikan tidak menganggu para Pelajar NU Sugiwaras yang larut dalam semarak Festival Pelajar dan Santri dalam rangka peringatan Hari Nelayan Nasional sekaligus menyambut Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Ahad (9/4). Acara ini digelar di halaman kantor Kelurahan Sugiwaras dan diikuti peserta dari perwakilan sekolah, pesantren dan pelajar NU se Kabupaten Pemalang.

Sambut Isra Mi’raj, Pelajar NU Sugiwaras Pemalang Gelar Festival Pelajar dan Santri (Sumber Gambar : Nu Online)
Sambut Isra Mi’raj, Pelajar NU Sugiwaras Pemalang Gelar Festival Pelajar dan Santri (Sumber Gambar : Nu Online)

Sambut Isra Mi’raj, Pelajar NU Sugiwaras Pemalang Gelar Festival Pelajar dan Santri

Kelurahan Sugiwaras yang notabennya terletak di pesisir laut utara Kabupaten Pemalang ini sangat kental dengan kegiatan para nelayan yang lalu-lalang mencari ikan dan hasil laut lainnya sehingga pas ketika pelajar NU Sugiwaras menggelar acara perayaan Hari Nelayan Nasional untuk menghargai para masyarakat, sekaligus untuk memperkenalkan IPNU–IPPNU kepada para pemuda dan pelajar di lingkungan Sugiwaras dan sekitarnya.

Acara yang digelar dari pagi sampai malam ini banyak kegiatan, mulai dari lomba tilawah, tahfidzul qur’an, hadrah, pidato, dan baca kitab kuning. Kemudian puncak acara di malam harinya, yaitu pengumuman hasil lomba dan pengajian umum dalam rangka peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Acara ini diikuti dari 19 Peserta, masing–masing perwakilan dari sekolah, pesantren dan IPNU–IPPNU dari penjuru Kabupaten Pemalang. Demikian informasi yang disampaikan Mis Imam Muttaqin (25) selaku ketua panitia.

Imam Muttaqin berharap dengan terselenggaranya acara ini para pemuda dan masyarakat ? di Sugiwaras tidak lagi memandang remeh IPNU–IPPNU, dan diharapkan mereka bisa turut andil dalam kegiatan maupun menghidupkan organisasi sebagai regenerasi kader–kader NU Sugiwaras.

Pimpinan Cabang IPNU–IPPNU Pemalang juga turut andil dalam acara ini sebagai dewan juri dalam perlombaan yang diselenggarakan tersebut.?

Sang Pencerah Muslim

“Kami sangat mengapresiasi dan sangat bangga dengan PR IPNU–IPPNU Sugiwaras, karena berhasil menggelar acara yang sangat besar,” ujar Salimatul Ashfariyah (21) selaku perwakilan juri dari PC Pemalang. ? (Khoirul Ummam/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Kiai, Pendidikan, Kyai Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 21 Maret 2015

Melihat Kemegahan dan Keunikan Masjid Pondok Tremas

Pacitan, Sang Pencerah Muslim. Suka dengan wisata religi pesantren? jika iya maka Masjid ini dapat dijadikan tempat tujuan wisata religi pesantren, sambil beribadah sambil mengagumi kemegahan dan keunikan Masjid di salah satu pesantren tertua di Pulau Jawa, Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan.

Melihat Kemegahan dan Keunikan Masjid Pondok Tremas (Sumber Gambar : Nu Online)
Melihat Kemegahan dan Keunikan Masjid Pondok Tremas (Sumber Gambar : Nu Online)

Melihat Kemegahan dan Keunikan Masjid Pondok Tremas

Masjid yang berada di tengah-tengah komplek pesantren ini mempunyai beberapa keunikan salah satunya, masjid ini tidak menggunakan istilah arab sebagai namanya. Sejak didirikan pada tahun 1830 M, masjid ini tetap menggunakan nama desa dan nama pesantren, Masjid Pondok Tremas.

Masjid Pondok Tremas mulai direnovasi pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2006. Renovasi masjid merupakan kreasi seni masyarakat, santri dan alumnus pondok. Pada tanggal 12 April 2006 Masjid Pondok Tremas diresmikan oleh Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono dirangkaikan dengan kegiatan Reuni Nasional II Alumni Pondok Tremas yang dihadiri oleh ribuan alumni dari seluruh nusantara.?

Sang Pencerah Muslim

Di samping kanan masjid Pondok Tremas, berdiri kokoh menara setinggi 30 M berwarna hijau yang melambangkan kesejukan dan kedamaian. Sementara itu ditiap-tiap pintu masuk masjid terpahat ukiran hiasan kaligrafi bentuk tsuluts dari warna emas berlatar belakang warna cokelat kayu. Begitu pula dengan ruang mimbar dan hiasan di tepi-tepi dinding masjid berhias tulisan kaligrafi indah dan sarat makna.?

Menurut KH Fuad Habib Dimyathi Pengasuh Pondok Tremas, keberadaan masjid Pondok Tremas cukup unik. Karena, tidak banyak masjid yang memiliki penetapan posisi antara matahari dan kabah berada dalam selisih 0,0 derajat.

Sang Pencerah Muslim

"Itu pengaturan Tuhan dalam penetapan arah kiblat. Dalam Ilmu Falak, itu kan dipakai orang untuk menunjukkan waktu shalat," kata Kiai Fuad menjelaskan, Sabtu (27/6).

Masjid Pondok Tremas sebelumnya memiliki karikatur matahari dan kabah. Ketika masjid akan diperbaharui, pihak Kementerian Agama tidak mau diam begitu saja, ingin melihat kebenaran apakah arah kiblat tidak berubah. Ternyata, meski direnovasi sedemikian rupa, arah kiblat tidak bergeser sama sekali.

Selain dijadikan sebagai tempat ibadah, Masjid Pondok Tremas dijadikan sebagai pusat berlangsungnya beberapa kegiatan pesantren, seperti pengajian wetonan, kegiatan Bahtsul Masail dan Ijtima’ santri. Di masjid ini pula, dijadikan tempat penyambutan bila ada tokoh nasional yang sowan ke Pondok Tremas. Selain itu, setiap tamu wajib memberikan kata sambutan yang berisi pesan dan kesan kepada para santri.

Keunikan terakhir dari masjid ini adalah, tidak adanya kotak amal seperti lazimnya masjid-masjid diindonesia. Mungkin, inilah bedanya masjid Pondok Tremas dengan Masjid yang lainya. (Zaenal Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 28 Februari 2015

Mbah Maimoen: Ulama dan Umara Harus Baik, Bukan Baik-baikan

Rembang, Sang Pencerah Muslim. Umara (pemimpin) memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas negara serta membuat program-program yang mampu meningkatkan kesejahteraan umat masyarakat. Sementara ulama juga memiliki peran yang sama.?

Ulama menjadi pengayom dan tempat meminta keteduhan hati daripada umat masyarakat. Mereka berdua memiliki peran yang sangat mulia, sehingga mereka seharusnya bisa berjalan bersama dalam menjaga dan mengurusi umat masyarakat.?

Mbah Maimoen: Ulama dan Umara Harus Baik, Bukan Baik-baikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Maimoen: Ulama dan Umara Harus Baik, Bukan Baik-baikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Maimoen: Ulama dan Umara Harus Baik, Bukan Baik-baikan

Terkait hal itu, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Maimoen Zubair atau biasa dipanggil Mbah Moen mengingatkan, Indonesia itu tidak bisa dipisahkan dari ulama.

“Ulama dan umara itu harus saling baik-baik. Bukan baik-baikan. Kalau baik-baikan repot malah,” jelas Mbah Moen disambut gelak tawa hadirin saat memberikan saran dan masukan dalam acara Silaturahim Nasional Alim Ulama Nusantara di Pesantren Al Anwar Sarang Rembang, Kamis (16/3).

Mbah Mun menyakini, jika ulamanya baik maka umaranya pun juga akan baik. “Jika ulama nya baik, umaranya baik,” jelas Mbah Mun.

Sang Pencerah Muslim

Oleh karena itu, Kiai berusia 89 tahun itu berharap agar Allah memberikan berkat kepada para ulama, umara, dan negara Indonesia ini agar negara ini semakin baik.

“Semoga Allah memberkati kita,” tuturnya.

Selain Mbah Mun, ada KH Tolchah Hasan yang juga memberikan masukan kepada pengurus NU. Sementara Ketua Umum dan Rais ‘Aam PBNU memberikan sambutan dan laporan kegiatan. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)?

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaNu, Bahtsul Masail, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Selasa, 30 Desember 2014

Agama belum Serius Dilibatkan dalam Penanganan Lingkungan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim menjadi persoalan dan keprihatinan bersama. Persoalan ini tidak bisa diatasi oleh pemerintah saja, tetapi harus melibatkan seluruh komponen.  

Agama belum Serius Dilibatkan dalam Penanganan Lingkungan (Sumber Gambar : Nu Online)
Agama belum Serius Dilibatkan dalam Penanganan Lingkungan (Sumber Gambar : Nu Online)

Agama belum Serius Dilibatkan dalam Penanganan Lingkungan

Sayangnya  agama belum dilibatkan secara serius dalam penanganan isu lingkungan secara internasional. Agama hanya dijadikan bagian kecil yang tidak penting dalam menumbuhkan kesadaran menjaga lingkungan, padahal terdapat nilai-nilai penting dalam agama yang memerintahkan penganutnya menjaga lingkungan.

Hal ini disampaikan oleh ustadz Nasrullah Jasam dalam acara Semiloka Peran Komunitas Agama dalam Memelihara Lingkungan, di Jakarta, Rabu (19/12). 

Sang Pencerah Muslim

“Berbagai kesepakatan internasional terkait masalah lingkungan hanya berupa solusi materi, tidak pernah kesepakatan tersebut menyinggung pentingnya agama dalam menanamkan nilai-nilai akhlak dan memberikan peran aktif dalam penjagaan lingkungan,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Islam dengan tegas memerintahkan umatnya untuk menjaga dan memelihara lingkungan, bahkan dalam situasi perang sekalipun seperti tidak boleh menebang pepohonan demi menjaga lingkungan, bukan untuk memberi peluang kepada musuh untuk memperkuat diri dengan pepohonan. Rasulullah juga melarang buang hajat besar ataupun kecil di tempat mengalirnya air dan tempat tumbuhnya pepohonan karena tempat tersebut sering digunakan untuk berteduh.

Dalam konteks modern, juga terdapat kerusakan yang sebenarnya tidak tampak secara inderawi, tetapi dampaknya lebih dahsyat, seperti terjadinya radiasi dan polusi. 

Penganut agama, masih melihat ketaatan hanya sebatas ibadah mahdhoh atau ibadah yang ditujukan kepada Allah, sedangkan persoalan lain seperti kesadaran menjaga lingkungan, belum dianggap menjadi bagian penting dalam kehidupan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sultonul Huda dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU). Agama hanya menjadi bagian kecil dalam penanggulangan bencana seperti memberikan trauma healing kepada korban bencana agar hatinya lebih tenang. Agama hanya dianggap menyangkut aspek batiniah, padahal agama juga bermanfaat untuk memcahkan berbagai persoalan sosial, yang sebagian menjadi akar dari persoalan berbagai bencana tersebut.

Ketua LPBI NU Avianto Muhtadi menyatakan persoalan yang terjadi dalam pengelolaan lingkungan karena implementasi. Belum ada koordinasi yang bagus diantara lembaga-lembaga pemerintah. Untuk penanganan bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjadi leading sektornya, tetapi koordinasi dengan kementerian lain tidak bisa berjalan dengan baik.

LPBI NU sendiri menjalankan program mulai dari advokasi sebelum terjadinya bencana sampai dengan pengelolaan pasca bencana. 

Penulis: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Budaya, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Jumat, 18 April 2014

Jelang Konfercab, PMII Jombang Diimbau Evaluasi Diri

Jombang, Sang Pencerah Muslim

Nuansa politik pada Konferensi Cabang (Konfercab) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sering lebih mendominasi, terutama dalam memilih pimpinan atau ketua baru. Hal ini mengakibatkan pola kepemimpinan pada periode-periode tertentu cendrung tak maksimal dalam menjalankan mandat pergerakannya.

Kondisi tersebut menjadi kajian serius di kalangan para alumni PMII Jombang menjelang Konfercab XXV yang bakal digelar Pengurus Cabang PMII setempat. Panitia pelaksana Konfercab juga sudah terbentuk pada beberapa pekan lalu.

Jelang Konfercab, PMII Jombang Diimbau Evaluasi Diri (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang Konfercab, PMII Jombang Diimbau Evaluasi Diri (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang Konfercab, PMII Jombang Diimbau Evaluasi Diri

Ahmad Samsul Rijal, Sekretaris Ikatan Alumni PMII (IKA PMII) Jombang mendorong PMII Jombang melakukan evaluasi-evaluasi terlebih dahulu dalam bentuk kegiatan pra-Konfercab. Hal ini akan lebih membantu memantapkan Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII, program kerja ke depan dan juga dalam pergantian kepemimpinan.

Sang Pencerah Muslim

“Harus ada pra-Konfercab, karena konfercab itu kan merupakan forum tertinggi untuk merumuskan dan mengganti pimpinan dan untuk memantapkan nilai-nilai dasar pergerakan termasuk juga program kerja,” katanya kepada Sang Pencerah Muslim saat ditemui di kantor PCNU Jombang, Selasa (19/1) siang.

Sang Pencerah Muslim

Rijal tidak menampik adanya kelemahan dan kekurangan dalam kurun waktu satu tahun ini. Kelemahan dan kekurangan tersebut tidak bisa hanya dirumuskan dan dijawab dalam forum Konfercab karena berpotensi tidak kondusif dan mengulur waktu.

Ia mengimbau adanya pra-Konfercab tersebut juga difasilitasi Majelis Pembina Cabang (Mabincab) dan alumni PMII yang lain secara teknis pelaksanaan dan rumusannya. “Pematangan ini bisa dibantu oleh para Mabincab dan alumni dengan catatan tidak lagi mensamarkan jenis kelamin PMII. Keterlibatan alumni itu untuk memperjelas dan mempertegas kondisi tersebut,” imbaunya.

Rijal yang juga sebagai wakil sekretaris PCNU Jombang optimis jika pra-Konfercab bisa dilakukan dengan maksimal, pelaksanaan Konfercab akan jauh lebih kondusif dan lebih matang pola kepemimpinan PMII Jombang ke depan.

“Kalau itu memang bisa dilakukan, pra-Konfercab itu ada untuk mematangkan semuanya, saya pikir Konfercab nanti bisa lebih bagus untuk pergantian kepemimpinan, dimana mandat-mandatnya itu lebih matang dari awal dan tidak mengundang berbagai pertanuyaan,” pungkasnya. (Syamsul Arifin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Pendidikan, Pertandingan Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock