Tampilkan postingan dengan label Ahlussunnah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ahlussunnah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Maret 2018

Potret Keluarga Demokratis

Oleh M. Husnaini*

Judul Buku: Sama Tapi Berbeda (Potret Keluarga Besar KH A Wahid Hasyim)

Penulis: Ali Yahya

Potret Keluarga Demokratis (Sumber Gambar : Nu Online)
Potret Keluarga Demokratis (Sumber Gambar : Nu Online)

Potret Keluarga Demokratis

Penerbit: Yayasan KH A Wahid Hasyim Jombang

Cetakan: I, Mei 2007

Tebal: xxxviii + 411 halaman


Sang Pencerah Muslim

Siapa yang tak kenal KH A Wahid Hasyim. Hampir setiap orang tahu dan mengenalnya. Dia adalah putra pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari. Perjalanan hidupnya singkat, karena Allah telah memanggilnya ketika usianya belum lagi genap 39 tahun. Meski di usianya yang relatif muda, ia telah menjadi figur penting dan memiliki pengaruh yang luar biasa di berbagai kalangan. Kiprahnya sungguh “mencengangkan”.

Menariknya, enam putra-putri mantan Menteri Agama di era Presiden Soekarno ini memiliki sifat, profesi, dan politik yang berbeda. Semua itu, tentu saja tak terlepas dari sikap sang ayah yang selalu menanamkan ruh demokrasi dalam lingkungan keluarga. Setiap perbedaan yang ada tidak pernah menjadi momok yang mematikan. Namun justru menghasilkan variasi yang unik dalam keluarga yang penuh warna ini.

“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama”. Salah seorang pendiri negara Republik Indonesia ini meninggalkan lima putra-putri—yang ketika itu masih kecil-kecil—dan jabang bayi yang masih di dalam kandungan ibunya. Dia adalah Solichah Wahid Hasyim.

Sang Pencerah Muslim

Putra-putri KH A Wahid Hasyim kemudian tumbuh dan berkembang menjadi tokoh dan panutan pada waktu, tempat, dan lingkungan yang berbeda-beda. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu mantan presiden RI yang ke-4. Sosoknya penuh kontrovesi. Aisyah Hamid Baidlowi menjadi politisi Partai Golkar, Salahuddin Wahid (Gus Solah) penjelajah lintas disiplin ilmu, Dr Umar Wahid seorang profesional murni, Lily Chodidjah Wahid pembangkang yang taat, serta Hasyim Wahid (Gus Im) dikenal sebagai pemberontak yang unik. Sedangkan dari generasi cucu, setidaknya telah muncul dua nama. Mereka adalah Yenny Wahid (putri Gus Dur) dan Ipang Wahid (putra Gus Solah).

Potret keluarga besar KH A Wahid Hasyim ini diuraikan secara gamblang dalam buku ini. “Sama Tapi Berbeda” karya Ali Yahya, alumnus Psikologi Universitas Indonesia ini mengupas lebih mendalam sisi-sisi lain keluarga besar KH A Wahid Hasyim mulai A sampai Z. Gaya bahasanya pun renyah, lugas dan mudah dicerna. Ahmad Syafi’i Ma’arif (mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah)—dalam pengantarnya—mengatakan, gaya penulisan buku ini adalah tuturan yang mengalir.

Meski demikian, Ali Yahya tidak larut dalam nuansa kekagumannya terhadap sang tokoh. Meski kekagumannya terhadap keluarga ini sungguh luar biasa, namun dirinya tetap berusaha obyektif dalam memotret keluarga besar KH A Wahid Hasyim yang cukup fenomenal, tidak hanya di kalangan NU, tetapi juga di lingkungan masyarakat umum di seluruh Indonesia.

KH A Wahid Hasyim dan ayahnya, KH Hasyim Asy’ari adalah dua tokoh bangsa yang sering jadi perbincangan berbagai kalangan dalam berbagai kepentingan, terutama untuk riset mengenai masalah-masalah ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an.

Dalam konteks ini, apa yang telah diwariskan KH A Wahid Hasyim adalah mencegah timbulnya penafsiran-penafsiran keagamaan yang dapat memicu radikalisme dan konflik kekerasan. Aspek pluralisme dan toleransi yang terbingkai dalam gagasan demokratisasi ini kiranya yang menjadi landasan perjuangan sang putra, KH Abdurrahman Wahid. Adanya berbagai macam golongan dan kelompok; besar dan kecil, berbeda suku, ras, agama, keyakinan, kelompok kepentingan serta pengelompokan dengan dasar lainnya, berhak untuk dipertimbangkan aspirasinya dalam mengambil keputusan politik.

Sikap inilah yang menjadi ciri khas Gus Dur. Implikasi dari komitmen terhadap asas pluralisme dan kesetaraan ini adalah penolakannya terhadap ide pembentukan negara Islam sebagai tujuan politik umat Islam di Indonesia. Menurutnya, Islam harus difungsikan sebagai pandangan hidup yang mengutamakan kesejahteran masyarakat, apa pun corak, ragam, dan bentuk masyarakat tersebut.

Tak ada yang membantah, memang, di antara putra-putri KH A Wahid Hasyim yang paling menonjol adalah Gus Dur. Sekitar dua dekade terakhir, dia adalah tokoh NU—bahkan Islam secara umum—yang paling banyak menyita perhatian berbagai kalangan. Ketokohannya pun banyak mendapat sorotan. Mulai pengamat nasional hingga internasional.

Ternyata popularitas generasi ini tak hanya diwakili Gus Dur seorang. Pelan namun pasti, sosok Salahuddin Wahid merangkak naik ke permukaan. Tokoh ini mulai mendapat perhatian publik sejak mendapat amanat menjadi salah seorang Ketua PBNU tahun 1999. Ia makin ‘naik daun’ ketika dipercaya sebagai anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sekaligus Wakil Ketua komisi ini. Dan puncaknya, pada pemilu 2004, ia tampil sebagai calon wakil presiden mendampingi Wiranto. Popularitasnya pun semakin berkibar. Jika sebelumnya orang lebih mengenalnya sebagai adik Gus Dur, kini ia menjadi Gus Solah sebagai pribadi, lepas dari bayang-bayang siapa pun, termasuk sang kakak.

Di luar itu, kita juga mengenal Aisyah Hamid Baidlowi sebagai anak KH A Wahid Hasyim yang aktif di percaturan politik nasional. Hingga kini, ia telah tiga periode menjadi anggota DPR. Uniknya, ia lebih suka bernaung di bawah “pohon beringin” ketimbang masuk ke “kandang-kandang sendiri”. Bagi sebagian orang, fakta ini cukup mengherankan. Tetapi, bagi mereka yang mengenal serta cukup tahu bagaimana kemandirian dan demokratisasi yang sejak lama terbangun di lingkungan keluarga, kenyataan ini tidaklah mengejutkan.

Di samping ketiganya, putra-putri KH A Wahid Hasyim yang lain pun cukup dikenal di komunitasnya masing-masing dengan aktifitas dan independensinya sendiri-sendiri. Umar Wahid misalnya, dia adalah dokter spesialis paru yang sempat dikenal publik ketika menjadi Ketua Tim Dokter Kepresidenan di era Gus Dur. Selain itu, dia juga menjadi anggota DPR RI. Dua saudara yang lain, Lily Chodidjah Wahid dan Hasyim Wahid, meski belum teralu dikenal, namun namanya tidak asing lagi di kalangan-kalangan tertentu.

Mengamati peri kehidupan anak-anak dan cucu-cucu KH A Wahid Hasyim dalam buku ini, sungguh akan kita dapatkan keunikan tersendiri. Setidaknya terlihat sejauh mana kesamaan dan perbedaan di antara mereka masing-masing. Dari sini juga kita dapat mengamati betapa peran orangtua sangat menentukan arah perjalanan sang anak. Dalam hal ini adalah penanaman nuansa demokratis sejak dalam keluarga.

Dalam banyak hal, anggota keluarga KH A Wahid Hasyim memang memiliki kesamaan satu sama lain. Tetapi perbedaan di antara mereka—baik antar maupun inter generasi—pun ternyata tidak sedikit. Hal inilah yang mungkin belum banyak diketahui orang. Semua itu membentuk ritme irama tersendiri dalam keluarga. Mereka memang sama tapi berbeda.

*Peresensi adalah Penikmat Buku, Kontributor Jaringan Islam Kultural

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Kyai, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 08 Maret 2018

MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur

Jombang, Sang Pencerah Muslim

Ratusan siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah Darul Faizin Assalafiyah tampak berkumpul di makam Mbah Guru Hasan Sanusi. Baik lokasi madrasah maupun pesarean berada di Desa Catakgayam,  Kecamatan Mojowarno, Jombang, Jawa Timur.



MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur (Sumber Gambar : Nu Online)
MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur (Sumber Gambar : Nu Online)

MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur

Itu merupakan tradisi rutin yang dilakukan peserta didik madrasah ini setiap Kamis Kliwon. Setidaknya ada dua ratus murid yang ikut berziarah ke makam Mbah Guru Sanusi yang juga dikenal sebagai pembuka desa setempat.



Sang Pencerah Muslim

“Beruntung orang tua yang menyekolahkan putra-putrinya di madrasah yang mendidik muridnya untuk mendoakan para pendahulu yang sudah meninggal,” kata Astatik, Kamis (25/1) petang.


 

Salah seorang wali murid MI Darul Faizin Assalafiyah ini mengemukakan bahwa anaknya termasuk yang aktif ziarah ke makam tersebut. “Mbah Guru Hasan Sanusi itu pembuka desa Catakgayam yang dulunya berupa hutan. Beliau juga menantu Mbah Alif yang pesareannya masuk dalam catatan Dinas Pariwisata Jombang sebagai destinasi wisata religi selain Gus Dur,” ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim





Memang khusus pada Kamis Kliwon atau menjelang Jumat Legi, ratusan peserta didik di madrasah ini mengikuti aktifitas rutin tersebut. Pada pukul 11.30 Wib, mereka berkumpul dengan dibimbing para guru untuk membacakan tahlil dan kalimat thayyibah.

 

Astatik juga menandaskan bahwa doa anak sebagai teman kala orang tuanya meninggal. “Bukankah teman kita di alam kubur nanti adalah sedekah jariyah, amal shaleh dan doa anak anak shalih dan shalihah?” tandasnya.

Karenanya, tradisi yang diajarkan para ustadz dan ustadzah khususnya di madrasah ini kepada peserta didik sebagai hal positif. “Kami bangga,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Nasional, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Minggu, 04 Maret 2018

IPNU-IPPNU Kadur Pamekasan Buka Olimpiade Matematika

Pamekasan, Sang Pencerah Muslim. Olimpiade Mathematic And English Competition (MEC) yang digelar IPNU-IPPNU Kadur telah dibuka, Sabtu (19/1). Ketua MWCNU Kadur Pamekasan, KH Baidowi Absom didapuk sebagai pembuka kegiatan yang dilangsungkan di Pondok Pesanten Sumber Gayam.

IPNU-IPPNU Kadur Pamekasan Buka Olimpiade Matematika (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Kadur Pamekasan Buka Olimpiade Matematika (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Kadur Pamekasan Buka Olimpiade Matematika

Pembukaan yang dilangsungkan pagi hari tersebut ditempatkan di Auditorium SMA Al-Falah, Sumber Gayam, dihadiri oleh petinggi NU Kadur, Ketua PC IPNU Pamekasan, Ahmad Nasiruddin, pengurus pesantren, dan 30 peserta beserta dewan guru yang mendampinginya.

Pantauan Sang Pencerah Muslim, pembukaan tersebut berlangsung khidmat. Belasan panitia yang sebelumnya super sibuk, turut serta di dalamnya.

Sang Pencerah Muslim

Faisol Ansori, Ketua IPNU Kadur, menegaskan bahwa awalnya keraguan akan kesuksesan kegiatan MEC menyelimuti pikirannya. Sebab, kata Faisol, seminggu menjelang Hari H, yang mendaftar hanya 2 orang.

Sang Pencerah Muslim

"Tapi ternyata, mencapai 30 orang. Ini sangat menyenangkan," sela Baitiyah, Ketua Panitia, sembari menuturkan, peserta tersebut terdiri dari 12 delegasi MTs atau sederajat, dan 18 delegasi MA atau sederajat.

Helliyatul Mukarramah, Ketua IPPNU Kadur, menyatakan bahwa olimpiade MEC bakal dilangsungkan dua hari aktif, tanggal 19 - 20 Januari.

"Pada tanggal 19 Januari, peserta yang 30 ini, nantinya akan diambil 10 besar. Pada 20 Januari, akan bersaing lagi untuk memperebutkan juara 1, 2, dan atau 3. Antara juara tingkat MTs dan MA, nantinya dipisah," terang Helen, panggilan Helliyatul Mukarramah.

Sekretaris IPNU Kadur, Fathorrahman, menceritakan betapa terselenggaranya kegiatan tersebut tidak lepas dari kesemangatan pengurus IPNU dan IPPNU Kadur.

"Insya Allah, pasti sukses kalau disertai niatan ibadah dan kerja sama yang kuat di antara kita," ujar Oong, panggilan akrab Fathorrahman.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Hairul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Ahlussunnah, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Ansor Targetkan Enam Juta Kader Aktif

Lombok, Sang Pencerah Muslim. Ansor saat ini secara nasional menargetkan 6 juta kader aktif untuk lima tahun ke depan. Dengan memulai dari sekarang, Pimpinan Pusat gencar mendorong kepada Cabang maupun Wilayah se Indonesia agar target tersebut dapat terwujud berbasis data yang jelas seperti nomor kontak dan alamat lengkap kader.  

Hal ini disampaikan oleh Risqon Syah, wakil Sekjen PP GP Ansor kepada Sang Pencerah Muslim disela-sela Pelatihan Kader Dasar (PKD)dan Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL), Sabtu 23/05 di pesantren Darul Quran Bengkel Lombok Barat.

Ansor Targetkan Enam Juta Kader Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Targetkan Enam Juta Kader Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor Targetkan Enam Juta Kader Aktif

Istilah kepemimpinan dalam pelatihan Ansor ini bertujuan untuk melatih dan mencetak pemimpin, baik pemimpin Ansor, NU ke depan secara organisasi dan pemimpinan daerah maupun nasional ke depan.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, Ansor di tingkat pusat sedang merevitalisasi kegiatan Ansor untuk membuat kader-kader tangguh dan mendorong kepada Pimpinan Wilayah yang ada di tingkat Propinsi dan Pimpinan Cabang yang ada di tingkat Kabupaten/kota se Indonesia untuk membentuk Rijalul Ansor yang akan mempertahankan tradisi-tradisi Ahlussunah wal Jamaah seperti tahlilan, srakalan, maulidan dan tradisi-tradisi NU lainnya.

Sang Pencerah Muslim

Rijalul Ansor nanti akan melakukan kegiatan di masjid-masjid agung kabupaten/kota setempat dengan mengumpulkan 200-300 anggota maupun kader Ansor. Sumber peserta ini akan disupport oleh Ranting-Ranting Ansor yang ada di kecamatan maupun desa/kelurahan.

Ini semua menjadi upaya Ansor secara nasional untuk membantu dakwah dan kemajuan bagi NU itu sendiri.

Ia menambahkan, Nusa Tenggara Barat khususnya Lombok yang menjadi pulau seribu masjid harus diisi oleh kegiatan-kegiatan keagamaan ala NU agar masjid yang ada tidak vakum dan tidak diambil oleh kelompok-kelompok garis keras yang berpotensi melahirkan terorisme.

Ini penting dan cara inilah Ansor menjaga eksistensi Pancasila dan komitmen memepertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Dan kami dari Pimpinan Pusat Ansor akan memantau dan monitoring dari Jakarta melalui Wilayah dan Cabang yang ada,” katanya.

Di tempat yang sama, Ketua PC GP Ansor Lombok Barat Mujahid Ahmad mengaku siap mempertahankan tradisi-tradisi yang dimaksud oleh Pimpinan Pusat. “Karena saat ini sudah kami lakukan hanya saja memang belum terbentuk Rijalul Ansor secara formal,” tandasnya.

“Tapi yang jelas, menjadi tanggung jawab kami saat ini adalah bagaimana membentuk Ranting-Ranting di tingkat desa/kelurahan. Dan dalam waktu dekat setelah kegiatan PKD ini kami akan membentuk dan menajalankan aman organisasi tersebut,” janjinya. (hadi/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 17 Februari 2018

Penampilan Perdana Ahmad Tohari Membaca Puisi

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kepiawaian Ahmad Tohari dalam menulis karya prosa sudah tak rigaukan lagi. Salah satu pembuktiannya adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk yang melambungkan dan bahkan menguatkan namanya sebagai salah satu sastrawan terkemuka.

Lalu bagaimana bila Ahamd Tohari diminta menulis puisi danmembacakannya di depan publik?

Penampilannya pada Malam Pembacaan Puisi Hari Santri; Ketika Kiai Nyai Santrri Berpuisi; Pesantren tanpa Tanda Titik, di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Senin (17/10) malam, menjadi jawabannya.

Penampilan Perdana Ahmad Tohari Membaca Puisi (Sumber Gambar : Nu Online)
Penampilan Perdana Ahmad Tohari Membaca Puisi (Sumber Gambar : Nu Online)

Penampilan Perdana Ahmad Tohari Membaca Puisi

“Saya susah tidur untuk menulis puisi ini,” kata Tohari tentang proses kreatifnya.

"Ini pertama kali saya menulis puisi dan akan membacakannya, justru di usia hampir tujuh puluh tahun," lanjutnya.

Gaya Tohari yang sederhana dan tampak ndeso membuat penonton malam itu tertawa. Apalagi saat pembacaan puisi, sesekali ia menjelaskan maksud dari kata-kata atau istilah dalam puisinya. Karena puisi karangan Tohari teryata berisi semacam dialog dua tokoh, ia member jeda dan menjelaskan siapa tokoh yang sedang berbicara pada bagian tertentu dari puisinya.?

Sang Pencerah Muslim

“Mungkin puisi ini bukan puisi, lebih tepat cerita pendek yang dipadatkan,” kata Tohari.?

Berikut puisi lengkap yang dibuat dan dibacakan Tohari.

Kiai Asngari dan Dulkodir

di surau yang lantainya baru dikeramik,

Sang Pencerah Muslim

dan? corongnya dibikin lirih karena diprotes tetangga,

yang bilang, Tuhan tidak menyukai apa yang berlebihan,

malah ada yang membidahkan.

Kiai Asngari bersila memangku tasbih dan telepon pintar

di depannya duduk Kang Dulkodir yang lalu berkata





Kiai pernah bilang,? apa pun yang telah, sedang, dan akan terjadi

sudah tertulis di papan yang terjaga?

Tentang kapan sebutir telur semut akan? menetas

Tentang kapan sebuah gunung akan meletus

Dan? tentang apa saja?

Ya betul

Juga tentang datangnya zaman kurang waras saat ini?

Ya betul. Ini sungguh sudah tertulis di papan yang terjaga?

maka itu tetap terjadi?

meski kita telah berikhtiar untuk menjadi selalu waras :

rumusan mengenai tujuan? kemerdekaan sudah lama dipancangkan

dasar negara sudah digelar, undang-undang disusun

polisi yang tangkas?

jaksa yang berkumis

hakim yang cerdas, sudah diangkat dan digaji

oleh rakyat

DPR yang ketua dan anggotanya bisa mengahafal Pancasila

sambil nungging sekali pun

para pemimpin sering kita doakan?

semua itu ikhtiar membangun sarana untuk kehidupan waras?

tapi ternyata tatanan malah makin tidak waras

karena semua memang sudah tertulis di papan yang terjaga

bukan karena mutu ikhtiar yang rendah, tidak ikhlas

dan tidak istikamah?

mutu ikhtiar? yang rendah

tidak istikamah

tidak ikhlas

juga sudah tertulis di papan yang terjaga

Kiai, saya pusing



saya malah lega dan merasa ringan



tahu mengapa sulit mendatangkan pikiran dan perilaku waras

tahu dan sadar mengapa Yang Maha Berkehendak

tak sudi mengubah tulisan tentang nasib? kita di papan yang terjaga.

Subhanallah

(Kendi Setiawan)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 13 Februari 2018

PCNU Kota Semarang Siap Kawal Program Pemkot

Semarang, Sang Pencerah Muslim

Pengurus Cabang Nadhlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Jawa Tengah siap mengawal program Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dalam upaya menyejahterakan rakyat. NU sebagai bagian penting dari rakyat, tidaklah sebagai obyek program pemerintah, melainkan juga harus menjadi penentu kebijakan dan ikut berpartisipasi dalam pengawasan pelaksanaan program itu.?

Ketua PCNU Kota Semarang H Anasom menyampaikan, pasca dilantiknya Walikota dan Wakil Walikota Semarang ? 17 Februari 2016 lalu, pihaknya telah diminta saran dan masukan, serta diajak komunikasi dalam penyusunan program tahunan. Salah satu wujudnya adalah permintaan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Semarang kepada PCNU untuk memberi usulan program.?

PCNU Kota Semarang Siap Kawal Program Pemkot (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Kota Semarang Siap Kawal Program Pemkot (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Kota Semarang Siap Kawal Program Pemkot

“PCNU Kota Semarang siap mengawal program pemerintah. Kita harus terlibat dalam penentuan kebijakan, pengawasan dalam pelaksanaan, serta memastikan sampainya program itu kepada masyarakat. Maka PCNU ikut memasukkan program usulan,” terangnya di sela rapat pleno pembentukan Panitia Konferensi Cabang (Konfercab) 2016 di Kantor PCNU Jl Puspogiwang I/47 Kota Semarang, Jum’at (18/2).?

Anasom yang secara aturan berhak mencalonkan diri kembali dalam Konfercab 2016 menjelaskan, Badan Kesbanglinmas Kota Semarang telah meminta secara resmi kepada PCNU Kota Semarang untuk membuat usulan program untuk tahun anggaran 2017.?

Merespon hal itu, pihaknya telah menggelar rapat pleno pengurus untuk menyusun program sebagaimana diminta Pemkot. Selain Tanfizdiyah yang membuat usulan program, tambahnya, seluruh lembaga dan badan otonom NU juga telah disuruh membuat usulan program sesuai bidang garapan masing-masing.?

Sang Pencerah Muslim

Ia pesankan, program yang dibuat harus sesuai dengan tema pemerintah saat ini. Istilahnya, nyantol dengan slogan dan program pemerintah. Jadi, tidak melulu bertema keagamaan.?

“Saya ajak semua pengurus NU baik tanfidziyah maupun lembaga dan banom untuk menyusun program yang sesuai tema pemerintah. Jadi tidak melulu bertema keagamaan. Misalnya tema tentang Bela Negara, atau menuju Indonesia Hebat,” jelasnya.?

Dosen Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang juga mengharapkan, NU tidak sekedar diberi anggaran dari skema hibah atau bantuan sosial, tetapi benar-benar dilibatkan dalam pelaksanaan program pemerintah daerah.?

Dalam rapat tersebut diputuskan, Konfercab NU Kota Semarang akan dilaksanakan sebelum Ramadhan, atau di bulan Mei 2016. Meski pengurus periode sekarang, 2011-2016 baru akan berakhir September 2016, tetapi Konfercab diharapkan terlaksana lebih cepat dan pengurus baru terbentuk lebih dini.?

Sang Pencerah Muslim

Rapat dipimpin langsung oleh Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Shodiq Hamzah. Dihadiri Musytasyar PCNU KH Ahmad, KH Ahmad Hadlor Ihsan, serta sejumlah pengurus Syuriyah, pengurus Tanfidziyah, lembaga dan badan otonom.?

Diputuskan pula, ketua panitia Konfercab adalah Afdlori. Setelah mendapat mandat, Afdlori langsung membuat kelengkapan struktur kepanitiaan. (Ichwan/Fathoni)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Nusantara Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 10 Februari 2018

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng

Jember, Sang Pencerah Muslim

Puncak acara Harlah NU ke-82 di tingkat Kabupaten diselenggarakan dengan sederhana di aula PCNU, Jl. Imam Bonjol, Kaliwates, Sabtu (26/1) lalu. Acaranya hanya diisi dengan istighotsah dan tausiyah dari beberapa kiai.

Undangannya juga terbatas, yaitu para petinggi PCNU dan para pengurus MWC NU. Yang menarik, tumpengnya diperoleh dari urunan beberapa pengurus MWCNU, dan beberapa diantaranya disumbang DPC PKB Jember.

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)
Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng

Dalam thausiyahnya, Katib Syuriah PCNU Jember, KH. Abdullah Syamsul Arifin menegaskan, dengan bertambahnya usia, NU harus semakin dewasa dan lebih kreatif lagi dalam memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat. Demikian juga dalam menyikapi perkembangan politik, NU dituntut lebih dewasa.

Sang Pencerah Muslim

“Artinya, silahkan warga NU berpolitik di partai apa saja, tapi jangan sampai mengorbankan kerukunan”, katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Gus A’ab –sapaan akrabnya— politik itu hanya urusan lima menit, yaitu ketika warga masuk ke bilik pencoblosan. Karena hanya lima menit, maka sangat rugi jika urusan politik membuat persaudaraan kocar-kacir. “Rugi kita kalau perkawanan rusak gara-gara yang lima menit itu”, terangnya.

Diakuinya, ghirah politik warga NU sangat besar, sehingga di mana-mana politikus NU selalu mewarnai kegiatan politik di berbagai levelnya. Agar tidak terjadi pertentangan politik, maka warga NU di tiap-tiap tingkatan, bisa menyesuaikan dengan kondisi politik di daerah masing-masing.

“Kalau di suatu kecamtan, banyak warga NU yang mendukung partai B, maka struktural NU daerah tersebut, juga bisa mengikuti, sehingga kondusif,” terangnya.

Gus A’ab menambahkan, NU tidak melarang warganya untuk  beraktifitas di partai politik apapun. Namun NU secara kelembagaan, tidak boleh berpolitik. Tapi kecenderungan politik memang tidak bisa dibantah.

“Kemana arah kecenderungan itu, tergantung siapa yang  lebih peduli kepada NU. Kalau orang lain baik kepada kita,  mengapa kita tidak baik kepada mereka. Ini ‘kan sangat normatif,” tegasnya. (ary).Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Pahlawan, News Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 03 Februari 2018

Perempuan dan Intelektualisme

Oleh Imawati Rofiqoh

--Sore itu, langit masih terlihat gelap, hujan yang baru saja membasahi bumi menyisakan bau khas tanah basah serta rumput, bunga dan pepohonan yang nampak segar di mata. Hawa dingin seolah mengajak kita untuk cukup berdiam diri di rumah dan menghangatkan tubuh, namun ajakan untuk bersantai tak selamanya musti kita turuti. Hari itu adalah hari kamis tanggal 16 April 2015, seperti biasa setiap hari kamis usai Ashar saya dan teman-teman berkumpul di serambi masjid Bukhori IAIN Surakarta.

Meskipun sore itu tak banyak yang datang untuk mengobrolkan buku seperti minggu-minggu sebelumnya, kita tetap memulai obrolan dengan bahagia. Komunitas “Serambi Kata” adalah komunitas obrolan buku yang digerakkan oleh mahasiswa IAIN Surakarta. Buku-buku yang dibahas dari berbagai banyak tema mulai dari pendidikan, sejarah, sastra, filsafat selain buku-buku keislaman yang menjadi buku utama dalam komunitas ini. Buku Ulama Perempuan Indonesia (2002) sengaja dipilih untuk menyambut dan memaknai Hari Kartini dan juga sebagai bentuk penghormatan dan ingatan terhadap peran ulama-ulama perempuan di Indonesia yang mempunyai gagasan sama dengan Kartini.

Buku kumpulan biografi perempuan yang ditulisan oleh beberapa orang dan dieditori oleh Jajat Burhanudin ini menarasikan tiga belas tokoh perempuan. Mereka adalah Rahmah el-Yunusiah, Nyai Ahmad Dahlan, Haji Rangkayo Rasuna Said, Sholihah A. Wahid Hasyim, Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Suryani Thahir, Tutty Alawiyah, Aisyah Aminy, Hj. Hadiyah Salim, Rofiqoh Darto Wahab, Lutfiah Sungkar, Ny. Hj. Chamnah, Hj. Nonoh Hasanah. Isfaroh, mahasiswa Aqidah Filsafat sebagai pengisah utama memulai obrolan dengan gagasan Azyumardi Azra yang memberikan kata pengantar dalam buku ini perihal pentingnya biografi perempuan termasuk mereka yang mempunyai peran besar semasa hidupnya, sehingga dengan begitu perempuan tidak hanya melulu diketahui sosok yang dilahirkan lalu mati tapi juga ada biografi sosial-intelektual yang bisa dipelajari bahkan bisa ditafsirkan ulang.

Perempuan dan Intelektualisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Perempuan dan Intelektualisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Perempuan dan Intelektualisme

Azra menyatakan kelangkaan kajian tentang biografi ulama perempuan salah satunya karena langkanya sumber-sumber tertulis, berbagai usaha musti dilakukan untuk dapat menghadirkan sejarah keulamaan. Di Timur Tengah usaha tersebut dilakukan dengan adanya Tarajim, yaitu kamus Biografi. Karena hal tersebut akan memberi pengaruh besar dalam perkembangan keislaman. Namun, sekali lagi biografi yang dimaksud tak hanya menghadirkan riwayat kelahiran atau pun kematian, namun juga kiprahnya dalam keagamaan khususnya keislaman, keindonesiaan dan kemanusiaan.

Sebagai contoh dari tiga belas biografi ulama perempuan adalah Rahmah el-Yunusiah sebagai pelopor pendidikan perempuan. Ia lahir di Sumatra Barat tahun 1900. Rahmah mendapat gelar Syaikhah oleh Universitas al-Azhar Kairo. Ketekunan dan keberhasilan dalam menjalankan sistem di Diniyah School Putri yang ia dirikan di Minangkabau menarik perhatian Rektor Universitas al-Azhar Kairo, Dr. Syaikh Abdurrahman Taj yang kemudian mengadopsi pembelajaran yang dipraktikannya lalu dijadikan bahan ajar untuk mahasiswa di Kairo.

Sang Pencerah Muslim

Selain Rahmah ada Hj. Nonoh Hasanah. ia adalah perintis pesantren putri di Jawa Barat. Ia lahir tahun 1938 di kampung Nagrog Tasik Malaya. Meskipun pada masanya belum mengenal emansipasi maupun feminisme, Nonoh memiliki keinginan untuk meningkatkan kualitas perempuan dan mampu mengembangkan pemikirannya. Nonoh yang memilih menyelesaikan sekolah formalnya sampai kelas empat Sekolah Rakyat (SR) dan lebih fokus pada pengajian-pengajian kitab kuning mampu melahirkan pesantren putri di Jawa Barat. Tak hanya sibuk di pesantren, ia juga aktif sebagai pengurus cabang Muslimat NU. Selain itu, yang membuatnya lebih terhormat selain mendirikan pesantren putri, dia juga menulis riwayat Ashabul Kahfi dan Sejarah ‘Am al-Fil. Dari penerbitan dua karyanya ini yang kemudian dijual ke berbagai pesantren yang tersebar di wilayah Jawa Barat mampu membantu biaya pesantren, karena Nonoh mempunyai komitmen kuat untuk tidak menerima bantuan dari pemerintah.

Kiprah perempuan dalam dunia keislaman mengingatkan saya pada Neng Dara Affiah yang lahir pada tahun 1970 di kota kecil kawasan Banten. Buku garapannya yang berjudul Muslimah Feminis, Penjelajah Multi Identitas (2009) mengisahkan perjuangannya sebagai perempuan dan pemudi NU, gagasannya mengubah rubrik tabloid Warta PBNU Jakarta pada tahun 1992, yang awalnya rubrik resep makanan dan mode kemudian ia ganti dengan rubrik yang berisi tulisan-tulisan bermuatan filosofis. Saat itu, penanggung jawabnya adalah Gus Dur, yang dengan gembira dan terbuka menyambut gagasan tersebut. Gagasan inilah yang akhirnya menajadi peristiwa besar dalam NU terkait feminisme dalam dunia Islam. Tulisan-tulisan yang dihadikan dalam rubrik tersebut merupakan usaha untuk mengubah pola pikir perempuan khususnya NU, bahwa perempuan juga harus memberikan sumbangan gagasan dalam dunia Islam.

Melalui buku tersebut Neng Dara Affiah juga menulis dua orang perempuan yang menginspirasi dirinya untuk menghidupkan kembali literasi dengan pemikiran-pemikiran segar dalam tubuh NU, mereka adalah Maria Ulfah Anshor dan Musdah Mulia yang saat itu berada dalam kepengurusan Fatayat NU. Itulah masa dimana Organisasi NU memiliki kiprah literasi dan pemikiran yang baru termasuk gagasan peran perempuan. M Dawam Rahardjo (2009) mengakui ketiga tokoh perempuan tersebut adalah Kartini abad 21. Tentu hal tersebut tidak terlepas dari peran Gus Dur untuk menjadikan NU sebagai organisasi pembaharu yang peduli terhadap perkembangan keislaman dan keindonesiaan dan melek sejarah.

Melalui pidato yang terdokumentasikan dalam buku Wanita Islam Indonesia, Dalam Kajian Tekstual dan Kontesktual (1993) Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa perempuan Islam Indonesia telah mengalami perkembangan yang paradoks. Paradoks di sini berarti bahwa dengan terbuka luasnya pendidikan tinggi bagi perempuan dalam bidang agama justru seringkali membawa perempuan pada kecenderungan yang tidak jelas.? Para perempuan yang berpendidikan masih bergumul dalam persoalan halal-haram dan masih sulit untuk bergerak jauh dalam gagasan yang nantinya akan memberikan sumbangan besar bagi kemanusiaan.

Maka, dengan mempelajari biografi ulama perempuan bisa menjadi ruang untuk merenungkan kembali gagasan berislam dan berindonesia para perempuan muslimah di Indonesia. Menjadi perempuan muslimah dalam konteks keislaman khususnya dalam kalangan pelajar perempuan NU tidaklah cukup dengan hanya mengikuti shalawat, tahlilan, yasinan, memajang foto kiai NU di ruang tamu sebagaimana yang dilakukan oleh kaum tua atau pengikut fanatis NU. Lebih dari itu, menjadi pelajar perempuan dengan membaca buku-buku sastra, sejarah, keislaman bisa memberi jaminan dan pengesahan menjadi perempuan sebagai penerus gagasan-gagasan Gus Dur.

Sang Pencerah Muslim

Gus Dur yang seumur hidupnya dikelilingi oleh lima orang perempuan, satu dan empat anak perempuan, bisa menjadi contoh dalam mengimani persemaian gagasan keislaman yang membumi dan kemanusiaan yang universal. Perempuan muslimah bisa menjadi suluh bagi keislaman dan kemanusiaan baik di tingkat lokal, nasional dan internasional.

Imawati Rofiqoh, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab IAIN Surakarta

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 19 Januari 2018

Banser Purworejo Gelar Diklatsar dan Baksos ATS

Purworejo, Sang Pencerah Muslim. Sebagai upaya membantu masyarakat dan melengkapi pengabdian pada umat, Satkorcab Banser Purworejo, Jawa Tengah menggelar bakti sosial penyembuhan alternatif penyakit medis dan nonmedis Aji Tapak Sesontengan (ATS) dengan menghadirkan instruktur Satkornas Banser Husada.

Banser Purworejo Gelar Diklatsar dan Baksos ATS (Sumber Gambar : Nu Online)
Banser Purworejo Gelar Diklatsar dan Baksos ATS (Sumber Gambar : Nu Online)

Banser Purworejo Gelar Diklatsar dan Baksos ATS

Kegiatan tersebut, ujar Kasatkorcab Banser Purworejo, Daryanto, di Kutoarjo, Rabu (1/11), akan menjadi rangkaian pembukaan Diklatsar Banser Purworejo, di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing yang merupakan tempat kelahiran WR Supratman pada Jumat, 3 November 2017, mulai pukul 08.00-11.30 WIB. Informasi 085292581234.

"Kaderisasi adalah kegiatan pengkaderan yang rutin dilakukan Satkorcab Banser Purworejo. Hanya saja pada pengkaderan kali ini agak sedikit berbeda, karena kita mendatangkan secara khusus instruktur Banser Husada Satkornas Banser sekaligus kamitua atau master ATS Global Indonesia dari Tim Swarna Raya sahabat Gatot Arifianto," kata Kasetma Banser Purworejo, Abdul Azis menambahkan.

Untuk diketahui, ATS merupakan warisan husada leluhur nusantara untuk penyembuhan beragam penyakit non medis dan medis seperti alergi dingin, mata minus dan plus, nyeri persendian, amandel, sakit pinggang, sakit gigi, migrain, vertigo, saraf kejepit, sakit tengkuk, asam urat, asma, bronchitis, lemah jantung dan lain-lain.

Sang Pencerah Muslim

ATS juga sudah banyak digunakan masyarakat mancanegara seperti Jerman, Singapura, Polandia, Belanda, Jepang, Amerika, Meksiko Australia, Belgia hingga Spanyol karena sederhana.

Penyembuhan alternatif ATS metode akan digelar di areal SD Somongari, tanpa modus jual obat dan gratis.

Hanya saja, bagi masyarakat yang memiliki rejeki lebih atau ingin ikut serta menghijaukan bumi, silakan berdonasi seihklasnya untuk pembelian dan penanaman pohon dalam program sedekah oksigen.

Sang Pencerah Muslim

Hasil donasi sedekah oksigen tersebut akan dibelikan satu jenis pohon untuk ditanam di lokasi bakti sosial sebagai kenang-kenangan atau tanda sinergi kerja kemanusiaan plus lingkungan hidup berlangsung. S MVekaligus penghormatan pada bumi yang kelak diwariskan pada anak cucu bangsa Indonesia.

Sedekah oksigen sendiri telah digelar Satkornas Basada di Banyuasin, Sumatera Selatan dan berlangsung sukses, membantu kesembuhan 200 masyarakat dan diakhiri dengan menanam 50 pohon nangka di Desa Sukadamai, Kecamatan Tanjung Lago.

"Kami haturkan terimakasih sebesar besarnya pada seluruh kader Ansor, Banser dan masyarakat yang menopang suksesnya kaderisasi. Terlebih lagi pada  Satkornas Banser Husada yang berkenan terlibat aktif dalam kegiatan Satkorcab Banser Purworejo. Semoga apa yang kita kerjakan mendapat imbal kebaikan yang berlebih dari Allah," ujar Azis yang merupakan ketua panitia kegiatan. (Malikaisa/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Santri, AlaNu, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 17 Januari 2018

Buka Konbes, Waketum PBNU Sampaikan Ceramah Kepemimpinan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Wakil Ketua Umum PBNU H Asad Said Ali menyampaikan ceramah kepemimpinan saat pembukaan Konferensi Besar IPPNU 2014, Jumat (28/2) siang. Di hadapan sedikitnya 200 peserta, ia menyebutkan lebih terang sifat-sifat kepemimpinan sungguhan.

Kepemimpinan, menurutnya, harus dijiwai oleh semangat kejujuran, keadilan, istiqamah, dan amanah. Karena ia bukan sekadar gerakan lahir sebuah sistem dan struktur. Lebih dari itu, kepemimpinan merupakan proyek jangka panjang dalam membangun fondasi-fondasi kemaslahatan.

Buka Konbes, Waketum PBNU Sampaikan Ceramah Kepemimpinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Buka Konbes, Waketum PBNU Sampaikan Ceramah Kepemimpinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Buka Konbes, Waketum PBNU Sampaikan Ceramah Kepemimpinan

Dalam pada itu, sejauhmana pemimpin mengintegrasikan nilai-nilai di atas sangat menentukan warna kepmimpinan.

Sang Pencerah Muslim

Berkaitan dengan pelajar putri NU, H Asad mengatakan, “Tugas IPPNU sekurangnya dua, yaitu mengenal aswaja dan setia pada NKRI.”

Dua hal itu bisa diterjemahkan bahwa kita sebagai warga negara harus tetap mengenal agama, tetapi juga di dalam rangka patuh bernegara, tandas H Asad di area Konbes IPPNU 2014 di Gedung PP PON Kemenpora Cibubur, Jakarta Timur.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan seorang delegasi Kemenpora Hamka Hamdan mengatakan, IPPNU terbilang organisasi yang tertib. Karenanya, “Kemenpora beberapa bulan lalu menempatkan organisasi ini pada peringkat kedua OKP terbaik.”

Tampak hadir dalam pembukaan Ketua Umum PP ISNU Ali Masykur Musa dan Ketua Umum PP IPNU Khairul Anam. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Sejarah, Kajian Sang Pencerah Muslim

Kamis, 04 Januari 2018

Ketua Muslimat NU Wakili Indonesia di Forum Internasional

Malta, Sang Pencerah Muslim - Kesadaran atas meningkatnya ancaman ekstremisme, intoleransi rasial, dan kejahatan intelektual, telah menghimpun wakil berbagai bangsa membentuk Dewan Toleransi dan Perdamaian Global, demikian kantor berita Antara melaporkan.

Diluncurkan di Malta pada Kamis pekan lalu dalam sebuah upacara resmi di Maltas Mediterranean Convention Center. Mereka berhimpun atas undangan bersama Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Population Fund/UNFPA) dan Pemerintah Malta.

Ketua Muslimat NU Wakili Indonesia di Forum Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketua Muslimat NU Wakili Indonesia di Forum Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketua Muslimat NU Wakili Indonesia di Forum Internasional

"Kami berhimpun untuk membangun cinta dan toleransi bersama dan untuk menyebarkan budaya damai di seluruh dunia," kata Ketua Muslimat NU Yenny Wahid yang diundang mewakili Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

Delapan pendiri dewan tersebut adalah Amerika Serikat, Argentina, Uni Emirat Arab, Comoros, Albania, India, Mesir dan Indonesia.

Dengan kantor pusatnya yang berbasis di pulau Malta dan kantor penghubung di seluruh dunia, misi utama dewan internasional ini adalah untuk menyebarkan budaya toleransi untuk mencapai perdamaian dunia.

Upacara tersebut dihadiri oleh Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat, Presiden Dewan Toleransi dan Perdamaian Global yang baru terpilih, Ahmed bin Mohammed Al-Jarwan, sejumlah menteri luar negeri, pendidikan, pemuda dan budaya dari beberapa negara, Amerika Serikat. Perwakilan negara, Sheikh Al-Azhar, kepala organisasi internasional, universitas, dan media.

Sang Pencerah Muslim

"Dunia kita menghadapi banyak tantangan, konflik, ketidaksetaraan, intoleransi mematikan dan ancaman keamanan, termasuk senjata nuklir," ujar Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Anto nano Guterres, dalam sebuah video dokumenter yang diputar pada acara tersebut.

"Kami memiliki alat dan kemauan untuk mengatasi tantangan ini, terutama karena ancaman melampaui batas negara-negara yang bersangkutan. Memastikan hak asasi manusia dan martabat manusia untuk semua membangun dunia perdamaian dan keadilan yang abadi," Sekretaris Jenderal PBB menambahkan.

Guterres terus bertanya-tanya tentang sarana untuk menyediakan jutaan orang yang menderita perang berskala besar yang tampaknya tidak pernah berakhir.

"Tidak ada yang menang dalam perang ini, semua orang kalah, terutama karena ancaman teroris global yang baru mempengaruhi kita semua dan mendestabilisasi sebagian besar wilayah. Jadi, perdamaian selalu menjadi tujuan dan panduan kita."

Dalam pidato yang disampaikannya di Pusat Konferensi Mediterania Global, Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat, mengatakan bahwa dia senang bahwa Malta telah terpilih sebagai markas baru Dewan.

"Kami berada di sini hari ini karena kita tinggal di saat kita tidak bisa lagi menerima perdamaian dengan sendirinya.," kata Perdana Menteri, "ada kebutuhan untuk mengatasi kerusuhan yang telah disaring di seluruh dunia, dan juga kebutuhan untuk menangani masalah orang kekhawatiran tentang ini. "

Dia mengatakan bahwa peran pemerintah untuk mencegah konflik dan menjamin stabilitas, dan ketidakstabilan di negara manapun mempengaruhi perdagangan dan produktivitas secara negatif.  "Adalah tugas saya untuk melindungi warga Maltese, tidak hanya dari konflik, tapi untuk memastikan hak asasi manusia kita terlindungi," katanya.

Misi GCTP sejalan dengan tujuan kebijakan luar negeri Malta, dia menjelaskan, menambahkan bahwa sebagai negara netral, pulau kita selalu menjadi promotor perdamaian di semua negara.

Selain itu, dia mengatakan bahwa Malta telah dipilih sebagai dewan baru untuk pengakuan tujuan kebijakannya.  "Malta percaya bahwa budaya yang berbeda dapat hidup berdampingan dan keragaman itu memperkaya kita. Apa yang kita miliki bersama - kemanusiaan kita - seharusnya menjadi apa yang menyatukan kita," Perdana Menteri mempertahankannya.

Malta akan berhasil memastikan generasi sekarang dan generasi berikutnya menginternalisasi nilai-nilai sejati bangsa kita, yaitu perdamaian, kesetaraan dan toleransi terhadap berbagai budaya dan latar belakang, dia menambahkan, bahwa tidak ada ruang dalam demokrasi kita untuk kebencian dan kebencian.

Pemerintah Malta dapat memastikan bahwa warganya dapat menyadari potensi penuh mereka, bebas dari rasa takut dan penindasan apapun, katanya dalam sambutan penutupnya, dengan mempertahankan bahwa Malta memiliki pintu terbuka untuk semua pihak yang ingin mempromosikan perdamaian.

Sementara itu, Presiden Dewan Toleransi Global, Ahmed bin Mohammed Al-Jarwan, membunyikan alarm tentang bahaya terorisme, fanatisme, kebencian, pembersihan etnis, sektarianisme, dan ekstremisme ras saat ini, yang dia gambarkan sebagai "tumbuh dan berkembang. tumbuh seperti kanker dan membahayakan kedamaian dunia." (Masdar)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Ahlussunnah, Nahdlatul Ulama Sang Pencerah Muslim

Jumat, 29 Desember 2017

GP Ansor Trangkil Siapkan Reorganisasi Ranting-ranting

Pati, Sang Pencerah Muslim

Pertemuan bulanan Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah memunculkan masukan agar pengurus setempat fokus melakukan reorganisasi di tiap-tiap ranting GP Ansor di Kecamatan Trangkil.

Forum rutin yang diikuti para alumni program Pendidikan Dan Latihan Dasar (Diklatsar) Banser (Barisan Ansor Serbaguna) Kecamatan Trangkil tersebut juga menjadi ajang silaturahim, konsolidasi antaranggota, dan pembahasan beberapa hal.

GP Ansor Trangkil Siapkan Reorganisasi Ranting-ranting (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Trangkil Siapkan Reorganisasi Ranting-ranting (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Trangkil Siapkan Reorganisasi Ranting-ranting

“Kami menyadari, pengurus Ansor memang harus segera dibentuk pembaharuan kepengurusan untuk mengoptimalkan Gerakan Pemuda Ansor. Karena banyak pengurus yang umurnya lebih dari 40 tahun,” ujar ketua PAC GP Ansor Kecamatan Trangkil Abdul Rohim.

Sang Pencerah Muslim

Pertemuan Ahad (20/3) malam itu juga menyinggung soal agenda pengajian di Desa Sambilawang, Kecamatan Trangkil, yang digelar hari ini, 22 Maret 2016. “Kami menempatkan 30 personel Banser untuk acara pengajian nanti,” ungkap ketua Satkoryon Banser Trangkil H Kholil Ismail.

Sang Pencerah Muslim

Pertemuan kali ini juga dihadiri Wakil Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Kabupaten Pati A Itqonul Hakim. Dia mengapresiasi PAC Kecamatan Trangkil yang selalu aktif dalam kegiatan Ansor. Mulai dari pertemuan rutin, pelatihan pencak silat, hingga pelatihan pengelolaan sampah., Menurutnya, banyak instruktur pelatihan Diklatsar di tingkat cabang yang berasal dari PAC GP Ansor Trangkil.

“Trangkil menjadi PAC yang paling aktif organisasinya. Kami sangat antusias terhadap perkembangan di PAC Trangkil ini. Kami juga siap mendukung setiap kegiatan yang telah diprogramkan,” tutur A Itqonul Hakim. (Hasannudin/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ulama, Ahlussunnah, Nasional Sang Pencerah Muslim

Selasa, 26 Desember 2017

Berkah Tiang Listrik

Jakarta, NU Onlie

Tragedi tiang listrik yang sempat ramai dibicarakan rupanya menjadi topik bahasan yang cukup menarik dalam Suluk Maleman Akal Sakit, Bangsa Dihimpit yang digelar di rumah Adab Indonesia Mulia Sabtu (25/11) malam.

Kejadian itu bahkan dinilai budayawan yang juga penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Ba’asyin, mampu menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat. Pasalnya rakyat seperti disadarkan betapa konyol dan kekanak-kanakannya perilaku para pemimpinnya.

“Seringnya rakyat dipaksa habis-habisan membela mereka, bahkan bersedia diadu-domba diantara sesama mereka; sedangkan elite politiknya justru berperilaku naif dan tak memedulikan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, dengan kejadian tiang listrik itu bisa menjadi pembuktian bahwa selama ini yang habis-habisan mereka perjuangkan hanya sinetron dagelan belaka,” ujar Anis Sholeh Ba’asyin.

Berkah Tiang Listrik (Sumber Gambar : Nu Online)
Berkah Tiang Listrik (Sumber Gambar : Nu Online)

Berkah Tiang Listrik

Tak hanya itu, di era sekarang ini masyarakat juga seringkali dididik untuk membuat bangunan-bangunan kebohongan. Hal itu serupa dengan zaman Nabi Ibrahim dimana setiap kelompok masyarakat membuat patung-patung berhala pujaannya sendiri.

“Begitu pula sejarah, sedikit demi sedikit diubah sehingga nantinya kita tidak lagi sadar dan mengingatnya lagi. Banyak hal direncanakan dan dilakukan bersamaan untuk tujuan menghancurkan kita dari berbagai arah,” tambahnya. 

Meskipun kondisi saat ini penuh kekacauan, namun Anis tetap mengingatkan agar kita tidak perlu panik dan pusing. Karena dirinya meyakini segala sesuatu yang terjadi tak lain karena kehendak Allah.

Sang Pencerah Muslim

“Nabi Muhammad dulu juga diberi wahyu sendirian ditengah kondisi masyarakat yang kacau. Tapi nabi selalu punya keyakinan dan itulah yang membuatnya menjadi terhubung dan dimudahkan jalannya,” terangnya.

KH. Abdullah Umar Fayumi, pemateri dalam Suluk Maleman menambahkan, dalam menjalani kehidupan setiap orang sebaiknya melakukan sesuatu bukan karena keinginan melainkan dari sebuah keyakinan. Hal itu pulalah yang diajarkan oleh leluhur sebagai sikap seorang waskita.

“Ada tiga hal yakni waskita, waspada, dan wicaksana. Waskito mengajarkan agar kita bisa membaca realitas baik tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan,”ujarnya. 

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan waspada mengajarkan untuk bagaimana bisa memilih sesuatu yang tepat. Barulah kemudian dijalankan dengan wicaksana atau bijaksana. Yakni pelan tapi pasti atau istiqomah. Yakin dengan pilihannya. 

Dia pun mencontohkan sikap itu seperti yang dimiliki oleh Gus Dur semasa hidupnya. Gus Dur, dikatakannya memiliki lima sikap yang mampu menjadi treatment dalam mengatasi sikap keduniawiannya.

“Gus Dur itu mandiri. Sudah merdeka dengan dirinya, makanya berani bersikap, selalu melakukan sesuatu karena keyakinan, bukan karena keinginan atau menggunakan bahasa lain: bukan karena ke-aku-an. Kecuali itu, beliau berjuang menggunakan cinta. Oleh karena itu Gus Dur mampu menyingkirkan penghalang mental sehingga akal kholbunya bisa terbuka,” ujarnya.

Sementara itu, dalam menjalani kehidupan yang serba pelik dan penuh tipudaya ini, Anis Sholeh Ba’asyin juga menganalogikan serupa saat nabi Musa melawan tukang sihir Firaun. Saat dihadapkan pada situasi penuh tipu daya tersebut, Nabi Musa diminta untuk melemparkan apa yang ada di tangan kanannya.

“Padahal kita tahu tangan kanan adalah simbol kebaikan. Maka dari itu berbuatlah kebaikan secara terus menerus. Dan sihir-sihir yang selama itu disebar oleh kelompok yang ingin menghancurkan kita, nantinya akan menghilang. Kalaupun belum bisa berbuat kebaikan minimal kita tidak berbuat keburukan kepada orang lain,”ujarnya.

Acara Suluk Maleman itupun semakin ramai dengan selingan dari musik Sampak GusUran. Alunan musik beraliran religi itu membuat ratusan hadirin di acara ngaji budaya semakin khidmat dalam menyimak. Hingga kegiatan itu tak terasa baru rampung pada Ahad (26/11) dini hari.

Foto: Anis Sholeh Ba’asyin dan KH. Abdullah Umar Fayumidalam Suluk Maleman di Rumah Adab Indonesia Mulia, Sabtu (25/11)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Budaya Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 16 Desember 2017

Pemerintah Akui Peran Penting Media dalam Keterbukaan Informasi Publik

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pemerintah melalui Komisi Informasi Pusat (KIP) selama ini terbantu dengan kerja-kerja jurnalisme profesional yang menjujung tinggi kode etik dalam mendorong keterbukaan informasi publik.

Menurut salah satu Komisioner KIP Heni Eswidianingsih, keterbukaan infomrasi publik yang juga menjadi konsentrasi kerja KIP mendorong media untuk mengikis berita-berita palsu (hoax) di tengah derasnya arus informasi, ? terutama melalui media sosial.

Pemerintah Akui Peran Penting Media dalam Keterbukaan Informasi Publik (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemerintah Akui Peran Penting Media dalam Keterbukaan Informasi Publik (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemerintah Akui Peran Penting Media dalam Keterbukaan Informasi Publik

“Saya berharap peran media melawan hoax dengan cepat melalui keterbukaan informasi,” ujar Heni dalam Diskusi Publik dan Media Gathering, Senin (22/5) di Wisma Antara Jakarta.

Dalam kegiatan yang dihadiri oleh para awak media dan perangkat pemerintah di seluruh lembaga dan kementerian ini, Heni juga mendorong kepatuhan badan publik dalam menyediakan keterbukaan informasi.

“Sehingga hal ini menjadi habit atau laku untuk seluruh lembaga negara,” jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Dia menekankan bahwa keterbukaan informasi publik jangan hanya ketika diminta, tetapi menjadi sebuah perilaku secara cepat untuk menyediakan informasi kepada masyarakat agar transparansi lembaga publik dan lembaga negara berjalan maksimal.

Dalam diskusi publik untuk mengurai keterbukaan informasi publik dalam melawan hoax ini, KIP menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Abdul Hamid Dipopramono (KIP), Budi Setyarso (Pemred Koran Tempo), Arfi Bambani Amri (Sekjen Aliansi Jurnalis Independen), dan Ratna Komala (Dewan Pers). (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Nusantara, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Senin, 11 Desember 2017

NU Muda Pedan Adakan Diskusi Kebangsaan

Klaten, Sang Pencerah Muslim - Kaum muda NU dari IPNU-IPPNU bersama Pagar Nusa PAC Pedan mengadakan diskusi kebangsaan bertajuk "Peran dan Fungsi Kader NU dalam Menjaga Nilai-nilai Pancasila" di gelar di halaman Masjid Al Fitroh Kedungan Pedan Klaten, Ahad (13/11).

Menurut Ketua PAC Pagar Nusa Pedan, Eko Saputro,diskusi ini diadakan untuk mencegah kader NU agar tidak mudah terprovokasi konten media sosial yang memecah belah umat. “Melalui diskusi ini, diharapkan kader NU menjadi kader yang kritis dan nasionalis yang baik. Diskusi ini adalah bentuk sinergi antar sesama banom NU,” papar Eko.

NU Muda Pedan Adakan Diskusi Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Muda Pedan Adakan Diskusi Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Muda Pedan Adakan Diskusi Kebangsaan

Dalam sesi diskusi, dipaparkan peran dan tugas NU yang semakin berat dalam menjaga NKRI. “Peran NU yakni menanamkan pada umat tentang nilai sosial budaya yang beradab, nilai toleransi antarumat, dan rasa cinta tanah,” terang ketua PAC IPNU Pedan, Ari Siswanto, yang menjadi salah satu pemateri.

Ari berharap, melalui kgiatan diskusi semacam ini, dapat menjadi wadah dalam membina dan mendidik para generasi NU, khususnya bagi para kader IPNU dan IPPNU Pedan yang baru terbentuk dan berjalan 1 tahun ini.

Sang Pencerah Muslim

“Selain bangga menjadi warga NU mereka juga harus paham akan peran NU dalam menjaga nilai-nilai Pancasila,” ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Diskusi dimulai pada pukul 09.00 WIB dengan pembacaan maulid al-Barzanji, dan? ditutup dengan doa pada pukul 11.00 WIB. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, Ahlussunnah, AlaSantri Sang Pencerah Muslim

Kamis, 23 November 2017

Empat Tim Kantongi Tiket Semifinal LSN Jatim 1, Dua Di Antaranya Tuan Rumah

Trenggalek, Sang Pencerah Muslim - Prediksi tentang tim mana saja yang berhasil mengantongi tiket menuju babak Semifinal Liga Santri Nusantara Jatim 1 sudah terjawab. Pada laga Perempat Final yang digelar di hari ketiga ini (20/9) empat dari 8 tim berhasil lolos menuju babak paling sengit.

Dua tim tuan rumah yaitu skuad Sulaiman Trenggalek dan Qomarul Hidayah masih menjadi tim yang patut diperhitungkan. Skuad Sulaiman berhasil mengalahkan skuat Darul Ulum Poncol Magetan dengan skor akhir 2-0. Skuad Qomarul Hidayah berhasil memaksa pulang Al-Basyariyah Madiun dengan skor 1-0.

Empat Tim Kantongi Tiket Semifinal LSN Jatim 1, Dua Di Antaranya Tuan Rumah (Sumber Gambar : Nu Online)
Empat Tim Kantongi Tiket Semifinal LSN Jatim 1, Dua Di Antaranya Tuan Rumah (Sumber Gambar : Nu Online)

Empat Tim Kantongi Tiket Semifinal LSN Jatim 1, Dua Di Antaranya Tuan Rumah

Kesebelasan Daruttaibin menjadi satu-satunya tim yang mewakili Kabupaten Tulungagung lolos ke babak semifinal setelah memulangkan kesebelasan MIA yang sama-sama berasal dari Tulungagung, dengan skor tipis 1-0.

Kesebelasan Darul Huda Mayak Ponorogo pun demikian, mereka membelikan tiket pulang kampung kepada kesebelasan Darul Quran Ngawi, dengan skor 2-0.

Sang Pencerah Muslim

Dari hasil pertandingan babak Perempat Final LSN Jawa Timur I, praktis tinggal empat pesantren yang akan beradu kuat pada laga Semifinal yang dihelat Rabu (20/9) pada pukul 15.00 di Stadion Menak Sopal Trenggalek dan Lapangan Sumber Gedong.

Sang Pencerah Muslim

Ketua RMI Trenggalek yang sekaligus Ketua Panitia Lokal, Gus Nur memprediksi pertandingan pada babak semifinal ini akan berlangsung ketat, sebab keempat tim akan memperebutkan tiket untuk berlaga di babak Final seri region. Lebih-lebih dua tim dari tuan rumah akan berlaga. Keduanya juga memiliki rekam yang bagus dalam permainanya

"Tapi kita juga tidak berandai-andai. Sebab bola itu bundar dan juga banyak kemungkinan dalam pertandingan nanti. Siapapun nanti yang menang, mereka adalah teman kita semuanya," ucapnya kepada Sang Pencerah Muslim.

Gus Nur berharap pelaksanaan semifinal nanti bisa berjalan lancar dan meriah."Kami kira nanti seluruh tim juga akan mencerahkan supporternya masing-masing, " imbuhnya. (Zaenal Faizin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 19 September 2017

PCINU Sudan Silaturrahim dengan Duta Besar RI

Khartoum, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU), Senin (14/5) siang lalu, melakukan silaturrahim dan audiensi dengan Duta Besar Replubik Indonesia Sudan Dr. Sujatmiko, di Kedutaan RI, Jalan Amarat, Khartoum.

Silaturrahim dan audiensi dimaksud untuk mempererat tali persaudaraan dan perkenalan pengurus baru periode 2012-2013 serta pengenalan program kerja selama setahun mendatang.

PCINU Sudan Silaturrahim dengan Duta Besar RI (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Sudan Silaturrahim dengan Duta Besar RI (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Sudan Silaturrahim dengan Duta Besar RI

Beberapa pengurus NU Khartoum hadir pada acara itu, antara lain; H Muhammad Shohib (Mustasyar), H Mirwan Achmad Taufiq (Rois Syuriyah), H Miftahuddin Ahimy (Ketua Tanfidziyah), HZulham Qudsi (Katib), H Auza’I Anwari (A’wan), beserta Pengurus Harian, Koordinator Lakpesdam, Lembaga Dakwah, Lembaga Perekonomian dan Lajnah Ta’lif wan Nasyr PCINU Khartoum Sudan.

Sang Pencerah Muslim

H Miftah Ahimy dalam sambutannya mengatakan; acara silaturrahim dan audiensi tersebut merupakan bagian dari agenda program PCINU Khartoum Sudan untuk memperkenalkan program selama satu periode serta mengaplikasikan ajaran Nabi Muhammad SAW yaitu mempererat tali persaudaraan. 

Sang Pencerah Muslim

Selain untuk memperkenalkan pengurus serta program kepengurusan, dalam acara itu Rois Syuriyah H Mirwan Achmad Taufiq PCINU Khartoum menjelaskan kepada Duta Besar bahwa keberadaan PCINU di luar negeri sama dengan NU yang ada di tanah air, yaitu mengemban amanah dalam menjaga paham Ahlussunnah wal Jama’ah, memperkenalkan Islam yang berpendidikan dan beradab. 

Niatan mulia tersebut disambut baik oleh Duta Besar RI untuk Sudan. Dr Sujatmiko mengucapkan terimakasih kepada PCINU atas kontribusinya selama ini yang telah tulus mendampingi masyarakat. Harapannya untuk periode tahun ini adalah mensukseskan program yang telah direncanakan dan lebih berkarya lagi agar sumbangsih kepada anggota serta masyarakat semakin bertambah. 

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Taufiq Zubaidi

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Internasional, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 09 Agustus 2017

Resolusi Jihad, Kulminasi Kebangsaan Santri

Oleh Muhammad Afiq Zahara

Dalam tulisan ini, saya akan menggunakan istilah kebangsaan, atau dalam bahasa Arab wathaniyyah sebagai mitra dari istilah ‘tanah air’. Wathaniyyah (kebangsaan) berbeda dengan qaumiyyah (kesukuan). Kebangsaan disatukan oleh tempat yang ditinggali (tanah air), terlepas dari agama, suku, bahasa dan budaya. Sedangkan kesukuan bersifat menyekat dan memisah, sangat eksklusif dan tidak terbuka. Untuk memahami keterkaitan kebangsaan dan resolusi jihad NU lebih dalam, mari kita bicarakan!

Resolusi Jihad, Kulminasi Kebangsaan Santri (Sumber Gambar : Nu Online)
Resolusi Jihad, Kulminasi Kebangsaan Santri (Sumber Gambar : Nu Online)

Resolusi Jihad, Kulminasi Kebangsaan Santri

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia secara fikih dipandang sebagai pendirian negara baru. Sebelumnya di Muktamar Banjarmasin tahun 1935, berdasarkan hukum fikih, NU mendukung pemerintah kolonial Belanda jika terjadi agresi militer oleh Jepang. Para kiai menempatkan pemerintah Belanda, meskipun Kristen, dalam bingkai Dar al-Sulh, yaitu negara yang menjaga relasi damai dengan orang-orang Islam, yang mana Belanda memberikan kebebasan penuh terhadap umat Islam dalam menjalankan agamanya. (Benyamin Fleming, Public Religion and The Pancasila-Based State of Indonesia: An Ethical and Sociological Analysis, New York: Peter Lang, 2008, hlm 113).

Setelah berdirinya Republik Indonesia (17 Agustus 1945), membela negara atau tanah air, dalam sudut pandang etis, menjadi kewajiban seluruh elemen bangsa. Sebagai salah satu elemen bangsa, KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa bahwa ‘membela tanah air hukumnya wajib (fardlu ‘ain)’. Fatwa itu keluar sebelum NU mengeluarkan resolusi jihad. Ini tidak sembarangan. Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah proklamasi 17 Agustus 1945, menurut KH. Hasyim Asy’ari adalah negara yang sah. Pandangan ini tidak hanya berdasarkan fikih semata, tapi juga jiwa kebangsaan yang menyala.

Hal inilah yang membedakan antara Muktamar Banjarmasin 1935 dengan fatwa Mbah Hasyim atau resolusi jihad NU. Meski keputusan Muktamar Banjarmasin mendukung Belanda, dukungan itu tidak benar-benar terealisasi secara nyata. Hampir tidak ada pergerakan lapangan maupun seruan untuk mengangkat senjata. Berbeda ketika NKRI telah berdiri sebagai negara. Mbah Hasyim memfatwakan jihad membela negara hukumnya wajib, kemudian disusul oleh pertemuan alim ulama se-Jawa-Madura yang menghasilkan resolusi jihad Nahdlatul Ulama. Disinilah cara pandang fikih bertemu dengan jiwa ketanah-airan dan kebangsaan kaum santri (kiai dan murid-muridnya).

Selain bentuk pengakuan legitimasi pemerintah yang sah, resolusi jihad juga merupakan kritik implisit NU terhadap pemerintah republik yang pasif. Sebab, pada akhir September tentara Inggris atas nama NICA (Netherlands Indies Civil Administration) berhasil menduduki ibukota. Pada pertengahan Oktober, tentara Jepang merebut kembali beberapa kota di Jawa dan menyerahkannya kepada Inggris. Sebelum pertemuan ulama se-Jawa-Madura, 22 Oktober 1945, Semarang dan Bandung telah jatuh.Sasaran berikutnya adalah Surabaya.(Martin van Bruinassen, NU: Tradisi, Relasi-Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru, terj. Farid Wajidi,Yogyakarta: LkiS, hlm 59-60)

Sang Pencerah Muslim

NU juga mengkritik pemerintah karena menandatangani Perjanjian Linggarjati dan Renville. Orang-orang NU memilih pendekatan anti kompromistis dalam menghadapi penjajah. Bagi mereka, Republik Indonesia adalah pemerintahan yang sah, yang harus diperjuangkan dan dibela mati-matian. (Martin van Bruinessen,1999, hlm 59-60). Dengan kata lain, Resolusi jihad NU meminta pemerintah untuk mendeklarasikan perang suci, melakukan perlawanan untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, sesuai dengan perintah agama dan rasa cinta tanah air yang tinggi.

Landasan teologisnya adalah (Q.S. al-Hajj [22]: 39-40), “udzina li alladzîna yuqâtalûna bi annahum dzulimû—telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena mereka telah dizalimi” dan “allazîna uhrijû min diyârihim bi ghair al-haq—yaitu orang-orang yang telah diusir dari tanah air mereka tanpa alasan yang benar.” 

Lafad diyâr merupakan jamak dari dâr yang artinya al-manzil al-maskûn (tempat tinggal) dan al-balad (negara). (Shawqi Daif, dkk, Mu’jam al-Wasith, Kairo: Maktabah al-Syuruq al-Dauliyyah, 2004, hlm 303). Jika ditelaah, al-manzil al-maskûn bisa ditempatkan sebagai bentuk individu (per-orangan) dan al-balad sebagai komunitas dari banyak individu. Artinya, al-dâr atu al-diyâr dalam al-Qur’an bermakna kesatuan individu dalam komunitas yang bertempat tinggal sama.

Hal ini telah dicontohkan penerapannya oleh Nabi Muhammad sendiri, melalui Piagam Madinah yang mengakomodir semua kelompok individu dan komunitas dalam satu kesepakatan bersama. Kesepakatan yang memberikan mereka kedudukan dan tugas yang sama dalam menjaga negara.

Sang Pencerah Muslim

Ketika terjadi serangan, semua kelompok harus turut serta dalam menghadapi ancaman itu, baik secara ekonomi maupun militer. Apa yang terjadi pada Bani Quraidhah, Nadhir dan Qainuqa’ bukan karena mereka beragama Yahudi, tetapi karena mereka mengkhianati kesepakatan tersebut, bahkan berbuat makar. Karena itu, yang dihukum hanya tiga bani tersebut. Orang Yahudi lainnya tidak terkena imbas atas pengkhianatan tiga bani tersebut.

Atas dasar itu, jika ada kekuatan asing yang hendak menyerang Indonesia sebagai negara berdaulat, ayat al-Hajj 39-40 harus diaktifkan. Karenanya tidak berlebihan menyebutresolusi jihad sebagai kulminasi kebangsaan kaum santri, atau respon nyata kaum santri (kiai dan murid-muridnya) terhadap krisis yang akan terjadi. Respon yang lahir dari perjumpaan landasan teologis (hukum Islam)dan jiwa kebangsaan, hingga KH. Wahab Chasbullah menciptakan lagu Hubb al-Wathan (Cinta Tanah Air), yang kemudian menjadi jargon para santri, hubb al-wathan min al-îmân—cinta tanah air sebagian dari iman.”

Sangat disayangkan, resolusi jihad NU tidak mendapatkan perhatian yang layak dari para sejarahwan. Tidak dapat dipungkiri, resolusi jihad memiliki dampak besar di Jawa Timur. Pasukan non-reguler banyak dibentuk sebagai respon langsung terhadap resolusi ini. Pada 10 November 1945, dua minggu setelah pasukan Inggris tiba di Surabaya, pembrontakan massal pecah. Banyak santri dan simpatisan NU yang terlibat dalam pembrontakan itu. Salah satunya Bung Tomo, meski tidak pernah menjadi santri, Ia sering datang ke Tebuireng untuk meminta nasihat kepada Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. (Martin van Bruinassen, 1999, hlm 60). Dengan kata lain, Bung Tomo adalah santri dalam arti yang lebih luas.

Dalam suasana hari santri ini, semoga saja ingatan kita terhadap sejarah besar ini tidak hilang terbawa usia. Peringatan jangan dimaknai sekedar peringatan, harus ada kilas balik sejarah yang membuat kita belajar dari masa lalu untuk memperbaiki masa depan. Sejarah harus membuat kita melihat ke depan, bukan menengok ke belakang dan hanya mengaguminya. Yang saya maksud adalah, jangan sekedar menjadi pewaris sejarah tapi juga orang yang mewariskan sejarah, tentu saja sejarah yang baik. Agar generasi kita selanjutnya bisa menengok ke belakang, mengambil manfaat dan terinspirasi olehnya, kemudian mengantarkan mereka menjadi manusia sejarah yang berkualitas.

Selamat hari santri, semoga amal ibadah para pejuang kita diterima oleh Allah SWT. Amin.

Penulis adalah Alumnus Pondok Pesantren al-Islah, Kaliketing, Doro, Pekalongan dan Pondok Pesantren Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Khutbah, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Senin, 24 Juli 2017

PMII Sumbar Bincang Islam Nusantara

Padang, Sang Pencerah Muslim? . Dalam rangka memperkuat silaturahim sesama pengurus, kader dan alumni, Pengurus Koordinaor Cabang (PKC) Pergarakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sumatera Barat (Sumbar) melaksanakan buka puasa bersama sekaligus bedah masalah Islam Nusantara.?

PMII Sumbar Bincang Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Sumbar Bincang Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Sumbar Bincang Islam Nusantara

Dalam pengantar diskusi yang berlangsung 9 Juli lau, Ketua PKC PMII sumbar Afriendi Sikumbang menyampaiakan, istilah Islam Nusantara adalah kajian yang sangat penting untuk dibedah. Sebabnya ada banyak pemahaman dan pro-kontra masyarakat.?

Menurutnya, Islam Nusantara tidak dapat dikatakan sebagai pengakuan atas keberadaan kelompok Islam yang ada di Nusantara adalah Islam yang tumbuh dan berakulturasi dengan budaya masyarakat Idonesia.

Sang Pencerah Muslim

Sementara Ketua PBNU yang juga Ketua Mabinda PKC PMII Sumatera Barat Prof.Dr.H. Maidir harun yang hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut menegaskan, Islam Nusantara adalah memegang teguh prinsip Islam Ahlussunnah Waljama’ah dan bukan yang lainnya.?

Sang Pencerah Muslim

Karena, kata dia, dengan Ber-aswaja, Islam dan Indonesia dapat menyatu. Agama juga mengakui keberadaan manusia sebagai makhluk berinteraksi dan berbudaya. Guru besar Fakultas Ilmu Budaya Islam IAIN Imam Bonjol Padang tersebut mendalihkan bahwa Islam Nusantara menjadikan umat toleran.

Toleran, menurut dia, bukan berarti mengakui kebenaran agama lain atau mengakui ajaran sesat, tetapi bagaimana menganggap mereka sebagai umat yang juga punya hak berkeyakinan. Jika mereka salah maka harus dirangkul yang penting tidak boleh melakukan kekerasan sesama umat manusia.

Hadir dalam acara buka puasa bersama seluruh Pengurus Cabang PMII Se-Sumbar, alumni PMII, pengurus PWNU, dan jajaran pengurus ? komisariat PMII se-Kota Padang. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 15 Juli 2017

Mahasiswa STAINU Sumbang Medali Emas SEAS Games VI

Rabat, Sang Pencerah Muslim. Pesta olahraga SEAS Games VI yang digelar mulai tanggal 21 hingga 25 Agustus 2013, resmi ditutup oleh panitia penyelenggara Thailand di gedung olah raga Moulay Ismail, Rabat pada Ahad (25/8) kemarin.

SEAS Games VI ini mempertandingkan lima cabang olahraga, yaitu futsal, volley, takraw, bulu tangkis dan tenis meja. Malaysia berhasil meraih Juara Umum dengan perolehan 3 medali emas, 3 medali perak dan 3 medali perunggu.

Mahasiswa STAINU Sumbang Medali Emas SEAS Games VI (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa STAINU Sumbang Medali Emas SEAS Games VI (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa STAINU Sumbang Medali Emas SEAS Games VI

Selanjutnya Thailand meraih juara II dengan meraih 3 medali emas 1 medali perak dan 2 medali perunggu. Sementara, Indonesia hanya menduduki posisi ke- III dengan raihan 1 medali emas dicabang olahraga tenis meja ganda pasangan Nizar Zulham mahasiswa STAINU Jakarta dan Ibrani Hasbi.

Pada cabang olah raga tenis meja single Nizar Zulham menyumbang satu medali perak sehingga Indonesia mendapatkan 3 medali perak dan 2 medali perunggu.

Sang Pencerah Muslim

Acara penutupan ini juga diisi dengan pagelaran seni dan budaya dari ketiga negara tersebut. Dari Indonesia menampilkan seni pencak silat yang dipimpin oleh A. Faiz Yunus (anggota Lembaga Dakwah PCINU Maroko), selanjutnya Malaysia menampilkan sebuah lagu diiringi tarian tradisional dan Thailand menampilkan permainan tradisional anak-anak yang dimainkan oleh mahasiswa/i Thailand.

Turut hadir pula, Duta Besar RI, Tosari Widjaja, Duta Besar Malaysia, Duta Besar Thailand dan Duta Besar Brunai Darussalam di Maroko. Semua Dubes yang hadir juga mendapatkan kehormatan untuk memberikan medali kepada semua atlet yang telah berhasil meraih juara.

Sang Pencerah Muslim

Tak ketinggalan, Lokal Staff dan Home Staff KBRI Rabat serta masyarakat dan semua mahasiswa Indonesia, Malaysia dan Thailand juga turut hadir memberikan apresiasi kepada semua atlet yang telah berlaga di SEAS Games VI ini.

Tahun ini, Thailand bertindak sebagai host SEAS GAMES ke-VI dan Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah SEAS GAMES VII dengan ditandai penyerahan bendera SEAS Games kepada ketua Perhimpunan pelajar Indonesia (PPI) Maroko Habib Choirul Musta’in.

Rasa kekeleuargaan, persatuan dan eratnya tali persaudaraan antar ketiga negara tersebut semakin terlihat tatkala semuanya turun ke tengah GOR Moulay Ismail untuk pengambilan foto bersama, bersalam-salaman dan dilanjutkan dengan ramah tamah. (Kusnadi El-Ghezwa/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits, Ahlussunnah, Nahdlatul Ulama Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock