Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Maret 2018

Ketua PP IPPNU Kunjungi Komisariat Unnes

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Farida Farichah selaku Ketua PP IPPNU melakukan kunjungan ke IPNU-IPPNU Komisariat Unnes pada 12 Januari 2013. Kunjungan diisi dengan sharing dan makan bersama dalam suasana yang santai. 

Ketua PP IPPNU Kunjungi Komisariat Unnes (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketua PP IPPNU Kunjungi Komisariat Unnes (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketua PP IPPNU Kunjungi Komisariat Unnes

Kunjungan tersebut merupakan agenda yang luar biasa bagi rekan-rekanita IPNU-IPPNU Komisariat Unnes. Mengingat bahwa Farida dulu adalah alumni dari IPPNU komisariat Unnes.

Dalam kunjungan tersebut hadir beberapa alumni antara lain Nur Syafaah (ketua IPPNU Unnes 2006), Maghfiroh (Ketua IPPNU Unnes 2008), Dian (ketua IPPNU Unnes 2012), Dina (Wakil Ketua IPPNU Unnes 2012) dan Irmawan (ketua IPNU Unnes 2012). 

Sang Pencerah Muslim

Acara tersebut dihadiri oleh pengurus IPNU-IPPNU Unnes 2013 Aan (Ketua IPNU), Ruqy (ketua IPPNU) dan pengurus yang lain (Mailiz, Ana,  Afifah, Singgih dan Zaqi). Dalam forum tersebut, “srikandi-srikandi” IPPNU Unnes saling berbagi pengalaman dan melepas rasa rindu setelah beberapa lama tidak bertemu.

“Ini merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga bisa mendapat pengalaman langsung dari alumni-alumni,” ujar Ruqy.

Sang Pencerah Muslim

Kepengurusan IPNU-IPPNU Komisariat Unnes sangat beruntung bisa didatangi langsung oleh ketua IPPNU, dan berharap dengan kedatangan Farida akan menambah kesemangatan bagi pengurus-pengurus baru.

“Ini memberi semangat bagi kita agar bisa mengikuti jejak alumni kita ini, sekarang tugas kita adalah merapatkan barisan, dengan meningkatkan dan mengaplikasikan Belajar, Berjuang dan Bertaqwa di kepengurusan yang baru di kampus Universitas Negeri Semarang,” ujar Aan.

Redaktur: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, News Sang Pencerah Muslim

Selasa, 20 Februari 2018

Tiang Masjid Al-Mukarromah Selalu Keluarkan Minyak

Rantau, Sang Pencerah Muslim. Kalimantan Selatan dikenal sebagai daerah yang banyak menyimpan bukti sejarah perkembangan Islam, salah satunya Masjid Al-Mukarromah di Desa Banua Halat Kiri, Kabupaten Tapin.



Tiang Masjid Al-Mukarromah Selalu Keluarkan Minyak (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiang Masjid Al-Mukarromah Selalu Keluarkan Minyak (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiang Masjid Al-Mukarromah Selalu Keluarkan Minyak

Masjid itu selalu diminati wisatawan karena salah satu tiang utama penopang masjid yang berarsitektur Banjar itu terus mengeluarkan minyak. Meski masjid itu telah berusia tua, minyak di tiang itu tidak pernah kering.

Wisatawan yang takjub dengan fenomena alam itu, salah satunya adalah rombongan dari PKK RT 19, Kelurahan Sungai Lulut, Banjarmasin. Sebagian besar dari pengunjung itu mengaku takjub dengan kebesaran Allah SWT itu.

Sang Pencerah Muslim

Setelah melaksanakan shalat sunat masjid, rombongan itu dengan seksama memerhatikan secara detail sudut bangunan masjid bersejarah yang konon dibangun kembali untuk kedua kalinya pada 1862 itu. Mereka berebut mengelus sebuah tiang berminyak dengan kapas, tisu, hingga lembaran uang kertas. Berbagai niat dan permintaan pun mereka utarakan saat mengusap tiang itu.

Sang Pencerah Muslim

"Itu adalah bukti kebesaran Allah SWT. Sebagai makhluk yang lemah, kita hanya bisa memohon kepada-Nya," kata seorang ibu yang berharap agar dengan minyak itu dapat disembuhkan dari penyakit yang dideritanya.

Untuk menuju masjid itu, pengunjung dapat menggunakan transportasi darat dari Kota Banjarmasin dengan waktu tempuh sekitar tiga jam atau berjarak kurang lebih 120 kilometer.

Pengelola Masjid Al-Mukarromah, Yahya (51), mengatakan, masjid itu memiliki sejarah panjang. Tidak diketahui secara jelas kapan pertama kali dibangun oleh Datu Ujung dari Sumatera itu. Yang jelas, mesjid itu dibangun untuk kedua kalinya pada 1862 setelah sempat dibakar Belanda.

"Pada saat terbakar, hampir seluruh material bangunan masjid yang berada di tepian sungai itu ludes. Yang tersisa hanya satu tiang utama yang kini terus mengeluarkan minyak itu," katanya.

Pada 2008 masjid itu pernah mendapatkan penghargaan Muri karena tercatat sebagai penyelenggara kegiatan Baayun Maulid atau tradisi mengayun anak saat bulan Maulid. Jumlah peserta saat itu mencapai 1.544 orang yang diayun di berbagai lokasi di sekitar masjid.

Yahya menjadi pengelola sejak 1988, menggantikan ayahnya, Mawi, yang meninggal pada usia 70 tahun, dan telah bertindak sebagai pengelola selama 17 tahun.        

Keberadaan masjid tua yang terbuat dari kayu ulin atau kayu besi itu kini banyak menarik perhatian kaum Muslim dari berbagai daerah, terutama pada bulan Maulid. Pengunjungnya pun dari berbagai daerah, seperti Pulau Jawa, atau sejumlah kota lain di Kalimantan, seperti Samarinda dan Palangkaraya. (ant/mad)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Ubudiyah Sang Pencerah Muslim

Sandal Khusus Kamar Mandi

Kamar mandi, kamar kecil, toilet, WC, dan berbagai sebutan lainnya merupakan tempat khusus yang dipergunakan manusia untuk membersihkan diri dari kotoran. Sehingga kamar mandi dan sejenisnya selalu identik dengan najis. Oleh karena itu wajar sekali jika seseorang sering merasa ragu akan kesuciannya ketika selesai mandi, buang air besar maupun kecil.

Kebanyakan keraguan seseorang bersumber dari telapak kaki sebagai anggota badan yang langsung bersentuhan dengan lantai kamar mandi. Sehingga seringkali seseorang berjalan dengan berjinjit sangat hati-hati. Merasa seolah lantai kamar mandi itu tidak bebas dari najis, padahal tidak demikian, jika memang lantai kamar mandi telah disiram berulang-ulang dengan air yang suci.

Namun demikian, keraguan adalah keraguan yang ada dalam hati yang susah untuk dihilangkan. Untuk menyiasati hal ini sebaiknya seseorang menyeidakan satu sandal khusus untuk ke kamar mandi, agar telapak kaki tidak bersentuhan langsung dengan lantai kamar mandi yang dianggap najis. Mengenai hal ini Imam Nawawi dalam Kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab pernah menjelaskan,

? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sandal Khusus Kamar Mandi (Sumber Gambar : Nu Online)
Sandal Khusus Kamar Mandi (Sumber Gambar : Nu Online)

Sandal Khusus Kamar Mandi

Diperbolehkan berihthiyath (berhati-hati) dalam masalah ibadah dan yang lain sehingga tidak mengakibatkan waswas.

Penekanan Ihthiyath (kehati-hatian) lebih diutamakan pada masalah ini, dikarenakan bersuci dari najis adalah salah satu syarat sahnya shalat, jika saja ada najis yang mengenai pakaian seseorang, maka akan menjulur pada keabsahan shalat itu sendiri.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan maksud dan tujuan dari memakai sandal sendiri adalah untuk menghindari keragu-raguan, najis dan kotoran itu sendiri. Maka jika terpenuhinya maksud tersebut adalah dengan memakai sandal, maka hal itu dianjurkan sebagai sarana terwujudnya maksud dan tujuan. Imam Nawawi melanjutkan penjelasannya, dalam kitab yang sama, 

? ? ? ? ? ?

Diperbolehkan juga berhati-hati untuk terpenuhinya maksud dan tujuan.

Sang Pencerah Muslim

Lebih baiknya seseorang menyediakan sandal khusus kamar mandi dan tidak dipakai kecuali hanya ketika hendak masuk kekamar mandi. Terlebih lagi jika kamar mandi tersebut tidak ada tempat cucian kaki, maka sandal khususu kamar mandi adalah solusinya. (Pen. Fuad H/Red. Ulil H)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, News, Berita Sang Pencerah Muslim

Kamis, 15 Februari 2018

Kader NU Probolinggo Ikuti Pendidikan Kader Penggerak

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim



Sedikitnya 150 orang kader NU di Kabupaten Probolinggo mengikuti kegiatan Pendidikan Kader Penggerak (PKP) di Pondok Pesantren Nurul Hasan Desa Lemahkembar Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo, Jumat hingga Ahad (25-27/8).

Para kader NU yang mengikuti PKP ini terdiri dari 100 orang pengurus ranting, 25 orang pengurus MWC, 5 orang pengurus Gerakan Pemuda Ansor, 5 orang pengurus Pergunu, 5 orang pengurus IPNU, 5 orang pengurus Lesbumi dan 5 orang pengurus Ishari.

Kader NU Probolinggo Ikuti Pendidikan Kader Penggerak (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader NU Probolinggo Ikuti Pendidikan Kader Penggerak (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader NU Probolinggo Ikuti Pendidikan Kader Penggerak

Para kader NU ini diberikan materi tentang ke-NU-an, sejarah NU dan perjuangan NU dalam kemerdekaan.?

“Tujuan PKP ini adalah selain memenuhi AD/ART juga bertujuan meningkatkan militansi dan kecintaan pada NU secara kelembagaan dan keorganisasian,” ujar Wakil Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH A. Dafiq.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Dafiq, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk melatih para kader NU dalam memperbaiki SDM (Sumber Daya Manusia) sekaligus meningkatkan kecintaan terhadap NU. Sehingga bisa menumbuhkan semangat dalam membesarkan organisasi.

“Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan ini para kader NU ini bisa semakin memantapkan diri untuk berkhidmah dalam organisasi NU. Sehingga ke depan, organisasi NU di Kabupaten Probolinggo bisa semakin maju dan berkembang serta mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi warga NU di Kabupaten Probolinggo,” harapnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News Sang Pencerah Muslim

Senin, 12 Februari 2018

Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif menegaskan, Pancasila bisa menjadi peredam dan pengantisipasi terhadap ketegangan-ketegangan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang majemuk.

“Sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) mengantisipasi bahwa ketegangan sosial bisa muncul karena perbedaan agama,” kata Yudi di Hotel Kartika Chandra Jakarta, Kamis (19/10).

Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)
Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)

Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial

Sila kedua mengantisipasi ketegangan sosial yang terjadi karena globalisme dan lokalisme. Sila ketiga mengantisipasi ketegangan sosial yang terjadi akibat perbedaan suku, etnik, bahasa, dan budaya di seluruh Indonesia. Sila keempat meredam ketegangan yang timbul akibat perbedaan pilihan politik.

“Sila kelima mengantisipasi bahwa ketegangan sosial sangat mungkin terjadi akibat kesenjangan sosial,” ucapnya.

Maka dari itu, ia menilai bahwa Pancasila semakin relevan dengan zaman yang ada. Zaman dimana sekat-sekat sudah tidak ada lagi batasannya sehingga ketegangan sosial akan sangat mungkin terjadi kalau tidak dibatasi dan diantisipasi.?

Sang Pencerah Muslim

Meski demikian, Yudi sadar bahwa saat ini kesenjangan sosial di Indonesia begitu menganga. Ada jarak yang begitu jauh antara yang kaya dan yang miskin. Oleh karena itu, kesenjangan inilah yang seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah.

Berdasarkan survei lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse, 1 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 49,3 persen kekayaan nasional. Dengan kata lain, Indonesia menempati urutan keempat terbawah dalam urusan kesenjangan sosial. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, News Sang Pencerah Muslim

Ansor Semarang Polisikan Pemfitnah Ketum PBNU di Medsos

Semarang, Sang Pencerah Muslim - Pemilik akun Facebook yang diberi nama Ummu Izzah Mujahidah (UIM) diduga sering menghina Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Hal ini mendorong Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Semarang bersama Banser setempat menempuh jalur hukum.

“Sudah lama kita lihat dinding FB UIM berisi kata-kata yang provokatif dan fitnah,” kata Sekretaris PC GP Kota Semarang Rahul Saiful Bahri saat melaporkan ke Polrestabes Semarang Jl Dr Sutomo IV Barusari Semarang Selatan, Jumat (4/8) malam. Tindakan mengunggah status medsos demikian dianggap sebagai tindakan tidak menyenangkan dan mencemarkan nama baik tokoh nasional.

Ansor Semarang Polisikan Pemfitnah Ketum PBNU di Medsos (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Semarang Polisikan Pemfitnah Ketum PBNU di Medsos (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor Semarang Polisikan Pemfitnah Ketum PBNU di Medsos

Dua hari kemarin tampak postingan yang jelas-jelas menghina Jokowi dan Ketum PBNU di atas gambar uang kertas lima ribu dan foto Jokowi bersama Kiai Said. Tertulis di situ percakapan palsu di antara keduanya.

“Ada kalimat ‘JENGGOT GAMIS SORBAN GOBLOK’ di atas foto Kiai Said,” kata Rahul. Tulisan dengan pola dialog Kiai Said dengan Jokowi juga terlihat jelas. “Pak Jokowi tolong diganti yang pakai peci seperti saya,” lanjutnya sambil menunjukkan teks itu.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Kemudian di atas foto Jokowi tertulis “bisa diatur Yai yang penting dukung saya”. Di akhir foto tertulis kata “akhirnya keluar uang baru” dengan gambar uang kertas dengan foto KH Idham Chalid, mantan Ketum PBNU. “Itu tampak jelas bahwa UIM merendahkan simbol negara dan melecehkan kiai yang jadi panutan nahdliyyin se-Indonesia” tegas Rahul. Sayangnya mulai hari Kamis malam (3/8/2017) FB UIM sudah tidak aktif lagi.

Di hadapan petugas piket Polrestabes Semarang dijelaskan bahwa UIM hanya nama samaran dari seorang wanita yang tinggal di Perumahan Permata Hijau Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Nama pemiliki FB sudah kita serahkan polisi. “Terima kasih atas pengaduan ini, karena ini wilayah cyber maka kami sarankan langsung ke Polda Jateng agar lebih cepat ditangani,” kata anggota polisi. Dengan didampingi Tuts Pitoyo, anggota Intel Polrestabes Semarang mengadu ke Polda Jateng Jl Pahlawan No 1 Kota Semarang.

Di Polda Jateng, pelapor diterima petugas piket SPKT. Komandan Banser Kota Semarang Suharmanto menyampaikan kronologi dugaan penghinaan Presiden dan Ketum PBNU kepada petugas piket. “Pemilik FB UIM ini meresahkan dan kami merasa tersinggung karena dia menghina simbol negara dan kiai, maka kami adukan ke Polda sesuai arahan Polrestabes,” tegasnya.

Karena ini ranah IT, maka unit cyber crime Ditreskrimsus Polda Jateng turut mendampingi pengaduan ini. “Pengaduan ini kami terima dengan baik dan pelapor diminta melengkapi form laporan dan bukti screenshot,” ujar anggota Polda. (Red: Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News Sang Pencerah Muslim

Mengkhayal Saat Shalat?

Shalat diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Takbiratul ihram dianggap sebagai pintu masuk untuk mengingat Allah SWT.? Segala bentuk kegiatan yang diperbolehkan di luar shalat, seketika takbir semuanya mesti ditinggalkan, alias diharamkan.

Setelah berniat dan melakukan takbir, seharusnya pikiran dan hati kita fokus untuk beribadah dan tertuju pada Allah SWT. Namun masalahnya, mengendalikan pikiran bukanlah perkara mudah.

Mengkhayal Saat Shalat? (Sumber Gambar : Nu Online)
Mengkhayal Saat Shalat? (Sumber Gambar : Nu Online)

Mengkhayal Saat Shalat?

Seringkali pikiran lain muncul tiba-tiba di benak kita seperti soal pekerjaan, anak, harta, dan dagangan. Bahkan dalam shalat pun, terkadang khayalan aneh datang menghantui pikiran. Sehingga, semua itu membuat kekhusyukan ibadah menjadi terganggu dan berkurang. Lalu bagaimana hukumnya? Apakah masih sah shalat orang yang mengkhayal ketika shalat?

Terkait masalah ini, Imam An-Nawawi punya jawaban di dalam kitabnya Fatawa Al-Imam An-Nawawi:

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ?..

Sang Pencerah Muslim

Artinya, “Bila seorang mengkhayal maksiat dan kezalimaan pada saat shalat sehingga hatinya tidak fokus dan dia tidak meresapi bacaannya, apakah shalatnya masih sah? ‘Shalatnya sah, namun makruh,’” jawab Imam An-Nawawi.”

Orang yang mengkayal, pikirannya melayang ke mana-mana, bahkan memikirkan sesuatu yang buruk, shalatnya masih dihukumi sah. Meskipun sah, shalatnya dianggap makruh karena hatinya tidak hadir dan dia tidak meresapi bacaan yang dilafalkannya.

Kekhusyukan memang tidak menjadi kewajiban di dalam shalat, namun bukan berarti kita mengabaikannya. Kita mesti? mengupayakan dan mengusahkannya. Minimal kita berusaha merenungi dan meresapi setiap bacaan yang dilafalkan ketika shalat. Di sini kita mengerti betapa kekhusyukan adalah barang mahal tiada tara. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 10 Februari 2018

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng

Jember, Sang Pencerah Muslim

Puncak acara Harlah NU ke-82 di tingkat Kabupaten diselenggarakan dengan sederhana di aula PCNU, Jl. Imam Bonjol, Kaliwates, Sabtu (26/1) lalu. Acaranya hanya diisi dengan istighotsah dan tausiyah dari beberapa kiai.

Undangannya juga terbatas, yaitu para petinggi PCNU dan para pengurus MWC NU. Yang menarik, tumpengnya diperoleh dari urunan beberapa pengurus MWCNU, dan beberapa diantaranya disumbang DPC PKB Jember.

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)
Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng

Dalam thausiyahnya, Katib Syuriah PCNU Jember, KH. Abdullah Syamsul Arifin menegaskan, dengan bertambahnya usia, NU harus semakin dewasa dan lebih kreatif lagi dalam memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat. Demikian juga dalam menyikapi perkembangan politik, NU dituntut lebih dewasa.

Sang Pencerah Muslim

“Artinya, silahkan warga NU berpolitik di partai apa saja, tapi jangan sampai mengorbankan kerukunan”, katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Gus A’ab –sapaan akrabnya— politik itu hanya urusan lima menit, yaitu ketika warga masuk ke bilik pencoblosan. Karena hanya lima menit, maka sangat rugi jika urusan politik membuat persaudaraan kocar-kacir. “Rugi kita kalau perkawanan rusak gara-gara yang lima menit itu”, terangnya.

Diakuinya, ghirah politik warga NU sangat besar, sehingga di mana-mana politikus NU selalu mewarnai kegiatan politik di berbagai levelnya. Agar tidak terjadi pertentangan politik, maka warga NU di tiap-tiap tingkatan, bisa menyesuaikan dengan kondisi politik di daerah masing-masing.

“Kalau di suatu kecamtan, banyak warga NU yang mendukung partai B, maka struktural NU daerah tersebut, juga bisa mengikuti, sehingga kondusif,” terangnya.

Gus A’ab menambahkan, NU tidak melarang warganya untuk  beraktifitas di partai politik apapun. Namun NU secara kelembagaan, tidak boleh berpolitik. Tapi kecenderungan politik memang tidak bisa dibantah.

“Kemana arah kecenderungan itu, tergantung siapa yang  lebih peduli kepada NU. Kalau orang lain baik kepada kita,  mengapa kita tidak baik kepada mereka. Ini ‘kan sangat normatif,” tegasnya. (ary).Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Pahlawan, News Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 03 Februari 2018

Refleksi Harlah Ke-61: Idealisme IPNU Memudar?

Oleh Cakra Pramudhita

“Tjita2 daripada Ikatan Peladjar Nahdlatul ’Ulama’ jalah membentuk manusia jang berilmu, tetapi bukan manusia calon kasta elite di dalam masjarakat, Tidak. Kita menginginkan masjarakat jang berilmu. Tetapi jang dekat dengan masjarakat. Oknum jang berbuat karena ilmunya. Dan berilmu tetapi jang mau berbuat dan beramal. Sungguh akan merupakan malapetaka jang amat besar baik negara dipimpin oleh orang-orang jang tidak berilmu. Kita tidak menjandarkan semata-mata kepada kariere, lebih2 kariere dengan kekosongan ilmu dan bekal dalam kepala (Pidato resmi KH.Tholchah Mansoer.”

(Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU) pada Muktamar IV, 1961 di Yogyakarta)

 

Refleksi Harlah Ke-61: Idealisme IPNU Memudar? (Sumber Gambar : Nu Online)
Refleksi Harlah Ke-61: Idealisme IPNU Memudar? (Sumber Gambar : Nu Online)

Refleksi Harlah Ke-61: Idealisme IPNU Memudar?

Pada 24 Februari 2015, IPNU menapaki tahun ke-61. Para pendirinya, mungkin tidak pernah menyangka organisasi yang semula hanya dibawah naungan LP Ma’arif dan kemudian menjadi underbouw Nahdlatul Ulama (NU) dapat bertahan dan menggeliat melintasi kerasnya perubahan. Dipaksa oleh keadaan politik, banyak organisasi kepemudaan, pelajar, dan kemahasiswaan yang berdiri sebelum maupun pada masa Orde Lama (Orla) bertumbangan.

Deskripsi dan usulan perubahan dari penulis mudah-mudahan mampu memaksa kita untuk mere-institusionalisasi dirinya. Jika tidak, mudah-mudahan selalu muncul gagasan alternatif dari kader-kader lain yang bisa menjadi common platform bagi pengembangan institusi yang memiliki kemampuan adaptif terhadap tantangan terkini dengan diferensiasi karakteristik yang khas. Jika tidak ada sama sekali agenda berupa gagasan dan langkah konkret dalam mereorganisasi maka secara otomatis eksistensi dan peran IPNU akan terus memudar.

Membaca Masa Kini

Sang Pencerah Muslim

Adapun bagi IPNU yang telah menginjak usia 61 tahun, jika diumpamakan dengan usia manusia, IPNU sekarang adalah orang yang biasanya sedang berusaha meningkatkan ibadah formalnya agar terhindar dari siksa api neraka jelang tutup usia. Tentu saja, perumpamaan usia serta kecenderungan antara institusi dan orang memang kurang tepat. Tapi, sebagaimana halnya mahluk hidup, institusi juga bisa lahir dan mati. Dalam konteks itu, penulis ingin memberikan penekanan bahwa kondisi IPNU saat ini nyaris seperti orang tua sekarat yang sudah tidak lagi produktif meskipun masih dapat memberi manfaat bagi orang lain. Kalau mau jujur, kondisi seperti itu tercermin di pengurus tingkat nasional saat ini. Mereka memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya mengingat mereka adalah produk dari sistem kaderisasi dan sistem institusi. Pun sebaliknya, mereka juga tidak bisa dibenarkan karena mereka adalah pemilik otoritas tertinggi dari hirarki IPNU yang mengabaikan mandat institusi.

Beruntung PP IPNU masih belum bisa menghadirkan dirinya sebagai organisasi kader, sehingga kondisi di tingkat nasional tidak terlalu berdampak signifikan pada cabang-cabang, anak cabang, dan ranting, karena sebagian kecil pengurus-pengurus IPNU di daerah masih sangat produktif dan bahkan berhasil melakukan terobosan-terobosan meskipun tidak ada lagi kepemimpinan di tingkat nasional. Sebagian yang lain masih berkutat dengan tindakan minimalis yakni hanya berusaha sebatas mempertahankan eksistensi IPNU di daerahnya tanpa rencana strategis yang jelas. Ada juga perekayasaan eksistensi hanya ketika perhelatan Konfercab, Konferwil, atau Kongres akan digelar. Dua yang terakhir adalah cara-cara survival ala IPNU yang masih terus mentradisi. Kondisi seperti itu tentu saja tidak berdiri sendiri, melainkan sebuah keberlanjutan atau akibat dari rentang proses periode sebelumnya.

Mengapa dampak dari apa yang terjadi di level nasional tidak terlalu signifikan pada daerah? Adanya sistem yang sudah lama corrupt (rusak) menyebabkan terjadinya patologi institusi, mulai dari atas hingga bawah. Sedikit sekali pengurus yang memiliki konsistensi terhadap tujuan, nilai, produk konstitusi, dan panduan kaderisasi IPNU Sebagian besar hanya menjadikan IPNU sebagai stepping stone atau eskalator dalam berkarir post - IPNU dan bahkan keberadaan sebagai pengurus dianggap sebagai profesi. Karena itulah, semuanya masih bisa berjalan secara otonom sesuai dengan mindset pengurusnya masing-masing. Relasi antar jenjang pengurus tidak lebih dari selembar SK pengurus.

Sang Pencerah Muslim

Tantangan eksternal IPNU

Pertama, setting situasi politik saat ini berbeda dengan masa lalu. Transisi demokrasi saat ini masih terjadi tetapi semakin mendekati ke arah konsolidasi demokrasi. Fenomena ini bisa dilihat dengan semakin adapatifnya elemen-elemen demokrasi dengan tata politik demokrasi. Meskipun kita masih meragukan, partai politik saat ini tengah dipaksa untuk berubah secara bertahap. Upaya pemberantasan korupsi, meskipun masih menyimpan banyak masalah, terus berjalan secara pasti dan membuat ilusi ketakutan di kalangan birokrasi dan jabatan politik non karir yang umumnya dihuni elite dari partai politik. Kecurigaan-kecurigaan publik yang distimulasi oleh transparansi mendesakkan berjalannya secara efektif dan efisien (mantra capitalism) institusi-institusi di bawah negara.

Kedua, setting gerakan sosial. Gerakan sosial ala pelajar - mahasiswa sudah digantikan oleh gerakan interest group dari organisasi berbasis profesi atau kepentingan. Berbicara isu perburuhan maka kelompok-kelompok berbasis buruhlah yang paling mengerti setiap isu yang terkait dengan dunia perburuhan. Pun demikian dengan isu-isu kepentingan lainnya, misalkan untuk berbicara isu korupsi maka ICW atau TII yang dianggap lebih memiliki kapasitas karena ditunjang oleh sumber daya yang andal dan infrastruktur yang cukup memadai untuk mengumpulkan dan mengolah data. Hal ini juga terjadi di isu lingkungan di mana Walhi, WWF, atau Green Peace dianggap lebih capable. Isu keagamaan juga lebih banyak didorong oleh kelompok sosial berbentuk LSM atau Ormas. Hal ini terjadi di hampir seluruh isu-isu yang terkait dengan dinamika sosial, politik, ekonomi, dan budaya di mana selalu muncul kelompok yang memiliki fokus isu.

IPNU sebagai organisasi kader

Berulang kali disampaikan di berbagai ruang pengkaderan bahwa organisasi hampir selalu didikotomikan ke dalam organisasi massa atau kader, organisasi profesional atau voluntarian, dan organisasi tradisional atau modern. Prinsip-prinsip dasar antara bentuk, isi, dan sifat tersebut nyaris tidak bisa disatukan. Meskipun bisa, akan selalu memunculkan kontradiksi di dalamnya. IPNU harus berani memilih tipologi atau karakteristik yang jelas karena sesungguhnya berada di grayscale area seperti saat ini tidak selalu nyaman dan baik. Sepanjang pengetahuan penulis, terdapat dua ciri yang khas melekat di dalam organisasi kader: disiplin terhadap nilai dan disiplin terhadap institusi kepemimpinan (struktur). Dua bentuk kedisiplinan ini tidak bisa ditawar. Menegasikan salah satunya hanya akan membuat institusi menjadi pincang, menciptakan ketidakteraturan (disorder), dan menimbulkan kerapuhan. Di manapun ada institusi kader maka kedua kedisiplinan ini selalu melekat.

Jika kita ingin melongok sedikit ke dalam ritus, maka institusi kader yang efektif bisa terefleksi di dalam sholat berjama’ah. Di dalam sholat berjama’ah, seseorang bisa menjadi imam karena memiiliki syarat khusus (special conditions) yang berbeda dengan syarat yang juga dimiliki oleh bilal, muadzin, makmum, bahkan pemukul beduk. Oleh karena syarat ini terbatas dipenuhi dalam sebuah situasi yang demikian maka tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama memainkan peran yang dilakoni dalam sebuah momentum sholat berjama’ah.

Maksud dari analogi di atas adalah bahwa setiap anggota terdiferensiasi dalam kapasitas yang berbeda. Untuk mencapai kapasitas tertentu tiap anggota harus melakukan upgrading level. Dalam proses ini, institusi berkewajiban memberikan kesempatan dan tahapan proses yang sama bagi semua anggota untuk dapat melakukannya. Itulah yang dinamakan kaderisasi. Seorang imam akan terus dipatuhi perintahnya selama memiliki kesesuaian dengan tata cara dan aturan sholat. Bila melenceng dari tata cara dan aturan sholat maka barisan (makmum) dapat memberikan kritik secara terbatas dan teratur. Oleh karena imam seorang manusia, maka keimaman seseorang dapat batal dan digantikan oleh makmum yang memiliki kapasitas yang mendekati kapasitas imam.

Barisan yang berada tepat dibelakang imam, terutama yang berada persis di belakang imam, adalah juga orang yang telah siap menjadi seorang imam manakala kondisi yang tidak diharapkan mendera sang imam, termasuk intervensi secara kasar dari luar. Ada keberlanjutan untuk tetap mengokohkan dan mempertahankan kondisi tersebut untuk tetap berusaha sampai pada tujuan bersama.

Di dalam organisasi kader, kepentingan individu telah termanifestasi menjadi kepentingan institusi. Munculnya ruang konflik yang mengakibatkan disintegrasi institusi terjadi karena interpretasi atas nilai dan perilaku elite atau pengurus organisasi dalam hal ini tetap dimungkinkan. Namun, kemungkinan tadi menjadi sangat kecil jika saja kepemimpinan sebagai sebuah faktor krusial di dalam organisasi dapat berjalan secara baik. Pada dasarnya pemimpin memiliki otoritas untuk memilih berbagai opsi strategi. Strategi dan taktik yang digunakan dapat dinilai baik manakala output-nya sesuai dengan tujuan organisasi.

Sudahkan IPNU menjadi organisasi kader?

Sebelum sampai kepada pilihan tadi, mari kita mencoba menengok realitas yang ada di IPNU sehingga mudah-mudahan terdapat sedikit kesamaan persepsi atau bahkan konklusi. Meskipun, dari situ saja akan memunculkan kemungkinan opsi perubahan yang berbeda di benak kepala kader. Di berbagai kesempatan ketika berinteraksi dalam kegiatan kaderisasi formal maupun non formal di Surabaya maupun di daerah lain, kita akan dikejutkan dengan realitas yang cukup “membingungkan”. Kebingungan tersebut bermula dari lontaran sebuah pertanyaan bagi kita bersama: “ apakah tujuan IPNU berdasarkan dari apa yang tercantum di Anggaran Dasar?” Mayoritas dari mereka yang ditanya umumnya tidak mampu menyebutkan tujuan IPNU. Belum lagi kalau ditanyakan apakah ideology IPNU, mayoritas mengalami kebingungan apakah ideology IPNU adalah Pancasila atau Aswaja, kedua-duanya atau salah satunya. Atau bahkan, bukan keduanya.

Di lain kesempatan, kita yang ada dalam kepengurusan ini mungkin akan bertanya, “apakah kita sudah menjadi organisasi kader?”. Dipastikan seluruhnya menjawab bahwa IPNU merupakan organisasi kader. Mereka berargumentasi ada proses kaderisasi formal yang dilakukan oleh institusi. Hanya sebatas itu. Kalau mau jujur, berdasarkan pengamatan menghadiri banyak kegiatan kaderisasi formal, kegiatan kaderisasi formal benar-benar hanya merupakan formalitas. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar pendapat tersebut.

Pertama, kegiatan kaderisasi formal masih baru dilihat sebagai prosedur teknis belaka yang ditujukan untuk memenuhi keabsahan pengurus di mata PD/PRT. Untuk hal ini, tidak aneh jika terjadi penyimpangan terhadap standar materi atau kurikulum maupun format kaderisasi yang seharusnya dijadikan acuan.

Kedua, kegiatan kaderisasi formal masih diproyeksikan untuk meningkatkan prestise pengurus semata dengan indikator jika secara kuantitas diikuti oleh banyak peserta tanpa mempetimbangkan kualitas pengetahuan dan proses yang sudah dilalui peserta sebelum kegiatan. Walhasil, ketika materi kaderisasi disampaikan, akibat disparitas pengetahuan dan proses, praktis hanya dalam persentase yang cukup kecil yang dapat mengikuti alur materi secara baik.

Ketiga, bagi peserta kegiatan kaderisasi formal, keikutsertaan dan sertifikat kelulusan menjadi prioritas agar dapat digunakan sebagai syarat untuk berkarir dalam jenjang berikutnya. Dari beberapa alasan tadi, maka sangat wajar kemudian banyak pengurus, untuk ini saya sangat yakin, tidak mengetahui tujuan IPNU, (mungkin juga termasuk saya), serta strategi untuk mencapainya. Hal ini juga masih ditambah pada minimnya pemahaman terhadap nilai-nilai dasar yang menjadi pilar untuk bergerak.    

Untuk menjadi institusi kader yang efektif maka perlu memiliki disiplin terhadap kepemimpinan. Aturan main yang sudah jelas harus dapat dipatuhi. Kepemimpinan bukan penghias hasil konferensi tetapi juga dilihat sebagai mandat organisasi. Sejauh sang pemimpin masih berjalan sesuai koridor dan menjalankan kebijakan untuk mencapai tujuan organisasi maka ia harus ditaati. Sanksi organisasi bukan hanya pelengkap peraturan organisasi. Sanksi diberlakukan bagi mereka yang mengabaikan kebijakan organisasi atau dalam hal ini direpresentasikan oleh pemimpin.

Dari pengamatan selama ini, selain kepemimpinan juga ada format struktur yang harus dibenahi. Format PP, PW, dan PC yang ada saat ini tidak memungkinkan organisasi kita menjadi organisasi kader. Untuk mencapainya, format yang memungkinkan harus ditunjang dengan kerangka operasional berupa tugas pokok dan fungsi yang sistematik dan jelas. PP masih menjadi organisasi yang terlalu besar (periode 2012 - 2015 terdiri dari 120-an personel) di mana kerangka strukturnya dibentuk dengan hanya melihat faktor pengakomodasian atau rekomendasi pesanan dan belum pada kapasitas personal serta kebutuhan institusi. Walhasil, terlalu banyak tumpang tindih fungsi sehingga malah kerap kali menyebabkan disfungsi. PC pun juga demikian, di mana kerangka strukturnya dibentuk dengan hanya melihat faktor pengakomodasian atau rekomendasi pesanan dan belum pada kapasitas personal serta kebutuhan institusi.

Jika kaderisasi telah berjalan secara baik di mana tujuan organisasi telah tercapai maka operasionalisasi konsepsi kader dapat di perluas. Rencana dan kebijakan strategis jangka panjang di dalam ruang yang lebih besar baik di masyarakat dan negara dapat dilakukan di level institusi alumni. Istilah kader pun kemudian dapat dimaknai sebagai seseorang yang menjadi pengabdi, pejuang, dan pelayan dalam spektrum apapun yang menjalani tindakannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di IPNU meskipun sudah tidak lagi mempunyai ikatan institusional dengan IPNU.

Almarhum KH.Tolchah Mansoer dan para founding fathers IPNU mendirikan IPNU bukan untuk bertengger di menara gading dan menjadikan para pengurus dan kadernya sebagai “manusia calon kasta elite”. IPNU dilahirkan untuk membumi dalam masyarakat, menjadi bagian dari dan mendampingi masyarakat bawah, serta terlibat dalam berbagai penyelesaian masalah untuk membangun kemasalahan publik.

Kini, IPNU sudah diambang pintu untuk tampil persis seperti yang dikhawatirkan oleh KH Tolchah Mansoer, yaitu menjadi ”kasta-kasta elite”, jauh dari masyarakat dan tidak terlibat dalam pergumulan sosial dan penyelesaian berbagai persoalan nyata yang dihadapi masyarakat. Bahkan perilaku para pengurusnya lebih suka tampil sebagai kelas-kelas elite yang jauh dari masyarakat alit, namun gila citra. Ketiadaan kerja advokasi dan pendampingan masyarakat, setidaknya masyarakat pelajar, oleh IPNU pada beberapa dekade terakhir menunjukkan realitas ini. 

Kini, 61 tahun sudah IPNU berkhidmah untuk Indonesia. Catatan di atas hanya merupakan upaya melakukan debunking (penelanjangan atau pembongkaran) agar ada upaya koreksi dan perbaikan bersama dari semua unsur di IPNU dalam momentum Hari Lahirnya yang ke 61 hari ini.

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Thariq

 

Cakra Pramudhita, pengurus PC IPNU Kota Surabaya

 

 

 

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News Sang Pencerah Muslim

Rabu, 31 Januari 2018

LTMNU: Bersihkan Masjid dari Kampanye Hitam

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Pusat Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) mengimbau seluruh masjid di Indonesia untuk menjaga netralitas fungsinya sebagai tempat ibadah dan pemberdayaan umat menjelang pemilihan umum presiden 2014.

“Masjid adalah tempat yang netral. Tidak boleh dibuat kampanye. Karena masjid merupakan tempat berkumpulnya jamaah dari berbagai macam golongan dan aspirasinya bermacam-macam,” ujar Ketua PP LTMNU KH Abdul Manan A Ghani di Jakarta, Jumat (13/6).

LTMNU: Bersihkan Masjid dari Kampanye Hitam (Sumber Gambar : Nu Online)
LTMNU: Bersihkan Masjid dari Kampanye Hitam (Sumber Gambar : Nu Online)

LTMNU: Bersihkan Masjid dari Kampanye Hitam

Manan juga menyayangkan adanya kampanye hitam bernuansa SARA yang dikumandangkan melalui tempat ibadah umat Islam ini. Menurutnya, pengurus masjid semestinya dapat mencegah hal tersebut melalui penyeleksian khotib atau dai yang ada di sana.

Sang Pencerah Muslim

“Tidak ada contoh dari Nabi untuk memusuhi golongan lain, apalagi black campaign (kampanye hitam). Masak orang yang benar-benar Islam, benar-benar haji, diplesetkan sebaliknya. Tidak benar itu,” tuturnya.

Sang Pencerah Muslim

Kalaupun masjid menjadi tempat pembicaraan politik, lanjut Manan, materi yang disampaikan mestinya bersifat normatif saja, tidak menyudutkan atau mendukung salah satu pihak. “Mungkin mengenalkan bahwa tasharruful imam alar ra’iyyah manuthun bil mashlahah (kebijakan pemimpin tergantung pada kemaslahatan umat). Yang begini tidak apa-apa,” paparnya.

Manan tidak menampik fungsi lain masjid di luar sebagai tempat shalat. Menurutnya masjid bisa menjadi sarana pengembangan dakwah, pendidikan, bahkan ekonomi, namun bukan politik praktis. “Mending pengurus masjid menyiapkan bagaimana memakmurkan masjid menghadapi Ramadhan, daripada harus kampanye hitam,” katanya. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

Zakat Harus Dikembangkan dengan Berbasis Komunitas

Pati, Sang Pencerah Muslim. Barang siapa menguasai komunitas, maka dia menguasai pasar. Demikian paparan Djoko Adhi Saputro, Kepala Perwakilan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Jawa Tengah dalam Seminar Strategi Jitu Fundraising Zakat di kampus IPMAFA Pati, Senin, (28/11) hasil kerjasama Prodi Zakat Wakaf IPMAFA, IZI Jateng, MES Pati, USB, dan Arta Mas Syariah.?

Dikatakannya, lembaga zakat harus membentuk atau masuk dalam komunitas dan fokus merawat komunitas tersebut sebagai mitra efektif dalam menggalakkan dana zakat. IZI Jateng misalnya, menargetkan komunitas majlis pengajian sebagai mitra IZI dalam menggalakkan zakat.?

Zakat Harus Dikembangkan dengan Berbasis Komunitas (Sumber Gambar : Nu Online)
Zakat Harus Dikembangkan dengan Berbasis Komunitas (Sumber Gambar : Nu Online)

Zakat Harus Dikembangkan dengan Berbasis Komunitas

Dijelaskannya, selama ini, IZI sudah menjalin kerjasama dengan komunitas hijab dan ternyata hal ini sangat efektif karena menyimpan potensi zakat yang besar. Hal serupa menjadi tantangan bagi lembaga amil zakat lainnya dalam menggalakkan penggalian dana.

Kaprodi Manajemen Zakat Wakaf IPMAFA yang juga Wakil Ketua PCNU Pati Dr Jamal Mamur Asmani dalam acara tersebut menjelaskan, potensi zakat di Indonesia sangat besar, yaitu 217 triliun sedangkan di Jawa Tengah mencapai sekitar 17 triliun. Untuk di Pati sekitar 20 milyar untuk zakat individu (bukan perusahaan). Namun, realitasnya masih jauh, yaitu 4,3 triliun secara nasional, sekitar 100 milyar se-Jawa Tengah, dan 1,5 miliar di Pati. Hal ini disebabkan banyak faktor. Pertama, kesadaran masyarakat yang masih rendah. Hal ini berbeda dengan haji yang sangat tinggi kesadaran masyarakat. Kedua, belum banyak lembaga zakat yang kredibel dan profesional dalam mengelola zakat sehingga masyarakat tidak punya kepercayaan untuk menyalurkan zakatnya lewat lembaga. Ketiga, sanksi pemerintah yang tidak tegas kepada orang yang tidak membayar zakat. Hal ini membutuhkan usaha serius dari seluruh elemen, khususnya ulama dan cendekiawan dalam mengoptimalkan sosialisasi sadar zakat.?

Sang Pencerah Muslim

Pemerintah juga harus tegas memberikan sanksi kepada orang-orang yang wajib berzakat tapi tidak melakukannya. Lembaga juga harus meningkatkan ketrampilan dan kompetensi profesionalitasnya dalam menggalakkan zakat supaya lahir kepercayaan masyarakat dalam menyalurkan zakatnya.

Ketua MES Pati, H Mumu Mubarak mengatakan, lembaga amil zakat harus bangun dari tidurnya dengan bergegas meningkatkan kompetensi penggalian dana zakat karena masyarakat menanti gebrakan lembaga zakat. Jangan sampai umat Islam malas berzakat karena lemahnya lembaga amil zakat dalam pengelolaan zakat.?

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan ? sekretaris Baznas Pati KH Muslihan mengatakan, Baznas Pati akan mengoptimalkan penggalangan zakat sampai ke pelosok untuk optimalisasi penghimpunan zakat yang manfaatnya kembali kepada umat. Baznas Pati akan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di setiap kecamatan supaya tergali potensi zakat yang besar.?

Langkah ini diharapkan mampu menggalakkan fundraising zakat yang bertujuan menggapai kemaslahatan umat, khususnya kemandirian ekonomi di masa depan. (Jamal Manur/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Anti Hoax Sang Pencerah Muslim

Rabu, 17 Januari 2018

PCINU Jerman Adakan Pengajian Lintas Agama di Leipzig

Liepzig, Sang Pencerah Muslim

Warga NU di Leipzig mendatangkan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Abd A´la pada silaturahmi antar? Warga Indonesia di negara tersebut pada (14/10). Kegiatan yang biasa cuma dihadiri WNI muslim itu, kali ini juga didatangi WNA non-muslim.

PCINU Jerman Adakan Pengajian Lintas Agama di Leipzig (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Jerman Adakan Pengajian Lintas Agama di Leipzig (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Jerman Adakan Pengajian Lintas Agama di Leipzig

Rektor UIN Surabaya menekankan pentingnya menjaga silaturahim antar umatmanusia. Islam mengajarkan tidak hanya menjalin hubungan horisontal antara Tuhan dengan makhluk (hablun min allah)), tapi juga mempererat hubungan vertikal antara sesama ciptaan-Nya (hablun min al-nas).

Lebih lanjut ungkap, Islam yang sebenarnya adalah agama yang mengayomi seluruh umat manusia. Agama yang rahmatan lil alamin, agama kasih sayang sekalian alam.

Sang Pencerah Muslim

WNA yang hadir sangat antusias dalam mengikuti acara itu. Mereka larut dalam diskusi yang diselenggarakan PCINU Jerman bersama PPI Leipzig. Vano Sondakh, Humas PPI Leipzig, mengatakan bahwa pengajian semacam itu sudah menjadi agenda rutin yang dilakukan setiap bulan.

Menurut Suhendra, ilmuwan semikonduktor asal Padang yang telah 13 tahun berkarir di Jerman, mengungkapkan kegiatan semacam itu baginya menjadi penyejuk rohani di negara penganut rasionalisme bebas itu.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, para WNI dan WNA juga dapat saling bertukar pengetahuan kebudayaan masing-masing. Alexis, misalnya, seorang arsitek asal Meksiko, mengungkapkan ia sangat menikmati nuansa keramahan dan keakraban yang ditunjukkan oleh orang Indonesia. Selain itu, ia sangat takjub dengan cita rasa masakan Indonesia yang pedas.

Pengajian semacam itu diharapkan bisa menjadi perekat hubungan antar umat beragama. Selain itu juga dapat menjadi ajang saling tukar informasi kebudayaan antar bangsa.

Kebebasan Beragama di Jerman

Konstitusi Nasional Jerman tahun 1919 dan 1949 menjamin kebebasan individu dalam menganut kepercayaan dan agama masing-masing. Tidak boleh ada yang melarang atau bersikap deskriminatif? terhadap kepercayaan atau pandangan keagamaan seseorang.

Sensus yang dibuat pada tahun 2011 menyebutkan bahwa 66.8%? warga Jerman menganut agama Kristen. Islam menempati posisi kedua terbanyak dengan penganut sekitar 5% dari populasi penduduk Jerman.

Menurut data dari Euro Islam, 70% kaum muslim di Jerman berasal dari Turki. Selebihnya dari Bosnia Herzegovina (sekitar 167,081), Iran (81,495), Maroko (79,794), Afganistan (65,830), Lebanon (46,812), Pakistan (35,081), Syria (29,476), Tunisia (24,533), Aljazair (16,974), serta asal Indonesia (12,660). (Kamal Yusuf/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Nusantara, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 13 Januari 2018

Gus Dur Minta Kedaulatan Hukum Ditegakkan

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan, kedaulatan hukum di Indonesia saat ini belum bisa terwujud. Alasannya karena penanganan kasus-kasus korupsi masih tebang pilih. Dia menekankan perlunya mengolah sumber daya alam secara maksimal.

”Kedaulatan hukum harus ditegakkan. Kalau tidak, Indonesia akan makin tertinggal dari negara-negara lain,” kata Gus Dur dalam penyampaian menggunakan Bahasa Jawa saat memberikan taushiyah istighotsah di rumah dinas Wakil Ketua DPRD Jateng Abdul Kadir Karding di Wisma Papandayan, Semarang, Selasa (26/12) malam.

Agar kedaulatan hukum terwujud, kata Gus Dur, harus ada demokratisasi, yakni dengan menjalankan berbagai lembaga yang ada seperti Mahkamah Agung, legislatif, dan lainnya. ”Kita sebenarnya bisa menjadi negara besar dan masyarakatnya kuat. Syaratnya harus mengolah sumber alam dengan baik, seperti pertanian, dan hasil pertambangan yang kemarin, dirampok orang Jakarta semua,” jelasnya.

Gus Dur Minta Kedaulatan Hukum Ditegakkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur Minta Kedaulatan Hukum Ditegakkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur Minta Kedaulatan Hukum Ditegakkan

Sementara itu, Ketua Dewan Tanfidz DPW PKB Jateng Abdul Kadir Karding mengatakan, pertemuan ini merupakan agenda rutin yang digelar oleh DPW PKB Jateng untuk saling menghidupkan tradisi di NU dengan melakukan istighotsah. ”Bagaimanapun, PKB dilahirkan oleh NU sehingga harus selalu menjaga tradisi para ulama,” kata Karding bersemangat. (gpa/man)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Pondok Pesantren, News Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Rabu, 03 Januari 2018

IPNU-IPPNU Lampung Siap Sukseskan Kongres di Palembang

Gunung Sugih, Sang Pencerah Muslim. Para kader NU yang tergabung dalam IPNU dan IPPNU Lampung Tengah siap menyukseskan pelaksanaan Kongres dua organisasi pelajar NU ini yang akan berlangsung di Palembang, akhir November ini.

Ketua IPNU Lampung Tengah, Dedi Kurniawan kepada kontributor Sang Pencerah Muslim di Gunung Sugih menyampaikan akan mengirimkan 40 peserta CBP dalam rangka Jambore Pelajar dan Santri Nusantara. CBP Lampung Tengah akan bergabung dengan peserta CBP se - Indonesia di Palembang. 

IPNU-IPPNU Lampung Siap Sukseskan Kongres di Palembang (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Lampung Siap Sukseskan Kongres di Palembang (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Lampung Siap Sukseskan Kongres di Palembang

”Sedangkan ketika kongres nanti akan berangkat beberapa pengurus IPNU dan IPPNU Lampung Tengah ,” tambah alumni Jurusan Syari’ah STAIN Jurai Siwo Metro – Lampung ini, Ahad (25/11). 

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Akhmad Syarief Kurniawan 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, News Sang Pencerah Muslim

Minggu, 31 Desember 2017

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award

Jakarta, Sang Pencerah Muslim -

Ketika media massa tertentu dan media sosial dewasa ini dipenuhi ujaran kebencian dan ruang yang seringkali dimanfaatkan pelaku intoleran, PW GP Ansor Sulawesi Selatan (Sulsel) justru mendapatkan penghargaan sebagai organisasi perdamaian.?

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award (Sumber Gambar : Nu Online)
Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award (Sumber Gambar : Nu Online)

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award

Penghargaan Police Honorary Award sebagai organisasi penebar perdamaian tersebut diserahkan Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Anton Charliyan kepada Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Selatan Muh Tonang Cawidu, Senin (7/11).?

“Penghargaan tersebut merupakan berkah ijtihad dan sikap komando tertinggi nasional GP Ansor dan Banser dalam memberi arahan pada seluruh Ansor Banser Indonesia,” ujar Tonang melalui Bidang Kaderisasi Kebanseran Sulsel Masud Shaleh, saat dihubungi Sang Pencerah Muslim, Senin (7/11).

Atas penghargaan tersebut, Tonang selanjutnya menyampaikan selamat untuk Ketua Umum PP GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas dan Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni.

“Selamat juga untuk sahabat Ansor seluruh Indonesia,” imbuh Masud yang juga Kepala Satuan Khusus Protokoler Satkornas Banser itu pula.?

Sang Pencerah Muslim

Police Honorary Award diberikan bagi para tokoh masyarakat dan organisai massa dan kepemudaan yang selama ini memberikan dedikasi demi terciptanya perdamaian.

Sang Pencerah Muslim

Penghargaan itu adalah penghargaan istimewa dari polisi kepada yang menerima penghargaan itu.

"Sehingga diberikan penghormatan Khusus oleh Kapolda sebelum penyerahan piagam perhargaan itu," kata dia.?

Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni mengucapkan selamat dan bangga atas prestasi tersebut. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Daerah, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Minggu, 24 Desember 2017

Memaknai Hari Jumat

Hari-hari yang kita jalani setiap waktu memiliki sejarah penetapan yang panjang, baik dalam hal pembakuan masanya maupun penamaan “bakuan waktu” itu sendiri. Dinasti Romawi pada masa sebelum Masehi dengan kemajuan bangsanya dalam bidang ilmu, telah memformulasikan dan membakukan hitungan jam, hari, minggu, bulan dan tahun, sebagaimana saat ini.

Bangsa-bangsa lain di dunia pun banyak merujuk kepada bakuan waktu tersebut, dan membentuk nama-nama hari berdasarkan keadaan yang ada pada bangsa tersebut. Selain itu, bangsa-bangsa lain juga banyak yang mengembangkan teori-teori astronominya untuk “membakukan satuan waktu” tersebut. Salah satu bangsa yang mampu menyusun teori astronominya adalah bangsa Arab.

Memaknai Hari Jumat (Sumber Gambar : Nu Online)
Memaknai Hari Jumat (Sumber Gambar : Nu Online)

Memaknai Hari Jumat

Bangsa Arab adalah salah satu bangsa tertua di dunia yang telah teruji eksistensi manusianya dalam dinamika zaman, tidak seperti kaum Mesir Kuno ataupun Babiloniayang bisa dibilang eksistensi manusianya telah “punah”. Mereka memiliki karakteristik fisik yang khas, sangat berpegang teguh pada ajaran leluhur, serta memiliki minat besar terhadap kebudayaan, terutama budaya bahasa dan sastra. Selain itu, bangsa Arab telah memiliki teori dalam bidang astronomi yang sangat maju di masa lampau, bahkan jauh sebelum ilmuwan Dinasti Abbasiyah mengembangkan teori-teori astronomi tersebut menjadi teknologi yang kita kenal saat ini.

Sang Pencerah Muslim

Bakuan-bakuan waktu bangsa Arab dinamakan sesuai dengan hitungan biasa, maupun keadaan alam dalam rentang bulan tersebut. Misalnya dalam penamaan bulan Rabii’ul Awwal maupun Rabii’ul Akhir. Rabii’ bermakna kemarau. Bulan tersebut dinamakan demikian karena dalam masa bulan itu di tanah Arab adalah musim kemarau.

Selain itu, dalam penghitungan pergantian hari, bangsa Arab berpatok kepada terbenamnya matahari. Satu hari dihitung sejak hari benar-benar terbenam hingga terbenam kembali esok harinya. Penamaan hari tersebut disesuaikan dengan hitungan angka dalam bahasa Arab, yaitu ahad (satu), itsnain (dua), tsulaatsaa’ (tiga), arba’aa (empat), khamis (lima) , dan sabt atau sab’ah (tujuh). Satu yang berbeda adalah hari keenam, yang dinamakan dengan hari Jum’ah, yang secara harfiah berasal dari kata jama’a yang berarti berkumpul. Hal ini sangat penting ditinjau, mengingat hari Jum’at adalah salah satu hari yang disebutkan dalam kitab Al-Qur’an, dan sering disebut-sebut oleh nabi Muhammad dalam haditsnya.

Sang Pencerah Muslim

Berbagai tafsir tentu telah disampaikan oleh banyak pakar Al-Qur’an mengenai hal ini. Yang ingin diketengahkan dalam tulisan ini adalah esensi dan substansi yang bisa diambil dalam konteks hari Jum’at tersebut, sehingga kita bisa memaknai Islam secara lebih terbuka, bukan hanya agama bersifat ritual dan tekstualis, serta abai terhadap esensi makna ibadah yang bisa diambil untuk kemajuan masyarakat Indonesia.

Hari Jum’at dalam Teks Agama Islam

Hari Jum’at adalah hari yang utama bagi umat Islam, bahkan ia mendapat posisi mulia dengan menjadi nama sebuah surat dalam Al-Qur’an, yakni surah Al-Jum’ah. Surat ini salah satu titik beratnya, selain menyebutkan tentang perihal aqidah dan etika terhadap kitab yang diturunkan Tuhan, juga menyebutkan tentang hal yang perlu dilakukan oleh umat Islam pada hari Jum’at. “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian dipanggil untuk mendatangi shalat Jum’at maka bersegeralah mengingat Allah (shalat) dan tinggalkanlah perdagangan. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui”.

Dalam kitab-kitab hadits banyak disebutkan mengenai keutamaan hari Jum’at, dan di antara hadits yang paling masyhur dan terkemuka sebagai dasar keutamaan hari Jum’at adalah “Hari terbaik di mana matahari terbit adalah hari Jum’at. Pada hari itu Nabi Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam surga, serta dikeluarkan darinya”. (HR. Muslim). Selain itu, banyak hal yan dianjurkan nabi Muhammad, baik dalam rangka menyambut shalat Jum’at maupun dalam hari Jum’at itu sendiri.

Shalat Jum’at adalah ibadah yang sangat ditekankan oleh nabi Muhammad, mengingat banyak hadits-hadits yang bermakna larangan untuk meninggalkan ibadah Jum’at. Dalam menyambut ibadah tersebut, seluruh tindakan perdagangan, secara fiqih haram untuk dilakukan. Kemudian terdapat anjuran untuk mandi terlebih dahulu, memakai pakaian yang bagus, memakai wewangian, kemudian bersegera menuju masjid. Syarat sahnya shalat Jum’at adalah ia didahului khutbah, dan menurut ulama Syafi’iyyah, jamaah harus terdiri minimal 40 orang. Khutbah dan shalat Jum’at hendaknya lebih dipersingkat, sehingga orang yang bekerja bisa segera kembali menuju akivitasnya kembali.

Ketika seseorang telah disibukkan dengan urusan dunia, yang oleh Al Qur’an ia disebut dengan al-bai’, maka secara psikologis orang yang telah sibuk dengan dirinya sendiri akan mengabaikan hubungannya dengan orang lain. Dia akan mementingkan keuntungannya sendiri dan akan berusaha menjegal orang lain. Hal ini tentunya sangat familiar bagi masyarakat kita, seperti halnya dalam masalah ekonomi, terlebih politik. Al-bai’ memiliki cakupan makna yang luas. Maka segala urusan duniawi, yang berkaitan dengan “memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu”, dapat dikategorikan sebagai al-bai’. Hal ini hendaknya sejenak dialihkan dari perhatian, dan segera bergegas menuju shalat Jum’at.

Shalat Jum’at memiliki implikasi yang luas terhadap sistem sosial. Melalui perintah untuk meninggalkan pekerjaan, kemudian hendaknya seseorang membersihkan dirinya, menampakkan dirinya dengan persona terbaik. Untuk apa? Karena ia akan berjumpa dengan orang banyak di masjid. Inilah makna jama’ah pada shalat Jum’at. Salah satu bentuk penghargaan ketika seseorang berjumpa dengan orang lain, adalah menjumpainya dengan rapi. Penampilan yag rapi dalam dunia bisnis memegang peranan penting, sehingga seseorang akan lebih percaya untuk bekerja sama. Bagaimanapun anjuran sunnah nabi yang menekankan pada budaya gamis, surban, tentunya itu memiliki makna lain. Hanya saja, perjumpaan dengan orang banyak di masjid itulah yang diharapkan membentuk suatu komunitas yang komunikatif dalam banyak hal. Suasana kondusif masyarakat bisa dibentuk dengan pelaksanaan shalat jama’ah, karena banyaknya interaksi publik. Patut diingat bahwa hendaknya urusan dunia (al-bai’) dilupakan ketika sudah mulai berdiam dan berada dalam masjid, terutama proses pelaksanaan shalat Jum’at.

Kemudian khutbah Jum’at memegang peranan penting dalam proses instropeksi umat, untuk mengajak kembali ke satu makna yang amat penting dalam seluruh unsur proses kehidupan: rasa taqwa dan tanggung jawab kepada Tuhan. Inilah makna penting yang perlu disadarkan agar seluruh umat Islam dari berbagai golongan dan kalangan dapat bersatu, bekerja sama dalam rasa tanggung jawab yang luhur. Jika memang demikian halnya, maka seorang khatib mestinya adalah orang yang memiliki kapasitas keilmuan yang mantap dan kebijaksanaan dalam menyikapi perbedaan umat Islam serta mengajak mereka pada kesatuan umat, dan bangsa, bukannya mengajak pada permusuhan dan pemutlakan suatu golongan. Begitu selesai dari shalat Jum’at, maka orang muslim bisa kembali menuju aktivitasnya, dan ketika di masjid mereka menemui banyak orang, pastilah akan banyak terjadi komunikasi

Sebagai kesimpulan, kembali ke makna dari kata Jum’ah itu sendiri, yang berakar dari kata berkumpul, hendaknya setiap orang yang memiliki pemahaman hal ini untuk lebih memaknai hari Jum’at sebagai hari yang diutamakan dalam agama Islam, bukan hanya sekedar ritus belaka di tiap minggunya, serta berharap terbentuknya negeri yang makmur dan dinaungi rahmat Tuhan. Wallahu A’lam. (M. Iqbal Syauqi, mahasiswa UIN Jakarta)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, News Sang Pencerah Muslim

Kamis, 07 Desember 2017

Donatur UPZISNU Megaluh Capai 2200 Orang

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Semangat untuk menghidupi jamaah dan jam’iyyah tampak dari wajah-wajah para kader penggerak Nahdlatul Ulama dar ranting-ranting se-Kecamatan Megaluh, Jombang. Bertempat di Kantor MWC NU Megaluh, Ahad (26/11) mereka mengonsolidasi kekuatan untuk menggerakan UPZISNU di ranting masing-masing. 

Mishbahus Shudur, Ketua MWC NU Megaluh mengatakan, dari 13 Ranting telah terbentuk 7 kepengurusan Unit Pengelola Zakat, Infak, Sedekah Nahdlatul Ulama (UPZISNU). Jumlah donatur kaleng sedekah yang bisa digalang oleh 7 UPZINU itu telah mencapai 2200 warga yang tersebar di 7 desa itu.

"Diantara 7 ranting UPZISNU yang telah bergerak, kita mengapresiasi perkembangan yang berlangsung di Pacarpeluk. Jumlah donaturnya telah mencapai hampir 600 warga. Ranting ini berkembang sangat pesat, sehingga layak dijadikan referensi dalam pengelolaan UPZISNU di ranting-ranting yang lain," Dosen Undar Jombang ini menambahkan.

Donatur UPZISNU Megaluh Capai 2200 Orang (Sumber Gambar : Nu Online)
Donatur UPZISNU Megaluh Capai 2200 Orang (Sumber Gambar : Nu Online)

Donatur UPZISNU Megaluh Capai 2200 Orang

Ketua PRNU Pacarpeluk Nine Adien Maulana berbagi pengalaman dalam menggerakan UPZISNU di desanya yang telah menampakkan perkembangan dan kemanfaatannya.

"Ujung tombak keberhasilan UPZISNU Pacarpeluk sebenarnya terletak pada para petugas fundrising. Merekalah yang berada di lapangan dan berhadapan langsung dengan masyarakat," kata Nine.

Sang Pencerah Muslim

Guru SMA Negeri 2 Jombang itu menambahkan bahwa untuk meyakinkan masyarakat bahwa manfaat gerakan ini kembali lagi kepada masyarakat maka pengurusnya harus berkomitmen untuk segera menyalurkan dana yang terkumpul itu secara populis dan praktis.

"Tidak sepatutnya dana sedekah atau zakat itu hanya dikumpulkan sebanyak-banyaknya, namun tidak segera disalurkan secara tepat dan maslahat," tandasnya. (Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim News, Halaqoh, Olahraga Sang Pencerah Muslim

Selasa, 28 November 2017

PBNU Peringatkan Kelompok Islam yang Merebut Masjid NU

Malang, Sang Pencerah Muslim

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memperingatkan kepada kelompok Islam garis keras yang “gemar” mengambilalih masjid dan mushola yang didirikan warga NU. Pengambilalihan masjid dan mushola NU itu berbahaya karena bisa memicu konflik di kalangan umat Islam.

Demikian ditegaskan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi pada silaturrahim antar-Pengurus Ranting NU, Majelis Wakil Cabang NU dan Pengurus Cabang NU se-Malang Raya dan Pasuruan, di Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, Ahad (3/6) kemarin.

PBNU Peringatkan Kelompok Islam yang Merebut Masjid NU (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Peringatkan Kelompok Islam yang Merebut Masjid NU (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Peringatkan Kelompok Islam yang Merebut Masjid NU

Menurut Hasyim, selama ini dua organisasi kemasyarakatan Islam besar di Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah, selalu berupaya menjaga hubungan baik. Hal itu dilakukan, jelas demi menjaga persaudaraan dan persatuan di kalangan umat Islam. NU dan Muhammadiyah, katanya, selalu saling menghargai dan menghormati.

“Sebab, kalau umat Islam sudah berbenturan, saling bertentangan, terjadi konflik, saya yakin, kekuatan luar akan masuk,” terang Presiden World Conference on Religions for Peace itu.

Karena itu, ia berharap hubungan baik antar-umat Islam di Indonesia selama ini, tak diganggu oleh kemunculan kelompok dan gerakan Islam garis keras tersebut, apalagi dengan mengambilalih masjid dan mushola NU.

“Banyak masjid dan mushola NU yang direbut mereka. Istilahnya, mereka tidak bisa membangun masjid sendiri, bisanya cuma merebut masjid milik orang lain. Ingin enaknya sendiri,” ujar Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu.

Sang Pencerah Muslim

Di sisi lain, ia juga mempertanyakan konsep Khilafah Islamiyah (Pemeritahan Islam) yang selalu diprogandakan oleh kelompok dan gerakan Islam garis keras itu. “Padahal, di Timur Tengah sendiri, yang notabene menjadi pusat Islam, Khilafah Islamiyah itu sudah tidak ada,” tandasnya.

Meski demikian, PBNU tetap melarang penggunaan kekuatan massa untuk mencegah gerakan mereka. Sebab dampaknya akan besar dan kerugian yang ditanggung tidaklah sedikit. “Kekerasan itu sangat gampang dipakai luar Islam untuk menjelekkan umat Islam,” tegasnya.

Sang Pencerah Muslim

Hasyim mengajak kepada seluruh warga NU untuk kembali menjadi warga NU yang utuh. Sebab, katanya, NU sudah memiliki metode berpikir, cara dakwah maupun cara berpolitik yang baik.

“Semua sudah ada. NU sudah mempunyai elemen-elemen yang lengkap untuk menyelamatkan orang di dunia dan akhirat. Sangat mungkin elemen-elemen NU itu bisa untuk menyembuhkan luka Indonesia,” tegas Hasyim. (sbh/rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News Sang Pencerah Muslim

Jumat, 24 November 2017

Tidak Etis Pemimpin Organisasi Agama Dipilih dengan Voting

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Usulan untuk mengembalikan model pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU dengan sistem ahlul halli wal aqdi dilandasi keinginan untuk menerapkan prinsip musyawarah mufakat. Demokrasi yang diartikan sebagai voting atau pemungutan suara itu tidak tepat.

Tidak Etis Pemimpin Organisasi Agama Dipilih dengan Voting (Sumber Gambar : Nu Online)
Tidak Etis Pemimpin Organisasi Agama Dipilih dengan Voting (Sumber Gambar : Nu Online)

Tidak Etis Pemimpin Organisasi Agama Dipilih dengan Voting

“Nilai demokrasi tertinggi itu ada pada musyawarah. Kalau voting itu berarti kita sudah turun derajat. Kelirunya, selama ini voting dijadikan nomer satu,” kata Wakil Sejken PBNU H Abdul Mun’im DZ di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (16/10) kemarin.

Menurut Mun’im DZ, dalam perjalanan sejarah NU pernah berubah menjadi partai politik semenjak tahun 1952. Sistem pemilihan pimpinan juga dilakukan menurut tata cara partai politik.

Sang Pencerah Muslim

Hal itu berlangsung terus-menerus, namun kemudian diakhiri pada Muktamar ke-27 1984 di Situbondo. NU memutuskan untuk kembali ke “Khittah 1926” dan tidak lagi menjadi partai politik. Waktu itu KH Achmad Siddiq dan KH Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Rais Aam dan Ketua Umum PBNU dengan cara musyawarah.

Sang Pencerah Muslim

“Istilah ahlul halli wal aqdi itu baru muncul kemudian. Sebenarnya intinya adalah musyawarah. Sayangnya sistem itu (ahlul halli wal aqdi) belum diakomodasi dalam AD/ART NU, sehingga berikutnya model pemilihan kembali ke sistem partai politik dengan cara voting,” ungkapnya.

Lebih dari itu, sebagai ormas keagamaan NU tidak pantas menentukan pemimpin dengan cara pemungutas suara terbanyak. Tidak etis pimpinan organisasi keagamaan diperebutkan lewat voting.

“Tidak ada organisasi agama di dunia yang dipilih dengan voting. Itu terlalu kasar dan tidak etis. Yang paling pas untuk ormas keagamaan adalah musyawarah mufakat. NU tidak perlu mengadopsi demokrasi dalam pengertian voting. Masa orang mau mengabdi kok divoting,” ujarnya.

Menurut Mun’im, pergantian kepemimpinan di tubuh NU setelah Muktamar Situbondo mencerminkan bahwa NU masih memerankan diri sebagai partai politik.

“Kasus di Muktamar Lirboyo (Kediri), Solo, dan Makassar mencerminkan bahwa NU tidak layak disebut ormas agama. Satu sama lain bertarung habis-habisan. Anehnya kita bangga dipuja-puja pihak luar sebagai penganut demokrasi dengan mengabaikan bahwa kropos telah terjadi di dalam NU,” pungkasnya. (A. Khoirul Anam)

Dokumentasi: Suasana pemilihan ketua umum PBNU di Muktamar Makassar 2010. Tampak KH Said Aqil Siroj dan H Slamet Effendi Yusuf, dua calon ketua umum mengikuti proses penghitungan usai pemungutan suara tahap kedua.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, IMNU, News Sang Pencerah Muslim

Rabu, 22 November 2017

Ketum PBNU Dijadwalkan Temui 1.500 Alumni Pesantren Lirboyo

Subang, Sang Pencerah Muslim. Guna mengukuhkan kembali nilai Ahlusunnah wal Jamaah, Podok Pesantren Nuril Anwar Mubtadin, yang terletak di Kelurahan Dangdeur, Kecamatan Subang, Subang Jawa Barat, bersama alumni Pondok Pesantren Lirboyo sewilayah Pasundan Jawa Barat mengelar berbagai rangkaian acara halal bihalal.

Kegiatan dimulai dengan semaan al-Quran pada Jumat (24/7) di Masjid Jami Batliyon Yonif 313 Subang, kemudian khitanan massal dan ramah tamah sekitar 1.500 alumni Pesantren Lirboyo dari 13 kabupaten se-Pasundan Jawa Barat di Pesantren Nuril Anwar Mubtadin.

Ketum PBNU Dijadwalkan Temui 1.500 Alumni Pesantren Lirboyo (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketum PBNU Dijadwalkan Temui 1.500 Alumni Pesantren Lirboyo (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketum PBNU Dijadwalkan Temui 1.500 Alumni Pesantren Lirboyo

Acara puncak akan digelar Sabtu malam yang diisi tabligh akbar. Pantia menjadwalkan Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siroj dan pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri, KH Abdullah Kafa Bihi Mahrus hadir sebagai penceramah dalam majelis yang direncanakan berlangsung di Kompleks Batliyon Yonif 312 Subang ini.

Sang Pencerah Muslim

 

"Dengan adanya halal bihlal dan temu kangen ini bisa mengukuhkan kembali Ahlusunnah Waljamaah ala pondok pesantren di Bumi Nusantara ini," papar pimpinan Pesantren Nuril Anwar Mubtadin, KH Jejen Zaenal Mufid.

Sang Pencerah Muslim

KH Jejen juga menyampaikan bahwa forum silaturahim tersebut sekaligus menjadi agenda menyongsong Muktamar NU yang bakal dihelat di Jombang beberapa hari ke depan. (Zenal Mutaqin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Santri Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock