Tampilkan postingan dengan label IMNU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IMNU. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Maret 2018

IPNU Probolinggo Cari Kader Aktif untuk Jadi Pengurus

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kota Probolinggo saat ini tengah sibuk melakukan blusukan ke tiap-tiap Pimpinan Komisariat (PK) IPNU di wilayah kerjanya. Upaya ini dilakukan untuk mencari kader yang benar-benar aktif menjalankan roda organisasi dan mengajaknya bergabung dalam kepengurusan cabang.

Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua PC IPNU Kota Probolinggo Abdul Jalal, Kamis (19/3). “Sekarang kita sedang melakukan resufle kepengurusan, Kita berhentikan pengurus cabang yang vakum dan tidak aktif. Lalu mengangkat pengurus baru dari PK yang ada di lembaga SMA, MA dan SMK di Kota Probolinggo,” ungkapnya.

IPNU Probolinggo Cari Kader Aktif untuk Jadi Pengurus (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU Probolinggo Cari Kader Aktif untuk Jadi Pengurus (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU Probolinggo Cari Kader Aktif untuk Jadi Pengurus

Menurut Jalal, perekrutan pengurus komisariat ke cabang ini dilakukan dengan tujuan sebagai jenjang pengkaderan yang panjang dalam belajar, berjuang dan bertaqwa di IPNU Kota Probolinggo.

Sang Pencerah Muslim

“Pengurus yang sudah tidak aktif lagi di organisasi kita berhentikan. Alasannya banyak mulai dari karena bekerja maupun kuliah di luar kota. Tetapi kami tidak ingin membiarkan hal itu berlangsung lama karena nantinya akan berdampak pada keberlangsungan roda organisasi. Kalau pengurusnya tidak aktif, bagaimana organisasi akan berjalan baik,” jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Demi mencari kader yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, IPNU Kota Probolinggo sekarang dalam proses blusukan ke seluruh PK di tiap lembaga pendidikan SMA, MA dan SMK se Kota Probolinggo.

“Kita blusukan memilih rekan-rekan yang ada di PK sesuai kebutuhan kita di cabang. Kita memang tidak merekrut yang di PAC (Pimpinan Anak Cabang), karena sudah ada sebagian di cabang juga supaya mereka bisa lebih fokus untuk di PAC masing-masing,” terangnya.

Jalal menambahkan bahwa pihaknya akan terus memantau keaktifan seluruh pengurus IPNU di Kota Probolinggo. Jika memang sudah tidak aktif maka akan secepatnya diganti dengan pengurus baru.

“IPNU ini merupakan wadah menambah aspirasi pelajar NU. Kalau pengurusnya tidak aktif, mau disalurkan kepada aspirasi para pelajar nantinya. Semoga dengan kebijakan ini, IPNU di Kota Probolinggo bisa semakin maju dan berkembang,” harapnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, Doa, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Rabu, 14 Februari 2018

Temu Alumni Madrasah TBS Kudus Angkat Aswaja sebagai Pagar Nusantara

Kudus, Sang Pencerah Muslim. Dalam rangka menyambut 90 tahun usia madrasah, alumni Madrasah TBS (Tasywiquth Thullab Salafiyyah) Kudus berencana mengadakan Silaturrahim Nasional (Silatnas) dan Ngaji Bareng Masyayikh TBS yang rencana diselenggarakan pada 23 Juli 2016 atau bertepatan dengan 18 Syawal 1437 H mendatang.?

Temu Alumni Madrasah TBS Kudus Angkat Aswaja sebagai Pagar Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
Temu Alumni Madrasah TBS Kudus Angkat Aswaja sebagai Pagar Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

Temu Alumni Madrasah TBS Kudus Angkat Aswaja sebagai Pagar Nusantara

Kegiatan ini sendiri akan bertempat di Gedung Madrasah TBS Kudus, Jl KH Turaichan Adjhuri No 23 yang Insyaallah akan dihadiri oleh ribuan alumni yang berasal dari berbagai angkatan. Kegiatan ini sendiri mengangkat tema “Aswaja Pagar Nusantara”.

Selain dihadiri oleh alumni dari berbagai generasi, para masyayikh dan guru Madrasah TBS Kudus juga akan menghadiri acara ini. Di antaranya adalah KH Choirozyad TA (putera almarhum KH Turaichan Adjhuri, ahli falak nasional), KH Muhammad Ulil Albab Arwani (putera almarhum KH Arwani Amin, ulama kharismatik Kudus bidang Al-Qur’an), KH Muhammad Arifin Fanani, KH Hasan Fauzi, KH Musthofa Imron SHI dan masih banyak lagi lainnya.

Kegiatan silaturrahim nasional ini tak hanya berupa silaturrahim dan ngaji bareng saja. Kegiatan yang rencanyanya dilaksanakan sejak sore hari hingga malam ini juga akan ada beberapa bahasan yang nantinya akan membahas bagaimana peran alumni kepada madrasah. Nantinya akan dimasukkan dalam Forum Grup Discussion (FGD) yang jumlahnya sebanyak empat buah FGD.?

Sang Pencerah Muslim

Diantara poin dalam FGD tersebut adalah pembahasan jaringan alumni, upgrade database alumni Madrasah TBS Kudus tiap angkatan, kemandirian ekonomi dan konseling aswaja kepada alumni. "Forum ini diadakan sebelum acara ngaji bareng masyayikh Madrasah TBS pada malam harinya hingga selesai," jelas Arif Mustain, ketua panitia acara ini.?

Pada malam harinya akan dilanjutkan dengan kegiatan ngaji bareng Masyayikh TBS yang juga akan diagendakan pula peluncuran website www.santrimenara.com dan buku bertajuk Madzhab Santri Menara yang berisi sekitar 20 esai yang berasal dari alumni sendiri. “Semua ini pastinya atas restu dari para masyayikh kami,” imbuh Arif.

Bila ada alumni Madrasah TBS Kudus yang bersedia membantu kelancaran acara, panitia menyediakan rekening transfer untuk pendanaan acara tersebut melalui rekening bendahara panitia. Ada dua rekening yang bisa dituju, BRI: 5928-01-002637-52-9 (An. Charis Rohman) atau ke BNI: 0335317112 (An. Charis Rohman). Jika sudah melakukan transfer, silahkan konfirmasi langsung ke 085726826747 (SMS/WA). (Hanan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Fragmen, Jadwal Kajian, IMNU Sang Pencerah Muslim

Jumat, 09 Februari 2018

Hukum Gerakan Hampir Berbarengan Makmum dan Imam

Ada sebagian makmum yang mengikuti shalat berjamaah shalat kurang memperhatikan gerakan dan bacaan imam secara detail sehingga menjadikan mereka melakukan gerakan dan bacaan bersamaan persis dengan imam. Hal ini hukumnya makruh.

Akibatnya makmum bisa kehilangan fadhilah (keutamaan) jamaah khusus pada rukun (filiy/qauliy) yang ia kerjakan bersama persis dengan imam tersebut. Artinya bukan berarti jika satu gerakan saja makmum melakukan bersama imam kemudian kehilangan semua fadhilah jamaah secara total.

Hukum Gerakan Hampir Berbarengan Makmum dan Imam (Sumber Gambar : Nu Online)
Hukum Gerakan Hampir Berbarengan Makmum dan Imam (Sumber Gambar : Nu Online)

Hukum Gerakan Hampir Berbarengan Makmum dan Imam

Andai saja makmum melakukan gerakan bersama persis dengan imam pada saat ruku‘, maka ruku‘ yang dilakukan bersama imam itulah ia tidak mendapatkan fadhilah 27 derajatnya ruku‘. Selain ruku‘ tersebut ia tetap mendapat fadhilah jamaah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Sayyid Bakri Syatha.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Artinya, “Fadhilah jamaah menjadi hilang, maksudnya pada bagian yang makruh melakukannya secara bersama-sama saja. Jika kemakruhan tadi dilakukan bersamaan saat ruku maka nilai 27 kali ruku‘lah yang menjadi hilang,” (I‘anatut Thalibin, juz II, halaman 39).

Sang Pencerah Muslim

Kemakruhan di atas apabila makmum melakukan dengan sengaja baik gerakan atau bacaan walaupun pada shalat sirriyah (pelan) bersama persis dengan imam. Jika kebersamaan hanya kebetulan yang tidak disengaja atau makmum memang tidak mengetahui bahwa hal tersebut adalah makruh, maka hukumnya tidak makruh.

Yang tidak makruh lagi adalah ketika makmum sengaja bersama-sama dengan imam pada saat imam membaca Al-Fatihah karena makmum khawatir jika tidak bersama, ia akan tertinggal ruku‘nya imam.

Seperti makmum pada shalat tarawih, misalnya. Makmum boleh membaca Al-Fatihah di waktu imam sedang membaca Al-Fatihah jika memang makmum khawatir apabila Al-Fatihah dibaca tidak secara bersama imam, ia akan tertinggal ruku‘nya.

?]: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “(Faidah) dimakruhkan bersamaan dengan imam dalam berbagai gerakan shalat. Begitu pula ucapan-ucapannya (aqwalus shalah) menurut pendapat muktamad. Fadhilah jamaah hilang pada rukun yang tepat ia jalankan dengan membarengi imam meskipun pada shalat yang dengan bacaan pelan (sirriyyah) selama makmum tidak mengetahui jika ia mengakhirkan sampai imam selesai membaca Al-Fatihah justru akan menjadikan makmum tertinggal ruku‘. Begitulah? yang dikatakan Ali Syibramalisi. Ar-Rasyidi berpendapat bahwa yang menjadikan hilang fadhilah hanya terbatas pada rukun qauliy. Adapun kemakruhan bersama persis itu jika memang disengaja, tidak berlaku apabila terjadi secara kebetulan atau makmum tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan sesuatu yang makruh sebagaimana pendapat Imam Syaubari, (Lihat Bughyatul Mustarsyidin, Darul Fikr, halaman 119).

Oleh karena itu, sebaiknya imam mengetahui enam waktu sunah untuk diam sejenak dalam shalat yang meliputi antara takbiratul ihram dan iftitah, iftitah dan ta‘awudz, ta‘awudz dan Al-Fatihah, Al-Fatihah dan "amin", "amin" dan surat, dan antara surat dan ruku‘, (Lihat Safinatun Naja, Darul Minhaj, halaman 42).

Praktiknya, imam membaca Al-Fatihah, makmum mendengarkan. Setelah membaca "amin" bersama-sama, imam diam sejenak sekadar cukup bagi makmum untuk membaca Al-Fatihah. Di saat inilah makmum membaca Al-Fatihah. Setelah sekira selesai, imam kemudian membaca surat. (Ahmad Mundzir)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, Meme Islam, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

KRT Moh. Muhtarom, Penghubung Ulama-Keraton

Mungkin sebagian warga nahdliyin di Solo, hanya mengenalnya sebagai sosok ketua tanfidziyah Majelis Wakil Cabang (MWC) Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Tapi siapa sangka, pria kelahiran Purwodadi 44 tahun yang lalu ini, mengemban jabatan yang penting.

Jabatannya tersebut memungkinkan dirinya untuk memainkan peran sebagai penghubung antara umat Islam di Surakarta pada khususunya, dengan pihak Keraton Surakarta.

KRT Moh. Muhtarom, Penghubung Ulama-Keraton (Sumber Gambar : Nu Online)
KRT Moh. Muhtarom, Penghubung Ulama-Keraton (Sumber Gambar : Nu Online)

KRT Moh. Muhtarom, Penghubung Ulama-Keraton

KRT (Kanjeng Raden Tumenggung) Moh. Muhtarom, begitu nama yang tertera pada kartu pengenal yang ia kenakan, saat ditemui Sang Pencerah Muslim Sabtu (9/2) lalu, di kompleks Pondok Pesantren Tahfidz Wa Ta’limil Qur’an (PPTQ) Masjid Agung Surakarta.

Guru SD Cemani Sukoharjo ini, kesehariannya menjadi Imam Masjid Agung Surakarta dan pengajar di PPTQ Masjid Agung Surakarta. Dulu, ia pernah nyantri di Pesantren Zumrotut Thalibin Kacangan Boyolali. Kemudian dilanjutkan sekolah di Pendidikan Guru Agama (PGA) sambil ngaji di PPTQ Masjid Agung dibawah bimbingan Kiai Mutohar.

Sang Pencerah Muslim

Perbincangan yang singkat, membicarakan tentang perannya sebagai Tafsir Anom dan pentingnya jalinan hubungan ulama dengan keraton. Berikut cupilkan perbincangan kontributor Sang Pencerah Muslim, Ajie Najmuddin, dengan Tafsir Anom KRT Moh. Muhtarom, S.Ag.:

Sang Pencerah Muslim

Sejak kapan anda menjabat sebagai Tafsir Anom (TA)?

Belum lama. Sejak Agustus tahun 2012 lalu. Tepatnya saat pergelaran Malem Selikuran Keraton di masjid Agung.

Jabatan TA itu sebetulnya bagaimana?

Tugas utama dari jabatan ini yakni mengembangkan agama Islam kepada masyarakat Solo, jadi hampir seperti peran ulama pada umumnya. Kemudian juga bertugas untuk menjadi penghulu, atau petugas yang menikahkan anak raja atau lingkup Keraton.

Apa jabatan itu semacam jabatan turun temurun?

Bukan. Jabatan ini diberikan langsung oleh pihak keraton kepada seseorang yang dianggap kompeten untuk menjadi TA. Meskipun dulu jabatan ini pernah diberikan secara turun temurun (dari TA V kepada putranya, yakni TA VI,-red). Saya menggantikan KRT Hasan Kamal dan sebelumnya beliau menggantikan KH Muhammad Dasuki.

Tentang peran Tafsir Anom sebagai ulama keraton, apa pendapat anda tentang hal tersebut?

Kalau kita mau melihat sejarah Kerajaan Islam di masa lalu. Ulama dahulu memiliki peran sebagai penasihat raja, bukan seperti sekarang yang terkadang justru menjadi ’pesuruh’.  Taruhlah para Walisongo yang menjadi ulama dan penasihat kerajaan Demak. Mereka mampu mewarnai dan memperngaruhi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan kerajaan.

Jadi anda memandang penting, keberadaan ulama di keraton?

Ya! Apabila ulama tidak lagi dekat dengan keraton, berarti ada semacam terputusnya mata rantai sejarah. Untuk itu saat ini harus mulai dibangun kembali hubungan ulama dan Keraton.

Tentang ulama yang mampu mewarnai kebijakan keraton, khususnya di bidang keagamaan, seperti apa misalnya?

Semisal pada istilah-istilah, budaya atau ritual kegiatan keagamaan di Keraton yang oleh sebagian kalangan umat Islam, dianggap tidak Islami. Maka itulah tugas kita, supaya simpul-simpul dalam bentuk ritual yang notabene warisan dari para Walisongo ini, mampu diterjemahkan dalam nilai-nilai Islam (Internalisasi Islam).

Pihak Keraton sendiri, apakah mereka masih menganggap penting nilai-nilai Islam di lingkup keraton?

Tidak hanya menganggap penting, bahkan mereka mengakui kebesaran nama keraton tak lepas dari peran para pendahulu mereka yang notabene merupakan dari kerajaan Islam (Mataram dan Demak). Mereka bahkan masih sering mengunjungi makam Kiai Hasan Besari di Pacitan.

Sebagai Tafsir Anom sekaligus ketua MWC NU, apa ada semacam keuntungan tersendiri bagi anda memegang peran tersebut?

Saya melihatnya justru ini merupakan sebuah kesempatan bagi para ulama NU. Nuansa keagamaan keraton dengan segala kebudayaannya, sebetulnya akan nyambung bila bertemu dengan kelompok Islam moderat seperti NU.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, PonPes Sang Pencerah Muslim

Jumat, 26 Januari 2018

GP Ansor Ciamis Kawal Program Pendataan Tanah

Ciamis, Sang Pencerah Muslim - GP Ansor Kabupaten Ciamis memfasilitasi masyarakat untuk menyukseskan program Pendataan Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang saat ini menjadi salah satu program strategis Jokowi di Sukaresik dan Sukasenang, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis.

Aksi ini berangkat dari keprihatinan atas banyak bidang tanah milik masyarakat yang belum memiliki tanda kepemilikan yang sah atau sertifikat serta kondisi Desa Sukaresik dan Desa Sukasenang yang berada di kaki Gunung Syawal dan terhitung relatif tertinggal, sehingga program-program pemerintah yang semestinya landing membutuhkan proses fasilitasi dari pihak-pihak yang memiliki concern dalam pendampingan terhadap masyarakat, termasuk dalam hal ini GP Ansor.

GP Ansor Ciamis Kawal Program Pendataan Tanah (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Ciamis Kawal Program Pendataan Tanah (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Ciamis Kawal Program Pendataan Tanah

Sosialisasi dan fasilitasi seperti yang dilaksanakan pada Sabtu (14/10) siang di Balai Desa Sukasenang telah membesarkan hati masyarakat untuk menyambut program PTSL ini dengan memenuhi target minimal 1000 bidang tanah per desa. Menghadirkan tiga fasilitator, GP Ansor Ciamis memberikan penjelasan seputar pelaksanaan dan kiat-kiat sukses serifikasi massal ini.

Sang Pencerah Muslim

Dalam sambutannya di forum sosialisasi dan fasilitasi, Kepala Desa Sukasenang Darus Salim menyatakan akan segera melakukan pendataan dan pendaftaran warganya untuk penyertifikatan lahannya dan akan mengajukan permohonan pada Kepala BPN setempat.

“Program ini sesungguhnya sangat ditunggu masyarakat. Apalagi dengan jaminan tanpa biaya dan hanya dipungut pembiayaan yang sudah ditentukan dalam peraturan sebesar Rp. 150.000,-. Untuk itu kami, seluruh aparat desa akan bekerja dengan keras untuk memenuhi target minimal 1000 bidang ini,” kata Darus Salim.

Anggota GP Ansor Ciamis Fathan Arionaldo yang ikut menjadi fasilitator kegiatan ini mengatakan, kegiatan sosialisasi ini merupakan lanjutan dari kegiatan sosialisasi sebelumnya di Desa Sukaresik.

Sang Pencerah Muslim

Pendamping Desa yang sekaligus santri dari Pesantren Qoshrul Arifin Atas Angin pimpinan Hazrat Syaikh M Irfa’I Nahrowi An-Naqsyabandi ini menyebutkan bahwa pihaknya juga telah menjalin komunikasi dengan kepala Badan Pertanahan Nasioanal Ciamis untuk menyukseskan program PTSL di dua desa ini.

“Target kami tidak hanya dua desa ini karena desa-desa di sekitaran kaki gunung Syawal ini banyak dan kondisinya (administrasi asetnya-red) hampir sama.” Kata Fathan.

Selain karena program ini juga memang merupakan bagian dari kebijakan Kemendesa yang dituangkan dalam SKB tiga menteri, ia juga menekankan akan pentingnya penataan aset masyarakat, lebih-lebih aset milik desa.

Atabik Janka Dausat yang merupakan salah satu pengurus GP Ansor Ciamis mengatakan bahwa advokasi ini dilakukan dengan spontanitas dan secara sukarela saja.

“Kita mendampingi masyarakat untuk menyertifikasi lahannya agar memiliki surat yang berkekuatan hukum dan sah secara hukum,” katanya.

Menurutnya, gerakan advokasi ini dilakukan bersama-sama dengan santri yang tergabung dalam Ansor. Selain sebagai media silaturrahmi dengan masyarakat, katanya, juga sebagai bentuk sumbangsih kami, Pesantren Atas Angin untuk kemajuan masyarakat. (Husni Sahal/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaNu, Tokoh, IMNU Sang Pencerah Muslim

Selasa, 23 Januari 2018

Islam Nusantara, Alternatif Baru Kiblat Dunia Islam (1)

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Islam nusantara sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam perjalanan peradaban dunia islam, sebab sejarah telah membuktikan bahwa ulama-ulama Nusantara mampu menembus pusat Islam yang ada di Mekkah.

Islam Nusantara, Alternatif Baru Kiblat Dunia Islam (1) (Sumber Gambar : Nu Online)
Islam Nusantara, Alternatif Baru Kiblat Dunia Islam (1) (Sumber Gambar : Nu Online)

Islam Nusantara, Alternatif Baru Kiblat Dunia Islam (1)

Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta berkomitmen melanjutkan perjalanan para ulama nusantara dengan membentuk Pascasarjana Program Magister Prodi Sejarah Kebudayaan Islam dengan Konsentrasi Islam Nusantara.

Hal ini ditegaskan oleh Direktur Pascasarjana Program Magister STAINU Jakarta, Prof. DR. Ishom Yusqi, MA di Pesantren Ats-Tsaqafah, Ciganjur Jakarta, Jum`at (1/11)

Sang Pencerah Muslim

Dalam kesempatan itu Prof. Ishom menyebutkan paling tidak ada empat point penting yang membuat Islam Nusantara perlu digemakan, ia memulainya dengan kondisi Timur Tengah yang saat ini dilanda konflik.

Sang Pencerah Muslim

“Timur Tengah sedang dilanda krisis politik, kita tidak bisa mengandalkan Timur Tengah, Iran? Iran belum sepenuhnya diterima masyarakat Islam dunia, nah Islam Nusantara ini diharapkan bisa menjadi inspirasi dan mampu menjadi alternatif kiblat dan kebanggaan dunia Islam, Mesir itu Negara Islam paling produktif menulis dibandingkan yang lain, kalau konfliknya tidak selesai apa lagi sampai hancur-hancuran, habis peradaban Islam itu,” tegasnya

Kedua, lanjut Prof. Ishom, saat ini organisasi transnasional sudah mulai tumbuh dan berkembang, jika hal ini tidak dibendung dampaknya adalah akan mengikis habis nilai-nilai kenusantaraan yang sudah ditanam oleh para pendiri bangsa Indonesia.

“Dulu ada transnasional di Indonesia, PKI (Partai Komunis Indonesia), tapi kemudian saat itu bergejolak, nah sekarang ada HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang sudah masuk ke lapisan masyarakat bawah sampai atas, melalui halaqah-halaqah, masuk ke sekolah-sekolah dan kampus, buku, demokrasi itu sistem kafir, taghut dan seterusnya, padahal ulama nusantara sudah sepakat bahwa Indonesia itu tidak perlu daarul islam, tapi darusalam,” imbuhnya

Selain HTI, Prof. Ishom pun menyebut Ikhwanul Muslimin yang sudah masuk ke Indonesia dengan “chasing” yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari referensi atau bacaan wajib mereka, yaitu buku Ma’tsurat-nya Hasan Al-Bana.

Selanjutnya Prof. Ishom menyebutkan point ketiga pada unsur empat pilar (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945) yang saat ini berada dalam ancaman kelompok yang hendak membuang dan menggantinya dengan ideologi dan ajaran yang dibawa oleh mereka.

Terakhir, Prof. Ishom menyebutkan ciri-ciri dan Islam Nusantara, yaitu Keindonesiaan, Keislaman dan Keaswajaan dengan prinsip attasamuh, attawasuth, al-I’tidal dan attawazun.

“Islam Nusantara itu orang Indonesia yang beragama Islam, Identitas Indonesianya ditunjukan, jangan kemudian belajar ke Arab, Yaman, Pakistan dan lainnya, Indonesianya jadi hilang, kalau tinggalnya disana ya tidak apa-apa, tapi kalau KTP-nya masih Indonesia ya tidak bisa, tidak bisa meng-Arab-kan Indonesia, Me-Yaman-kan Indonesia atau mem-Pakistan-kan Indonesia, jadi mesti meng-Indonesia. Begitu juga sebaliknya, jangan kemudian pulang dari Inggris atau Eropa disini cium pipi kanan-kiri, dan sebagainya” ungkapnya

Untuk itu Islam nusantara ini mesti bangkit dan terus dikaji, Prof. Ishom pun mengakui bahwa sebenarnya umat Islam Indonesia yang berkualitas dan produktif cukup banyak jumlahnya, namun kendala yang dihadapi adalah Bahasa Indonesia tidak diakui PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai bahasa Internasional, berbeda dengan Bahasa Arab yang diakui oleh PBB sebagai bahasa Internasional, namun kendala itu tidak terlalu mengganggu untuk membangkitkan Islam Nusantara ini. (Aiz Luthfi/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, Nusantara Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

Menpora: Jangan Sampai Oknum yang Tidak Punya Sejarah Meminta Indonesia Diubah

Jember, Sang Pencerah Muslim. Bukan karena latah jika NU saat ini ikut berteriak soal pentingnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Sebab, pergerakan NU memang mempunyai benang  sejarah  yang cukup kuat dengan beridrinya NKRI. Demikian dikemukakan oleh Menpora RI, Imam Nahrawi saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional "Pancasila Final, NKRI Harga Mati, Khilafah No" di auditorium Universitas Islam Jember (UIJ), Sabtu (14/5). 

Menurut Menpora, NU sebagai salah satu ormas yang memiliki sejarah dan turut andil dalam pendirian NKRI, maka seharusnya mempertahankan NKRI. "Oleh karena itu, mari kita pertahankan sejarah itu dengan baik. Jangan sampai ada oknum yang tidak memiliki sejarah, lalu mengatakan Indonesia harus diubah," ujarnya.

Menpora: Jangan Sampai Oknum yang Tidak Punya Sejarah Meminta Indonesia Diubah (Sumber Gambar : Nu Online)
Menpora: Jangan Sampai Oknum yang Tidak Punya Sejarah Meminta Indonesia Diubah (Sumber Gambar : Nu Online)

Menpora: Jangan Sampai Oknum yang Tidak Punya Sejarah Meminta Indonesia Diubah

Imam Nahrawi meminta agar NU tetap kuat dan solid  mengawal NKRI dan Pnacasila. NKRI, katanya, adalah harga mati, dan siapapun tidak boleh menentangnya. Ini bukan karena adanya gejala atau gerakan yang mengancam Pancasila dan NKRI belakangan ini, namun karena hal tersebut sudah menjadi sikap bangsa yang tidak bisa ditawar lagi. "Yang terpenting saat ini adalah eksekusinya seperti apa karena NKRI adalah memang sudah harga mati tidak boleh siapapun menantang. Apabila ada yang menantang maka harus keluar dari NKRI," ujar Menpora.

Di tempat yang sama, Ketua Yayasan UIJ, Abdullah Syamsul Arifin (Gus A`ab) mengatakan bahwa NU sejak lama berkomitmen mengawal dan menjaga Republik Indonesia dan siap menghadapi siapapun yang akan mengotak-atik NKRI. Terkait dengan ormas yang menentang NKRI, PCNU Jember sudah mengambil langkah, diantaranya mendorong pemerintah pusat, Kemenkumham dan Kemendagri untuk membubarkan ormas-ormas penentang NKRI dan Pancasila.

"Pemkab Jember kami harap membuka forum untuk menutup kegiatan ormas penentang Pancasila dan merongrong NKRI," jelas Gus Aab yang juga Ketua PCNU Jember itu. (Aryudi A Razaq/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim IMNU Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock