Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Februari 2018

Sarung Miliki Potensi dalam Pemberdayaan Ekonomi Pesantren

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Direktur Jenderal Industri Tekstil, Kulit, dan Aneka, Kementerian Perindustrian RI Muhdori mengungkapkan tradisi bersarung yang dilakukan warga NU dan pondok pesantren, memiliki potensi dan peluang positif dilihat dari pemberdayaan ekonomi pesantren. ?

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara pada Seminar Nasional “Sarung Nusantara” yang digelar Lembaga Takmir Masjid Nahdltaul Ulama (LTMNU) di Gedung PBNU Jakarta Pusat, Kamis (6/4).

Sarung Miliki Potensi dalam Pemberdayaan Ekonomi Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Sarung Miliki Potensi dalam Pemberdayaan Ekonomi Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Sarung Miliki Potensi dalam Pemberdayaan Ekonomi Pesantren

“Industri tekstil, di dalamnya termasuk industri sarung, menempati urutan ketiga penghasil devisa negara. Nilai ekspor tahun 2016 sebesar US$ 11,78 miliar (8,22 persen ekspor nasional), dengan surplus USD 4,73 miliar; berkontribusi 1,18 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun 2016. Industri tekstil juga merupakan satu dari sepuluh industri prioritas dan industri andalan Indonesia 2015-2035,” urai Muhdori.

Muhdori menyebut, pada tahun 2015, dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri tersebut menyerap tenaga kerja langsung sejumlah 2,69 juta orang. Angka ini setara dengan 17,03 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur yang bersifat padat karya.

Oleh karena itu ia mendorong pesantren memanfaatkan peluang tersebut. “Contohnya bila di Cirebon saja ada 27 pesantren dengan rata-rata 200 santri per pesantren. Lalu koperasi pesantren membeli sarung dengan harga dasar 45 ribu dijual 50 ribu, itu akan ada keuntungan untuk pesantren. Jelas ini upaya pemberdayaan umat lewat sarung,” terangnya.

Sang Pencerah Muslim

Belum lagi, kata Mudhori bila pesantren bisa memproduksi sarung sendiri, tentu optimalisasi pemberdayaan ekonomi dapat dilakukan.

Ia juga mengatakan pengembangan tekstil tidak terbatas hanya sarung. “Ketika musim haji, kiai dan satri pondok pesantren minimal kalau tidak berangkat haji bisa bertindak sebagai pemandu manasik. Sekaligus ini bisa dipersiapkan dengan mengenalkan produk pendukung ibadah haji dan umrah,” lanjut Muhdori.

Bicara tentang bisnis, kata Muhdori, tidak akan ada habisnya ketika dikaitkan dengan pondok pesantren. “Karena itu pondok pesantren dan NU harus memanfaatkan betul peluang ini, selagi masih terbuka,” tandasnya. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Santri Sang Pencerah Muslim

Rabu, 07 Februari 2018

Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU

Brebes, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Kabupaten Brebes prihatin dengan tak terbendungnya peredaran gelap narkoba dan makin maraknya pornografi. Kondisi ini disikapi dengan upaya preventif dengan jalan ajakan menjauhkan diri dari virus negatif tersebut. Salah satunya melalui medan dakwah.?

“Sebagai orang tua, paling banter bisa merangkul dan mengajak generasi muda untuk menghindari dua hal negatif melalui medan dakwah,” ujar Ketua PC Muslimat NU Brebes Hj Chulasoh saat pembukaan Lomba Shalawat Nada dan Dakwah, Pembacaan Surat Surat Pendek Al Quran serta lomba Mars IGTKM di aula Kantor Kementerian Agama, Jalan Ahmad Yani Brebes, Ahad (9/4).

Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU

Dijelaskan Chulasoh, keprihatinan Muslimat diujudkan dengan selalu menyisipkan nasehat di setiap dakwahnya. Daiyah (pendakwah wanita), mesti memiliki bekal pengetahuan tentang bahaya narkoba dan ekses negatif pornografi. Sehinggsa bisa bersama-sama mewujudkan masyarakat yang anti narkoba dan antipornografi.

“Meskipun Brebes bukan zona merah dalam kedua wilayah tersebut, tetapi pencegahan dini perlu dilakukan demi keselamatan generasi muda,” ujarnya.

Bupati Brebes Hj Idza Priyanti yang membuka acara merasa bangga dengan upaya Muslimat NU yang menggelar kegiatan lomba-lomba dengan tema yang memperhatikan kondisi masyarakat. Pencegahan peredaran gelap narkoba maupun tersebarnya virus negatif pornografi. Pemerintah kabupaten juga sepaham dengan upaya-upaya pencegahan narkoba melalui Badan Narkotika Kabupaten (BNK).?

Sang Pencerah Muslim

“Ayo kita giatkan dakwah perangi narkoba dan cegah pornografi,” ujar Idza di hadapan ratusan peserta yang memadati aula Kemenag.?

Idza yang juga Ketua Dewam Pakar Ekonomi PC Muslimat NU Brebes juga mengajak kepada para anggota Muslimat untuk membantu pembangunan Kabupaten Brebes terutama pembangunan di bidang mental spiritual. Termasuk peningkatan ekonomi dengan selalu menggiatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.?

Ketua Panitia Hj Farikha menjelaskan kegiatan dimaksudkan untuk memperingati hari lahir (harlah) ke-71 Muslimat NU. Peserta merupakan perwakilan dari 17 Pimpinan Anak Cabang yang sebelumnya telah melakukan seleksi di masing-masing PAC.?

Sang Pencerah Muslim

Setelah melalui penjurian yang cukup ketat, akhirnya pada Lomba Shalawat Nada dan Dakwah, juara 1 diraih PAC Muslimat NU Ketangungan dengan nilai 95, juara 2 PAC Kersana (92), dan juara 3 PAC Salem (90). Lomba pembacaan surat pendek, juara 1 Khumaeroh Hidayatus Sabita dari TK Muslimat NU Pesantunan Wanasari dengan nilai 95. Juara 2 Alfi Alma Sarah TK NU Glonggong Wanasari ? (94) dan juara 3 Niviana Syifa Fauziah TK Masyitoh NU Tonjong (91).

Sedang Lomba Mars IGTKM juara 1 PAC Muslimat NU Wanasari dengan nilai 99, juara 2 PAC Muslimat NU Ketanggungan (91 dan juara 3 PAC Muslimat NU Larangan (90). (Wasdiun/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Amalan, Budaya Sang Pencerah Muslim

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma

Umat Muslim percaya momen Ramadhan perlu diisi dengan berbagai macam kegiatan kebaikan, termasuk juga pengajian. Begitu juga dengan warga Muslim di Roma. Itulah yang dikatakan Juniarti, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenlu kepada saya saat saya mengisi pengajian di KBRI Roma Ramadhan lalu.

Saat itu, saya mengisi pengajian di hari Sabtu. Sabtu dan Ahad memang hari libur di Roma. Tetapi meskipun libur, pengajian tetap dilakukan.

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma (Sumber Gambar : Nu Online)
Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma (Sumber Gambar : Nu Online)

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma

Ramadhan juga bulan kebersamaan. Suasana itu terlihat di lingkungan KBRI Roma. Sapaan hangat dari RA Esti Andayani sebagai Duta Besar RI untuk Italia kepada seluruh staf. Tawa canda anak-anak kecil dengan temannya yang terkadang lalu lalang di depan para pejabat, menambah cerita lucu di saat berbuka puasa.

***

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Tinggal jauh di negara sendiri terkadang ada sukanya juga ada dukanya. Sukanya salah satunya adalah, mungkin bisa banyak belajar budaya asing dan memperlancar bahasa negara lain, seperti kebanyakan saudara-saudara Muslim di Roma, Italia ini.

Anak-anak kecil keturunan Indonesia di sini sangat fasih dan lancar sekali dengan bahasa Italia. Saat bercanda dan bermain dengan teman-teman sebayanya, mereka asyik sekali mendengarkan orang mengucapkan kalimat-kalimat berbahasa Italia. Seperti kata “numero uno” dan sebagainya.

Tetapi ada yang menjadi kegelisahan para orangtua mereka, yaitu pembelajaran pengetahuan agama yang kurang maksimal, meskipun sudah disiapkan tempat belajar agama khusus di masjid besar khusus untuk orang-orang Indonesia. Tampaknya itu belum efektif.

Banyak yang bercerita kepada saya, tentang huruf-huruf Hijaiyah saja sudah lupa. Banyak dari anak-anak usia SMP dan SMA sudah lupa huruf-huruf Hijaiyah itu.

“Dulu saya sudah tahu itu, tetapi sekarang saya sudah lupa semua,” kata Faishal, anak Indonesia yang dari kecil sekolah di Roma, yang sekarang duduk di kelas 1 selevel SMA di Indonesia.

Faishal bercerita jenjang pendidikan di Roma agak berbeda dengan di Indonesia. Kalau di Roma jenjangnya 5+3+5. Lima tahun setingkat SD dilanjut 3 tahun setingkat SMP dilanjut 5 tahun setingkat SMA. Lima tahun di setingkat SMA itu sudah penjurusan sesuai minat masing-masing. Jika cerdas bisa selesai lebih cepat. Seperti akselerasi di Indonesia.

Untuk mengefektifkan pengetahuan agama tersebut, KBRI Roma dan Nadwah Ukhuwah Roma (NUR) bersepakat membuat jadwal dan tema kajian Ramadhan yang dibutuhkan masyarakat Muslim Indonesia di Roma. Dengan itu tugas saya sebagai Dai Ambassador Cordofa 2017 di Italia sangat terbantu.

Selama di Roma, jadwal pengajian yang telah disusun oleh NUR dan KBRI Roma adalah sebagai berikut. Kultum di setiap hari bada zuhur. Tema yang harus disampaikan adalah pentingnya shalat, keutamaan sedekah, manfaat membaca Al-Quran, akidah dan tauhid dalam Islam, sudahkah saya berzakat, perbedaan zakat dan infak.

Selain itu keutamaan istighfar, menghormati orangtua, persaudaraan dalam Islam, amar makruf nahi munkar, penyakit hati dan cara menghindarinya, keutamaan menuntut ilmu, kebersihan sebagian dari iman, keutamaan shalat dhuha, manfaat shalat dari segi kesehatan dan sosial, keutamaan shalat tahajud.

Selebihya adalah saya akan bahas tentang hukum-hukum fiqih dasar tentang thaharah dan hukum-hukum shalat seperti rukun dan sunat shalat.

“Karena ini saja banyak yang masih belum benar,” kata Adnan, salah satu staff dan ustad di KBRI Roma.

Setiap Rabu dan Jumat ada pengajian ibu-ibu. Saya tekankan pada cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Saya praktikkan makharijul huruf dan pemahaman ilmu tajwid, juga sentuhan anatomi Al-Quran yang sangat disukai oleh jamaah ibu-ibu istri para diplomat ini.

Pengajian ini dimulai pukul 14. 30-17.00 pada hari Rabu. Sedangkan pada hari Jumat dimulai pada pukul 18.00 sampai 20.00 atau menjelang berbuka puasa.

Setiap Jumaat sore dimulai pukul 15.00–17.30 adalah pengajian anak-anak dan remaja, yang saya isi dengan pengenalan huruf-huruf Hijaiyah, doa-doa harian, dan hafalan-hafalan surat pendek.

Setiap Jumat dan Sabtu juga diadakan acara berbuka puasa bersama di KBRI Roma, Milan, dan Vatikan secara bergantian. Jumat agenda untuk seluruh keluarga Home Staff dan Lokal Staff KBRI Roma. Sedangkan hari Sabtu diadakan untuk umum, untuk seluruh masyarakat Indonesia dan sekitarnya di Italia.

Semua itu untuk mempererat tali silaturrahmi dan menambah pengetahuan agama Islam di Italia yang memang minim sekali guru agama. Sekalipun ada, itu pun jauh dan mungkin terkendala masalah bahasa.

Saya berharap, peran saya yang tak seberapa selama di Italia, dapat meningkatkan semangat warga Muslim di sana dalam menambah ilmu agama. Masyarakat Indonesia di Italia umumnya dapat mempererat tali persaudaraan dan kepedulian mereka.

H Khumaini Rosadi, anggota Tim Inti Dai dan Media Internasional (TIDIM) LDNU, dan Dai Ambassador Cordofa 2017 dengan penugasan ke Roma, Italia.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Ulama, Budaya, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Kamis, 01 Februari 2018

Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali

Orang tua sesunguhnya tidak bebas berbuat apa saja kepada anak-anaknya. Ada adab atau etika tertentu yang harus diperhatikan para orang tua sehubungan adanya kewajiban anak-anak berbakti kepada mereka. Menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana disebutkan dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444) setidaknya ada lima (5) adab orang tua terhadap anak-anaknya sebagai berikut: 

Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)
Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)

Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali

? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. 

Sang Pencerah Muslim

Artinya: “Adab orang tua terhadap anak, yakni: membantu mereka berbuat baik kepada orang tua; tidak memaksa mereka berbuat kebaikan melebihi batas kemampuannya; tidak memaksakan kehendak kepada mereka di saat susah; tidak menghalangi mereka berbuat taat kepada Allah SWT; tidak membuat mereka sengsara disebabkan pendidikan yang salah.” 

Sang Pencerah Muslim

(Baca juga: Anak Wajib Menafkahi Orang Tua)Dari kutipan di atas dapat diuraikan kelima adab orang tua kepada anak-anaknya sebagai berikut:

Pertama, membantu anak-anak bersikap baik kepadanya. Sikap anak kepada orang tua sangat dipengaruhi sikap orang tua kepada mereka. Jika orang tua sayang kepada anak-anak, mereka tentu akan membalas dengan kebaikan yang sama. Tidak mungkin anak-anak bersikap baik kepada orang tua, jika mereka diperlakukan semena-mena. Oleh karena itu ketika orang tua bersikap baik kepada anak-anaknya, sesungguhnya orang tua telah mendidik dan membantu anak-anaknya menjadi anak yang baik pula. 

Kedua, tidak memaksa anak-anak berbuat baik melebihi batas kemampuannya. Orang tua perlu memahami psikologi perkembangan agar anak-anak dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan fase-fase perkembangannya. Tidak bijak apabila anak-anak yang masih duduk di bangku TK sudah diperintahkan berpuasa sehari penuh selama Ramadhan. Mereka memang perlu dilatih berpuasa tetapi tidak boleh seberat itu. Demikian pula tidak bijak apa bila orang tua memaksakan kehendaknya agar mereka selalu menduduki ranking 1 di kelasnya, misalnya, sementara kemampuannya kurang mendukung. 

Ketiga, tidak memaksa anak-anak saat susah. Sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga bisa merasakan susah, misalnya karena kehilangan sesuatu yang menjadi kesayangannya seperti binatang kesayangan atau lainnya. Pada saat seperti ini orang tua sebaiknya dapat memahmi psikologi anak dengan tidak menambahi bebannya. Misalnya, orang tua melakukan perintah-perintah yang banyak dan berat sehingga menambah beban anak. Justru sebaiknya orang dapat menghibur dan membesarkan hati anaknya bahwa Allah akan mengganti apa yang hilang dari anak itu dengan sesuatu yang lebih baik. 

Keempat, tidak menghalangi anak-anak untuk berbuat taat kepada Allah SWT. Tidak sebaiknya orang tua menghalangi anak-anak ketika mereka bermaksud melakukan ketaatan kepada Allah SWT, misalnya, berlatih puasa sunnah Senin-Kamis. Tetapi memang orang tua perlu memberi arahan untuk tidak berpuasa dahulu, misalnya, ketika kondisi anak sedang sakit. Orang tua perlu menjelaskan bahwa beberapa orang diperbolehkan tidak berpuasa, misalnya orang-orang yang sedang sakit, atau seorang ibu yang sedang menyusui anaknya yang masih kecil. Untuk puasa Ramadhan memang harus diganti apabila ditinggalkan, edang puasa sunnah tidak harus diganti.  

Kelima, tidak membuat anak-anak sengsara disebabkan pendidikan yang salah. Adalah kewajiban orang tua mendidik anak dengan sebaik-baiknya sehingga anak memiliki ilmu yang cukup dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan. Apabila orang tua tidak cukup membekali anak dengan ilmu dan ketrampilan yang diperlukan dan malahan memanjakannya, maka hal ini bisa menyengsarakan anak di kemudian hari. Anak bisa bodoh dan tidak mandiri dalam banyak hal sehingga tidak bisa menolong dirinya sendiri apalagi orang lain. Keadaan seperti ini akan membuat anak sengsara dalam hidupnya. 

Singkatnya kelima hal di atas, yakni mengkondisikan anak sanggup dan mampu berbuat baik kepada orang tua, menghargai prestasi anak dalam meraih hal yang baik sesuai batas kemampuannya, mengerti perasaan anak ketika mereka sedang susah, mendukung anak untuk berbuat ketaatan kepada Allah SWT, dan membuat anak mampu hidup bahagia dengan pendidikan yang benar, merupakan adab atau etika minimal yang perlu dilakukan setiap orang tua kepada anak-anaknya. Demikianlah Imam Al-Ghazali memberikan resep kepada kita untuk menjadi orang tua yang baik. 

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Kajian Sang Pencerah Muslim

Pasar Murah Jelang Ramadhan di Kalibata Disambut Antusias

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Jelang Ramadhan, bahan baku kebutuhan masyarakat berpotensi mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Melihat hal tersebut, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) di bawah bimbingan Ari Haryati Marwan Jafar, Istri Menteri Desa PDTT, Marwan Jafar menggelar pasar murah di area perkantoran Kemendes PDTT Kalibata, Jakarta, Rabu (1/6).

"Semoga pasar murah ini bisa membantu karyawan dan masyarakat khususnya penduduk sekitar, untuk menyediakan bahan-bahan pokok menjelang puasa," ujar Ari Haryati, Penasehat DWP Kemendes PDTT, saat membuka pasar murah di Gedung Makarti Muktitama, kantor Kemendes PDTT .

Pasar Murah Jelang Ramadhan di Kalibata Disambut Antusias (Sumber Gambar : Nu Online)
Pasar Murah Jelang Ramadhan di Kalibata Disambut Antusias (Sumber Gambar : Nu Online)

Pasar Murah Jelang Ramadhan di Kalibata Disambut Antusias

Dalam kesempatan itu, Ari Haryati menegaskan, bahan-bahan kebutuhan pokok yang disediakan dalam pasar murah itu hanya untuk kebutuhan rumah. Artinya, masyarakat yang membeli di pasar murah tersebut tidak boleh untuk kembali diperjualbelikan.

Sang Pencerah Muslim

"Yang berbelanja tidak untuk dijual lagi atau untuk kulakan, karena tujuan kita adalah membantu masyarakat untuk menyediakan bahan-bahan baku jelang Ramadhan, bukan untuk dijual lagi," paparnya.

Sang Pencerah Muslim

Dalam pasar murah tersebut, produk-produk yang dijual beragam. Mulai dari beras, minyak goreng, gula, bawang merah, bawang putih, daging dan berbagai kebutuhan pokok lainnya.? Pasar Murah ini pun mendapat antusias dan apresiasi positif dari masyarakat. Terlihat, ada banyak.pengunjung yang berbelanja di pasar.murah tersebut. Risma, warga kalibata misalnya, ia tampak membeli berkilo-kilo gula untuk persiapan Ramadhan.

"Harga gulanya murah, cuma Rp14 ribu. Kalau di luar Rp17 ribu, bedanya lumayan sampai Rp3 ribuan," ujarnya.

Begitu juga dengan pengunjung lain yakni Ana, warga setempat yang mengaku terbantu dengan digelarnya pasar tersebut. Menurutnya, harga yang ditawarkan pasar murah tersebut berbanding jauh dengan harga pasar pada umumnya. "Bawang merah di sini harganya Rp25 ribu, padahal kalau di pasar bisa sampai Rp40 ribu," ujarnya. (Red: Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya Sang Pencerah Muslim

Rabu, 31 Januari 2018

Tiga Hal Mengapa NU Layak Dipromosikan ke Dunia

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H As’ad Said Ali menyebutkan sedikitnya tiga hal  yang menjad alasan mengapa NU layak dipromosikan ke tingkat dunia melalui muktamar ke-33 NU di Jombang yang mengangkat tema besar “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”.

Tiga Hal Mengapa NU Layak Dipromosikan ke Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiga Hal Mengapa NU Layak Dipromosikan ke Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiga Hal Mengapa NU Layak Dipromosikan ke Dunia

Pertama, menurut As’ad, secara politik NU telah menyelesaikan konsep kenegaraan di tengah penduduk yang mayoritas Muslim namun terdiri dari banyak agama, suku, dan adat istiadat, serta tinggal di banyak pulau. Pada Muktamar di Banjarmasin Kalimantan Selatan pada 1936,  beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka, NU telah merumuskan konsep negara Islam yang khas dengan menggabungkan antara Islam dan nasionalisme, yang sering dikenal dengan istilah darus salam.

“Di beberapa negara Islam atau yang mayoritas penduduknya Muslim, persoalan Islam dan nasionalisme ini belum selesai sampai sekarang,” katanya kepada Sang Pencerah Muslim di Jakarta, Selasa (8/7).

Sang Pencerah Muslim

Pada satu sisi, menurut As’ad, mereka menyatakan Islam, tapi kesukuan mereka sangat kuat. Negara-negara yang ada dikuasai oleh satu suku tertentu. Fanatisme terhadap kelompok atau aliran juga sangat kuat dan selalu menimbulkan konflik berdarah yang berkepanjangan dan turun-menurun.

Kedua, NU layak dipromosikan ke tingkat dunia karena prinsip sosial dan kemasyarakatannya sudah mapan dan bisa menjadi model. Melalui organisasi atau jam’iyah NU, para ulama dan umat berkumpul untuk membahas dan menyelesaikan masalah bersama.

Sang Pencerah Muslim

“Secara sosial, ormas NU bisa jadi model. Konsep keumatan kita sudah aplikatif. Di Mesir, misalnya, ada organisasi ulama saja, umatnya tidak ikut. Kita melalui NU ini, para ulama dan jamaah tidak terputus,” katanya.

Salah satu peran ormas yang paling penting adalah ketika terjadi benturan atau konflik kepentingan antar masyarakat, atau antara masyarakat dengan negara. NU bisa mengambil peran sehingga segala sesuatu tidak harus diselesaikan melalui pendekatan politik, atau bahkan militer.

“Di negara-negara Timur Tengah, ormas semacam NU ini tidak ada sehingga tidak ada yang menjadi penengah. Dan yang lebih penting lagi, ormas model NU ini bisa diterima oleh non muslim,” kata As’ad yang belasan tahun bertugas di Timur Tengah ini.

Ketiga, menurutnya, NU layak dipromosikan ke dunia karena kesiapannya untuk menerima berbagai perbedaan pendapat. NU mengakui empat madzab di bidang fiqih, dan mengizinkan umat mengikuti salah satu dari empat madzab: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.

“Di Saudi hanya memakai madzab Hambali. Di Irak dulu ada namanya Madrasah Mustansiriyah. Madrasah ini menyiapkan tempat beda-beda tempat untuk madzab-madzab. Kalau kita ini berbeda-beda mazhab di satu tempat dan saling menghargai,” katanya.

Kesiapan NU untuk menerima perbedaan pendapat itu, menurut As’ad, itulah kunci kekuatan NU bisa menjadi penengah dan penyeimbang di tengah masyarakat yang berbeda-beda. “NU bisa jadi pemersatu semua,” ujarnya.

Terkait penerimaan oleh dunia Muslim, menurut As’ad, NU patut berbangga karena para ulama dan cendekiawan muslim dari beberapa provinsi di Afganistan telah mempelajari NU mendirikan Nahdlatul Ulama Afganistan (NUA) yang secara keorganisasian persis dengan NU yang ada di Indonesia. “Muslim India juga akan mendirikan NU,” tambahnya. (A. Khoirul Anam)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Jadwal Kajian, Budaya Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

Sanad KH Hasyim Asyari terhadap Kitab Nihayah Imam Ar-Ramli

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan dalam cara memahami hukum agama (fiqih) memilih pendekatan bermadzhab. Di antara banyak madzhab yang pernah ada (bahkan mencapai 13 mazhab) hanya empat saja yang dipilih sebagai acuan bermazhab.?

Hal ini karena keempatnya dinilai lebih muktabar, terkodifikasikan dengan lengkap dan bertahan dari waktu ke waktu. Keempat madzhab tersebut adalah: mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafii, dan mazhab Hambali.

Adapun madzhab yang mayoritas dianut warga Negara Indonesia pada umumnya dan warga Nahdliyyin khususnya adalah mazhab Syafi’i yang dibangun oleh Imam Muhammad bin Idris As-Syafii. Salah satu kitab induk yang menjadi rujukan dalam fiqih mazhab syafii adalah Kitab Nihayah yang ditulis oleh Imam Ar-Ramli.?

Sanad KH Hasyim Asyari terhadap Kitab Nihayah Imam Ar-Ramli (Sumber Gambar : Nu Online)
Sanad KH Hasyim Asyari terhadap Kitab Nihayah Imam Ar-Ramli (Sumber Gambar : Nu Online)

Sanad KH Hasyim Asyari terhadap Kitab Nihayah Imam Ar-Ramli

Berikut ini disajikan silsilah sanad kitab Nihayah milik Imam Ramli dari Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari melalui jalur gurunya Syaikh Mahfudh Termas. Sanad ini bukan hanya sanad Kitab Nihayah saja, namun juga kitab-kitab lainnya yang ditulis Imam Ramli.

Sanad dari KH M Hasyim Asy’ari:

1. Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari

Sang Pencerah Muslim

2. Dari Syaikh Mahfudh Termas

3. Dari Syaikh Sayyid Muhammad Amin Al-Madani

Sang Pencerah Muslim

4. Dari Muhammad Abi Khadlir

5. Dari Shalih Al-Bukhari

6. Dari Rafi’ al-Qandahari

7. Dari Muhammad bin Abdullah Al-Maghribi

8. Dari Abdillah bin Salim Al-Bashri

9. Dari Ali bin Al-Jamal

10. Dari Sayyid Umar bin Abdir Rahim Al-Bashri

11. Dari As-Syams Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli

Jalur cabang:

1. Abdullah bin Salim Al-Bashri (sanad nomor 8), juga mengambil (belajar) kitab Nihayah ini dari:

2. Ali Syabramalisi

3. Dari Az-Zayyadi dan Al-Halabi

4. Dari Imam As-Syams Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli

Dengan demikian maka jika dihitung semua sanad tersebut beserta cabangnya, maka jumlahnya semua ada 14 sanad. Dalam 12 tingkatan.

Sumber:?

1. Kitab Kifayatul Mustafid karya Syaikh Mahfudh Termas

2. Buku Khittah Nahdliyah karya KH Achmad Shiddiq

3. Buku Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU

(Ahmad NurKholis)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Ulama, Budaya Sang Pencerah Muslim

Rabu, 10 Januari 2018

Jangan Pernah Menimbun

Kebutuhan manusia hidup akan makanan, minuman dan hal-hal yang menjadi kebutuhan setiap saat senantiasa harus bisa ia dapatkan dan ia peroleh, semisal saja beras yang menjadi kosumsi harian atau jenis makanan pokok yang lainnya. dikarenakan menjadi makanan pokok maka ia harus mendapatkannya meskipun dengan harga yang mahal.

Kelangkaan yang terjadi bukan hanya pada makanan pokok saja, melainkan jenis kebutuhan yang lain, seperti baru-baru ini kelangkaan gas elpiji, BBM, dan barang-barang yang lain. Kelangkaan ini sering dimanfaatkan oleh oknum usil yang sengaja menimbun barang, lalu disaat kelangkaan muncul ia akan menjual barang yang telah ia timbun dengan harga mahal, tidak seperti harga dipasaran, bahkan terkadang meningkat dua kali lipat dari harga biasanya.

Penimbunan ini tidak dibenarkan oleh Syara’ dikarenakan menimbulkan kemadharatan bagi orang lain, seseorang yang menimbun gas elpiji misalnya untuk maksud mendapatkan keuntungan lebih dari kelangkaan tersebut sangat tidak dibenarkan oleh syara’. Karena sebagaimana kita tahu gas elpiji merupakan salah satu jenis kebutuhan yang sangat fital, untuk memasak.

Jangan Pernah Menimbun (Sumber Gambar : Nu Online)
Jangan Pernah Menimbun (Sumber Gambar : Nu Online)

Jangan Pernah Menimbun

Dalam Islam telah dijelaskan akan larangan seseorang menimbun suatu barang sehingga mengakibatkan kelangkaan, lalu ia mengambil kesempatan tersebut dengan menaikkan harga barang yang diatas harga biasanya. Dalam Islam dikenal dengan istilah “IHTIKAR”, yaitu membeli barang (jenis apapun) lalu ia timbun sehingga terjadilah kelangkaan di pasaran yang mengakibatkan harga barang tersebut sangat mahal. Hadits Nabi yang diriwatkan oleh Ma’mar Bin Abdillah, Nabi bersabda:

? ? ? ?

Orang yang melakukan “IHTIKAR” adalah orang yang salah.

Sang Pencerah Muslim

Hadits ini memberi penjelasan akan larangan menimbun barang apapun, yang mengakibatkan kemadhorotan bagi orang lain, karena tidak disebutkan barang apa yang dimaksud oleh Nabi, maka secara umum mencakup jenis barang apapaun. Hanya saja ada hadits lain yang menyebutkan bahwa, yang dimaksud “barang yang ditimbun” adalah jenis makanan, yang menjadi kebutuhan pokok manusia.

Sebagian ulama’ mengkhususkan makanan pokok, sebagian mengatakan barang apapun seperti pakaian dan emas, ada juga yang mengatakan setiap barang yang ketika ditimbun bisa menyebabkan kemadharatan bagi orang.

Dalam hal ini, kelangkaan yang terjadi disekitar kita adalah kebutuhan sehari-hari dan mengakibatkan kemadharatan, mencakup jenis sembako, minyak gas dan jenis yang lain. Barang siapa yang menimbun barang apapun khususnya kebutuhan pokok maka tidak diperbolehkan oleh syara’, sedangkan larangan dari syara’ secara umum adalah haram, maka menimbun barang atau kebutuhan pokok hukumnya adalah haram. (Pen. Fuad H/ Red. Ulil H)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Makam, Budaya, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Minggu, 07 Januari 2018

Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok

Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengajarkan, "Bajumu akan memuliakanmu sebelum engkau duduk, sedangkan ilmumu akan memuliakanmu setelah engkau duduk."

Seorang kiai yang sangat alim dari Kudus bernama Kiai Raden Asnawi berkeinginan membuktikan kebenaran ucapan Imam Ali tersebut. Suatu saat beliau bertandang ke rumah salah seorang pemilik perusahaan rokok di kota itu. Ia bernama Turaikhan. Kiai Asnawi mendatangi rumah Turaikhan dengan pakaian biasa layaknya orang umum, tidak berpakaian yang seperti biasa beliau pakai.

Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok

Saat sampai di sana beliau ditemui oleh seorang pembantu. Kepada pembantu itu beliau minta bertemu dengan sang juragan, Turaikhan. Maka sang pembantu masuk untuk menyampaikan keinginan tamunya. Sementara Kiai Asnawi duduk menunggu di ruang tamu. Namun hingga sekian lama sang pemilik rumah belum juga keluar. Maka Kiai Asnawi bangkit dan  segera pulang.

Tak berapa lama kemudian beliau kembali mendatangi rumah Turaikhan. Kali ini beliau berpakaian rapi dan mewah; berjas dengan rantai kecil menghias di dadanya. Beliau juga mengendarai seekor kuda yang besar dan gagah. Saat itu kuda adalah tunggangan kalangan papan atas.

Sesampainya di depan rumah Turaikhan, Kiai Asnawi tak segera turun. Sementara pemilik rumah yang mendengar ada suara kuda di depan rumahnya segera beranjak ke luar untuk menyambut tamunya. Dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui yang datang seorang kiai besar yang sangat dihormati. Maka dengan segera dan penuh senang hati Turaikhan mempersilakan Kiai Asnawi untuk masuk rumah.

Sang Pencerah Muslim

Namun di luar dugaan Kiai Asnawi menolak seraya berkata, "Aku tak mau, aku mau pulang saja. Tadi aku datang ke rumahmu dengan pakaian biasa ditemui seorang pembantu dan aku menunggumu lama tak segera keluar. Kini setelah aku berpakaian seperti ini dan menunggang kuda engkau segera keluar menemuiku. Tidak, aku tak mau. Engkau tidak menyambut dan menghormatiku, engkau hanya menyambut dan menghormati kudaku."

 

(Diceritakan oleh KH. Subhan Makmun dalam kajian kitab "Tafsir Munir" di Islamic Center Brebes)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Hadits, Budaya Sang Pencerah Muslim

Selasa, 26 Desember 2017

Berkah Tiang Listrik

Jakarta, NU Onlie

Tragedi tiang listrik yang sempat ramai dibicarakan rupanya menjadi topik bahasan yang cukup menarik dalam Suluk Maleman Akal Sakit, Bangsa Dihimpit yang digelar di rumah Adab Indonesia Mulia Sabtu (25/11) malam.

Kejadian itu bahkan dinilai budayawan yang juga penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Ba’asyin, mampu menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat. Pasalnya rakyat seperti disadarkan betapa konyol dan kekanak-kanakannya perilaku para pemimpinnya.

“Seringnya rakyat dipaksa habis-habisan membela mereka, bahkan bersedia diadu-domba diantara sesama mereka; sedangkan elite politiknya justru berperilaku naif dan tak memedulikan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, dengan kejadian tiang listrik itu bisa menjadi pembuktian bahwa selama ini yang habis-habisan mereka perjuangkan hanya sinetron dagelan belaka,” ujar Anis Sholeh Ba’asyin.

Berkah Tiang Listrik (Sumber Gambar : Nu Online)
Berkah Tiang Listrik (Sumber Gambar : Nu Online)

Berkah Tiang Listrik

Tak hanya itu, di era sekarang ini masyarakat juga seringkali dididik untuk membuat bangunan-bangunan kebohongan. Hal itu serupa dengan zaman Nabi Ibrahim dimana setiap kelompok masyarakat membuat patung-patung berhala pujaannya sendiri.

“Begitu pula sejarah, sedikit demi sedikit diubah sehingga nantinya kita tidak lagi sadar dan mengingatnya lagi. Banyak hal direncanakan dan dilakukan bersamaan untuk tujuan menghancurkan kita dari berbagai arah,” tambahnya. 

Meskipun kondisi saat ini penuh kekacauan, namun Anis tetap mengingatkan agar kita tidak perlu panik dan pusing. Karena dirinya meyakini segala sesuatu yang terjadi tak lain karena kehendak Allah.

Sang Pencerah Muslim

“Nabi Muhammad dulu juga diberi wahyu sendirian ditengah kondisi masyarakat yang kacau. Tapi nabi selalu punya keyakinan dan itulah yang membuatnya menjadi terhubung dan dimudahkan jalannya,” terangnya.

KH. Abdullah Umar Fayumi, pemateri dalam Suluk Maleman menambahkan, dalam menjalani kehidupan setiap orang sebaiknya melakukan sesuatu bukan karena keinginan melainkan dari sebuah keyakinan. Hal itu pulalah yang diajarkan oleh leluhur sebagai sikap seorang waskita.

“Ada tiga hal yakni waskita, waspada, dan wicaksana. Waskito mengajarkan agar kita bisa membaca realitas baik tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan,”ujarnya. 

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan waspada mengajarkan untuk bagaimana bisa memilih sesuatu yang tepat. Barulah kemudian dijalankan dengan wicaksana atau bijaksana. Yakni pelan tapi pasti atau istiqomah. Yakin dengan pilihannya. 

Dia pun mencontohkan sikap itu seperti yang dimiliki oleh Gus Dur semasa hidupnya. Gus Dur, dikatakannya memiliki lima sikap yang mampu menjadi treatment dalam mengatasi sikap keduniawiannya.

“Gus Dur itu mandiri. Sudah merdeka dengan dirinya, makanya berani bersikap, selalu melakukan sesuatu karena keyakinan, bukan karena keinginan atau menggunakan bahasa lain: bukan karena ke-aku-an. Kecuali itu, beliau berjuang menggunakan cinta. Oleh karena itu Gus Dur mampu menyingkirkan penghalang mental sehingga akal kholbunya bisa terbuka,” ujarnya.

Sementara itu, dalam menjalani kehidupan yang serba pelik dan penuh tipudaya ini, Anis Sholeh Ba’asyin juga menganalogikan serupa saat nabi Musa melawan tukang sihir Firaun. Saat dihadapkan pada situasi penuh tipu daya tersebut, Nabi Musa diminta untuk melemparkan apa yang ada di tangan kanannya.

“Padahal kita tahu tangan kanan adalah simbol kebaikan. Maka dari itu berbuatlah kebaikan secara terus menerus. Dan sihir-sihir yang selama itu disebar oleh kelompok yang ingin menghancurkan kita, nantinya akan menghilang. Kalaupun belum bisa berbuat kebaikan minimal kita tidak berbuat keburukan kepada orang lain,”ujarnya.

Acara Suluk Maleman itupun semakin ramai dengan selingan dari musik Sampak GusUran. Alunan musik beraliran religi itu membuat ratusan hadirin di acara ngaji budaya semakin khidmat dalam menyimak. Hingga kegiatan itu tak terasa baru rampung pada Ahad (26/11) dini hari.

Foto: Anis Sholeh Ba’asyin dan KH. Abdullah Umar Fayumidalam Suluk Maleman di Rumah Adab Indonesia Mulia, Sabtu (25/11)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Budaya Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 23 Desember 2017

Banyak Orang NU Belum Tahu Kebesaran Dirinya

Sidoarjo, Sang Pencerah Muslim. Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi yang sangat besar namun belum difungsikan secara optimal. Survei LSI tahun 2004 menyebutkan, jumlah warga NU sebanyak 60 juta jiwa. Sebuah angka yang fantastis dan mempunyai potensi yang tidak kecil. Karena itulah kondisi Indonesia sangat tergantung dari kondisi NU.

 

“Kalau Indonesia terpuruk, maka orang NU-lah yang paling bertanggung jawab. Sebaliknya, kalau Indonesia ini maju, orang NU-lah yang paling bersyukur,” kata KH Mustofa Bisri (Gus Mus), pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin, Rembang, di sela-sela acara pelantikan Pengurus Cabang (PC) NU Sidoarjo, Ahad (18/2), di Gedung Rahmatul Ummah An-Nahdliyah.

Banyak Orang NU Belum Tahu Kebesaran Dirinya (Sumber Gambar : Nu Online)
Banyak Orang NU Belum Tahu Kebesaran Dirinya (Sumber Gambar : Nu Online)

Banyak Orang NU Belum Tahu Kebesaran Dirinya

Menurut Gus Mus, kebesaran NU tidak bisa dipungkiri dan direkayasa untuk ditutupi lagi. Namun patut disayangkan, kebesaran itu masih di atas kertas, kalah dengan FPI dan HTI yang jumlah anggotanya jauh lebih kecil. “Ini aneh,” tuturnya.

 

Sang Pencerah Muslim

Putra KH Bisri Mustofa itu mengibaratkan kondisi NU saat ini masih hanya dipakai ”mengiris bawang” untuk bumbu masak. Padahal potensi yang dimiliki adalah pisau cukur yang sangat tajam. Sebuah pekerjaan yang terlalu remeh bila dibandingkan kapasitas yang dimilikinya.

Malah, menurut Gus Mus, masih banyak orang NU yang belum tahu kebesaran dirinya. Karena tidak tahu itulah akhirnya NU ‘dijual’ murah. Padahal, ketika HM Subchan ZE (Wakil Ketua PBNU) waktu itu dicalonkan menjadi Wakil Presiden RI, Subchan berani menjual NU  dengan harga mahal. Bahkan terlalu mahal, sampai akhirnya tidak jadi diangkat sebagai Wakil Presiden. Sebaliknya, para tokoh NU saat ini malah menjual NU terlalu murah, sehingga terkesan malah diremehkan pihak lain.

Dikatakan, NU harus mempunyai nilai tawar yang tinggi. Gus Mus sangat berharap agar para jamaah yang jumlahnya sangat besar itu diorganisir dengan baik. Perbedaannya sangat besar. Kalau dalam posisi sekarang, jamaah (warga NU) bisa saja tidak menurut pada pimpinan, karena mereka memang bebas berjalan sendiri-sendiri. Tidak ada ikatan dan sanksi organisasi yang akan diterima bila mereka tidak sejalan dengan garis PBNU.

Jika para jamaah itu sudah menjadi jam’iyyah, mereka tidak bisa melakukan seperti itu lagi. Semuanya harus berjalan dalam satu komando. Kalau PBNU sudah memutuskan A, maka semuanya akan memilih A. Mereka jadi terarah, dan arahnya jelas. “Kalau semua sudah tertata, tidak usah ngomong, orang sudah ngeri semua,” tutur Gus Mus.

Di akhir pembicaraan, Gus Mus berpesan kepada para pengurus NU untuk tidak suka bersikap geregetan dan mengeluh dengan kondisi yang dihadapi. Sebab kalau keduanya itu terus dipelihara dan dikembangkan di dalam NU, maka akhirnya mereka akan stres sendiri. “Menjadi pengurus NU itu harus ikhlas dan siap tekor,” ujarnya sambil tertawa. (sbh)

Sang Pencerah Muslim



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Kyai Sang Pencerah Muslim

Senin, 18 Desember 2017

GP Ansor Lakbok Gebrak Pasar dengan Shalawat

Ciamis, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat menggebrak pasar Kalapasawit dengan shalawat pada Sabtu malam pada Jumat malam, (30/5). Kegiatan bertajuk “Ansor Bershalawat” itu tetap dikunjungi banyak orang kendati diguyur hujan.

“Ansor Bershalawat” digelar bersama Ustad Soleh ILHAM dari Yogyakarta (backing vocal Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf). Sebelumnya delapan orang anggota Jam’iyatul Qurra wal-Huffaz NU Kecamatan Lakbok membaca ayat suci Al-Quran. Kemudian dilajutkan dengan sambutan Ketua PC GP ANSOR Kabupaten Ciamis Dandeu Rifa’i Hilmi.

GP Ansor Lakbok Gebrak Pasar dengan Shalawat (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Lakbok Gebrak Pasar dengan Shalawat (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Lakbok Gebrak Pasar dengan Shalawat

Dalam sambutannya, Dandeu mengatakan, GP Ansor sebagai generasi penerus perjuangan NU harus siap siaga menghadapi problem masyarakat, khususnya di bidang keagamaan, “Dengan Gebyar shalawat ini, mari kita jaga pesan-pesan yang disampaikan oleh guru kita, KH Hasyim As’ari,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Ia menambahkan, PAC Kecamatan Lakbok yang dipimpin Hirzudin, harus mendampingi kegiatan-kegiatan masjid dan mushola supaya faham-faham Islam radikal tidak menembus kekuatan kita.

Sang Pencerah Muslim

“Ansor Bershalawat” tersebut dihadiri tidak kurang 1000. Turut hadir anggota GP Ansor Tasikmalaya, Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, dan PAC Kecamatan Banjarsari.

Sebagai rangkaian kegiatan tersebut, sebelumnya telah digelar perlombaan tenis meja memperebutkan piala Karang Taruna kabupaten Ciamis. Para pemuda dan siswa tingkat SD/MI berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Selanjutnya tanggal 30 Mei digelar donor darah bersama PMI Kabupaten Ciamis dengan jumlah pendonor mencapai 20 orang dari unsur masyarakat dan pengurus GP Ansor. Lalu lomba hadroh tingkat SD/MI memperebutkan piala PC GP ANSOR Kabupaten Ciamis. Walapaun jumlah peserta hanya 7 grup, namun cukup menjadi perhatian masyarakat Lakbok.

Redaktur     : Abdullah Alawi

Kontributor : Ahmad Muhafidz

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Ulama, Budaya, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Jumat, 15 Desember 2017

Kajian Kebiri Bagi Pelaku Paedofilia Berjalan Alot

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sejumlah pakar dan praktisi masing-masing disiplin mengutarakan pandangannya terkait wacana sanksi kebiri bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Forum kajian yang difasilitasi Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU dan PP Fatayat ini, berjalan dinamis. Selain mengaji teknis, mereka juga mengemukakan prinsip masing-masing.

Dokter Roslan Yusni memaparkan kebiri dalam sejarah panjang manusia, bentuk-bentuk kebiri dalam medis. Ia juga menjelaskan kecenderungan seksual manusia. Menurutnya, kecenderungan seksual manusia yang sangat beragam tidak termasuk dalam kategori penyakit dalam medis.

Kajian Kebiri Bagi Pelaku Paedofilia Berjalan Alot (Sumber Gambar : Nu Online)
Kajian Kebiri Bagi Pelaku Paedofilia Berjalan Alot (Sumber Gambar : Nu Online)

Kajian Kebiri Bagi Pelaku Paedofilia Berjalan Alot

“Kecenderungan seksual yang beragama mulai dari hetereseksual, biseksual, aseksual, queer, bukan penyimpangan dalam medis,” kata Roslan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (5/11) sore.

Sang Pencerah Muslim

Menurutnya, kedokteran memunyai prinsip yang harus dipatuhi seperti mengobati penyakit orang yang baik atau jahat. “Kita tidak boleh menyakiti pasien. Kebiri itu menyakiti. Pengadilan sekalipun tidak bisa mengintervensi dokter. Kecuali kebiri diusulkan sendiri oleh pasien bersangkutan,” kata Roslan.

Sementara Abdul Malik Haramain dari Komisi VIII DPR RI mengatakan bahwa pihaknya sudah membentuk panja untuk perlindungan anak. Berdasarkan data yang dihimpun Panja ini, kasus kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia menempati posisi tertinggi di Asia Tenggara.

Sang Pencerah Muslim

Komisi VIII, kata Malik Haramain, mengajukan empat rekomendasi kepada pemerintah untuk mengatasi kejahatan seksual terhadap anak. Kita usulkan perbaikan dan penerapan regulasi, penguatan kelembagaan seperti kementerian pemberdayaan perempuan, koordinasi antarkementerian dan lembaga negara terkait, dan partisipasi perempuan.“Kita fokus pada pencegahan. Tetapi pada prinsipnya kita setuju pemberatan sanksi bagi pelaku,” kata Malik.

Salah seorang anggota Komnas HAM H Imdadun Rahmat mendukung pemberatan hukuman. Tetapi, menurutnya, pemberatan tidak berarti kejam. “Sanksi harus adil, tidak boleh merendahkan martabat kemanusiaan pelaku.”

Demikian juga Ruha Masfufah dari Komnas Perempuan. Menurut Masfufah, sanksi itu harus. Tetapi tidak tidak boleh mencederai rasa keadilan. “Saya harap wacana sanksi kebiri ini dikaji serius.”

Rais Syuriyah KH Masdar F Masudi sendiri menawarkan sanksi “cash dan carry”. Kebiri itu bisa mengambil bentuk kebiri kimiawi, menurutnya, sanksi yang selesai pasca eksekusi karena tidak membebani anggaran negara. “Pelaku dikebiri, sudah selesai, tanpa harus rehabilitasi mental pelaku,” kata Masdar. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Budaya, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Latihan Kewirausahaan Semakin Sering Digelar PMII

Blitar, Sang Pencerah Muslim. Berbagai kegiatan bertajuk “kewirausahaan” semakin sering diselenggarakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di berbagai daerah.

Pengurus Cabang PMII Kabupaten Blitar kali ini berencana menggelar Workshop kewirausahaan dan pertemuan Wirausahawan Muda PMII se Jatim. Acara akan belangsung pada tanggal 12 April 2013 mendatang di gedung Kusumowicitro Rumah Dinas Walikota Blitar.

Latihan Kewirausahaan Semakin Sering Digelar PMII (Sumber Gambar : Nu Online)
Latihan Kewirausahaan Semakin Sering Digelar PMII (Sumber Gambar : Nu Online)

Latihan Kewirausahaan Semakin Sering Digelar PMII

Menurut Ketua Panitia, Mahatir Muhammad, acara bertemakan? “Gerakan Wirausahawan Muda sebagai solusi permasalahan ekonomi bangsa itu akan menghadirkan beberapa nara sumber, antara lain H Nur Hadi Ridwan, usahawan Muda alumni PMII yang kini juga menjabat sebagai ketua Lembaga Ekonomi NU Jatim dan Komisaris TV 9 milik NU Jatim.?

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, akan hadir pula ketua himpunan pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Jatim dan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim.

“Ketua HHIPMI juga akan hadir pada acara itu,’’ ujar Mahatir Muhammad kepada nu online tadi pagi.

Sang Pencerah Muslim

Menurutnya, panitia juga akan menghadirkan Adin Jauharuddin, ketua PB PMII dan Dwi Winarso, salah seorang penulis buku “ E A Young Entreprener’.

“Acara akan ibuka oleh Walikota Blitar, Mohammad Samanhudi SH MM,’’ ungkapnya.?

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Imam Kusnin?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tegal, Budaya Sang Pencerah Muslim

Minggu, 26 November 2017

PCINU Korea Diminta Perjuangkan Masjid TKI

Seole, Sang Pencerah Muslim. Terbentuknya Pengurus Cabang istimewa NahdlatulUlama (PCINU) Korea mendapat respon positif dari kalangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di negara tersebut. Mereka mengharapkan PCINU mampu memperjuangkan keberadaan musholla dan masjid yang didirikan TKI memiliki badan hukum tetap.

PCINU Korea Diminta Perjuangkan Masjid TKI (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Korea Diminta Perjuangkan Masjid TKI (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Korea Diminta Perjuangkan Masjid TKI

Demikian yang disampaikan salah seorang TKI sekaligus anggota PCINU Korea Ahmad Fahmi Asmawi kepada Sang Pencerah Muslim melalui jajaring sosial Facebook, Jum’at (28/6).

Fahmi mengutarakan para TKI Korea telah banyak mendirikan musholla dan masjid di sejumlah wilayah negara yang dikenal dengan gingsengnya tersebut. Sampai saat ini bangunan masjid-musholla yang sudah berdiri sekitar 26 jumlahnya namun belum berbadan hukum. 

Sang Pencerah Muslim

”Kami sangat senang dan berharap PCINU ini nanti bisa memperjuangkan masjid-musholla berbadan hukum tetap. Terutama masjid daerah Chanwon yang tanah dan bangunannya sudah dibeli TKI tetapi ijinnya tak bisa keluar,” ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Pria asal kota Kudus Jawa Tengah ini menuturkan sebagian besar musholla yang didirikan ini berawal dari jamiyah tahlil dan yasinan para Tenaga Kerja Indonesia. Mereka menyadari pentingnya sarana prasana itu untuk kepentingan sebagai tempat ibadah secara khusyu dan tempat pengajian bagi TKI Muslim di Korea.

“Kawan-kawan TKI juga berharap PCINU mendatangkan ustadz dai/kiai secara kesinambungan untuk penguatan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Sebab disini juga sudah terjangkit virus Wahabi,” pinta Fahmi lagi.

Fahmi juga menginformasikaan kepengurusan PCINU Korea sudah dilantik oleh wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali pada 25 Mei 2013 di Masjid Sayyidina Bilal, Changwon Kyongnamdo. 

“Kita ingin bisa segera kerjasama secara resmi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Korea,”imbuhnya.

Mengenai kegiatan para TKI Korea, Fahmi menuturkan disamping bekerja juga mengadakan pengajian keagamaan yang diadakan rutin secara online setiap malam Senin.

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor : Qomarul Adib

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ulama, Budaya, Amalan Sang Pencerah Muslim

Senin, 13 November 2017

Simpati Pada Petani Kendal, PMII STAINU Jakarta Gelar Aksi Simbolis

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Aktivis PMII STAINU Jakarta menyalakan lilin di lantai 5 Gedung GP Ansor, Jakarta, Ahad (7/5) dini hari. Mereka menyatakan prihatin atas nasib yang menimpa dua warga Surokonto Wetan, Kabupaten Kendal, Kiai Nur Aziz dan Rusmen yang dihukum 8 tahun penjara dan denda 8 milyar oleh PN Kendal.

Keduanya merupakan tokoh yang membela warga dalam memperjuangkan lahan pertanian warga.

Simpati Pada Petani Kendal, PMII STAINU Jakarta Gelar Aksi Simbolis (Sumber Gambar : Nu Online)
Simpati Pada Petani Kendal, PMII STAINU Jakarta Gelar Aksi Simbolis (Sumber Gambar : Nu Online)

Simpati Pada Petani Kendal, PMII STAINU Jakarta Gelar Aksi Simbolis

Aktivis PMII STAINU Jakarta, menilai putusan tersebut tidak adil.

Sang Pencerah Muslim

Aksi dilanjutkan dengan shalat tobat dan tahajjud bersama. Aksi ini merupakan simbol keprihatinan atas nasib petani Surokonto Wetan yang sedang memperjuangkan keadilan di tengah ketidakpastian hukum di Indonesia.

“Petani adalah urat nadi pangan masyarakat Indonesia. Namun, ketika mereka sedang menjalankan tugas mulia malah diganggu. Di situlah seluruh anggota PMII Komisariat STAINU Jakarta merasa simpati dengan perjuangan yang dilakukan oleh para petani Surokonto Wetan,” kata Koordinator Aksi Ahmad Furqon.

Dihubungi terpisah, ahli hukum dari Universitas Negeri Semarang, Syukron Salam, menjelaskan dalam kasus Surokonto ini, para petani dituduh merusak hutan yang hutanya sendiri belum ada.

Sang Pencerah Muslim

“Bukti hutan hanya surat dari Kementerian Kehutanan yang akan menjadikan lahan Surokonto menjadi kawasan hutan. Sampai sekarang lahan yang akan dijadikan hutan tersebut masih dimanfaatkan warga sebagai ladang pertanian. Tapi kenapa pengadilan memutuskan terdakwa terbukti mengorganisasi untuk melakukan perusakan hutan yang hutannya sendiri belum ada?” kata Syukron.

Ia melanjutkan, perbuatan para petani Surokonto itu jelas bukan perbuatan merusak hutan.

“Perusakan hutan itu ada kalau terdakwa menyobek-nyobek surat penetapan hutan dari Kementerian Kehutanan, baru terdakwa terbukti telah melakukan perusakan hutan ‘kertas’ dan bisa dipenjara 8 tahun denda 10 miliar,” tegas Syukron. (Kendi Setiawan/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Budaya Sang Pencerah Muslim

Senin, 06 November 2017

Khazanah Idul Fitri di Kota Tarim Yaman

Pada Idul Fitri kali ini adalah ketiga kalinya bagi saya selama kuliah di Yaman. Satu kali berada di kota Mukalla dan dua kali di desa Tarim keduanya berada di Provinsi Hadhramaut Yaman.

Kalau di Mukalla biasanya syiar takbir hari raya begitu syahdu terdengar sepanjang malam dari berbagai masjid. Masjid Asrama kami misalnya, Masjid Imam Syafii. Menurut informasi yang kami dapatkan merupakan masjid terbesar yang ada di Hadhramaut. Di masjid Imam Syafii sepanjang malam mengumandangkan takbir guna Ihya Lailatil Ied menghidupkan malam Idul Fitri serta qiyamul lail sebagaimana anjuran Nabi hingga waktu shalat tiba.

Khazanah Idul Fitri di Kota Tarim Yaman (Sumber Gambar : Nu Online)
Khazanah Idul Fitri di Kota Tarim Yaman (Sumber Gambar : Nu Online)

Khazanah Idul Fitri di Kota Tarim Yaman

Berbeda dengan Kota Mukalla Desa Tarim yang klasik memiliki tradisi yang berbeda. Masyarakat tarim lebih banyak mengisi malam harinya dengan qiyamul lail dan shalat Tasbih, Qosidah, serta dzikir-dzikir kepada Allah SWT. Adapun takbiran dilantunkan tanpa pengeras suara. Barulah sehabis shalat subuh dikumandangkan takbir dengan pengeras suara.

Pembayaran zakat juga semarak diberikan kepada fakir miskin sehari sebelum pelaksanaan shalat ied. Kemarin saat saya akan membayar zakat fitrah setiap orangnya diminta 500 real untuk beras yang kualitas rendah, 700 Real beras kualitas menengah, dan 1000 Real untuk beras unggulan.

Beberapa masjid yang terkenal di Tarim melaksanakan shalat Ied dengan ragam yang berbeda. Misalnya masjid fenomenal dengan Menara tanah liat tertinggi di Yaman yaitu Masjid Al-Muhdlor. Nampak para jemaah yang shalat di sini lebih mengintepretasikan makna khusyu dan ketenangan. Jamaah yang hadir ada yang sejak subuh duduk bersama bertakbir dan berdzikir kepada Allah SWT. Adapun yang menjadi khotib adalah dari keluarga bin Syihab yang terkenal di Tarim.

Begitu juga dengan masjid Al-Fath masjid yang didirikan oleh Imam Abdulloh al-Haddad nampak tidak jauh berbeda dengan masjid muhdlor. Hanya saja jika solat dimasjid ini kita bisa melihat ornamen hiasan kaligrafi dan lampion bergaya eropa. Kitapun juga bisa mengunjungi tempat peribadatan Imam Abdulloh Al-Haddad dan melihat artefak peninggalan dakwah beliau. Adapun yang menjadi imam dan khotib di masjid fath adalah dari keluarga al-Haddad

Sang Pencerah Muslim

Pada hari raya kali ini kebetulan kami ingin merasakan suasana yang berbeda dan saya pun melaksanakan shalat Ied di Jabbanah yaitu masjid yang berada di sebelah kanan makam zambal dan furait. di pinggiran jalan menuju Jabbanah banyak orang menjajahkan mainan anak-anak, batotis, sambossa, makanan ringan dan manisan hari raya.?

Di Jabbanah juga unik berbeda dengan masjid lainnya sebab di sini banyak sekali anak anak kecil yang sengaja diajak orang tuanya untuk membeli maenan dan kuliner hari raya. Dengan mengenakan aneka pakaian ala cinderella arab dan dandanan Jambul rambut bermacam macam membuat anak anak itu makin nampak lucu dan menggemaskan. Karena saya orang indonesia, saya terperajat melihat kecantikan dan ketampanan gadis dan bocah Arab.

Sang Pencerah Muslim

Sholat ied di masjid Jabbanah dipenuhi ribuan masyarakat dan santri dari Universitas Al-Ahqof, Rubath Tarim, dan Universitas Imam Syafii. Sementara yang menjadi imam dan khotib adalah dari keluarga Al-Khotib.? Selepas sholat ied para jamaah berziarah ke makam para ulama wal Auliya di zambal serta makam Syuhada Perang Badar. Sementara sebagian lainnya masih asyik berbelanja dan menikmati kuliner disekitar masjid jabbanah.

Darul Mustofa, pesantren asuhan habib umar memiliki cara sendiri dalam melaksanakan hari raya. Darul Mustofa terkenal sebagai pesantren yang mencetak dai kelas dunia, di sini ribuan santrinya menggunakan pakaian jubah dan imamah lengkap.

Kemudian segenap santri Darul Musthofa, Mahad idrus, Mahad Nur dan masyarakat sekitar kompleks Aidid bergerak melakukan arak arakan dari Markas musholla Ahlul Kisa menuju Masjid Ar-Raudloh yang berjarak sekitar 500 M. Arak arakan ini dipimpin langsung oleh beliau Habib Umar Bin Hafidz dan putranya Habib Salim Bin Hafidz.?

Arak arakan ini sangat meriah sebab di depan di bawakan 4 empat atribut bendera habaib serta tabuhan genderang berirama klasik penghangat suasana. Teriakan Allohu Akbar Walillahil Hamd dan qosidah Ala Ya Alloh Binadzroh Minal Aini Rohimah memecah tangisan kerinduan kepada bumi pertiwi Indonesia serta mengingatkan pada masa kejayaan islam dibawah bendera Rosulullah SAW.

Sesampainya di masjid raudloh para jamaah langsung melaksanakan shalat Idul fitri dan yang menjadi imam adalah dari keluarga Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim. Biasanya selepas sholat ied segenap santri dan mahasiswa bersalam salaman dan selfie bersama sambil melepas kerinduan dengan keluarga dirumah. Yang berbeda khutbah iedul fitri di Tarim menggunakan rujukan dari kitab karya ulama Tarim yang telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.?

Seorang dosen saya Al-Qodli DR Abdullah Balfaqih menuturkan, khutbah di tarim memiliki ciri khas dari segi keistimewaan sastranya yang tinggi, keluhuran pesan morilnya, serta tidak pernah mengabaikan aspek dzikrulloh mengingat Alloh SWT maka jangan heran meskipun disaat suasana bahagia kalian akan menemukan khotibnya menangis tersedu sedu saat mengingatkan mengenai kematian, dunia yang hanya sementara dibanding kekalnya kehidupan akhirat.? Dan itu terbukti saya pun beserta jamaah lainnya turut menitikan air mata saat mendengarkan khutbah yang dibacakan oleh khatib.

Dihari pertama hari raya banyak dari kalangan santri dan mahasiswa yang melaksanakan halal bi halal dan Uzumah dengan menyewa Suggoh (losmen) atau di Masbah (kolam renang) dan bertemu teman kerabat yang berbeda institusi. Barulah di hari kedua biasanya kita melaksanakan puasa syawalan hingga tanggal 7 Syawal.

Demikianlah beberapa hal yang menjadi khas Idul Fitri di Kota Tarim. Semoga bermanfaat dan selamat menunaikan hari raya Idul Fitri, Minal Aidin wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Tarim, 1 Syawal 1437 H

Dilaporkan oleh Moh Nasirul Haq, Mahasiswa Universitas Imam Syafii Yaman.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, AlaNu Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 04 November 2017

PBNU Desak Kader NU Bersatu Dalam Pilgub Jatim

Kediri, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak agar dua kader Nahdlatul Ulama (NU) yang digadang-gadang bertarung dalam Pilkada Jatim 2013 yaitu Saifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawansa bisa menjadi satu.

PBNU Desak Kader NU Bersatu Dalam Pilgub Jatim (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Desak Kader NU Bersatu Dalam Pilgub Jatim (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Desak Kader NU Bersatu Dalam Pilgub Jatim

"Kami harapkan dan mendambakan agar NU bersatu dalam politik dan bukan hanya saat tahlil," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqiel Siroj ditemui dalam acara pelantikan PCNU Kabupaten Kediri di Masjid An Nuur Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Selasa.

Ia mengatakan, selama ini warga Muslim memang lebih banyak bersatu dalam kegiatan pengajian seperti tahlil, namun untuk politik lebih banyak sendiri-sendiri. Untuk itu, dalam Pilkada Jatim 2013 diharapkan NU bisa menjadi pimpinan di Jatim, Gubernur dan Wakil Gubernur dari NU.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, Ketua DPP PKB Muhaimin Iskandar yang juga hadir dalam pelantikan itu mengatakan, sudah mempertemukan antara Saifullah Yusuf dengan Khofifah Indar Parawansa untuk membincang tentang Pilkada Jatim 2013.

Sang Pencerah Muslim

"Di lapangan dilihat dukungan tertinggi pada siapa. Namun, intinya, duet ini wajib, dwi tunggal," ucapnya, menegaskan tentang dukungan untuk pasangan tersebut.

Pihaknya juga mengatakan, komunikasi juga terus dilakukan sampai sekarang. Namun, saat ini komunikasi sudah menunjukkan tanda-tanda positif.

"Komunikasi sudah dilakukan dan sudah positif. Namun, untuk pengumuman belum," tuturnya.

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengakui memang ada pertemuan antara dirinya dengan Khofifah Indar Parawansa. Pertemuan itu dihadiri langsung oleh PBNU dan DPP PKB, namun sejauh ini belum ada keputusan lebih lanjut.

"Kemarin baru pertemuan, tapi saya belum bisa gambarkan. Secara substansi juga belum ketemu. Tapi, saya terimakasih dipertemukan," ucapnya.

Ia mengatakan, dalam pertemuan itu dirinya menyampaikan tentang pendapatnya, begitu juga dengan Khofifah Indar Parawansa. Namun, ia menyebut dalam pertemuan itu, sikap Khofifah sudah tidak bisa ditawar, sehingga ia sampai kini belum menentukan sikap.

Khofifah Cagub

Sementara itu Ketua Umum PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa menyatakan siap dipasangkan dengan Saifullah Yusuf dalam Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur asalkan diposisikan sebagai calon gubernur.

"Saya sampaikan saya masuk pada sirkuit cagub," kata Khofifah kepada wartawan seusai pertemuan tertutup di Kantor DPP PKB, Jakarta, Senin.

Sebelumnya Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, Sekjen PKB Imam Nahrawi menggelar pertemuan tertutup dengan Khofifah dan Saifullah Yusuf atau Gus Ipul terkait Pilkada Jatim 2013.

Dalam pertemuan itu hadir pula Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj.

PKB dan NU berniat menduetkan Khofifah dan Saifullah dalam Pilkada Jatim yang akan digelar Agustus mendatang. Baik Khofifah maupun Saifullah dianggap layak menjadi Cagub Jatim, namun jika keduanya dipasangkan maka salah seorang diantaranya harus rela menjadi cawagub. 

Menurut Khofifah, pada Pilgub Jatim 2008 ia sudah maju sebagai cagub sehingga jika ia maju lagi di pilgub mendatang, maka ia pun akan memosisikan diri sebagai cagub, apalagi ia merasa kekalahannya saat itu akibat proses yang tidak fair.

"Saat itu ada proses yang tercederai di Pilgub Jatim, kita harapkan itu tak terjadi lagi di pilgub mendatang," kata aktivis perempuan NU itu.

Sekretaris Dewan Syura DPP PKB Andi Muawiyah Ramli menilai wajar jika Khofifah memasang target sebagai cagub dalam Pilkada Jatim 2013.

"Justru tidak wajar kalau dulu cagub sekarang justru jadi cawagub," katanya.

Sekjen PKB Imam Nahrawi menambahkan, secara kelembagaan PKB akan menindaklanjuti pertemuan tersebut dan diharapkan dalam 10 hari ke depan sudah ada keputusan.

"Harapan kita Ibu Khofifah dan Pak Saifullah Yusuf bisa berduet," kata Imam. 

Redaktur: Mukafi Niam

Sumber  : Antara

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 09 September 2017

Menyelami Butir-butir Cinta Kekasih Allah

Jamal D. Rahman dalam komentarnya mengatakan, “Sosok para nabi terasa berdenyaran bukan saja karena inferensi kita tentang kisah para nabi itu sendiri, melainkan juga karena diksi dan imajinasi Ahmad Adib Amrullah dalam puisi-puisinya. Dengan puisi-puisinya Ahmad adib membangkitkan perasaan kita tentang para nabi, sekaligus menghubungkan batin kita dengan para kekasih Allah.”

SuksesAhmad Adib Amrullah menarasikan 25 Nabi melalui sajak-sajaknya yang kental aroma sufistik, membuat kita serasa bercinta dengan para kekasih Allah. Para Nabi adalah cahaya kehidupan, menularkan kebijaksanaan, memberikan kesejukan, dan memberikan pencerahan yang terang benderang. Kalau saja dalam kisah sederhana, sejarah ilmiah, dan penuturan lisan—kita selalu menemukan keindahan para nabi, apalagi disuguhkan dengan bahasa agung, yang digunakan oleh Ahmad Adib dalam menyanjung 25 Nabi. Sungguh luar biasa.

Menyelami Butir-butir Cinta Kekasih Allah (Sumber Gambar : Nu Online)
Menyelami Butir-butir Cinta Kekasih Allah (Sumber Gambar : Nu Online)

Menyelami Butir-butir Cinta Kekasih Allah

Ini yang baru disadari, puisi tentang kenabian memang penting dalam kehidupan kita, supaya kisahnya, ajarannya, dan hikmahnya akan selalu menyambung sebagai untaian “nikmat kata” yang penuh makna. Sebagaimana Ahmad Adib Amrullah menggambarkan Nabi Adam yang terlempar dari Surga, ia bertanya dalam puisinya, “Adakah yang menandingi kemuliaan maksiatku?”

Saya “iri” dalam hal ini, kenapa kata-kata tersebut bukan saya yang menemukannya.Bagi saya diksi dan pengandaiannya luar biasa, di mana Ahmad Adib Amrullah ingin menggambarkan keluarnya Adam dari surga adalah permulaan manusia menjadi khalifatullah, dengan perantara memakan buah khuldi, buah yang sebelumnya dilarang Allah SWT untuk dimakan.

Dalam susunan kata tersebut kita menemukan kata “kemuliaan” dan “maksiat”, kedua kata itudalam realitas kehidupan adalah kata yang berlawanan, berlainan, dan berbeda—“kemuliaan maksiat”. Sungguh, bertolak belakang. Kemuliaan biasa diidentikan dengan hal-hal baik, dan maksiat biasa diidentikan dengan hal-hal buruk. Namun, dalam syair yang dituliskan oleh Ahmad Adib maknanya menjadi berbeda, kesalahan Nabi Adam adalah kemuliaan bagi manusia sekarang. Siapa yang bisa menandingi peristiwa tesebut? Saya katakan “ini penggambaran yang jenius”. Mungkin hanya ditemukan oleh mereka yang menjiwai makna kisah kenabian.

Usaha Ahmad Adib tidak bisa kita anggap remeh, melalui puisi-puisinya ia mencoba mengakrabkan para nabi dengan pendekatan sastra. Memang, ini bukan hal baru jika kita merujuk pada sejarah kesusateraan Arab-Persia, tapi di Indonesia, seperti yang dikatakan Soni Farid Maulana dalam mengomentari buku ini, “Termasuk tema yang jarang digarap oleh para penyair Indonesia, baik yang duduk di pesantren maupun umum. Antologi ini merupakan tafsir religius yang wajib diketahui”.

Sang Pencerah Muslim

Ahmad Adib Amrullah terlahir dari keluarga Pesantren dan ia juga lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir(2000-2009). Ia menghabiskan waktu 9 tahun di al-Azhar. Semenjak lulus SD hidupnya dihabiskan di Pesantren, ia menyelesaikan pendidikan menengah pertama dan menengah atas di Pondok Pesantren Asshidiqiyah Batu Ceper (1994-2000). Pantas, dalam kumpulan puisi “Sajak Dua Puluh Lima Nabi” ini, ia sangat memahami betul bagaimana kisah dan hikmah apa yang harus ditularkan dalam puisi-puisinya. 

Mungkin Ahmad Adib Amrullah terinspirasi oleh Hasan bin Tsabit (563-674) dan Ka’ab bin Zubair (wafat sekitar 662 M) adalah sastrawan terkenal di zaman Rasulullah. Mereka sering menulis syair untuk memuji dan membela Rasulullah. Bahkan. Ka’ab bin Zubair diberi hadiah “burdah” oleh Rasulullah setelah membacakan syair “banat su’ad” dihadapan beliau. 

Dalam “Sajak 25 Nabi” Ahmad Adib menawarkan berbagai ajaran moral yang telah diwariskan dan diajarkan oleh 25 Nabi, agar kita selalu mengingat dan meneladani bagaimana jejak kebaikan dan kebijaksanaan para nabi. 

Di sinilah Ahmad Adib menawarkan nilai-nilai pencerahan, seperti dalam puisinya “Sajak ke 20”, menggambarkan Nabi Ibrahim, “Potonglah salah satu leher iradahmu, sebagai tanda shadaq dan taslim-mu, sebagai tanda tulus dan pasrahmu. Karena ‘ingin’-mu akan tersembelih oleh ingin-Nya”. Ahmad Adib merangkai katanya begitu istimewa, Nabi Ibrahim menghadapi posisi “tidak biasa” mengorbankan anaknya Ismail, ia lanjutkan lagi dalam puisi berikutnya.

Sang Pencerah Muslim

 

“Aku telah sampai pada derajat mengorbankan, sementara anakku telah berada pada maqom dikorbankan”. Lalu dalam syair lanjutannya Ahmad Adib bertanya, “Beranikah engkau mengorbankan sesuatu yang paling engkau cintai, atau sudikah engkau dikorbankan oleh Sang Maha Cinta?”

Apa yang Anda temukan dari potongan-potongan puisi tersebut, Ahmad Adib bukanlah penyair-penyairan, melaikan penyair sungguhan. Kita akan terkejut lagi, bagaimana Ahmad Adib Amrullah menggambarkan Tuan Semesta Jagad Sayyidina Muhammad, ia menuliskan, “Sungguh sesat kata ini untuk menggambarkan sehelai ujung kukumu, Tuan.” 

Ia gambarkan dalam puisi selanjutnya, “Bila wangi kasturi menodai titik semerbak wangimu, anugerahkan ludahmu bagi papa nestapaku, Kanjeng.” Ia pun bersimpuh pasrah dalam puisinya, “ Jikalau memujamu adalah sebuah dosa, maka aku memilih untuk berlumuran durja, dan Jika memuliakanmu adalah petaka, maka izinkan aku bergumul dengan derita.”

Hebat! Ahmad Adib begitu peka, ia tidak “kecolongan diksi” sama sekali. Pemilihan katanya benar-benar “eddiiiyyan tenan”. Kekagumannya terhadap Kanjeng Nabi Muhammad memunculkan kata-kata sebegitu indahnya.Saking cintanya Ahmad Adib kepada Baginda Rasul—menggambarkan “kuku”-nya pun ia merasa tidak ada kepantasan. 

Kata “ludah”, “durja”, dan “derita” dalam bait kata-kata tersebut tersirat makna yang sangat dalam sekali. “Bukanlah ludah”, hakikatnya adalah keberkahan, “bukanlah durja”, hakikatnya adalah kesetiaan, dan “bukanlah derita”, hakikatnya adalah kepasrahan. Pilihan diksi tersebut mengisyaratkan Ahmad Adib ingin berada pada kondisi “kosong” dan benar-benar bercinta dengan Rasulullah, seperti yang dilakukan para sufi, bukan kesombongan yang dibawa, melainkan kepasrahan total untuk menjemput hakikat sejati. Saya teringat dengan syair asy-Syekh Yusuf ibn Ismail an-Nabhani, tentang Terompah Rasulullah Saw, “secara dzahir ia adalah sandal, namun hakikatnya ia adalah mahkota.”

Saya kurang begitu paham, buku ini ditulis pada rentang waktu berapa lama. Dan saya coba cek seluruh puisi yang ada dalam buku ini sama sekali belum pernah terpublish di media. Artinya, ini benar-benar karya yang segar. Buku ini mempunyai ketebalan 101 halaman, bagi saya kurang tebal, namun sebagai pembuka “kran” puisi tentang para Nabi, saya rasa cukup.

Hanya saja,saya butuh makna lain dari buku ini (butuh gizi lain dari buku ini), entah apa.Buku ini harus ditebalkan oleh si mpu-nya. Saya berharap Ahmad Adib Amrullah tidak puas dan tidak berhenti di sini, masih banyak yang bisa digali hikmah dari kisah 25 Nabi.Namun setidaknya, seperti kata komentar Anis Sholeh Ba’asyin, “Ahmad Adib Amrullah sudah menunjukan tekad kuatnya untuk menuangkan renungannya tentang 25 Nabi dalam bentuk puisi.” 

Dalam hal ini, tidak berlebihan jika saya mengatakan, inilah “penyairbaru yang jenius” hadir di Indonesia, dengan membawakan tema di luar kebiasaan para “penyair Indonesia”, ide yang brilian, ide luar biasa.

Ahmad Adib menutup buku puisinya dengan sangat menakjubkan, “Aku tak peduli badai, karena aku tak benci udara. Aku tak peduli sengatan, karena aku tak benci api. Aku tak peduli gelombang, karena aku tak benci air. Aku tak peduli lindu, karena aku tak benci tanah. Aku hanya rela, apa yang Ia minta. Aku tak perdulikan surga, aku tak perdulikan neraka, aku telah rela, jadi yang Ia rela.”

Ini yang harus kita sadari, inti dari pengabdian diri kita tehadap Allah adalah kepasrahan, keikhlasan, syukur, dan kesabaran. Karena ujungnya, usahamu, ibadamu, dan segala perbuatanmu—kau harus rela, jadi apa yang Ia (Allah) rela.

Judul : Sajak Dua Puluh Lima Nabi

Penulis : Ahmad Adib Amrullah

Penerbit: Karkasa

Cetakan : Pertama, 2017

ISBN : 978-602-61118-2-1

Peresensi: Aswab Mahasin, Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Darussa’adah Kebumen, Jawa Tengah.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Kajian Islam Sang Pencerah Muslim

Kamis, 17 Agustus 2017

Ustadzah Amerika Ini Kenalkan Anak-anak Ajaran Imam Al-Ghazali

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Virginia Gray Henry, Pengajar Islam Klasik di Amerika Serikat memiliki perhatian terhadap pendidikan Islam anak-anak. Ia dan timnya menerbitkan buku-buku untuk anak-anak antara lain tentang hidup dan ajaran Imam Al-Ghazali. Selain itu ia juga menyusun buku amaliyah wudlu, berdoa dan shalat.

Ustadzah Amerika Ini Kenalkan Anak-anak Ajaran Imam Al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)
Ustadzah Amerika Ini Kenalkan Anak-anak Ajaran Imam Al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)

Ustadzah Amerika Ini Kenalkan Anak-anak Ajaran Imam Al-Ghazali

Hal itu disampaikannya di arena International Summit of Moderate Islamic Leaders (Isomil) atau pertemuan internasional para pemimpin Islam moderat di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (10/5).

Virginia menuturkan, penerbitan buku-buku tersebut? sebagai upaya membantu anak-anak mempelajari Sunah juga pengajaran Islam dari sisi hati (tasawuf). “Ini untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak bahwa dalam hidup ada kesempatan untuk membersihkan hati,” kata Virginia.

Sang Pencerah Muslim

Virginia juga melakukan pendekatan dari hati dengan anak-anak didiknya. Misalnya ia pernah mengajak anak-anak untuk pergi ke sebuah taman kota dan bertemu dengan seorang alim yang kemudian dijadikan guru oleh anak-anak tersebut. Orang alim itu memberikan contoh bahwa setiap ibadah yang dilakukan untuk bersikap ramah dan ajaran baik lainnya.

Menurutnya, harapan pengajaran Islam kepada anak-anak sangat besar. Dan di antara pendekatan pengajaran kepada mereka adalah melalui cerita-cerita dari buku-buku yang diterbitkan.

Sang Pencerah Muslim

Dalam forum Isomil, Virginia juga memutarkan film pendek yang menceritakan berubahnya situasi kepada kembalinya keyakinan? anak-anak. Anak-anak dapat merasakan keyakinan dan percaya dengan kehidupan spiritual dan bagaimana anak-anak tidak hanya hidup dalam ketakutan.

Virginia sendiri terinspirasi dengan kehidupan Imam Al-Ghazali sejak kecil tepatnya? pada tahun 1966. Salah satu yang Virginia ingat adalah ungkapan, “Saya hancur bila tidak melakukan apa pun.”

Oleh karena itu, Virginia melakukan kerjasama penerjemahan buku-buku yang ditulisnya dengan beberapa negara untuk menyebarkan ajaran Islam.

Menanggapi paparan Virginia, salah seorang Mustasyar PBNU KH Abdullah Syarwani mengatakan bahwa upaya Virginia sangat baik untuk membangun karakter. “Manusia harus dibimbing dengan akal dan rasionya,” kata mantan Duta Besar RI untuk Syiria ini.

KH Syarwani yakin dan percaya bahwa dalam menghadapi radikalisme dunia, umat Islam harus kuat, tidak boleh takut. Kejahatan dilawan dengan cara yang santun, berbasis moral dan spiritual yang kuat.

Selanjutnya KH Syarwani mengatakan, kerja sama umat Islam dunia akan menyatukan itu. “Persatuan itu merupaka upaya basyariah di antara kita,” ungkap KH Syarwani. (Kendi Setiawan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Habib Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock