Tampilkan postingan dengan label Ahlussunnah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ahlussunnah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Maret 2018

Potret Keluarga Demokratis

Oleh M. Husnaini*

Judul Buku: Sama Tapi Berbeda (Potret Keluarga Besar KH A Wahid Hasyim)

Penulis: Ali Yahya

Potret Keluarga Demokratis (Sumber Gambar : Nu Online)
Potret Keluarga Demokratis (Sumber Gambar : Nu Online)

Potret Keluarga Demokratis

Penerbit: Yayasan KH A Wahid Hasyim Jombang

Cetakan: I, Mei 2007

Tebal: xxxviii + 411 halaman


Sang Pencerah Muslim

Siapa yang tak kenal KH A Wahid Hasyim. Hampir setiap orang tahu dan mengenalnya. Dia adalah putra pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari. Perjalanan hidupnya singkat, karena Allah telah memanggilnya ketika usianya belum lagi genap 39 tahun. Meski di usianya yang relatif muda, ia telah menjadi figur penting dan memiliki pengaruh yang luar biasa di berbagai kalangan. Kiprahnya sungguh “mencengangkan”.

Menariknya, enam putra-putri mantan Menteri Agama di era Presiden Soekarno ini memiliki sifat, profesi, dan politik yang berbeda. Semua itu, tentu saja tak terlepas dari sikap sang ayah yang selalu menanamkan ruh demokrasi dalam lingkungan keluarga. Setiap perbedaan yang ada tidak pernah menjadi momok yang mematikan. Namun justru menghasilkan variasi yang unik dalam keluarga yang penuh warna ini.

“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama”. Salah seorang pendiri negara Republik Indonesia ini meninggalkan lima putra-putri—yang ketika itu masih kecil-kecil—dan jabang bayi yang masih di dalam kandungan ibunya. Dia adalah Solichah Wahid Hasyim.

Sang Pencerah Muslim

Putra-putri KH A Wahid Hasyim kemudian tumbuh dan berkembang menjadi tokoh dan panutan pada waktu, tempat, dan lingkungan yang berbeda-beda. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu mantan presiden RI yang ke-4. Sosoknya penuh kontrovesi. Aisyah Hamid Baidlowi menjadi politisi Partai Golkar, Salahuddin Wahid (Gus Solah) penjelajah lintas disiplin ilmu, Dr Umar Wahid seorang profesional murni, Lily Chodidjah Wahid pembangkang yang taat, serta Hasyim Wahid (Gus Im) dikenal sebagai pemberontak yang unik. Sedangkan dari generasi cucu, setidaknya telah muncul dua nama. Mereka adalah Yenny Wahid (putri Gus Dur) dan Ipang Wahid (putra Gus Solah).

Potret keluarga besar KH A Wahid Hasyim ini diuraikan secara gamblang dalam buku ini. “Sama Tapi Berbeda” karya Ali Yahya, alumnus Psikologi Universitas Indonesia ini mengupas lebih mendalam sisi-sisi lain keluarga besar KH A Wahid Hasyim mulai A sampai Z. Gaya bahasanya pun renyah, lugas dan mudah dicerna. Ahmad Syafi’i Ma’arif (mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah)—dalam pengantarnya—mengatakan, gaya penulisan buku ini adalah tuturan yang mengalir.

Meski demikian, Ali Yahya tidak larut dalam nuansa kekagumannya terhadap sang tokoh. Meski kekagumannya terhadap keluarga ini sungguh luar biasa, namun dirinya tetap berusaha obyektif dalam memotret keluarga besar KH A Wahid Hasyim yang cukup fenomenal, tidak hanya di kalangan NU, tetapi juga di lingkungan masyarakat umum di seluruh Indonesia.

KH A Wahid Hasyim dan ayahnya, KH Hasyim Asy’ari adalah dua tokoh bangsa yang sering jadi perbincangan berbagai kalangan dalam berbagai kepentingan, terutama untuk riset mengenai masalah-masalah ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an.

Dalam konteks ini, apa yang telah diwariskan KH A Wahid Hasyim adalah mencegah timbulnya penafsiran-penafsiran keagamaan yang dapat memicu radikalisme dan konflik kekerasan. Aspek pluralisme dan toleransi yang terbingkai dalam gagasan demokratisasi ini kiranya yang menjadi landasan perjuangan sang putra, KH Abdurrahman Wahid. Adanya berbagai macam golongan dan kelompok; besar dan kecil, berbeda suku, ras, agama, keyakinan, kelompok kepentingan serta pengelompokan dengan dasar lainnya, berhak untuk dipertimbangkan aspirasinya dalam mengambil keputusan politik.

Sikap inilah yang menjadi ciri khas Gus Dur. Implikasi dari komitmen terhadap asas pluralisme dan kesetaraan ini adalah penolakannya terhadap ide pembentukan negara Islam sebagai tujuan politik umat Islam di Indonesia. Menurutnya, Islam harus difungsikan sebagai pandangan hidup yang mengutamakan kesejahteran masyarakat, apa pun corak, ragam, dan bentuk masyarakat tersebut.

Tak ada yang membantah, memang, di antara putra-putri KH A Wahid Hasyim yang paling menonjol adalah Gus Dur. Sekitar dua dekade terakhir, dia adalah tokoh NU—bahkan Islam secara umum—yang paling banyak menyita perhatian berbagai kalangan. Ketokohannya pun banyak mendapat sorotan. Mulai pengamat nasional hingga internasional.

Ternyata popularitas generasi ini tak hanya diwakili Gus Dur seorang. Pelan namun pasti, sosok Salahuddin Wahid merangkak naik ke permukaan. Tokoh ini mulai mendapat perhatian publik sejak mendapat amanat menjadi salah seorang Ketua PBNU tahun 1999. Ia makin ‘naik daun’ ketika dipercaya sebagai anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sekaligus Wakil Ketua komisi ini. Dan puncaknya, pada pemilu 2004, ia tampil sebagai calon wakil presiden mendampingi Wiranto. Popularitasnya pun semakin berkibar. Jika sebelumnya orang lebih mengenalnya sebagai adik Gus Dur, kini ia menjadi Gus Solah sebagai pribadi, lepas dari bayang-bayang siapa pun, termasuk sang kakak.

Di luar itu, kita juga mengenal Aisyah Hamid Baidlowi sebagai anak KH A Wahid Hasyim yang aktif di percaturan politik nasional. Hingga kini, ia telah tiga periode menjadi anggota DPR. Uniknya, ia lebih suka bernaung di bawah “pohon beringin” ketimbang masuk ke “kandang-kandang sendiri”. Bagi sebagian orang, fakta ini cukup mengherankan. Tetapi, bagi mereka yang mengenal serta cukup tahu bagaimana kemandirian dan demokratisasi yang sejak lama terbangun di lingkungan keluarga, kenyataan ini tidaklah mengejutkan.

Di samping ketiganya, putra-putri KH A Wahid Hasyim yang lain pun cukup dikenal di komunitasnya masing-masing dengan aktifitas dan independensinya sendiri-sendiri. Umar Wahid misalnya, dia adalah dokter spesialis paru yang sempat dikenal publik ketika menjadi Ketua Tim Dokter Kepresidenan di era Gus Dur. Selain itu, dia juga menjadi anggota DPR RI. Dua saudara yang lain, Lily Chodidjah Wahid dan Hasyim Wahid, meski belum teralu dikenal, namun namanya tidak asing lagi di kalangan-kalangan tertentu.

Mengamati peri kehidupan anak-anak dan cucu-cucu KH A Wahid Hasyim dalam buku ini, sungguh akan kita dapatkan keunikan tersendiri. Setidaknya terlihat sejauh mana kesamaan dan perbedaan di antara mereka masing-masing. Dari sini juga kita dapat mengamati betapa peran orangtua sangat menentukan arah perjalanan sang anak. Dalam hal ini adalah penanaman nuansa demokratis sejak dalam keluarga.

Dalam banyak hal, anggota keluarga KH A Wahid Hasyim memang memiliki kesamaan satu sama lain. Tetapi perbedaan di antara mereka—baik antar maupun inter generasi—pun ternyata tidak sedikit. Hal inilah yang mungkin belum banyak diketahui orang. Semua itu membentuk ritme irama tersendiri dalam keluarga. Mereka memang sama tapi berbeda.

*Peresensi adalah Penikmat Buku, Kontributor Jaringan Islam Kultural

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Kyai, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 08 Maret 2018

MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur

Jombang, Sang Pencerah Muslim

Ratusan siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah Darul Faizin Assalafiyah tampak berkumpul di makam Mbah Guru Hasan Sanusi. Baik lokasi madrasah maupun pesarean berada di Desa Catakgayam,  Kecamatan Mojowarno, Jombang, Jawa Timur.



MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur (Sumber Gambar : Nu Online)
MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur (Sumber Gambar : Nu Online)

MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur

Itu merupakan tradisi rutin yang dilakukan peserta didik madrasah ini setiap Kamis Kliwon. Setidaknya ada dua ratus murid yang ikut berziarah ke makam Mbah Guru Sanusi yang juga dikenal sebagai pembuka desa setempat.



Sang Pencerah Muslim

“Beruntung orang tua yang menyekolahkan putra-putrinya di madrasah yang mendidik muridnya untuk mendoakan para pendahulu yang sudah meninggal,” kata Astatik, Kamis (25/1) petang.


 

Salah seorang wali murid MI Darul Faizin Assalafiyah ini mengemukakan bahwa anaknya termasuk yang aktif ziarah ke makam tersebut. “Mbah Guru Hasan Sanusi itu pembuka desa Catakgayam yang dulunya berupa hutan. Beliau juga menantu Mbah Alif yang pesareannya masuk dalam catatan Dinas Pariwisata Jombang sebagai destinasi wisata religi selain Gus Dur,” ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim





Memang khusus pada Kamis Kliwon atau menjelang Jumat Legi, ratusan peserta didik di madrasah ini mengikuti aktifitas rutin tersebut. Pada pukul 11.30 Wib, mereka berkumpul dengan dibimbing para guru untuk membacakan tahlil dan kalimat thayyibah.

 

Astatik juga menandaskan bahwa doa anak sebagai teman kala orang tuanya meninggal. “Bukankah teman kita di alam kubur nanti adalah sedekah jariyah, amal shaleh dan doa anak anak shalih dan shalihah?” tandasnya.

Karenanya, tradisi yang diajarkan para ustadz dan ustadzah khususnya di madrasah ini kepada peserta didik sebagai hal positif. “Kami bangga,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Nasional, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Minggu, 04 Maret 2018

IPNU-IPPNU Kadur Pamekasan Buka Olimpiade Matematika

Pamekasan, Sang Pencerah Muslim. Olimpiade Mathematic And English Competition (MEC) yang digelar IPNU-IPPNU Kadur telah dibuka, Sabtu (19/1). Ketua MWCNU Kadur Pamekasan, KH Baidowi Absom didapuk sebagai pembuka kegiatan yang dilangsungkan di Pondok Pesanten Sumber Gayam.

IPNU-IPPNU Kadur Pamekasan Buka Olimpiade Matematika (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Kadur Pamekasan Buka Olimpiade Matematika (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Kadur Pamekasan Buka Olimpiade Matematika

Pembukaan yang dilangsungkan pagi hari tersebut ditempatkan di Auditorium SMA Al-Falah, Sumber Gayam, dihadiri oleh petinggi NU Kadur, Ketua PC IPNU Pamekasan, Ahmad Nasiruddin, pengurus pesantren, dan 30 peserta beserta dewan guru yang mendampinginya.

Pantauan Sang Pencerah Muslim, pembukaan tersebut berlangsung khidmat. Belasan panitia yang sebelumnya super sibuk, turut serta di dalamnya.

Sang Pencerah Muslim

Faisol Ansori, Ketua IPNU Kadur, menegaskan bahwa awalnya keraguan akan kesuksesan kegiatan MEC menyelimuti pikirannya. Sebab, kata Faisol, seminggu menjelang Hari H, yang mendaftar hanya 2 orang.

Sang Pencerah Muslim

"Tapi ternyata, mencapai 30 orang. Ini sangat menyenangkan," sela Baitiyah, Ketua Panitia, sembari menuturkan, peserta tersebut terdiri dari 12 delegasi MTs atau sederajat, dan 18 delegasi MA atau sederajat.

Helliyatul Mukarramah, Ketua IPPNU Kadur, menyatakan bahwa olimpiade MEC bakal dilangsungkan dua hari aktif, tanggal 19 - 20 Januari.

"Pada tanggal 19 Januari, peserta yang 30 ini, nantinya akan diambil 10 besar. Pada 20 Januari, akan bersaing lagi untuk memperebutkan juara 1, 2, dan atau 3. Antara juara tingkat MTs dan MA, nantinya dipisah," terang Helen, panggilan Helliyatul Mukarramah.

Sekretaris IPNU Kadur, Fathorrahman, menceritakan betapa terselenggaranya kegiatan tersebut tidak lepas dari kesemangatan pengurus IPNU dan IPPNU Kadur.

"Insya Allah, pasti sukses kalau disertai niatan ibadah dan kerja sama yang kuat di antara kita," ujar Oong, panggilan akrab Fathorrahman.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Hairul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Ahlussunnah, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Ansor Targetkan Enam Juta Kader Aktif

Lombok, Sang Pencerah Muslim. Ansor saat ini secara nasional menargetkan 6 juta kader aktif untuk lima tahun ke depan. Dengan memulai dari sekarang, Pimpinan Pusat gencar mendorong kepada Cabang maupun Wilayah se Indonesia agar target tersebut dapat terwujud berbasis data yang jelas seperti nomor kontak dan alamat lengkap kader.  

Hal ini disampaikan oleh Risqon Syah, wakil Sekjen PP GP Ansor kepada Sang Pencerah Muslim disela-sela Pelatihan Kader Dasar (PKD)dan Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL), Sabtu 23/05 di pesantren Darul Quran Bengkel Lombok Barat.

Ansor Targetkan Enam Juta Kader Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Targetkan Enam Juta Kader Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor Targetkan Enam Juta Kader Aktif

Istilah kepemimpinan dalam pelatihan Ansor ini bertujuan untuk melatih dan mencetak pemimpin, baik pemimpin Ansor, NU ke depan secara organisasi dan pemimpinan daerah maupun nasional ke depan.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, Ansor di tingkat pusat sedang merevitalisasi kegiatan Ansor untuk membuat kader-kader tangguh dan mendorong kepada Pimpinan Wilayah yang ada di tingkat Propinsi dan Pimpinan Cabang yang ada di tingkat Kabupaten/kota se Indonesia untuk membentuk Rijalul Ansor yang akan mempertahankan tradisi-tradisi Ahlussunah wal Jamaah seperti tahlilan, srakalan, maulidan dan tradisi-tradisi NU lainnya.

Sang Pencerah Muslim

Rijalul Ansor nanti akan melakukan kegiatan di masjid-masjid agung kabupaten/kota setempat dengan mengumpulkan 200-300 anggota maupun kader Ansor. Sumber peserta ini akan disupport oleh Ranting-Ranting Ansor yang ada di kecamatan maupun desa/kelurahan.

Ini semua menjadi upaya Ansor secara nasional untuk membantu dakwah dan kemajuan bagi NU itu sendiri.

Ia menambahkan, Nusa Tenggara Barat khususnya Lombok yang menjadi pulau seribu masjid harus diisi oleh kegiatan-kegiatan keagamaan ala NU agar masjid yang ada tidak vakum dan tidak diambil oleh kelompok-kelompok garis keras yang berpotensi melahirkan terorisme.

Ini penting dan cara inilah Ansor menjaga eksistensi Pancasila dan komitmen memepertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Dan kami dari Pimpinan Pusat Ansor akan memantau dan monitoring dari Jakarta melalui Wilayah dan Cabang yang ada,” katanya.

Di tempat yang sama, Ketua PC GP Ansor Lombok Barat Mujahid Ahmad mengaku siap mempertahankan tradisi-tradisi yang dimaksud oleh Pimpinan Pusat. “Karena saat ini sudah kami lakukan hanya saja memang belum terbentuk Rijalul Ansor secara formal,” tandasnya.

“Tapi yang jelas, menjadi tanggung jawab kami saat ini adalah bagaimana membentuk Ranting-Ranting di tingkat desa/kelurahan. Dan dalam waktu dekat setelah kegiatan PKD ini kami akan membentuk dan menajalankan aman organisasi tersebut,” janjinya. (hadi/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 17 Februari 2018

Penampilan Perdana Ahmad Tohari Membaca Puisi

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kepiawaian Ahmad Tohari dalam menulis karya prosa sudah tak rigaukan lagi. Salah satu pembuktiannya adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk yang melambungkan dan bahkan menguatkan namanya sebagai salah satu sastrawan terkemuka.

Lalu bagaimana bila Ahamd Tohari diminta menulis puisi danmembacakannya di depan publik?

Penampilannya pada Malam Pembacaan Puisi Hari Santri; Ketika Kiai Nyai Santrri Berpuisi; Pesantren tanpa Tanda Titik, di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Senin (17/10) malam, menjadi jawabannya.

Penampilan Perdana Ahmad Tohari Membaca Puisi (Sumber Gambar : Nu Online)
Penampilan Perdana Ahmad Tohari Membaca Puisi (Sumber Gambar : Nu Online)

Penampilan Perdana Ahmad Tohari Membaca Puisi

“Saya susah tidur untuk menulis puisi ini,” kata Tohari tentang proses kreatifnya.

"Ini pertama kali saya menulis puisi dan akan membacakannya, justru di usia hampir tujuh puluh tahun," lanjutnya.

Gaya Tohari yang sederhana dan tampak ndeso membuat penonton malam itu tertawa. Apalagi saat pembacaan puisi, sesekali ia menjelaskan maksud dari kata-kata atau istilah dalam puisinya. Karena puisi karangan Tohari teryata berisi semacam dialog dua tokoh, ia member jeda dan menjelaskan siapa tokoh yang sedang berbicara pada bagian tertentu dari puisinya.?

Sang Pencerah Muslim

“Mungkin puisi ini bukan puisi, lebih tepat cerita pendek yang dipadatkan,” kata Tohari.?

Berikut puisi lengkap yang dibuat dan dibacakan Tohari.

Kiai Asngari dan Dulkodir

di surau yang lantainya baru dikeramik,

Sang Pencerah Muslim

dan? corongnya dibikin lirih karena diprotes tetangga,

yang bilang, Tuhan tidak menyukai apa yang berlebihan,

malah ada yang membidahkan.

Kiai Asngari bersila memangku tasbih dan telepon pintar

di depannya duduk Kang Dulkodir yang lalu berkata





Kiai pernah bilang,? apa pun yang telah, sedang, dan akan terjadi

sudah tertulis di papan yang terjaga?

Tentang kapan sebutir telur semut akan? menetas

Tentang kapan sebuah gunung akan meletus

Dan? tentang apa saja?

Ya betul

Juga tentang datangnya zaman kurang waras saat ini?

Ya betul. Ini sungguh sudah tertulis di papan yang terjaga?

maka itu tetap terjadi?

meski kita telah berikhtiar untuk menjadi selalu waras :

rumusan mengenai tujuan? kemerdekaan sudah lama dipancangkan

dasar negara sudah digelar, undang-undang disusun

polisi yang tangkas?

jaksa yang berkumis

hakim yang cerdas, sudah diangkat dan digaji

oleh rakyat

DPR yang ketua dan anggotanya bisa mengahafal Pancasila

sambil nungging sekali pun

para pemimpin sering kita doakan?

semua itu ikhtiar membangun sarana untuk kehidupan waras?

tapi ternyata tatanan malah makin tidak waras

karena semua memang sudah tertulis di papan yang terjaga

bukan karena mutu ikhtiar yang rendah, tidak ikhlas

dan tidak istikamah?

mutu ikhtiar? yang rendah

tidak istikamah

tidak ikhlas

juga sudah tertulis di papan yang terjaga

Kiai, saya pusing



saya malah lega dan merasa ringan



tahu mengapa sulit mendatangkan pikiran dan perilaku waras

tahu dan sadar mengapa Yang Maha Berkehendak

tak sudi mengubah tulisan tentang nasib? kita di papan yang terjaga.

Subhanallah

(Kendi Setiawan)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 13 Februari 2018

PCNU Kota Semarang Siap Kawal Program Pemkot

Semarang, Sang Pencerah Muslim

Pengurus Cabang Nadhlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Jawa Tengah siap mengawal program Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dalam upaya menyejahterakan rakyat. NU sebagai bagian penting dari rakyat, tidaklah sebagai obyek program pemerintah, melainkan juga harus menjadi penentu kebijakan dan ikut berpartisipasi dalam pengawasan pelaksanaan program itu.?

Ketua PCNU Kota Semarang H Anasom menyampaikan, pasca dilantiknya Walikota dan Wakil Walikota Semarang ? 17 Februari 2016 lalu, pihaknya telah diminta saran dan masukan, serta diajak komunikasi dalam penyusunan program tahunan. Salah satu wujudnya adalah permintaan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Semarang kepada PCNU untuk memberi usulan program.?

PCNU Kota Semarang Siap Kawal Program Pemkot (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Kota Semarang Siap Kawal Program Pemkot (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Kota Semarang Siap Kawal Program Pemkot

“PCNU Kota Semarang siap mengawal program pemerintah. Kita harus terlibat dalam penentuan kebijakan, pengawasan dalam pelaksanaan, serta memastikan sampainya program itu kepada masyarakat. Maka PCNU ikut memasukkan program usulan,” terangnya di sela rapat pleno pembentukan Panitia Konferensi Cabang (Konfercab) 2016 di Kantor PCNU Jl Puspogiwang I/47 Kota Semarang, Jum’at (18/2).?

Anasom yang secara aturan berhak mencalonkan diri kembali dalam Konfercab 2016 menjelaskan, Badan Kesbanglinmas Kota Semarang telah meminta secara resmi kepada PCNU Kota Semarang untuk membuat usulan program untuk tahun anggaran 2017.?

Merespon hal itu, pihaknya telah menggelar rapat pleno pengurus untuk menyusun program sebagaimana diminta Pemkot. Selain Tanfizdiyah yang membuat usulan program, tambahnya, seluruh lembaga dan badan otonom NU juga telah disuruh membuat usulan program sesuai bidang garapan masing-masing.?

Sang Pencerah Muslim

Ia pesankan, program yang dibuat harus sesuai dengan tema pemerintah saat ini. Istilahnya, nyantol dengan slogan dan program pemerintah. Jadi, tidak melulu bertema keagamaan.?

“Saya ajak semua pengurus NU baik tanfidziyah maupun lembaga dan banom untuk menyusun program yang sesuai tema pemerintah. Jadi tidak melulu bertema keagamaan. Misalnya tema tentang Bela Negara, atau menuju Indonesia Hebat,” jelasnya.?

Dosen Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang juga mengharapkan, NU tidak sekedar diberi anggaran dari skema hibah atau bantuan sosial, tetapi benar-benar dilibatkan dalam pelaksanaan program pemerintah daerah.?

Dalam rapat tersebut diputuskan, Konfercab NU Kota Semarang akan dilaksanakan sebelum Ramadhan, atau di bulan Mei 2016. Meski pengurus periode sekarang, 2011-2016 baru akan berakhir September 2016, tetapi Konfercab diharapkan terlaksana lebih cepat dan pengurus baru terbentuk lebih dini.?

Sang Pencerah Muslim

Rapat dipimpin langsung oleh Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Shodiq Hamzah. Dihadiri Musytasyar PCNU KH Ahmad, KH Ahmad Hadlor Ihsan, serta sejumlah pengurus Syuriyah, pengurus Tanfidziyah, lembaga dan badan otonom.?

Diputuskan pula, ketua panitia Konfercab adalah Afdlori. Setelah mendapat mandat, Afdlori langsung membuat kelengkapan struktur kepanitiaan. (Ichwan/Fathoni)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Nusantara Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 10 Februari 2018

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng

Jember, Sang Pencerah Muslim

Puncak acara Harlah NU ke-82 di tingkat Kabupaten diselenggarakan dengan sederhana di aula PCNU, Jl. Imam Bonjol, Kaliwates, Sabtu (26/1) lalu. Acaranya hanya diisi dengan istighotsah dan tausiyah dari beberapa kiai.

Undangannya juga terbatas, yaitu para petinggi PCNU dan para pengurus MWC NU. Yang menarik, tumpengnya diperoleh dari urunan beberapa pengurus MWCNU, dan beberapa diantaranya disumbang DPC PKB Jember.

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)
Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng

Dalam thausiyahnya, Katib Syuriah PCNU Jember, KH. Abdullah Syamsul Arifin menegaskan, dengan bertambahnya usia, NU harus semakin dewasa dan lebih kreatif lagi dalam memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat. Demikian juga dalam menyikapi perkembangan politik, NU dituntut lebih dewasa.

Sang Pencerah Muslim

“Artinya, silahkan warga NU berpolitik di partai apa saja, tapi jangan sampai mengorbankan kerukunan”, katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Gus A’ab –sapaan akrabnya— politik itu hanya urusan lima menit, yaitu ketika warga masuk ke bilik pencoblosan. Karena hanya lima menit, maka sangat rugi jika urusan politik membuat persaudaraan kocar-kacir. “Rugi kita kalau perkawanan rusak gara-gara yang lima menit itu”, terangnya.

Diakuinya, ghirah politik warga NU sangat besar, sehingga di mana-mana politikus NU selalu mewarnai kegiatan politik di berbagai levelnya. Agar tidak terjadi pertentangan politik, maka warga NU di tiap-tiap tingkatan, bisa menyesuaikan dengan kondisi politik di daerah masing-masing.

“Kalau di suatu kecamtan, banyak warga NU yang mendukung partai B, maka struktural NU daerah tersebut, juga bisa mengikuti, sehingga kondusif,” terangnya.

Gus A’ab menambahkan, NU tidak melarang warganya untuk  beraktifitas di partai politik apapun. Namun NU secara kelembagaan, tidak boleh berpolitik. Tapi kecenderungan politik memang tidak bisa dibantah.

“Kemana arah kecenderungan itu, tergantung siapa yang  lebih peduli kepada NU. Kalau orang lain baik kepada kita,  mengapa kita tidak baik kepada mereka. Ini ‘kan sangat normatif,” tegasnya. (ary).Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Pahlawan, News Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock