Tampilkan postingan dengan label Daerah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Daerah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 Maret 2018

Santri dan Potensi Islam Progresif di Indonesia

Oleh: Ahmad Khoiri*

22 Oktober merupakan momentum euforia kaum pesantren atau yang lumrahnya disebut kaum sarungan. Euforia tersebut termanifestasikan dalam pelbagai kegiatan yang dilakukan pesantren, kirab santri merupakan salah satu di antaranya. Tetapi ada yang lebih penting dari sekadar kegiatan seremonial tersebut, yaitu bahwa sebenarnya santri memiliki potensi untuk menjadi Muslim yang progresif, tidak kaku, lebih-lebih di Indonesia dengan masyarakat pluralnya.

Santri dan Potensi Islam Progresif di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri dan Potensi Islam Progresif di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri dan Potensi Islam Progresif di Indonesia

Islam progresif menawarkan sebuah metode ber-Islam yang menekankan pada terciptanya keadilan sosial, kesetaraan gender dan pluralisme keagamaan. Setidaknya itu yang dapat dipahami tentang pemaknaan “progresif” menurut Omid Safi (What is Progressive Islam?: 2005).

Keadilan sosial sebagai makna pertama progresif, menekankan spirit kembali kepada pesan moral al-Qur’an untuk berbuat adil sebagaimana dalam surah al-Maidah [5]: 8 dan al-Nahl [16]: 90. Meskipun dalam surah terakhir ini tuntutan keadilan oleh Allah Swt. seringkali ditafsirkan eksklusif untuk antar Muslim saja, bukan dengan orang yang dilabeli kafir, berlandaskan penafsiran secara emosional-ideologis terhadap beberapa ayat lain, di antaranya surah al-Taubah [9]: 73 dan 123, al-Fath [48]: 29 dan al-Tahrim [66]: 9.

Kesetaraan gender, sebagai manifestasi kedua progresivitas Islam, meskipun di Indonesia masih tidak mendapatkan posisinya secara utuh, namun juga termasuk dalam spirit al-Qur’an. Dapat kita tilik misalkan dalam persoalan poligami. Fazlur Rahman (w. 1988) melalui teori gerak ganda interpretasi (double movement) mengedepankan aspek legal-moral ketika memahami ayat tentang poligami. Penekanan aspek legal-moral dalam teori Rahman ini jauh lebih objektif memahami ayat ketimbang interpretasi klasik yang tidak jarang bernuansa ideologis susio-kultural mufasir terdahulu yang tak lagi dapat dikontekstualisasikan.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan manifestasi ketiga, yakni pluralisme keagamaan, merupakan hal yang tidak dapat dihindari di Indonesia. Penduduk dari pelbagai ras, suku bahkan agama menjadikan sikap inklusif keberagamaan sebuah alternatif yang niscaya. Di samping itu sebenarnya keragaman tersebut tetap berada dalam koridor Allah, sunnatullah. Dengan demikian maka menentang pluralitas tidak saja menyalahi sunnatullah yang telah diterangkan al-Qur’an, tetapi juga mencederai koridor Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Sebagai masyarakat yang pemahaman keagamaannya lebih baik daripada mereka yang non-santri, maka di sinilah santri memegang peran. Sikap “progresif” yang sebenarnya linear dengan statusnya sebagai kaum agamis mesti mendapat perhatian yang lebih serius.

Menarik dicatat bahwa di sisi lain, santri juga berpotensi menjadi kaum ekstremis dengan proyek takfiri-nya. Ini tidak dapat disangkal, karena literatur keagamaan yang diajarkan di pesantren lebih cenderung kepada pemahaman keagamaan pemikir salaf yang terdapat dalam kitab kuning. Predikat paradoks bagi penyandang status “santri” kemudian menjadi kegelisahan tersendiri dalam konteks masa depan Indonesia. Problematika ini kemudian menemukan pemecahannya dengan adanya pendidikan keagamaan yang mengedepankan sikap moderat, atau yang umumnya diistilahkan dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), baik dalam nomenklatur STAIN, IAIN maupun UIN.

Umumnya, meskipun tidak secara keseluruhan, dapat dibuat generalisasi bahwa para mahasiswa di kampus PTAI tersebut adalah mereka yang concern-nya terhadap kajian keislaman lebih mendominasi.Dalam hal ini, para santri ada di antara mereka. Meski derasnya arus pemikiran progresif yang diusung PTAI mendapat reaksi yang serius oleh Hartono Abdul Jaiz dengan publikasi bukunya, Ada Pemurtadan di IAIN (2005), namun reaksi agresif tersebut sama sekali tidak berdasar dan tidak berbobot akademis, tetapi lebih memprioritaskan aspek emosionalnya. Dengan dalih mempertahankan Islam yang dianggapnya telah diobok-obok kaum progresif-liberal, Hartono mengeluarkan sanggahan-sanggahan yang seringkali tidak beretika, hingga akhirnya ia juga mendapat tanggapan setimpal oleh Nur Kholis Setiawan, santri alumni Pesantren Tebu Ireng, Jombang, dan sarjana doktoral Bonn University, Jerman.

Sang Pencerah Muslim

Keberadaan pemikir-pemikir progresif seperti Nur Kholis, dan tokoh lain seperti Ulil Abshar Abdalla yang kontroversial dengan JIL-nya beberapa tahun silam, megindikasikan bahwa potensi santri dengan kemampuannya mengkaji literatur-literatur bahasa Arab jauh lebih baik daripada mereka yang tidak pernah belajar di pesantren. Kita telah melihat bahwa kebanyakan para pemuda yang tergabung dalam kelompok-kelompok keagamaan ekstremis, adalah mereka yang pemahaman keagamaannya di bawah rata-rata. Doktrin yang terkesan agamis mudah sekali menjadikan mereka bertindak ceroboh, karena mereka tidak pernah mengerti duduk persoalan yang dihadapinya. Mereka telah menjadi sasaran empuk Muslim golongan kanan dalam melancarkan aksinya yang seringkali beriklim politis.

Kesadaran pengetahuan (al-wa’y al-‘ilm) dapat dilacak bahkan dalam khazanah turats klasik. Menurut Nur Kholis Setiawan (2008: 5) yang tidak bisa melacak hal tersebut hanyalah orang-orang narrow minded alias tidak memiliki bekal pengetahuan yang memadai. Bagi Nur Kholis, justru khazanah intelektual klasik/turats-lah yang menjadi pijakan revitalisasi semangat terbukanya pintu ijtihad (2008: 17). Oleh karena turats didominasi literatur berbahasa Arab, maka sekali lagi, potensi santri untuk memahami turats memberikannya peluang memahami pemikiran keagamaan (al-fikr al-diniy) secara kaffah, ekstensif, yang dengan alat bantu (istimdad) ilmu humaniora yang telah dipelajarinya di PTAI pada akhirnya akan melahirkan sikap progresif. Pemikiran progresif tersebut akan menjadi sebuah upaya depolitisasi Islam dan menghindari pensakralan pemikiran keagamaan (taqdis al-fikr al-diniy).Santri dengan pemikiran progresifnya, dengan demikian, akan memeran kiprah yang besar dalam menjadikan Indonesia yang berkeadilan dan sejahtera.

*

Penulis adalah mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IQT) di STAIN Pamekasan, Alumni Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pamekasan, Madura.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaNu, Daerah Sang Pencerah Muslim

Senin, 12 Februari 2018

Pesan Menpora Saat Lepas Peserta Pawai Ta’aruf Munas dan Konbes NU

Mataram, Sang Pencerah Muslim. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi ikut melepas peserta pawai ta’aruf Munas dan Konbes NU di hadapan sekitar 15.000 nahdliyin, Rabu (22/11) di depan Islamic Center Lombok, NTB.

Pesan Menpora Saat Lepas Peserta Pawai Ta’aruf Munas dan Konbes NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesan Menpora Saat Lepas Peserta Pawai Ta’aruf Munas dan Konbes NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesan Menpora Saat Lepas Peserta Pawai Ta’aruf Munas dan Konbes NU

Dalam sambutannya, Menpora sebagai perwakilan pemerintah untuk mendampingi para pemuda dalam pawai tersebut berpesan, para pemuda NU harus mengikuti jejak pemikiran para pendiri NU.

“Keberpihakan NU dalam mengayomi dan memberi kemaslahatan umat betul-betul saya terapkan dalam setiap kebijakan Kemenpora,” jelas Imam Nahrawi.

Ia memberi contoh ketika atlet biasa menerima penghargaan atas prestasinya. Penghargaan tersebut juga ia berikan dengan setara kepada para atlet difabel yang menorehkan prestasi serupa.

“Ini bukti bahwa ajaran para kiai dan ulama NU turut memberikan perubahan berharga dalam setiap kehidupan berbangsa dan bernegara,” tuturnya.

Sang Pencerah Muslim

Imam mengungkap, ketika Liga Santri Nusantara berjalan sukses, kini Kemenpora sedang menggodok sejumlah program, seperti Pekan Olahraga Perempuan.?

Selain itu, Kemenpora juga sedang mengajukan ke FIFA terkait tradisi cium tangan pemain kepada wasit. Di lokal Indonesia, membaca doa sebelum bermain juga ditekankan kepada para pemain.

Sang Pencerah Muslim

“Minimal membaca Al-Fatihah,” ujar Menpora. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tegal, Daerah, Cerita Sang Pencerah Muslim

Senin, 05 Februari 2018

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Sekitar 40 penulis potensial bertemu di Pesantren Al-Aziziyah Denanyar Jombang Jawa Timur, Sabtu (21/12). Kegiatan ini dikemas dalam acara temu wicara dan menghadirkan pembicara yakni Ahmad Baso, KH Aziz Masyhuri, Prof Dr KH Imam Suprayogo serta Sulaimaniyah Turki.

Dalam paparannya, Ahmad Baso tidak bisa menyembunyikan keprihatinan lantaran sangat terbatasnya karya ulama Nusantara yang diterbitkan.?

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan

"Kita prihatin karena masih belum banyak kitab ulama Nusantara yang diterbitkan karena berbagai hal, katanya. "Padahal dulu ulama kita jadi rujukan di Haramain," lanjut penulis buku NU Studies ini.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan Kiai Aziz Masyhuri mengharapkan kegiatan di pesantren yang diasuhnya mampu menumbuhkan semangat menulis. Bahkan khusus untuk kegiatan temu wicara, kiai produktif ini mengharapkan bisa terselenggara lebih besar.?

Sang Pencerah Muslim

"Kita berkumpul di sini semoga bisa menjadi awal mengumpulkan para penulis muslim nusantara dan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara nasional tahun depan," katanya.

Rektor UIN Maliki, Prof Dr KH Imam Suprayogo mengingatkan bahwa kesadaran membuat tulisan dan menata koleksi buku telah tumbuh di kalangan non sunni.?

"Selain kelompok Wahhabi, juga ada kelompok syiah yang demikian ? luar biasa," terangnya. Dalam keseharian, mereka menerjemahkan karya-karya ulama syiah.?

"Saya beberapa kali ke Iran dan mengunjungi perpustakaan di samping Imam Ali Rido," akunya. Luas perpustakaan itu sampai tiga hektar. "Kalau kita mencari buku, maka yang melayani adalah robot," katanya. Tidak itu saja, ? koleksi kitab, buku, majalah dan sejenisnya bisa sampai 2.500.000 judul," katanya penuh rasa kagum.?

Sekedar membandingkan, perpustakaan modern adalah Dha yang berada di Iran serta ? di Deft, Belanda. Kelebihan di sana pelayanannya ? luar biasa.?

Prof Imam juga mengatakan bahwa tugas seorang imam di syiah adalah menulis. Setelah itu seluruh karya para imam itu diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan disebarkan.?

"Makanya, agar anak-anak kita tidak menjadi wahhabi dan syiah, ayo menulis," tantangnya. "Semakin produktif, semakin baik!" lanjutnya.?

Imam Suprayogo yang juga salah seorang Rais PWNU Jatim ini.bahkan menyatakan bersyukur karena sudah mengawali tradisi menulis ini. Setidaknya, kini ia telah menulis 2100 makalah dan artikel. Ia juga menerbitkan ? 20 judul buku.?

"Setiap hari bakda shubuh saya minimal menulis 4 halaman tanpa berhenti," katanya. ?

"Nah saya membayangkan seandainya kita semua menulis rutin seperti ini dan terus kontinyu, maka akan ? luar biasa hasilnya!" Katanya Karena dalam pandangannya, keilmuan orang-orang Indonesia juga bagus.?

Karena itu Prof Imam sangat mengapresiasi upaya dari KH Aziz Masyhuri untuk mengumpulkan para penulis dan harus dilanjutkan. "Ini tradisi halaqah yang harus terus dipertahankan," tukasnya. (syaifullah/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Warta, Daerah, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan lemahnya proteksi pemerintah terhadap para petani lokal. Hal itu terlihat dari mudahnya pemerintah untuk membuka keran impor bagi sejumlah komoditi pangan, seperti garam, kedelai, beras, dan daging sapi.?

PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir

"Yang memprihatinkan, kabinet ? kok bisa disetir oleh komprador. ? Kami sangat menyesalkan ? bagaimana kabinet mengambil keputusan dipengaruhi oleh beberapa orang komprador. Produktifitas lokal diabaikan sehingga kesannya kualitas pertanian dan peternakan lokal rendah agar ada alasan untuk mengimpor. Mayoritas korbannya adalah masyarakat kecil di kampung-kampung," tandas Ketua PBNU Prof KH Maksum Machfudz, dalam konferensi pers tentang rencana kerjasama Komite Garam PBNU dengan PT Garuda Food dalam meningkatkan produksi garam rakyat, di Gedung PBNU, Kamis (22/11).

Prof Maksum mengatakan, ? PBNU mendukung dengan sangat serius langkah-langkah yang dilakukan oleh Komite Garam, dalam meningkatkan kualitas dan produktifitas serta pemasaran garam rakyat yang diproduksi oleh Asosiasi Petani Garam Nusantara (Aspegnu).

Sang Pencerah Muslim

"PBNU mendukung, karena ini menjadi ? problem masyarakat luas. PBNU dibentuk untuk memoderasi masyarakat di segala bidang, termasuk di bidang ekonomi dan politik. Kita mendesak pemerintah agar menciptakan iklim ekonomi yang berkeadilan, dan jauh dari kenakalan," tandasnya.

Tentang rencana kerjasama Aspegnu, Komite Garam PBNU dengan PT Garuda Food, Machfoud berharap bisa menjadi solusi bagi problem pangan di negeri ini, sekaligus juga menjadi percontohan bagi pemerintah, bahwa sejatinya, produksi lokal pun bisa bersaing jika diperhatikan dan diberi pembinaan.

"Dari kasus garam ini, kita mulai perbaikan. Kasus garam ini menjadi uji coba, ? agar mengetuk rekan-rekan di kabinet bahwa banyak masyarakat kecil yang harus didampingi. Mereka tak harus dimanjakan, hanya diperlukan kebijakan dan sentuhan kecil agar mereka mampu berkembang," ujarnya.?

Sang Pencerah Muslim

Ia menguraikan sejumlah masalah pangan di negeri ini adalah bagian dari desain segelintir importir pangan, yang ingin mengambil keuntungan dengan membunuh produksi para petani dan peternak lokal.?

"Garam dari tahun lalu belum selesai. Garam belum selesai disusul masalah beras. Kita gembar-gembor swasembada beras, tapi pemerintah impor terus. Kemudian swasembada kedelai juga diserang krisis. Krisis ini dibuat oleh kartel importer yang memanfaatkan psikologi massa. Jagung, ? gula juga tinggal menunggu bom waktu. Gula diancam kebanjiran gula rafinasi. Ditambahlagi oleh krisis daging sapi," paparnya.

Ditambahkan, berbagai problem pangan itu sengaja diciptakan oleh sejumlah pengusaha dengan memainkan pasar, menimbun bahkan melenyapkan sejumlah komoditi pangan dari pasaran, sehingga harga-harga melambung naik, lalu mendesak pemerintah untuk meningkatkan jumlah impor bahkan menghapuskan bea cukai impor pangan.?

"Negara ini tak bisa diharapkan, kecuali komitmen bersama dari berbagai elemen ? masyarakat. Kita tak mau dikadalin terus oleh komponen bangsa tertentu yang ingin mengambil keuntungan ? dari impor. Ini bukan suudzon. ? Ini persoalan konspirasi, kongkalikong Negara dengan komprador, agar memelihara rendahnya kualitas lokal, untuk melegalkan impor pangan," tandasnya.

Ia menyesalkan sikap abai pemerintah terhadap petani dan peternak lokal, juga upaya liberalisasi ekonomi pangan yang dilakukan pemerintah. Padahal, kata Machfoud, negara-negara maju seperti Amerika saja melakukan proteksi ketat terhadap produksi pangan lokal.

"Keterbatasan tekhnologi petani sangat sulit dijangkau oleh masyarakat. Di Amerika petani mendapat subsidi pemerintah, di kita perhatian pemerintah rendah. Negara-negara maju masih keberatan menurunkan subsidinya pada pertanian. Tapi Negara kita malah bergaya menghapus subsidi untuk petani lokal dan membuka keran impor selebar-lebarnya," katanya.?

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Abdel Malik

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Daerah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 11 Januari 2018

200 Imam Masjid Cirebon Konsolidasi, Tangkal Radikalisme

Cirebon, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Lembaga Tamir Masjid NU (LTMNU) Kabupaten Cirebon menggelar Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) di Pesantren Muallimin-Muallimat Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (5/1). Semangatnya antara lain, usaha keras memerangi radikalisme.

200 Imam Masjid Cirebon Konsolidasi, Tangkal Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)
200 Imam Masjid Cirebon Konsolidasi, Tangkal Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)

200 Imam Masjid Cirebon Konsolidasi, Tangkal Radikalisme

Rapat koordinasi dan konsolidasi ini dihadiri oleh sedikitnya 200 pengurus tamir dan imam masjid dari 40 kecamatan se-Kabupaten Cirebon. Dalam kesempatan ini, peserta juga dibekali sejumlah materi seputar pemberdayaan masjid.

Wakil Ketua Pengurus Wilayah NU Provinsi Jawa Barat Fuad Ali mengaku prihatin dengan aksi bom bunuh diri dalam sebuah masjid yang pernah terjadi di Kota Cirebon. Rapimda ini dinilai penting untuk menumpas akar radikalisme dari tingkat masjid.

Sang Pencerah Muslim

"Selama ini masjid belum mempunyai manajemen yang kuat untuk mengoptimalkan perannya," ujarnya saat memberi sambutan.

Sang Pencerah Muslim

Secara resmi, acara dibuka oleh Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Masudi. Turut hadir pula, Katib Syuriyah PBNU KH Musthofa Aqil Siroj, Ketua PP LTMNU KH Abdul Manan A Ghani, dan segenap jajaran pengurus cabang NU Cirebon.

Rapimda LTMNU yang mendapat dukungan dari PT Sinde Budi Sentosa ini adalah tindak lanjut amanat Rapat Pimpinan LTMNU se-Jawa Barat yang diselenggarakan di Bandung, Maret 2012 lalu. Menurut jadwal, Rapimda gabungan Kabupaten Majalengka-Kota Cirebon dimulai besok.

Redaktur: Mukafi Niam

Penulis    : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pertandingan, Aswaja, Daerah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 02 Januari 2018

Hidupkan Lahan Tidur, Fatayat NU Karanganyar Luncurkan Gerakan Wanita Tani

Karanganyar, Sang Pencerah Muslim - Pimpinan Cabang Fatayat NU Kabupaten Karanganyar meluncurkan Kelompok Tani Wanita (KWT) Jasmin Fatayat di Masjid Jami Al-Ikhlas Pulesari Desa Bakalan Kecamatan Jumapolo? Kabupaten Karanganyar, Ahad (22/1). Dengan gerakan ini Fatayat NU mencoba menggugah para pemudi NU untuk memanfaatkan lahan tidur di sekitar mereka.

Ketua Fatayat NU Karanganyar Sri Lestari mengatakan, peluncuran Wanita Jasmine ini digagas karena melihat situasi generasi? perempuan muda NU akhir-akhir ini sering lupa dengan lingkungan sekitar.

Hidupkan Lahan Tidur, Fatayat NU Karanganyar Luncurkan Gerakan Wanita Tani (Sumber Gambar : Nu Online)
Hidupkan Lahan Tidur, Fatayat NU Karanganyar Luncurkan Gerakan Wanita Tani (Sumber Gambar : Nu Online)

Hidupkan Lahan Tidur, Fatayat NU Karanganyar Luncurkan Gerakan Wanita Tani

"Kaum Mudi NU dalam hal ini Fatayat NU akhir-akhir ini sebagian terlena dengan gadget, media sosial, dan lain sebagainya, sehingga garapan utama yaitu pemberdayaan lingkungan sekitar sering terabaikan" ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Untuk itu, tambah Sri, kita mencoba untuk? mengenal lingkungan sekitar dengan memanfaatkan lahan tanah yang ada untuk bertani, karena Karanganyar khususnya di Kecamatan Bakalan masih memiliki lahan kosong? yang cukup luas.

"Dalam kegiatan tersebut, yang tergabung dalam KTW sebanyat 35 orang yang berasal dari Desa Bakalan dan nantinya orang-orang tersebut menanam pohon jambu dan delima hijau dengan bekerja sama dengan Balai latihan Kerja (BLK) Kabupaten Karanganyar," jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Ia berharap dengan adanya KTW ini berkembang dan perempuan muda NU dapat lebih terampil, selain itu juga bisa menambah pendapatan untuk anggota dan organisasi. (Ahmad Rosyidi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 31 Desember 2017

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award

Jakarta, Sang Pencerah Muslim -

Ketika media massa tertentu dan media sosial dewasa ini dipenuhi ujaran kebencian dan ruang yang seringkali dimanfaatkan pelaku intoleran, PW GP Ansor Sulawesi Selatan (Sulsel) justru mendapatkan penghargaan sebagai organisasi perdamaian.?

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award (Sumber Gambar : Nu Online)
Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award (Sumber Gambar : Nu Online)

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award

Penghargaan Police Honorary Award sebagai organisasi penebar perdamaian tersebut diserahkan Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Anton Charliyan kepada Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Selatan Muh Tonang Cawidu, Senin (7/11).?

“Penghargaan tersebut merupakan berkah ijtihad dan sikap komando tertinggi nasional GP Ansor dan Banser dalam memberi arahan pada seluruh Ansor Banser Indonesia,” ujar Tonang melalui Bidang Kaderisasi Kebanseran Sulsel Masud Shaleh, saat dihubungi Sang Pencerah Muslim, Senin (7/11).

Atas penghargaan tersebut, Tonang selanjutnya menyampaikan selamat untuk Ketua Umum PP GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas dan Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni.

“Selamat juga untuk sahabat Ansor seluruh Indonesia,” imbuh Masud yang juga Kepala Satuan Khusus Protokoler Satkornas Banser itu pula.?

Sang Pencerah Muslim

Police Honorary Award diberikan bagi para tokoh masyarakat dan organisai massa dan kepemudaan yang selama ini memberikan dedikasi demi terciptanya perdamaian.

Sang Pencerah Muslim

Penghargaan itu adalah penghargaan istimewa dari polisi kepada yang menerima penghargaan itu.

"Sehingga diberikan penghormatan Khusus oleh Kapolda sebelum penyerahan piagam perhargaan itu," kata dia.?

Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni mengucapkan selamat dan bangga atas prestasi tersebut. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Daerah, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Kamis, 28 Desember 2017

Terbesar, PMII Jatim Mesti Jadi Contoh bagi Wilayah Lain

Ponorogo, Sang Pencerah Muslim

Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur merupakan PKC dengan jumlah cabang terbanyak se-Indonesia. Jumlah cabang definitif PMII se-Jatim adalah 31 institusi. Mulai dari ujung barat Ngawi hingga ujung timur Banyuwangi.

Demikian dikatakan ketua PKC PMII Jatim 2014-2016, Ahmad Junaidi dalam Konferensi Koordinator Cabang (Konkoorcab) XXII Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur resmi dilaksanakan di Pendopo Agung Kabupaten, Ponorogo pada kamis Rabu 27-30 April 2016.

Terbesar, PMII Jatim Mesti Jadi Contoh bagi Wilayah Lain (Sumber Gambar : Nu Online)
Terbesar, PMII Jatim Mesti Jadi Contoh bagi Wilayah Lain (Sumber Gambar : Nu Online)

Terbesar, PMII Jatim Mesti Jadi Contoh bagi Wilayah Lain

“Meskipun begitu, saya harap sahabat-sahabat tidak melupakan tiga hal, yakni komitmen ideologi, kaderisasi, dan gerakan PMII. Dan tiga poin itu haruslah juga jadi agenda utama forum (konkoorcab) ini,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Kang Juned, sapaan akrabnya, dengan potensi cabang yang banyak tersebut PMII Jatim seharusnya memberikan teladan pergerakan bagi wilayah-wilayah lain.

“PMII merupakan kawah candradimuka para politisi dan intelektual NU di masa depan, mari membangun PMII lebih bermanfaat,” ajaknya.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, Ketua Umum PB PMII Aminuddin Ma’ruf mengatakan, sejarah Jatim menjadi tempat sejarah kelahiran PMII pada 17 April 1960 tidak boleh melengahkan PMII Jatim untuk terus berupaya menjadi barometer kepemimpinan, gerakan dan ideologisasi Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

Secara simbolik pembukaan konkoorcab resmi dibuka dengan penabuhan gong sebanyak tiga kali oleh Bupati Ponorogo Ipoeng Mukhlisoni ditemani Ketum PB PMII Aminuddin Ma’ruf dan Ketum PKC Jatim Ahmad Junaidi.

Pada kesempatan pembukaan juga ditampilkan kesenian Reog Ponorogo yang merupakan kesenian asli Nusantara asal Ponorogo. Pada kesempatan acara juga makin khidmat dengan kehadiran salah satu pendiri PMII KH Nuril Huda, dan sejumlah alumni PMII dan pejabat setempat. (Ali Makhrus/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Amalan, Aswaja, Daerah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 21 Desember 2017

Sistem Organisasi NU Perlu Ditata Ulang

Jember, Sang Pencerah Muslim. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muchith Muzadi berpendapat, sistem organisasi NU perlu ditata ulang. Menurutnya, penataan ulang yang meliputi struktur dan rentang kendali terhadap badan otonom, lajnah dan lembaga, sangat penting mengingat semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi NU saat ini.

“Sekarang ini NU mengontrol (Gerakan Pemuda-Red) Ansor saja sudah kewalahan,” tandas Mbah Muchith—begitu panggilan akrabnya—kepada Sang Pencerah Muslim di kediamannya, di Jember, Sabtu (3/3) kemarin.

Sistem Organisasi NU Perlu Ditata Ulang (Sumber Gambar : Nu Online)
Sistem Organisasi NU Perlu Ditata Ulang (Sumber Gambar : Nu Online)

Sistem Organisasi NU Perlu Ditata Ulang

Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian, menurut Mbah Muchith, adalah fenomena banyaknya kalangan muda yang mengaku intelektual NU, tapi pola pikirnya tidak sejalan dengan pola pikir NU. Bahkan, imbuhnya, ada yang sudah berani mempertanyakan kemurnian kitab suci Alquran.

“Kalau mereka sudah mempersoalkan keotentikan Alquran, ganti perlu kita persoalkan mereka, apa pikiran semacam itu sesuai dengan pemikiran NU?” gugat Mbah Muchith yang juga kakak kandung Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi.

Pemikiran yang menurut Mbah Muchith sangat ke-Barat-barat-an itu justru akan merusak NU dari dalam. Mereka menggerogoti sendi-sendi NU yang menjadi tumpuan kekuatan perjuangannya. “Ini perlu dipikir ulang, semua itu dianggap wajar, lalu dibiarkan saja berkembang semaunya, atau perlu dipikir ulang untuk dikembalikan pada garis-garis pemikiran NU yang sudah ada,” terangnya.

Sang Pencerah Muslim

Sejak kelahirannya, kata Mbah Muchith, NU sudah membawa cita-cita ideologi, yaitu mempertahankan dan mengembangkan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah ala Empat Mazhab. NU lahir membawa misi akidah, syariat, akhlak dan harakah (gerakan). “Jadi kelahiran NU itu sebuah gerakanb yang tak lepas dari misi akidah,” jelasnya.

Tokoh NU yang kini berusia 81 tahun itu menuturkan, dulu NU didirikan dengan sistem kepengurusan yang serba sederhana. Pengurus terdiri dari para kiai dibantu sebagian orang yang bukan kiai. Belum ada badan otonom, lajnah maupun lembaga. Namun struktur kendali NU sudah jelas.

Sang Pencerah Muslim

Karena bidang garapan NU semakin banyak, dibentuklah bidang mabarot, dakwah, pendidikan dan ekonomi. Lalu muncullah pemikiran tentang kaderisasi. Gerakan Pemuda Ansor salah satu jawabannya yang berfungsi sebagai wadah kalangan muda NU.

Namun demikian, lanjutnya, semua kegiatan tetap bergantung sepenuhnya pada kebijakan pengurus cabang NU masing-masing. “Jadi mereka itu muncul di NU ketika NU sudah mempunyai tujuan, arah dan rentang kendali yang sudah jelas. Mereka hanya bagian dari NU,” kata Mbah Muchith.

Kalau saat ini mereka tidak sejalan dengan NU dan sulit dikendalikan, ia mengaku tidak mengerti. Dalam banyak kesempatan, ia menyebut GP Ansor sebagai ‘Anak Mbarep’ (anak pertama) NU. “Bukan tetangga NU, apalagi pesaing NU,” tandasnya.

Mengaca pada perkembangan terakhir yang terjadi, kiai yang satu generasi dengan KH Achmad Shidiq, KH Sullam Syamsun dan KH Munasir itu merasa ada sesuatu yang perlu dipikir ulang secara keseluruhan dari NU. Baik soal perkembangan struktur, tata kerja maupun tata pendapat di dalamnya.

Sekretaris pribadi KH Achmad Shidiq itu menjelaskan, NU lahir dipimpin para ulama dengan membawa misi yang jelas. Oleh karena itu, kalau ada orang yang merasa tidak cocok dengan NU, sebaiknya jangan ikut NU. NU, katanya, ibarat sebuah kereta api, yang masinis dan penumpangnya harus ikuti trayek yang sudah ditentukan. “Orangnya yang ikut NU, bukan NU yang ikut orang,” pungkasnya.

Mantan Komandan Kompi Hizbullah Bangilan itu mengakui, masa lalu memang tidak semuanya benar. Tapi masa sekarang, jelas lebih banyak yang tidak benar. Karenanya, ia berharap agar PBNU sebagai lembaga tertinggi, memikirkan masalah tersebut. (sbh)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Daerah, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Minggu, 17 Desember 2017

Ketika Habib Luthfi dan Kiai Said Menunduk Bersamaan saat Salaman

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Akhlak mulia tak pernah putus ditunjukkan oleh para ulama di kalangan NU. Mereka terus menjadi oase di tengah maraknya ujaran kebencian dan prasangka buruk yang disajikan oleh sejumlah kelompok.

Ketika Habib Luthfi dan Kiai Said Menunduk Bersamaan saat Salaman (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketika Habib Luthfi dan Kiai Said Menunduk Bersamaan saat Salaman (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketika Habib Luthfi dan Kiai Said Menunduk Bersamaan saat Salaman

Pemandangan menyejukkan tersebut terjadi ketika diselenggaraknnya Haul Agung ke-514 H Kanjeng Sultan Raden Abdul Fattah Al-Akbar Sayyidin Panotogomo, Sabtu (11/3) malam di Demak, Jawa Tengah.

Rais Aam Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Luthfi bin Yahya dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj saling merendahkan badan dan menunduk ketika bersalaman di panggung utama haul.

Momen tersebut diabadikan oleh video singkat yang diunggah Kiai Said di akun twitter resmi pribadinya, @saidaqil. Saat itu, Kiai Said dan undangan lain yang telah hadir seketika berdiri ketika Habib Luthfi datang. Ulama asal Pekalongan tersebut langsung menyalami tamu di panggung satu per satu.

Sang Pencerah Muslim

Tibalah saatnya Kiai Said bergiliran menyalami ulama yang dikenal getol menyerukan persatuan dalam berbangsa ini. Setelah tangan Kiai Said meraih tangan Habib Luthfi, kedua tokoh nasional yang cukup mendunia ini secara bersamaan merendahkan badan mereka dan menunduk.

“Alhamdulillah...Berkesempatan hadir di Haul Agung ke-514 H Raden Fattah, Demak. Hadir pula dalam kesempatan ini Habib Lutfhi bin Yahya,” tulis Kiai Said dalam caption video berdurasi 19 detik itu.

Dalam pemandangan tersebut, Kiai Said terlihat kuat ingin meraih tangan Habib Luthfi untuk kemudian diciumnya. Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur Jakarta Selatan ini akhirnya berhasil mencium tangan Habib Luthfi yang nampak berusaha menarik tangannya.



Sang Pencerah Muslim

Dalam Haul yang dihadiri oleh ribuan jamaah ini, baik Kiai Said maupun Habib Luhtfi memberikan taushiyah. Mereka menekankan akan pentingnya selalu menghormati para leluhur melalui tradisi haul dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Sinergi antara ulama dan umaro (pemerintah) dari dulu hingga sekarang terbukti mewujudkan bangsa yang kuat. Sebab itu dalam sejumlah kesempatan, Habib Luhtfi dan Kiai Said pun tak pernah putus untuk menjalin tali yang kokoh dengan pemerintah di tengah radikalisme global yang mempunyai kecenderaungan memecah belah bangsa. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Khutbah, Quote, Daerah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 15 Desember 2017

Kajian Kebiri Bagi Pelaku Paedofilia Berjalan Alot

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sejumlah pakar dan praktisi masing-masing disiplin mengutarakan pandangannya terkait wacana sanksi kebiri bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Forum kajian yang difasilitasi Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU dan PP Fatayat ini, berjalan dinamis. Selain mengaji teknis, mereka juga mengemukakan prinsip masing-masing.

Dokter Roslan Yusni memaparkan kebiri dalam sejarah panjang manusia, bentuk-bentuk kebiri dalam medis. Ia juga menjelaskan kecenderungan seksual manusia. Menurutnya, kecenderungan seksual manusia yang sangat beragam tidak termasuk dalam kategori penyakit dalam medis.

Kajian Kebiri Bagi Pelaku Paedofilia Berjalan Alot (Sumber Gambar : Nu Online)
Kajian Kebiri Bagi Pelaku Paedofilia Berjalan Alot (Sumber Gambar : Nu Online)

Kajian Kebiri Bagi Pelaku Paedofilia Berjalan Alot

“Kecenderungan seksual yang beragama mulai dari hetereseksual, biseksual, aseksual, queer, bukan penyimpangan dalam medis,” kata Roslan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (5/11) sore.

Sang Pencerah Muslim

Menurutnya, kedokteran memunyai prinsip yang harus dipatuhi seperti mengobati penyakit orang yang baik atau jahat. “Kita tidak boleh menyakiti pasien. Kebiri itu menyakiti. Pengadilan sekalipun tidak bisa mengintervensi dokter. Kecuali kebiri diusulkan sendiri oleh pasien bersangkutan,” kata Roslan.

Sementara Abdul Malik Haramain dari Komisi VIII DPR RI mengatakan bahwa pihaknya sudah membentuk panja untuk perlindungan anak. Berdasarkan data yang dihimpun Panja ini, kasus kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia menempati posisi tertinggi di Asia Tenggara.

Sang Pencerah Muslim

Komisi VIII, kata Malik Haramain, mengajukan empat rekomendasi kepada pemerintah untuk mengatasi kejahatan seksual terhadap anak. Kita usulkan perbaikan dan penerapan regulasi, penguatan kelembagaan seperti kementerian pemberdayaan perempuan, koordinasi antarkementerian dan lembaga negara terkait, dan partisipasi perempuan.“Kita fokus pada pencegahan. Tetapi pada prinsipnya kita setuju pemberatan sanksi bagi pelaku,” kata Malik.

Salah seorang anggota Komnas HAM H Imdadun Rahmat mendukung pemberatan hukuman. Tetapi, menurutnya, pemberatan tidak berarti kejam. “Sanksi harus adil, tidak boleh merendahkan martabat kemanusiaan pelaku.”

Demikian juga Ruha Masfufah dari Komnas Perempuan. Menurut Masfufah, sanksi itu harus. Tetapi tidak tidak boleh mencederai rasa keadilan. “Saya harap wacana sanksi kebiri ini dikaji serius.”

Rais Syuriyah KH Masdar F Masudi sendiri menawarkan sanksi “cash dan carry”. Kebiri itu bisa mengambil bentuk kebiri kimiawi, menurutnya, sanksi yang selesai pasca eksekusi karena tidak membebani anggaran negara. “Pelaku dikebiri, sudah selesai, tanpa harus rehabilitasi mental pelaku,” kata Masdar. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Budaya, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 05 Desember 2017

Ekstremisme Mengancam Kalangan Pelajar

Kudus, Sang Pencerah Muslim. Pelajar menjadi sasaran kelompok ekstrem yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. Hal itu dikarenakan pelajar merupakan generasi penerus yang dibutuhkan untuk merealisasikan tujuan mereka.

“Mereka ingin menciptakan negara Islam di masa yang akan datang, dan itu akan memungkinkan jika mereka punya cukup kader di kalangan generasi penerus, yang tentu akan meneruskan keinginan mereka,” papar Dwi Saifullah, mantan Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar NU, Jumat (23/01), di depan para pelajar Kudus.

Ekstremisme Mengancam Kalangan Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)
Ekstremisme Mengancam Kalangan Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)

Ekstremisme Mengancam Kalangan Pelajar

Dwi menyempaikannya dalam seminar bertajuk “Ancaman Paham Radikal terhadap Paham Aswaja” di Aula UPT Pendidikan Kecamatan Kudus. Seminar ini diadakan oleh Forum Komunikasi Antar Pimpinan Komisariat (Forkapik) IPNU-IPPNU Kabupaten Kudus. Seminar juga merupakan rangkaian dari acara penataan kembali kepengurusan organisasi Forkapik yang baru.

Sang Pencerah Muslim

Selain Dwi, hadir pula Saiful Anas, pengurus Pimpinan Pusat IPNU yang juga mantan Ketua PC. IPNU Kudus. Kedua narasumber menyampaikan ihwal rentannya posisi pelajar dari gerak pengkaderan para aktivis Islam radikal. Hal ini menjadikan IPNU-IPPNU sebagai wadah penting untuk membentengi akidah mereka.

Sang Pencerah Muslim

Terdapatnya beberapa madrasah dan pesantren di Kudus yang beraliran salafiyah, tak cukup menjamin Kudus akan sepi dari paham radikal. Ia bahkan mengisahkan para alumni lembaga pendidikan salaf yang akhirnya mengikuti paham radikal. Lebih parah lagi, ada pula sebagian dari mereka yang menjadi ulama di kalangannya.

“Jangan dikira kabupaten Kudus kita ini aman sentosa dari ancaman paham radikal. Justru Kudus sudah banyak terjangkit paham-paham semacam itu. Berbagai penyelidikan menemukan indikasi bahwa Kudus ini sudah bahaya. Sekolah manapun tak bisa lagi menjamin keselamatan akidah, terutama sekolah umum. Bahkan sekolah salaf sekaliber Qudsiyyah dan TBS pun, tetap tidak aman. Saya sudah melihat sendiri beberapa lulusan dari mereka yang akhirnya terjerembab pada paham yang melenceng,” terang Anas yang alumni Qudsiyyah, madrasah peninggalan KHR. Asnawi ini.

Ia pun menceritakan bahwa peristiwa pengeboman di Bali oleh para teroris beberapa tahun lalu, ternyata perencanaannya dirapatkan di Kudus. “Bayangkan ketika itu Amrozi, Imam Samudera, dan antek-anteknya justeru merasa aman mengadakan rapat di Kudus kita ini, yang katanya lebih santri dari kota Pekalongan dan lebih wali dari kota Demak,” sesal Anas.

Menurutnya, kehidupan modern sekarang telah membuat banyak orang frustasi dan ingin kembali kepada agama. Sampai sini belum ada yang salah. Namun ketika ternyata mereka ini belajar agamanya kepada orang yang salah, atau dengan cara yang salah, maka terjebaklah mereka pada pemahaman agama yang salah pula.

Forkapik diharapkan mampu mewadahi para pelajar dari kalangan sekolah manapun di Kudus, baik yang agama maupun umum. Diharapkan agar terjadi dialog intelektual, termasuk bidang keagamaan di antara mereka, di mana yang lebih tahu mengajari teman sebaya yang belum tahu. Dengan demikian, Forkapik dapat menjadi benteng strategi pertahanan atas keselamatan akidah Ahlussunnah Waljama’ah para pelajar di dalamnya. (Istahiyyah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Pendidikan, AlaNu Sang Pencerah Muslim

Selasa, 28 November 2017

NU Gelar Haul Akbar Pahlawan Nasional

Surabaya, Sang Pencerah Muslim. Nahdlatul Ulama (NU) akan menyelenggarakan Haul Akbar Pahlawan Nasional pada 10 November mendatang di 113 masjid yang ada di Kota Surabaya, dan di kawasan Monumen Tugu Pahlawan.

Acara yang dimotori oleh Pengurus Wilayah Jamiyyatul Qurra’ wal Huffadh (JQH) NU Jatim ini akan diawali dengan simaan Al-Qur’an bil ghaib (hafalan) dari pukul 06.00 sampai 13.00 WIB. Setiap satu masjid, khatmil Qur’an dilakukan oleh 17 hafidz dan hafidzoh. Jadi ada 1945 hafidz hafidzoh terlibat dalam perhelatan ini.

NU Gelar Haul Akbar Pahlawan Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Gelar Haul Akbar Pahlawan Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Gelar Haul Akbar Pahlawan Nasional

“Betapa indahnya jika pada 10 Nopember nanti di setiap sudut kota terdengar alunan bacaan Al-Qur’an, selain memberikan berkah bagi pembaca dan pendengar juga pada para syuhada’ pahlawan nasional,” kata Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Bukhori, kepada Kontrobutor Sang Pencerah Muslim Rijal Mumazziq.

Ketua PWNU Jatim, KH Ali Maschan Moesa menilai acara Haul Akbar Pahlawan Nasional itu adalah wujud kepedulian anak bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dan mendoakannya.

“Saya mengharapkan agar kegiatan ini dapat lebih memperkokoh keimanan dan akidah serta mempererat hubungan antar komponen bangsa dalam membangun bangsa dan negara,” kata Ali Maschan.

Menurut Ketua Panitia, KH Abdullah Faqih, acara ini merupakan bentuk ungkapan syukur kepada Allah SWT atas anugerah kemerdekaan. “Juga, sebagai rasa ungkapan terima kasih atas jasa para pahlawan nasional,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut alumni Pesantren Langitan ini, selama ini para pahlawan hanya dihormati dengan sikap mengheningkan cipta, hormat senjata atau acara seremonial saja. “Maka dengan haul ini, kami ingin mendoakan arwah para pahlawan kita,” tambahnya.

Acara serupa sebenarnya sudah pernah digelar di tempat yang sama pada 2003 silam, namun dalam skala kecil. Kini, dengan persiapan matang, JQH melanjutkan tradisi yang telah dirintis empat tahun silam.

Sang Pencerah Muslim

“Kami juga merekomendasikan Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Surabaya agar acara ini menjadi rutinitas saban tahun,” papar Kiai Faqih, sapaan akrabnya. Ia menambahkan, citra Surabaya sebagai kota pahlawan akan mendukung kegiatan ini sebagai sarana wisata religi.

Rencananya, selepas Khatmil Qur’an, beberapa seremoni juga dilaksanakan. Dari upacara resmi haul pahlawan nasional, hingga ikrar kesetiaan PW JQH NU Jatim periode 2007-2012.

Rencananya acara tersebut akan dihadiri sekitar 20.000 massa. Seluruh Pengurus Cabang NU, MUI se-Jatim, segenap Bupati dan Walikota juga hadir dalam gawe ini. Adapun dari anggota Kabinet, Menkominfo M Nuh sudah menyatakan kesediannya untuk hadir.(rij/nam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Daerah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 23 November 2017

Subhanallah, Bupati Pringsewu dan Putera-Putrinya Hafal Al-Qur’an

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim?

Selama bulan Ramadhan 1438 H ini, Bupati Pringsewu KH Sujadi menggelar Ngaji Tafsir Al-Qur’an di kediamannya, di Desa Gemah Ripah Kecamatan Pagelaran yang juga merupakan kompleks Pondok Pesantren Nurul Ummah. Pada Kamis (22/6) rangkaian pengajian yang langsung diasuhnya tersebut ditutup dengan semaan Al-Quran bil Ghoib.

Ada yang spesial dari semaan yang dilaksanakan setelah Shalat Shubuh di Aula Kediaman Bupati yang juga Hafidz Al-Qur’an ini. Abah Jadi, begitu ia biasa dipanggil, meminta kepada tiga putera-puterinya yang juga hafidz dan hafidzah yaitu Ahmad Zaini, Syafiah Musyafaah dan Hilyana Marufah untuk membaca Al-Qur’an bilghoib (dihafal) dan disimak oleh para jamaah yang hadir.

Subhanallah, Bupati Pringsewu dan Putera-Putrinya Hafal Al-Qur’an (Sumber Gambar : Nu Online)
Subhanallah, Bupati Pringsewu dan Putera-Putrinya Hafal Al-Qur’an (Sumber Gambar : Nu Online)

Subhanallah, Bupati Pringsewu dan Putera-Putrinya Hafal Al-Qur’an

Dari jamaah yang hadir, tampak istri bupati, Nyai Nurrohmah khusyuk mendampingi dan menyimak ketiga putera-puterinya bergantian menghafal Al-Qur’an. Terlihat juga Rita, isteri Wakil Bupati Pringsewu H. Fauzi.

Ditemui di sela-sela kegiatan, salah satu putra Mustasyar PCNU Pringsewu ini, Ahmad Zaini, mengatakan bahwa kegiatan selama Ramadhan di tempat tersebut sangat padat. Selain tadarus Al-Quran dan tahfidzul Qur’an, kajian kitab Muhtarul Hadits setiap habis Isya dan kitab Safinatunnaja dan Talimul Muta’alim habis subuh, juga dilaksanakan.

"Padatnya kegiatan sebagai Bupati dan jadwal pesantren tidak menghalangi Abah untuk mengisi jadwal ngaji," kata alumnus dari Yaman ini.?

Sang Pencerah Muslim

Gus Ahmad, begitu ia biasa disapa, menambahkan bahwa pada bulan puasa tahun ini, selain rutin mengimami shalat tarawih, KH Sujadi juga istiqomah mengisi kajian hadits usai shalat Subuh.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu Abah Sujadi, pada saat sambutan pembukaan kegiatan semaan tersebut berpesan agar Ramadhan tahun ini menjadi motivasi untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.?

"Mari kita tutup kegiatan di pondok ini dengan harapan, semoga di puasa tahun berikutnya lebih hebat lagi," katanya di hadapan para santri dan ? tetangga yang turut berjamaah Subuh.

Kegiatan semaan yang tepat dilaksanakan pada satu bulan kepemimpinan H. Sujadi sebagai Bupati Pringsewu di periode kedua ini berakhir pada pukul 16.00 WIB. Setelah kegiatan tersebut, di tempat yang sama, dilanjutkan dengan buka puasa bersama pegawai Pemerintahan Daerah Kabupaten Pringsewu. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, Daerah, Ulama Sang Pencerah Muslim

Rabu, 22 November 2017

Dahlan Iskan: Pelajar NU Punya Modal Kuat Pimpin Bangsa

Palembang, Sang Pencerah Muslim. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengakui adanya potensi besar di dalam diri para pelajar Nahdlatul Ulama. Proses pendidikan yang dijalani mendukung mereka menjadi pemimpin alternatif di masa mendatang.

Dahlan Iskan: Pelajar NU Punya Modal Kuat Pimpin Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Dahlan Iskan: Pelajar NU Punya Modal Kuat Pimpin Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Dahlan Iskan: Pelajar NU Punya Modal Kuat Pimpin Bangsa

“IPNU-IPPNU memiliki modal yang sangat kuat untuk menjadi pemimpin masa depan,” tegasnya saat memberi orasi kebangsaan sebelum membuka secara resmi Kogres XVII Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Kongres XVI Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), di Asrama Haji Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (1/12).

Dahlan mengatakan, pendidikan pesantren atau madrasah yang menekankan nilai akhlaqul karimah (moralitas), tawadhu’ (kerendahan hati), dan istiqamah (komitmen dan konsistensi) sangat kondusif mencetak generasi pemimpin yang diidealkan.

Sang Pencerah Muslim

Modal ini, sambung Dahlan, sanggup membentuk pribadi pemimpin yang berintegritas tinggi. Integritas akan selalu menjadi prioritas kebutuhan karena bertumpu pada karakter dan kualitas, bukan popularitas.

Sang Pencerah Muslim

“Ke depan dan seterusnya, intergritas menjadi syarat nomor satu. Yang lain tidak laku,” ujarnya.

Dahlan juga bercerita, dirinya dulu tidak menyangka akan menjabat sebagai Menteri BUMN. Sebagai orang yang tumbuh dari pendidikan madrasah aliyah dan pesantren, ia mengaku tak menguasai persoalan teknis keinsinyuran. Presiden mempercayakan amanat ini berdasarkan atas pertimbangan mutu kepemimpinan.

CEO Jawa Pos dan Jawa Pos Group ini menyakinkan, kader IPNU dan IPPNU kelak berkesempatan menjadi pemimpin berdasarkan modal pendidikan yang dimiliki selama ini.

Pembukaan Kongres IPNU-IPPNU ditandai dengan pemukulan beduk oleh Dahlan Iskan, didampingi Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali, Ketua Umum ISNU Ali Masykur Musa, Ketua Umum IPNU Ahmad Syauqi, dan Ketua Umum IPPNU Margaret Aliyatul M.

Turut hadir dalam esempatan ini Rais Syuriyah PWNU Sumsel KH Mudaris, Asisten Gubernur Sumsel Ahmad Najib, dan sejumlah jajaran pengurus NU dan pejabat daerah setempat, serta sekitar 4000 anggota IPNU-IPPNU se-Indonesia.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis    : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Jumat, 17 November 2017

Wisuda Pesantren Miftahul Hikmah Berlangsung Meriah

Jembrana, Sang Pencerah Muslim. Suasana meriah mewarnai prosesi wisuda TPQ Pondok Pesantren Miftahul Hikmah, Cupel, Negara, Jembrana, Bali, Rabu (11/7) malam. Bersamaan dengan peringatan hari jadi pesantren ke-54, acara puncak ini dipadati aneka penampilan para santri.

Dengan iringan musik hadrah, puluhan santri usia tujuh tahunan berlenggak-lenggok di atas panggung melantunkan shalawat, qashidah, dan lagu-lagu khas komunitas Islam tradisional. Sorak-sorai ratusan pengunjung meningkat saat pengumuman pemenang lomba yang diselenggarakan empat hari sebelum acara puncak.

Wisuda Pesantren Miftahul Hikmah Berlangsung Meriah (Sumber Gambar : Nu Online)
Wisuda Pesantren Miftahul Hikmah Berlangsung Meriah (Sumber Gambar : Nu Online)

Wisuda Pesantren Miftahul Hikmah Berlangsung Meriah

Pesantren asuhan Mustasyar PCNU Jembrana KH Muhammad Yasin ini melombakan beragam ketrampilan, seperti lomba baca dan terjemah Kitab Melayu, Tartil Al-Qur’an, cerdas cermat, azan, praktik shalat, hafalan doa harian, dan menulis Arab. Perlombaan diikuti seluruh santri TPQ dan Madrasah Diniyah menurut ketentuan kelas dan materi lomba yang ada.

Sebelum prosesi wisuda dan pengajian umum dimulai, para santri juga menampilkan kebolehan lain menghafal Juz ‘Amma dan seni baca Al-Qur’an di atas panggung. Datuk Yasin, demikian sang pengasuh biasa dipanggil, mengungkapkan kegembiraannya atas prestasi para santri yang telah menyelesaikan pendidikan Al-Qur’an.

Sang Pencerah Muslim

Ia menyadari, pesantren rintisannya dalam berbagai segi tidak sebagaimana umumnya pesantren di Tanah Jawa. Populasi penganut Hindu yang mayoritas di Pulau Dewata cukup mempengaruhi jumlah santri dan tenaga pengajar yang dibutuhkan. 

Namun demikian, dengan modal kekuatan yang ada, pesantren di pesisir selatan ini terus berusaha menerapkan kurikulum kitab kuning yang sulit didapatkan di lembaga pendidikan Bali.

Sang Pencerah Muslim

“Pesantren ini tujuannya menciptakan bibit unggul yang dapat dikembangkan lagi di luar secara maksimal. Di daerah ini susah mendapatkan pendidikan ala pesantren,” katanya kepada Sang Pencerah Muslim

Penulis : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Humor Islam, Tokoh, Daerah Sang Pencerah Muslim

Pemkab Probolinggo Santuni 1.750 Anak Yatim

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Dalam rangka berbagi kebahagiaan dan memulyakan anak yatim, Pemkab Probolinggo bekerja sama dengan KKKS dan Baznas Kabupaten Probolinggo memberikan santunan kepada 1.750 anak yatim, Rabu (12/10) siang.

Pemkab Probolinggo Santuni 1.750 Anak Yatim (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemkab Probolinggo Santuni 1.750 Anak Yatim (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemkab Probolinggo Santuni 1.750 Anak Yatim

Pemberian santunan bertajuk Semarak Bulan Muharram 1438 H, Hidup Mulia Bersama Anak Yatim ini dipusatkan di Gedung Islamic Center Kota Kraksaan. Santunan ini diberikan untuk memaksimalkan momentum peringatan 10 Muharram 1428 yang merupakan harinya anak yatim.

Hadir dalam kegiatan tersebut Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo H. Moch. Nawi dan jajaran Forkopimda, Rais PCNU Kota Kraksaan KH Munir Kholili, Rais PCNU Kabupaten Probolinggo KH Jamaluddin al Hariri serta sejumlah tokoh agama dan masyarakat di Kabupaten Probolinggo.

Tampak pula Ketua Umum KKKS Kabupaten Probolinggo Hj. Nunung Timbul Prihanjoko didampingi Wakil Ketua Hj. Yuni Nawi, Ketua Baznas Kabupaten Probolinggo H Ahmad Muzammil dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Probolinggo.

Selain menerima santunan, para anak yatim piatu dari 24 kecamatan, ormas dan Yayasan Anak Yatim di Kabupaten Probolinggo ini juga memperoleh mukena, sarung dan alat-alat tulis sekolah.

Sang Pencerah Muslim

Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo H. Moch. Nawi dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan tersebut dilakukan untuk mengingatkan tentang keistimewaan dan keutamaan tanggal 10 Muharram. ”Kegiatan ini semata-mata untuk mengingatkan bahwa 10 Muharram adalah hari istimewa dan hari ulang tahunnya yatim piatu,” ungkapnya.

Menurut Nawi, begitu pentingnya menyantuni anak yatim sehingga bagi yang tidak memperhatikan anak yatim dan menafkahi orang miskin dianggap orang yang mendustakan agama. Bahkan dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa yang menanggung anak yatim nanti di surga oleh Rasulullah diibaratkan seperti jari telunjuk dan jari tengah.

”Begitu mulianya kalau kita ingin memulyakan anak yatim. Sebab nantinya akan bersama Rasulullah di surga seperti jari telunjuk dan jari tengah. Hal ini dikarenakan anak yatim sangat membutuhkan bimbingan baik jasmani maupun rohani,” tegasnya.

Sang Pencerah Muslim

Kepada anak-anak yatim piatu Nawi berpesan agar senantiasa rajin sekolah, rajin mengaji serta selalu mematuhi nasehat orang tua dan guru di sekolah. Sebab semua itu adalah bekal di masa depan nanti.

Dalam kesempatan tersebut Nawi juga memberikan santunan kepada para anak yatim yang mampu menjawab pertanyaan seputar agama dan surat-surat pendek dalam Al Qur’an. Jumlah santunan yang diberikan tidak sama sesuai dengan jawaban yang disampaikan. (Syamsul Akbar/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Olahraga, Daerah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 16 November 2017

IPNU-IPPNU Rembang Siapkan Pelajar Mandiri Ekonomi

Rembang, Sang Pencerah Muslim. Departemen Perekonomian Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Cabang Rembang, Jawa Tengah merencanakan kegiatan ekonomi bagi kalangan pelajar NU di Rembang supaya mandiri.

Anggota Departemen Perekonomian IPNU Cabang Rembang Ahmad Indraki pada Ahad pagi (21/6) di kantor sekretariat IPNU Cabang Rembang, kompleks Gedung NU Jalan Pemuda No 78 Rembang, mengatakan, pihaknya akan berupaya menggagas perekonomian pelajar NU ke depan. Pasalnya kebutuhan para pelajar masakini sangatlah banyak. Jika diteruskan meminta pada orang tua bukan tidak mungkin akan membuat para orang tua kesal.

IPNU-IPPNU Rembang Siapkan Pelajar Mandiri Ekonomi (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Rembang Siapkan Pelajar Mandiri Ekonomi (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Rembang Siapkan Pelajar Mandiri Ekonomi

“Kebutuhan pelajar masakini mulai dari pulsa himgga transportasi dan akomodasi menuju ke sekolah sangatlah banyak. Belum lagi keperluan mereka untuk perawatan mulai dari pakaian hingga yang lainnya, jika di hitung relatif tinggi.

Sang Pencerah Muslim

Mengenai usaha yang akan dirintis Ahmad Indraki menjelaskan akan membuat usaha kecil-kecilan yakni memberikan suplai barang kebutuhan pokok bagi warga nahdliyin di Rembang. Seperti beras, minyak goreng, dan dan kebutuhan dapur lainnya, yang akan di dimulai sebelum ramadan hari pertama dimulai.

Dia menjelaskan, tak menarget mendapatkan untung banyak, tetapi bisa berjalan terlebih dahulu. Ahmad Indraki mengaku, tidak mudah dalam menjalankan usaha itu. Tetapi ia bersama pengurus IPNU-IPPNU yang lain akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan usaha itu.

Sang Pencerah Muslim

Jika dihitung jumlah warga Nahdlatul Ulama di Kabupaten Rembang relatif tinggi, jika bersedia menjadi member bukan tidak mungkin usaha yang dirintis oleh Departemen Perekonomian IPNU-IPPNU akan dapat berdiri, sesuai dengan harapan. Serta program merintis ke uangan para pelajar NU dapat tercapai.

Sejauh ini, kata Ahmad Indraki pihaknya sudah berkomunikasi dengan Ketua Cabang Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) M Syafi Majlis. Hasilnya LPNU sangat mendukung rencana yang akan dilakukan oleh para pelajar NU untuk mulai merintis keuangannya sendiri.

“Kita tak muluk untung sebagaimana para pengusaha. Tetapi kami akan merintis usaha kecil yang akan dikembangkan secara bertahap. Agar nantinya dapat menjadi pembelajaran kita bersama dalam berusaha ke depan,” katanya. (Ahmad Asmu’i/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Bahtsul Masail Sang Pencerah Muslim

Jumat, 10 November 2017

Buka Kelas Film Ramadhan, Wabup Mundjidah Minta Ada Film Santri

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Kelas Film Ramadhan (KFR) yang digelar Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi), LP Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) Jombang resmi dibuka oleh Wakil Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab. Kegiatan hasil kerjasama degan Sukarmadju ini diikuti sebanyak 50 peserta pelajar SMP dan SMA sederajat dan akan berlangsung hingga 11 Juni mendatang dengan lokasi pelatihan di MI Nidhomiyah Jombang.

Wabup Mundjidah Wahab dalam sambutannya mengatakan peserta pelatihan harus bisa menghasilkan karya film yang berbasis santri. Karena Jombang dikenal dengan kota santri. ?

?

Buka Kelas Film Ramadhan, Wabup Mundjidah Minta Ada Film Santri (Sumber Gambar : Nu Online)
Buka Kelas Film Ramadhan, Wabup Mundjidah Minta Ada Film Santri (Sumber Gambar : Nu Online)

Buka Kelas Film Ramadhan, Wabup Mundjidah Minta Ada Film Santri

“Kegiatan ini adalah hal yang baru bagi santri dan pelajar, apalagi dilakukan dibulan puasa. Dari pada waktunya kosong dan tidak bermanfaat. Lebih baik mengikuti kegiatan ini. Bisa dapat ilmu untuk mengembangkan diri di dunia film,” tutur Wabup Mundjidah, di ruang pertemuan RM Henny, Senin (5/6).

?

Putri KH Wahab Hasbullah ini berharap, setelah para peserta mengikuti kegiatan tersebut bisa membuat karya film yang berbasis santri. “Jadi, setelah ini harapan saya peserta bisa membuat film yang berkaitan dengan santri. Apalagi Jombang merupakan kota santri. Itu akan menjadi karya yang baik, apalagi hasilnya bisa bagus,” tandas Wabup Mundjidah yang juga Ketua PC Muslimat NU Jombang tersebut.

Sang Pencerah Muslim

?

Wakil Sekretaris PCNU Jombang, Didin Akhmad Solahudin menyatakan bahwa melalui kegiatan tersebut generasi Muslim di Jombang perlu bersatu untuk saling membentengi diri dari ancaman radikalisme.?

“Jadi, sekarang ini kita memang sudah serba teknologi. Untuk itu, kita juga harus berkarya melalui film ini. Tidak hanya media sosial (medsos) yang mengancam persatuan anak bangsa, apalagi radikalisme. Tapi, kita juga harus memanfaatkan medsos melalui karya film kita sebagai perekat persatuan,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

?

Sementara itu, Ketua Sukarmadju, Abdul Maliki menjelaskan bahwa pihaknya sudah menyiapkan berbagai materi untuk pembinaan peserta. Apalagi panitia sudah berpengalaman melaksanakan kegiatan, karena bukan pertama kalinya. Namun, sudah kelima kalinya dengan kegiatan yang sama.

?

“Selama dalam KFR ini, peserta akan kita berikan materi tentang penyutradaraan, penulisan scenario, dan sinematografi. Pada dua hari terakhir, mereka akan diminta untuk langsung praktek memproduksi film. Kemudian, sebelum penutupan acara, karya dfilm peserta akan kita tonton dan bedah bersama-sama,” kata Maliki.(Muslim Abdurrahman)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Pertandingan Sang Pencerah Muslim

Jumat, 03 November 2017

Kang Said: Film MARS Sangat Memotivasi

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) KH Said Aqil Siroj (Kang Said) mengapresiasi adegan film Mimpi Ananda Meraih Semesta (MARS). Menurut Kang Said, muatan film ini sangat mendidik. Film ini mendorong masyarakat Indonesia untuk tekun belajar dan tidak putus asa dalam menggapai cita-cita.

Demikian disampaikan Kang Said seusai menyaksikan film MARS di Kompleks Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Kamis (5/5) sore.

Kang Said: Film MARS Sangat Memotivasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Kang Said: Film MARS Sangat Memotivasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Kang Said: Film MARS Sangat Memotivasi

“Film ini sangat luar biasa, sangat memberikan motivasi kepada seluruh masyarakat Indonesia terutama warga Nahdlatul Ulama terutama yang masyoritas miskin seperti di daerah Ciamis Selatan, Indramayu, Bondowoso,” kata Kang Said.

Film ini mengajak agar masyarakat untuk meniru kegigihan Tupon yang sangat tangguh dan kuat. Ingin memiliki anak yang sukses, ia mengorbankan apa saja demi pendidikan anaknya yang bisa diharapkan, tambah Kang Said.

Sang Pencerah Muslim

Bagi Kang Said, Tupon merupakan contoh orang tua yang baik, ibu yang mendapatkan ridha Allah. Demikian juga si anak yang sangat gigih dalam belajar.

Sang Pencerah Muslim

“Kalau saya membayangkan betapa sulitnya membuat film seperti ini. Saya sangat mendukung dan respek. Film ini memiliki nilai yang luar biasa, sebuah kerja keras, dan ketangguhan,” tegasnya.

Film ini sarat dengan muatan dakwah. Ia berharap dunia perfilman mengangkat tema-tema lain yang layak diteladani di tengah masyarakat.

“Masih banyak tema-tema yang bisa digarap untuk berdakwah. Banyak sekali contoh-contoh keteladanan ulama besar,” kata Kang Said yang membawa serta 120 santrinya dari Ciganjur.

Film MARS diperankan antara lain oleh Kinariyosih, Acha, dan lainnya. Dalam proses pengerjaannya pihak produser bekerja sama dengan Fatayat NU. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Aswaja Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock