Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 Januari 2018

MTs Futuhiyyah I Gelar Istighotsah Jelang Ujian Nasional

Demak, Sang Pencerah Muslim. Puluhan siswa kelas IX MTs Futuhiyyah 1 Mranggen Demak mengadakan istighotsah bersama sebelum menghadapi UN, Sabtu (3/5) malam. Kegiatan ini didampingi segenap jajaran guru dan pegawai MTs Futuhiyyah 1.

Istighotsah ini merupakan kegiatan rutin tahunan di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen. Bertempat di aula sekolah para hadirin mendengarkan pembacaan maulid yang dipimpin salah seorang siswa. Mereka selanjutnya membaca tahlil yang dipandu KH Ahmad Tamziz.

MTs Futuhiyyah I Gelar Istighotsah Jelang Ujian Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
MTs Futuhiyyah I Gelar Istighotsah Jelang Ujian Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

MTs Futuhiyyah I Gelar Istighotsah Jelang Ujian Nasional

Kepala MTs Futuhiyyah 1 Mranggen KH Said Lafif Hakim berpesan kepada seluruh siswa kelas IX untuk senantiasa belajar dan terus belajar. Ia mengimbau para siswanya untuk memanfaatkan waktu yang ada.

Sang Pencerah Muslim

“Di samping belajar, kalian jangan lupa berdo’a. Karena, do’a akan menjadi kekuatan batin bagi kita,” kata Kiai Said dalam sambutannya.

Sang Pencerah Muslim

Pembacaan istighotsah dipimpin langsung H Shodiqin. Acara ini ditutup dengan doa yang dibacakan oleh KH Abdul Basyir Hamzah. (Abdus Shomad/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Jadwal Kajian Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 27 Januari 2018

50 Pelajar Purworejo Ikuti Diklatama IPNU-IPPNU

Purworejo, Sang Pencerah Muslim. Sekitar  50 pelajar Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, mengikuti Pendidikan dan Latihan Pertama (Diklatama), Corp Brigade Pembangunan dan Korp Pelajar Putri yang digelar IPNU dan IPPNU. Kegiatan berlangsung di Komplek SD Islam Terpadu Desa Majir, Kecamatan Kutoarjo, pada Jumat-Ahad (10-12/5) lalu.

Para pelajar tersebut merupakan delegasi dari seluruh Pimpinan Anak Cabang (PAC) dan Pimpinan Komisariat (PK) IPNU-IPPNU se-Kabupaten Purworejo.

50 Pelajar Purworejo Ikuti Diklatama IPNU-IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)
50 Pelajar Purworejo Ikuti Diklatama IPNU-IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)

50 Pelajar Purworejo Ikuti Diklatama IPNU-IPPNU

Kegiatan tersebut dibuka Wakil Ketua PC NU Kabupaten Purworejo, K. Ali Subhan. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi kegiatan tersebut, karena merupakan salah satu gerbang pengkaderan kader-kader NU, “Melalui kegiatan ini kader IPNU-IPPNU harus bertambah nasionalis, cinta lingkungan, dan memiliki kepekaan sosial tinggi,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Komandan Pendidikan Diklatama, Jumadhi menuturkan, kegiatan ini merupakan yang kedua kali. Panitia menyiapakan beberapa materi, yaitu PBB, SAR, Strategi Mapping, Bela Diri, Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, Manajemen Perjalanan, Pelestarian Alam dan Kelestarian Lingkungan, Basic Ropes dan Medical First Responder Basic.

Sang Pencerah Muslim

Jumadhi menambahkan, untuk memaksimalkan penyampaian materi, diundang pemateri berpengalaman, seperti Kodim 0708, Polres Purworejo, Dinas Perhutani, PMI, SAR, Pagar Nusa, Banser, “Agar benar-benar terbentuk CBP dan KPP yang disiplin, tangguh dan bermental,” tuturnya.

Di akhir Diklatama bertema “Membentuk Kader yang Berkarakter Kebangsaan, Peduli Lingkungan dan Berjiwa Sosial”, diisi Out Bond yang rekreatif dan edukatif  untuk para peserta.

Sementara itu, Ketua PC IPNU Purworejo, Ahmad Naufa mengatakan, tindak lanjut dari Diklatama, akan dibentuk Dewan Komando Cabang (DKC) CBP dan KPP. Mereka akan melakukan kegiatan bersama IPNU dan IPPNU Purworejo atau dengan  pemerintah, “Misalnya dalam kegiatan relawan SAR Badan Penanggulangan Bencana Daerah Purworejo,” katanya.

Ahmad berpendapat, sebagai calon penerus generasi bangsa, kader-kader IPNU harus memiliki wawasan luas tentang kebangsaan dan jangan sampai tergerus berbagai penyimpangan yang bersifat patologis yang dapat merusak moral dan ideologi para pemuda.

Hadir pada pembukaan Diklatama dua badan semiotonom IPNU dan IPPNU tersebut, Ketua MWC NU Kecamatan Kutoarjo, PC IPNU-IPPNU Kabupaten Purworejo, dan Perangkat Desa Majir, Karang Taruna Desa Majir.

Redaktur        : Abdullah Alawi

Kontributor    : Isnainissholiah

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Anti Hoax, Pendidikan, Ubudiyah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 23 Januari 2018

Ketum IPPNU: Keputusan Trump Harus Digugat

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) turut serta menggelar aksi protes menyampaikan aspirasi menolak pengakuan sepihak Presiden AS terkait Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel, di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Jumat (8/12).

"Keputusan Presiden AS Donald Trump sangat berbahaya bagi stabilitas global, dan potensi bahayanya tidak hanya terbatas di kawasan Timur Tengah, namun juga di seluruh belahan dunia," ujar Ketua Umum IPPNU, Puti Hasni.

Ketum IPPNU: Keputusan Trump Harus Digugat (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketum IPPNU: Keputusan Trump Harus Digugat (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketum IPPNU: Keputusan Trump Harus Digugat

Menurut Puti, sebaiknya keputusan Trump digugat ke sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk direspons lebih lanjut dampaknya, dan dapat dipertimbangkan dengan sangat untuk dibatalkan. 

"NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, dapat berinisiasi mengirim surat resmi penolakan kepada PBB, serta menindaklanjuti sikap Donald Trump melalui berbagai saluran komunikasi global," jelas Puti.

Senada, Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Asep Irfan Mujahid juga menyatakan sikap bahwa IPNU mendukung 100 persen sikap Pemerintah Republik Indonesia menolak pemindahan Ibu Kota Israel ke Jerusalem.

Sang Pencerah Muslim

Dalam orasinya Asep mendorong Kemenlu RI melakukan tindakan-tindakan diplomatik, baik terkait hubungan bilateral dengan Amerika Serikat, maupun aksi-aksi multilateral dengan negara-negara yang menolak sikap Donald Trump, seperti Inggris, Perancis, Turki, Mesir, dan negara-negara lainnya. 

"Sesuai arahan para kiai pada keputusan Muktamar NU ke-33 di Jombang, NU mendukung Palestina dan berada di belakangnya. Kami mendorong negara-negara anggota PBB untuk menolak memindahkan Kedutaan Besarnya ke Jerusalem," ujar Asep. (Anty Husnawati/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan lemahnya proteksi pemerintah terhadap para petani lokal. Hal itu terlihat dari mudahnya pemerintah untuk membuka keran impor bagi sejumlah komoditi pangan, seperti garam, kedelai, beras, dan daging sapi.?

PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir

"Yang memprihatinkan, kabinet ? kok bisa disetir oleh komprador. ? Kami sangat menyesalkan ? bagaimana kabinet mengambil keputusan dipengaruhi oleh beberapa orang komprador. Produktifitas lokal diabaikan sehingga kesannya kualitas pertanian dan peternakan lokal rendah agar ada alasan untuk mengimpor. Mayoritas korbannya adalah masyarakat kecil di kampung-kampung," tandas Ketua PBNU Prof KH Maksum Machfudz, dalam konferensi pers tentang rencana kerjasama Komite Garam PBNU dengan PT Garuda Food dalam meningkatkan produksi garam rakyat, di Gedung PBNU, Kamis (22/11).

Prof Maksum mengatakan, ? PBNU mendukung dengan sangat serius langkah-langkah yang dilakukan oleh Komite Garam, dalam meningkatkan kualitas dan produktifitas serta pemasaran garam rakyat yang diproduksi oleh Asosiasi Petani Garam Nusantara (Aspegnu).

Sang Pencerah Muslim

"PBNU mendukung, karena ini menjadi ? problem masyarakat luas. PBNU dibentuk untuk memoderasi masyarakat di segala bidang, termasuk di bidang ekonomi dan politik. Kita mendesak pemerintah agar menciptakan iklim ekonomi yang berkeadilan, dan jauh dari kenakalan," tandasnya.

Tentang rencana kerjasama Aspegnu, Komite Garam PBNU dengan PT Garuda Food, Machfoud berharap bisa menjadi solusi bagi problem pangan di negeri ini, sekaligus juga menjadi percontohan bagi pemerintah, bahwa sejatinya, produksi lokal pun bisa bersaing jika diperhatikan dan diberi pembinaan.

"Dari kasus garam ini, kita mulai perbaikan. Kasus garam ini menjadi uji coba, ? agar mengetuk rekan-rekan di kabinet bahwa banyak masyarakat kecil yang harus didampingi. Mereka tak harus dimanjakan, hanya diperlukan kebijakan dan sentuhan kecil agar mereka mampu berkembang," ujarnya.?

Sang Pencerah Muslim

Ia menguraikan sejumlah masalah pangan di negeri ini adalah bagian dari desain segelintir importir pangan, yang ingin mengambil keuntungan dengan membunuh produksi para petani dan peternak lokal.?

"Garam dari tahun lalu belum selesai. Garam belum selesai disusul masalah beras. Kita gembar-gembor swasembada beras, tapi pemerintah impor terus. Kemudian swasembada kedelai juga diserang krisis. Krisis ini dibuat oleh kartel importer yang memanfaatkan psikologi massa. Jagung, ? gula juga tinggal menunggu bom waktu. Gula diancam kebanjiran gula rafinasi. Ditambahlagi oleh krisis daging sapi," paparnya.

Ditambahkan, berbagai problem pangan itu sengaja diciptakan oleh sejumlah pengusaha dengan memainkan pasar, menimbun bahkan melenyapkan sejumlah komoditi pangan dari pasaran, sehingga harga-harga melambung naik, lalu mendesak pemerintah untuk meningkatkan jumlah impor bahkan menghapuskan bea cukai impor pangan.?

"Negara ini tak bisa diharapkan, kecuali komitmen bersama dari berbagai elemen ? masyarakat. Kita tak mau dikadalin terus oleh komponen bangsa tertentu yang ingin mengambil keuntungan ? dari impor. Ini bukan suudzon. ? Ini persoalan konspirasi, kongkalikong Negara dengan komprador, agar memelihara rendahnya kualitas lokal, untuk melegalkan impor pangan," tandasnya.

Ia menyesalkan sikap abai pemerintah terhadap petani dan peternak lokal, juga upaya liberalisasi ekonomi pangan yang dilakukan pemerintah. Padahal, kata Machfoud, negara-negara maju seperti Amerika saja melakukan proteksi ketat terhadap produksi pangan lokal.

"Keterbatasan tekhnologi petani sangat sulit dijangkau oleh masyarakat. Di Amerika petani mendapat subsidi pemerintah, di kita perhatian pemerintah rendah. Negara-negara maju masih keberatan menurunkan subsidinya pada pertanian. Tapi Negara kita malah bergaya menghapus subsidi untuk petani lokal dan membuka keran impor selebar-lebarnya," katanya.?

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Abdel Malik

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Daerah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 14 Januari 2018

Ansor, Polda dan TNI NTB Deklarasi Gerakan Antiradikalisme

Lombok, Sang Pencerah Muslim. Deklarasi bersama gerakan antiradikalisme ditandai dengan penandatanganan dan pembacaan naskah ikrar untuk membangun komitmen bersama antisegala bentuk radikalisme yang diselenggarakan oleh NU dan banomnya di pesantren Al-Mansyuriah Talimussibyan, Bonder, Praya Barat, Senin (15/6). Deklarasi yang diprakarsai oleh pemuda NU NTB ini didukung Polda dan TNI setempat.

Ansor, Polda dan TNI NTB Deklarasi Gerakan Antiradikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor, Polda dan TNI NTB Deklarasi Gerakan Antiradikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor, Polda dan TNI NTB Deklarasi Gerakan Antiradikalisme

Badan otonom NU yang tampak hadir Muslimat NU, Fatayat NU, Satkorwil Banser, Pagar Nusa, IPNU, IPPNU. Terlibat pula PKC PMII NTB, tokoh pemuda, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

Hadir sejumlah pengurus NU seperti Ketua PWNU NTB TGH Ahmad Taqiudin Mansyur, pimpinan pesantren Babussalam Batu Nyala Praya TGH Syamsul Hadi, dan sejumlah pimpinan Banom NU NTB, dan ratusan masyarkat.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan dari unsur aparat kepolisian hadir Dirbinmas Kombes Pol Suwarto yang mewakili Polda NTB, Kapolres Loteng AKBP Nuroddin SIK, dan Dandim Praya yang diwakili Kapten Abdul Razak.

Sang Pencerah Muslim

Ketua Pagar Nusa NTB Murakip Usman selaku pelaksana utama menyinggung bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian NU atas maraknya paham-paham yang cenderung merusak kebudayaan setempat dan tidak jarang berakhir pada kekerasan.

Ikrar ini, kata Murakip, merupakan komitmen bersama melawan antiradikalisme. "Jauh sebelumnya sudah kita diskusikan bersama dengan semua pihak dan juga pihak kepolisian," katanya.

Ia mengucapkan rasa terima kasih sekaligus memberikan apresiasi kepada pihak kepolisian dan TNI yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. NU, lanjut dia, merupakan pejuang dasar negara ini. Hal ini juga sebagai wujud silaturrahmi dengan mempertegas kembali bahwa NKRI sudah final.

"Kita harus bersama-sama melawan terhadap paham-paham radikal yang merasuki masyarakat. Ini adalah perjuangan kita bersama-sama sampai titik darah penghabisan untuk memperjuangkan dan mempertahankan NKRI.” (Hadi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Rabu, 10 Januari 2018

Pemerintah Diminta Perhatikan Kesejahteraan Guru Madrasah

Bandung, Sang Pencerah Muslim. Wakil Ketua Persatuan Guru NU (PERGUNU) Jawa Barat H Saepuloh mengimbau pemerintah untuk memerhatikan kesejahteraan guru madrasah diniyah. Selama ini pemerintah, menurut H Saepuloh, merasa tidak bertanggung jawab atas peningkatan kesejahteraan guru madrasah.

Pemerintah Diminta Perhatikan Kesejahteraan Guru Madrasah (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemerintah Diminta Perhatikan Kesejahteraan Guru Madrasah (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemerintah Diminta Perhatikan Kesejahteraan Guru Madrasah

Demikian disampaikan H Saepuloh di sela workshop pelatihan guru madrasah diniyah bertajuk “Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui Active Learning” yang diselenggarakan Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Ahad (19/4).

“Guru Madrasah Diniyah luput dari perhatian pemerintah pusat maupun daerah. Meskipun ? operasional madrasah diniyah hanya mengandalkan infaq dari orang tua siswa yang itu juga belum cukup untuk menutupi biaya operasional sehari-hari, mereka tetap gigih dalam melaksanakan tugas meskipun honorariumnya gak jelas,” tutur H Saepuloh.

Sang Pencerah Muslim

Sementara Camat Dayeuhkolot Eep Syarif Hidayatullah menyampaikan Pemkab Bandung mengalokasikan sebesar 50.000 per bulan bagi guru madrasah diniyah yang disisihkan dari APBD.

“Meskipun belum semua, guru madrasah diniyah di kabupaten Bandung sudah mendapatkan insentif sebesar 50 ribu per bulan,” tutur Eef Syarif. (Awis Saepuloh/Alhafiz K)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Anti Hoax Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 30 Desember 2017

Surat Cinta Buat Mamah Dedeh Tentang Etika Berfatwa dan Dokter Hewan

Assalaamu‘alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh. Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa‘ala alihi wa shohbihi ajma’in. Wa ba’du...

Rasulullah saw bersabda:?

? ? ? ? ? ? ? ? ?

Surat Cinta Buat Mamah Dedeh Tentang Etika Berfatwa dan Dokter Hewan (Sumber Gambar : Nu Online)
Surat Cinta Buat Mamah Dedeh Tentang Etika Berfatwa dan Dokter Hewan (Sumber Gambar : Nu Online)

Surat Cinta Buat Mamah Dedeh Tentang Etika Berfatwa dan Dokter Hewan

“Kalau orang diberi fatwa oleh seseorang tanpa didasari ilmu, maka dosanya ditanggung oleh yang berfatwa.”

Mengenai orang-orang yang sembrono dalam berfatwa, Ibnu Sholah mengutip ayat al-Qur’an:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?, ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta Ini adalah halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung, sedikit keuntungan yang didapat, tapi mereka mendapat siksa yang pedih.”

Sang Pencerah Muslim

Lalu Ibnu Sholah memberikan komentar:?

? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ?

Apa yang diterangkan oleh ayat ini mencakup orang yang melenceng di dalam berfatwa sehingga mengatakan halal terhadap sesuatu yang haram atau sebaliknya dan semisalnya.

Ibnu Qoyyim dalam I’lamu al-Muwaqqi’iin meriwayatkan tentang Ahmad bin Hanbal yang ditanya maksud dari hadits:

? ? ? ? ? ?

“Yang paling berani menjawab pertanyaan keagamaan di antara kalian adalah yang paling berani masuk neraka.”

Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud dari hadits tersebut adalah orang yang berfatwa tanpa didasari keilmuan yang mumpuni. Ketika beliau ditanya tentang fatwa yang keluar kepada masyarakat dari seseorang tanpa didasari ilmu yang mumpuni, beliau menjawab: “Dosanya ditanggung oleh yang berfatwa.”

Hadits di atas diriwayatkan oleh Al-Darimiy dalam sunannya, tetapi hadits tersebut mu’dhol, karena terputus pada Ubaidillah bin Abi Ja’far yang seorang tabi’ tabi’in dan meninggal pada 136 H. Namun demikian hadits ini banyak diketahui para ulama dan makna dari hadits ini sahih, sehingga merekapun membahas maksudnya.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Barang siapa menjawab semua pertanyaan keagamaan yang diajukan kepadanya, dia adalah orang gila.”

Atho’ ibn al-Sa’ib dari kalangan tabi’in mengatakan bahwa orang-orang dulu gemetaran badannya ketika menjawab pertanyaan agama (memberikan fatwa).

Sufyan ibnu Uyainah mengatakan: “Orang yang paling berani berfatwa (menjawab pertanyaan keagamaan adalah orang yang paling bodoh.”

Abdurrahman bin Abu Laila mengaku pernah bertemu dengan seratus dua puluh orang sahabat nabi dari kalangan Ansor. Menurut pengamatannya, jika salah satu dari para sahabat itu ditanya suatu pertanyaan, maka ia akan mengalihkan ke temannya untuk menjawabnya, demikian seterusnya sampai kembali kepada orang pertama yang ditanya.

Al-Atsram sering mendengar imam Ahmad bin Hanbal mengatakan “Aku tidak tahu jawabannya”, ketika ditanya suatu permasalahan, padahal permasalahan itu sudah banyak dibahas orang (tidak dianggap permasalahan yang sulit).

Ibnu Abbas mengingatkan, jika orang sudah “gengsi” untuk mengatakan “saya tidak tahu”, maka sesungguhnya orang itu telah hancur.

Menurut Imam Al-Syafi’i, Sufyan ibnu Uyainah adalah orang yang sangat kompeten dan termasuk sebagian orang yang paling memenuhi syarat untuk berfatwa, meskipun demikian, Ibnu Uyainah terkenal paling tidak berani (hati-hati) menjawab pertanyaan keagamaan.

Imam Syafi’i apabila ditanyai pertanyaan keagamaan atau dimintai fatwa, beliau menimbang-nimbang dengan serius, apakah sebaiknya beliau jawab atau tidak.

Dari Al-Haitsam bin Jamil, dia berkata: Aku lihat Imam Malik bin Anas ditanyai empat puluh delapan pertanyaan maka dalam tiga puluh dua pertanyaan di antaranya beliau mengatakan: "Aku tidak tahu."

Padahal Imam Malik dikenal dengan gelarnya ‘Alimu al-Madinah, orang paling pandai di kota Madinah pada masanya.

Dan diriwayatkan dari Imam Malik juga bahwasanya beliau pernah ditanya sekitar lima puluh pertanyaan dan satupun beliau tidak berani menjawabnya, dan beliau pernah mengatakan: "Barang siapa mau menjawab suatu pertanyaan maka sebelumnya hendaklah dia menyodorkan dirinya ke surga dan neraka lalu berfikir kalau menjawab pertanyaan tersebut maka kira-kira bagaimana nasibnya di akhirat, baru setelah itu silakan dia menjawab."

Diriwayatkan juga dari Imam Malik bahwa suatu saat beliau pernah ditanya tentang permasalahan tapi beliau menjawab: "Tidak tahu", lalu yang bertanya itu berkata kepadanya: "Sesungguhnya pertanyaan ini kan masalah sepele dan mudah." Beliau marah dan berkata: "Tidak ada perkara mudah dalam urusan ilmu (agama), tidakkah kamu mendengar firman Allah: “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."

? ? ? ? ?

Imam Malik juga berkata: “Kalau para sahabat saja merasa berat menjawab pertanyaan-pertanyaan dan tidak berani menjawab persoalan sebelum berkonsultasi dengan sahabat lain padahal mereka dianugerahi oleh Allah dengan kemampuan dan petunjuk, juga disertai kesucian jiwa, lalu bagaimana dengan kita yang banyak kesalahan dan dosa?"

Dari Said bin Al-Musayyab ra, sesungguhnya beliau hampir tidak pernah berfatwa atau mengucapkan suatu perkara agama kecuali beliau berdoa: "Ya Allah selamatkanlah aku dan selamatkan orang-orang dariku."

Dari Basyar bin Al-Harits, beliau berkata: "Barang siapa masih merasa senang (bangga) jika ditanyai (persoalan agama) maka dia itu tidak berhak dan tidak layak dimintai fatwa."

Dari Malik, beliau berkata: "Aku diberitahu oleh seorang laki-laki bahwa dia pernah bertamu ke rumah Rabiah bin Abi Abdirrahman dan menjumpai Rabiah sedang menangis, maka dia bertanya: Kenapa anda menangis? Ia takut dan khawatir atas tangisan syaikh Rabiah maka dia bertanya lagi kepada beliau: Apakah anda terkena musibah? Beliau menjawab: Tidak, tapi aku menangis karena banyak orang-orang bodoh (dianggap ulama) dan dimintai fatwa sehingga muncullah kerusakan yang sangat besar di kalangan umat Islam." Rabiah kemudian melanjutkan: "Sungguh di antara orang-orang yang berani berfatwa ini lebih layak masuk penjara daripada para pencuri."

Diriwayatkan dari Makhul dan Imam Malik ra, sesungguhnya mereka tidak pernah menjawab pertanyaan keagamaan kecuali sebelumnya mengucapkan: "? ? ? ? ? ?"

Ibnu Sholah mengatakan bahwa sebaiknya siapapun yang akan menjawab pertanyaan keagamaan hendaklah mengucapkan apa yang diucapkan oleh Imam Malik di atas. Adapun Imam Abu Hanifah terkenal dengan perkataanya:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Jika bukan karena kesadaran bahwa meninggalnya ulama akan menghilangkan ilmu, maka aku tidak akan pernah berfatwa, mereka enak sedangkan aku yang harus beresiko menanggung dosa.”

Ibnu Qoyim juga menyebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan:

? ? ? ? ? ? ? ? ?

Barang siapa berfatwa tentang suatu permasalahan padahal dia tidak menguasai hal itu, maka dosanya harus ditanggung olehnya.

Al-Khatib meriwayatkan Bahwa Malik pernah berkata: "Aku tidak berani berfatwa (menjawab pertanyaan-pertanyaan keagamaan) sebelum aku dianggap dan diakui oleh tujuh puluh orang bahwa aku memenuhi syarat untuk menjawab."

Malik juga berkata: Aku tidak berani berfatwa sehingga aku bertanya kepada orang yang lebih berilmu dariku dengan tujuan untuk mengetahui apakah orang itu berpendapat bahwa aku layak menjawab pertanyaan keagamaan."?

Beliau juga penah bekata: "Tidak sepatutnya seseorang menganggap dirinya memenuhi syarat untuk melakukan suatu hal sebelum dia berkonsultasi dan menanyakan kepada orang yang lebih berilmu tentang hal itu apakah dirinya layak atau tidak."

Adab para ulama besar yang benar-benar menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam sebagaimana disebutkan diatas nampaknya tidak lagi diperhatikan oleh para penceramah pada zaman ini. Yang dipertontonkan oleh kebanyakan para dai pada saat ini justru merupakan kebalikan dari adab-adab yang diajarkan oleh para ulama.

Yang juga perlu diperhatikan dari sikap dan adab para ulama tersebut adalah bahwa kehati-hatian mereka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan keagamaan bukan merupakan sikap berlepas tangan atau meninggalkan kewajiban mereka untuk menyampaikan ajaran Islam. Para ulama itu diketahui telah mengabdikan hidupnya untuk menelaah dan mempelajari secara mendalam sumber-sumber ajaran Islam untuk kemudian dijadikan landasan dalam menjawab berbagai macam persoalan umat Islam yang membutuhkan jawaban.

Beribu-ribu halaman buku menampung hasil ijtihad para ulama yang benar-benar faqih tersebut. Ratusan bahkan ribuan permasalahan dalam agama yang memerlukan penjelasan telah mereka teliti dan berikan jawabannya dengan didasarkan pada ayat-ayat dan hadis-hadis serta atsar dari para sahabat.

Jasa mereka sangat besar kepada umat Islam dalam urusan agama. Meskipun dalam kehati-hatian sikap mereka ada kesan lambat dalam memberikan jawaban namun mereka terbukti telah menjadi pencerah dan pembimbing umat. Berkaca dari sikap para ulama tersebut dan bukti nyata sumbangan ilmu yang bermanfaat dari mereka untuk umat Islam, maka alasan beberapa orang yang tergesa-gesa ingin kelihatan hebat dan dipandang alim dalam ilmu agama sehingga bertindak sembrono dalam urusan fatwa menjadi jelas, bahwa hal itu tidak bisa diterima dan tidak sejalan dengan adab Islam yang benar.

Hadits nabi yang menyuruh kita untuk menampaikan ajaran dari beliau walau satu ayat adalah sebuah perintah. Sebagai perintah-perintah lain dalam agama, perintah untuk tabligh inipun juga disertai dengan tata cara dan etika tertentu. Menjalankan perintah agama tanpa mempelajari dulu tata cara dan etikanya, bisa menjerumuskan kita kepada kerusakan dan kehancuran.

Mantan mufti Mesir Syaikh Ali Jumah dalam bukunya Al-Mutasyaddidun mengingatkan bahwa seorang penceramah tidak otomatis boleh menjadi seorang mufti. Tidak semua penceramah atau orang yang pandai berpidato adalah orang alim yang faqih dan memenuhi syarat untuk dimintai fatwa atau ditanya tentang permasalahan keagamaan.

Untuk menjadi seorang mufti, diperlukan banyak sekali perangkat. Banyak syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk bisa menjadi mufti dan boleh menjawab pertanyaan-pertanyaan keagamaan.

Berikut ini syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mufti, sebagaimana diringkas oleh Imam Al-Syafi’i sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Khatib:

“Tidak ada yang boleh berfatwa tentang agama Allah kecuali yang mengetahui tentang kitab Allah lengkap dengan nasikh dan mansukhnya, muhkan dan mutasyabihatnya, tafsirnya, waktu nuzulnya, Makkiyah dan Madaniyahnya, dan apa yang dimaksudkannya. Setelah itu dia juga harus menguasai urusan hadis nabi dengan pengetahuan yang sama dengan pengetahuan terhadap AL-Qur’an. Ia juga harus mengerti bahasa Arab, mmahami syi’ir-syi’ir Arab. Mengetahui seluruh ayat Al-Quran dan hadis-hadis yang diperlukan untuk membahas suatu permasalahan tertentu, kemudian menggunakannya secara benar. Ia juga harus mengetahui perbedaan pendapat antara para ulama dari berbagai negeri. Dan terakhir ia harus “berbakat”.

Imam Nawawi menambahkan mutayaqqidh; waspada, yaitu memahami permasalahan-permasalahan umat beserta keadaanya.

Para Ulama Al-Azhar, di antaranya Dr. ‘Ala’udin al-Za’tari mengatakan: “Seseorang secara syar’i dilarang atau diharamkan memberikan jawaban atas pertanyaan keagamaan dengan mengiran-ngira jawaban menggunakan nalarnya saja tanpa beristidlal atau mencari tahu dalil maupun hasil ijtihad ulama yang valid, apalagi mengeluarkan jawaban yang malah bertentangan dengan nash-nash yang memiliki dalalah qoth’i, yaitu nash yang mengandung hukum yang jelas dan pasti. Dilarang juga memberikan jawaban yang bertentangan dengan Ijma’ atau konsensus para ulama ataupun bertentangan dengan kaidah-kaidah ushul yang disarikan dari nash.

Maka penguasaan ilmu agama dan mempelajari hasil-hasil ijtihad para ulama adalah kewajiban mutlak bagi seorang mufti.”

Beberapa perkataan ulama di atas hanya saya kutip tanpa saya jelaskan panjang lebar, karena tulisan inipun sudah terlalu panjang. Tetapi tentu Mamah bisa dengan mudah memahami maksud dari pernyataan dan contoh perilaku para ulama yang saya kutip di atas.

Sekarang izinkan saya mennyampaikan keberatan saya atas gaya tanya jawab keagamaan yang dijawab secara langsung di tempat pengajian, apalagi disiarkan oleh televisi. Keberatan ini bukan hanya soal fatwa Ibu tentang dokter hewan Muslim, yang memang sangat perlu anda pelajari. Tetapi juga tentang gaya pengajian Ibu di televisi yang menyertakan sesi tanya jawab.?

Merujuk pada paparan saya di atas, maka pengajian model seperti itu meskipun kelihatannya Islami, tetapi sangat banyak mengandung bahaya. Baik bahaya untuk para penonton, maupun bagi penceramah yang merangkap sebagai mufti on the spot.

Alangkah baiknya kalau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan jama’ah itu ditampung dulu, kemudian ditela’ah dan dipelajari dengan sungguh dengan menggunakan rujukan kitab-kitab yang terpercaya, baru dijawab pada edisi berikutnya.

Akan lebih baik lagi, jika memang belum memenuhi syarat untuk berfatwa, maka kita mengutip saja hasil fatwa para ulama, baik ulama zaman dulu atau kontemporer mengenai permasalahan yang ditanyakan, dengan penjelasan rinci, menurut ulama A begini, B begini, dan seterusnya.

Dan akan lebih selamat lagi kalau ceramah keagamaan diisi saja dengan nasihat-nasihat tentang kebaikan yang diajarkan agama secara umum, bukan tentang masalah-masalah yang memerlukan kemampuan khusus untuk membahasnya.

Ingatlah, para ulama mengatakan bahwa orang yang menjawab pertanyaan keagamaan itu ibarat "penanda-tangan atas nama Allah". Menurut Ibnu al-Munkadir, karena posisi mufti itu layaknya penghubung antara Allah dan makhluk, maka ia harus benar-benar berilmu.

Dari Abi Hasin Al-Asadi, dia berkata: "Sesungguhnya salah satu dari kalian ada yang berani berfatwa dalam suatu permasalahan yang jika hal itu ditanyakan kepada Umar bin Khattab maka beliau akan mengumpulkan para sahabat yang ikut dalam perang Badar (untuk menjawabnya)."

Kepada para pemilik stasiun televisi, tolong jangan rusak umat Islam dengan acara yang seolah-olah Islami tetapi justru bertentangan dengan etika yang digariskan oleh para ulama sejak zaman salafus shaleh.

Jangan lakukan hal-hal yang mendegradasi keluhuran agama. Bisnis dan agama tidak harus bertentangan, tapi bisnis jangan juga merusak etika agama.

Kepada MUI dan ormas-ormas Islam yang banyak mewadahi kaum Muslimin Indonesia, tolong buatlah imbauan dan maklumat mengenai permasalahan ini.

Kepada pemerintah Republik Indonesia, tolong bicarakan permasalahan ini dengan MUI dan ormas-ormas Islam, agar kehidupan beragama menjadi semakin baik.

Akhirul Kalam, kebenaran mutlak hanya milik Allah. Semoga kita semua dijaga oleh Allah dari kesesatan.

Wallahu al-muwaffiq ilaa aqwami al-thoriq, Wassalaamu ‘Alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.

Dari seorang Muslim biasa dengan laqob Alex Ramses.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, Hadits, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock