Tampilkan postingan dengan label Halaqoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Halaqoh. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Maret 2018

Di Forum ini, Ketum IPPNU Sarankan Dunia Islam Tiru Indonesia

Istanbul, Sang Pencerah Muslim. Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Farida Farichah menyampaikan gagasan tentang peran perempuan di Indonesia pada forum 2nd General Assembly Islamic Conference Youth, sebuah forum yang berafiliasi dengan Organization Islamic Cooperation (OIC).

Di Forum ini, Ketum IPPNU Sarankan Dunia Islam Tiru Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Di Forum ini, Ketum IPPNU Sarankan Dunia Islam Tiru Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Di Forum ini, Ketum IPPNU Sarankan Dunia Islam Tiru Indonesia

Pada forum yang berlangsung di Tower World Trade Center, Istanbul, Turki pada 9-11 Oktober tersebut, Farida menyampaikan kepada para delegasi bahwa Indonesia layak menjadi percontohan dunia Islam dalam memajukan peran perempuan.

Menurut dia, Indonesia memang bukan negara Islam, tapi jumlah umatnya terbesar. Salah satu karakteristik Islam Indonesia sangat menghargai hak-hak perempuan dan juga menjamin kebebasannya untuk berperan di ranah publik.

Sang Pencerah Muslim

Indonesia, lanjut dia, pernah memiliki presiden perempuan. Semua ranah publik terbuka peluang untuk perempuan. Bahkan untuk ranah politik ada afirmasi 30% kuota perempuan dalam rangka medorong kaum perempuan untuk terjun di politik.

“Saya kira ini satu-satunya di dunia, dan saya menyarankan negara-negara Islam mencontoh Indonesia agar tidak terjadi ketimpangan sosial dan ekonomi antara laki-laki dan perempuan,” katanya pada forum bertema Preserving Velues Rendering Future Beter tersebut, melalui siaran pers yang diterima Sang Pencerah Muslim pada Sabtu (11/10).

Sang Pencerah Muslim

Farida berpendapat bagaimana mungkin suatu negara dapat mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera kalau setengah dari rakyatnya tidak dilibatkan dalam membangun negara tersebut.

Selain Farida, Indonesia mengirim delegasi dari berbagai organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan. Hadir juga perwakilan 48 negara dari 57 negara yang diundang. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaNu, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Kamis, 08 Maret 2018

MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur

Jombang, Sang Pencerah Muslim

Ratusan siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah Darul Faizin Assalafiyah tampak berkumpul di makam Mbah Guru Hasan Sanusi. Baik lokasi madrasah maupun pesarean berada di Desa Catakgayam,  Kecamatan Mojowarno, Jombang, Jawa Timur.



MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur (Sumber Gambar : Nu Online)
MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur (Sumber Gambar : Nu Online)

MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur

Itu merupakan tradisi rutin yang dilakukan peserta didik madrasah ini setiap Kamis Kliwon. Setidaknya ada dua ratus murid yang ikut berziarah ke makam Mbah Guru Sanusi yang juga dikenal sebagai pembuka desa setempat.



Sang Pencerah Muslim

“Beruntung orang tua yang menyekolahkan putra-putrinya di madrasah yang mendidik muridnya untuk mendoakan para pendahulu yang sudah meninggal,” kata Astatik, Kamis (25/1) petang.


 

Salah seorang wali murid MI Darul Faizin Assalafiyah ini mengemukakan bahwa anaknya termasuk yang aktif ziarah ke makam tersebut. “Mbah Guru Hasan Sanusi itu pembuka desa Catakgayam yang dulunya berupa hutan. Beliau juga menantu Mbah Alif yang pesareannya masuk dalam catatan Dinas Pariwisata Jombang sebagai destinasi wisata religi selain Gus Dur,” ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim





Memang khusus pada Kamis Kliwon atau menjelang Jumat Legi, ratusan peserta didik di madrasah ini mengikuti aktifitas rutin tersebut. Pada pukul 11.30 Wib, mereka berkumpul dengan dibimbing para guru untuk membacakan tahlil dan kalimat thayyibah.

 

Astatik juga menandaskan bahwa doa anak sebagai teman kala orang tuanya meninggal. “Bukankah teman kita di alam kubur nanti adalah sedekah jariyah, amal shaleh dan doa anak anak shalih dan shalihah?” tandasnya.

Karenanya, tradisi yang diajarkan para ustadz dan ustadzah khususnya di madrasah ini kepada peserta didik sebagai hal positif. “Kami bangga,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Nasional, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Selasa, 13 Februari 2018

IPPNU Kecewa Atas Keterlambatan Soal UN

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Keterlambatan soal Ujian Nasional (UN) yang mengakibatkan UN tertunda, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) menyatakan kekecewaannya terhadap Kemendikbud.

Perihal ini disampaikan oleh Ketua Umum PP IPPNU Farida Farichah kepada Sang Pencerah Muslim per telepon, Senin (15/4) pagi.

IPPNU Kecewa Atas Keterlambatan Soal UN (Sumber Gambar : Nu Online)
IPPNU Kecewa Atas Keterlambatan Soal UN (Sumber Gambar : Nu Online)

IPPNU Kecewa Atas Keterlambatan Soal UN

Farida mempertanyakan manajemen pemerintah terkait atas pelaksanaan UN. Alasan teknis yang mengakibatkan keterlambatan soal UN, semestinya sudah tidak ada mengingat pelaksanaan UN sebagai hajat tahunan nasional.

“Kekurangan seperti harus menjadi titik balik evaluasi besar-besaran bagi Kemendikbud,” tegas Farida Farichah.

Sang Pencerah Muslim

Sebelas dari 34 provinsi di Indonesia mengalami penundaan pelaksanaan UN. Angka itu berbanding sepertiga dari wilayah Indonesia. Penundaan itu membuat pelaksaan UN tidak adil. Karenanya, Kemendikbud harus bertanggung jawab atas kelalalian ini, tambah Farida Farichah.

Farida Farichah menilai kelalaian itu bukan sekadar persoalan murni teknis percetakan soal UN. Kelalaian itu mencerminkan sebuah masalah dalam sistem dan manajemennya. Karenanya, proses evaluasi dan audit menjadi sebuah keniscayaan.

Sang Pencerah Muslim

Penundaan UN pada sebagian wilayah di Indonesia di sela kecanggihan teknologi informasi masa kini, membuka peluang kecurangan dengan bocornya soal UN ke sekolah yang belum melaksanakan UN, ungkap Farida Farichah.

Akibat kelalaian manajemen pelaksanaan UN seperti ini, para siswa kembali menjadi korban. Kenyataan ini yang semestinya diantisipasi jauh hari, tandas Farida Farichah.

Penulis: Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Berita Sang Pencerah Muslim

Jumat, 09 Februari 2018

Hukum Gerakan Hampir Berbarengan Makmum dan Imam

Ada sebagian makmum yang mengikuti shalat berjamaah shalat kurang memperhatikan gerakan dan bacaan imam secara detail sehingga menjadikan mereka melakukan gerakan dan bacaan bersamaan persis dengan imam. Hal ini hukumnya makruh.

Akibatnya makmum bisa kehilangan fadhilah (keutamaan) jamaah khusus pada rukun (filiy/qauliy) yang ia kerjakan bersama persis dengan imam tersebut. Artinya bukan berarti jika satu gerakan saja makmum melakukan bersama imam kemudian kehilangan semua fadhilah jamaah secara total.

Hukum Gerakan Hampir Berbarengan Makmum dan Imam (Sumber Gambar : Nu Online)
Hukum Gerakan Hampir Berbarengan Makmum dan Imam (Sumber Gambar : Nu Online)

Hukum Gerakan Hampir Berbarengan Makmum dan Imam

Andai saja makmum melakukan gerakan bersama persis dengan imam pada saat ruku‘, maka ruku‘ yang dilakukan bersama imam itulah ia tidak mendapatkan fadhilah 27 derajatnya ruku‘. Selain ruku‘ tersebut ia tetap mendapat fadhilah jamaah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Sayyid Bakri Syatha.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Artinya, “Fadhilah jamaah menjadi hilang, maksudnya pada bagian yang makruh melakukannya secara bersama-sama saja. Jika kemakruhan tadi dilakukan bersamaan saat ruku maka nilai 27 kali ruku‘lah yang menjadi hilang,” (I‘anatut Thalibin, juz II, halaman 39).

Sang Pencerah Muslim

Kemakruhan di atas apabila makmum melakukan dengan sengaja baik gerakan atau bacaan walaupun pada shalat sirriyah (pelan) bersama persis dengan imam. Jika kebersamaan hanya kebetulan yang tidak disengaja atau makmum memang tidak mengetahui bahwa hal tersebut adalah makruh, maka hukumnya tidak makruh.

Yang tidak makruh lagi adalah ketika makmum sengaja bersama-sama dengan imam pada saat imam membaca Al-Fatihah karena makmum khawatir jika tidak bersama, ia akan tertinggal ruku‘nya imam.

Seperti makmum pada shalat tarawih, misalnya. Makmum boleh membaca Al-Fatihah di waktu imam sedang membaca Al-Fatihah jika memang makmum khawatir apabila Al-Fatihah dibaca tidak secara bersama imam, ia akan tertinggal ruku‘nya.

?]: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “(Faidah) dimakruhkan bersamaan dengan imam dalam berbagai gerakan shalat. Begitu pula ucapan-ucapannya (aqwalus shalah) menurut pendapat muktamad. Fadhilah jamaah hilang pada rukun yang tepat ia jalankan dengan membarengi imam meskipun pada shalat yang dengan bacaan pelan (sirriyyah) selama makmum tidak mengetahui jika ia mengakhirkan sampai imam selesai membaca Al-Fatihah justru akan menjadikan makmum tertinggal ruku‘. Begitulah? yang dikatakan Ali Syibramalisi. Ar-Rasyidi berpendapat bahwa yang menjadikan hilang fadhilah hanya terbatas pada rukun qauliy. Adapun kemakruhan bersama persis itu jika memang disengaja, tidak berlaku apabila terjadi secara kebetulan atau makmum tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan sesuatu yang makruh sebagaimana pendapat Imam Syaubari, (Lihat Bughyatul Mustarsyidin, Darul Fikr, halaman 119).

Oleh karena itu, sebaiknya imam mengetahui enam waktu sunah untuk diam sejenak dalam shalat yang meliputi antara takbiratul ihram dan iftitah, iftitah dan ta‘awudz, ta‘awudz dan Al-Fatihah, Al-Fatihah dan "amin", "amin" dan surat, dan antara surat dan ruku‘, (Lihat Safinatun Naja, Darul Minhaj, halaman 42).

Praktiknya, imam membaca Al-Fatihah, makmum mendengarkan. Setelah membaca "amin" bersama-sama, imam diam sejenak sekadar cukup bagi makmum untuk membaca Al-Fatihah. Di saat inilah makmum membaca Al-Fatihah. Setelah sekira selesai, imam kemudian membaca surat. (Ahmad Mundzir)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, Meme Islam, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Senin, 05 Februari 2018

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Sekitar 40 penulis potensial bertemu di Pesantren Al-Aziziyah Denanyar Jombang Jawa Timur, Sabtu (21/12). Kegiatan ini dikemas dalam acara temu wicara dan menghadirkan pembicara yakni Ahmad Baso, KH Aziz Masyhuri, Prof Dr KH Imam Suprayogo serta Sulaimaniyah Turki.

Dalam paparannya, Ahmad Baso tidak bisa menyembunyikan keprihatinan lantaran sangat terbatasnya karya ulama Nusantara yang diterbitkan.?

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan

"Kita prihatin karena masih belum banyak kitab ulama Nusantara yang diterbitkan karena berbagai hal, katanya. "Padahal dulu ulama kita jadi rujukan di Haramain," lanjut penulis buku NU Studies ini.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan Kiai Aziz Masyhuri mengharapkan kegiatan di pesantren yang diasuhnya mampu menumbuhkan semangat menulis. Bahkan khusus untuk kegiatan temu wicara, kiai produktif ini mengharapkan bisa terselenggara lebih besar.?

Sang Pencerah Muslim

"Kita berkumpul di sini semoga bisa menjadi awal mengumpulkan para penulis muslim nusantara dan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara nasional tahun depan," katanya.

Rektor UIN Maliki, Prof Dr KH Imam Suprayogo mengingatkan bahwa kesadaran membuat tulisan dan menata koleksi buku telah tumbuh di kalangan non sunni.?

"Selain kelompok Wahhabi, juga ada kelompok syiah yang demikian ? luar biasa," terangnya. Dalam keseharian, mereka menerjemahkan karya-karya ulama syiah.?

"Saya beberapa kali ke Iran dan mengunjungi perpustakaan di samping Imam Ali Rido," akunya. Luas perpustakaan itu sampai tiga hektar. "Kalau kita mencari buku, maka yang melayani adalah robot," katanya. Tidak itu saja, ? koleksi kitab, buku, majalah dan sejenisnya bisa sampai 2.500.000 judul," katanya penuh rasa kagum.?

Sekedar membandingkan, perpustakaan modern adalah Dha yang berada di Iran serta ? di Deft, Belanda. Kelebihan di sana pelayanannya ? luar biasa.?

Prof Imam juga mengatakan bahwa tugas seorang imam di syiah adalah menulis. Setelah itu seluruh karya para imam itu diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan disebarkan.?

"Makanya, agar anak-anak kita tidak menjadi wahhabi dan syiah, ayo menulis," tantangnya. "Semakin produktif, semakin baik!" lanjutnya.?

Imam Suprayogo yang juga salah seorang Rais PWNU Jatim ini.bahkan menyatakan bersyukur karena sudah mengawali tradisi menulis ini. Setidaknya, kini ia telah menulis 2100 makalah dan artikel. Ia juga menerbitkan ? 20 judul buku.?

"Setiap hari bakda shubuh saya minimal menulis 4 halaman tanpa berhenti," katanya. ?

"Nah saya membayangkan seandainya kita semua menulis rutin seperti ini dan terus kontinyu, maka akan ? luar biasa hasilnya!" Katanya Karena dalam pandangannya, keilmuan orang-orang Indonesia juga bagus.?

Karena itu Prof Imam sangat mengapresiasi upaya dari KH Aziz Masyhuri untuk mengumpulkan para penulis dan harus dilanjutkan. "Ini tradisi halaqah yang harus terus dipertahankan," tukasnya. (syaifullah/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Warta, Daerah, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Rabu, 10 Januari 2018

Jangan Pernah Menimbun

Kebutuhan manusia hidup akan makanan, minuman dan hal-hal yang menjadi kebutuhan setiap saat senantiasa harus bisa ia dapatkan dan ia peroleh, semisal saja beras yang menjadi kosumsi harian atau jenis makanan pokok yang lainnya. dikarenakan menjadi makanan pokok maka ia harus mendapatkannya meskipun dengan harga yang mahal.

Kelangkaan yang terjadi bukan hanya pada makanan pokok saja, melainkan jenis kebutuhan yang lain, seperti baru-baru ini kelangkaan gas elpiji, BBM, dan barang-barang yang lain. Kelangkaan ini sering dimanfaatkan oleh oknum usil yang sengaja menimbun barang, lalu disaat kelangkaan muncul ia akan menjual barang yang telah ia timbun dengan harga mahal, tidak seperti harga dipasaran, bahkan terkadang meningkat dua kali lipat dari harga biasanya.

Penimbunan ini tidak dibenarkan oleh Syara’ dikarenakan menimbulkan kemadharatan bagi orang lain, seseorang yang menimbun gas elpiji misalnya untuk maksud mendapatkan keuntungan lebih dari kelangkaan tersebut sangat tidak dibenarkan oleh syara’. Karena sebagaimana kita tahu gas elpiji merupakan salah satu jenis kebutuhan yang sangat fital, untuk memasak.

Jangan Pernah Menimbun (Sumber Gambar : Nu Online)
Jangan Pernah Menimbun (Sumber Gambar : Nu Online)

Jangan Pernah Menimbun

Dalam Islam telah dijelaskan akan larangan seseorang menimbun suatu barang sehingga mengakibatkan kelangkaan, lalu ia mengambil kesempatan tersebut dengan menaikkan harga barang yang diatas harga biasanya. Dalam Islam dikenal dengan istilah “IHTIKAR”, yaitu membeli barang (jenis apapun) lalu ia timbun sehingga terjadilah kelangkaan di pasaran yang mengakibatkan harga barang tersebut sangat mahal. Hadits Nabi yang diriwatkan oleh Ma’mar Bin Abdillah, Nabi bersabda:

? ? ? ?

Orang yang melakukan “IHTIKAR” adalah orang yang salah.

Sang Pencerah Muslim

Hadits ini memberi penjelasan akan larangan menimbun barang apapun, yang mengakibatkan kemadhorotan bagi orang lain, karena tidak disebutkan barang apa yang dimaksud oleh Nabi, maka secara umum mencakup jenis barang apapaun. Hanya saja ada hadits lain yang menyebutkan bahwa, yang dimaksud “barang yang ditimbun” adalah jenis makanan, yang menjadi kebutuhan pokok manusia.

Sebagian ulama’ mengkhususkan makanan pokok, sebagian mengatakan barang apapun seperti pakaian dan emas, ada juga yang mengatakan setiap barang yang ketika ditimbun bisa menyebabkan kemadharatan bagi orang.

Dalam hal ini, kelangkaan yang terjadi disekitar kita adalah kebutuhan sehari-hari dan mengakibatkan kemadharatan, mencakup jenis sembako, minyak gas dan jenis yang lain. Barang siapa yang menimbun barang apapun khususnya kebutuhan pokok maka tidak diperbolehkan oleh syara’, sedangkan larangan dari syara’ secara umum adalah haram, maka menimbun barang atau kebutuhan pokok hukumnya adalah haram. (Pen. Fuad H/ Red. Ulil H)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Makam, Budaya, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Selasa, 19 Desember 2017

Ada Indikasi Masyarakat Dibungkam

Surabaya, Sang Pencerah Muslim. Rencana Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum (LPBH) PWNU Jawa Timur untuk mengajukan gugatan “class action” terhadap Lapindo Brantas Inc sementara tertunda karena warga yang menjadi korban enggan mendelegasikan wakilnya.

“Harusnya besok sudah dimulai tetapi warga sampai saat ini belum memberikan nama orang-orang yang menjadi perwakilan dalam class action nanti,” kata kata Ketua LPBH PWNU Jatim Sri Sugeng Pujiatmiko kepada Sang Pencerah Muslim di Surabaya, Kamis (29/5).

Sedianya gugatan diwakili 12 orang dari empat desa yang terkena lumpur panas, yakni Renokenongo, Siring, dan Jatirejo? dan Kedungbendo. Gugatan terkait ganti rugi yang akan diterima oleh para korban lumpur panas dan gas beracun yang saat ini masih belum jelas.

Ada Indikasi Masyarakat Dibungkam (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Indikasi Masyarakat Dibungkam (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Indikasi Masyarakat Dibungkam

Menurut Sugeng, tidak ditemukan adanya tekanan-tekanan langsung dari pihak tertentu. Namun sementara ini masyarakat tidak banyak menuntut karena dikhawatirkan pihak Lapindo malah akan lari dari tanggung jawab dan tidak akan mambayar ganti rugi. Selain itu, lanjut Sugeng, sebelumnya pihak Lapindo sudah mengeluarkan dana sebesar 12 miliar rupiah sebagai ganti rugi.

“Mungkin itu juga yang membikin masyarakat diam. Tapi jumlah itu sangat kecil untuk sekedar ganti rugi empat desa yang menjadi korban. Sementara untuk mengganti lahan yang benar-benar rusak, sampai sat ini belum jelas. Yang kita inginkan, masyarakat mendapatkan ganti yang jelas dan pantas,” kata Sugeng.

Meski begitu, dikatakan Sugeng, pihak LPBH PWNU Jawa Timur akan tetap melakukan upaya-upaya taktis untuk merealisasikan gugatan class action kepada pihak Lapindo. “Kita hanya memfasilitasi kalau masyarakat nggak mau ya bagaimana lagi. Tapi kita akan tetap melakukan upaya-upaya untuk itu,” katanya. (nam)

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 16 Desember 2017

Songsong Ramadhan, Muslimat NTT Gelar Berbagai Lomba

Kupang, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat Nusa Tenggara Timur menggelar berbagai lomba menyongsong bulan Suci Ramadhan, seperti lomba Selawat Grup Ibu-ibu Majelis Ta’lim, doa pendek bagi anak-anak usia 12 tahun, lomba Hafizh Qur’an bagi anak-anak dan Khitanan masal bagi anak-anak kurang mampu.

Songsong Ramadhan, Muslimat NTT Gelar Berbagai Lomba (Sumber Gambar : Nu Online)
Songsong Ramadhan, Muslimat NTT Gelar Berbagai Lomba (Sumber Gambar : Nu Online)

Songsong Ramadhan, Muslimat NTT Gelar Berbagai Lomba

Demikian dikatakan ketua PW Muslimat NTT, Hj. Nurny Alfaruq Amiruddin dalam sambutan pembukaan lomba kegiatan menyongsong bulan Ramadhan di Kupang, Kamis (20/6).?

“Pada bulan Sya’ban menjelang Ramadhan perlu kita tingkat silaturahmi dan kegiatan-kegiatan ? keagamaan,” katanya.?

Sang Pencerah Muslim

“Momen Nifsu Sya’ban kita ingatkan sejauh mana catatan amal kita kepada Allah SWT dalam bulan-bulan sebelumnya. Maka kita perlu tingkatkan dengan cara berbagai lomba kegiatan keagamaan untuk memupuk rasa persaudaraan kita. Kita juga tingkatkan tali silaturahmi kita, baik dengan keluarga, kelompok masyarakat maupun tetangga terdekat kita,” tambahnya.

Sang Pencerah Muslim

Kata Nurny, dua pekan menjelang Ramadhan semua harus bersiap untuk menguji iman dalam beribadah pada bulan yang penuh barokah.?

Menurut Nurny, sebenarnya kegiatan telah dilaksanakan pada Harlah Muslimat yang sudah terlewat. Karena berbagai kendala maka kegiatan ini baru bisa dilaksanakan. Harusnya, kegiatan ini, dilaksanakan pada tanggal 28 Maret lalu pada moment Harlah Muslimat.

Sedangkan peserta kegiatan ini diundang dari semua Kabupaten Kota se-NTT. Karena berbagai kendala, maka hadir dalam kegiatan ini hanya setengah dari PC Muslimat. Kegiatan menyonsong Ramadhan dengan bertemakan “Dengan Semangat Cinta Sholawat Kita Bumikan di Hamparan Tanah Flobamora.”

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor : Ajhar Jowe ?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaSantri, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Rabu, 13 Desember 2017

Sempat Tertinggal, Al Kahfi Jinakkan Nurul Khaerat 4-1

Bandung, Sang Pencerah Muslim

Tim asal Kebumen, Al Kahfi menunjukkan mental permainan yang tangguh saat menundukkan perlawanan Nurul Khaerat Lil Muhibbin. Sempat ketinggalan terlebih dulu, Al Kahfi membalikkan keadaan dengan skor meyakinkan, 4-1. Laga putaran akhir babak grup Liga Santri Nusantara (LSN) ini digelar pada pagi hari, 25 Oktober 2017, di Stadion Lodaya, Bandung.

Sempat Tertinggal, Al Kahfi Jinakkan Nurul Khaerat 4-1 (Sumber Gambar : Nu Online)
Sempat Tertinggal, Al Kahfi Jinakkan Nurul Khaerat 4-1 (Sumber Gambar : Nu Online)

Sempat Tertinggal, Al Kahfi Jinakkan Nurul Khaerat 4-1

Babak pertama pertandingan berjalan kurang menarik dan minim peluang. Kedua tim sama-sama gagal menunjukkan bentuk permainan terbaik. Baik Al Kahfi yang berseragam strip biru putih,maupun Nurul Khairat yang memakai kostum hjau hitam, sepertinya sempat kesulitan beradaptasi dengan permukaan rumput lapangan sintetik di  Stadion Lodaya yang membuat bola bergulir lebih cepat. Sampai peluit wasit mengakhiri babak pertama, kedua tim gagal membobol gawang lawan.

Di babak kedua, pertandingan berjalan jauh lebih baik. Gol cepat Nurul Khaerat pada menit 36 memecahkan skor kacamata sekaligus memaksa Al Kahfi memberikan perlawanan lebih kuat. Gol pertama ini bermula dari tusukan pemain Nurul Khaerat di depan kotak penalti lawan. Para pemain Al Kahfi yang terlalu berkonsentrasi pada bola, gagal mengantisipasi operan pemain lawan di sisi kiri pertahan. Dari sisi kiri pertahanan lawan, pemain Nurul Khaerat memberi umpan silang mendatar yang disambut dengan tendangan dari jarak dekat. 0-1 untuk Nurul Khaerat.

Sang Pencerah Muslim

Al Kahfi yang tersengat gol lawan membalas pada menit ke-49 Gol ini bermula dari pemain sayap kiri Al Kahfi yang memenangkan duel dengan bek kanan lawan. Ia berlari bebas dan mengirim operan datar ke kotak penalti lawan. Penyerang yang dioper dengan cerdik mengelabui pengawalnya dengan mengoper bola ke sebelah kanan, di mana Kampten tim Bayu Aji berdiri tanpa kawalan. Dengan tenang pemain bernomor 12 ini mengirim bola datar yang tak bisa dijangkau kiper lawan.

Pada menit ke-61 Al Kahfi membalikkan keadaan lewat gol kedua mereka yang memanfaatkan kesalahan lini belakang lawan. Kegagalan komunikasi antara kiper dan bek Nurul Khairat dalam mengantisipasi serangan membuat bola justru jatuh ke kaki sayap Al Kahfi Rahmat S yang tinggal berhadapan dengan gawang kosong. 2-1

Sang Pencerah Muslim

Menit ke-65 Al Kahfi menambah keunggulan menjadi 3-1 lewat tendangan penyerang Sahrul M dari dalam kotak penalti. Beberapa menit kemudian, gol Al Kahfi yang bermula dari umpan terobosan, dicetak oleh Faozan, menggenapi skor akhir menjadi 4-1. Skor ini bertahan sampai pertandingan usai.

Pelatih Nurul Khairat, Kamaludin, mengakui bahwa lawannya secara teknik lebih kuat dan mampu memanfaatkan kelemahan di lini belakang tim asuhannya.

“Pemain kami memang secara teknik kalah. Semoga ini bisa jadi pengalaman buat anak-anak agar di Liga Santri selanjutnya bisa lebih baik,” kata kamal usai pertandingan.

Sementara Pelatih Al Kahfi, Supriyanto, mengaku puas dengan hasil akhir pertandingan, meskipun pemainnya sempat kesulitan beradaptasi dengan lapangan rumput sintetis.

“Ini pengalaman pertama kami (bermain di rumput sintetik), jadi sempat kesulitan. Tapi anak-anak staminanya lebih kuat dan mentalnya juga bagus. Saya melihat kelemahan lawan di lini belakanga, karenanya saya instruksikan tim untuk terus menekan,” kata Supriyanto. (Ahmad Makki/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, Jadwal Kajian, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Selasa, 12 Desember 2017

Bendung Hoax, Lakpesdam NU Semarang Gelar Workshop Literasi Digital

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Kota Semarang menggelar Workshop Literasi Digital dengan tema "Deradikalisasi Dunia Maya Berbasis Pendidikan Damai", Jumat (30/12) besok, di Aula Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang.

"Kegiatan ini membekali kiat-kiat bermedia sosial dan membendung arus radikalisme media" tegas Panitia, M Zulfa Cholil, dalam siaran pers yang diterima Sang Pencerah Muslim.

Bendung Hoax, Lakpesdam NU Semarang Gelar Workshop Literasi Digital (Sumber Gambar : Nu Online)
Bendung Hoax, Lakpesdam NU Semarang Gelar Workshop Literasi Digital (Sumber Gambar : Nu Online)

Bendung Hoax, Lakpesdam NU Semarang Gelar Workshop Literasi Digital

Menurutnya, beberapa bulan terakhir, banyak beredar berita tak benar atau hoax. Hal ini terjadi karena berbagai kepentingan yang melatar belakanginya. Hoax ini sangat merugikan masyarakat. Salah satu penyebab hoax adalah tak adanya konten yang bagus untuk ditanyangkan kepada masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

Narasumber yang akan mengisi Agus Fathuddin Yusuf dari Suara Merdeka, Didik W Samudra (Kepala Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan), Hasan Chabibie (Pustekkom Kemendikbud RI), dan M Rikza Chamami (UIN Walisongo).

Dengan hadirnya narasumber yang berkompeten dalam bidanganya panitia berharap terdapat masukan-masukan yang memberikan pengetahuan kepada kita bagaimana seharusnya menyikapi kejadian akhir-akhir ini. Sehingga bisa bersikap dewasa dan bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat. (Mahbib)

Sang Pencerah Muslim



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Doa, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Kamis, 07 Desember 2017

Donatur UPZISNU Megaluh Capai 2200 Orang

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Semangat untuk menghidupi jamaah dan jam’iyyah tampak dari wajah-wajah para kader penggerak Nahdlatul Ulama dar ranting-ranting se-Kecamatan Megaluh, Jombang. Bertempat di Kantor MWC NU Megaluh, Ahad (26/11) mereka mengonsolidasi kekuatan untuk menggerakan UPZISNU di ranting masing-masing. 

Mishbahus Shudur, Ketua MWC NU Megaluh mengatakan, dari 13 Ranting telah terbentuk 7 kepengurusan Unit Pengelola Zakat, Infak, Sedekah Nahdlatul Ulama (UPZISNU). Jumlah donatur kaleng sedekah yang bisa digalang oleh 7 UPZINU itu telah mencapai 2200 warga yang tersebar di 7 desa itu.

"Diantara 7 ranting UPZISNU yang telah bergerak, kita mengapresiasi perkembangan yang berlangsung di Pacarpeluk. Jumlah donaturnya telah mencapai hampir 600 warga. Ranting ini berkembang sangat pesat, sehingga layak dijadikan referensi dalam pengelolaan UPZISNU di ranting-ranting yang lain," Dosen Undar Jombang ini menambahkan.

Donatur UPZISNU Megaluh Capai 2200 Orang (Sumber Gambar : Nu Online)
Donatur UPZISNU Megaluh Capai 2200 Orang (Sumber Gambar : Nu Online)

Donatur UPZISNU Megaluh Capai 2200 Orang

Ketua PRNU Pacarpeluk Nine Adien Maulana berbagi pengalaman dalam menggerakan UPZISNU di desanya yang telah menampakkan perkembangan dan kemanfaatannya.

"Ujung tombak keberhasilan UPZISNU Pacarpeluk sebenarnya terletak pada para petugas fundrising. Merekalah yang berada di lapangan dan berhadapan langsung dengan masyarakat," kata Nine.

Sang Pencerah Muslim

Guru SMA Negeri 2 Jombang itu menambahkan bahwa untuk meyakinkan masyarakat bahwa manfaat gerakan ini kembali lagi kepada masyarakat maka pengurusnya harus berkomitmen untuk segera menyalurkan dana yang terkumpul itu secara populis dan praktis.

"Tidak sepatutnya dana sedekah atau zakat itu hanya dikumpulkan sebanyak-banyaknya, namun tidak segera disalurkan secara tepat dan maslahat," tandasnya. (Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim News, Halaqoh, Olahraga Sang Pencerah Muslim

Minggu, 03 Desember 2017

Ke Pesantren Krapyak, Tamu Afganistan Dikenalkan dengan “Salafi” sampai Bedug

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Dalam rangkaian kunjungan ke Yogyakarta yang difasilitasi oleh Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, para tamu dari Afganistan mengunjungi Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Beberapa pengajar dari Afghanistan disambut baik oleh keluarga besar pesantren.

Ke Pesantren Krapyak, Tamu Afganistan Dikenalkan dengan “Salafi” sampai Bedug (Sumber Gambar : Nu Online)
Ke Pesantren Krapyak, Tamu Afganistan Dikenalkan dengan “Salafi” sampai Bedug (Sumber Gambar : Nu Online)

Ke Pesantren Krapyak, Tamu Afganistan Dikenalkan dengan “Salafi” sampai Bedug

“Kami sangat terkesan atas sambutan para santri di sini dengan segala suguhan dan sikap ramah yang kami terima. Mencerminkan bagaimana para pelajar (santri) maupun penghuni ma’had (pesantren) menghormati para tamu dan guru-guru mereka,” ujar salah seorang tamu dari Afghanistan yang mengunjungi Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Selasa (11/11) siang kemarin.

Atas nama pengasuh, KH Hilmy Muhammad memperkenalkan seluk beluk Pesantren Al-Munawwir sebagai salah satu pesantren tertua di Nusantara yang fokus dalam pembelajaran tahfidh dan qira-at Al-Qur’an.

Sang Pencerah Muslim

Ia menjelaskan bahwa istilah ‘salafi’ dalam frase ‘Madrasah Salafiyyah’ atau ‘Al-Ma’had al-Islami al-Salafi’ yang tersemat di pesantren berbeda dengan apa yang dipahami sebagai ‘salafi’ di Timur Tengah.

Di sini, istilah tersebut tidak identik dengan aliran pemahaman ‘salafi’ ala Wahabi, melainkan suatu penerang bahwa di pesantren tersebut dipelajari kitab-kitab turats karya para ulama salaf. Semisal Minhajul Abidin, Bidayatul Mujtahid, Tafsir al-Baidhawi, dan sebagainya yang dibaca di Ma’had ‘Ali Al-Munawwir.

Sang Pencerah Muslim

Para tamu bertanya tentang bagaimana komunitas pesantren bisa bekerja sama dengan unsur-unsur lain di masyarakat, serta bagaimana menjaga agar tidak terjadi konflik antar-sekte yang parah sebagaimana terjadi di negeri mereka. Kiai Hilmy menyampaikan bahwa di Indonesia ada Pancasila yang menjadi perekat segenap unsur masyarakat.

Selain itu, di Yogyakarta ada sosok Sultan yang berperan sebagai pengayom keberagaman warganya. Sehingga potensi konflik yang muncul akibat perbedaan-perbedaan bisa diredam dengan simbol-simbol pemersatu tersebut.

Tak kalah pentingnya, menurut KH Hilmy Muhammad, organisasi-organisasi masyarakat yang berbasis keagamaan di Indonesia memfokuskan kerjanya di bidang sosial, semisal Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyyah. Hal ini menjadi salah satu faktor penting dalam rangka menjaga kerukunan antar elemen bangsa.

Tidak seperti di Timur Tengah yang banyak organisasi keagamaan sebagai afiliasi politik. Sehingga organisasi politik tersebut sangat rentan menyeret-nyeret nama agama, terutama sebagai legitimasi politisnya. Padahal politik bisa sangat kejam. Bukan berarti tidak perlu berpolitik, namun ada baiknya bila organisasi keagamaan –baik di Indonesia maupun Afghanistan- mencurahkan energinya di bidang pendidikan dan sosial. Adapun untuk urusan politik bisa disalurkan dengan jalur yang lain.

Acara diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan berupa Kamus Al-Munawwir dan ditutup dengan panjatan doa yang dipimpin pengasuh pesantren, KH. R. Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir. Selepas diskusi, para tamu menyempatkan diri berkeliling lingkungan pesantren, bertanya-tanya tentang fungsi bedug, dan melihat-lihat koleksi perpustakaan. Selanjutnya, rombongan akan berkunjung ke PWNU Yogyakarta. (Zia Ul Haq/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Nahdlatul Ulama Sang Pencerah Muslim

Para Kiai NU Siapkan Langkah Konkret Soal Legalisasi Aborsi

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Para kiai NU dari Sabang sampai Merauke akan mengkaji soal aborsi dari pelbagai sudut pada sidang bahtsul masa’il Munas-Konbes NU di gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (1/11). Mereka mencoba menanggapi soal legalisasi praktik aborsi dalam PP nomor 61 tahun 2014 yang menuai beragam tanggapan masyarakat.

Sebelum mengambil langkah-langkah hukum, para kiai NU pertama kali menempatkan alasan legalisasi praktik aborsi bagi perempuan korban perkosaan atau perempuan dengan alasan medis yang disebut PP ini dalam konteks fiqih.

Para Kiai NU Siapkan Langkah Konkret Soal Legalisasi Aborsi (Sumber Gambar : Nu Online)
Para Kiai NU Siapkan Langkah Konkret Soal Legalisasi Aborsi (Sumber Gambar : Nu Online)

Para Kiai NU Siapkan Langkah Konkret Soal Legalisasi Aborsi

Pada sidang bahtsul masail kali ini, mereka mencermati bagaimana batasan, penentuan, dan pelaksanaan praktik aborsi berdasarkan indikasi darurat medis dan korban perkosaan.

Sang Pencerah Muslim

Selain masalah teknis medis, para kiai NU juga mempertanyakan cara eksekusi PP nomor 61 tahun 2014 ini yang berbenturan dengan UU nomor 23/2002 terkait Perlindungan Anak. Mereka ingin memastikan bagaimana PP ini tidak disalahgunakan oleh pihak manapun.

Kalau memang diperlukan, mereka kemungkinan akan mengajukan uji materi PP ini ke MK bila mana forum besok menuntut demikian.

Sang Pencerah Muslim

Di luar itu, para kiai NU mendorong pemerintah memaksimalkan upaya pencegahan perkosaan, perzinaan dan pergaulan bebas, melindungi anak hasil perkosaan, serta melaksanakan fungsi sebagai wali bagi anak hasil perkosaan. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Rabu, 15 November 2017

Heroisme Santri Lirboyo dalam Perang Mempertahankan Kemerdekaan

Resolusi Jihad ? yang menekankan wajibnya perang sabil melawan penjajah kolonial sebagai hasil keputusan dalam konferensi para ulama yang tergabung dalam Jamiyah NU (kala itu masih bernama Hoofd Bestuur Nahdlatul Oelama, HBNO).

Konferensi tersebut diikuti oleh para konsul khususnya dari Jawa dan Madura yang dipimpin oleh Hadhratussyekh Hasyim Asyari pada 21-22 0ktober 1945 bertempat di kantor HBNO Jalan Bubutan Surabaya.?

Spirit pertemuan itu benar-benar menggerakkan dan menyuntikkan semangat semua komponen bangsa ini untuk ikut berjuang memberi andil mempertahankan kemerdekaan bangsa saat Belanda hendak kembali menjajah dengan memboncengi Pasukan Sekutu.

Heroisme Santri Lirboyo dalam Perang Mempertahankan Kemerdekaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Heroisme Santri Lirboyo dalam Perang Mempertahankan Kemerdekaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Heroisme Santri Lirboyo dalam Perang Mempertahankan Kemerdekaan

Pertempuran Surabaya yang memuncak pada 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai hari pahlawan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang dimulai pada hari kedua tentara Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jenderal AWS. Mallaby saat mendarat untuk pertamakali di Surabaya pada 25 Oktober 1945. ? ?

Sebagai respons dari resolusi jihad di atas, terutama kaum santri dari pelbagai pesantren dari banyak daerah kian tergerak untuk terlibat dalam aksi peperangan membela tanah air. Salah satu pesantren yang tempo itu begitu intens terlibat dan terjun ke medan perang berjuang untuk tanah air menghadapi musuh baik di era penjajahan Belanda maupun Jepang adalah Pesantren Lirboyo Kediri, di samping pesantren lain seperti Tebuireng, Buntet Cirebon, dan lain-lain. ?

Sang Pencerah Muslim

Dengan mengendarai truk dan hanya bersenjata sederhana, Para Santri Lirboyo di bawah komando langsung KH Mahrus Aly berangkat menuju Surabaya menghadapi pasukan Sekutu yang kian hari makin mengganggu stabilitas keamanan dan kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diproklamasikan. Tercatat nama-nama merereka yang dikirim antara lain: Syafii Sulaiman, Agus Jamaludin, Masyhari, Ridlwan, Baidhowi, dan Damiri.?

Mereka kesumanya berasal dari Kediri. Ada lagi Abu Naim Mukhtar dari Salatiga, Khudhari dari Nganjuk, Sujairi dari Singapura, Zainudin Blitar, Jawahir Jember, Agus Suyuti Rembang, dan masih banyak lagi santri lainnya. Sebelumnya, KH Mahrus Ali yang mengkoordinir pasukan santri dan laskar Hizbullah tersebut juga salah satu Kiai yang ikut menghadiri dan menyepakati tercetusnya Resolusi Jihad di gedung HBNU Bubutan Surabaya.

Pengiriman pertama ini berjumlah 97 santri. Di surabaya mereka kemudian tergabung dengan Laskar Hizbullah. Selama 8 hari di Surabaya semua santri tersebut menjalankan puasa yang telah diijazahkan oleh Kiai Mahrus. Pada momen perang ini rombongan santri Lirboyo tersebut berhasil merebut sembilan pucuk senjata dari pasukn musuh, dan semuanya dapat kembali dalam keadaan selamat.

Sang Pencerah Muslim

Keberhasilan ini tentu tak lepas pula dari restu dan doa KH Abdul Karim dan menantunya KH Marzuki Dahlan yang dari pondok senantiasa memberikan dukungan batin dan spiritual melalui aneka mujahadah yang dipinpin langsung beliau berdua untuk mendoakan bukan hanya bagi santri Lirboyo tapi untuk para pejuang bangsa secara umum.

Sebelum pertempuran Surabaya meletus, tepatnya pasca Bung Karno dan Bung Hatta memplokamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 agustus 1945, Perjuangan para santri Lirboyo telah mulai bergelora.

Tak lama setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, Mayor Mahfud yang merupakan mantan Sudanco PETA (semacam komandan seksi) di daerah Kediri menyampaikan berita gembira kemerdekaan itu kepada KH Mahrus Aly, dilanjutkan dengan pertemuan para santri di serambi Masjid Pondok Pesantren Lirboyo.?

Di sana diumumkan bahwa rakyat Indonesia yang telah sekian abad lamanya dijajah oleh pihak asing, sekarang telah resmi merdeka. Santri Lirboyo dalam kesempatan yang sama itu, sepakat melucuti senjata Jepang di Markas Kompitai Dai Nippon di Kediri (kini Markas Brigif 16 Kodam V Brawijaya) yang letaknya sekitar 1,5 Km dari arah timur Pondok Pesantren Lirboyo.

Pada malam hari dengan peralatan seadanya berangkatlah 440 santri mengadakan pernyerbuan di bawah komando KH. Mahrus Aly, Mayor Mahfudh dan Abdul Rakhim Pratalikrama.?

Adalah Syafii Sulaiman yang di kemudian hari menjadi Wakil Ketua PWNU Jawa Timur. Santri yang masih berusia 15 tahun itu, diutus oleh Kiai Mahrus untuk menyusup ke markas Dai Nippon guna mempelajari keadaan dan memantau kekuatan lawan. Setelah penyelidikan dirasa cukup, Syafii segera melapor kepada Kiai Mahrus dan Mayor Mahfudh.

Invasi para santri itu berhasil. Atas kebijaksanaan Kiai Mahrus, satu truk senjata hasil lucutan Jepang itu dibawa ke Pondok Lirboyo dan setelahnya diserahkan kepada Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang hingga kini (saat buku disusun, red) masih tersimpan di Markas Brawijaya Kediri.

M. Haromain, Tim Penulis buku Sejarah Pesantren Lirboyo terbitan BPK P2L dan Pustaka 1 Abad Lirboyo, 2010.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Kajian, News Sang Pencerah Muslim

Minggu, 12 November 2017

Puan Maharani Nilai Tepat Pemerintah Gandeng NU

Jakarta, Sang Pencerah Muslim



Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Puan Maharani menyampaikan bahwa kerja sama pemerintah dengan NU dinilainya tepat. Karena, NU salah satu garda terdepan dalam menjaga NKRI.

Puan Maharani Nilai Tepat Pemerintah Gandeng NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Puan Maharani Nilai Tepat Pemerintah Gandeng NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Puan Maharani Nilai Tepat Pemerintah Gandeng NU

“Saya meyakini bahwa NU adalah salah satu garda depan untuk menjaga NKRI, terbukti Indonesia ini bisa merdeka oleh Bung Karno, tetapi tanpa bantuan NU belum tentu kemerdekaan itu terwujud,” katanya saat penandatangan kerja sama antara PBNU dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia di Gedung PBNU Jakarta Pusat, Rabu (3/5). 

Puan juga menilai tepatnya kerja sama itu karena NU memiliki kiai yang dapat memberikan kenyamanan dan solusi. 

Ia mengakui pihaknya sudah sejak lama memikirkan dan ingin merancang kerja sama dengan PBNU terkait dengan Gerakan Nasional Revolusi Mental yang dicanangkan pemerintah. 

“Saya bersyukur hari ini kejadian. Kerja sama ini untuk membangun tim yang baik dalam mensosialisasikan Gerakan Nasional Revolusi Mental kepada warga NU dan lainnya, karena penting bagi kita semua,” kata Puan. 

Sang Pencerah Muslim

Kerja sama itu, lanjutnya, harus dilaksanakan antara komponen masyarakat dengan pemerintah. 

Sang Pencerah Muslim

“Yang melaksanakan adalah masyarakat termasuk NU. Dan pemerintah berkewajiban membantu menciptakan suasana menunjang, sehingga bisa saling melengkapi,” tandasnya.

Penandatanganan kerja sama bukan sekadar pertemuan, tetapi ada niat baik untuk menghasilkan kemaslahatan bangsa. Hal itu, menurut dia, juga sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur dalam wadah NKRI.

“Upaya menciptakan masyarakat adil dan makmur adalah cita-cita yang harus kita kawal dan jaga. Agar bangsa Indonesia tidak terkotak-kotak, terpecah, atau berserakan,” tandasnya. (Kendi Setiawan/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Anggota Banser Madiun Digembleng Seni Bela Diri ala Polri

Madiun, Sang Pencerah Muslim

Keterampilan bela diri bukanlah hal asing di kawasan Madiun dan sekitarnya, begitu pula bagi Barisan Ansor Serbaguna (Banser) setempat. Akhir pekan kemarin, para anggota baru badan semiotonom Gerakan Pemuda Ansor ini mendapatkan pelatihan khusus bela diri Polri demi menunjang perjuangan mereka.

Pelatihan dilaksanakan langsung oleh pihak Polres Madiun. Pelatih bela diri,? Sri Hartono, menjelaskan, latihan ini tidak dimaksudkan untuk hal yang buruk atau ‘sok-sokan’ biar dianggap tangguh.

Anggota Banser Madiun Digembleng Seni Bela Diri ala Polri (Sumber Gambar : Nu Online)
Anggota Banser Madiun Digembleng Seni Bela Diri ala Polri (Sumber Gambar : Nu Online)

Anggota Banser Madiun Digembleng Seni Bela Diri ala Polri

“Bela diri Polri ini merupakan teknik khusus, tidak semua bisa mempelajarinya. Semoga para Banser semakin terampil dalam menjalankan tugasnya sebagai kader-kader NU,” ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Madiun, Rosidin, mengatakan, Banser merupakan kader inti Ansor. Dengan status tersebut, tentu para anggota membutuhkan banyak hal yang diperlukan dalam memperlancar aktivitas organisasi. “Dalam tubuh Organisasi Banser, terdapat banyak satuan-satuan khusus dengan keahlian-keahlian khusus pula,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Jaelono, Komandan Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Banser Kabupaten Madiun. Menurutnya, dengan sinergi GP Ansor dan Polres Madiun diharapkan semakin memperkuat eksistensi dan tali komitmen bersama menjaga keutuhan dan ketentraman masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

“Pelatihan bela diri Polri diberikan pada saat anggota baru hasil Diklat terpadu Dasar (DtD) yang dilaksanakan oleh panitia pelaksana Pimpinan Anak Cabang (PAC) beserta Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun,” jelasnya.

Untuk diketahui, kegiatan ini dimulai pada hari Jumat (3/3) sampai pada hari Ahad (5/3) siang bertempat di Sekolah Dasar Negeri 03 Desa Klumutan Saradan. Selain peserta menerima materi–materi standar (inti) seperti Ke-NU-an, Ke-Aswaja-an, Ke-Ansor-an, Ke-Banser-an, para peserta juga dibekali beragam wawasan lain, meliputi? wawasan kebangsaan, analisa gerakan, sosial media, serta ghazwul fikr.

Turut hadir jadi saksi prosesi keanggotaan DtD Saradan, KH. Ahmad Mizan Basyari (Gus Mizan) beserta rombongan PCNU. (Ali Makhrus/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Kiai Sang Pencerah Muslim

Selasa, 07 November 2017

Ketika [Mushola] Tuhan Disudutkan

Oleh Ryan Perdana 

Tulisan ini berisi kegelisahan yang lama tertahan. Kegelisahan yang muncul setiap menginjakkan kaki di bangunan-bangunan besar nan megah. Kegelisahan akan jaminan kemudahan mendapatkan ruang yang baik untuk mencoba mengingat Tuhan, yang tiap hari terpinggirkan dari kesibukan duniawi yang tak berkesudahan. Ruang itu bernama mushola.

Saya tak berani menulis dan berharap adanya masjid. Karena pada kenyataannya, mushola saja seperti terlalu tinggi untuk diharapkan keberadaannya. Jangankan masjid, mushola saja entah ada atau tidak, misal ada, apakah cukup layak atau tidak.

Ketika [Mushola] Tuhan Disudutkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketika [Mushola] Tuhan Disudutkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketika [Mushola] Tuhan Disudutkan

Pemodal besar pemilik bangunan-bangunan agung tidak menempatkan mushola sebagai ruang yang diprioritaskan dalam master plan-nya. Mushola dipinggirkan, disudutkan, dipojokkan atau entah istilah lain apalagi yang pas untuk menjelaskan bahwa mushola tidak dimuliakan secara letak dan porsi ukuran. Dalam hal ini, Tuhan mau tidak mau harus mafhum bahwa umat ciptaan-Nya sendiri justru menempatkan-Nya dengan cara seperti itu.

Walaupun setiap jengkal bumi adalah rumah-Nya, namun tak terbantah, bagi sebagian besar umat, Tuhan hanya “terlihat” secara kadang-kadang melalui tempat ibadah. Kenyataannya, tempat ibadah sebagai representasi simbol kehadiran Tuhan di dunia justru tidak mendapat posisi sebagaimana mestinya. Mushola hanya ditempatkan pada sudut sempit parkiran di basement. Berkawan dengan centang-perenang selang-selang jalur air dan listrik. Tak jarang, letaknya menempel atau menyatu dengan WC umum yang kumuh. Menyedihkan.

Tuhan dinomorsekiankan. Rumah Tuhan hanya disisipkan dengan keadaan seadanya. Diada-adakan dengan terpaksa. Semacam pantes-pantes saja. Keterlaluan.

Sang Pencerah Muslim

***

Ketika itu, waktu dzuhur sudah masuk dan saya sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Berputar-putar ke sana kemari mencari mushola. Setelah sekian menit berkeliling dan bertanya ke Pak Satpam, akhirnya mushola saya temukan. Baiklah, untuk sementara hati saya lega, dzuhur tidak terlewat. Namun, jujur saya agak menahan perasaan. Mushola yang kemudian saya masuki itu terletak di sudut, benar-benar sudut di tepi jalan masuk mobil dari luar mal. Misal pengguna mushola akan keluar atau masuk, harus selalu waspada dan tengok kanan kiri untuk memastikan tidak ada mobil yang mendekat. Posisinya persis dimana sopir akan memutar lingkar setir, memang itu semacam tikungan kecil.

Sang Pencerah Muslim

Ukurannya hanya nol koma sekian persen dari bangunan inti mal. Kebersihan ala kadarnya. Jamaah harus giliran untuk sholat. Ketika berwudhu pun harus bersiap merampingkan tubuh agar tidak bersenggolan dengan pengguna lain.

Pengalaman berikutnya, di sebuah rumah makan cepat saji di bilangan Jakarta Utara. Terdapati oleh saya, mushola terletak di ujung belakang bangunan dan menyatu dengan mesin genset. Otomatis, deru mesin dengan kekuatan decibel yang besar itu akan mengalahkan fokus jamaah. Tuhan, aku yakin Engkau tidak akan merasa terganggu dan mengeluh berisik, namun itu bukti betapa Engkau ditepikan bersama mesin yang dianggap akan mengganggu kenyamanan konsumen dan mengurangi profit perusahaan.

Tidak hanya dua pengalaman yang saya miliki terkait hal di atas. Cukup banyak kejadian hingga akhirnya terakumulasi menjadi tumpukan rasa, lalu saya pilih tulisan ini menjadi media penuangannya. Begitulah.

***

Di jaman yang ukuran standar kemuliaan adalah materi, Tuhan berada di pojok terakhir. Tuhan menjadi dzat yang tidak lagi penting. Hingga apapun yang berkenaan denganNya menjadi suatu hal yang dipikirkan belakangan. Bangunan yang menjadi tempat pemujaanNya pun ada di belakang.. Diingat kalau sempat.

Sebagai orang biasa yang tak berkuasa, begini saja yang bisa dilakukan. Sekadar menulis yang mungkin tak ada artinya. Tak ada kontribusi nyata yang memiliki kadar kemungkinan untuk direalisasikan. Modal dan ciri-ciri kami hanya harapan. Hanya mempunyai kumpulan semoga dan semoga. Dengan sedikit upaya ini semoga ada perubahan bahwa Engkau semakin diutamakan dan dimuliakan. Tidak lagi berdampingan dengan bau sisa konsumsi. Tidak lagi bersisian dengan mesin yang tak merdu dalam berbunyi.

 

Ryan Perdana, tinggal di Sleman Yogyakarta, twitter @ruaien

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Olahraga, Halaqoh, Nahdlatul Ulama Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 04 November 2017

Rais Syuriah NU Sumenep Dipilih lewat Musyawarah Mufakat

Sumenep, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Sumenep menerapkan cara musyawarah mufakat dalam pemilihan rais syuriah. Meski secara teknis agak berbeda, sistem ini seolah hendak mengawali penerapan sistem Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) yang rencananya digunakan dalam pemilihan Rais Aam PBNU pada Muktamar ke-33 nanti.

Dalam Konferensi Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Sumenep di Pondok Pesantren Al Ihsan Desa Jaddung Kecamatan Pragaan, akhir pekan lalu (26/7), KH. Ahmad Basyir AS terpilih sebagai Rais Syuriah PCNU Sumenep masa khidmah 2015-2020 melalui cara musyawarah mufakat.

Rais Syuriah NU Sumenep Dipilih lewat Musyawarah Mufakat (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais Syuriah NU Sumenep Dipilih lewat Musyawarah Mufakat (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais Syuriah NU Sumenep Dipilih lewat Musyawarah Mufakat

Sebanyak 284 pemilih sepakat menetapkan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Latee, Guluk-Guluk, tersebut untuk kembali mengemban amanah Rais Syuriah PCNU Sumenep periode 2015-2020.

Sang Pencerah Muslim

Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH. Miftahul Akhyar saat memberikan tausyiah pada pembukaan Konfercab mengatakan, Ahwa adalah jati diri NU. Menurutnya, pada masa KH. Hasyim Asyari penentuan pucuk pimpinan pengurus NU melalui musyawarah mufakat, bukan melalui sistem pemilihan langsung.

Pemilihan pucuk pimpinan melalui sistem musyawarah mufakat dinilai lebih baik dibandingkan pemilihan langsung karena lebih kuat kekompakannya. "Pemilihan langsung lebih kuat individualitasnya," ujanya.

Sang Pencerah Muslim

Namun, ia sadar hal itu rentan ada penumpang gelap. Bahkan, menurutnya, sejak pemilihan melalui sistem Ahwa diembuskan, banyak penumpang gelap. "Pemilihan melalui sistem Ahwa sejak di atas angin sudah mulai ada penumpang gelap, sehingga harus diwaspadai betul," katanya.

Sebelumnya, KH Ahmad Basyir dalam pidato pembukaan Konfercab mengatakan, siap kembali menjadi rais syuriah PCNU Sumenep. "Kalau saya masih berguna untuk organisasi, saya siap menjadi pengurus NU," paparnya.

Sementara pemilihan Ketua PCNU Sumenep 2015-2020 tetap melalui pemungutan suara langsung. Terpilih kembali untuk periode kedua sebagai Ketua PCNU Sumenep, A Pandji Taufiq. (M Kamil Akhyari/Mahbib)

Foto: Rais Syuriah PCNU Sumenep KH AHmad Basyir memberikan pidato iftitah

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Ubudiyah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 19 Oktober 2017

PMII Rembang Adakan Pelatihan Training of Fasilitator

Rembang, Sang Pencerah Muslim

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Jumat hingga Ahad (25-27/3) lalu mengadakan Training of Fasilitator. Acara ini diikuti oleh anggota dari Forum Komisariat Pantura Timur (FKPT).

Panitia Pelaksana Moch Muqowwil Hujjaj mengatakan, berawal dari kesadaran penuh terhadap kesadaran pergerakan, maka PMII se-Pantura Timur berkeinginan untuk meningkatkan kepekaan, kesadaran terhadap organisasi dan lingkungan.

PMII Rembang Adakan Pelatihan Training of Fasilitator (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Rembang Adakan Pelatihan Training of Fasilitator (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Rembang Adakan Pelatihan Training of Fasilitator

Acara? yang bertajuk Jambore Pergerakan ini bertema, "Fasilitator sebagai Basis Kader PMII".? Pelatihan yang berpusat di Gedung NU Cabang Lasem ini diikuti oleh beberapa kader PMII yang ada di wilayah Pantura timur, diantaranya Kabupaten Rembang, Demak, Kudus, Jepara, Grobogan, Pati dan Blora.

Sang Pencerah Muslim

"Dari pelatihan ini nantinya para kader PMII mampu membaca realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Sehingga peran serta dari kader PMII di masyarakat ini dapat terwujud," harapnya.

Sang Pencerah Muslim

Beberapa materi yang disampaikan dalam acara ini meliputi Teknik Moderator, Teknik Tasilitator, Teknik Orator, Teknik FGD, tidak ketinggalan materi Advokasi dan Manajemen Organisasi. Sebagai perwujudan kepedulian terhadap lingkungan, peserta juga diajak untuk bermain out bond dan baksos.

"Acara? outbound dan baksos kami selenggarakan di pantai Karang Jahe Rembang. Kita juga menyajikan panggung hiburan sebagai wujud kreasi dan seni dari para kader yang ingin menampilkan bakat mereka," tutupnya. (Aan Ainun Najib/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Senin, 04 September 2017

Mahfudh MD: Gus Dur Tidak Perlu Uang

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfudh MD begitu terkejut ketika Gus Dur dituding terlibat skandal Buloggate yang katanya merugikan uang negara Rp 3 milyar itu sampai beliau dijatuhkannya sebagai presiden. Dia tidak percaya itu. Mengapa? Kalau Gus Dur mau uang, seorang presiden butuh ratusan milyar pun ada dan itu sah untuk kebutuhan darurat. Mengapa hanya Rp 3 milyar?

“Tapi, Gus Dur bilang dirinya tidak perlu uang, tapi perlu serius dalam mengurusi Negara ini. Dan, itulah tugas dan kewajiban saya sebagai presiden. Jadi, saya tidak butuh uang,”tandas Mahfudh MD menirukan ucapan Gus Dur sewaktu menjadi menterinya di era pemerintahan Gus Dur, dalam haul Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (30/12) malam.

Mahfudh MD: Gus Dur Tidak Perlu Uang (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahfudh MD: Gus Dur Tidak Perlu Uang (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahfudh MD: Gus Dur Tidak Perlu Uang

Oleh sebab itu lanjut mantan menteri pertahanan ini meyakinkan bahwa haul ini adalah untuk mengenang jasa-jasa dan perjuangan orang besar. Misalnya mengapa dan bagaimana caranya seseorang menjadi besar seperti Gus Dur? Itulah yang mesti menjadi pelajaran dan kita semua harus melanjutkan perjuangannya.

Sang Pencerah Muslim

Mahfudh menyontohkan seorang Fir’aun yang mengaku Tuhan dan akhirnya mati di laut merah tapi tubuhnya masih itu sebagaimana janji Allah swt dalam Alquran. “Itu menjadi bukti dan pelajaran bagi kita semua bahwa manusia ini akan bernasib seperti Fir’aun. Untuk itu, haul ini penting dalam mempelajari jasa-jasa dan perjuangan orang besar,”tutur Mahfudh lagi.

Dalam hal kafir mengkafirkan pun kata Mahfudh, bagi Gus Dur setiap orang yang melawan kebenaran termasuk orang Islam sendiri adalah kafir. Sehingga yang disebut kafir, itu bukan saja orang yang tidak beragama Islam, tapi justru orang non muslim kalau berlaku benar akan dibela habis-habisan oleh Gus Dur.

Sang Pencerah Muslim

“Jadi, orang Islam yang melakukan kesalahan itu kafir. Karena itu Gus Dur tegas dan menghadapi sendiri orang-orang yang dianggap sebagai preman di sekitar istana dan pemerintahan sewaktu menjadi presiden. Namun beliau sangat santun terhadap siapapun termasuk rakyat kecil yang memang baik,”katanya.

Gus Dur sangat keras sikapnya terhadap orang-orang yang melakukan kesalahan. Itu sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw, yang berlaku keras terhadap orang-orang yang dinilai kafir, yaitu asyidda’u ‘alalkuffari ruhamaa’u bainahum. “Sekali lagi haul ini mengingatkan kita untuk mengenang dan melanjutkan perjuangan orang-orang besar seperti Gus Dur,”ujar Mahfudh. (amf)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah, Kajian, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock