Tampilkan postingan dengan label Kyai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kyai. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Maret 2018

Potret Keluarga Demokratis

Oleh M. Husnaini*

Judul Buku: Sama Tapi Berbeda (Potret Keluarga Besar KH A Wahid Hasyim)

Penulis: Ali Yahya

Potret Keluarga Demokratis (Sumber Gambar : Nu Online)
Potret Keluarga Demokratis (Sumber Gambar : Nu Online)

Potret Keluarga Demokratis

Penerbit: Yayasan KH A Wahid Hasyim Jombang

Cetakan: I, Mei 2007

Tebal: xxxviii + 411 halaman


Sang Pencerah Muslim

Siapa yang tak kenal KH A Wahid Hasyim. Hampir setiap orang tahu dan mengenalnya. Dia adalah putra pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari. Perjalanan hidupnya singkat, karena Allah telah memanggilnya ketika usianya belum lagi genap 39 tahun. Meski di usianya yang relatif muda, ia telah menjadi figur penting dan memiliki pengaruh yang luar biasa di berbagai kalangan. Kiprahnya sungguh “mencengangkan”.

Menariknya, enam putra-putri mantan Menteri Agama di era Presiden Soekarno ini memiliki sifat, profesi, dan politik yang berbeda. Semua itu, tentu saja tak terlepas dari sikap sang ayah yang selalu menanamkan ruh demokrasi dalam lingkungan keluarga. Setiap perbedaan yang ada tidak pernah menjadi momok yang mematikan. Namun justru menghasilkan variasi yang unik dalam keluarga yang penuh warna ini.

“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama”. Salah seorang pendiri negara Republik Indonesia ini meninggalkan lima putra-putri—yang ketika itu masih kecil-kecil—dan jabang bayi yang masih di dalam kandungan ibunya. Dia adalah Solichah Wahid Hasyim.

Sang Pencerah Muslim

Putra-putri KH A Wahid Hasyim kemudian tumbuh dan berkembang menjadi tokoh dan panutan pada waktu, tempat, dan lingkungan yang berbeda-beda. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu mantan presiden RI yang ke-4. Sosoknya penuh kontrovesi. Aisyah Hamid Baidlowi menjadi politisi Partai Golkar, Salahuddin Wahid (Gus Solah) penjelajah lintas disiplin ilmu, Dr Umar Wahid seorang profesional murni, Lily Chodidjah Wahid pembangkang yang taat, serta Hasyim Wahid (Gus Im) dikenal sebagai pemberontak yang unik. Sedangkan dari generasi cucu, setidaknya telah muncul dua nama. Mereka adalah Yenny Wahid (putri Gus Dur) dan Ipang Wahid (putra Gus Solah).

Potret keluarga besar KH A Wahid Hasyim ini diuraikan secara gamblang dalam buku ini. “Sama Tapi Berbeda” karya Ali Yahya, alumnus Psikologi Universitas Indonesia ini mengupas lebih mendalam sisi-sisi lain keluarga besar KH A Wahid Hasyim mulai A sampai Z. Gaya bahasanya pun renyah, lugas dan mudah dicerna. Ahmad Syafi’i Ma’arif (mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah)—dalam pengantarnya—mengatakan, gaya penulisan buku ini adalah tuturan yang mengalir.

Meski demikian, Ali Yahya tidak larut dalam nuansa kekagumannya terhadap sang tokoh. Meski kekagumannya terhadap keluarga ini sungguh luar biasa, namun dirinya tetap berusaha obyektif dalam memotret keluarga besar KH A Wahid Hasyim yang cukup fenomenal, tidak hanya di kalangan NU, tetapi juga di lingkungan masyarakat umum di seluruh Indonesia.

KH A Wahid Hasyim dan ayahnya, KH Hasyim Asy’ari adalah dua tokoh bangsa yang sering jadi perbincangan berbagai kalangan dalam berbagai kepentingan, terutama untuk riset mengenai masalah-masalah ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an.

Dalam konteks ini, apa yang telah diwariskan KH A Wahid Hasyim adalah mencegah timbulnya penafsiran-penafsiran keagamaan yang dapat memicu radikalisme dan konflik kekerasan. Aspek pluralisme dan toleransi yang terbingkai dalam gagasan demokratisasi ini kiranya yang menjadi landasan perjuangan sang putra, KH Abdurrahman Wahid. Adanya berbagai macam golongan dan kelompok; besar dan kecil, berbeda suku, ras, agama, keyakinan, kelompok kepentingan serta pengelompokan dengan dasar lainnya, berhak untuk dipertimbangkan aspirasinya dalam mengambil keputusan politik.

Sikap inilah yang menjadi ciri khas Gus Dur. Implikasi dari komitmen terhadap asas pluralisme dan kesetaraan ini adalah penolakannya terhadap ide pembentukan negara Islam sebagai tujuan politik umat Islam di Indonesia. Menurutnya, Islam harus difungsikan sebagai pandangan hidup yang mengutamakan kesejahteran masyarakat, apa pun corak, ragam, dan bentuk masyarakat tersebut.

Tak ada yang membantah, memang, di antara putra-putri KH A Wahid Hasyim yang paling menonjol adalah Gus Dur. Sekitar dua dekade terakhir, dia adalah tokoh NU—bahkan Islam secara umum—yang paling banyak menyita perhatian berbagai kalangan. Ketokohannya pun banyak mendapat sorotan. Mulai pengamat nasional hingga internasional.

Ternyata popularitas generasi ini tak hanya diwakili Gus Dur seorang. Pelan namun pasti, sosok Salahuddin Wahid merangkak naik ke permukaan. Tokoh ini mulai mendapat perhatian publik sejak mendapat amanat menjadi salah seorang Ketua PBNU tahun 1999. Ia makin ‘naik daun’ ketika dipercaya sebagai anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sekaligus Wakil Ketua komisi ini. Dan puncaknya, pada pemilu 2004, ia tampil sebagai calon wakil presiden mendampingi Wiranto. Popularitasnya pun semakin berkibar. Jika sebelumnya orang lebih mengenalnya sebagai adik Gus Dur, kini ia menjadi Gus Solah sebagai pribadi, lepas dari bayang-bayang siapa pun, termasuk sang kakak.

Di luar itu, kita juga mengenal Aisyah Hamid Baidlowi sebagai anak KH A Wahid Hasyim yang aktif di percaturan politik nasional. Hingga kini, ia telah tiga periode menjadi anggota DPR. Uniknya, ia lebih suka bernaung di bawah “pohon beringin” ketimbang masuk ke “kandang-kandang sendiri”. Bagi sebagian orang, fakta ini cukup mengherankan. Tetapi, bagi mereka yang mengenal serta cukup tahu bagaimana kemandirian dan demokratisasi yang sejak lama terbangun di lingkungan keluarga, kenyataan ini tidaklah mengejutkan.

Di samping ketiganya, putra-putri KH A Wahid Hasyim yang lain pun cukup dikenal di komunitasnya masing-masing dengan aktifitas dan independensinya sendiri-sendiri. Umar Wahid misalnya, dia adalah dokter spesialis paru yang sempat dikenal publik ketika menjadi Ketua Tim Dokter Kepresidenan di era Gus Dur. Selain itu, dia juga menjadi anggota DPR RI. Dua saudara yang lain, Lily Chodidjah Wahid dan Hasyim Wahid, meski belum teralu dikenal, namun namanya tidak asing lagi di kalangan-kalangan tertentu.

Mengamati peri kehidupan anak-anak dan cucu-cucu KH A Wahid Hasyim dalam buku ini, sungguh akan kita dapatkan keunikan tersendiri. Setidaknya terlihat sejauh mana kesamaan dan perbedaan di antara mereka masing-masing. Dari sini juga kita dapat mengamati betapa peran orangtua sangat menentukan arah perjalanan sang anak. Dalam hal ini adalah penanaman nuansa demokratis sejak dalam keluarga.

Dalam banyak hal, anggota keluarga KH A Wahid Hasyim memang memiliki kesamaan satu sama lain. Tetapi perbedaan di antara mereka—baik antar maupun inter generasi—pun ternyata tidak sedikit. Hal inilah yang mungkin belum banyak diketahui orang. Semua itu membentuk ritme irama tersendiri dalam keluarga. Mereka memang sama tapi berbeda.

*Peresensi adalah Penikmat Buku, Kontributor Jaringan Islam Kultural

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Kyai, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 10 Februari 2018

Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta

Jakarta, Sang Pencerah Muslim?



Panitia Hari Santri 2016 bekerja sama dengan Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) NU menggelar kompetisi film pendek dokumenter. Kompetisi yang diperuntukan untuk umum tersebut menyediakan hadiah total Rp 50 juta. Juara pertama 25 juta. Juara kedua 15 juta. Juara ketiga 10 juta.

Panitia Kompetisi Film Masduki Baidlowi mengatakan kompetisi ini merupakan yang kedua kalinya diselenggarakan di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).?

Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta (Sumber Gambar : Nu Online)
Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta (Sumber Gambar : Nu Online)

Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta

“Kompetisi tahun 2015 cukup sukses. Panitia menerima 83 karya dari sineas pelbagai daerah. Filmnya bagus-bagus. Para kiai senang melihatnya,” kata Masduki.

Lebih lanjut Masaduki menjelaskan bahwa film dokumenter menjadi pilihan panitia karena NU membutuhkan pengamatan riil yang terjadi di masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

“NU membutuhkan up date informasi peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, baik peristiwa keagamaan, peristiwa kebangsaan dan lain-lain. Tapi di satu sisi, NU belum punya alat untuk menyerap informasi secara pasti. Nah, melalui film dokumenter tujuan menyerap informasi bisa didapatkan,” jelas Wakil Sekretaris Jenderal PBNU ini.

Panitia kompetisi tahun ini, kata Masduki, mengangkat tiga tema yang dapat dipilih para peserta. Pertama, Kita dan Pancasila. Kedua, Islam menerima Perbedaan. Ketiga, Pesantren dan Agenda Perubahan.

“NU ingin terus memberi pemahaman tentang sikap Islam atas perbedaan. NU ingin mengetahui dinamika masyarakat tentang Pancasila. Dan pesantren, sebagai basis utama tradisi keagamaan dan kaderisasi NU, harus terus menerus mengawal agenda perubahan. Itu sedikit latar belakang terkait tema,” jelasnya. ?

Sang Pencerah Muslim

Pengiriman karya dialamatkan ke kantor Redaksi Sang Pencerah Muslim, gedung PBNU lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta. Sementara penerimaan karya dimulai dari 25 September hingga 5 November 2016. Adapun konfirmasi penerimaan karya bisa menghubungi nomor kontak 085813969216.

Penjurian kompetisi ini akan dilakukan di Jakarta oleh lima anggota juri, yaitu Masduki Baidlowi (PBNU), Bowo Leksono (pegiat Film Purbalingga), Susi Ivvaty (wartwan), Nurman Hakim (sutradara), dan Savic Ali (Direktur Sang Pencerah Muslim). Sementara pengumuman pemenang akan disampaikan melalui NU tanggal 10 November 2016. (Abdullah Alawi)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Doa, Kyai Sang Pencerah Muslim

Rabu, 07 Februari 2018

Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU

Brebes, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Kabupaten Brebes prihatin dengan tak terbendungnya peredaran gelap narkoba dan makin maraknya pornografi. Kondisi ini disikapi dengan upaya preventif dengan jalan ajakan menjauhkan diri dari virus negatif tersebut. Salah satunya melalui medan dakwah.?

“Sebagai orang tua, paling banter bisa merangkul dan mengajak generasi muda untuk menghindari dua hal negatif melalui medan dakwah,” ujar Ketua PC Muslimat NU Brebes Hj Chulasoh saat pembukaan Lomba Shalawat Nada dan Dakwah, Pembacaan Surat Surat Pendek Al Quran serta lomba Mars IGTKM di aula Kantor Kementerian Agama, Jalan Ahmad Yani Brebes, Ahad (9/4).

Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU

Dijelaskan Chulasoh, keprihatinan Muslimat diujudkan dengan selalu menyisipkan nasehat di setiap dakwahnya. Daiyah (pendakwah wanita), mesti memiliki bekal pengetahuan tentang bahaya narkoba dan ekses negatif pornografi. Sehinggsa bisa bersama-sama mewujudkan masyarakat yang anti narkoba dan antipornografi.

“Meskipun Brebes bukan zona merah dalam kedua wilayah tersebut, tetapi pencegahan dini perlu dilakukan demi keselamatan generasi muda,” ujarnya.

Bupati Brebes Hj Idza Priyanti yang membuka acara merasa bangga dengan upaya Muslimat NU yang menggelar kegiatan lomba-lomba dengan tema yang memperhatikan kondisi masyarakat. Pencegahan peredaran gelap narkoba maupun tersebarnya virus negatif pornografi. Pemerintah kabupaten juga sepaham dengan upaya-upaya pencegahan narkoba melalui Badan Narkotika Kabupaten (BNK).?

Sang Pencerah Muslim

“Ayo kita giatkan dakwah perangi narkoba dan cegah pornografi,” ujar Idza di hadapan ratusan peserta yang memadati aula Kemenag.?

Idza yang juga Ketua Dewam Pakar Ekonomi PC Muslimat NU Brebes juga mengajak kepada para anggota Muslimat untuk membantu pembangunan Kabupaten Brebes terutama pembangunan di bidang mental spiritual. Termasuk peningkatan ekonomi dengan selalu menggiatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.?

Ketua Panitia Hj Farikha menjelaskan kegiatan dimaksudkan untuk memperingati hari lahir (harlah) ke-71 Muslimat NU. Peserta merupakan perwakilan dari 17 Pimpinan Anak Cabang yang sebelumnya telah melakukan seleksi di masing-masing PAC.?

Sang Pencerah Muslim

Setelah melalui penjurian yang cukup ketat, akhirnya pada Lomba Shalawat Nada dan Dakwah, juara 1 diraih PAC Muslimat NU Ketangungan dengan nilai 95, juara 2 PAC Kersana (92), dan juara 3 PAC Salem (90). Lomba pembacaan surat pendek, juara 1 Khumaeroh Hidayatus Sabita dari TK Muslimat NU Pesantunan Wanasari dengan nilai 95. Juara 2 Alfi Alma Sarah TK NU Glonggong Wanasari ? (94) dan juara 3 Niviana Syifa Fauziah TK Masyitoh NU Tonjong (91).

Sedang Lomba Mars IGTKM juara 1 PAC Muslimat NU Wanasari dengan nilai 99, juara 2 PAC Muslimat NU Ketanggungan (91 dan juara 3 PAC Muslimat NU Larangan (90). (Wasdiun/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Amalan, Budaya Sang Pencerah Muslim

Senin, 05 Februari 2018

Karyawan Carrefour Gelar Isra’ Mi’raj Sekaligus Mujahadah

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Sejumlah dua ratusan karyawan mengikuti mujahadah dan pengajian di lantai dasar  Carrefour  sebagai wujud peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw dan peningkatan kinerja karyawan melalui siraman ruhani pada Jumat, (25/5). 

Pengajian dan mujahadah sengaja dilaksanakan secara tertutup khusus karyawan sebelum supermarket dibuka pukul sembilan pagi. 

Karyawan Carrefour Gelar Isra’ Mi’raj Sekaligus Mujahadah (Sumber Gambar : Nu Online)
Karyawan Carrefour Gelar Isra’ Mi’raj Sekaligus Mujahadah (Sumber Gambar : Nu Online)

Karyawan Carrefour Gelar Isra’ Mi’raj Sekaligus Mujahadah

Acara yang bertemakan “Segarnya Iman tidak bisa dikalahkan oleh segarnya apapun di dunia ini”  kali pertama diadakan di  DP Mall. Pasalnya, program itu adalah  usulan dari karyawan yang berhasil direalisasikan pihak manajemen Carrefour DP Mall. Bahkan, pengisi acara dari qari’, pemimpin tahlil, dan pemimpin mujahadah dipilih dari karyawan sendiri. 

Sang Pencerah Muslim

“Mujahadah dan pengajian hanya berlangsung sekitar dua jam dari pukul 7 hingga pukul 9 pagi. Namun, saya merasa karyawan sangat bersemangat sekali mengikuti mujahadah. Bahkan mereka antusias banget untuk mengenal Islam lebih dalam.  Jadi setelah acara itu, mereka langsung ‘wez-wez’ membuka toko  dan bergegas menjalankan tugas masing-masing,” jelas Yani Kuliyatun Nafisah (21) vokalis Rebana El-Wahid dari Pondok Pesantren Luhur Wahid Hasyim (PPLWH) Semarang yang turut memeriahkan kegiatan.

Pengisi mauidhoh khasannah pengajian Ali Maksum menjelaskan, upaya untuk mencapai hidup bahagia yang pertama-tama adalah mencintai Allah, berbuat baik kepada sesama manusia, dan terakhir berpikiran positif. Tidak hanya komunikasi satu arah saja, untuk mencairkan suasana dan semakin meresapkan pemahaman ia membuka sesi tanya jawab.  Cukup banyak pertanyaan bermunculan, di antaranya seputar riba dan tafsir mimpi.  

Sang Pencerah Muslim

“Saya menilai mereka benar membutuhkan keseimbangan hidup, di samping kinerja rutin sebagai karywan, mereka juga membutuhkan siraman ruhani dalam acara-acara keagamaan.  Sebenarnya, ini bagian dari manajemen perusahaan peningkatan  Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya dalam  hal motivasi,” kata Ali Maksum, lulusan Ekonomi Universitas Wahid Hasyim Semarang yang dalam waktu dekat ini akan melangsungkan studi post graduate-nya di Arab Saudi. 

Selanjutnya, ia berharap agar acara tersebut bisa berkesinambungan. “Sebagai perwujudan itu, bahkan hingga saat ini, ada beberapa karyawan Carrefour yang turut berminat untuk belajar musik klasik asal Timur Tengah itu. Latihan pun telah digelar seminggu sekali bersama Rebana El-Wahid,” jelasnya. (Nur Setyaningrum/Mukafi Niam) 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Kajian Sunnah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 23 Januari 2018

Kenalkan IPNU-IPPNU Lewat Mopdik

Jepara, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang (PC) IPNU-IPPNU Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mengenalkan peserta didik baru baik di MTs dan MA sederajat ke-IPNU-IPPNU-an lewat kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik (Mopdik).

Kenalkan IPNU-IPPNU Lewat Mopdik (Sumber Gambar : Nu Online)
Kenalkan IPNU-IPPNU Lewat Mopdik (Sumber Gambar : Nu Online)

Kenalkan IPNU-IPPNU Lewat Mopdik

Kegiatan yang dilaksanakan serentak di 15 kecamatan tersebut dimulai Kamis-Jumat (10-25/7) mendatang. Pelaksanaannya sesuai jadwal Mopdik di masing-masing madrasah yang ditangani Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU-IPPNU setempat.

Sasaran agenda tahunan tersebut adalah seluruh MTs dan MA di Kabupaten Jepara yang berjumlah 159, ditambah SMP, SMA dan SMK umum. “Materinya memang IPNU-IPPNU namun kami juga menyisipkan materi ke-NU-an dan ke-Aswaja-an,” kata M Khoironi, Ketua PC IPNU Jepara.

Sang Pencerah Muslim

Dihubungi via telepon, ia menjelaskan sisipan kegiatan tersebut untuk mengenalkan dan mendoktrin peserta didik tentang organisasi pelajar NU. “Harapannya mereka tidak mudah goyah saat dirong-rong ideologinya,” jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Ia mengatakan pemberian materi IPNU-IPPNU pada saat Mopdik merupakan momen yang tepat. Apalagi mayoritas madrasah yang ada di Jepara berbasis NU.

Beberapa tahun terakhir, pihaknya juga menggandeng sekolah umum SMP, SMA dan SMK baik negeri maupun swasta dengan kegiatan serupa. Hasilnya, sekolah yang digandeng memberikan respon positif. “Ini menjadi bukti IPNU-IPPNU bisa diterima sekolah diluar Maarif,” tambah Khoironi.

? ?

Ia berharap kerjasama yang dilakukan dengan madrasah maupun sekolah umum terus terjalin erat sehingga IPNU-IPPNU kian diminati pelajar. Khususnya pelajar di madrasah maupun pelajar di sekolah umum. (Syaiful Mustaqim/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Islam, Kyai Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

Gus Sholah: Kalau Hanya Puasa Fisik, di Bulan Ramadhan Tetap Ditangkap KPK

Jombang, Sang Pencerah Muslim - Pengasuh Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) menyatakan kegelisahannya atas kelaziman pemaknaan puasa yang hanya berarti penahanan makan, minum, dan hubungan badan. Kalau pemaknaan tunggal seperti ini yang dipegang, tidak heran kalau ada saja pejabat yang melakukan perbuatan menyimpang.

Demikian disampaikan Gus Sholah pada acara silaturahim dan halal bihalal bersama pengasuh dengan seluruh dewan guru dan karyawan pesantren setempat, Sabtu (1/7).

Gus Sholah: Kalau Hanya Puasa Fisik, di Bulan Ramadhan Tetap Ditangkap KPK (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Sholah: Kalau Hanya Puasa Fisik, di Bulan Ramadhan Tetap Ditangkap KPK (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Sholah: Kalau Hanya Puasa Fisik, di Bulan Ramadhan Tetap Ditangkap KPK

"Bulan Ramadhan kok malah tertangkap KPK," sergahnya.

Mantan Wakil Ketua Komnas HAM ini menegaskan bahwa para pejabat dan wakil rakyat yang tertangkap mungkin saja tengah menjalankan puasa. "Tapi yang puasa hanya mulutnya," tegasnya.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Oleh sebab itu, umat Islam harus terus menjaga spirit puasa usai Ramadhan. "Agar mampu meraih derajat sebagai hamba yang bertakwa," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh, Kajian Islam, Kyai Sang Pencerah Muslim

Kamis, 18 Januari 2018

Moderatisme Islam ala Kiai Ahmad Shiddiq, Seperti Apa?

Tangerang Selatan, Sang Pencerah Muslim

Akar istilah Islam moderat sudah ada dalam sejarah masyarakat Indonesia, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Istilah tersebut semakin menonjol manakala KH Ahmad Shiddiq menggunakannya di dalam bukunya Khittah Nahdliyyah yang terbit tahun 1977 dan buku Islam, Pancasila, dan Ukhuwwah Islamiyyah tahun 1985. 

Demikian pemaparan Ahmad Najib Burhani saat menjadi narasumber dalam diskusi yang diselenggarakan Islam Nusantara Center di Ciputat, Sabtu (25/11).  

Menurut Najib, Kiai Ahmad Shiddiq menggunakan empat kriteria untuk memaknai Islam moderat yaitu tawasuth, itidal, tawazun, dan tasamuh.  

Moderatisme Islam ala Kiai Ahmad Shiddiq, Seperti Apa? (Sumber Gambar : Nu Online)
Moderatisme Islam ala Kiai Ahmad Shiddiq, Seperti Apa? (Sumber Gambar : Nu Online)

Moderatisme Islam ala Kiai Ahmad Shiddiq, Seperti Apa?

Dulu pada masa Al Ghazali, Islam moderat muncul dari dua isu yang berkembang, yaitu kelompok rasionalis dan tradisionalis. Al Ghazali menempatkan Islam moderat berada di tengah-tengah dua kelompok tersebut.  Akan tetapi, konsep Islam moderat terkadang menjurus kepada sikap pragmatis dan kompromis. 

"Karena itu saya mencoba melihat ummatan wasathan menurut Kiai Ahmad Shiddiq dengan pendekatan yang disampaikan oleh Michel Foucault,” tuturnya.

Sang Pencerah Muslim

Najib mengemukakan, yang dimaksud moderat itu bukan hanya ditengah tetapi juga kemampuan untuk mengontrol sifat nafsu yang berlebihan baik yang ekstrim kiri liberal ataupun yang ekstrim kanan tekstual. 

"Inilah mengapa Kiai Ahmad Shiddiq ini menggunakan istilah tawassuth dikombinasikan dengan itidal dan tawazun," imbuhnya.

Di NU, moderatisme Islam mengacu pada akidah Asyariyah, tasawuf Ghazaliyah, dan fikih empat imam madzhab.  

Bagi Najib, untuk mengukur moderatisme Islam seseorang bisa dilihat dari cara pandangnya terhadap Islam, implementasi Syariat Islam, dan terorisme. 

"Jika anda tidak setuju dengan hal tersebut, anda bisa dikatakan sebagai moderat. Ini yang terjadi sekarang," katanya. 

Sang Pencerah Muslim

Meski demikian, ia menilai moderatisme Islam di Indonesia masih samar dalam beberapa persoalan seperti isu Ahmadiyah, LGBT, dan pornografi. Di dalam hal ini, mereka yang mengaku cinta tanah air bisa bergabung dengan Islam garis keras.

"Ini seakan menjadi common undestanding pada masyarakat Islam Indonesia bahwa yang moderat itu yang mendukung NKRI," lanjutnya. (Red: Muchlishon Rochmat)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Kiai, Internasional Sang Pencerah Muslim

Minggu, 24 Desember 2017

Memaknai Hari Jumat

Hari-hari yang kita jalani setiap waktu memiliki sejarah penetapan yang panjang, baik dalam hal pembakuan masanya maupun penamaan “bakuan waktu” itu sendiri. Dinasti Romawi pada masa sebelum Masehi dengan kemajuan bangsanya dalam bidang ilmu, telah memformulasikan dan membakukan hitungan jam, hari, minggu, bulan dan tahun, sebagaimana saat ini.

Bangsa-bangsa lain di dunia pun banyak merujuk kepada bakuan waktu tersebut, dan membentuk nama-nama hari berdasarkan keadaan yang ada pada bangsa tersebut. Selain itu, bangsa-bangsa lain juga banyak yang mengembangkan teori-teori astronominya untuk “membakukan satuan waktu” tersebut. Salah satu bangsa yang mampu menyusun teori astronominya adalah bangsa Arab.

Memaknai Hari Jumat (Sumber Gambar : Nu Online)
Memaknai Hari Jumat (Sumber Gambar : Nu Online)

Memaknai Hari Jumat

Bangsa Arab adalah salah satu bangsa tertua di dunia yang telah teruji eksistensi manusianya dalam dinamika zaman, tidak seperti kaum Mesir Kuno ataupun Babiloniayang bisa dibilang eksistensi manusianya telah “punah”. Mereka memiliki karakteristik fisik yang khas, sangat berpegang teguh pada ajaran leluhur, serta memiliki minat besar terhadap kebudayaan, terutama budaya bahasa dan sastra. Selain itu, bangsa Arab telah memiliki teori dalam bidang astronomi yang sangat maju di masa lampau, bahkan jauh sebelum ilmuwan Dinasti Abbasiyah mengembangkan teori-teori astronomi tersebut menjadi teknologi yang kita kenal saat ini.

Sang Pencerah Muslim

Bakuan-bakuan waktu bangsa Arab dinamakan sesuai dengan hitungan biasa, maupun keadaan alam dalam rentang bulan tersebut. Misalnya dalam penamaan bulan Rabii’ul Awwal maupun Rabii’ul Akhir. Rabii’ bermakna kemarau. Bulan tersebut dinamakan demikian karena dalam masa bulan itu di tanah Arab adalah musim kemarau.

Selain itu, dalam penghitungan pergantian hari, bangsa Arab berpatok kepada terbenamnya matahari. Satu hari dihitung sejak hari benar-benar terbenam hingga terbenam kembali esok harinya. Penamaan hari tersebut disesuaikan dengan hitungan angka dalam bahasa Arab, yaitu ahad (satu), itsnain (dua), tsulaatsaa’ (tiga), arba’aa (empat), khamis (lima) , dan sabt atau sab’ah (tujuh). Satu yang berbeda adalah hari keenam, yang dinamakan dengan hari Jum’ah, yang secara harfiah berasal dari kata jama’a yang berarti berkumpul. Hal ini sangat penting ditinjau, mengingat hari Jum’at adalah salah satu hari yang disebutkan dalam kitab Al-Qur’an, dan sering disebut-sebut oleh nabi Muhammad dalam haditsnya.

Sang Pencerah Muslim

Berbagai tafsir tentu telah disampaikan oleh banyak pakar Al-Qur’an mengenai hal ini. Yang ingin diketengahkan dalam tulisan ini adalah esensi dan substansi yang bisa diambil dalam konteks hari Jum’at tersebut, sehingga kita bisa memaknai Islam secara lebih terbuka, bukan hanya agama bersifat ritual dan tekstualis, serta abai terhadap esensi makna ibadah yang bisa diambil untuk kemajuan masyarakat Indonesia.

Hari Jum’at dalam Teks Agama Islam

Hari Jum’at adalah hari yang utama bagi umat Islam, bahkan ia mendapat posisi mulia dengan menjadi nama sebuah surat dalam Al-Qur’an, yakni surah Al-Jum’ah. Surat ini salah satu titik beratnya, selain menyebutkan tentang perihal aqidah dan etika terhadap kitab yang diturunkan Tuhan, juga menyebutkan tentang hal yang perlu dilakukan oleh umat Islam pada hari Jum’at. “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian dipanggil untuk mendatangi shalat Jum’at maka bersegeralah mengingat Allah (shalat) dan tinggalkanlah perdagangan. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui”.

Dalam kitab-kitab hadits banyak disebutkan mengenai keutamaan hari Jum’at, dan di antara hadits yang paling masyhur dan terkemuka sebagai dasar keutamaan hari Jum’at adalah “Hari terbaik di mana matahari terbit adalah hari Jum’at. Pada hari itu Nabi Adam diciptakan, dimasukkan ke dalam surga, serta dikeluarkan darinya”. (HR. Muslim). Selain itu, banyak hal yan dianjurkan nabi Muhammad, baik dalam rangka menyambut shalat Jum’at maupun dalam hari Jum’at itu sendiri.

Shalat Jum’at adalah ibadah yang sangat ditekankan oleh nabi Muhammad, mengingat banyak hadits-hadits yang bermakna larangan untuk meninggalkan ibadah Jum’at. Dalam menyambut ibadah tersebut, seluruh tindakan perdagangan, secara fiqih haram untuk dilakukan. Kemudian terdapat anjuran untuk mandi terlebih dahulu, memakai pakaian yang bagus, memakai wewangian, kemudian bersegera menuju masjid. Syarat sahnya shalat Jum’at adalah ia didahului khutbah, dan menurut ulama Syafi’iyyah, jamaah harus terdiri minimal 40 orang. Khutbah dan shalat Jum’at hendaknya lebih dipersingkat, sehingga orang yang bekerja bisa segera kembali menuju akivitasnya kembali.

Ketika seseorang telah disibukkan dengan urusan dunia, yang oleh Al Qur’an ia disebut dengan al-bai’, maka secara psikologis orang yang telah sibuk dengan dirinya sendiri akan mengabaikan hubungannya dengan orang lain. Dia akan mementingkan keuntungannya sendiri dan akan berusaha menjegal orang lain. Hal ini tentunya sangat familiar bagi masyarakat kita, seperti halnya dalam masalah ekonomi, terlebih politik. Al-bai’ memiliki cakupan makna yang luas. Maka segala urusan duniawi, yang berkaitan dengan “memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu”, dapat dikategorikan sebagai al-bai’. Hal ini hendaknya sejenak dialihkan dari perhatian, dan segera bergegas menuju shalat Jum’at.

Shalat Jum’at memiliki implikasi yang luas terhadap sistem sosial. Melalui perintah untuk meninggalkan pekerjaan, kemudian hendaknya seseorang membersihkan dirinya, menampakkan dirinya dengan persona terbaik. Untuk apa? Karena ia akan berjumpa dengan orang banyak di masjid. Inilah makna jama’ah pada shalat Jum’at. Salah satu bentuk penghargaan ketika seseorang berjumpa dengan orang lain, adalah menjumpainya dengan rapi. Penampilan yag rapi dalam dunia bisnis memegang peranan penting, sehingga seseorang akan lebih percaya untuk bekerja sama. Bagaimanapun anjuran sunnah nabi yang menekankan pada budaya gamis, surban, tentunya itu memiliki makna lain. Hanya saja, perjumpaan dengan orang banyak di masjid itulah yang diharapkan membentuk suatu komunitas yang komunikatif dalam banyak hal. Suasana kondusif masyarakat bisa dibentuk dengan pelaksanaan shalat jama’ah, karena banyaknya interaksi publik. Patut diingat bahwa hendaknya urusan dunia (al-bai’) dilupakan ketika sudah mulai berdiam dan berada dalam masjid, terutama proses pelaksanaan shalat Jum’at.

Kemudian khutbah Jum’at memegang peranan penting dalam proses instropeksi umat, untuk mengajak kembali ke satu makna yang amat penting dalam seluruh unsur proses kehidupan: rasa taqwa dan tanggung jawab kepada Tuhan. Inilah makna penting yang perlu disadarkan agar seluruh umat Islam dari berbagai golongan dan kalangan dapat bersatu, bekerja sama dalam rasa tanggung jawab yang luhur. Jika memang demikian halnya, maka seorang khatib mestinya adalah orang yang memiliki kapasitas keilmuan yang mantap dan kebijaksanaan dalam menyikapi perbedaan umat Islam serta mengajak mereka pada kesatuan umat, dan bangsa, bukannya mengajak pada permusuhan dan pemutlakan suatu golongan. Begitu selesai dari shalat Jum’at, maka orang muslim bisa kembali menuju aktivitasnya, dan ketika di masjid mereka menemui banyak orang, pastilah akan banyak terjadi komunikasi

Sebagai kesimpulan, kembali ke makna dari kata Jum’ah itu sendiri, yang berakar dari kata berkumpul, hendaknya setiap orang yang memiliki pemahaman hal ini untuk lebih memaknai hari Jum’at sebagai hari yang diutamakan dalam agama Islam, bukan hanya sekedar ritus belaka di tiap minggunya, serta berharap terbentuknya negeri yang makmur dan dinaungi rahmat Tuhan. Wallahu A’lam. (M. Iqbal Syauqi, mahasiswa UIN Jakarta)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, News Sang Pencerah Muslim

Para Kiai NU Angkat Bicara Soal BPJS Kesehatan

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Panitia muktamar NU mengajak para kiai untuk membuat usulan jawaban atas soal asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Putusan forum ini akan melengkapi bahan panitia dalam membuat draf bahtsul masail diniyah untuk muktamar NU Agustus mendatang.

Kegiatan pada Sabtu hingga Ahad dini hari (28-29/3) di pesantren Krapyak, Yogyakarta ini, menghadirkan Kepala Grup MKPR BPJS Kesehatan dr Andi Afdal Abdullah. Sebelum bahtsul masail berlangsung pada Sabtu malam, para kiai menghujani pertanyaan kepada dr Andi untuk mendapatkan keterangan seputar BPJS Kesehatan.

Para Kiai NU Angkat Bicara Soal BPJS Kesehatan (Sumber Gambar : Nu Online)
Para Kiai NU Angkat Bicara Soal BPJS Kesehatan (Sumber Gambar : Nu Online)

Para Kiai NU Angkat Bicara Soal BPJS Kesehatan

Salah seorang peserta bahtsul masail pra muktamar NU KH Aniq Muhammadun menyatakan, orang kaya wajib secara syari untuk membantu orang miskin. Menurutnya, kita tidak bisa menutup mata bahwa BPJS memberikan kemaslahatan positif.

Sang Pencerah Muslim

Orang miskin di Kudus dan di Pati, kata Kiai Aniq, kini sudah percaya diri untuk berobat ke RS bahkan untuk dirawat dengan bekal kartu BPJS. Padahal sebelumnya mereka tidak bisa melakukan itu. Asuransi BPJS Kesehatan menunjukkan banyak positifnya ketika orang-orang miskin bisa berobat.

“Jadi sebenarnya tanpa peraturan pemerintah pun, merupakan huququl wajibah ala mayasir al-muslimin untuk iuran sesuai dengan kelas yang ditentukan. Jadi asuransi BPJS tidak sebentuk aqad, namun lebih merupakan kewajiban orang kaya,” kata Kiai Aniq.

Sang Pencerah Muslim

KH Azizi dari Blitar mengusulkan agar ada pengawasan cukup perihal dana BPJS. Karena menurutnya, pintu peluang untuk korupsi atas dana asuransi BPJS Kesehatan tetap terbuka.

Sementara Ketua LBM PWNU Yogyakarta KH Muzammil sepakat pada pendapat Kiai Aniq untuk mendukung program BPJS. Program ini, kata Muzammil, memiliki sejarah panjang. Program nasional ini awalnya lahir dari tuntutan masyarakat agar pemerintah memberikan layanan kesehatan gratis. Pemerintah lalu memutar otak untuk menjawab itu.

“BPJS sudah jalan. Pemerintah tidak mungkin menghapus BPJS. Yang bisa NU lakukan ialah menelaah mana sisi mashlahat dan mudharat. Sehingga di sini kita memosisikan pemerintah sebagai administrator dan fasilitator bagaimana orang kaya bisa membantu mereka yang membutuhkan,” kata Kiai Muzammil.

Sedangkan pemimpin sidang bahtsul masail pra muktamar NU KH Syafruddin Syarif dari Probolinggo mengatakan bahwa perdebatan mengenai ini akan dilanjutkan pada sidang muktamar nanti. “Jawaban di sini hanya bersifat usulan untuk dibawa ke muktamar. Hukum mengikuti BPJS wajib bagi aghniya (orang mampu). Sementara kewajiban orang miskin dibebankan kepada negara,” kata Kiai Syafruddin menutup sidang.

Pada forum bahtsul masail pra muktamar NU di Yogyakarta, mereka mencoba menjawab sejumlah pertanyaan mulai dari konsep asuransi BPJS Kesehatan dalam kitab kuning, kandungan riba pada program nasional ini, kebolehan negara mewajibkan keikutsertaan rakyat pada program BPJS, hingga hukum mengikuti program BJPS. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Bahtsul Masail, Kajian Sunnah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 23 Desember 2017

Banyak Orang NU Belum Tahu Kebesaran Dirinya

Sidoarjo, Sang Pencerah Muslim. Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi yang sangat besar namun belum difungsikan secara optimal. Survei LSI tahun 2004 menyebutkan, jumlah warga NU sebanyak 60 juta jiwa. Sebuah angka yang fantastis dan mempunyai potensi yang tidak kecil. Karena itulah kondisi Indonesia sangat tergantung dari kondisi NU.

 

“Kalau Indonesia terpuruk, maka orang NU-lah yang paling bertanggung jawab. Sebaliknya, kalau Indonesia ini maju, orang NU-lah yang paling bersyukur,” kata KH Mustofa Bisri (Gus Mus), pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin, Rembang, di sela-sela acara pelantikan Pengurus Cabang (PC) NU Sidoarjo, Ahad (18/2), di Gedung Rahmatul Ummah An-Nahdliyah.

Banyak Orang NU Belum Tahu Kebesaran Dirinya (Sumber Gambar : Nu Online)
Banyak Orang NU Belum Tahu Kebesaran Dirinya (Sumber Gambar : Nu Online)

Banyak Orang NU Belum Tahu Kebesaran Dirinya

Menurut Gus Mus, kebesaran NU tidak bisa dipungkiri dan direkayasa untuk ditutupi lagi. Namun patut disayangkan, kebesaran itu masih di atas kertas, kalah dengan FPI dan HTI yang jumlah anggotanya jauh lebih kecil. “Ini aneh,” tuturnya.

 

Sang Pencerah Muslim

Putra KH Bisri Mustofa itu mengibaratkan kondisi NU saat ini masih hanya dipakai ”mengiris bawang” untuk bumbu masak. Padahal potensi yang dimiliki adalah pisau cukur yang sangat tajam. Sebuah pekerjaan yang terlalu remeh bila dibandingkan kapasitas yang dimilikinya.

Malah, menurut Gus Mus, masih banyak orang NU yang belum tahu kebesaran dirinya. Karena tidak tahu itulah akhirnya NU ‘dijual’ murah. Padahal, ketika HM Subchan ZE (Wakil Ketua PBNU) waktu itu dicalonkan menjadi Wakil Presiden RI, Subchan berani menjual NU  dengan harga mahal. Bahkan terlalu mahal, sampai akhirnya tidak jadi diangkat sebagai Wakil Presiden. Sebaliknya, para tokoh NU saat ini malah menjual NU terlalu murah, sehingga terkesan malah diremehkan pihak lain.

Dikatakan, NU harus mempunyai nilai tawar yang tinggi. Gus Mus sangat berharap agar para jamaah yang jumlahnya sangat besar itu diorganisir dengan baik. Perbedaannya sangat besar. Kalau dalam posisi sekarang, jamaah (warga NU) bisa saja tidak menurut pada pimpinan, karena mereka memang bebas berjalan sendiri-sendiri. Tidak ada ikatan dan sanksi organisasi yang akan diterima bila mereka tidak sejalan dengan garis PBNU.

Jika para jamaah itu sudah menjadi jam’iyyah, mereka tidak bisa melakukan seperti itu lagi. Semuanya harus berjalan dalam satu komando. Kalau PBNU sudah memutuskan A, maka semuanya akan memilih A. Mereka jadi terarah, dan arahnya jelas. “Kalau semua sudah tertata, tidak usah ngomong, orang sudah ngeri semua,” tutur Gus Mus.

Di akhir pembicaraan, Gus Mus berpesan kepada para pengurus NU untuk tidak suka bersikap geregetan dan mengeluh dengan kondisi yang dihadapi. Sebab kalau keduanya itu terus dipelihara dan dikembangkan di dalam NU, maka akhirnya mereka akan stres sendiri. “Menjadi pengurus NU itu harus ikhlas dan siap tekor,” ujarnya sambil tertawa. (sbh)

Sang Pencerah Muslim



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Kyai Sang Pencerah Muslim

Minggu, 17 Desember 2017

Tahun Ini, Habib Luthfi Peringati Maulid Nabi Muhammad Hingga 101 Kali

Pekalongan,Sang Pencerah Muslim

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang selalu diperingati umat Islam biasanya dilaksanakan di sekitar bulan Rabiul Awal dan Rabiul  Akhir. Jarang sekali kita temui selain di dua bulan itu. Akan tetapi tidak demikian yang dilakukan Rais ‘Aam Idaroh Aliyah Jamiyyah Ahlit Thariqah Al Mutabarah An Nahdliyyah (JATMAN) Habib Luthfy bin Yahya yang tinggal di Kota Pekalongan.

Tahun Ini, Habib Luthfi Peringati Maulid Nabi Muhammad Hingga 101 Kali (Sumber Gambar : Nu Online)
Tahun Ini, Habib Luthfi Peringati Maulid Nabi Muhammad Hingga 101 Kali (Sumber Gambar : Nu Online)

Tahun Ini, Habib Luthfi Peringati Maulid Nabi Muhammad Hingga 101 Kali

Meski saat ini telah berada di bulan keenam tahun Hijriyah yakni bulan Jumadil Akhir 1437 H, gaung peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW terus bergema. Paling tidak ada 101 tempat yang menyebar ke berbagai daerah hingga bulan Dzulqa’dah.

Peringatan Maulid yang dimulai sejak tanggal 8 Januari 2017 di Kanzus Sholawat Pekalongan akan berakhir tanggal 13 Agustus di depan Mapolsek Bandar Kabupaten Pekalongan. Jadwal rangkaian kegiatan peringatan maulid sebagaimana yang dirilis Pengurus Kanzus Sholawat tidak saja menyebar di berbagai wilayah di Jawa Tengah saja, akan tetapi juga ada di Jawa Timur, Jawa Barat, Banten hingga luar Pulau Jawa yakni Bangka Belitung.

Sang Pencerah Muslim

Rangkaian kegiatan peringatan maulid sebagaimana yang disampaikan Habib Luthfy bin Yahya ada bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Agung Muhammad SAW. Meski bulan Rabiul Awwal atau Maulud sudah lewat, kita tidak boleh berhenti mensyukuri atas kelahiran baginda nabi.

Sang Pencerah Muslim

"Adalah salah jika kita beranggapan bahwa memperingati kelahiran nabi junjungan umat Islam hanya di bulan maulid, mestinya di sepanjang waktu kita selalu memperingati hari kelahiran nabi akhir zaman," ujar Habib Luthfy.

Dikatakan, peringatan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW bisa dilakukan kapan saja. Oleh karena itu, atas permintaan dari berbagai pihak, ujar Habib, dirinya menyempatkan diri hadir di gelaran peringatan Maulid Nabi dari berbagai daerah dengan waktu yang berbeda.

Dari jadwal rangkaian kegiatan maulid, ada permintaan atas nama pribadi, jama’ah atau kelompok masyarakat, organisasi kepemudaan di lingkungan NU seperti IPNU IPPNU dan GP Ansor, TNI dan Polri. Kemudian Pemerintah daerah, pondok pesantren  hingga kalangan kampus seperti UIN Walisongo dan Unnes Semarang.

Sekretaris Kanzus Sholawat Taufiqur Rohman kepada Sang Pencerah Muslim mengatakan, hingga saat ini jadwal rangkaian sudah terdaftar ada 101 tempat. Bahkan pihaknya telah melakukan revisi sebanyak 5 kali, mengingat banyaknya usulan kegiatan baru masuk dan dimasukkan agenda rangkaian kegiatan maulid dengan harapan bisa dihadiri Khodimul Maulid Habib Luthfy bin Yahya.

Menurut Habib Luthfy,  inti dari peringatan dan pembacaan Maulid Nabi SAW adalah syukur kita terhadap Allah Ta’ala karena Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW dan kita termasuk ke dalam umatnya.

“Peringatan dan pembacaan maulid Nabi SAW juga merupakan ungkapan rasa terima kasih kita kepadanya agar kita mencintai Rasul SAW. Kita iman dan Islam karena kita mengenal Nabi Muhammad SAW. Sehingga, oleh karena bersyukur itu diwajibkan, maka membaca maulid Nabi Saw. Itu pun menjadi wajib.” (Abdul Muiz/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, PonPes Sang Pencerah Muslim

Selasa, 12 Desember 2017

Revolusi Mental Harus Dimulai dari Lingkungan Keluarga

Bogor, Sang Pencerah Muslim

Forum antar-Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (Fapsedu) kumpulkan ratusan tokoh lintas agama se Indonesia untuk membahas masalah revolusi mental melalui keluarga. Pembahasan itu di rangkai dalam seminar nasional yang digelar di Hotel Pangrango 2 Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/4).   

Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty dalam pembukaannya mengatakan, bahwa revolusi mental berarti siap menjadi orang yang berintegritas, etos kerja yang tinggi dan semangat gotong royong. Pembentukan karakter inilah menjadikan manusia jujur, cerdas dan mau bekerjasama, serta saling tolong menolong demi kemaslahatan umum. "Jadi, manusia yang dikatakan berhasil melakukan revolusi mental adalah manusia yang merdeka dan demokratis, tentu bebas dari sifat feodalistis," ujarnya dihadapan para peserta seminar.

Revolusi Mental Harus Dimulai dari Lingkungan Keluarga (Sumber Gambar : Nu Online)
Revolusi Mental Harus Dimulai dari Lingkungan Keluarga (Sumber Gambar : Nu Online)

Revolusi Mental Harus Dimulai dari Lingkungan Keluarga

Dikatakannya, saat bicara penduduk, tentu tidak lepas dari masalah kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk. Tiga masalah pokok inilah yang menjadi konsen dan tugas BKKBN dalam menggarap penduduk Indonesia sesuai dengan peraturan Undang-undang nomor 5 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yakni KKBPK (Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga). "Ini berarti, soal kuantitas, soal kualitas kependudukan dan soal data kependudukan yang harus kita tingkatkan," ujar Surya.

Revolusi mental berbasis Pancasila ini, akan menghasilkan tri sakti Bung Karno yakni berdikari dalam ekonomi, keadilan dan kerakyatan yang sesuai dengan lima sila Pancasila. "Inilah yang menjadi semangat kami untuk menghadapi tantangan kependudukan dalam menghadap bonus demografi," ujarnya

Sang Pencerah Muslim

Untuk itulah, peran tokoh agama didalam melakukan revolusi mental masyarakat sangat penting, karena kualitas, kuantitas kependudukan menjadi berbeda menakala karakter masyarakat menjadi baik. Tanpa itu, tentu akan menjadi bencana yang sangat mengerikan. "Kerusuhan, pembegalan, dan kriminal di masyarakat akan menjadi bencana negara Indonesia, belum lagi menghadapi MEA, makanya tanpa revolusi mental penduduk kita tidak akan bisa bersaing dengan negara lain," terang Surya. 

Ia berharap, seminar tokoh lintas agama berhasil merumuskan dan menghasilkan pokok-pokok penting tentang  revolusi mental kependudukan yang digali dari berbagai sumber pedoman dan kitab lintas agama. "Kami meminta para tokoh agama yang tergabung dalam Fapsedu merumuskan revolusi mental dalam mendukung program nawa cita," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Fapsedu KH. Cholil Nafis mengatakan, pasca reformasi diantara institusi negara yang lemah adalah BKKBN dalam artian pegawai yang terbatas dan kewenangan yang berkurang. Karena bahasan kekeluargaan terbagi di banyak institusi lain, ada di Kemensos, Kemenag dan lain sebagainya. "Kami ingin saat bicara keluarga tidak perlu di pecah-pecah melainkan hanya ada di BKKBN, agar lebih fokus mengurusi keluarga Indonesia," ujar mantan pengurus Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) ini.

Oleh karena itu, lanjutnya, kekurangan ini, tentu butuh tokoh agama yang  lebih maksimal dalam berperan. Bahwa berdirinya republik ini  tidak lepas dari peran tokoh agama. Berani berjuang, berani mati juga karena peran tokoh agama. Meskipun agama tidak diformalkan menjadi sebuah negara agama namun dan memilih Pancasila sebagai dasar negara demi keutuhan NKRI. "Maka sangat tepat sekali para tokoh agama berkumpul untuk membicarakan peran tokoh agama didalam melakukan revolusi mental melalui jalur keluarga demi terciptanya karakter bangsa," ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Menurutnya, peran tokoh agama didalam keluarga, dan bahkan dalam menentukan arah tujuan bangsa adalah sangat sentral. Tidak mungkin perubahan hanya menyerahkan kepada sekolah, apalagi dengan masyarakat atau institusi lain. "Mari kita bersatu bersama-sama untuk merevolusi mental dengan spirit agama," ujar Cholil.

Banyaknya kasus perceraian di  Indonesia, terjadinya pelecehan anak, kekerasan rumah tangga dan tindak kriminal didalam kelurga adalah bukti bahwa didalam keluarga butuh sentuhan tokoh agama untuk meluruskan dan menjadi keluarga yang baik dan kokoh. "Sekali lagi, peran tokoh agama di dalam keluarga sangat penting, karena tanpa revolusi mental selamanya tidak ada perubahan," pungkas Cholil. (Huda/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaNu, Doa, Kyai,Attijani Sang Pencerah Muslim

Jumat, 08 Desember 2017

Sekretaris FPKB Temanggung Terpilih sebagai Ketua Fatayat

Temanggung, Sang Pencerah Muslim. Umi Tsuwaibah terpilih secara aklamasi dalam gelaran Konferensi Cabang (Konfercab) ke VII Fatayat NU Temanggung, Jawa Tengah di aula Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Temanggung, Ahad (7/5) petang.

Dalam musyawarah tertinggi Pengurus Cabang (PC) Fatayat Temanggung itu, 329 pemilik suara yang terdiri dari PC, Pengurus Anak Cabang (PAC) dan Ranting se-Kabupaten Temanggung menyatakan dukunganya kepada Umi. Dari hasil itu, melalui sidang pleno yang dipimpin Pengurus PW Fatayat Jawa Tengah Umi Nuamah, Sekretaris FPKB DPRD Kabupaten Temanggung itu berhak memimpin Fatayat Temanggung untuk lima tahun mendatang, yakni; periode 2017-2022.

Dalam pemaparan visi-misinya, Umi bertekad ingin memberdayakan perempuan bisa berdaya melalui kegiatan-kegiatan ? enterpreneur atau wirausaha. Ia berharap kader Fatayat khususnya dan perempuan Temanggung pada umumnya bisa melakukan kegiatan produktif di rumah yang bisa menghasilkan uang. "Jika punya aktifitas produktif di rumah, maka tidak tergantung bekerja di perusahaan atau pabrik yang menyita banyak waktu," ucapnya.

Sekretaris FPKB Temanggung Terpilih sebagai Ketua Fatayat (Sumber Gambar : Nu Online)
Sekretaris FPKB Temanggung Terpilih sebagai Ketua Fatayat (Sumber Gambar : Nu Online)

Sekretaris FPKB Temanggung Terpilih sebagai Ketua Fatayat

Mantan aktifis PMII Komisariat Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri itu ? menuturkan, jika perempuan kerja di pabrik, waktunya akan habis dan kurang memperhatikan urusan rumah tangga. Dari situ, dikhawatirkan keluarga jadi terbengkalai. Dengan mempunyai usaha produktif di rumah, perempuan bisa berdaya dan bisa menopang ekonomi keluarga. "Saya berharap, anggota fatayat bisa maksimal mengurus rumah tangga, bisa menjadikan rumah tangga yang berkualitas dan harmonis," harapnya.

Dalam upaya mewujudkan program-program tersebut, ia berjanji akan menjalin hubungan kerjasama baik dengan instansi pemerintah maupun swasta untuk memperbanyak pelatihan . "Kader-kader fatayat akan kita beri ketrampilan khusus, supaya terampil dan bisa survive di tengah masyarakat,"

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, Ketua IV PW Fatayat Jawa Tengah, Atatin Malihah menuturkan, PW Fatayat Jawa Tengah juga tengah fokus memberikan keterampilan bagi kader-kadernya. "Kita sudah kerjasama dengan Disnakertrans Jawa Tengah dan BP3TKI Semarang," ungkapnya. (Ahsan Fauzi/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Kyai Sang Pencerah Muslim

Selasa, 28 November 2017

Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar

Majalengka, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PC PSNU) Pagar Nusa Kabupaten Majalengka menggelar latihan rutin bagi pelajar di Majalengka untuk belajar seni bela diri NU. 

Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar

Kegiatan kali ini bertempat di halaman Balai Desa Banjaransari, Cikijing, Majalengka, Selasa (10/2) pagi dan diikuti oleh 30 siswa sekolah dasar di wilayah Kecamatan Cikijing.

Maman Rais Ketua Pagar Nusa Majalengka mengatakan, agenda ini dilaksanakan setiap hari selasa untuk SD, sabtu untuk SMP, dan ahad untuk SMA tiap seminggu sekali.

Sang Pencerah Muslim

"Memang kegiatan ini sudah berjalan selama 4 bulan dan baru fokus menggarap Kecamatan Cikijing untuk mengenalkan seni bela diri NU pada pelajar," ujar Maman disela-sela melatih.

Maman menambahkan, garapannya ini baru sebatas melatih anak-anak usia pelajar, belum menggarap ke level mahasiswa dan kecamatan-kecamatan lain.

Sang Pencerah Muslim

Ia berharap, kedepan unit kegiatan mahasiswa perguruan tinggi di Majalengka bisa bekerjasama dengan PMII Majalengka karena baru kader IPNU dan IPPNU yang menyatakan siap berlatih pencak silat.

“Kami juga berharap, PCNU Majalengka dan pihak pemerintah daerah bisa membantu memfasilitasi kami untuk menyosialisasikan kegiatan ini pada masyarakat,” harapnya. (Aris Prayuda/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Kyai, Aswaja Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 25 November 2017

Tanyakan Isu-Isu Keislaman dan Demokrasi

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sebanyak enam orang anggota Parlemen Uni Eropa berkunjung ke PBNU untuk meningkatkan hubungan lebih lanjut dan mendiskusikan perkembangan demokrasi dan dunia Islam di Indonesia, khususnya peran-peran yang dimainkan oleh PBNU pada Jum’at 24/11 di Gd. PBNU.

Beberapa isu penting yang menjadi pembicaraan adalah masalah perda syariah, radikalisme dikalangan umat Islam, dan peran-peran yang dimainkan oleh NU dalam mengembangkan demokrasi di Indonesia.

Tentang perda syariah, Sekjen PBNU Dr. Endang Turmudi mengungkapkan bahwa perda syariah secara resmi diberlakukan di Aceh. Daerah lainnya yang menerapkan perda syariah sebenarnya adalah perda anti maksiat yang timbul karena adanya otonomi daerah yang memungkinkan masing-masing daerah membuat aturan sesuai kondisi lokal daerahnya.

Tanyakan Isu-Isu Keislaman dan Demokrasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Tanyakan Isu-Isu Keislaman dan Demokrasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Tanyakan Isu-Isu Keislaman dan Demokrasi

“Perda syariat Islam itupun belum disepakati sepenuhnya oleh kalangan umat Islam sendiri karena banyak diantara golongan Islam yang menentangnya,” tandasnya.

PBNU sendiri bersikap untuk tidak setuju dengan perda syariat karena negara kita bukan negara agama. Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dalam pernyataannya beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa yang paling penting adalah menanamkan nilai-nilai Islam, bukan memformalkannya dalam bentuk perda syariat.

Sementara itu berkaitan dengan menguatnya konservatifme Islam di Indonesia, Endang mengungkapkan hal ini disebabkan oleh anak-anak muda Indonesia yang sebelumnya belajar di Timur Tengah. “Mereka membawa nilai-nilai dari Timur Tengah dan berusaha menerapkannya di Indonesia,” tuturnya

Sang Pencerah Muslim

Ketua PBNU Abdul Aziz Ahmad yang turut dalam pertemuan tersebut menambahkan bahwa kondisi ketidakpastian akibat konflik yang melanda di Timur Tengah amat mempengaruhi pemikiran anak muda Indonesia yang belajar di sana. “Hasilnya tentu akan berbeda jika mereka belajar di Eropa atau Australia,” tegasnya.

Hal tersebut juga ditanggapi oleh Wasekjen PBNU Ir. Iqbal Sullam yang mengatakan bahwa dalam mencapai demokrasi, dunia Barat juga mengalami perjuangan yang berdarah-darah dan kondisi Balkan yang merupakan bagian dari Eropa belum sepenuhnya kondusif. “Kita masih sama-sama belajar dan bisa juga nilai-nilai dari Indonesia yang dapat diambil untuk mengembangkan demokrasi di Barat,” tegas Iqbal.

Sang Pencerah Muslim

Berkaitan dengan demokrasi di NU, Endang menjelaskan bahwa NU bukan merupakan organisasi politik dan menghargai pilihan-pilihan warganya untuk mendirikan partai politik atau memiliki afiliasi politik tertentu.

Anggota parlemen Eropa yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Hartmut Nassauer dari Jerman, Bert Doorn dari Belanda, Alojz Peterle dari Slovenia, Robert Goebbels dari Luxemburg, Barbara Weiler dari German, Jules Maaten dari Belanda. Mereka merupakan anggota dari berbagai komite seperti komite kebebasan sipil, komite perlindungan konsumen, komite  hubungan luar negeri, komite lingkungan, kesehatan publik dan keamanan makanan.

Sementara itu PBNU diwakili oleh Sekjen PBNU Endang Turmudi, Ketua PBNU Abdul Aziz Ahmad dan Wakil Sekjen PBNU Iqbal Sullam. Pertemuan berlangsung sekitar 1 jam, mulai pukul 10.00-11.00 WIB. (mkf)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ubudiyah, Habib, Kyai Sang Pencerah Muslim

Jumat, 24 November 2017

Pagar Nusa Konsolidasi Pendekar Lewat Safari Ramadhan

Tegal, Sang Pencerah Muslim. Dalam proses merapikan jaringan kader dan konsolidasi pendekar, Pagar Nusa bergerak cepat. Ketua Umum Pagar Nusa, M. Nabil Haroen, mengagendakan safari Ramadhan di beberapa kota.?

Pagar Nusa Konsolidasi Pendekar Lewat Safari Ramadhan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagar Nusa Konsolidasi Pendekar Lewat Safari Ramadhan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagar Nusa Konsolidasi Pendekar Lewat Safari Ramadhan

Setelah menggelar silaturahmi di Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatra Utara, Pagar Nusa juga mengagendakan Silaturahmi di Tegal, Jawa Tengah, pada Senin (19/06) kemarin.?

Hadir pada agenda silaturahmi ini, kiai-kiai khos, majelis pendekar Pagar Nusa dari Tegal dan sekitarnya, serta pengurus dan kader Pagar Nusa. Ketua Pagar Nusa, M. Nabil Haroen, didampingi beberapa pengurus.?

Dalam sambutannya, M. Nabil Haroen berharap agar Pagar Nusa tetap konsisten menjaga para kiai, pesantren, Nahdlatul Ulama dan bangsa Indonesia. "Pagar Nusa dibentuk untuk mengabdi kepada kiai dan menjaga Indonesia. Ini tugas utama kita," terang Nabil.?

"Sebagai penjaga Kiai, kita menghormati dan merawat marwah kiai, menguatkan jaringan pesantren dan Nahdlatul Ulama. Itu simpulnya. ? Sedangkan, menjaga bangsa Indonesia, itu tugas besar bagi Pagar Nusa. Tentu saja, menjaga bangsa dari perpecahan serta ancaman dari organisasi trans-nasional dan bermacam ideologi yang tidak sesuai dengan konstitusi negara," jelas Nabil.?

Sang Pencerah Muslim

Lebih lanjut, Nabil berharap agar para pendekar Pagar Nusa dapat meningkatkan kualitas internalnya. "Kita harus solid, militan dan terorganisir. Meski bergerak senyap, Pagar Nusa harus rapi dalam organisasi dan komunikasi," tegas Nabil.?

Nabil berharap, agar para pendekar Pagar Nusa dapat berbagi tugas dalam mempercepat langkah organisasi. "Kita perlu berbagi peran, siapa yanga mengelola organisasi, pengkaderan, komunikasi eksternal dan beberapa hal strategis lain. Tantangan masa depan, harus diantisipasi dengan segera," ungkap Nabil.?

Untuk itu, Nabil berharap agar para pendekar Pagar Nusa dapat menjalin komunikasi dengan pelbagai pihak. "Sudah tidak zaman kita bertengkar dengan sesama pendekar, apalagi konflik antar padepokan. Sudah saatnya berjalan bersama, bergandengan tangan. Jangan mau diadu domba," terang Nabil, alumni pesantren Lirboyo.?

Dalam waktu dekat, Pagar Nusa menjalin kerjasama intensif lintas institusi. Di antaranya pertukaran pelatih lintas negara dengan China dan Mesir, serta kerjasama dengan Polri dan beberapa institusi lainnya. (Red: Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tegal, Kyai Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 18 November 2017

Manfaat Berpuasa dan Tips Tetap Bugar Saat Melakukannya

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim. Selama Bulan Ramadhan, kegiatan Ngaji Ahad (Jihad) Pagi di Gedung NU Kabupaten Pringsewu diganti menjadi Jihad Sore. Kegiatan tersebut diakhiri dengan buka puasa bersama. Materi pada kegiatan pekan perdana, Ahad (12/6) mengangkat tema Manfaat Puasa bagi Kesehatan dan Tips Puasa Tetap bugar.

Manfaat Berpuasa dan Tips Tetap Bugar Saat Melakukannya (Sumber Gambar : Nu Online)
Manfaat Berpuasa dan Tips Tetap Bugar Saat Melakukannya (Sumber Gambar : Nu Online)

Manfaat Berpuasa dan Tips Tetap Bugar Saat Melakukannya

Materi tersebut disampaikan oleh seorang dokter muda yang juga Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Pringsewu dr. Ulinnoha. Mengawali pemaparannya, dokter yang juga alumni Pondok Pesantren Futuhiyah Mranggen Jawa Tengah ini membacakan ayat Al-Quran yang menjadi dasar ibadah puasa yaitu Surat Al-Baqarah ayat 183.

Menurutnya, selain mendapatkan predikat taqwa dari sisi ibadah, ternyata puasa memiliki manfaat yang luar biasa dari sisi kesehatan. "Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para pakar kesehatan menunjukkan bahwa puasa memiliki pengaruh positif bagi kesehatan," katanya.

Sang Pencerah Muslim

Dr. Ulin menjelaskan bahwa puasa ternyata baik bagi jantung, ginjal dan pembuluh darah. "Secara psikologis orang yang berpuasa juga cenderung stabil, tenang dan memiliki pola pikir yang tajam," tambahnya. Manfaat lain yang bisa diambil dari puasa menurutnya adalah meningkatnya daya tahan tubuh dan kesuburan, mencegah diabetes dan kelebihan nutrisi serta dapat meredakan radang sendi.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, saat orang berpuasa tubuh akan secara otomatis menggunakan cadangan energi yang ada didalam tubuhnya untuk menyeimbangkan metabolisme tubuh. "Energi cadangan atau bongkaran yang dihasilkan dari hati dan organ organ tubuh lainnya ini memiliki kekuatan 10 kali lipat dari energi biasanya," jelasnya.

Menurutnya inilah kemungkinan salah satu rahasia yang menjadi sebab mengapa kekuatan energi kaum muslimin bertambah ketika melakukan peperangan dibulan puasa pada zaman Rasulullah SAW.

Pada Jihad Sore yang dihadiri Bupati Pringsewu H. Sujadi ini, dr. Ulin juga memberikan beberapa tips agar puasa tetap bugar. Hal yang perlu diperhatikan adalah pola makan ketika sahur dan berbuka puasa.

"Saat sahur perbanyak makanan berserat, makanan yang banyak mengandung protein, perbanyak asupan cairan dan batasi konsumsi garam. Dan saat berbuk dahulukan makanan yang manis, cukupi karbohidrat dan hindari banyak makanan berminyak," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Santri, Kyai, Ubudiyah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 07 November 2017

Komisariat IPPNU Tarbiyatul Banin adakan Training Jurnalistik

Pati, Sang Pencerah Muslim. Komisariat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Madrasah Aliyah Tarbiyatul Banin Pekalongan, Winong, Pati, Jawa Tengah mengadakan training jurnalistik pada Kamis (10/7).

Kegiatan bertema “Menuju Jurnalis yang Profesional” ini dijadikan ajang mencetak kader-kader penulis di tingkatan generasi muda NU. Bertempat di auditorium lantai dua madrasah tersebut peserta mendengarkan materi penulisan, layout dan grafis serta menulis fiksi dan nonfiksi.

Komisariat IPPNU Tarbiyatul Banin adakan Training Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)
Komisariat IPPNU Tarbiyatul Banin adakan Training Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)

Komisariat IPPNU Tarbiyatul Banin adakan Training Jurnalistik

ara peserta mendapatkan materi dari narasumber yang berkompeten yaitu Muhammad Nur Effendi (Suara Merdeka), Beni Dewa, Muh. Syamsul Hadi dan Mukhamad Zulfa (kontributor NU online).

Sang Pencerah Muslim

Walaupun dalam suasana bulan Ramadhan semangat rekan-rekanita untuk menggelar training dihadiri puluhan anggota majalah Spektra dan rekan-rekanita di bawah naungan MA Tarbyatul Banin.

Sang Pencerah Muslim

Pelatihan dibuka langsung oleh kepala sekolah Drs. Ah. Adib Al-Arif M. Ag. Ia berpesan bahwa pelatihan yang diadakan ini bukan hanya pengajaran namun harus ada praktik.

Lebih lanjut, ia mengatakan, harus ada target yang harus dilaksanakan setelah adanya training. Serta komunikasi antar-pengelola majalah Spektra harus lebih massif dan intensif. Dengan demikian majalah yang telah terbit dua kali ini ke depan harus lebih baik.

“Pelatihan ini merupakan bagian dari pengkaderan majalah Spektra”, ungkap Winda selaku ketua panitia pelaksana. Hal lain yang ingin kami peroleh dari training ini adalah pengembangan wawasan penulisan dan keredaksian.

Training ini rencananya tidak hanya teori saja yang akan dilaksanakan. Pada siang hari peserta nanti akan diajak untuk melaksanakan praktik yang dipandu langsung oleh narasumber. Selain itu acara ini akan diakhiri dengan buka bersama. (Mukhamad Zulfa/Abdullah Alawi)

?

?

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Hadits, Amalan Sang Pencerah Muslim

Kamis, 02 November 2017

Habib Muhammad: Perbedaan itu Lumrah

Solo, Sang Pencerah Muslim. Jika ditelaah lebih jauh, teks-teks keagamaan seperti Al-Qur’an dan hadits, kita akan mengerti bahwa perbedaan tidak hanya terdapat pada kehidupan manusia saja, bahkan para makhluk pilihan seperti para Malaikat, Nabi dan sahabat nabi pun tak lepas dari perbedaan pendapat.

Salah satunya termaktub dalam Surah Shad ayat 67-69, yang artinya “Katakanlah: "Berita itu adalah berita yang besar, Yang kamu berpaling daripadanya. Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang Al malaul ala (malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan.

Habib Muhammad: Perbedaan itu Lumrah (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Muhammad: Perbedaan itu Lumrah (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Muhammad: Perbedaan itu Lumrah

“Ayat tersebut membuktikan bahwa Malaikat yang tercipta dengan tanpa hawa nafsu dan selalu taat kepada perintah Allah SWT pun ternyata mengalami perbedaan pendapat satu sama lain,” terang pengasuh Majelis ‘Bismillah’ MWCNU Pasar Kliwon, Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi, Ahad (14/9) kemarin.

Tidak hanya itu, dalam ayat lain juga dikisahkan ketika terjadi dialog antara Nabi Khidhr a.s. dan Nabi Musa a.s. “Nabi Musa pun memprotes apa yang dilakukan oleh Khidhr as sehingga akhirnya Khidhr as pun memutuskan untuk berpisah dengan Nabi Musa,” tuturnya.

Lebih lanjut diterangkan oleh cucu Habib Anis Al-Habsyi itu, perselisihan pendapat yang dikisahkan di dalam Al-Quran dan hadits di atas menunjukkan bahwa perbedaaan pendapat adalah sebuah hal yang sangat lumrah.

Sang Pencerah Muslim

“Jika para malaikat yang tercipta tanpa hawa nafsu, para nabi yang menerima wahyu, masih mengalami perbedaan perspektif (pandangan) di antara mereka, maka sangatlah wajar apabila orang-orang setelah mereka pun mengalami perbedaan pendapat,”

Namun, perlu digaris bawahi bahwa semua perbedaan itu muncul atas dasar taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, dengan ijtihad (penggalian hukum) yang mempunyai dasar kuat bukan menuruti hawa nafsu belaka.?

“Oleh karena itu, sebagian ulama menyatakan bahwa perbedaan yang dimaksud sebagai rahmat adalah perbedaan para ulama dalam permasalahan furu’iyyah bukan perbedaan yang berasal dari pernyataan orang awam yang tanpa dasar atau ngawur,” tegasnya.

Masalah akan muncul apabila kita melakukan hal tersebut tanpa berdasar pada sebuah ilmu atau ijtihad dari ulama. “Berbeda jika kita mengikuti (taqlid) pada Imam yang mampu menjelaskan dasar-dasar kebolehannya dengan terperinci dan bisa dipertanggung jawabkan. Di sinilah nilai kerahmatan dalam sebuah perbedaan,” pungkasnya. (Ajie Najmuddin/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Kajian, Kyai, Warta Sang Pencerah Muslim

Jumat, 27 Oktober 2017

Kiai Bisri dan Ulama Jombang tentang Hormat Bendera Merah Putih

Ketika masyarakat menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang dikaitkan dengan pandangan keagamaan, para ulama Nahdlatul Ulama selalu hadir memberikan jawaban dan sudut pandang. Seperti yang dilakukan para kiai Jombang. Mereka bahkan membuat forum musyawarah khusus, membahas berbagai persoalan, saling menyodorkan dalil, dan menjawab kegelisahan.

Dipimpin KH M Bisri Syansuri salah satu pendiri NU), para kiai Jombang tercatat beberapa kali mengadakan forum Musyawarah Ulama Jombang. Kegiatan ini dikoordinasi oleh Pengurus Imarah Masjid Jami Kauman Utara Jombang.

Kiai Bisri dan Ulama Jombang tentang Hormat Bendera Merah Putih (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Bisri dan Ulama Jombang tentang Hormat Bendera Merah Putih (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Bisri dan Ulama Jombang tentang Hormat Bendera Merah Putih

Hasil dari musyawarah itu terbit menjadi buku berjudul “Muqarrarâtus Syûrâ min ‘Ulamâ Jombang” (Keputusan Musyawarah Ulama Jombang) yang berisikan lima puluh masalah agama. Di antara masalah yang dijawab adalah soal hormat terhadap bendera merah putih yang jamak dilakukan di zaman itu.

Menjawab tentang hormat bendera Merah Putih, tersebutlah dalam tanya jawab bernomor 17, sebagai berikut:

Sang Pencerah Muslim

“Bagaimana hukum hormat bendera merah putih lambang negara RI sebagaimana yang berlaku ketika upacara bendera merah putih diadakan?”

Sang Pencerah Muslim

Jawaban:

Mengingat bahwa bendera sang merah putih sebagai lambang negara RI  itu merupakan suatu anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia, maka hukum menghormati bendera itu adalah boleh, sebab disamakan dengan diperbolehkannya mencium peti (tabut) yang diletakkan di atas maqam para wali untuk diambil barokahnya.

Keterangan dari kitab:

Hasyiah al-Bajury ala Syarh Ibn Qasim,

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?



Buku Muqarrarâtus Syûrâ min ‘Ulamâ Jombang yang memuat jawaban tentang persoalan tersebut diterbitkan pada 15 April 1981 M/ 10 Jumadil Akhir 1401 H dan ditandatangani oleh Ketua Musyawarah Ulama Jombang KH Mahfudz Anwar dan sekretarisnya H Abd. Aziz Masyhuri.

Adapun para ulama Jombang itu adalah:

1. K.H. M. Bisri Syansuri

2. K.H. Adlan Aly

3. K.H. Mahfudz Anwar

4. K.H. Syansuri Badawy

5. K. Muhdlor

6. K.H. Mansur Anwar

7. K.H. Abdul Fattah Hasyim

8. K.H. Cholil

9. K.H. Syansun

(Yusuf Suharto)



* Dikutip dari buku Hasil Keputusan Bahtsul Masail PCNU Jombang 2002-2015 Disertai Muqorrorot Ulama Jombang 1981





Baca juga: Ketika Kiai Umar Mangkuyudan Ditanya perihal Hormat Bendera

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Pondok Pesantren Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock