Solo, Sang Pencerah Muslim. Tak jauh dari kantor PCNU Surakarta di Jalan Panularan Solo, JawaTengah, kira-kira 200 meter ke arah selatan, terdapat sebuah pesantren. Nama pesantren terpampang jelas di tembok berwarna hijau, “Pondok Pesantren As-Siraj”.
“Pondok ini hampir sudah 4 tahun vakum, sekarang hanya tinggal 4 santri, tapi 2 orang sudah lulus,” ungkap kakek yang bernama Mujab Shoimuri (73) itu.
“Sesudah KH Shoimuri wafat, pondok diasuh oleh adik saya, KH Mubin Shoimuri. Saat dipegang Mubin kemudian tempat ini dibangun rumah dan pondok yang bagus. Santri lambat laun juga bertambah banyak, kalau bulan puasa bahkan ada sekitar 200 santri yang ikut mengaji di sini. Semuanya dicukupi mulai dari makan, pakaian dan lain-lain,” terangnya.
Kiai Mubin mengasuh pondok sampai akhirnya dia wafat pada tahun 2007. Sebagai catatan, Kiai Mubin juga pernah mengemban amanah sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Surakarta 2003-2008.
Setelah KH Mubin meninggal, satu persatu santri yang lulus meninggalkan pesantren. Entah bagaimana persoalannya, namun pada akhirnya kondisi pesantren menjadi sepi.
Di akhir pertemuan kami, Mujib masih menyimpan harapan untuk masa depan pesantren ini. “Semoga dapat kembali seperti dulu,” tuturnya singkat. (Ajie Najmuddin/Mahbib)
Dari Nu Online: nu.or.id
Sang Pencerah Muslim Kajian Islam, Quote Sang Pencerah Muslim
Pesantren Peninggalan Kiai Siraj Kini Sepi Santri (Sumber Gambar : Nu Online) |
Pesantren Peninggalan Kiai Siraj Kini Sepi Santri
Saat Sang Pencerah Muslim berkunjung ke pesantren yang memiliki bangunan bertingkat empat tersebut belum lama ini, suasana pesantren terlihat sangat sepi. Tak lama seorang kakek menyambut kedatangan kami.“Pondok ini hampir sudah 4 tahun vakum, sekarang hanya tinggal 4 santri, tapi 2 orang sudah lulus,” ungkap kakek yang bernama Mujab Shoimuri (73) itu.
Sang Pencerah Muslim
Mujab kemudian berkisah tentang riwayat pondok As-Siraj ini. “Pesantren ini dibangun Mbah Siraj (Kiai Ahmad Siraj Umar), kakek saya. Pada awalnya hanya sebuah gedhek. Kemudian setelah Mbah Siraj wafat tahun 1961, pesantren diasuh oleh ayah saya Kiai Shoimuri,” kenangnya.Sang Pencerah Muslim
Pada zaman dulu, Pesantren As-Siraj sangatlah ramai, begitu pula dengan lingkungan di sekitar pesantren. Sebab, selain karena ketokohan Kiai Siraj, di sekitarnya juga terdapat berbagai lembaga pendidikan terkenal seperti Pesantren Jamsaren, Al-Islam, Mambaul Ulum dan lain sebagainya.“Sesudah KH Shoimuri wafat, pondok diasuh oleh adik saya, KH Mubin Shoimuri. Saat dipegang Mubin kemudian tempat ini dibangun rumah dan pondok yang bagus. Santri lambat laun juga bertambah banyak, kalau bulan puasa bahkan ada sekitar 200 santri yang ikut mengaji di sini. Semuanya dicukupi mulai dari makan, pakaian dan lain-lain,” terangnya.
Kiai Mubin mengasuh pondok sampai akhirnya dia wafat pada tahun 2007. Sebagai catatan, Kiai Mubin juga pernah mengemban amanah sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Surakarta 2003-2008.
Setelah KH Mubin meninggal, satu persatu santri yang lulus meninggalkan pesantren. Entah bagaimana persoalannya, namun pada akhirnya kondisi pesantren menjadi sepi.
Di akhir pertemuan kami, Mujib masih menyimpan harapan untuk masa depan pesantren ini. “Semoga dapat kembali seperti dulu,” tuturnya singkat. (Ajie Najmuddin/Mahbib)
Dari Nu Online: nu.or.id
Sang Pencerah Muslim Kajian Islam, Quote Sang Pencerah Muslim