Tampilkan postingan dengan label Quote. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Quote. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 Februari 2018

PP LAZIS NU Jalin Kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Pengurus Pusat Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZIS NU) menjalin kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia yang menjadi produsen susu Hilo Soleha. Perseroan terbatas yang beralamat di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta itu bermaksud mengadakan program donasi bertajuk "Penuhi Panggilanmu, Bagilah Sesamamu."

Surat perjanjian kerjasama ditandatangani di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (5/2), oleh Prof Dr KH Fathurrahman Rauf selaku Ketua PP LAZIS NU dan Nina Agustriana yang bertindak sebagai Brand Manager Divisi Tropicana Slim yang selanjutnya disebut Nutrifood.

PP LAZIS NU Jalin Kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
PP LAZIS NU Jalin Kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

PP LAZIS NU Jalin Kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia

Dalam surat perjanjian disebutkan, Nutrifood berhak menggunakan logo LAZIS untuk keperluan promosi program dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan LAZIS di seluruh Indonesia meliputi kegiatan edukasi, direct selling dan pemberian free sampling.

Sang Pencerah Muslim

Sementara dalam program "Penuhi Panggilanmu, Bagilah Sesamamu" itu LAZIS akan mengelola sumbangan sebesar Rp 500,- dari setiap penjualan 1 dus Hilo Soleha selama periode program.

Sang Pencerah Muslim

Kerjasama itu PP LAZIS NU dengan PT Nutrifood Indonesia itu berlaku efektif mulai 10 Januari hingga 10 April 2008 mendatang.

Ketua PP LAZIS NU Fathurrahman Rauf usai penandatangan mengatakan, kerjasama bisa diteruskan bahkan diperluas untuk produk-produk Tropicana Slim yang lainnya. "Ini akan menjadi kerjasama yang baik untuk kebaikan bersama," katanya. (nam)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Makam, Quote Sang Pencerah Muslim

Pesantren Peninggalan Kiai Siraj Kini Sepi Santri

Solo, Sang Pencerah Muslim. Tak jauh dari kantor PCNU Surakarta di Jalan Panularan Solo, JawaTengah, kira-kira 200 meter ke arah selatan, terdapat sebuah pesantren. Nama pesantren terpampang jelas di tembok berwarna hijau, “Pondok Pesantren As-Siraj”.

Pesantren Peninggalan Kiai Siraj Kini Sepi Santri (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Peninggalan Kiai Siraj Kini Sepi Santri (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Peninggalan Kiai Siraj Kini Sepi Santri

Saat Sang Pencerah Muslim berkunjung ke pesantren yang memiliki bangunan bertingkat empat tersebut belum lama ini, suasana pesantren terlihat sangat sepi. Tak lama seorang kakek menyambut kedatangan kami.

“Pondok ini hampir sudah 4 tahun vakum, sekarang hanya tinggal 4 santri, tapi 2 orang sudah lulus,” ungkap kakek yang bernama Mujab Shoimuri (73) itu.

Sang Pencerah Muslim

Mujab kemudian berkisah tentang riwayat pondok As-Siraj ini. “Pesantren ini dibangun Mbah Siraj (Kiai Ahmad Siraj Umar), kakek saya. Pada awalnya hanya sebuah gedhek. Kemudian setelah Mbah Siraj wafat tahun 1961, pesantren diasuh oleh ayah saya Kiai Shoimuri,” kenangnya.

Sang Pencerah Muslim

Pada zaman dulu, Pesantren As-Siraj sangatlah ramai, begitu pula dengan lingkungan di sekitar pesantren. Sebab, selain karena ketokohan Kiai Siraj, di sekitarnya juga terdapat berbagai lembaga pendidikan terkenal seperti Pesantren Jamsaren, Al-Islam, Mambaul Ulum dan lain sebagainya.

“Sesudah KH Shoimuri wafat, pondok diasuh oleh adik saya, KH Mubin Shoimuri. Saat dipegang Mubin kemudian tempat ini dibangun rumah dan pondok yang bagus. Santri lambat laun juga bertambah banyak, kalau bulan puasa bahkan ada sekitar 200 santri yang ikut mengaji di sini. Semuanya dicukupi mulai dari makan, pakaian dan lain-lain,” terangnya.

Kiai Mubin mengasuh pondok sampai akhirnya dia wafat pada tahun 2007. Sebagai catatan, Kiai Mubin juga pernah mengemban amanah sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Surakarta 2003-2008.

Setelah KH Mubin meninggal, satu persatu santri yang lulus meninggalkan pesantren. Entah bagaimana persoalannya, namun pada akhirnya kondisi pesantren menjadi sepi.

Di akhir pertemuan kami, Mujib masih menyimpan harapan untuk masa depan pesantren ini. “Semoga dapat kembali seperti dulu,” tuturnya singkat. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Islam, Quote Sang Pencerah Muslim

Rabu, 14 Februari 2018

Jelang Peringatan Hari Santri, Lafadz Allah Terlihat di Halaman MA An-Nawawi Berjan

Purworejo, Sang Pencerah Muslim. Ada penampakan yang tak biasa dari sebuah foto dokumentasi milik Madrasah Aliyyah (MA) An-Nawawi, Berjan, Purworejo, Jawa Tengah. Penampakan itu adalah pola genangan air yang membentuk lafadz Allah dalam bahasa Arab.

Jelang Peringatan Hari Santri, Lafadz Allah Terlihat di Halaman MA An-Nawawi Berjan (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang Peringatan Hari Santri, Lafadz Allah Terlihat di Halaman MA An-Nawawi Berjan (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang Peringatan Hari Santri, Lafadz Allah Terlihat di Halaman MA An-Nawawi Berjan

Dikonfirmasi Sang Pencerah Muslim, Muslikhin Madiani selaku kepala sekolah menuturkan, bahwa penampakan lafadz Allah sama sekali bukan hasil editing atau rekayasa. 

"Fenomena ini benar-benar ada secara alami. 100 persen tak ada rekayasa. Subhanallah," terang pria yang juga Wakil Ketua PCNU Purworejo ini.

Lebih lanjut ia menuturkan, foto itu diambil Selasa (17/10) pagi pada upacara pengukuhan pengurus OSIS periode 2017-2018. Namun penampakan lafadz Allah tersebut baru diketahui pada Rabu (18/10).

Dengan adanya fenomena tak biasa menjelang hari santri ini, Muslikhin berharap menjadi motivasi tersendiri bagi para guru dan siswa-siswi yang mayoritas santri.

Sang Pencerah Muslim

"Walaupun ini (bisa dikatakan) suatu kebetulan, tapi tetap memiliki makna religius. Semoga siswa-siswi semakin dekat kepada Allah SWT," pungkasnya. (Ahmad Naufa/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, Berita, Tokoh Sang Pencerah Muslim

Jumat, 09 Februari 2018

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat

Oleh Ahmad Nur Kholis



Dalam bidang pengambilan hukum agama, Nahdlatul Ulama sejak awal, bahkan sejak sebelum berdirinya telah memilih model pendekatan bermazhab. Di mana pemahaman terhadap agama Islam dilakukan dengan cara mengikuti apa yang telah dirumuskan para ulama terdahulu yang diyakini memiliki kemampuan untuk menggali sendiri hukum dari Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini adalah dalam rangka menjaga pemahaman Islam relatif sama dengan apa yang dipahami para ulama salaf.

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)
Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat

Selain itu, pendekatan pemahaman semacam ini didasarkan pula pada realitas masyarakat Islam di masa para sahabat dan bahkan di masa Rasulullah sendiri.

KH M Tholchah Hasan mengutip dari Al-Amidi memaparkan bahwa sejak zaman sahabat dan tabiin, orang-orang awam selalu bertanya masalah hukum agama (Islam) kepada ulama mujtahid waktu itu. Dan para ulama mujtahid tersebut memberikan jawaban (fatwa) kepada orang awam yang bertanya tanpa menyebutkan dalil-dalilnya yang dipakai dasar fatwanya. Ulama-ulama pada waktu itu tidak menentang cara yang demikian. Kenyataan ini dapat dipandang sebagai ijma’ (kesepakatan) mereka, bahwa orang awam boleh mengikuti fatwa ulama meskipun tidak mengetahui dalil-dalil yang dipakainya sebagai dasar fatwa tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Realitas kehidupan keagamaan umat Islam di Hijaz pada zaman sahabat juga menunjukkan adanya mazhab yang berbeda-beda. Cukup lama masyarakat Islam Hijaz mengikuti fatwa atau mazhab Ibnu’ Umar radliyallahu ‘anh, sebagaimana halnya masyarakat Islam Irak cukup lama mengikuti mazhab Ibnu Mas’ud.

Demikianlah, alasan mengapa Ahlussunnah wal Jamaah memilih cara bermazhab sebagai pendekatan dalam memahami agama Islam. Pada saat ini, ada 4 (empat) Imam Mujtahid yang mazhabnya diikuti oleh mayoritas umat Islam (Sunni). Keempatnya adalah Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit (Kufah, 80 H - Baghdad 150 H); Imam Malik bin Anas bin Malik (Madinah, 93 H – 179 H); Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i (Ghazah, 150 H -Kairo, 204 H); dan Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (Baghdad, 163 H – 241 H).

Sang Pencerah Muslim

Keempat mazhab tersebut dianggap yang lebih populer dan lebih mudah karena pendapat-pendapatnya terkodifikasikan dengan baik.

Di sisi lain, KH Achmad Shiddiq memaparkan bahwa dengan bermazhab bukan berarti telah mempertentangkan antara sistem ijtihad dan sistem taqlid melainkan lebih merupakan upaya memadukan keduanya dalam proporsi yang serasi. Masing-masing keduanya adalah sistem yang baik untuk digunakan oleh seorang Muslim dalam beragama. Hanya saja keduanya harus digunakan oleh orang yang tepat. Di satu sisi ijtihad terhadap Al-Qur’an dan Hadits sebagai sebuah upaya memahami Kalam Ilahi dan Sabda Nabi tidak bisa dilakukan oleh setiap orang. Di sisi lain seseorang tidak bisa malakukan taqlid kecuali mengacu pada pendapat seorang mujtahid.

KH Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman beragama seorang Muslim adalah sebuah keniscayaan. Namun memahami kedua sumber hukum Islam tersebut tanpa meninjau pendapat ulama terdahulu adalah sebuah kelalaian. Hadratussyekh kemudian menyatakan memilih taqlid kepada salah satu Imam Mazhab yang empat (madzahib arba’ah) karena ia mengakui hanya menguasi sekitar 19 (sembilan belas) macam ilmu dari 22 (dua puluh dua) ilmu yang harus dikuasai seorang mujtahid.

Dengan menganalisis pemberian restu Rasulullah terhadap Sahabat Mu’adz bin Jabal untuk berijtihad, maka dapat diambil kesimpulan:

Pertama, bahwa yang berijtihad adalah seorang yang kemampuannya seperti Sahabat Mu’adz bin Jabal. Tidak semua orang seperti beliau. Kedua, perkara yang diijtihadi adalah hal-hal yang tidak ada nash-nya secara sharih dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketiga, hasil ijtihad sahabat Mu’adz ditujukan untuk diikuti masyarakat Yaman. Karena dirinya diutus untuk mengajarkan Islam di sana. Dan bukannya untuk menjadikan masyarakat Yaman sebagai mujtahid semua apalagi dalam waktu singkat.

Dari ketiga hal diatas maka dapat dipastikan bahwa setidaknya untuk beberapa waktu lamanya, sahabat Mu’adz ada di Yaman, beliau menjadi mujtahid sedangkan masyarakatnya menjadi muallid.

Wallahu a’lam

Disarikan dari buku:

Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU karya KH Muhammad Tolchah Hasan

Risalah Ahlussunnah wal Jamaah karya KH Muhammad Hasyim Asy’ari

Khittah Nahdliyah karya KH Achmad Shiddiq

NU, Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru karya Martin van Bruinnessen

Penulis adalah warga NU, tinggal di Karangploso, Malang, Jawa Timur.



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Quote Sang Pencerah Muslim

Jumat, 02 Februari 2018

Unusa Lepas 507 Lulusan, Terima 939 Mahasiswa Baru

Surabaya,Sang Pencerah Muslim. Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) akan melepas wisudawan wisudawati ke-2 di Dyandra Convention Center Sabtu, 20 September 2014. Sebanyak 507 mahasiswa dan mahasiswi dinyatakan lulus yaitu Program Ners 73, D3 Kebidanan 229, D3 Keperawatan 125 , S1 Keperawatan 80.

Melalui siaran pers yang dikirim Kahumas Unusa, Jumat (19/9) Yanis Kartini, SKM, Mkep Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan mengatakan, dari jumlah lulusan itu, tidak sedikit mahasiswa yang mampu menyelesaikan kuliah tepat waktu dan mendapat gelar sangat memuaskan (cum laude). Di programnya terdapat 12 peraih cum laude.

Unusa Lepas 507 Lulusan, Terima 939 Mahasiswa Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
Unusa Lepas 507 Lulusan, Terima 939 Mahasiswa Baru (Sumber Gambar : Nu Online)

Unusa Lepas 507 Lulusan, Terima 939 Mahasiswa Baru

Wisudawan sangat memuaskan itu adalah D3 Kebidanan, Firda Hikmah (IPK) 3,80, Nurul Uyumul 3,77, Ika Kusdiyanti 3,69. Sedangkan dari D3 Keperawatan Dian Istiayani 3,66, Fitri Robidah 3,65, Septian Risti 3,62, S1 Keperawatan Risky Setyoparwati 3,57, Ernawati 3,57, Ridanau Arisna 3,54.? Lulusan terbaik dari NERS adalaah Rina 3,97, Mimin Sulistiyowati 3,93, dan Andik Mare 3,90.

Sang Pencerah Muslim

Bella Deasy ketua pengukuhan Mahasiswa Baru (MABA) Unusa tahun 2014-2015 mengatakan, tahun ini Unusa menerima maba sebanyak 970. Mereka tersebar di enam Fakultas yakni Kedokteran, keperawatan dan kebidanan, kesehatan, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis, serta Fakultas Teknik.

Seperti biasanya ungkap Bella, Unusa untuk program studi (Prodi) Kesehatan menjadi primadona mahasiswa baru seperti S1 Pendidikan Kedokteran, S1 Kesehatan Masyarakat, D4 Analis, S1 Gizi, S1 dan D3 Keperawatan, D3 Kebidanan, dan Program NERS.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan jurusan non kesehatan seperti S1 Sistem Informasi, S1 Akuntansi, S1 Manajemen, S1 PGSD dan PG PAUD, serta S1 Pendidikan Bahasa Inggris, semua rata-rata hanya mendapatkan satu kelas kecuali S1 PG PAUD yang melebihi kuota.

Wakil Rektor III Unusa Ima Nadatien SKM, MKes menambahkan, selain mahasiswa dari Indonesia ada tambahan lagi 20 mahasiswa dari Philipina. Mereka mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah mereka untuk kuliah di Indonesia. Unusa ditunjuk pemerintah sebagai kampus tujuan, karena selain mereka belajar di program studi Keperawatan, Ekonomi Bisnis dan PGSD, mahasiswa Philipina juga akan belajar tentang ASWAJA Nahdlatul Ulama di UNUSA.

Ditambahkan Ima, bulan ini Unusa juga membangun kerjasama internasional untuk program Double Degree dengan University of Northern Philippines (UNP) dari Negara Philipina. Untuk hal ini, mahasiswa akan mendapatkan dua Ijazah dari Indonesia dan Philipina yang bertaraf Internasional. Kerjasama ini akan ditindak lanjuti agar secepatnya terealisasi. Selain itu, Unusa juga melakukan MoU dengan UINSA ( Universitas Islam Negeri Sunan Ampel), UNISMA, Himpaudi dan Paguyuban Bunda PPT (Pos PAUD Terpadu) Surabaya. (Red: Abdullah Alawi)? ? ? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote Sang Pencerah Muslim

Minggu, 28 Januari 2018

Ikrar Islam Wasatiyah, Upaya MUI Perkuat Komitmen Kebangsaan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Cholil Nafis menyatakan, Ikar Islam wasatiyah merupakan upaya untuk memastikan pengurus dan dai MUI dari pusat hingga wilayah memiliki komitmen kebangsaan yang kuat.

“Bahwa di dalam berdakwah itu harus berada dalam koridor NKRI dan Pancasila. Dan itu meneguhkan bahwa Islam dan Pancasila sebagai dasar negara ini sebagai sesuatu yang final,” kata Kiai Cholil usai pembukaan acara Halaqah Dakwah Nasional di Hotel Rivoli Jakarta, Senin (13/11).

Menurut dia, hubungan agama dan negara itu sudah jelas bagi bangsa Indonesia dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Bahkan, keduanya saling membutuhkan. Agama membutuhkan negara untuk merapikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan negara juga membutuhkan agama untuk menerapkan nilai-nilai yang baik dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Ikrar Islam Wasatiyah, Upaya MUI Perkuat Komitmen Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ikrar Islam Wasatiyah, Upaya MUI Perkuat Komitmen Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ikrar Islam Wasatiyah, Upaya MUI Perkuat Komitmen Kebangsaan

“Oleh karena itu ketika kita berdakwah jangan mengotak-atik sesuatu yang sudah final karena itu kontra produktif,” jelasnya.

Selain itu, Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia itu juga menjelaskan, Ikar Islam wasatiyah bertujuan untuk menciptakan dakwah yang berlandaskan kepada akhlak yang mulia. Namun demikian, ia menyatakan, MUI tegas kepada aliran-aliran yang sesat dan menyimpang. 

Kiai Cholil menyebutkan, jika ada pengurus MUI, khususnya komisi dakwah, yang melanggar Ikar Islam wasatiyah maka akan diserahkan kepada komite dakwah.

Sang Pencerah Muslim

“Yang bisa melakukan tindakan dari mulai peringatan tertulis sampai pemberhentian ketika keluar dari koridor kerangka, komitmen ikrar dakwah yang kita bacakan bersama. Ini akan terus dilanjutkan dengan ikrar dakwah di tingkat (pengurus MUI) kabupaten kota,” urainya.

Berikut Ikar Islam Wasatiyah yang diucapkan oleh Pengurus Komisi Dakwah MUI Pusat dan Wilayah:

    Kami dai dan daiyah Majelis Ulama Indonesia dengan ini berikrar:

Sang Pencerah Muslim

    

    Satu, dakwah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, Undang-





    Undang Dasar Tahun 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika;

    

    Dua, melindungi dan membimbing umat dari ajaran sesat dan menyimpang;

    

    Tiga, berdakwah dengan berpijak pada nilai-nilai akhlaqul karimah dan kearifan lokal

    

    Empat, menjaga dan memupuk ukhuwah islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah wathaniyah;

    

    Lima, saling menghargai, menghormati, dan bersinergi dengan seluruh aktivis dakwah;

    

    Enam, menyebarkan dakwah sesuai dengan ilmu yang dimiliki;

    

    Tujuh, senantiasa melestarikan dan menyebarkan aqidah islamiyah ala manhaj Ahlussunnah wal





    Jama’ah. 

     

    Jakarta, 13 November 2017 M / 24 Safar 1439 H

(Muchlishon Rochmat)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Islam, Quote Sang Pencerah Muslim

Senin, 22 Januari 2018

Panglima TNI: Santri Komponen Terbesar Perlawanan terhadap Penjajah

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Dalam peringatan hari santri yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di pelataran Tugu Proklamasi, Jakarta, Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo menyampaikan pidato sambutan. 

“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini karena hari santri mengandung makna penghargaan terhadap perjuangan, khususnya perjuangan para santri sebagai komponen terbesar dalam menghadapi penjajah,” ujar Laksamana Madya TNI Didit Herdiawan membacakan teks pidato Gatot yang berhalangan hadir, Ahad (22/10).

Panglima TNI: Santri Komponen Terbesar Perlawanan terhadap Penjajah (Sumber Gambar : Nu Online)
Panglima TNI: Santri Komponen Terbesar Perlawanan terhadap Penjajah (Sumber Gambar : Nu Online)

Panglima TNI: Santri Komponen Terbesar Perlawanan terhadap Penjajah

Ia merujuk pada peristiwa Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 oleh Hadratussyekh Hasyim Asy’ari sebagai sejarah penting perlawanan terhadap tentara Sekutu. Seruan perang suci itu dinilai mampu menggerakkan santri, kiai, dan rakyat secara umum untuk berpartisipasi dalam perang heroik yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945.

Gatot juga memaparkan, aksi heroik yang ditunjukkan oleh peristiwa 22 Oktober tersebut merupakan di antara ciri khas orang Indonesia. “Ciri khas orang indonesia ada tiga, yakni mengalir darah ksatria, berjiwa patriot, dan bekerja gotong royong,” ujar Gatot melalui Didit saat menjadi inspektur upacara.

Sang Pencerah Muslim

Cirri-ciri ini juga dibuktikan dengan berbagai senjata tradisional khas suku-suku di berbagai daerah di Indonesia, serta tarian-tarian perang yang masih bisa dijumpai hingga hari ini. Warisan adat ini mencerminkan bahwa bangsa Indonesia berjiwa patiriot, siap membela tanah air mereka bila diusik.

Menurut Gatot, rakyat Indonesia juga tergolong suka menolong mereka yang membutuhkan. Spirit gotong royong di antaranya dijumpai ketika anggota masyarakat menggelar hajatan yang kemudian dibantu warga sekitarnya untuk menyukseskan acaranya itu.

Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, dan sejumlah pejabat tinggi negara. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Makam, Quote Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock