Tampilkan postingan dengan label Sholawat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sholawat. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Maret 2018

Prof. Aom Karomani: Komunikasi via Medsos Rawan Miskomunikasi

Bandar Lampung, Sang Pencerah Muslim. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya media sosial, saat ini membuat masyarakat berinteraksi secara mudah. Komunikasi melalui media ini ternyata tidak serta-merta membawa kemanfaatan bagi masyarakat, tapi ada sisi kemudaratannya.

Prof. Aom Karomani: Komunikasi via Medsos Rawan Miskomunikasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Prof. Aom Karomani: Komunikasi via Medsos Rawan Miskomunikasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Prof. Aom Karomani: Komunikasi via Medsos Rawan Miskomunikasi

Menurut Wakil Ketua Tanfidziyyah PWNU Prof. Aom Karomani, komunikasi melalui media sosial sangat rawan terjadi miskomunikasi atau kesalahpahaman. 

"Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 7 persen dari komunikasi verbal yang berpengaruh terhadap efektivitas sebuah komunikasi.Sekitar 93 persen dipengaruhi oleh komunikasi nonverbal yang meliputi gesture, tatapan mata, dan aspek non erbal lainnya," kata dosen FISIP Universitas Lampung ini, Ahad (7/1).

Ia mengingatkan bahwa komunikasi langsung dengan tatap muka serta melibatkan unsur nonverbal saja bisa masih mampu memunculkan kesalahpahaman. Apalagi komunikasi via media sosial yang dalam aktivitasnya tidak melibatkan gesture, mimik muka, intonasi suara dan unsur nonverbal lainnya.

Sang Pencerah Muslim

Ia menilai di situlah letak kekurangan komunikasi via media sosial dan perlu diperhatikan oleh para pengguna jejaring sosial.

"Keagungan Allah AWT menciptakan mimik muka manusia mampu menunjukkan apa yang ada dalam bathin seseorang apakah berbicara jujur atau bohong. Namun perkembangan teknologi menggeser segalanya," kata Ahli Bidang Komunikasi ini di kediamannya, di Bandarlampung.

Untuk menghindari efek negatif dari munculnya miskomunikasi yang mengarah kepada perpecahan dan pertikaian, ia mengingatkan agar dalam berkomunikasi harus memahami secara utuh maksud dan keinginan dari yang diajak berkomunikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memahami unsur nonverbal dan melakukan tabayun secara mendalam. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pondok Pesantren, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Jumat, 16 Februari 2018

Siswa MTs N Model Brebes Latihan Urus Jenazah

Brebes, Sang Pencerah Muslim. Minimnya pengetahuan tentang mengurus jenazah, menarik perhatian bagi MTs Negeri Model Brebes. Untuk itu, pihak sekolah mengadakan pelatihan bagaimana mengurus jenazah sehingga kewajiban fardlu kifayah bisa terpenuhi. Para siswa dilatih perihal cara memandikan, mengafani, menshalati, hingga menguburkan jenazah.

“Merawat jenazah, tidak hanya urusan pak lebe atau modin saja, tetapi seluruh umat Islam berkewajiban memiliki pengetahuan guna menggugurkan kewajiban kifayah,” kata Kepala MTs N Model Brebes H Muh Muntoyo di sela pelatihan di sekolah setempat, Sabtu (11/7).

Siswa MTs N Model Brebes Latihan Urus Jenazah (Sumber Gambar : Nu Online)
Siswa MTs N Model Brebes Latihan Urus Jenazah (Sumber Gambar : Nu Online)

Siswa MTs N Model Brebes Latihan Urus Jenazah

Kata Muntoyo, para siswa dibekali ilmu mengurus jenazah agar tidak gagap ketika dimintai pertolongan warga untuk mengurus jenazah.

Sang Pencerah Muslim

“Melalui pelatihan ini, setidaknya berupaya menciptakan kader yang benar-benar andal dan terampil dalam mengurus jenazah. Sederhananya, para siswa bisa mengurus jenazah keluarganya sendiri tanpa tergantung kepada orang lain,” ujarnya.

Menurut Muntoyo, pelatihan rukun kifayah ini bertujuan untuk berbagi ilmu secara mendalam terkait tata cara merawat jenazah yang benar menurut syari’ah Islam.

Sang Pencerah Muslim

“Dengan pelatihan ini para siswa bisa mengamalkan bagaimana cara merawat jenazah yang benar sesuai dengan tuntunan syariat Islam,” tandasnya.

Pelatihan diikuti 1.409 siswa secara berkelompok dalam waktu tiga hari. Pelatihan ini merupakan rangkaian pesantren Ramadhan 1436 Hijriyah. Pesantren Ramadhan yang diikuti kelas 8 dan 9 berlangsung sejak pukul 08.00 sampai selesai.

Mereka mendapatkan materi pesantren berupa tadarus Al-Quran dengan tajwidnya, praktik wudhu, praktik bacaan dan gerakan dalam shalat fardhu dan sunah, praktik mengafani dan shalat jenazah, tahlil dan doa-doa dalam kehidupan sehari-hari.

Siska, salah seorang siswa mengaku senang mendapatkan pelatihan mengurus jenazah. Pada awalnya merasa takut, tetapi kemudian berani karena dilakukan bersama-sama dan media yang digunakan bukan orang mati sungguhan tetapi boneka manekin.

“Senang, meski kadang diliputi rasa takut dan saling berseloroh yang mengingatkan kematian,” ungkapnya. (Wasdiun/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Pertandingan Sang Pencerah Muslim

Jumat, 19 Januari 2018

Syuriyah PBNU: Jangan Ikut-Ikutan Mendukung ISIS!

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Rais Syuriyah PBNU KH Hasyim Muzadi menyerukan kepada warga nahdliyin dan umat Islam Indonesia agar tidak ikut-ikutan mendukung gerakan Negara Islam di Irak dan Syuriah (ISIS) dan sekaligus tidak membuat perpecahan di kalangan kaum muslimin.

"Sebagai sesama muslim saya mengimbau akar kaum muslimin indonesia tidak termakan dan terprovokasi terhadap isu isis di Iraq dan Syria of Islamic State (ISIS) yang belakangan ini masuk di indonesia," katanya di Jakarta, Senin (4/8/2014).

Syuriyah PBNU: Jangan Ikut-Ikutan Mendukung ISIS! (Sumber Gambar : Nu Online)
Syuriyah PBNU: Jangan Ikut-Ikutan Mendukung ISIS! (Sumber Gambar : Nu Online)

Syuriyah PBNU: Jangan Ikut-Ikutan Mendukung ISIS!

Menurutnya, ISIS adalah fenomena Islam di Timur Tengah yang kondisinya tidak sama dengan Indonesia. "Kehati-hatian ini perlu karena selama musim reformasi ini telah terbentuk embrio-embrio kekuatan garis keras radikal baik yang bergerak melalui gerakan massa, melalui gerakan yang masuk ke sistem keindonesiaan maupun yang menggunakan cara teror," terang Mantan Ketua Umum PBNU.

Sang Pencerah Muslim

Menurutnya, apabila embrio radikalitas ini diolah dengan bumbu isu ISIS atau perpecahan pasca pilpres, pasti meningkatkan kadar radikalitas dan kekerasan dalam gerakan transnasional yang membahayakan keselamatan kaum muslimin Indonesia dan sekaligus membayakan keutuhan NKRI .

"Lebih baik kita sebagai kaum muslimin berbuat melakukan strategi yang islami dan yang indonesiawi dari pada kita mengaku "kelompok paling Islam", namun menghalalkan "segala cara" karena merasa untuk kepentingan kelompoknya yang "paling islami" itu. Padahal yang demikian itu tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah," jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Menghalalkan segala cara, kata Hasyim, bukanlah ajaran Ahlussunnah wal-Jamaah. "Yang pernah ada dalam sejarah adalah kelompok Khawarij yang boleh merusak apa saja yang bertentangan dengan kemauannya. Sekarang ini, ajaran tersebut menjelma dalam berbagai bentuk gerakan pengrusakan dengan segala manifentasinya," papar pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Malang dan Depok ini.

"Dan apabila antar-kelompok kaum muslimin sampai bentrok, itulah saatnya kekuatan asing akan masuk dan merusak Islam dan Indonesia . Waspadalah," tambahnya. (Ahmad Millah/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Ulama, Bahtsul Masail Sang Pencerah Muslim

Minggu, 14 Januari 2018

10 Menit Gus Dur Putuskan Pancasila itu Islami dan Final

Memutuskan persoalan yang membutuhkan dasar pemikiran yang mendalam dan kajian serius tidaklah mudah. Tetapi lain halnya ketika persoalan tersebut hadir di tangan KH Abdurrahman Wahid (1940-2009) atau Gus Dur ketika memimpin rapat soal substansi Pancasila sebagai dasar negara dan organisasi di Indonesia dalam Muktamar NU tahun 1984 di Situbondo, Jawa Timur.

Setidaknya ada beberapa alasan mendasar NU membahas Pancasila ke forum tertinggi organisasi, Muktamar. Dasar bahwa Pancasila mampu mempersatukan seluruh bangsa tidaklah cukup bagi sejumlah ormas Islam di Indonesia. Meskipun NU sendiri tidak pernah mempersoalkan keberadaan Pancasila karena dirancang sendiri secara teologis maupun filosofis oleh KH Abdul Wahid Hasyim, ayah Gus Dur.

Menjelaskan hubungan Islam dan Pancasila tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena jika hal ini berhasil dilakukan NU, ormas Islam di Indonesia merasa terbantu secara dasar syar’i. Sebab itu, Pancasila sebagai dasar mutlak dalam berbangsa dan bernegara harus juga dijelaskan oleh NU untuk menegaskan bahwa lima sila yang dipelopori oleh Presiden Soekarno pada 1 Juni 1945 tersebut dapat diterima secara final sebagai pondasi negara yang Islami.

10 Menit Gus Dur Putuskan Pancasila itu Islami dan Final (Sumber Gambar : Nu Online)
10 Menit Gus Dur Putuskan Pancasila itu Islami dan Final (Sumber Gambar : Nu Online)

10 Menit Gus Dur Putuskan Pancasila itu Islami dan Final

Riwayat ketika Gus Dur secara mudah memutuskan bahwa Pancasila itu Islami dan final diceritakan oleh salah satu sahabat Gus Dur, KH Ahmad Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus. Bahkan, Gus Mus sendiri merupakan pelaku sejarah dalam perumusan Pancasila sebagai asas tunggal organisasi dalam Muktamar NU 1984 tersebut. Dia salah satu kiai yang ditunjuk oleh Gus Dur untuk menjadi anggota dalam tim perumusan deklarasi hubungan Islam dan Pancasila.

Muktamar NU 1984 juga menjadi tonggak sejarah bagi organisasi para kiai pesantren ini untuk kembali ke Khittah 1926. NU menegaskan diri sebagai jami’yyah diniyyah ijtima’iyyah (organisasi sosial kegamaan) sesuai amanat pendirian organisasi pada 1926, bukan lagi sebagai organisasi politik praktis.

Dalam Muktamar 1984 itu ada tiga komisi, salah satunya adalah komisi khittah yang membahas paradigma, gagasan dasar, dan konsep hubungan Islam dan Pancasila. Dua komisi lain membahas tentang keorganisasian yang dipimpin oleh Drs Zamroni dan komisi AD/ART dipimpin oleh KH Tholhah Mansur. Dengan jumlah anggota rapat komisi yang cukup banyak, mereka membahas secara terpisah di tempat yang berbeda.

Sang Pencerah Muslim

Gus Dur memimpin subkomisi yang merumuskan deklarasi hubungan Islam dan Pancasila. Salah seorang cucu Hadltrassyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari ? (1871-1947) ini kemudian menunjuk lima orang kiai sebagai anggotanya, yaitu KH Ahmad Mustofa Bisri dari Rembang, Dr KH Hasan dari Medan, KH Zahrowi, KH Mukafi Makki, dan dr Muhammad dari Surabaya.

Gus Dur membuka rapat dengan bertanya kepada anggotanya satu per satu soal pendapatnya tentang hubungan Islam dan Pancasila. Mereka menyampaikan pandangannya terhadap satu per satu sila dalam Pancasila disertai sejumlah argumen keagamannya. Gus Dur mendengarkan dan menyimak dengan penuh perhatian.

Pada dasarnya, Pancasila menurut para kiai dalam subkomisi ini tidak bertentangan dengan Islam, justru sebaliknya sejalan dengan nilai-nilai Islam. “Pancasila itu Islami,” simpul mereka seperti diungkapkan Gus Mus.

Sang Pencerah Muslim

?

Usai mereka menjawab, Gus Dur berkata, “Bagaimana jika ini (Pancasila itu Islami, red) saja yang nanti kita sampaikan, kita deklarasikan di hadapan sidang pleno Muktamar?” tanya Gus Dur. Tanpa pikir panjang, mereka setuju, sepakat bulat, lalu rapat ditutup. “Al-Fatihah!” Menurut pengakuan Gus Mus, kala itu Gus Dur tersenyum manis, ya manis sekali.

Lalu Gus Mus memberikan kesaksian, “Gus Dur hebat sekali. Rapat untuk sesuatu yang mendasar dan pondasi bagi penataan relasi kehidupan berbangsa dan bernegara hanya diputuskan dalam waktu 10 menit! Sementara komisi yang lain rapat sampai berjam-jam bahkan hingga subuh untuk memutuskan pembahasan sesuai bidangnya masing-masing.”

Dalam perhelatan Muktamar yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Asembagus, Situbondo itu terpilih Gus Dur sebagai Ketua Umum PBNU dan KH Achmad Siddiq (1926-1991) sebagai Rais ‘Aam. Kiai Achmad Siddiq ditunjuk langsung sebagai Rais ‘Aam oleh KH Raden As’ad Syamsul Arifin (selaku Ahlul Halli wal Aqdi). Penunjukkan Kiai As’ad disepakati oleh berbagai pihak.

Sebagai salah satu tokoh arsitek Khittah NU 1926 dan juga berperan penting dalam ikut merumuskan pondasi hubungan Islam dan Pancasila, KH Achmad Siddiq menyampaikan sebuah pidato. Berikut salah satu cuplikan pidato Kiai Achmad Siddiq yang begitu berkesan bagi umat Islam Indonesia, khususnya Nahdliyin:

“Dengan demikian, Republik Indonesia adalah bentuk upaya final seluruh nation (bangsa), teristimewa kaum muslimin, untuk mendirikan negara (kesatuan) di wilayah Nusantara. Para Ulama dalam NU meyakini bahwa penerimaan Pancasila ini dimaksudkan sebagai perjuangan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sosial.”

(Fathoni Ahmad)

Riwayat tersebut disarikan dari buku “Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus” karya KH Husein Muhammad (Noura Books, 2015).

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Olahraga Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 13 Januari 2018

Setelah Kiai Wahab, PBNU Akan Perjuangkan Gus Dur

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Setelah berhasil memperjuangkan gelar pahlawan nasional untuk salah satu pendiri NU KH Wahab Hasbullah, PBNU akan memperjuangkan sejumlah tokoh NU lainnya agar mendapat gelar pahlawan nasional, terutama untuk KH Abdurrahman Wahid, KH Bisri Syansuri, dan KH Saifuddin Zuhri. Mereka merupakan tokoh NU yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kebangsaan.

Demikian disampaikan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam acara tasyarkuran atas diberikannya gelar pahlawan nasional untuk KH Wahab Hasbullah di gedung PBNU, yang diselenggarakan tepat pada hari Pahlawan, 10 November.

Setelah Kiai Wahab, PBNU Akan Perjuangkan Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)
Setelah Kiai Wahab, PBNU Akan Perjuangkan Gus Dur (Sumber Gambar : Nu Online)

Setelah Kiai Wahab, PBNU Akan Perjuangkan Gus Dur

Rekomendasi PBNU terkait kepahlawanan KH Wahab Hasbullah tertulis dalam naskah rekomendasi dalam Munas NU Cirebon tahun 2012.

Tokoh NU yang sudah mendapat gelar pahlawan nasional diantarany adalah KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim serta KH Idham Chalid.

Sang Pencerah Muslim

Kiai Said menjelaskan, banyak sekali kontribusi yang diberikan oleh Kiai Wahab Hasbullah dalam perjuangan kebangsaan. Diantara yang paling menonjol adalah keterlibatan dalam pertempuran 10 November yang dilatarbelakangi oleh Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari.

Ia menambahkan, Kiai Wahab juga memperjuangkan kepemimpinan wanita, yang kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan NU atas bolehnya pemimpin wanita dalam munas NU di NTB.

Sang Pencerah Muslim

Hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh NU, dan para menteri berlatar belakang NU yang baru-baru ini terpilih seperti Marwan Jakfar (Menteri Desa), Hanif Dakhiri (Menteri Keteragakerjaan), Imam Nahrawi (menteri pemuda dan olahraga), Wahiduddin Adam (hakim MK) dan lainnya. Para keluarga besar KH Wahab Hasbullah, mulai dari anak, cucu dan cicit, baik dari Jombang maupun dari Jakarta juga datang, yang satu per satu diperkenalkan oleh Ny Mahfudhoh Ali Ubaid. (mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Anti Hoax, Sholawat, Olahraga Sang Pencerah Muslim

Minggu, 24 Desember 2017

Ali Masykur Musa: Di Era Milenial, Tantangan NU Sangat Berat

Banyuwangi, Sang Pencerah Muslim. Perubahan zaman yang demikian cepat dan di luar prediksi banyak kalangan harus disikapi dengan bijak. Salah satunya lewat mencari formula agar keberadaan Nahdlatul Ulama bisa lestari dengan tidak semata bangga atas jumlah warga yang demikian banyak.

Ali Masykur Musa: Di Era Milenial, Tantangan NU Sangat Berat (Sumber Gambar : Nu Online)
Ali Masykur Musa: Di Era Milenial, Tantangan NU Sangat Berat (Sumber Gambar : Nu Online)

Ali Masykur Musa: Di Era Milenial, Tantangan NU Sangat Berat

"Kita sudah memasuki era milenial, karenanya gerakan dan khidmat NU juga harus menyesuaikan diri dengan tantangan yang ada," kata Ali Masykur Musa, Sabtu (4/11).  

Ali Masykur yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) mengingatkan hal tersebut pada diskusi panel yang diselenggarakan di Pendopo Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan sebagai pembuka pada Konferensi Wilayah ISNU Jatim yang berlangsung sejak hari ini hingga besok.

Di era milenial itu, ada kecenderungan anak muda tidak lagi gemar membaca. "Karenanya dakwah NU, termasuk di dalamnya para sarjananya juga harus mengikuti zaman yang telah berubah tersebut," katanya di hadapan para fungsionaris ISNU se-Jawa Timur.

Sang Pencerah Muslim

Menurut mantan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII tersebut, strategi gerakan dakwah milenial menjadi pilihan yang tidak dapat dihindarkan. "Bila tidak, maka jangan harap NU akan memiliki peran di kemudian hari," tandasnya.

"Sudah saatnya kita meninggalkan kebanggaan hanya lantaran memiliki jamaah yang besar, tapi peranannya kecil," pesannya. Termasuk kebanggaan dengan identitas kultural seperti shalawatan, terbangan, manakiban dan sejenisnya.

Sang Pencerah Muslim

Bagi pria yang tampil bersama Ahmad Suaedy tersebut, di sinilah tantangan berat yang dihadapi NU. "Menjadi warga NU, termasuk di dalamnya ISNU sangatlah berat," ungkapnya. Karenanya, bagaimana dakwah di era milenial harus segera dirumuskan, lanjutnya.

Yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana menghadirkan NU tidak semata dalam halaqah atau perkumpulan. "Saatnya NU juga menonjol dalam harakah atau gerakan, dan ini yang lemah di NU," tegasnya.

Tantangan berat lainnya khususnya ketika NU berhadapan dengan mahasiswa. "Saat ini banyak mahasiswa yang lebih memilih gerakan radikal. Karenanya menghadirkan NU dengan tantangan milenial seperti ini sebagai tantangan utama," sergahnya.

Kendati demikian, bekas anggota Badan Pemeriksa Keuangan tersebut menyerahkan formula terbaik dalam menjawab tantangan yang ada. "Silakan diputuskan apa langkah terbaik yang bisa dilakukan para sarjana pada sidang-sidang yang dilaksanakan saat forum konferensi kali ini," katanya.

PW ISNU Jatim menyelenggarakan konferesi yang diselenggarakan 4 hingga 5 Nofember. Pembukaan dilangsungkan di Pendopo Kabupaten Banyuwangi, sedangkan sejumlah sidang diselenggarakan di Gedung Balai Diklat kota setempat. (Ibnu Nawawi/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Fragmen, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Kamis, 21 Desember 2017

Sistem Organisasi NU Perlu Ditata Ulang

Jember, Sang Pencerah Muslim. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muchith Muzadi berpendapat, sistem organisasi NU perlu ditata ulang. Menurutnya, penataan ulang yang meliputi struktur dan rentang kendali terhadap badan otonom, lajnah dan lembaga, sangat penting mengingat semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi NU saat ini.

“Sekarang ini NU mengontrol (Gerakan Pemuda-Red) Ansor saja sudah kewalahan,” tandas Mbah Muchith—begitu panggilan akrabnya—kepada Sang Pencerah Muslim di kediamannya, di Jember, Sabtu (3/3) kemarin.

Sistem Organisasi NU Perlu Ditata Ulang (Sumber Gambar : Nu Online)
Sistem Organisasi NU Perlu Ditata Ulang (Sumber Gambar : Nu Online)

Sistem Organisasi NU Perlu Ditata Ulang

Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian, menurut Mbah Muchith, adalah fenomena banyaknya kalangan muda yang mengaku intelektual NU, tapi pola pikirnya tidak sejalan dengan pola pikir NU. Bahkan, imbuhnya, ada yang sudah berani mempertanyakan kemurnian kitab suci Alquran.

“Kalau mereka sudah mempersoalkan keotentikan Alquran, ganti perlu kita persoalkan mereka, apa pikiran semacam itu sesuai dengan pemikiran NU?” gugat Mbah Muchith yang juga kakak kandung Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi.

Pemikiran yang menurut Mbah Muchith sangat ke-Barat-barat-an itu justru akan merusak NU dari dalam. Mereka menggerogoti sendi-sendi NU yang menjadi tumpuan kekuatan perjuangannya. “Ini perlu dipikir ulang, semua itu dianggap wajar, lalu dibiarkan saja berkembang semaunya, atau perlu dipikir ulang untuk dikembalikan pada garis-garis pemikiran NU yang sudah ada,” terangnya.

Sang Pencerah Muslim

Sejak kelahirannya, kata Mbah Muchith, NU sudah membawa cita-cita ideologi, yaitu mempertahankan dan mengembangkan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah ala Empat Mazhab. NU lahir membawa misi akidah, syariat, akhlak dan harakah (gerakan). “Jadi kelahiran NU itu sebuah gerakanb yang tak lepas dari misi akidah,” jelasnya.

Tokoh NU yang kini berusia 81 tahun itu menuturkan, dulu NU didirikan dengan sistem kepengurusan yang serba sederhana. Pengurus terdiri dari para kiai dibantu sebagian orang yang bukan kiai. Belum ada badan otonom, lajnah maupun lembaga. Namun struktur kendali NU sudah jelas.

Sang Pencerah Muslim

Karena bidang garapan NU semakin banyak, dibentuklah bidang mabarot, dakwah, pendidikan dan ekonomi. Lalu muncullah pemikiran tentang kaderisasi. Gerakan Pemuda Ansor salah satu jawabannya yang berfungsi sebagai wadah kalangan muda NU.

Namun demikian, lanjutnya, semua kegiatan tetap bergantung sepenuhnya pada kebijakan pengurus cabang NU masing-masing. “Jadi mereka itu muncul di NU ketika NU sudah mempunyai tujuan, arah dan rentang kendali yang sudah jelas. Mereka hanya bagian dari NU,” kata Mbah Muchith.

Kalau saat ini mereka tidak sejalan dengan NU dan sulit dikendalikan, ia mengaku tidak mengerti. Dalam banyak kesempatan, ia menyebut GP Ansor sebagai ‘Anak Mbarep’ (anak pertama) NU. “Bukan tetangga NU, apalagi pesaing NU,” tandasnya.

Mengaca pada perkembangan terakhir yang terjadi, kiai yang satu generasi dengan KH Achmad Shidiq, KH Sullam Syamsun dan KH Munasir itu merasa ada sesuatu yang perlu dipikir ulang secara keseluruhan dari NU. Baik soal perkembangan struktur, tata kerja maupun tata pendapat di dalamnya.

Sekretaris pribadi KH Achmad Shidiq itu menjelaskan, NU lahir dipimpin para ulama dengan membawa misi yang jelas. Oleh karena itu, kalau ada orang yang merasa tidak cocok dengan NU, sebaiknya jangan ikut NU. NU, katanya, ibarat sebuah kereta api, yang masinis dan penumpangnya harus ikuti trayek yang sudah ditentukan. “Orangnya yang ikut NU, bukan NU yang ikut orang,” pungkasnya.

Mantan Komandan Kompi Hizbullah Bangilan itu mengakui, masa lalu memang tidak semuanya benar. Tapi masa sekarang, jelas lebih banyak yang tidak benar. Karenanya, ia berharap agar PBNU sebagai lembaga tertinggi, memikirkan masalah tersebut. (sbh)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Daerah, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Jumat, 15 Desember 2017

Sekolah Lima Hari di Jateng Dinilai Bisa Rusak Budaya Religi

Semarang, Sang Pencerah Muslim

Kebijakan Sekolah Lima Hari yang dicanangkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dinilai para ulama akan merusak budaya religi yang telah tertanam kuat di masyarakat Jateng.? Budaya religi masyarakat Jateng adalah bercorak pedesaan dan mayoritas masih peduli pada moralitas anak-anaknya.

Wujud peduli pada pendidikan moral itu, para orang tua yang prihatin atas minimnya pendidikan agama di sekolah formal, memasukkan anaknya ke madrasah diniyah atau Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) di sore hari. Bahkan banyak yang mendorong anaknya mengaji di pesantren sejak sore hingga malam hari, meski tidak mondok 24 jam di pesantren.

Sekolah Lima Hari di Jateng Dinilai Bisa Rusak Budaya Religi (Sumber Gambar : Nu Online)
Sekolah Lima Hari di Jateng Dinilai Bisa Rusak Budaya Religi (Sumber Gambar : Nu Online)

Sekolah Lima Hari di Jateng Dinilai Bisa Rusak Budaya Religi

Jika kebijakan Gubernur Jateng yang sekarang dalam tahap uji coba itu benar-benar diberlakukan, maka para murid sekolah formal akan kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan agama dan moral. Padahal itu adalah hak konstitusional peserta didik yang selama ini tidak pernah bisa dipenuhi negara melalui sistem pendidikan nasionalnya.

Jika murid sekolah pulang sore, hingga jam 17 sampai rumah, kemungkinan besar sudah kelelahan. Itu artinya, hilang kesempatan untuk mengaji di malam ? hari. Terlebih malam hari harus belajar menggarap Pekerjaan Rumah (PR) dan sebagainya.

Hal itu mengemuka dalam Halaqoh Ulama bertema "Plus-minus Kebijakan 5 Hari Sekolah di Jawa Tengah" yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng di Kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Kamis (26/11).

Para ulama menyatakan keberatan terhadap kebijakan Gubernur Jateng yang dituangkan dalam Surat Edaran nomor 420/006752/2015. Para utusan MUI daerah mendorong MUI Jateng agar bersikap tegas menolak kebijakan tersebut atas pertimbangan kemaslahatan umat.

Sang Pencerah Muslim

Tegas Menolak

Narasumber dalam Halqoh Ulama, Ketua Pengurus Pusat Rabithah Maahid Islamiyyah NU (RMI NU; asosisasi pesantren NU) Jateng KH Abdul Ghoffar Rozien tegas menolak kebijakan tersebut. Ia menyatakan, kepuitusan gubernur Jateng tersebut tidak didasari studi dan kajian yang? memadai sehingga tidak mencerminkan kebutuhan riil masyarakat Jateng.

Sang Pencerah Muslim

Disebutkannya, alasan Ganjar Pranowo yang mengatakan akan meningkatkan kualitas hubungan? orang tua dan anak di hari Sabtu dan Minggu, tidak bisa diterima nalar karena mayoritas orang tua di Jateng masih beraktivitas di hari Sabtu dan Minggu.? Justru kekosongan rumah di saat orang tua tidak ada di hari libur sekolah, menurut Gus Rozien, panggilan akrabnya, berpotensi menimbulkan perilaku negatif yang tidak terkontrol.

"Marilah jujur, para siswa sekolah kita itu semakin banyak yang rusak moralnya. Miris kita kalau mengetahui di setiap malam Valentine Day, semua apotek dan toko kehabisan stok kondom," tuturnya sedih.

Pernyataan Rozien didukung para peserta Halaqoh. Setiap Rozin memaparkan argumennya tentang penolakan itu, disambut tepuk tangan hadirin. Beberapa ketua MUI daerah yang mendapat kesempatan bicara, meminta agar MUI Jateng mengeluarkan sikap tegas menolak.

Argumen paling banyak disampaikan adalah pesantren, madrasah diniyah (Madin) dan taman pendidika al-Quran (TPQ) yang telah ada puluhan tahun, bahkan sudah ada sejak Islam masuk Indonesia, akan tutup karena tiada kesempatan anak-anak mengenyam pendidikan agama di sore hari di lembaga pendidikan keagamaan tersebut.

"Madin dan TPQ akan gulung tikar. Bukan soal tutupnya yang menyedihkan, tapi tiadanya kesempatan anak-anak kita mendapat pendidikan moral agama. Mau jadi apa mereka nanti?" tutur Kasi Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Jateng Mustasit yang juga anggota MUI itu.

Disebutkan Rozien, satu-satunya benteng moral masyarakat adalah pendidikan agama, dan itu didapat secara maksimal di Madin dan pesantren, yang umumnya diselenggarakan pada sore hari. Pemberlakukan surat edaran gubernut, jelas dia, telah mengancam keberlangsungan lebih dari 11 ribu madrasah diniyyah di Jateng dengan ratusan ribu santri.

Pengasuh Ponpes Maslakul Huda Kajen Pati ini menegaskan, libur sekolah di hari Sabtu dan Minggu, perlu ditimbang lagi manfaat dan mudharat (kerugian) nya. Jika tidak diisi dengan kegiatan produktif, maka tidak ada manfaatnya. Kebijakan? tersebut hanya cocok jika diterapkan di kota Metropolitan semisal Jakarta.

Dukungan penolakan disampaikan MUI Grobogan. Di forum tersebut, Sekretaris Umum MUI Grobogan HM Mahbub Ulil Albab meminta agar MUI Jateng tegas menolak kebijakan lima hari sekolah.

Ia mengaku prihatin mengapa pemerintah yang jelas-jelas telah melanggar konstitusi, tidak mampu memberi pendidikan agama? yang cukup sesuai amanah konstitusi, malah akan mematikan Madin? dan TPQ yang sudah puluhan tahun menutupi kesalahan dan kekurangan pemerintah tersebut.

"Pemerintah sudah tidak bisa memenuhi amanah konstitusi memberi pendidikan agama kepada anak sekolah. Buktinya pelajaran agama cuma dua jam seminggu. Jangan ditambah dengan menutup akses siswa ke madrasah diniyah," tuturnya.

Diminta Beradaptasi

Meski dinamika dalam Halaqoh cenderung menolak, namun dua narasumber menyatakan mendukung. Ketua Dewan Penasehat MUI Jateng Ali Mufiz mengajak masayrakat untuk mengambil hikmah atas kebijakan gubernur tersebut. Ia mengajak para guru Madin dan TPQ untuk menyesuaikan diri dengan membuka Sekolah Ahad, Sekolah Alternatif, Sekolah Tematik Agama, atau semacamnya.

Mantan Gubernur Jateng ini bahkan mempersilakan Gubernur Jateng menerapkan kebijakan tersebut untuk semua sekolah. Tidak hanya untuk SMA dan SMK, melainkan juga sekalian ke SMP dan SD. Agar semua anak pulang sore hari dengan masuk lima hari sekolah.

"Sekalian diterapkan untuk semua jenjang sekolah saja. Kita menyesuaikan diri dan mengambil hikmah dari kebijakan Pak Gubernur. Toh masyarakat akan memilih pendidikan untuk anak-anaknya," tuturnya seraya menyatakan bahwa Kabupaten Sragen meminta penerapan sekolah lima hari untuk SD sampai SLTA.

Narasumber lain, Rektor Unissula Anis Malik Toha menyatakan dukungannya dengan mengatakan bahwa kebijakan Gubernur Jateng membuka peluang bagi madrasah dan TPQ untuk berimprovisasi dan inovasi. Namun ia tidak merinci seperti apa wujud improvisasi dan inovasi tersebut bagi Madin dan TPQ.

Dalam makalahnya ia hanya menuliskan, perlunya diversifikasi pendidikan diniyah secara inovatif, lalu ada formalisasi pendidikan diniyah sebagai sistem pendidikan alternatif di semua level. Lalu ada reformulasi kurikulum.

Anis menyebut madrasah diniyah sebagai tempat pendidikan agama, itu terjebak pada hegemoni budaya asing yang mendikotomikan ilmu umum dan ilmu agama. Maka konsepsi seperti itu harus diubah.

Namun pernyataannya ini diprotes Mahbub dari Grobogan. Menurutnya, menyalahkan madrasah sebagai korban hegemoni asing itu kurang bijaksana. Ia menyebut perlunya formalisasi pendidikan diniyyah sebagai sistem pendidikan alternatif di semua level.

"Madrasah itu sudah ada sejak Islam masuk di Indonesia. Menyatakan Madin terjebak hegemoni asing itu kurang bijaksana," tutur Mahbub disambut tepuk tangan hadirin.

Ketua PP RMI NU Abdul Ghoffar Rozien sendiri dalam tanggapanya mengatakan, meminta madrasah menyesuaikan diri dari kebijakan gubernur Jateng itu ibarat ada orang sudah merebut rumah, lalu disuruh membuat rumah baru.

Hingga kini, kebijakan Gubernur tersebut telah ditolak oleh beberapa Pemda. Yakni Surakarta, Kendal, Pekalongan, dan Kabupaten Semarang Serta Boyolali, Temanggung, dan Batang dan Rembang.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah Nur Hadi Amiyanto yang hadir sebagai narasumber menjelaskan, kebijakan tersebut baru sebatas uji coba di SMA dan SMK negeri. Setelah satu semester akan dievaluasi. Ia mempersilakan masyarakat termasuk ulama memberi masukan dan pihaknya akan membahasnya secara mendalam.

"Kebijakan ini masih uji coba. Akan kami evaluasi setelah satu semester," tuturnya.

Pemerintah Justru yang Ikut Asing

Menanggapi kebijakan Gubernur Jateng ini, seorang alumni Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Dawam Muallim menguraikan, dulu pada zaman Wali Songo, pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang berbasis padepokan dan pondok pesantren. Pendidikan di padepokan biasanya menitikberatkan pada pengajaran ilmu silat dan bela diri serta ilmu budi pekerti, sedangkan pendidikan di pondok pesantren biasanya juga mengajarkan ilmu silat dan bela diri namun lebih dominan pada pengajaran ilmu-ilmu agama.

Ia melanjutkan, pendidikan model seperti itu berlanjut hingga zaman Belanda, dan kebanyakan laskar perebut kemerdekaan didominasi para pendekar dan para kiai yang dibantu oleh para santri.

Belanda pun selalu kewalahan menghadapi mereka, sehingga Belanda harus memeras otak untuk menghilangkan pendidikan berbasis pondok pesantren dan padepokan. Maka Belanda membuat pendidikan tandingan yang berbasis ilmu-ilmu duniawi, namun saat itu para kyai mengharamkan penduduk pribumi belajar di sekolah Belanda.

"Penduduk pribumi saat itu masih banyak yang taat kepada fatwa kiai, sehingga selama ratusan tahun sekolahan Belanda masih sepi dari penduduk pribumi," ujar ustadz yang kini mendirikan pesantren di Kalimantan ini.

Lebih lanjut ia mengatakan, ketika Belanda masih kalah sama fatwa kiai, akhirnya penjajah melarang para bupati dan wedana menerima pegawai selain dari lulusan sekolahan Belanda.? Hal itu dilawan lagi oleh kiai dengan mengeluarkan fatwa haram bagi santri dan anak cucu kiai menjadi pegawai.

"Namun lambat laun, sekolah Belanda itu akhirnya laku juga, yang pada akhirnya mampu mengalahkan pendidikan pesantren dan padepokan.? Dan sekarang guru yang dianggap sah oleh pemerintah Indonesia adalah para guru sekolah model Belanda, sungguh kenyataan yang sangat menyedihkan," pungkasnya. (Ichwan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Habib, IMNU Sang Pencerah Muslim

Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi

Batam, Sang Pencerah Muslim. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia NU di Asrama Haji Batam diakhiri dengan pembacaan Deklarasi Lakpesdam, Kamis (16/4) sore.

Rakernas berlangsung sejak Selasa (14/4) yang diikuti oleh 70 Pengurus Cabang Lakpesdam NU dari 21 provinsi di Indonesia. Rakernas ditutup oleh Sekretaris PWNU Kepulauan Riau Muhammad Zainuddin.

Berikut ini bunyi deklarasi yang dibacakan oleh Sekretaris PW Lakpesdam NU Kepulauan Riau Abdul Jamil:

Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi

?

DEKLARASI RAKERNAS LAKPESDAM NU

Sang Pencerah Muslim

Asrama Haji Batam, 14-16 April 2015

Lakpesdam NU sebagai lembaga pelaksana PBNU dalam bidang kajian dan pengembangan sumber daya manusia diberi mandat untuk melaksanakan kaderisasi dan pemberdayaan, kajian strategis dalam lingkungan NU. Mandat ini dihadapkan pada tantangan-tantangan ke depan yang semakin kompkeks. Liberalisasi ekonomi dan perdagangan bebas di tingkat ASEAN yang telah merambah bangsa, tak terkecuali warga Nahdliyyin, masalah-masalah keagamaan yang dihadapi komunitas Nahdliyyin dan Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) dari kelompok-kelompok intoleran dan radikal, hingga berlakunya UU Desa telah meneguhkan Khittah Lakspedam NU sebagai organisasi pengkaderan dan pengkajian dan pemberdayaan yang berkiprah di tengah masyarakat bawah dalam bidang keagamaan dan sosial (diniyah ijtima’iyyah). Oleh karena itu, Lakpesdam NU seluruh Indonesia mendeklarasikan:

Lakpesdam NU menyatakan komitmennya untuk memposisikan sebagai garda depan pengkaderan NU dengan mengukuhkan Lakpesdam NU sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat sekaligus sebagai pusat kajian strategis ke-Aswaja-an dan ke-NU-an untuk mengawal Indonesia yang berdaulat dan bermartabat demi tercapainya kesejahteraan dan kemaslahatan bangsa. Lakpesdam NU berupaya menggerakkan organisasi NU dimulai dari bawah, dari tingkat ranting dan desa-desa untuk melaksanakan agenda-agenda NU dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang sosial-kemasyarakan dan kebangsaan. Lakpesdam NU menyatakan kesungguhan tekad untuk memperkukuh komitmen kebangsaan yang berorientasi pada kemaslahatan umat (faqih fi mashalih al-khalq) untuk memperkuat relasi masyarakat warga terhadap kepentingan berbagai pihak. Lakpesdam NU dituntut untuk menjaga kewaspadaan, membangun kepeloporan, menumbuhkan harapan, dan menjadi pemberi inspirasi dan solusi dalam mengatasi masalah-masalah agama, sosial dan ekonomi yang dihadapi masyarakat, sekaligus mampu mempengaruhi masyarakat untuk menumbuhkan etos kerja dan semangat yang tinggi dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya, baik di bidang material maupun spiritual, untuk mencapai keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara dimensi ruhiyah dan waqi’iyah. Lakpesdam NU bertekad menyiapkan kader-kader yang mengawal negara agar merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam upaya membangun harmoni sosial yang selaras dengan pencapaian harkat kemanusiaan yang sesungguhnya dalam rangka peneguhan nilai-nilai tawassuth (moderat) dan tasamuh (toleran). Lakpesdam NU bergerak untuk mobilisasi potensi kader dan warga dalam rangka penyiapan posisi-posisi strategis untuk pencapaian politik kebangsaan yang berdaulat dan bermartabat. Lakpesdam NU berkomitmen kembai ke desa dengan bergerak memperkuat kapasitas masyarakat desa demi pencapaian nilai-nilai luhur kebersamaan dalam rangka membangun dan mensejahterakan masyarakat desa yang bermartabat,berdaulat, dan berkeadilan. Batam, 16 April 2015

Sang Pencerah Muslim

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Fragmen, Sholawat, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Senin, 11 Desember 2017

Gusdurian Yogya Gelar Kelas Pemikiran Gus Dur Ketiga

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Forum Gusdurian Yogyakarta kembali mengadakan kelas pemikiran Gus Dur yang ketigaselama dua hari pada Sabtu dan akan berakhir Ahad 25-26 Oktober. Kelas pemikiran Gus Dur ini diadakan di Yayasan LKiS Yogyakarta.

Gusdurian Yogya Gelar Kelas Pemikiran Gus Dur Ketiga (Sumber Gambar : Nu Online)
Gusdurian Yogya Gelar Kelas Pemikiran Gus Dur Ketiga (Sumber Gambar : Nu Online)

Gusdurian Yogya Gelar Kelas Pemikiran Gus Dur Ketiga

Ketua Panitia Kelas Pemikiran Gus Dur, Sarjoko, mengatakan kelas ini kembali diadakan untuk mengenalkan pemikiran Gus Dur lebih mendalam. “Pemikiran-pemikiran Gus Dur sangat banyak. Dengan forum ini kita akan menggali lebih dalam, mulai tentang politik, ekonomi, keislaman,” katanya.

Lebih lanjut, Sarjoko menjelaskan bahwa kelas pemikiran Gus Dur ini merupakan awal dari kita mengkaji pemikiran Gus Dur. "Kegiatan ini insya Allah berkah karena dengan kreativitas panitia untuk mengadakan acara ini," tambahnya.

Sang Pencerah Muslim

Seknas Gusdurian, Alissa Wahid mengatakan bahwa Gus Dur tidak terkenal dengan pemikiran-pemikirannya saja. Ia juga terkenal karena sepak terjangnya. "Gus Dur terkenal dengan kerendahan hati, beliau tidak pernah mengambil ilmu begitu saja,” ungkapnya.

Putri sulung Gus Dur tersebut menambahkan, ayahnya mengambil ilmu dari mana-mana, tapi kemudian diolah dan menggunakan ilmu itu.

Sang Pencerah Muslim

Kelas pemikiran  tersebut dibuka Alissa Wahid yang sekaligus memberikan materi. Selain dia, pemateri lain adalah Hairus Salim HS, Gaffar Karim, Nur Khalik Ridwan, dan Heru Prasetyo. (Nur Solikhin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pondok Pesantren, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Selasa, 28 November 2017

Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar

Majalengka, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PC PSNU) Pagar Nusa Kabupaten Majalengka menggelar latihan rutin bagi pelajar di Majalengka untuk belajar seni bela diri NU. 

Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar

Kegiatan kali ini bertempat di halaman Balai Desa Banjaransari, Cikijing, Majalengka, Selasa (10/2) pagi dan diikuti oleh 30 siswa sekolah dasar di wilayah Kecamatan Cikijing.

Maman Rais Ketua Pagar Nusa Majalengka mengatakan, agenda ini dilaksanakan setiap hari selasa untuk SD, sabtu untuk SMP, dan ahad untuk SMA tiap seminggu sekali.

Sang Pencerah Muslim

"Memang kegiatan ini sudah berjalan selama 4 bulan dan baru fokus menggarap Kecamatan Cikijing untuk mengenalkan seni bela diri NU pada pelajar," ujar Maman disela-sela melatih.

Maman menambahkan, garapannya ini baru sebatas melatih anak-anak usia pelajar, belum menggarap ke level mahasiswa dan kecamatan-kecamatan lain.

Sang Pencerah Muslim

Ia berharap, kedepan unit kegiatan mahasiswa perguruan tinggi di Majalengka bisa bekerjasama dengan PMII Majalengka karena baru kader IPNU dan IPPNU yang menyatakan siap berlatih pencak silat.

“Kami juga berharap, PCNU Majalengka dan pihak pemerintah daerah bisa membantu memfasilitasi kami untuk menyosialisasikan kegiatan ini pada masyarakat,” harapnya. (Aris Prayuda/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Kyai, Aswaja Sang Pencerah Muslim

Kamis, 23 November 2017

LTNNU Sumedang Cetak Wartawan untuk Penuhi Undangan Liputan

Sumedang, Sang Pencerah Muslim. Ketua Lembaga Talif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kabupaten Sumedang Ayi Abdul Kohar mengatakan, kegiatan NU di Sumedang dari tingkat ranting sampai tingkat cabang, akhir-akhir ini sangat banyak. Hal itu belum terhitung  kegiatan lembaga dan banom NU yang sering berbarengan.

“Semua panitia kegiatan tersebut suka minta kepada pengurus LTNNU Sumedang untuk diliput dan dibuatkan berita kegiatannya supaya masuk website PCNU Sumedang dan media-media lokal,” katanya pada pembukaan Pelatihan Jurnalistik di aula PCNU pada Kamis (11/5) yang diikuti 20 anak muda NU.  

LTNNU Sumedang Cetak Wartawan untuk Penuhi Undangan Liputan (Sumber Gambar : Nu Online)
LTNNU Sumedang Cetak Wartawan untuk Penuhi Undangan Liputan (Sumber Gambar : Nu Online)

LTNNU Sumedang Cetak Wartawan untuk Penuhi Undangan Liputan

LTNNU Sumedang, kata dia, mempunyai tugas mengelola website PCNU, sering kerepotan memenuhi undangan liputan tersebut. Karena wartawannya masih sedikit.

Sang Pencerah Muslim

“Mengingat hal tersebut, LTNNU Sumedang merasa sangat perlu mencetak kader yang bisa menulis berita,” lanjutnya.  

Sang Pencerah Muslim

Atas dasar pertimbangan itulah, lanjut Ayi, LTNNU Sumedang melaksanakan pelaatihan jurnalistik selama dua hari Kamis-Jumat (11-12/5) dengan menghadirkan salah seorang Sang Pencerah Muslim, untuk berlatih bersama anak muda NU.

Sementara itu, Wakil Ketua PCNU Sumedang Cucu Suhayat berharap pelatihan itu bisa  menghasilkan output yang luarbisa dalam peningkatan kapasitas SDM para jurnalis di PCNU Sumedang.

“Ke depannya tidak hanya berita kegiatan NU saja yang ditulis, tapi pemikiran-pemikiran ulama NU Sumedang bisa ditulis juga,” pintanya.  (Red: Abdullah Alawi)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Khutbah, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Jumat, 17 November 2017

Kisah Hadratus Syekh Tak Cukup 2 Jam

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Kisah hidup dan perjuangan Rais Akbar NU Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari tak mungkin cukup difilmkan 2 jam. Di film “Sang Kyai” hanya bercerita frgmen hidupnya dari tahun 1942 sampai 1947.

Hal itu dikatakan sutradara film “Sang Kyai”, Rako Priyanto dalam dialog bersama Artis dan pemutaran trailer film “Sang Kyai”, di Ngeban Resto, Jl. Manggis No. 77 Nologaten, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jum’at (17/5).

Kisah Hadratus Syekh Tak Cukup 2 Jam (Sumber Gambar : Nu Online)
Kisah Hadratus Syekh Tak Cukup 2 Jam (Sumber Gambar : Nu Online)

Kisah Hadratus Syekh Tak Cukup 2 Jam

Rako menceritakan, Mbah Hasyim (sapaan akrab KH Hasyim Asy’ari, red.) sangat luar biasa, “Ketokohan beliau tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga terkenal sampai luar negeri,” tandasnya kagum.

Sang Pencerah Muslim

Ia menambahkan, isi film “Sang Kyai” tersebut, ada satu dialog antara agama dan nasionalisme, karena keduanya tidak bisa dipisahkan, “Dalam Pancasila sila pertama, kita dapat mengetahui bahwa antara agama dan nasionalisme tidak dapat dipisahkan,” tambahnya.

Sang Pencerah Muslim

Rako juga menceritakan bahwa keterlibatan pengabdian Mbah Hasyim dengan masyarakat sangat luar biasa. Itu semua karena kedalaman ilmunya, “Peran beliau sangat besar misalnya Resolusi Jihad pada masa 10 November.”

Maka, sambung Rako, kalau biografi Mbah Hasyim dijadikan film berdurasi 2 jam, tidak akan cukup. Bahkan kalau dibuat sinetron, bisa sampai 200-an episode.

Pertemuan Artis “Sang Kiai” dan pemutaran trailer film tersebut diadakan komunitas Gadjah Wong dan Lesbumi NU. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian peringatan harlah ke-90 NU yang diadakan PWNU DIY.

Redaktur? ? ? ? ? : Abdullah Alawi

Kontributor? : Solikhin dan Dwi

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, Sholawat, Ubudiyah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 14 November 2017

Jika RUU KPK Disetujui, Koruptor Bernyanyi, Rakyat Menangis

Way Kanan, Sang Pencerah Muslim. Wakil Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung, Widyo Kuncoro menilai, Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (RUU KPK) tidak sejalan dengan asa masyarakat yang menginginkan bangsa Indonesia bebas dari korupsi.

"Dalam sejumlah survei, KPK masih dipercaya dan menjadi tumpuan masyarakat dalam pemberantasan korupsi dibanding lembaga? lain. Survei M Qodari juga menyatakan kepercayaan masyarakat terhadap kejaksaan dan kepolisian sangat rendah. Masyarakat masih lebih mempercayai KPK sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi. Jadi wajar jika rakyat harus bersatu menolak RUU KPK karena melemahkan lembaga anti rasuah itu," ujarnya di Blambangan Umpu, Jumat (9/10).

Jika RUU KPK Disetujui, Koruptor Bernyanyi, Rakyat Menangis (Sumber Gambar : Nu Online)
Jika RUU KPK Disetujui, Koruptor Bernyanyi, Rakyat Menangis (Sumber Gambar : Nu Online)

Jika RUU KPK Disetujui, Koruptor Bernyanyi, Rakyat Menangis

Menurut dia, pembatasan usia KPK 12 tahun tidak bisa dipahami sebagai upaya mempercepat pemberantasan korupsi dalam tempo sesingkat-singkatnya. "Sebagai rakyat, kami jelas tidak merasa tidak diwakili dengan Dewan Perwakilan Rakyat yang menghendaki RUU KPK. Kami sebagai rakyat menginginkan KPK diperkuat," paparnya.

Sang Pencerah Muslim

Widyo menegaskan, dalam RUU KPK banyak hal-hal yang membuat masyarakat pesimistis tentang kelanjutan pemberantasan korupsi. "Kami sangat tidak setuju termasuk hak dalam melakukan penyadapan dan penyitaan yang harus mendapat persetujuan pengadilan dulu. Dengan hal semacam itu, koruptor nantinya pasti akan bermain dicelah-celah aturan-aturan itu dengan segala macam cara mereka," tuturnya lagi.

Sang Pencerah Muslim

Terkait dengan persoalan pembatasan penanganan perkara dengan kerugian negara Rp50 miliar dari sebelumnya Rp1 miliar, Widyo menegaskan korupsi jelas ukurannya, tidak hanya sekedar jumlah.

Untuk diketahui, sejak tahun 2004 hingga semester I tahun 2015, KPK berhasil menghelat penyelidikan 705 perkara, penyidikan 427 perkara, penuntutan 350 perkara, inkrah (berkekuatan hukum tetap) 297 perkara, dan eksekusi 313 perkara.

Inisiator revisi UU KPK tercatat 45 anggota DPR, dengan rincian 15 orang dari Fraksi PDIP, 11 orang dari Nasional Demokrat, sembilan orang dari Golkar, lima orang dari Partai Persatuan Pembangunan, tiga orang dari Hanura, dan dua orang dari Partai Kebangkitan Bangsa.

"Jika revisi ini disetujui, koruptor bernyanyi dan rakyat menangis," demikian Widyo Kuncoro. (Syuhud Tsaqafi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Tegal Sang Pencerah Muslim

Bupati Pringsewu Berharap Tradisi Tumpengan Dilestarikan

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim 

Bupati Pringsewu H. Sujadi teringat masa kecilnya yang tinggal di kampung daerah Bantir, Temanggung, Jawa Tengah. Pasalnya sesaat setelah pelaksanaan Shalat Id yang dilaksanakan di Masjid Nurul Huda, para Jamaah menyuguhkan sajian tradisional khas jawa yaitu nasi tumpeng. 

Bupati Pringsewu Berharap Tradisi Tumpengan Dilestarikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Bupati Pringsewu Berharap Tradisi Tumpengan Dilestarikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Bupati Pringsewu Berharap Tradisi Tumpengan Dilestarikan

Pada saat kunjungan dan melaksanakan Shalat Idul Adha 1438 H di Desa Fajaresuk, Pringsewu, Jumat (1/9) itu, bupati melihat 17 buah tumpeng yang disediakan dengan 17 ayam ingkung yang sudah dihias sedemikian rupa sehingga sangat menarik untuk dinikmati.

Sebelum menikmati tumpeng tersebut, seluruh jamaah mendoakan para leluhur teriring harapan segala amal ibadah mereka diterima oleh Allah SWT. Jamaah juga berdoa agar daerahnya diberikan kesejahteraan, ketentraman dan senantiasa dilindungi oleh Allah SWT.

Pada kesempatan tersebut Bupati yang juga seorang kiai ini sangat menikmati acara tumpengan tersebut. Ia memanfaatkan momen kebersamaan bersama warganya tersebut dengan menikmati sajian hasil kreasi para jamaah.

Ia berharap tradisi tumpengan tersebut dapat terus dilestarikan khususnya di Kabupaten Pringsewu yang mayoritas penduduknya dari bersuku Jawa.

Sang Pencerah Muslim

"Maturnuwun. Perlu dilestarikan. Kelingan (teringat) zaman cilik (kecil) nang (di) Bantir. Mugo-mugo tambah berkah. Kabul hajate," demikian ia mengekspresikan kebahagiannya menggunakan bahasa Jawa.

Sang Pencerah Muslim

Pada kesempatan tersebut ia juga menyampaikan terima kasih atas sambutan warga Fajaresuk kepada rombongan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu. Ia berharap kegiatan Shalat Idul Adha Pemda Pringsewu di masjid tersebut akan menjadi wasilah semakin eratnya silaturahim antara masyarakat dan pemerintah.

Ia juga  berharap dengan shadaqah yang diberikan oleh jamaah Masjid Nurul Huda tersebut, akan menjadikan keberkahan dan ketentraman bagi Kabupaten Pringsewu. 

"Semoga amal ibadah para pendahulu yang telah membangun Desa Fajaresuk diterima oleh Allahw SWT, Al Fatihah," pungkas Mustasyar PCNU Pringsewu ini.

Ikut serta pada kegiatan Shalat Idul Adha tersebut, Wakil Bupati Pringsewu H. Fauzi beserta jajaran pejabat di Lingkungan Pemda Pringsewu, Kepala Kantor Kementerian Agama Pringsewu, Ketua MUI Pringsewu dan sejumlah tokoh di Kabupaten Pringsewu. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Selasa, 31 Oktober 2017

Pertama Kali PKD Ansor Diikuti Perempuan

Tasikmalaya, Sang Pencerah Muslim - Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Ansor Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya begitu istimewa. Pasalnya, pertama kali dalam sejarah Ansor di Tasikmalaya diikuti peserta perempuan. Sebanyak 15 perempuan berusia 17 - 20 tahun itu begitu antusias mengikuti seluruh materi pengkaderan hingga akhir termasuk sampai pembaiatan.

Ketua GP Ansor Kota Tasikmalaya Ricky Assegaf tampak kebingungan karena Ansor organisasi pemuda di bawah naungan Nahdlatu Ulama (NU).

Pertama Kali PKD Ansor Diikuti Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pertama Kali PKD Ansor Diikuti Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pertama Kali PKD Ansor Diikuti Perempuan

Meski demikian, bagi salah satu peserta, Ai (19), keikutsertaan mereka pada PKD dilatarbelakangi keingintahuan terhadap Ansor secara mendalam. Pasalnya banyak sekali informasi yang selalu memojokkan Ansor.

Sang Pencerah Muslim

"Ingin tahu saja Ansor itu bagaimana. Ternyata Ansor hebat. Bentengnya ulama, bentengnya NU, Indonesia dan Aswaja," katanya.

PKD yang digelar di Pesantren KH Ahmad Tajudin Fauzan Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cihideung sejak Sabtu-Ahad (26-27/11) ini diikuti 41 peserta pria dan 15 perempuan.

Sang Pencerah Muslim

Ketua GP Ansor Cihideung Erus Rustandi tak menyangka santriwati di pesantren tersebut ingin ikut PKD. Setelah dikonsultasikan, Ketua GP Ansor Kota Tasikmalaya mengizinkan mereka.

"Meski sudah ada Fatayat, tak ada salahnya jadi agenda ke depan kalau ada Banserwati," kata Erus. (Nurjani/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 14 Oktober 2017

Dilantik, IPNU-IPPNU Jakarta Barat Langsung Kerja

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Administrasi Jakarta Barat menyelenggarakan Pelantikan Pengurus Masa Khidmat 2017-2019, dan Seleksi Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (BPUN) ? bertempat di Ruang Serbaguna Ali Sadikin Kantor Walikota Jakarta Barat, Ahad (16/4).

Dilantik, IPNU-IPPNU Jakarta Barat Langsung Kerja (Sumber Gambar : Nu Online)
Dilantik, IPNU-IPPNU Jakarta Barat Langsung Kerja (Sumber Gambar : Nu Online)

Dilantik, IPNU-IPPNU Jakarta Barat Langsung Kerja

Acara yang diawali dengan Pelantikan PC IPNU Kota Adm. Jakarta Barat oleh Ketua PW IPNU DKI Jakarta Muhamad Muhadzab. Selanjutnya pelantikan PC IPPNU Jakarta Barat oleh Ketua Umum IPPNU Puti Hasni.

"Pelantikan dan Seleksi BPUN ini bertemakan Mengawal ? Peran Pelajar yang damai dan Toleran di Jakarta Barat, yang berarti pelajar NU akan selalu ada untuk mengimplementasikan Islam Rahmatan lil Alamin, yakni Pelajar yang damai serta toleran terhadap umat beragama terkhusus di Jakarta Barat," kata Ahmad Syarkowi Ketua Pelaksana.

Seleksi BPUN, diikuti oleh 170 Pelajar se-Jakarta Barat. BPUN ini adalah program kerja dari Lembaga Learning Center (LLC) IPNU Jakarta Barat bekerja sama dengan Mata Air, membantu para Pelajar kelas 3 SMA/sederajat untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Ketua PC IPNU Jakarta Barat Imam Rifai, IPNU-IPPNU sebagai Badan Otonom (banom) Nahdlatul Ulama, berperan penuh NU diranah pelajar untuk selalu menjalankan roda organisasi sehingga mampu merealisasikan peran pelajar dalam berkontribusi di lembaga pendidikan.?

“Kita bisa menjadi jembatan untuk para pelajar yang telah lulus di bangku SMA dan sederajat untuk masuk kelembaga pendidikan selanjutnya yakni Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia di bungkus dengan rapi dalam Belajar Pasca Ujian Nasional (BPUN).

Acara ini dihadiri oleh PCNU Jakarta Barat, Kepala Bagian Kesra Jakarta Barat, Sudin Pendidikan, PW IPNU DKI Jakarta, GP Ansor Jakarta Barat, PMII Cabang JakBar, HMI Cabang Jakbar, PC IPNU se-DKI Jakarta, PAC IPNU se-Jakarta Barat, dan Pelajar-pelajar se-Jakarta barat. (Hasbi Asydqye/Mukafi Niam)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah, Nasional, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Kamis, 14 September 2017

Kader NU Santuni 1.500 Yatim dan Veteran di Jombang

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Banyak cara untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 70. Salah satunya adalah dengan pemberian santunan kepada sekitar 1500 anak yatim di Jombang dan juga kepada kaum veteran sebagaimana dilakukan Ahmad Rifai, Sekretaris Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) PBNU periode 2010-2015.

"Sebagai generasi muda kita harus bisa mengisi kemerdekaan RI ini, dan ini salah satunya yang bisa kita lakukan kepada generasi anak bangsa," ujar Rifai di sela-sela santunan Anak yatim dalam rangka Peringatan HUT RI ke 70 di kediamannya, Mojokrapak Jombang, Ahad.

Kader NU Santuni 1.500 Yatim dan Veteran di Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader NU Santuni 1.500 Yatim dan Veteran di Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader NU Santuni 1.500 Yatim dan Veteran di Jombang

Sebagai Aktivis NU yang bergelut di dunia pengacara, Rifai mengaku tidak ingin melihat anak yatim putus sekolah. Karenanya pihaknya berusaha ikut membantu mereka agar bisa melanjutkan sekolah. "Kita ingin mereka bisa menikmati pendidikan hingga jenjang Perguruan Tinggi, paling tidak lulus tingkat SMA," imbuhnya seraya mengatakan, Indonesia telah merdeka 70 tahun saatnya yang muda mengisi kemerdekaan.

Sang Pencerah Muslim

Di samping memberikan santunan kepada anak yatim, Ahmad Rifai juga memberikan santunan kepada beberpa veteran. Hal ini dikatakannya sebagai bentuk penghargaan terhadap mereka yang telah mengabdi kepada negara. "Ini sebagai bentuk kepedulian kami, terhadap para veteran, dan beliau kita ajak bersama memperingati kemerdekaan," tandasnya mantan pengurus PP GP Ansor ini.

Sang Pencerah Muslim

Miftahul Hinan Ketua Ikatan Panti Asuhan Jombang mengatakan, pihaknya diminta ikut mengundang anak yatim di kota santri untuk ikut memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-70. "Yang kita hadirkan sekitar 1500 anak yatim, mereka akan mendapatkan santunan dan juga ada yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan," ujarnya.

Dengan kegiatan santunan dan beasiswa, kata Hinan, cukup membantu mereka yang memang tidak mampu bisa melanjutkan pendidikan. "Santunan tidak hanya pada Peringatan kemerdekaan saja, biasanya dilakukan setiap tahun," pungkasnya.

Sementara itu, di samping santunan, dalam peringatan HUT RI ke-70, para anak yatim juga diajak menyanyikan lagu kebangsaan dan juga dihibur oleh artis muda berhijab, Laudiya Cintia Bella. Sebagian anak yatim juga memakai pakaian adat yang menunjukkan kebhinekaan bangsa Indonesia. (Muslim Abdurrahman/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat Sang Pencerah Muslim

Kamis, 07 September 2017

Age Kurniawan Pimpin IPNU Dharmasraya Sumbar 2017-2019

Dharmasraya, Sang Pencerah Muslim



Age Kurniawan utusan Kecamatan Sitiung terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat masa khidmah 2017-2019. Ia terpilih pada Konferensi Cabang di Gedung Serba Guna Jorong Ranah Pasar Kenagarian Koto Besar, Ahad (23/7).

Sebelum pemilihan, bermunculan calon lain seperti Frengky Sandra utusan dari Kecamatan Timpeh, Rusdan Pitoni utusan dari Kecamatan Koto Besar, Armil Agil Saverio utusan dari Kecamatan Sungai Rumbai, Rio Ardi Saputra utusan dari Kecamatan IX Koto, Iqbal Anjelo utusan dari Kecamatan Pulau Punjung dan Kilat Terbayang utusan dari Kecamatan Koto Besar serta Andi Irawan utusan dari Koto Baru.

Age Kurniawan Pimpin IPNU Dharmasraya Sumbar 2017-2019 (Sumber Gambar : Nu Online)
Age Kurniawan Pimpin IPNU Dharmasraya Sumbar 2017-2019 (Sumber Gambar : Nu Online)

Age Kurniawan Pimpin IPNU Dharmasraya Sumbar 2017-2019

Peserta Konfercab sepakat memilih Age Kurniawan untuk menakhodai IPNU Kabupaten Dharmasraya ke depan. Ia yang sebelumnya Sekertaris PC IPNU Kabupaten Dharmasraya masa Khidmah 2015-2017 dinilai sanggup, mampu dan telah berpengalaman dalam memimpin IPNU. Diharapkan bisa membawa IPNU Kabupaten Dharmasraya lebih baik lagi.

Usai terpilih, Age Kurniawan menyampaikan bahwa kepengurusan IPNU ke depan akan fokus pada program pengkaderan. "Pengkaderan merupakan jantung organisasi. Pengkaderan pilihan utama bagi IPNU sebagai organisasi kader NU. Banyak hal yang insyaallah akan dilakukan oleh IPNU demi kemajuan pelajar ke depan, mengingat pelajar adalah tonggak generasi penerus bangsa ," kata Age.

Menurutnya, Dharmasraya merupakan garis rawan pengedaran narkoba dan obat-obat terlarang yang akan meracuni generasi bangsa. Karena tempatnya yang strategis berbatasan langsung dengan dua Provinsi yaitu Riau dan Jambi.

Sang Pencerah Muslim

"Kita akan berkerja sama dengan pihak BNN, Polres dan Pemerintahan. Semoga ke depannya seluruh pihak dapat turut serta mendukung setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh IPNU. Agar IPNU dapat bersinergi dengan seluruh pihak," harapnya. (Armaidi Tanjung/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 12 Agustus 2017

Internal Polres Jember Galang Dana Peduli Rohingya

Jember, Sang Pencerah Muslim - Dalam rangka meringankan beban derita dan kepiluan etnis Rohingya, Myanmar, Polres  Jember  mengumpulkan dana dari jajaran internal Polres, Selasa (12/9). Acara yang bertitel Aksi Kemanusiaan Peduli Rohingya ini digelar di Mapolres Jember dengan mengundang Pengurus Baznas Jember.

Dana yang  terkumpul dadakan dari  kantong para polisi, termasuk Kapolres Jember Kusworo Wibowo mencapai Rp. 13.294.000. Dana itu langsung diserahkan kepada Ketua Baznas Jember HM Misbahus Salam.

Internal Polres Jember Galang Dana Peduli Rohingya (Sumber Gambar : Nu Online)
Internal Polres Jember Galang Dana Peduli Rohingya (Sumber Gambar : Nu Online)

Internal Polres Jember Galang Dana Peduli Rohingya

Kusworo menegaskan, pihaknya menaruh perhatian besar terhadap nasib dan penderitaan etnis Rophingya. Karena itu, ia mengaku terketuk hatinya untuk sebisa mungkin membantu meringankan beban berat etnis Rohignya.

"Saya ingin menginisiasi gerakan peduli kemanusiaan untuk etnis Rohingya, dan itu harus dimulai dari pribadi-pribadi di institusi yang saya pimpin," tukasnya.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, HM Misbahus Salam  menyampaikan terima kasih dan penghargaan untuk jajaran Polres Jember yang telah mengumpulkan sumbangan untuk entis Rohingya. Sumbangan tersebut, katanya, wajib disampaikan kepada yang berhak, yaitu etnis Rohingya.

"Namun kami masih belum tahu teknisnya, apakah sumbangan  itu lewat Kemensos ataukah Kemenlu, kami masih akan koordinasi dulu," jelasnya kepada Sang Pencerah Muslim.

Sang Pencerah Muslim

Ia berharap agar gerakan peduli kemanusiaan yang digelar Polres Jember benar-benar bisa menginspirasi instansi lain, khususnya Polres yang berbagai daerah untuk melakukan hal yang sama sebagai bentuk dukungan terhadap kelompok minoritas yang tengah dianiaya itu.

"Coba misalnya, setiap Polsek, bahkan Polres lain juga melakukan  gerakan serupa, berapa dana yang bisa disumbangkan untuk Rohingya," urainya. (Aryudi A Razaq/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ubudiyah, Sholawat, Syariah Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock