Tampilkan postingan dengan label Doa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Doa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Maret 2018

IPNU Probolinggo Cari Kader Aktif untuk Jadi Pengurus

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kota Probolinggo saat ini tengah sibuk melakukan blusukan ke tiap-tiap Pimpinan Komisariat (PK) IPNU di wilayah kerjanya. Upaya ini dilakukan untuk mencari kader yang benar-benar aktif menjalankan roda organisasi dan mengajaknya bergabung dalam kepengurusan cabang.

Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua PC IPNU Kota Probolinggo Abdul Jalal, Kamis (19/3). “Sekarang kita sedang melakukan resufle kepengurusan, Kita berhentikan pengurus cabang yang vakum dan tidak aktif. Lalu mengangkat pengurus baru dari PK yang ada di lembaga SMA, MA dan SMK di Kota Probolinggo,” ungkapnya.

IPNU Probolinggo Cari Kader Aktif untuk Jadi Pengurus (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU Probolinggo Cari Kader Aktif untuk Jadi Pengurus (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU Probolinggo Cari Kader Aktif untuk Jadi Pengurus

Menurut Jalal, perekrutan pengurus komisariat ke cabang ini dilakukan dengan tujuan sebagai jenjang pengkaderan yang panjang dalam belajar, berjuang dan bertaqwa di IPNU Kota Probolinggo.

Sang Pencerah Muslim

“Pengurus yang sudah tidak aktif lagi di organisasi kita berhentikan. Alasannya banyak mulai dari karena bekerja maupun kuliah di luar kota. Tetapi kami tidak ingin membiarkan hal itu berlangsung lama karena nantinya akan berdampak pada keberlangsungan roda organisasi. Kalau pengurusnya tidak aktif, bagaimana organisasi akan berjalan baik,” jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Demi mencari kader yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, IPNU Kota Probolinggo sekarang dalam proses blusukan ke seluruh PK di tiap lembaga pendidikan SMA, MA dan SMK se Kota Probolinggo.

“Kita blusukan memilih rekan-rekan yang ada di PK sesuai kebutuhan kita di cabang. Kita memang tidak merekrut yang di PAC (Pimpinan Anak Cabang), karena sudah ada sebagian di cabang juga supaya mereka bisa lebih fokus untuk di PAC masing-masing,” terangnya.

Jalal menambahkan bahwa pihaknya akan terus memantau keaktifan seluruh pengurus IPNU di Kota Probolinggo. Jika memang sudah tidak aktif maka akan secepatnya diganti dengan pengurus baru.

“IPNU ini merupakan wadah menambah aspirasi pelajar NU. Kalau pengurusnya tidak aktif, mau disalurkan kepada aspirasi para pelajar nantinya. Semoga dengan kebijakan ini, IPNU di Kota Probolinggo bisa semakin maju dan berkembang,” harapnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, Doa, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Selasa, 13 Februari 2018

As’ad Said Ali: Bukan Mustahil Indonesia Seperti Irak dan Suriah

Bojonegoro, Sang Pencerah Muslim - H As’ad Said Ali mengingatkan tentang pentingnya penguatan ideologi Ahlusunnah wal Jama’ah (Aswaja) seiring dengan tantangan di luar yang bisa merongrong keutuhan NKRI. Wakil Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 ini mengatakan, bukan mustahil krisis kemanusiaan yang ada di Timur Tengah, seperti di Irak dan Suriah, akan terjadi juga di Indonesia.

Kemungkinan itu ada lantaran masuknya organisasi transnasional di Tanah Air seperti sekarang ini. Karena itu, penulis buku Al-Qaeda: Tinjauan Ssial-Politik, Ideologi, dan Seak Terjangnya ini mendorong NU sebagai jam’iyah bisa menjadi bandul penyeimbang antara dua kutub, ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.

As’ad Said Ali: Bukan Mustahil Indonesia Seperti Irak dan Suriah (Sumber Gambar : Nu Online)
As’ad Said Ali: Bukan Mustahil Indonesia Seperti Irak dan Suriah (Sumber Gambar : Nu Online)

As’ad Said Ali: Bukan Mustahil Indonesia Seperti Irak dan Suriah

Ia menyampaikan hal tersebut saat menghadiri Musyawarah Kerja Cabang (Musykercab) II yang digelar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Bojonegoro di Pondok Pesantren Abu Dzarrin Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (18/3).

Sang Pencerah Muslim

Mantan wakil kepala Badan Intelijen Negara ini juga menyinggung tentang isu komunisme di negara Indonesia. “Ideologi komunis ini sebenarnya sudah tidak laku lagi baik di negara kita maupun di negara asalnya seperti Rusia atau China, namun kita juga tidak boleh meremehkanyya atau menggagapnya ancaman serius,” katanya.

Acara yang dikemas dengan Silaturahim Alim Ulama’ dan Halaqah itu mengangkat tema “Memperkokoh Jam’iyah dan Jamaah NU Menuju Pengawalan Tegaknya Ahlussunnah wal Jamaah dan NKRI.”

Sang Pencerah Muslim

Selain dihadiri para alim ulama dan pengurus NU setempat, hadir pula tamu dari jajaran Forpimda Kabupaten Bojonegoro, serta para alumni Kader Penggerak NU se-Bojonegoro yang sudah mencapai 814 kader yang meliputi angkatan I-XII.

Turut hadir dalam acara ini KH Abdurrahman Navis dari PWNU Jawa Timur untuk membuka acara tersebut. Dalam sambutannya? ia menyampaikan tentang pentingnya ideologi aswaja yang akhi-akhir ini sedang dalam ancaman dari organisasi transnasional, baik itu radikalisme maupun liberalisme. Navis juga menambahkan, terkait program prioritas NU yang sekarang sedang digalakkan yaitu penguatan ideologi aswaja, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pengkaderan. (Red: Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Amalan, Doa Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 10 Februari 2018

Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta

Jakarta, Sang Pencerah Muslim?



Panitia Hari Santri 2016 bekerja sama dengan Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) NU menggelar kompetisi film pendek dokumenter. Kompetisi yang diperuntukan untuk umum tersebut menyediakan hadiah total Rp 50 juta. Juara pertama 25 juta. Juara kedua 15 juta. Juara ketiga 10 juta.

Panitia Kompetisi Film Masduki Baidlowi mengatakan kompetisi ini merupakan yang kedua kalinya diselenggarakan di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).?

Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta (Sumber Gambar : Nu Online)
Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta (Sumber Gambar : Nu Online)

Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta

“Kompetisi tahun 2015 cukup sukses. Panitia menerima 83 karya dari sineas pelbagai daerah. Filmnya bagus-bagus. Para kiai senang melihatnya,” kata Masduki.

Lebih lanjut Masaduki menjelaskan bahwa film dokumenter menjadi pilihan panitia karena NU membutuhkan pengamatan riil yang terjadi di masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

“NU membutuhkan up date informasi peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, baik peristiwa keagamaan, peristiwa kebangsaan dan lain-lain. Tapi di satu sisi, NU belum punya alat untuk menyerap informasi secara pasti. Nah, melalui film dokumenter tujuan menyerap informasi bisa didapatkan,” jelas Wakil Sekretaris Jenderal PBNU ini.

Panitia kompetisi tahun ini, kata Masduki, mengangkat tiga tema yang dapat dipilih para peserta. Pertama, Kita dan Pancasila. Kedua, Islam menerima Perbedaan. Ketiga, Pesantren dan Agenda Perubahan.

“NU ingin terus memberi pemahaman tentang sikap Islam atas perbedaan. NU ingin mengetahui dinamika masyarakat tentang Pancasila. Dan pesantren, sebagai basis utama tradisi keagamaan dan kaderisasi NU, harus terus menerus mengawal agenda perubahan. Itu sedikit latar belakang terkait tema,” jelasnya. ?

Sang Pencerah Muslim

Pengiriman karya dialamatkan ke kantor Redaksi Sang Pencerah Muslim, gedung PBNU lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta. Sementara penerimaan karya dimulai dari 25 September hingga 5 November 2016. Adapun konfirmasi penerimaan karya bisa menghubungi nomor kontak 085813969216.

Penjurian kompetisi ini akan dilakukan di Jakarta oleh lima anggota juri, yaitu Masduki Baidlowi (PBNU), Bowo Leksono (pegiat Film Purbalingga), Susi Ivvaty (wartwan), Nurman Hakim (sutradara), dan Savic Ali (Direktur Sang Pencerah Muslim). Sementara pengumuman pemenang akan disampaikan melalui NU tanggal 10 November 2016. (Abdullah Alawi)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Doa, Kyai Sang Pencerah Muslim

Senin, 05 Februari 2018

Datangi Bareskrim, Ahok Klarifikasi Al-Maidah 51

Jakarta, Sang Pencerah Muslim



Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mendatangi Kantor Bareskrim Polri, di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat untuk berkoordinasi dengan penyidik terkait kasus dugaan penistaan agama tertentu yang melibatkannya.

"Saya pikir saya datang supaya bisa memberikan klarifikasi kepada polisi atas kasus di Pulau Seribu. Yang soal surat Al Maidah," kata Gubernur Ahok, di Jakarta Pusat, Senin.

Datangi Bareskrim, Ahok Klarifikasi Al-Maidah 51 (Sumber Gambar : Nu Online)
Datangi Bareskrim, Ahok Klarifikasi Al-Maidah 51 (Sumber Gambar : Nu Online)

Datangi Bareskrim, Ahok Klarifikasi Al-Maidah 51

Ahok pun langsung bergegas masuk ke dalam kantor Bareskrim. "Nanti ya, nanti ya," katanya pada awak media.

Sementara Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Brigjen Pol Agus Andrianto mengatakan Bareskrim belum menjadwalkan pemeriksaan Ahok dalam kasus ini. "Dia (Ahok) datang atas inisiatif sendiri. Dia minta waktu untuk diperiksa," kata Brigjen Agus saat dikonfirmasi.

Sejauh ini polisi sudah meminta keterangan sembilan orang saksi termasuk penyebar video ke media sosial dan staf gubernur. Polisi juga telah menyambangi Kepulauan Seribu untuk meminta keterangan warga setempat soal video pidato Ahok.

Sang Pencerah Muslim

Sebelumnya, potongan video Ahok berbicara di hadapan warga Kepulauan Seribu beredar viral di media sosial karena dirinya menyebutkan adanya pihak-pihak yang melarang untuk memilih pemimpin non-muslim dengan dasar isi dari surat Al Maidah ayat 51, sehingga pernyataannya tersebut mengundang kontroversi publik.?

Ahok sudah menyampaikan klarifikasi melalui akun Instagram miliknya, @basukibtp dan menganjurkan masyarakat melihat langsung video versi utuh agar dapat menerima pernyataannya secara lengkap tanpa dipotong, terutama pada menit 23.40 hingga 25.35. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Doa Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 27 Januari 2018

IPNU Jateng Tindaklanjuti Keputusan Muktamar soal Pembatasan Usia

Klaten, Sang Pencerah Muslim . Salah satu hasil putusan Sidang Komisi Organisasi dalam Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) yang berlangsung di Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang, beberapa waktu lalu, adalah tentang pembatasan syarat usia maksimal menjadi anggota IPNU-IPPNU, yakni 27 tahun.

Menanggapi hal ini, pengurus Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Tengah segera mengadakan tindak lanjut, seperti yang telah diterangkan ketua IPNU Jateng Amir Mustofa Zuhdi, saat menyampaikan pidato sambutan pada acara pelantikan pengurus PC IPNU-IPPNU Klaten di Gedung Pendopo Pemerintah Kabupaten Klaten.

IPNU Jateng Tindaklanjuti Keputusan Muktamar soal Pembatasan Usia (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU Jateng Tindaklanjuti Keputusan Muktamar soal Pembatasan Usia (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU Jateng Tindaklanjuti Keputusan Muktamar soal Pembatasan Usia

Amir mengatakan pihaknya telah memberikan instruksi kepada pengurus yang di bawahnya, untuk dapat merapikan kriteria pengurus sesuai batasan usia dalam Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga, serta menjalankan proses kaderisasi yang berjenjang dan rapi.

Sang Pencerah Muslim

“Hal ini dilakukan untuk menindaklanjuti hasil dari Muktamar NU yang membatasi umur maksimal 27 tahun. Dan ini sudah dilakukan oleh Klaten, Soloraya dan Jawa Tengah pada umumnya,” terang Amir, Ahad (8/8).

Sementara itu, pada acara yang sama, Sekretaris Jenderal PP IPNU, Muhammad Nahdhy menyatakan bahwa pembatasan usia kader ini, memungkinkan para kader IPNU-IPPNU untuk semakin memperluas “ladang dakwah”, tidak hanya khusus di lingkup NU.

Sang Pencerah Muslim

“IPNU-IPPNU diharapkan menggarap kader dari berbagai kalangan, tidak peduli baik itu dari Muhammadiyah, MTA, LDII dan lain sebagainya. Jangan sampai IPNU-IPPNU cuma disibukkan mencari kader-kader dari NU saja. Karena kita semua bertekad bisa meng-NU-kan mereka-mereka yang belum NU,” tegas pria yang akrab Gus Nahdi itu. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Khutbah, AlaNu, Doa Sang Pencerah Muslim

Minggu, 21 Januari 2018

56 Tahun PMII Harus Dijadikan Momentum Kebangkitan Kader

Bantul, Sang Pencerah Muslim

Kader pergerakan adalah mereka yang selalu mempunyai jiwa dan semangat muda dalam berjuang. Nasib bangsa ini salah satunya ada dipundak pemuda pergerakan seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). 

Demikian yang disampaikan oleh anggota DPD RI, H Hafidz Asrom saat mengisi stadium general, Ahad (17/4) di Gedung KNPI Bantul, Yogyakarta. Stadium general digelar oleh Pengurus Komisariat PMII STIQ Annur Bantul, Yogyakarta dalam rangka memperingati Harlah ke-56 PMII.

56 Tahun PMII Harus Dijadikan Momentum Kebangkitan Kader (Sumber Gambar : Nu Online)
56 Tahun PMII Harus Dijadikan Momentum Kebangkitan Kader (Sumber Gambar : Nu Online)

56 Tahun PMII Harus Dijadikan Momentum Kebangkitan Kader

Lebih lanjut, Hafidz Asrom mengatakan bahwa Harlah PMII kali ini harus dijadikan sebagai momentum bangkitnya kaum muda Nahdliyin, khususnya kalangan mahasiswa. "Terlebih para kader PMII," katanya.

Pria kelahiran Jepara ini juga berpesan kepada kader-kader PMII STIQ Annur untuk tetap tidak meninggalkan tradisi spiritual seperti Ziarah, Manaqiban, dan tardisi-tradisi lainnya. Karena hal seperti itu merupakan warisan para pejuang bangsa ini, khususnya tokoh Nahdlatul Ulama.

"Kader PMII terus melanjutkan perjuangan para sesepuh, dan terus menjaga tradisi yang baik, juga mendoakan semoga PMII bisa terus berbuat banyak untuk bangsa dan negara," sambungnya.

Sang Pencerah Muslim

Lebih kurang 110 kader PMII STIQ Annur mengikuti kegiatan ini. Usai stadium general, kegiatan ditutup dengan ziarah ke makam pendiri pesantren al-Mahad Annur, KH Nawawi Abdul Aziz dimana sebelumnya dilakukan syukuran potong tumpeng. (Ade Chariri/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Santri, Doa Sang Pencerah Muslim

Kamis, 18 Januari 2018

Kiai Said: Palestina Dizalimi, Umat Islam Tak Boleh Diam

Jakarta, Sang Pencerah Muslim 



Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan, umat Islam tidak boleh diam melihat kezaliman yang menimpa Palestina. Menurut dia, apa yang dilakukan Donald Trump yang mengklaim Yerusalem ibu kota negara Israel adalah adalah bentuk kezaliman dan menantang arus internasional demi keuntungan satu bangsa.

Kiai Said: Palestina Dizalimi, Umat Islam Tak Boleh Diam (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Said: Palestina Dizalimi, Umat Islam Tak Boleh Diam (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Said: Palestina Dizalimi, Umat Islam Tak Boleh Diam

Membela tanah air, menurutnya, adalah menjalankan perintah agama karena tanah yang subur kaya-raya ini merupakan amanah Allah sehingga wajib mengembangkan dan membangunnya. 

“Itu perintah agama, bukan perintah politik,” tegasnya pada pidato di peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar Pimpinan Pusat Fatayat NU di gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (16/12).  

Umat Islam, menurutnya, harus membela Palestina dan menolak Yerusalem sebagai ibu kota Israel karena itu adalah bentuk kezaliman terhadap tanah air sebuah negara. 

“Kita tak boleh diam terhadap kezaliman. Kita tak boleh berpangku tangan. Ini harus kita lawan. Kita harus membela Palestina. Kita harus berada di belakang Palestina,” serunya. 

Sang Pencerah Muslim

Pada Jumat (15/12) Kiai Said mewakili tokoh-tokoh lintas agama untuk menyampaikan pernyataan sikap terhadap klaim sepihak Donald Trump itu. Juga mendukung sikap pemerintah Indonesia untuk menyuarakan kedaulatan Palestina. 

Menurut Kiai Said, hal itu sebagai wujud implementasi diktum pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".

“Maka kami mendukung langkah pemerintah Indonesia untuk terus memperjuangkan dengan lantang tentang kedaulatan Palestina,” katanya. (Abdullah Alawi) 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Doa Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 06 Januari 2018

PMII Hasyim Asy’ari Rutin Berlatih Jurnalistik

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Komisariat (PK) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang rutin melatih anggotanya dalam dunia tulis-menulis dalam bidang jurnalistik setiap bulan pada pekan terahir.?

Rifqie Nurul Hidayat, Ketua Komisariat PMII Hasyim As’ari mengungkapkan, rutinitas ini untuk membangkitkan kembali semangat tulis menulis di mahasiswa prgerakan.?

PMII Hasyim Asy’ari Rutin Berlatih Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Hasyim Asy’ari Rutin Berlatih Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Hasyim Asy’ari Rutin Berlatih Jurnalistik

Ia menilai kegiatan tulis menulis ahir-ahir ini sudah tidak banyak diminati oleh para aktivis. “Ahir-ahir ini warga nahdliyin atau bahkan aktivis PMII sendiri sangat minim tradisi tulis menulis,” katanya saat memberikan arahan di depan peserta sekolah jurnalistik, Kamis (3/12) siang.

Sang Pencerah Muslim

Rifqi, panggilan akrabnya menambahkan, selain untuk menumbuh kembangkan minat tulis anggota dan pengurus setiap Rayon. Juga sebagai wujud nyata dari visi misi komisariat ini, yaitu mengorbitkan tiga tradisi yang memang harus dimiliki oleh mahasiswa.?

“Kita memang memilki visi misi menjalankan budaya membaca, diskusi dan menulis, tiga budaya ini yang seharusnya dimilki oleh mahasiswa pergerakan,” pungkasnya.?

Sang Pencerah Muslim

Lebih lanjut Ketua Panitia kegiatan, Misrum Al Mathuty menandaskan bahwa selama ini para aktivis lebih memilih berdemonstrasi untuk menyampaikan aspirasinya dan mengenyampingkan media tulisan. “Agar aktivis tidak hanya disibukkan dengan aktivitas turun jalan tapi juga pengawalann dengan wujud tulisan,” tandasnya.

Sebagai pembicara pengurus komisariat mendatangkan dari Media Grup Tebuireng, Ahmad Fauzan. Ia menjelaskan bekal sebagai jurnalis profesional dan tata cara menulis karya ilmiah yang baik dan benar.?

Fauzan juga mengimbau untuk jurnalis pemula harus banyak belajar dan tekun manulis. “pekerjaan menulis sebenarnya hal yang sangat menyenangkan jika terus ditekuni, tidak ada yang instan semuanya butuh proses,” terangnya.?

Acara yang bertajuk “Aktivis Melek Literasi” ini diikuti kurang lebih dari 20 mahasiswa. Menurut pantauan Sang Pencerah Muslim mereka sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut hingga rampung.?

Zahara Luthfiyah, salah satu peserta sekolah jurnalistik mengungkapkan rasa senangnya mengikuti kegiatan ini. “senang sekali saya mengikuti dari awal, sebab saya sendiri sangat tertarik untuk mengembangkan kreatifitas tulis menulis,” katanya. (SyamsulAbdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Internasional Sang Pencerah Muslim

Senin, 25 Desember 2017

LPJ H Nusron Wahid Diterima

Sleman, Sang Pencerah Muslim. Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor H Nusron Wahid diterima peserta Kongres XV yang berlangsung di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman,Yogyakarta, Kamis malam (26/11).

Pernerimaan tersebut disampaikan melalui pandangan umum yang disampaikan perwakilan 3 zona. Laporan disampaikan dari zona 3 terlebih dahulu dengan juru bicara Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Maluku Utara Salim Thaib.

LPJ H Nusron Wahid Diterima (Sumber Gambar : Nu Online)
LPJ H Nusron Wahid Diterima (Sumber Gambar : Nu Online)

LPJ H Nusron Wahid Diterima

"Kami memerima secara tulus dan rasa bangga, menerima laporan pertanggungjawaban Ketua Umum H Nusron Wahid,” katanya yang mewakili Pimpinan Wilayah Maluku, Papua, Papua Barat, Seluruh Sulawesi.   

Sang Pencerah Muslim

Kemudian hal yang sama disampaikan oleh perwakilan dari zona 2 dengan juru bicara Ketua PW GP Ansor Jawa Timur Rudi Tri Wahid.

"Kami mengapresiasi kepemimpinan H Nusron Wahid yang sudah meletakkan pondasi berorganisasi baik dan luar biasa tepat,” katanya yang mewakili PW Yogyakarta Kalimanatan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Sang Pencerah Muslim

Menurut dia, Ketum Nusron Wahid memiliki gagasan luar biasa, namun sering meremehkan yang bersifat teknis. “Rondwn acara kongres ini misalnya berubah-berubah, itu bersifat teknis,” ungkapnya.

Tapi menurut dia, secara umum visi misi kepengurusan 2010-2015 80 terlaksana. Sementara 20 persen yang kurang terlaksana dalam bidang ekonomi.

Zona 1 diwakili Ketua PW GP Ansor Lampung juga menerima LPJ dengan apresiasi pada bidang kaderisasi. “Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya karena kaderisasi berjalan dengn baik,” katanya yang mewakili PW seluruh Sumatera, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Humor Islam, Warta Sang Pencerah Muslim

Rabu, 20 Desember 2017

Dua Perempuan Bali Ini Jadi Interpreter di Pembukaan Munas-Konbes NU

Mataram, Sang Pencerah Muslim. Acara Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas dan Konbes NU) 2017 dihadiri oleh Presiden Joko Widodo beserta menteri-menterinya, Panglima TNI, Kapolri, dan Duta Besar negara-negara tetangga. Oleh sebab itu, panitia menyediakan alat interpreter atau penerjemah untuk tamu yang tidak menguasai bahasa Indonesia.

Luh Windiari dan dan Desi Mandarini adalah dua orang yang bertugas menjadi interpreter atau penerjemah dalam acara Pembukaan Munas dan Konbes NU ini. Di dalam menjalankan tugasnya, mereka berdua bergantian untuk mengalihbahasakan sambutan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, dan Presiden Joko Widodo ke dalam bahasa Inggris.

Luh menceritakan, untuk persiapan acara ini dirinya hanya mengandalkan internet. Dia menelusuri jejak rekam para narasumber yang tersebar di internet. 

Dua Perempuan Bali Ini Jadi Interpreter di Pembukaan Munas-Konbes NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Dua Perempuan Bali Ini Jadi Interpreter di Pembukaan Munas-Konbes NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Dua Perempuan Bali Ini Jadi Interpreter di Pembukaan Munas-Konbes NU

“Kita unduh video-videonya (narasumber). Sambil jalan kita belajar,” katanya. 

Sementara Desi menyebutkan beberapa kendala dan hambatan selama menjadi penerjemah di acara Pembukaan Munas dan Konbes NU ini. Pertama, tidak mendapatkan materi. Kedua, menjadi penerjemah yang bukan bidangnya.

Sang Pencerah Muslim

“Seperti sekarang ini baru pertama kali kita berdua masuk bidang keagamaan,” jelasnya.

Kendala lainnya adalah istilah-istilah dalam bahasa Arab seperti fikih, wasatiyah, dan lainnya. Mereka menjelaskan, kalau memang tidak mengerti maka istilah-istilah tersebut akan dibiarkan apa adanya. 

Meski baru pertama menjadi penerjemah di bidang keagamaan, dua perempuan asal Bali itu mengaku tidak ada hambatan yang berat dalam menerjemahkan karena sebelumnya mereka mengamati dan mempelajari pidato dari masing-masing pembicara di internet.

Duta Besar yang hadir dalam acara itu diantaranya adalah Iran, Arab Saudi, dan negara sahabat yang lainnya. (Muchlishon Rochmat)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Doa Sang Pencerah Muslim

Selasa, 12 Desember 2017

Revolusi Mental Harus Dimulai dari Lingkungan Keluarga

Bogor, Sang Pencerah Muslim

Forum antar-Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (Fapsedu) kumpulkan ratusan tokoh lintas agama se Indonesia untuk membahas masalah revolusi mental melalui keluarga. Pembahasan itu di rangkai dalam seminar nasional yang digelar di Hotel Pangrango 2 Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/4).   

Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty dalam pembukaannya mengatakan, bahwa revolusi mental berarti siap menjadi orang yang berintegritas, etos kerja yang tinggi dan semangat gotong royong. Pembentukan karakter inilah menjadikan manusia jujur, cerdas dan mau bekerjasama, serta saling tolong menolong demi kemaslahatan umum. "Jadi, manusia yang dikatakan berhasil melakukan revolusi mental adalah manusia yang merdeka dan demokratis, tentu bebas dari sifat feodalistis," ujarnya dihadapan para peserta seminar.

Revolusi Mental Harus Dimulai dari Lingkungan Keluarga (Sumber Gambar : Nu Online)
Revolusi Mental Harus Dimulai dari Lingkungan Keluarga (Sumber Gambar : Nu Online)

Revolusi Mental Harus Dimulai dari Lingkungan Keluarga

Dikatakannya, saat bicara penduduk, tentu tidak lepas dari masalah kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk. Tiga masalah pokok inilah yang menjadi konsen dan tugas BKKBN dalam menggarap penduduk Indonesia sesuai dengan peraturan Undang-undang nomor 5 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yakni KKBPK (Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga). "Ini berarti, soal kuantitas, soal kualitas kependudukan dan soal data kependudukan yang harus kita tingkatkan," ujar Surya.

Revolusi mental berbasis Pancasila ini, akan menghasilkan tri sakti Bung Karno yakni berdikari dalam ekonomi, keadilan dan kerakyatan yang sesuai dengan lima sila Pancasila. "Inilah yang menjadi semangat kami untuk menghadapi tantangan kependudukan dalam menghadap bonus demografi," ujarnya

Sang Pencerah Muslim

Untuk itulah, peran tokoh agama didalam melakukan revolusi mental masyarakat sangat penting, karena kualitas, kuantitas kependudukan menjadi berbeda menakala karakter masyarakat menjadi baik. Tanpa itu, tentu akan menjadi bencana yang sangat mengerikan. "Kerusuhan, pembegalan, dan kriminal di masyarakat akan menjadi bencana negara Indonesia, belum lagi menghadapi MEA, makanya tanpa revolusi mental penduduk kita tidak akan bisa bersaing dengan negara lain," terang Surya. 

Ia berharap, seminar tokoh lintas agama berhasil merumuskan dan menghasilkan pokok-pokok penting tentang  revolusi mental kependudukan yang digali dari berbagai sumber pedoman dan kitab lintas agama. "Kami meminta para tokoh agama yang tergabung dalam Fapsedu merumuskan revolusi mental dalam mendukung program nawa cita," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Fapsedu KH. Cholil Nafis mengatakan, pasca reformasi diantara institusi negara yang lemah adalah BKKBN dalam artian pegawai yang terbatas dan kewenangan yang berkurang. Karena bahasan kekeluargaan terbagi di banyak institusi lain, ada di Kemensos, Kemenag dan lain sebagainya. "Kami ingin saat bicara keluarga tidak perlu di pecah-pecah melainkan hanya ada di BKKBN, agar lebih fokus mengurusi keluarga Indonesia," ujar mantan pengurus Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) ini.

Oleh karena itu, lanjutnya, kekurangan ini, tentu butuh tokoh agama yang  lebih maksimal dalam berperan. Bahwa berdirinya republik ini  tidak lepas dari peran tokoh agama. Berani berjuang, berani mati juga karena peran tokoh agama. Meskipun agama tidak diformalkan menjadi sebuah negara agama namun dan memilih Pancasila sebagai dasar negara demi keutuhan NKRI. "Maka sangat tepat sekali para tokoh agama berkumpul untuk membicarakan peran tokoh agama didalam melakukan revolusi mental melalui jalur keluarga demi terciptanya karakter bangsa," ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Menurutnya, peran tokoh agama didalam keluarga, dan bahkan dalam menentukan arah tujuan bangsa adalah sangat sentral. Tidak mungkin perubahan hanya menyerahkan kepada sekolah, apalagi dengan masyarakat atau institusi lain. "Mari kita bersatu bersama-sama untuk merevolusi mental dengan spirit agama," ujar Cholil.

Banyaknya kasus perceraian di  Indonesia, terjadinya pelecehan anak, kekerasan rumah tangga dan tindak kriminal didalam kelurga adalah bukti bahwa didalam keluarga butuh sentuhan tokoh agama untuk meluruskan dan menjadi keluarga yang baik dan kokoh. "Sekali lagi, peran tokoh agama di dalam keluarga sangat penting, karena tanpa revolusi mental selamanya tidak ada perubahan," pungkas Cholil. (Huda/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaNu, Doa, Kyai,Attijani Sang Pencerah Muslim

Bendung Hoax, Lakpesdam NU Semarang Gelar Workshop Literasi Digital

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Kota Semarang menggelar Workshop Literasi Digital dengan tema "Deradikalisasi Dunia Maya Berbasis Pendidikan Damai", Jumat (30/12) besok, di Aula Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang.

"Kegiatan ini membekali kiat-kiat bermedia sosial dan membendung arus radikalisme media" tegas Panitia, M Zulfa Cholil, dalam siaran pers yang diterima Sang Pencerah Muslim.

Bendung Hoax, Lakpesdam NU Semarang Gelar Workshop Literasi Digital (Sumber Gambar : Nu Online)
Bendung Hoax, Lakpesdam NU Semarang Gelar Workshop Literasi Digital (Sumber Gambar : Nu Online)

Bendung Hoax, Lakpesdam NU Semarang Gelar Workshop Literasi Digital

Menurutnya, beberapa bulan terakhir, banyak beredar berita tak benar atau hoax. Hal ini terjadi karena berbagai kepentingan yang melatar belakanginya. Hoax ini sangat merugikan masyarakat. Salah satu penyebab hoax adalah tak adanya konten yang bagus untuk ditanyangkan kepada masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

Narasumber yang akan mengisi Agus Fathuddin Yusuf dari Suara Merdeka, Didik W Samudra (Kepala Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan), Hasan Chabibie (Pustekkom Kemendikbud RI), dan M Rikza Chamami (UIN Walisongo).

Dengan hadirnya narasumber yang berkompeten dalam bidanganya panitia berharap terdapat masukan-masukan yang memberikan pengetahuan kepada kita bagaimana seharusnya menyikapi kejadian akhir-akhir ini. Sehingga bisa bersikap dewasa dan bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat. (Mahbib)

Sang Pencerah Muslim



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Doa, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Jumat, 01 Desember 2017

Perihal Kiai Said, Harian Bangsa Dinyatakan Bersalah oleh Dewan Pers

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Menyusul pengaduan atas berita fitnah terhadap Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Harian Bangsa resmi dinyatakan bersalah. Media cetak terbitan PT Bangsa Sejahtera Pers ini dinyatakan melanggar Pasal 1 dan 3 Kode Etik Jurnalistik perihal pemberitaan yang tidak uji informasi, tidak berimbang, dan memuat opini menghakimi.

Hal ini sebagaimana tertuang dalam Surat Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) Dewan Pers Nomor 6/PPR-DP/II/2017. Dalam Surat Ketetapan hasil Pleno Dewan Pers tertanggal 28 Pebruari 2017 tersebut, Harian Bangsa dan media online-nya (bangsaonline.com) dibebankan tiga kewajiban sebagai sanksi etik. ?

Perihal Kiai Said, Harian Bangsa Dinyatakan Bersalah oleh Dewan Pers (Sumber Gambar : Nu Online)
Perihal Kiai Said, Harian Bangsa Dinyatakan Bersalah oleh Dewan Pers (Sumber Gambar : Nu Online)

Perihal Kiai Said, Harian Bangsa Dinyatakan Bersalah oleh Dewan Pers

“Ya betul. Ada tiga rekomendasi terhadap teradu,” kata Ketua PBNU Bidang Hukum Robikin Emhas melalui keterangan tertulisnya, Kamis (2/3) di Jakarta.

Dijelaskannya, tiga rekomendasi tersebut antara lain, terkait kewajiban melayani hak jawab dari pengadu, melakukan permintaan maaf kepada pengadu dan masyarakat, serta memuat hak jawab tersebut di media? bangsaonline.com? yang bersangkutan selama tujuh hari berturut-turut.

“Terpenting dari putusan ini adalah bagaimana fitnah yang kadung menyebar luas itu bisa diluruskan. Bagaimana hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berimbang dipenuhi. Meskipun saya tidak tahu apakah itu masih bisa dilakukan,” papar Advokat jebolan Pesantren Gading, Malang ini.

Sang Pencerah Muslim

Sidang etik terhadap kasus Harian Bangsa dan bangsaonline.com mulai bergulir setelah KH Said Aqil Siroj melalui Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU) resmi mengadukan dua media tersebut pada 16 Januari 2017 lalu.?

Keduanya diadukan atas dugaan berita bohong berjudul KH Lutfi Abdul Hadi: Said Aqil Kejam, Sadis, Ayo Sumpah Li’an Kalau Berani, dan berita lainnya berjudul? Merasa Tertipu Kiai Said Aqil, Janji Bangun Islamic Center, Ternyata Bangun Seminari.?

Belakangan kedua isi berita tersebut terbukti tidak benar dan mengandung unsur fitnah yang ditujukan kepada Kiai Said. Sebagai narasumber berita, KH Luthfi Abdul Hadi juga merasa tidak terkonfirmasi oleh pemberitaan tersebut sehingga secara terbuka dia meminta maaf kepada Kiai Said. (Red: Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Tegal Sang Pencerah Muslim

Al-Asyariyah Menang Tipis atas Darussalam

Bantul, Sang Pencerah Muslim

Kesebelasan Pondok Pesantren Al-Asyariyah berhasil menundukkan kesebelasan Pondok Pesantren Darussalam pada Liga Santri Nusantara 2016 dalam pertandingan sepakbola 8 besar seri nasional, Jumat (28/10) malam. Gol diciptakan M Raply pada menit ke-62.

Sampai peluit panjang ditiup wasit Haryadi, kedudukan tetap 1-0 atas keunggulan Al-Asyariyah dalam pertandingan berlangsung di Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta itu.

Al-Asyariyah Menang Tipis atas Darussalam (Sumber Gambar : Nu Online)
Al-Asyariyah Menang Tipis atas Darussalam (Sumber Gambar : Nu Online)

Al-Asyariyah Menang Tipis atas Darussalam

Sejak awal pertandingan, dua kesebelasan bermain cepat dan keras. Beberapa kartu kuning terpaksa dikeluarkan wasit untuk pemain yang melakukan pelanggaran keras. Affan nomor punggung 9 dari Darussalam mendapat kartu kuning pertama pada menit ke-9.

Sang Pencerah Muslim

Sementara dari Al-Asyariyah mendapat kartu kuning pada menit ke-8 atas nama Al-Hamra H. Menit ke-40, M Raply mendapat hal serupa. Lalu pada menit ke-68 Al-Hamra kembali diganjar kartu kuning sehingga ia harus keluar lapangan karena akumulasi kartu.

Dengan demikian, Al-Asyariyah maju ke babak selanjutnnya, semifinal esok hari di stadion yang sama, siang hari Sabtu (29/10). (Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaSantri, Doa Sang Pencerah Muslim

Minggu, 26 November 2017

Hukum Maulid (Muludan) Menurut Pakar Hadits Ibnu Hajar Al-Asqalani

Hari lahir Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan maulid atau muludan yang diperingati umat Islam setiap tahunnya menarik diskusi pelbagai bidang, tidak terkecuali perihal status hukumnya. Sebenarnya pembahasan hukum pelaksaan maulid tidak perlu kalau peringatan itu diisi dengan zikir, shalawat, baca Al-Quran, taushiyah ketakwaan, silaturahmi, atau sedekah. Semua itu baik, tinggal dilaksanakan.

Tetapi mereka yang menginginkan pijakan hukum agama perihal peringatan maulid tetapi memiliki hak untuk mendiskusikannya. Tulisan ini mencoba mengutip sejumlah pendapat ulama terkait peringatan maulid.

Hukum Maulid (Muludan) Menurut Pakar Hadits Ibnu Hajar Al-Asqalani (Sumber Gambar : Nu Online)
Hukum Maulid (Muludan) Menurut Pakar Hadits Ibnu Hajar Al-Asqalani (Sumber Gambar : Nu Online)

Hukum Maulid (Muludan) Menurut Pakar Hadits Ibnu Hajar Al-Asqalani

Peringatan maulid baru diadakan mulai abad 3 Hijriyah. Karenanya dilihat dari keasliannya, maulid yang diperingati hingga hari ini jelas termasuk kategori bid‘ah, sebuah upacara agama yang tidak diamalkan di masa Rasulullah SAW. Hal ini jelas disebutkan oleh Syekh Abu Syamah, salah seorang guru Imam An-Nawawi yang kami kutip berikut ini.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Artinya, “Imam Abu Syamah –salah seorang guru Imam An-Nawawi-mengatakan, salah satu amaliyah bid‘ah terbaik di zaman kita sekarang adalah peringatan yang diadakan setiap tahun pada hari bertepatan dengan hari kelahiran Rasulullah SAW yang diisi dengan sedekah, kebaikan, dan ekspresi keindahan serta kebahagiaan. Semua itu yang juga dibarengi dengan santunan kepada orang-orang fakir menunjukkan bentuk cinta dan takzim kepada Rasulullah SAW di batin mereka yang mengamalkannya. Semua praktik itu juga merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya, yakni menciptakan Rasulullah SAW yang diutus membawa rahmat bagi segenap penghuni alam semesta.”

Syekh Abu Syamah jelas menyebut peringatan maulid sebagai bentuk konkret rasa syukur umat Islam kepada Allah atas karunia-Nya yang berupa pengutusan rasul mereka. Di samping itu peringatan maulid adalah ekspresi bahagia dan cinta mereka terhadap rasul-Nya yang kemudian diwujudkan dengan praktik-praktik keislaman yang sudah diajarkan Rasulullah SAW seperti sedekah, silaturahmi, dan zikir.

Sementara salah seorang ulama hadits terkemuka Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani menelusuri dasar hukum peringatan maulid yang ditemukannya berasal dari hadits riwayat Bukhari Muslim perihal puasa Asyura yang dilakukan umat Yahudi di Madinah sebagai peringatan atas runtuhnya kejayaan Fir‘aun dan selematnya Nabi Musa AS. Berikut ini penjelasan Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Artinya, “Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani melacak dasar hukum (istinbathul ahkam) peringatan maulid nabi (muludan) pada sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Riwayat itu menyebutkan ketika tiba di Kota Madinah Rasulullah SAW mendapati orang-orang Yahudi setempat berpuasa di hari Asyura. Rasulullah SAW bertanya kepada mereka terkait peristiwa yang terjadi pada hari Asyura. ‘Asyura adalah hari di mana Allah menenggelamkan Fir‘aun dan menyelamatkan Nabi Musa AS. Kami berpuasa hari Asyura ini sebagai rasa syukur,’ jawab mereka. ‘Kalau begitu kami lebih layak bersyukur atas kemenangan Nabi Musa AS dibanding kalian,’ kata Rasulullah SAW.

Abu Lahab sendiri diringankan dari siksa kubur setiap hari Senin karena telah memerdekakan budaknya bernama Tsuwaybah yang membawa kabar gembira kepadanya atas kelahiran Rasulullah SAW. Dari sela kedua jari bayi itu keluar air yang kemudian diminum Abu Lahab. Hal ini diriwayatkan Sayyidina Abbas RA yang berjumpa Abu Lahab dalam mimpi. Syamsuddin Muhammad bin Nashir-semoga Allah merahmatinya-mengatakan, ‘Kalau demikian besar rahmat Allah terhadap orang kafir yang kelak kekal di neraka bahkan diabadikan dalam sebuah surat di Al-Quran dengan datangnya keringanan siksa kubur setiap hari Senin karena gembira menyambut kelahiran Rasulullah, apalagi karunia Allah terhadap orang beriman yang seumur hidupnya gembira atas kelahiran Rasulullah SAW dan mati dalam keadaan iman.’”

Pernyatan Syekh Abu Syamah dan Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani di atas kami kutip dari kitab I‘anatut Thalibin karya Sayid Bakri bin Sayid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi. Sampai di sini hemat kami teranglah bahwa kedudukan hukum peringatan maulid jelas memiliki dasar pijakan hukum yang bersumber pada hadits riwayat Bukhari dan Muslim di mana Rasulullah SAW menganjurkan puasa Asyura sebagai bentuk syukur atas penenggelaman Fir ‘aun dan keselamatan Nabi Musa AS.

Kecermatan serta ketajaman membaca hadits, menganalogikan, dan menarik simpulan semacam ini hanya dimiliki oleh ulama yang bergaul intens dengan hadits Rasulullah SAW seperti Syekh Abu Syamah dan Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani. Semoga Allah menurunkan rahmat untuk keduanya. Allah yarhamuhuma. Amiiin. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, Doa, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 18 November 2017

GP Ansor Gelar Pertukaran Pemuda Internasional untuk Perkuat Islam Nusantara

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda menyelenggarakan acara pertukaran pemuda antar budaya (Global Intercultural Youth Exchange) dengan tema Strengthening Global Bond for A Better World selama tiga hari, mulai tanggal 18 sampai 20 Mei. Rencananya, peserta akan diajak ke Kebumen dan Yogyakarta untuk melihat secara langsung praktik masyarakat setempat dalam beragama dan berbudaya.

Ketua GP Ansor Abdul Azis Wahid menjelaskan, ini adalah agenda pertukaran pemuda kedua yang diselengggarakan oleh sayap organisasi NU itu. “Ini adalah projek even kedua yang diselenggarakan oleh GP Ansor,” kata Azis saat memberikan sambutan dalam upacara pembukaan acara tersebut di Aula Iqbal Assyegaf Gedung PP GP Ansor Pusat Jakarta, Kamis (18/5).

GP Ansor Gelar Pertukaran Pemuda Internasional untuk Perkuat Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Gelar Pertukaran Pemuda Internasional untuk Perkuat Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Gelar Pertukaran Pemuda Internasional untuk Perkuat Islam Nusantara

Azis menjelaskan, maksud dan tujuan diselenggarakannya agenda tersebut adalah untuk memperkenalkan khazanah kebudayaan Indonesia kepada para pemuda dan pelajar internasional, khususnya tentang Islam Nusantara.?

“Intinya kita membuat mereka aware (sadar) tentang konsep Islam Nusantara dalam kehidupan sehari-hari. Supaya mereka mengerti bahwa inilah yang sebenarnya yang dipraktikkan selama ratusan tahun,” jelasnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan, acara tersebut diadakan untuk membangun kesaling percayaan antar pemuda dari berbagai bangsa. “Kita ingin membangun mutual trust,” tegasnya.?

Sang Pencerah Muslim

Rencananya, imbuh Azis, mereka akan mengunjungi salah satu Pondok Pesantren tertua yang berada di Kabupaten Kebumen. Sementara di Yogyakarta dipilih karena Kota Gudeg tersebut adalah merupakan pusat kebudayaan nusantara. ?

Sang Pencerah Muslim

“Pesantren Al-Kahfi itu hampir empat ratusan tahun dan memiliki sejarah yang panjang terhadap perjalanan Islam di Indonesia. Mereka menjadi laskarnya Islam sejak zaman dahulu. Yang kedua Yogya sebagai ikon budaya,” urainya.

Senada dengan itu, Pengurus Departemen Luar Negeri GP Ansor Fathul Masykur mengatakan, agenda ini berupaya untuk mengenalkan Islam Nusantara dengan cara yang ringan, menghibur, dan menyenangkan.

“Kita akan ajak jalan-jalan ke beberapa destinasi yang memiliki nilai budaya dan agama. Di Kebumen, mereka akan dikenalkan dengan kehidupan pesantren. “Dan Insyaallah kita akan bertemu sultan di Yogya,” ungkapnya.?

Ia berharap, agenda ini akan membuat hubungan pemuda antar negara tersebut menjadi semakin erat. “Bisa mengenal satu sama lain dan juga saling belajar,” cetusnya. ?

Acara pertukaran pemuda tersebut diikuti oleh 85 peserta yang berasal dari 23 negara. Ada yang dari Sudan, Yordania, Belanda, dan Amerika Selatan. (Muchlishon Rochmat/Fathoni) ?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa Sang Pencerah Muslim

Rabu, 15 November 2017

Budayawan : Ngapain Niru Barat

Jakarta, Sang Pencerah Muslim
Kemunduran bangsa ini diakibatkan karena kesalahan berfikir yang dipengaruhi oleh para kolonialis. Melalui kekuasaannya mereka menghegemoni cara berfikir bangsa kita yang empirik, reflektif dan kontekstual menjadi formalistik.

Pernyataan ini disampaikan sejarawan dan novelis, Agus Sunyoto, kepada Sang Pencerah Muslim, Rabu (3/8) menanggapi kondisi bangsa Indonesia yang semakin terpuruk.

Menurutnya, bangsa ini hanya bisa maju dengan memelihara tradisi dan cara berfikir yang baik. Karena cara berpikir bangsa kita sekarang akibat hegemoni kolonialis sudah sangat distortif bagi pertumbuhan masyarakat dan kebudayaan.

"Jadi kalau kita mau maju secara paripurna, yang pertama harus dilakukan adalah merubah cara pandang kita yang sudah terdistorsi cara pandang Barat. Caranya dengan kembali pada tradisi Timur. Tidak perlu meniru-niru, apalagi yang ditiru salah," ungkap sejarawan dan novelis yang tinggal di Malang ini.

Agus mencontohkan, bagaimana cara pandang Barat yang sangat formalistik itu masuk dalam cara pandang bangsa kita, dalam hal kepandaian misalnya, saat ini seseorang hanya diukur dari berapa lama dia sekolah dan berapa gelar kesarjanaan yang dimilikinya.

Sementara, lanjut Agus, masyarakat Timur lebih mengutamakan belajar pada pengalaman dan kehidupan riil, contoh konkretnya, menurut aktivis Ansor Jawa Timur itu adalah, Soeharto walupun hanya memperoleh pendidikan dasar, tetapi ia bisa lebih pandai dari para professor yang menjadi menterinya teramasuk Habibie. Dengan demikian Soeharto juga bisa berkuasa lebih lama dari siapapun.

"Cara berpikir formal itu harus dikritik, sebab kalau tidak agama akan mengalami kekeroposan, bayangkan yang disebut manusia sempurna adalah manusia yang punya pengetahuan dan kekuasaan seperti Firaun dan Namrud, sementara Nabi Musa maupun Nabi Ibrahim adalah petualang yang tidak memiliki apa-apa kecuali spiritualitas dan moralitas untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Bila cara berpikir formal dipakai untuk melihat Nabi, maka tidak sabda Nabi yang bisa diterima risalahnya, sebab mereka tidak ditopang kekuasaan dan gelar akademik apapun," paparnya.

Bahkan budayawan itu juga mengeluhkan tentang irelevansi pemikiran para cendekiawan Indonesia, sebab mereka sejak S1 sampai S3 hanya belajar di kampus, tidak pernah belajar pada realitas kehidupan, sehingga solusi yang diberikan juga mengalami kegagalan. "Ditambah sarjana-sarjana itu lulusan Barat yang memang dididik pintar kemudian menjadi birokrat dan bekerja dengan agenda-agenda Barat," tambahnya.

Melihat kenyataan itu, kata Agus, tak ada jalan lain, perlawanan terhadap hegemoni budaya harus segera dilakukan dengan cara mengubah cara berpikir masyarakat. "Semakin terbaratkan seseorang semakin sulit disadarkan, sebaliknya semakin sedikit terbaratkan seperti kaum pesantren, akan semakin mudah disadarkan," demikian pungkas Agus Sunyoto. (cih)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Ubudiyah Sang Pencerah Muslim

Budayawan : Ngapain Niru Barat (Sumber Gambar : Nu Online)
Budayawan : Ngapain Niru Barat (Sumber Gambar : Nu Online)

Budayawan : Ngapain Niru Barat

Senin, 06 November 2017

Kenapa Quraish Shihab Enggan Dipanggil Habib dan Kiai?

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Banyak kalangan yang menilai, panggilan habib dan kiai seharusnya layak disandang Prof HM. Quraish Shihab. Secara silsilah dan keilmuan, tidak ada yang meragukan Penulis Tafsir Al-Misbah ini. Namun secara pribadi, Mufassir yang dikenal luas ini tidak mau dipanggil habib dan kiai. Kenapa?

Dalam buku Cahaya, Cinta dan Canda Quraish Shihab terbitan Lentera Hati yang ditulis oleh Mauluddin Anwar dan kawan-kawan, dijelaskan soal urusan habib dan kiai tersebut. Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) ini hanya mau dipanggil habib oleh cucunya saja, karena lebih cocok berdasarkan artinya.?

Kenapa Quraish Shihab Enggan Dipanggil Habib dan Kiai? (Sumber Gambar : Nu Online)
Kenapa Quraish Shihab Enggan Dipanggil Habib dan Kiai? (Sumber Gambar : Nu Online)

Kenapa Quraish Shihab Enggan Dipanggil Habib dan Kiai?

Di kalangan Arab-Indonesia, habib menjadi gelar bangsawan Timur Tengah yang merupakan kerabat Nabi Muhammad SAW (Bani Hasyim). Khususnya dinisbatkan terhadap keturunan Nabi Muhammad melalui Sayyidatina Fatimah Az-Zahra yang menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Panggilan habib juga penanda Arab-Indonesia yang memiliki Moyang yang berasal dari Negeri Yaman, khususnya Hadhramaut. Kakek Prof Quraish Shihab, Habib Ali bin Abdurrahman Shihab berasal dari Hadhramaut.

Sang Pencerah Muslim

Dalam Bahasa Arab, habib berakar dari kata cinta. Jadi habib berarti “yang mencintai” atau bisa juga “yang dicintai”. Tetapi kemudian maknanya berkembang menjadi suatu istilah, habib adalah orang teladan, orang baik yang berpengetahuan, dan seseorang yang mempunyai hubungan dengan Rasulullah.

Alasan kedua itulah yang membuat Quraish menolak dipanggil habib. Padahal, sebagai orang yang menghabiskan usia bergelut dengan ilmu pengetahuan, Quraish layak mendapat gelar itu. Quraish adalah profesor doktor bidang Ilmu Tafsir, hafal al-Quran, pernah jadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mantan Menteri Agama. Tapi ia berkukuh tetap menolak. Semata-mata karena, “itu mengandung unsur pujian.”

Sang Pencerah Muslim

Baginya, gelar habib tidak perlu diberikan kepada sembarang orang. Sebangun dengan gelar kesarjanaan, yang harus ada usaha untuk mendapatkannya, maka habib pun harus ada usaha, terutama dari akhlaknya.

“Saya merasa, saya butuh untuk dicintai, saya ingin mencintai. Tapi rasanya saya belum wajar untuk jadi teladan. Karena itu saya tidak, belum ingin dipanggil habib,” kata Quraish merendah.?

Apalagi, ada ajaran ayahnya, Habib Abdurrahman, agar tidak menonjolkan garis keturunan. Beliau enggan menggunakan gelar “Sayyid”, “Haji”, atau “Kiai”. Bahkan tidak juga gelar akademis.

Ada sajak yang acap didendangkan Habib Abdurrahman dan ditulis dalam buku tersebut:?

Kami, kendati memiliki garis keturunan terhormat

Tidak sekalipun mengandalkan garis keturunan?

Kami membangun sebagaimana leluhur kami membangun

Dan berbuat serupa dengan apa yang mereka perbuat.

Tidak hanya Prof Quraish, keluarga Shihab yang lain, seperti Umar Shihab dan Alwi Shihab pun sependapat. Alwi lebih keras, menyebut ada “inflasi habib”, karena pemakaian yang tidak pada tempatnya. Bahkan sudah sampai pada tahap berkonotasi buruk, seperti didengar Quraish dari sopir taksi, saat ia terjebak macet akibat adanya pengajian yang menutup badan jalan.

Maka mereka pun bersepakat, memakai gelar habib hanya sekadar sebutan untuk kakek. “Karena kakek itu sangat mencintai cucunya, terkadang lebih dari cinta kepada anaknya. Cucu juga kadang-kadang lebih mencintai kakeknya daripada bapaknya,” kata Quraish.?

Pesan lain dari penolakan itu untuk memberikan contoh keteladanan, siapa yang wajar diberi gelar kehormatan.

Tak hanya sapaan habib, Prof Quraish juga emoh dipanggil “kiai”. Lagi-lagi alasan serupa, gelar itu jabatan yang sangat tinggi. Baginya, kiai berkonotasi ulama besar yang tulus. Tapi, diksi ‘besar’ itu bisa mengandung pujian. Sesuatu yang selalu ia hindari. Belum lagi, sebutan kiai juga mengalami inflasi, karena dipakai banyak orang yang berpotensi menurunkan makna sebenarnya.?

Ia mencontohkan seseorang bergelar kiai atau ki, yang sedang dirundung masalah karena penipuan pengobatan alternatif.?

“Jadi udah deh nggak usah repot-repot pangil saya habib atau kiai. Panggil saya ustadz saja,” katanya tergelak. Ia tak menolak, karena ustadz berarti guru, dan ia sejak belia sudah menjadi pengajar, dengan raihan tertinggi menjabat Rektor IAIN. (Detik/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, Doa, Internasional Sang Pencerah Muslim

Aplikasi “IPPNU Mobile” Versi Android Diluncurkan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Dalam peringatan harlah ke-59, aplikasi “IPPNU Mobile” versi android diluncurkan di Gedung PP PON Kemenpora Cibubur, Jakarta Timur, Ahad (2/3) siang. Peluncuran aplikasi ini dimaksudkan untuk memperluas cakupan informasi bagi rekanita khususnya di seluruh Indonesia.

“Sebagai bentuk integrasi dan konsolidasi, IPPNU mencoba menginvasi media elektronik mengingat tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia,” terang salah seorang Wakil Bendahara PW IPPNU Jabar, Eva Nurlatifah, Ahad (2/3) siang.

Aplikasi “IPPNU Mobile” Versi Android Diluncurkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Aplikasi “IPPNU Mobile” Versi Android Diluncurkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Aplikasi “IPPNU Mobile” Versi Android Diluncurkan

Aplikasi ini, sambung Eva, sudah bisa diunduh pada mesin pencari google. Di sana akan hadir pilihan “IPPNU Mobile” versi android.

Sang Pencerah Muslim

Setiap informasi terbaru IPPNU, menurutnya, akan masuk ke dalam telepon genggam. Aplikasi ini bekerja seperti pemberitahuan pada jejaring facebook. Informasi IPPNU langsung masuk secara otomatis.

“Semoga aplikasi ini memberikan manfaat bagi rekanita dan semua pihak yang ingin mengetahui informasi terkini IPPNU,” tandas Eva disambut tepuk tangan para hadirin.

Sang Pencerah Muslim

Peluncuran aplikasi ini disaksikan peserta Konbes IPPNU 2014, mantan Ketua Umum PP IPPNU, delegasi Kemakertrans, dubes Amerika, dan 90 santriwati pesantren Al-Hamid Cilangkap, Jakarta Timur. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, Doa, Tegal Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 04 November 2017

Pelajar NU Lebo Tangani Bimbel Gratis Siswa SD Kelas 6 Sederajat

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus ranting IPNU dan IPPNU Lebo kecamatan Pujon kabupaten Malang, membuka bimbingan belajar untuk para siswa dan siswi kelas 6 SD atau MI. Layanan bimbel gratis ini dibuka untuk membantu peserta bimbel dalam menghadapi ujian akhir sekolah.

Pelajar NU Lebo Tangani Bimbel Gratis Siswa SD Kelas 6 Sederajat (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Lebo Tangani Bimbel Gratis Siswa SD Kelas 6 Sederajat (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Lebo Tangani Bimbel Gratis Siswa SD Kelas 6 Sederajat

Layanan ini berawal dari usulan Ketua NU setempat kepada pelajar NU untuk membantu anak-anak warga sekitar. Setelah dipertimbangkan, mereka akhirnya membuka bimbel gratis yang kemudian disambut baik warga.

Banyak warga mendaftarkan anaknya pada program ini. Pada pelaksanaan bimbel ini, pelajar IPNU dan IPPNU mengambil motto “Belajar dengan Optimal dan Menyenangkan.”

Sang Pencerah Muslim

“Kami ingin wujudkan generasi Indonesia supaya jujur dalam mengerjakan soal-soal ujian,” kata pengurus IPNU Lebo Fauzan Anwari, Rabu (28/1).

Fauzan mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Anak Cabang Pujon dan Pemerintah Desa Madiredo yang telah mendukung Program Kegaiatan Bimbingan Belajar. Kegiatan bimbel bertempat di kantor sekretariat IPNU-IPPNU Lebo.

Sang Pencerah Muslim

Adapun kantor sekretariat ini berawal dari bangunan Pos Kamling yang sudah tidak dimanfaatkan. Pada bulan puasa tahun lalu, mereka berencana memaanfaatkan bangunan tersebut untuk menjadi sekretariat IPNU dan IPPNU Lebo.

Rencana ini didukung oleh pemerintah desa setempat. Selain kantor sekretariat, bangunan ini juga difungsikan sebagai perpustakaan umum yang kini setiap harinya dikunjungi para pelajar dengan kepentingan meminjam buku. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Fragmen Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock