Tampilkan postingan dengan label Kajian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Februari 2018

Mbah Ngis dan Resep Berdagang yang Mendatangkan Berkah

Sebagai pedagang kecil yang menjual makanan kecil di pondok, Mbah Ngismatun Sakdullah Solo (wafat 1994)–biasa dipanggil Mbah Ngis–memiliki cara sendiri dalam berdagang yang sulit dipahami orang lain. Pak Udin, salah seorang anak Mbah Ngis, merasa sulit memahami mengapa Mbah Ngis sering tidak mau pusing dengan persoalan untung dan rugi. Mbah Ngis memilih cara hati-hati dalam berdagang sehingga tidak asal mendapatkan untung.

Suatu hari, Pak Udin menyampaikan usul kepada Mbah Ngis agar barang-barang atau makanan konsinyasi yang tidak laku terjual supaya dikembalikan kepada pemasoknya sesuai kesepakatan agar tidak merugi. Mbah Ngis tidak setuju dengan usul tersebut, tetapi malahan lebih suka menyedekahkannya kepada anak-anak santri putra di pondok yang notabene mereka bukan pelanggan warungnya karena Mbah Ngis hanya melayani santri putri.

Mbah Ngis dan Resep Berdagang yang Mendatangkan Berkah (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Ngis dan Resep Berdagang yang Mendatangkan Berkah (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Ngis dan Resep Berdagang yang Mendatangkan Berkah

Mbah Ngis memiliki beberapa alasan terkait dengan sikapnya tersebut. Pertama, Mbah Ngis merasa kasihan kepada pemasoknya kalau harus menerima kembalian barang-barang yang tak laku. Kedua, Mbah Ngis merasa kasihan kepada beberapa santri putra yang merasa lapar sehabis belajar malam sementara uang sudah tak punya.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, Pak Udin juga pernah usul agar uang hasil penjualan barang-barang konsinyasi yang sudah laku terjual supaya diputar dulu untuk tambahan modal dengan harapan dapat meningkatkan omzet penjualan dan keuntungan. Alasan Pak Udin adalah orang yang menitipkan dagangan itu baru datang menagih pada hari berikutnya atau dua hari kemudian.

Terhadap usulan Pak Udin di atas, Mbah Ngis menjawab, "Aku hanya berani mengambil labanya saja dari barang-barang titipan orang. Sedang uang setoran milik pemasok, aku tidak berani memutarnya. Aku khawatir kalau uang itu aku putar, maka tidak akan mbarokahi karena menggunakan uang yang bukan miliknya.”

Biasanya, uang setoran itu oleh Mbah Ngis digulung, lalu diikat dengan karet untuk memastikan agar tidak tercecer atau terpakai untuk keperluan lain. Selain alasan takut tidak mbarokahi, Mbah Ngis juga merasa khawatir akan mengecewakan pemasok. Misalnya, ketika pemasok datang menagih uang setoran, Mbah Ngis tidak bisa memberikannya karena, misalnya, uang yang diputar itu belum kembali menjadi uang tunai karena barang yang didapat dengan “modal ghashaban” itu belum laku terjual.

Sang Pencerah Muslim

Meski mendapat pendidikan hingga perguruan tinggi, Pak Udin mengaku sulit memahami cara berpikir ibunya dalam berdagang. “Apakah seperti itu yang disebut berdagang dengan Tuhan?” Tanya Pak Udin pada diri sendiri.

Hal yang membuat Pak Udin heran tetapi sekaligus mensyukurinya adalah meskipun Mbah Ngis kurang memikirkan keuntungan dalam berdagang, nyatanya Mbah Ngis dapat menghidupi keluarganya dan mampu membiayai sekolah anak-anaknya hingga pendidikan tinggi. Pak Udin menduga kuat cara Mbah Ngis berdagang dengan hati-hati atau wara’ itu mbarokahi sehingga menghasilkan rezeki yang walaupun tidak berlimpah tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. ?

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Sang Pencerah Muslim

Selasa, 13 Februari 2018

NU Online Terima Kunjungan Perkumpulan Muslim Inggris

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Redakasi Sang Pencerah Muslim menerima kunjungan Perkumpulan Muslim Inggris, The Association of Muslims British dan Upstanding Neighborhood, di lantai lima Gedung PBNU Jakarta, Rabu (24/8) sore

NU Online Terima Kunjungan Perkumpulan Muslim Inggris (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Online Terima Kunjungan Perkumpulan Muslim Inggris (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Online Terima Kunjungan Perkumpulan Muslim Inggris

Kashan Amar Koordinator Upstanding Neighborhood menjelaskan, menolak segala jenis kekerasan yang mengatasnamakan Islam. Ia prihatin dengan semakin maraknya kampanye-kampanye radikal yang berseliweran di media sosial.

“Maka dari itu, kita buat ini (Upstanding Neighborhood),” kata Kashan.

Namun, jelas Kashan, Upstanding Neihgborhood bukanlah sebuah organisasi yang memiliki badan struktur. Ini adalah sebuah jaringan virtual yang mengampanyekan Islam damai lewat media sosial dan melawan setiap kampanye radikal.?

Seiring dengan berjalannya waktu, ia mengembangkan diri dengan membentuk beberapa channel sosial media, mulai dari video, artikel, dan meme tentang Islam damai. Ia juga mengampanyekan situs-situs dan media sosial yang menebarkan propaganda ekstremisme.

Sang Pencerah Muslim

“Kegiatan kita adalah pelatihan-pelatihan, kampanye, dan mentoring untuk menebarkan Islam yang penuh dengan kedamaian di beberapa media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan youtube,” jelasnya.

Sementara itu, Koordinator The Association of Muslims British (AoMB) Mohammed Abbasi menuturkan, Islam masuk ke daratan Inggris sudah sejak abad ke-8 masehi. Pada saat Offa menjadi raja Mercia, ia membuat mata uang koin yang bertuliskan lafal syahadah sebagai salinan dari uang koin yang sudah dikeluarkan oleh Khalifah Abbasiyah Al-Mansyur.

Perkumpulan British Muslims, lanjut Abbasi, adalah organisasi Islam tertua di daratan Inggris dan didirikan oleh Syaikhul Islam Abdullah Quilliam Bey pada 1989.

Salah satu tujuan AoBM didirikan adalah untuk meyakinkan orang-orang Inggris dalam memahami ajaran Islam yang benar dan membantu sesama Muslim di Inggris serta Eropa baik secara fisik maupun finansial.

Sang Pencerah Muslim

Ada beberapa faktor yang menjadi permasalahan muslim di Inggris, seperti membesar-besarkan kekerasan, tidak bangga menjadi warga Inggris, komunitas yang rapuh, kemiskinan, sekolah Islam yang terpencil, rasisme dan Islamphobia, isu kebijakan luar negeri, dan merasa dibenci oleh masyarakat.?

Di Inggris, Islam menjadi agama mayoritas kedua dengan jumlah 2,4 juta pemeluk atau 4 persen dari total penduduk Inggris Raya. (Ahmad Muchlishon Rochmat/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tegal, Aswaja, Kajian Sang Pencerah Muslim

Senin, 05 Februari 2018

Maulid Nabi dan Haul Gus Dur Berlangsung Meriah di Gedung PBNU

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Peringatan Haul ke-6 KH Abdurraman Wahid (Gus Dur) kembali digelar, Rabu (30/12) malam ini di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, setelah acara serupa diselenggarakan di kediaman Gus Dur di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Acara yang dirangkai Maulid Nabi Muhammad ini berlangsung semarak dengan kehadiran jamaah dari berbagai daerah di Jakarta dan sekitarnya. Mereka memenuhi halaman dan ruang Masjid An-Nahdlah yang terletak di lantai pertama gedung PBNU. Hadir pula Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, putri sulung Gus Dur Alissa Qotrunnada, jajaran pengurus NU, dan para kiai dan para habib.

Maulid Nabi dan Haul Gus Dur Berlangsung Meriah di Gedung PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Maulid Nabi dan Haul Gus Dur Berlangsung Meriah di Gedung PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Maulid Nabi dan Haul Gus Dur Berlangsung Meriah di Gedung PBNU

Peringatan haul ke-6 Gus Dur dan Maulid Nabi Muhammad malam ini dimotori oleh Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU). Acara dimulai dengan istighotsah bersama para habib dan kiai sejak selepas sembahyang isya’, lalu dipuncaki dengan testimoni dan taushiyah.

Sang Pencerah Muslim

Ketua PP LDNU KH Manarul Hidayat berharap, acara kali ini tak sebatas seremoni melainkan lebih dari itu jamaah bisa meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan perjuangan Gus Dur. “Gus Dur tidak hanya jadi panutan oleh orang NU, tapi juga masyarakat Indonesia dan dunia,” ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, mewakili keluarga Alissa mengungkapkan terima kasih atas peringatan haul Gus Dur yang diadakan PBNU tepat pada tanggal wafatnya Presiden Ke-4 RI ini, 30 Desember. “Ini adalah hadiah yang sangat luar biasa. Doa-doa bapak ibu yang dipimpin para guru kita jauh lebih bermakna daripada gelar pahlawan nasional,” tuturnya.

Sementara KH Said Aqil Siroj menekankan pentingnya melestarikan peringatan Maulid Nabi sebagai sarana meneladani dan mengharap syafaat dari Rasulullah. Peringatan haul ulama juga bukan termasuk praktik bid’ah karena di dalamnya mengandung banyak hal positif. “Mari kita yang positif dari Gus Dur kita tiru,” katanya. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pondok Pesantren, Kajian Sang Pencerah Muslim

Kamis, 01 Februari 2018

Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali

Orang tua sesunguhnya tidak bebas berbuat apa saja kepada anak-anaknya. Ada adab atau etika tertentu yang harus diperhatikan para orang tua sehubungan adanya kewajiban anak-anak berbakti kepada mereka. Menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana disebutkan dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444) setidaknya ada lima (5) adab orang tua terhadap anak-anaknya sebagai berikut: 

Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)
Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)

Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali

? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. 

Sang Pencerah Muslim

Artinya: “Adab orang tua terhadap anak, yakni: membantu mereka berbuat baik kepada orang tua; tidak memaksa mereka berbuat kebaikan melebihi batas kemampuannya; tidak memaksakan kehendak kepada mereka di saat susah; tidak menghalangi mereka berbuat taat kepada Allah SWT; tidak membuat mereka sengsara disebabkan pendidikan yang salah.” 

Sang Pencerah Muslim

(Baca juga: Anak Wajib Menafkahi Orang Tua)Dari kutipan di atas dapat diuraikan kelima adab orang tua kepada anak-anaknya sebagai berikut:

Pertama, membantu anak-anak bersikap baik kepadanya. Sikap anak kepada orang tua sangat dipengaruhi sikap orang tua kepada mereka. Jika orang tua sayang kepada anak-anak, mereka tentu akan membalas dengan kebaikan yang sama. Tidak mungkin anak-anak bersikap baik kepada orang tua, jika mereka diperlakukan semena-mena. Oleh karena itu ketika orang tua bersikap baik kepada anak-anaknya, sesungguhnya orang tua telah mendidik dan membantu anak-anaknya menjadi anak yang baik pula. 

Kedua, tidak memaksa anak-anak berbuat baik melebihi batas kemampuannya. Orang tua perlu memahami psikologi perkembangan agar anak-anak dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan fase-fase perkembangannya. Tidak bijak apabila anak-anak yang masih duduk di bangku TK sudah diperintahkan berpuasa sehari penuh selama Ramadhan. Mereka memang perlu dilatih berpuasa tetapi tidak boleh seberat itu. Demikian pula tidak bijak apa bila orang tua memaksakan kehendaknya agar mereka selalu menduduki ranking 1 di kelasnya, misalnya, sementara kemampuannya kurang mendukung. 

Ketiga, tidak memaksa anak-anak saat susah. Sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga bisa merasakan susah, misalnya karena kehilangan sesuatu yang menjadi kesayangannya seperti binatang kesayangan atau lainnya. Pada saat seperti ini orang tua sebaiknya dapat memahmi psikologi anak dengan tidak menambahi bebannya. Misalnya, orang tua melakukan perintah-perintah yang banyak dan berat sehingga menambah beban anak. Justru sebaiknya orang dapat menghibur dan membesarkan hati anaknya bahwa Allah akan mengganti apa yang hilang dari anak itu dengan sesuatu yang lebih baik. 

Keempat, tidak menghalangi anak-anak untuk berbuat taat kepada Allah SWT. Tidak sebaiknya orang tua menghalangi anak-anak ketika mereka bermaksud melakukan ketaatan kepada Allah SWT, misalnya, berlatih puasa sunnah Senin-Kamis. Tetapi memang orang tua perlu memberi arahan untuk tidak berpuasa dahulu, misalnya, ketika kondisi anak sedang sakit. Orang tua perlu menjelaskan bahwa beberapa orang diperbolehkan tidak berpuasa, misalnya orang-orang yang sedang sakit, atau seorang ibu yang sedang menyusui anaknya yang masih kecil. Untuk puasa Ramadhan memang harus diganti apabila ditinggalkan, edang puasa sunnah tidak harus diganti.  

Kelima, tidak membuat anak-anak sengsara disebabkan pendidikan yang salah. Adalah kewajiban orang tua mendidik anak dengan sebaik-baiknya sehingga anak memiliki ilmu yang cukup dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan. Apabila orang tua tidak cukup membekali anak dengan ilmu dan ketrampilan yang diperlukan dan malahan memanjakannya, maka hal ini bisa menyengsarakan anak di kemudian hari. Anak bisa bodoh dan tidak mandiri dalam banyak hal sehingga tidak bisa menolong dirinya sendiri apalagi orang lain. Keadaan seperti ini akan membuat anak sengsara dalam hidupnya. 

Singkatnya kelima hal di atas, yakni mengkondisikan anak sanggup dan mampu berbuat baik kepada orang tua, menghargai prestasi anak dalam meraih hal yang baik sesuai batas kemampuannya, mengerti perasaan anak ketika mereka sedang susah, mendukung anak untuk berbuat ketaatan kepada Allah SWT, dan membuat anak mampu hidup bahagia dengan pendidikan yang benar, merupakan adab atau etika minimal yang perlu dilakukan setiap orang tua kepada anak-anaknya. Demikianlah Imam Al-Ghazali memberikan resep kepada kita untuk menjadi orang tua yang baik. 

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Kajian Sang Pencerah Muslim

Selasa, 23 Januari 2018

Ratusan Santri di Probolinggo Baca Surat Yasin, Tahlil dan Sholawat Nariyah

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim - Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) ke-III tahun 2017, ratusan santri di Kabupaten Probolinggo melaksanakan pembacaan Surat Yasin, Tahlil dan Shalawat Nariyah bersama-sama di halaman depan Eks Kantor Bupati Probolinggo di Kecamatan Dringu, Sabtu (21/10) malam.

Peringatan HSN ke-III tahun 2017 ini digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo bekerja sama dengan PCNU Kota Kraksaan dan PCNU Kabupaten Probolinggo. Selain santri, kegiatan ini juga diikuti oleh segenap warga NU mulai dari Muslimat NU, Fatayat NU, GP Ansor, IPNU dan IPPNU serta badan otonom NU yang lain.

Ratusan Santri di Probolinggo Baca Surat Yasin, Tahlil dan Sholawat Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Ratusan Santri di Probolinggo Baca Surat Yasin, Tahlil dan Sholawat Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)

Ratusan Santri di Probolinggo Baca Surat Yasin, Tahlil dan Sholawat Nariyah

Kegiatan ini dihadiri oleh Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo H Hasan Aminuddin didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Probolinggo Soeparwiyono, Rais PCNU Kota Kraksaan KH Munir Kholili,  Ketua PCNU Kota Kraksaan KH Nasrullah Ahmad Suja’i, Rais PCNU Kabupaten Probolinggo KH Jamaludin Al-Hariri dan Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH Abdul Hadi Saifullah.

H Hasan Aminuddin meminta para orang tua untuk mencetak anaknya selaku generasi muda dengan memberikan pendidikan yang baik dan berakhlakul karimah. “Para orang tua hendaklah harus bisa memaksa anak dan memberikan batasan waktu untuk memegang HP. Berikan kesempatan memegang HP di hari yang tepat,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Lebih lanjut Hasan mengajak seluruh warga NU agar bersama-sama menyelamatkan generasi muda penerus bangsa supaya menjadi anak yang berguna dan menjadi generasi pemimpin yang baik kedepannnya.

“Kemajuan di zaman era digital ini sudah semakin menurunkan perilaku dan akhlak anak-anak kita. Solusinya adalah anak tidak boleh membawa HP saat bersekolah. Dengan demikian anak bisa berkonsentrasi kepada apa yang diajarkan oleh gurunya,” jelasnya.

Oleh karena itu Hasan meminta kepada para orang tua agar selalu memberikan kesibukan kepada anak-anaknya agar menjadi generasi penerus bangsa Indonesia yang berkualitas dan profesional.

“Setiap harinya orang tua harus mengarahkan dan memberikan pengetahuan umum baik di lembaga pendidikan atau sekolah serta pengetahuan agama atau mengaji di musholla atau di masjid,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, Hikmah, Habib Sang Pencerah Muslim

Jumat, 19 Januari 2018

NU Pasuruan Pamerkan Khazanah Intelektual Ulama Pesantren

Pasuruan, Sang Pencerah Muslim. Menandai Hari Santri Nasional 2017, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan menggelar Expo Khazanah Intelektual Ulama dan Pesantren yang berlangsung di Museum Muhammad Chengho Pandaan, 30-31 November 2017. Pameran tersebut digelar mulai pukul 9 pagi hingga 9 malam. 

Digelar di posisi strategis jalur Surabaya-Malang, Expo menyuguhkan sejumlah kegiatan, antara lain sarasehan karya ulama nusantara yang menghadirkan filolog santri Rijal Mumazziq, pameran manuskrip kitab kuning kuno dan buku/kitab terbitan pesantren, pameran fotografi Santri Story, pelatihan desain  grafis untuk medsos oleh Santri Design Community (SDC), klinik pengelolaan website pesantren/UKM, hingga bazar produk UKM Santri.

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Kabupaten Pasuruan sebagai pelaksana kegiatan menyelenggarakan acara ini sebagai bentuk apresiasi generasi hari ini pada karya dan perjuangan dakwah-ilmu para ulama pesantren.

NU Pasuruan Pamerkan Khazanah Intelektual Ulama Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Pasuruan Pamerkan Khazanah Intelektual Ulama Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Pasuruan Pamerkan Khazanah Intelektual Ulama Pesantren

Di Pasuruan, ditemukan banyak karya kitab kuning yang ditulis para kiai baik untuk bahan ngaji di pesantren maupun untuk umum.  Ada Alm Kiai Hasan Asyary (Ranggeh, Gondangwetan, dimakamkan di Sladi, Kejayan) yang menulis Kitab induk ilmu falak, Muntahal Aqwal/Nataijul Aqwal. Salah satu muridnya, Kiai Maksum pakar ilmu falak yang tak lain adalah mushannif kitab Durusul Falakiyah yang hingga kini menjadi rujukan utama pengajaran ilmu falak di pesantren dan kampus.

Ada Alm Kiai Abdul Karim, Pondok Pesantren Kramat, Kraton yang menulis belasan kitab kuning yang sudah diterbitkan dan dikaji rutin. Sang putra, Alm Kiai Asad Abd Karim menulis kitab Manaqibul Karamat yang rutin dibaca umat hingga kini. Ada Alm Kiai Hafidz Hasyim, PP Darul Ulum Karangpandan, Rejoso, yang menulis kitab Alfiyah Fiqih Thaharah, 1000 bait nadzam berisi aturan bersuci, juga menyusun kitab Manaqibul Barakat.

Sang Pencerah Muslim

Ada Alm Kiai Jakfar Shadiq, Sladi. Kejayan manuskrip tulisan Kitab kuningnya tentang fiqih masih berserakan belum sempat diterbitkan. Dan KH Hamid asal Pasuruan. Ulama kharismatik ini menyusun kitab Alfiyah Sullam Taufiq, seribu bait nadzam intisari kitab Sullamut Taufiq. Masih banyak para kiai mushannif yang tersebar, tak hanya di Pasuruan juga seantero tanah Jawa dan Nusantara.

Dari kegiatan ini diharapkan ada kesadaran baru di kalangan santri jaman now, untuk kembali menoleh pada karya para ulama terdahulu, tak hanya mendapat asupan informasi dari media sosial, Google, dan sumber instan lainnya. Sementara negara, khususnya pemerintah Kabupaten Pasuruan didesak membuat afirmasi kebijakan yang berorientasi pada pelestarian karakter keagamaan di daerah berbasis pesantren seperti Pasuruan. (Red: Mahbib)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Sang Pencerah Muslim

Rabu, 17 Januari 2018

Buka Konbes, Waketum PBNU Sampaikan Ceramah Kepemimpinan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Wakil Ketua Umum PBNU H Asad Said Ali menyampaikan ceramah kepemimpinan saat pembukaan Konferensi Besar IPPNU 2014, Jumat (28/2) siang. Di hadapan sedikitnya 200 peserta, ia menyebutkan lebih terang sifat-sifat kepemimpinan sungguhan.

Kepemimpinan, menurutnya, harus dijiwai oleh semangat kejujuran, keadilan, istiqamah, dan amanah. Karena ia bukan sekadar gerakan lahir sebuah sistem dan struktur. Lebih dari itu, kepemimpinan merupakan proyek jangka panjang dalam membangun fondasi-fondasi kemaslahatan.

Buka Konbes, Waketum PBNU Sampaikan Ceramah Kepemimpinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Buka Konbes, Waketum PBNU Sampaikan Ceramah Kepemimpinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Buka Konbes, Waketum PBNU Sampaikan Ceramah Kepemimpinan

Dalam pada itu, sejauhmana pemimpin mengintegrasikan nilai-nilai di atas sangat menentukan warna kepmimpinan.

Sang Pencerah Muslim

Berkaitan dengan pelajar putri NU, H Asad mengatakan, “Tugas IPPNU sekurangnya dua, yaitu mengenal aswaja dan setia pada NKRI.”

Dua hal itu bisa diterjemahkan bahwa kita sebagai warga negara harus tetap mengenal agama, tetapi juga di dalam rangka patuh bernegara, tandas H Asad di area Konbes IPPNU 2014 di Gedung PP PON Kemenpora Cibubur, Jakarta Timur.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan seorang delegasi Kemenpora Hamka Hamdan mengatakan, IPPNU terbilang organisasi yang tertib. Karenanya, “Kemenpora beberapa bulan lalu menempatkan organisasi ini pada peringkat kedua OKP terbaik.”

Tampak hadir dalam pembukaan Ketua Umum PP ISNU Ali Masykur Musa dan Ketua Umum PP IPNU Khairul Anam. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Sejarah, Kajian Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock