Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Februari 2018

Sarung Miliki Potensi dalam Pemberdayaan Ekonomi Pesantren

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Direktur Jenderal Industri Tekstil, Kulit, dan Aneka, Kementerian Perindustrian RI Muhdori mengungkapkan tradisi bersarung yang dilakukan warga NU dan pondok pesantren, memiliki potensi dan peluang positif dilihat dari pemberdayaan ekonomi pesantren. ?

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara pada Seminar Nasional “Sarung Nusantara” yang digelar Lembaga Takmir Masjid Nahdltaul Ulama (LTMNU) di Gedung PBNU Jakarta Pusat, Kamis (6/4).

Sarung Miliki Potensi dalam Pemberdayaan Ekonomi Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Sarung Miliki Potensi dalam Pemberdayaan Ekonomi Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Sarung Miliki Potensi dalam Pemberdayaan Ekonomi Pesantren

“Industri tekstil, di dalamnya termasuk industri sarung, menempati urutan ketiga penghasil devisa negara. Nilai ekspor tahun 2016 sebesar US$ 11,78 miliar (8,22 persen ekspor nasional), dengan surplus USD 4,73 miliar; berkontribusi 1,18 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun 2016. Industri tekstil juga merupakan satu dari sepuluh industri prioritas dan industri andalan Indonesia 2015-2035,” urai Muhdori.

Muhdori menyebut, pada tahun 2015, dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri tersebut menyerap tenaga kerja langsung sejumlah 2,69 juta orang. Angka ini setara dengan 17,03 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur yang bersifat padat karya.

Oleh karena itu ia mendorong pesantren memanfaatkan peluang tersebut. “Contohnya bila di Cirebon saja ada 27 pesantren dengan rata-rata 200 santri per pesantren. Lalu koperasi pesantren membeli sarung dengan harga dasar 45 ribu dijual 50 ribu, itu akan ada keuntungan untuk pesantren. Jelas ini upaya pemberdayaan umat lewat sarung,” terangnya.

Sang Pencerah Muslim

Belum lagi, kata Mudhori bila pesantren bisa memproduksi sarung sendiri, tentu optimalisasi pemberdayaan ekonomi dapat dilakukan.

Ia juga mengatakan pengembangan tekstil tidak terbatas hanya sarung. “Ketika musim haji, kiai dan satri pondok pesantren minimal kalau tidak berangkat haji bisa bertindak sebagai pemandu manasik. Sekaligus ini bisa dipersiapkan dengan mengenalkan produk pendukung ibadah haji dan umrah,” lanjut Muhdori.

Bicara tentang bisnis, kata Muhdori, tidak akan ada habisnya ketika dikaitkan dengan pondok pesantren. “Karena itu pondok pesantren dan NU harus memanfaatkan betul peluang ini, selagi masih terbuka,” tandasnya. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Santri Sang Pencerah Muslim

Rabu, 07 Februari 2018

Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU

Brebes, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Kabupaten Brebes prihatin dengan tak terbendungnya peredaran gelap narkoba dan makin maraknya pornografi. Kondisi ini disikapi dengan upaya preventif dengan jalan ajakan menjauhkan diri dari virus negatif tersebut. Salah satunya melalui medan dakwah.?

“Sebagai orang tua, paling banter bisa merangkul dan mengajak generasi muda untuk menghindari dua hal negatif melalui medan dakwah,” ujar Ketua PC Muslimat NU Brebes Hj Chulasoh saat pembukaan Lomba Shalawat Nada dan Dakwah, Pembacaan Surat Surat Pendek Al Quran serta lomba Mars IGTKM di aula Kantor Kementerian Agama, Jalan Ahmad Yani Brebes, Ahad (9/4).

Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Narkoba dan Pornografi Jadi Keprihatinan Muslimat NU

Dijelaskan Chulasoh, keprihatinan Muslimat diujudkan dengan selalu menyisipkan nasehat di setiap dakwahnya. Daiyah (pendakwah wanita), mesti memiliki bekal pengetahuan tentang bahaya narkoba dan ekses negatif pornografi. Sehinggsa bisa bersama-sama mewujudkan masyarakat yang anti narkoba dan antipornografi.

“Meskipun Brebes bukan zona merah dalam kedua wilayah tersebut, tetapi pencegahan dini perlu dilakukan demi keselamatan generasi muda,” ujarnya.

Bupati Brebes Hj Idza Priyanti yang membuka acara merasa bangga dengan upaya Muslimat NU yang menggelar kegiatan lomba-lomba dengan tema yang memperhatikan kondisi masyarakat. Pencegahan peredaran gelap narkoba maupun tersebarnya virus negatif pornografi. Pemerintah kabupaten juga sepaham dengan upaya-upaya pencegahan narkoba melalui Badan Narkotika Kabupaten (BNK).?

Sang Pencerah Muslim

“Ayo kita giatkan dakwah perangi narkoba dan cegah pornografi,” ujar Idza di hadapan ratusan peserta yang memadati aula Kemenag.?

Idza yang juga Ketua Dewam Pakar Ekonomi PC Muslimat NU Brebes juga mengajak kepada para anggota Muslimat untuk membantu pembangunan Kabupaten Brebes terutama pembangunan di bidang mental spiritual. Termasuk peningkatan ekonomi dengan selalu menggiatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.?

Ketua Panitia Hj Farikha menjelaskan kegiatan dimaksudkan untuk memperingati hari lahir (harlah) ke-71 Muslimat NU. Peserta merupakan perwakilan dari 17 Pimpinan Anak Cabang yang sebelumnya telah melakukan seleksi di masing-masing PAC.?

Sang Pencerah Muslim

Setelah melalui penjurian yang cukup ketat, akhirnya pada Lomba Shalawat Nada dan Dakwah, juara 1 diraih PAC Muslimat NU Ketangungan dengan nilai 95, juara 2 PAC Kersana (92), dan juara 3 PAC Salem (90). Lomba pembacaan surat pendek, juara 1 Khumaeroh Hidayatus Sabita dari TK Muslimat NU Pesantunan Wanasari dengan nilai 95. Juara 2 Alfi Alma Sarah TK NU Glonggong Wanasari ? (94) dan juara 3 Niviana Syifa Fauziah TK Masyitoh NU Tonjong (91).

Sedang Lomba Mars IGTKM juara 1 PAC Muslimat NU Wanasari dengan nilai 99, juara 2 PAC Muslimat NU Ketanggungan (91 dan juara 3 PAC Muslimat NU Larangan (90). (Wasdiun/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Amalan, Budaya Sang Pencerah Muslim

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma

Umat Muslim percaya momen Ramadhan perlu diisi dengan berbagai macam kegiatan kebaikan, termasuk juga pengajian. Begitu juga dengan warga Muslim di Roma. Itulah yang dikatakan Juniarti, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenlu kepada saya saat saya mengisi pengajian di KBRI Roma Ramadhan lalu.

Saat itu, saya mengisi pengajian di hari Sabtu. Sabtu dan Ahad memang hari libur di Roma. Tetapi meskipun libur, pengajian tetap dilakukan.

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma (Sumber Gambar : Nu Online)
Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma (Sumber Gambar : Nu Online)

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma

Ramadhan juga bulan kebersamaan. Suasana itu terlihat di lingkungan KBRI Roma. Sapaan hangat dari RA Esti Andayani sebagai Duta Besar RI untuk Italia kepada seluruh staf. Tawa canda anak-anak kecil dengan temannya yang terkadang lalu lalang di depan para pejabat, menambah cerita lucu di saat berbuka puasa.

***

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Tinggal jauh di negara sendiri terkadang ada sukanya juga ada dukanya. Sukanya salah satunya adalah, mungkin bisa banyak belajar budaya asing dan memperlancar bahasa negara lain, seperti kebanyakan saudara-saudara Muslim di Roma, Italia ini.

Anak-anak kecil keturunan Indonesia di sini sangat fasih dan lancar sekali dengan bahasa Italia. Saat bercanda dan bermain dengan teman-teman sebayanya, mereka asyik sekali mendengarkan orang mengucapkan kalimat-kalimat berbahasa Italia. Seperti kata “numero uno” dan sebagainya.

Tetapi ada yang menjadi kegelisahan para orangtua mereka, yaitu pembelajaran pengetahuan agama yang kurang maksimal, meskipun sudah disiapkan tempat belajar agama khusus di masjid besar khusus untuk orang-orang Indonesia. Tampaknya itu belum efektif.

Banyak yang bercerita kepada saya, tentang huruf-huruf Hijaiyah saja sudah lupa. Banyak dari anak-anak usia SMP dan SMA sudah lupa huruf-huruf Hijaiyah itu.

“Dulu saya sudah tahu itu, tetapi sekarang saya sudah lupa semua,” kata Faishal, anak Indonesia yang dari kecil sekolah di Roma, yang sekarang duduk di kelas 1 selevel SMA di Indonesia.

Faishal bercerita jenjang pendidikan di Roma agak berbeda dengan di Indonesia. Kalau di Roma jenjangnya 5+3+5. Lima tahun setingkat SD dilanjut 3 tahun setingkat SMP dilanjut 5 tahun setingkat SMA. Lima tahun di setingkat SMA itu sudah penjurusan sesuai minat masing-masing. Jika cerdas bisa selesai lebih cepat. Seperti akselerasi di Indonesia.

Untuk mengefektifkan pengetahuan agama tersebut, KBRI Roma dan Nadwah Ukhuwah Roma (NUR) bersepakat membuat jadwal dan tema kajian Ramadhan yang dibutuhkan masyarakat Muslim Indonesia di Roma. Dengan itu tugas saya sebagai Dai Ambassador Cordofa 2017 di Italia sangat terbantu.

Selama di Roma, jadwal pengajian yang telah disusun oleh NUR dan KBRI Roma adalah sebagai berikut. Kultum di setiap hari bada zuhur. Tema yang harus disampaikan adalah pentingnya shalat, keutamaan sedekah, manfaat membaca Al-Quran, akidah dan tauhid dalam Islam, sudahkah saya berzakat, perbedaan zakat dan infak.

Selain itu keutamaan istighfar, menghormati orangtua, persaudaraan dalam Islam, amar makruf nahi munkar, penyakit hati dan cara menghindarinya, keutamaan menuntut ilmu, kebersihan sebagian dari iman, keutamaan shalat dhuha, manfaat shalat dari segi kesehatan dan sosial, keutamaan shalat tahajud.

Selebihya adalah saya akan bahas tentang hukum-hukum fiqih dasar tentang thaharah dan hukum-hukum shalat seperti rukun dan sunat shalat.

“Karena ini saja banyak yang masih belum benar,” kata Adnan, salah satu staff dan ustad di KBRI Roma.

Setiap Rabu dan Jumat ada pengajian ibu-ibu. Saya tekankan pada cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Saya praktikkan makharijul huruf dan pemahaman ilmu tajwid, juga sentuhan anatomi Al-Quran yang sangat disukai oleh jamaah ibu-ibu istri para diplomat ini.

Pengajian ini dimulai pukul 14. 30-17.00 pada hari Rabu. Sedangkan pada hari Jumat dimulai pada pukul 18.00 sampai 20.00 atau menjelang berbuka puasa.

Setiap Jumaat sore dimulai pukul 15.00–17.30 adalah pengajian anak-anak dan remaja, yang saya isi dengan pengenalan huruf-huruf Hijaiyah, doa-doa harian, dan hafalan-hafalan surat pendek.

Setiap Jumat dan Sabtu juga diadakan acara berbuka puasa bersama di KBRI Roma, Milan, dan Vatikan secara bergantian. Jumat agenda untuk seluruh keluarga Home Staff dan Lokal Staff KBRI Roma. Sedangkan hari Sabtu diadakan untuk umum, untuk seluruh masyarakat Indonesia dan sekitarnya di Italia.

Semua itu untuk mempererat tali silaturrahmi dan menambah pengetahuan agama Islam di Italia yang memang minim sekali guru agama. Sekalipun ada, itu pun jauh dan mungkin terkendala masalah bahasa.

Saya berharap, peran saya yang tak seberapa selama di Italia, dapat meningkatkan semangat warga Muslim di sana dalam menambah ilmu agama. Masyarakat Indonesia di Italia umumnya dapat mempererat tali persaudaraan dan kepedulian mereka.

H Khumaini Rosadi, anggota Tim Inti Dai dan Media Internasional (TIDIM) LDNU, dan Dai Ambassador Cordofa 2017 dengan penugasan ke Roma, Italia.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Ulama, Budaya, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Kamis, 01 Februari 2018

Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali

Orang tua sesunguhnya tidak bebas berbuat apa saja kepada anak-anaknya. Ada adab atau etika tertentu yang harus diperhatikan para orang tua sehubungan adanya kewajiban anak-anak berbakti kepada mereka. Menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana disebutkan dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444) setidaknya ada lima (5) adab orang tua terhadap anak-anaknya sebagai berikut: 

Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)
Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)

Lima Adab Orang Tua kepada Anak Menurut Imam al-Ghazali

? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. 

Sang Pencerah Muslim

Artinya: “Adab orang tua terhadap anak, yakni: membantu mereka berbuat baik kepada orang tua; tidak memaksa mereka berbuat kebaikan melebihi batas kemampuannya; tidak memaksakan kehendak kepada mereka di saat susah; tidak menghalangi mereka berbuat taat kepada Allah SWT; tidak membuat mereka sengsara disebabkan pendidikan yang salah.” 

Sang Pencerah Muslim

(Baca juga: Anak Wajib Menafkahi Orang Tua)Dari kutipan di atas dapat diuraikan kelima adab orang tua kepada anak-anaknya sebagai berikut:

Pertama, membantu anak-anak bersikap baik kepadanya. Sikap anak kepada orang tua sangat dipengaruhi sikap orang tua kepada mereka. Jika orang tua sayang kepada anak-anak, mereka tentu akan membalas dengan kebaikan yang sama. Tidak mungkin anak-anak bersikap baik kepada orang tua, jika mereka diperlakukan semena-mena. Oleh karena itu ketika orang tua bersikap baik kepada anak-anaknya, sesungguhnya orang tua telah mendidik dan membantu anak-anaknya menjadi anak yang baik pula. 

Kedua, tidak memaksa anak-anak berbuat baik melebihi batas kemampuannya. Orang tua perlu memahami psikologi perkembangan agar anak-anak dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan fase-fase perkembangannya. Tidak bijak apabila anak-anak yang masih duduk di bangku TK sudah diperintahkan berpuasa sehari penuh selama Ramadhan. Mereka memang perlu dilatih berpuasa tetapi tidak boleh seberat itu. Demikian pula tidak bijak apa bila orang tua memaksakan kehendaknya agar mereka selalu menduduki ranking 1 di kelasnya, misalnya, sementara kemampuannya kurang mendukung. 

Ketiga, tidak memaksa anak-anak saat susah. Sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga bisa merasakan susah, misalnya karena kehilangan sesuatu yang menjadi kesayangannya seperti binatang kesayangan atau lainnya. Pada saat seperti ini orang tua sebaiknya dapat memahmi psikologi anak dengan tidak menambahi bebannya. Misalnya, orang tua melakukan perintah-perintah yang banyak dan berat sehingga menambah beban anak. Justru sebaiknya orang dapat menghibur dan membesarkan hati anaknya bahwa Allah akan mengganti apa yang hilang dari anak itu dengan sesuatu yang lebih baik. 

Keempat, tidak menghalangi anak-anak untuk berbuat taat kepada Allah SWT. Tidak sebaiknya orang tua menghalangi anak-anak ketika mereka bermaksud melakukan ketaatan kepada Allah SWT, misalnya, berlatih puasa sunnah Senin-Kamis. Tetapi memang orang tua perlu memberi arahan untuk tidak berpuasa dahulu, misalnya, ketika kondisi anak sedang sakit. Orang tua perlu menjelaskan bahwa beberapa orang diperbolehkan tidak berpuasa, misalnya orang-orang yang sedang sakit, atau seorang ibu yang sedang menyusui anaknya yang masih kecil. Untuk puasa Ramadhan memang harus diganti apabila ditinggalkan, edang puasa sunnah tidak harus diganti.  

Kelima, tidak membuat anak-anak sengsara disebabkan pendidikan yang salah. Adalah kewajiban orang tua mendidik anak dengan sebaik-baiknya sehingga anak memiliki ilmu yang cukup dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan. Apabila orang tua tidak cukup membekali anak dengan ilmu dan ketrampilan yang diperlukan dan malahan memanjakannya, maka hal ini bisa menyengsarakan anak di kemudian hari. Anak bisa bodoh dan tidak mandiri dalam banyak hal sehingga tidak bisa menolong dirinya sendiri apalagi orang lain. Keadaan seperti ini akan membuat anak sengsara dalam hidupnya. 

Singkatnya kelima hal di atas, yakni mengkondisikan anak sanggup dan mampu berbuat baik kepada orang tua, menghargai prestasi anak dalam meraih hal yang baik sesuai batas kemampuannya, mengerti perasaan anak ketika mereka sedang susah, mendukung anak untuk berbuat ketaatan kepada Allah SWT, dan membuat anak mampu hidup bahagia dengan pendidikan yang benar, merupakan adab atau etika minimal yang perlu dilakukan setiap orang tua kepada anak-anaknya. Demikianlah Imam Al-Ghazali memberikan resep kepada kita untuk menjadi orang tua yang baik. 

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Kajian Sang Pencerah Muslim

Pasar Murah Jelang Ramadhan di Kalibata Disambut Antusias

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Jelang Ramadhan, bahan baku kebutuhan masyarakat berpotensi mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Melihat hal tersebut, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) di bawah bimbingan Ari Haryati Marwan Jafar, Istri Menteri Desa PDTT, Marwan Jafar menggelar pasar murah di area perkantoran Kemendes PDTT Kalibata, Jakarta, Rabu (1/6).

"Semoga pasar murah ini bisa membantu karyawan dan masyarakat khususnya penduduk sekitar, untuk menyediakan bahan-bahan pokok menjelang puasa," ujar Ari Haryati, Penasehat DWP Kemendes PDTT, saat membuka pasar murah di Gedung Makarti Muktitama, kantor Kemendes PDTT .

Pasar Murah Jelang Ramadhan di Kalibata Disambut Antusias (Sumber Gambar : Nu Online)
Pasar Murah Jelang Ramadhan di Kalibata Disambut Antusias (Sumber Gambar : Nu Online)

Pasar Murah Jelang Ramadhan di Kalibata Disambut Antusias

Dalam kesempatan itu, Ari Haryati menegaskan, bahan-bahan kebutuhan pokok yang disediakan dalam pasar murah itu hanya untuk kebutuhan rumah. Artinya, masyarakat yang membeli di pasar murah tersebut tidak boleh untuk kembali diperjualbelikan.

Sang Pencerah Muslim

"Yang berbelanja tidak untuk dijual lagi atau untuk kulakan, karena tujuan kita adalah membantu masyarakat untuk menyediakan bahan-bahan baku jelang Ramadhan, bukan untuk dijual lagi," paparnya.

Sang Pencerah Muslim

Dalam pasar murah tersebut, produk-produk yang dijual beragam. Mulai dari beras, minyak goreng, gula, bawang merah, bawang putih, daging dan berbagai kebutuhan pokok lainnya.? Pasar Murah ini pun mendapat antusias dan apresiasi positif dari masyarakat. Terlihat, ada banyak.pengunjung yang berbelanja di pasar.murah tersebut. Risma, warga kalibata misalnya, ia tampak membeli berkilo-kilo gula untuk persiapan Ramadhan.

"Harga gulanya murah, cuma Rp14 ribu. Kalau di luar Rp17 ribu, bedanya lumayan sampai Rp3 ribuan," ujarnya.

Begitu juga dengan pengunjung lain yakni Ana, warga setempat yang mengaku terbantu dengan digelarnya pasar tersebut. Menurutnya, harga yang ditawarkan pasar murah tersebut berbanding jauh dengan harga pasar pada umumnya. "Bawang merah di sini harganya Rp25 ribu, padahal kalau di pasar bisa sampai Rp40 ribu," ujarnya. (Red: Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya Sang Pencerah Muslim

Rabu, 31 Januari 2018

Tiga Hal Mengapa NU Layak Dipromosikan ke Dunia

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H As’ad Said Ali menyebutkan sedikitnya tiga hal  yang menjad alasan mengapa NU layak dipromosikan ke tingkat dunia melalui muktamar ke-33 NU di Jombang yang mengangkat tema besar “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”.

Tiga Hal Mengapa NU Layak Dipromosikan ke Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiga Hal Mengapa NU Layak Dipromosikan ke Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiga Hal Mengapa NU Layak Dipromosikan ke Dunia

Pertama, menurut As’ad, secara politik NU telah menyelesaikan konsep kenegaraan di tengah penduduk yang mayoritas Muslim namun terdiri dari banyak agama, suku, dan adat istiadat, serta tinggal di banyak pulau. Pada Muktamar di Banjarmasin Kalimantan Selatan pada 1936,  beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka, NU telah merumuskan konsep negara Islam yang khas dengan menggabungkan antara Islam dan nasionalisme, yang sering dikenal dengan istilah darus salam.

“Di beberapa negara Islam atau yang mayoritas penduduknya Muslim, persoalan Islam dan nasionalisme ini belum selesai sampai sekarang,” katanya kepada Sang Pencerah Muslim di Jakarta, Selasa (8/7).

Sang Pencerah Muslim

Pada satu sisi, menurut As’ad, mereka menyatakan Islam, tapi kesukuan mereka sangat kuat. Negara-negara yang ada dikuasai oleh satu suku tertentu. Fanatisme terhadap kelompok atau aliran juga sangat kuat dan selalu menimbulkan konflik berdarah yang berkepanjangan dan turun-menurun.

Kedua, NU layak dipromosikan ke tingkat dunia karena prinsip sosial dan kemasyarakatannya sudah mapan dan bisa menjadi model. Melalui organisasi atau jam’iyah NU, para ulama dan umat berkumpul untuk membahas dan menyelesaikan masalah bersama.

Sang Pencerah Muslim

“Secara sosial, ormas NU bisa jadi model. Konsep keumatan kita sudah aplikatif. Di Mesir, misalnya, ada organisasi ulama saja, umatnya tidak ikut. Kita melalui NU ini, para ulama dan jamaah tidak terputus,” katanya.

Salah satu peran ormas yang paling penting adalah ketika terjadi benturan atau konflik kepentingan antar masyarakat, atau antara masyarakat dengan negara. NU bisa mengambil peran sehingga segala sesuatu tidak harus diselesaikan melalui pendekatan politik, atau bahkan militer.

“Di negara-negara Timur Tengah, ormas semacam NU ini tidak ada sehingga tidak ada yang menjadi penengah. Dan yang lebih penting lagi, ormas model NU ini bisa diterima oleh non muslim,” kata As’ad yang belasan tahun bertugas di Timur Tengah ini.

Ketiga, menurutnya, NU layak dipromosikan ke dunia karena kesiapannya untuk menerima berbagai perbedaan pendapat. NU mengakui empat madzab di bidang fiqih, dan mengizinkan umat mengikuti salah satu dari empat madzab: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.

“Di Saudi hanya memakai madzab Hambali. Di Irak dulu ada namanya Madrasah Mustansiriyah. Madrasah ini menyiapkan tempat beda-beda tempat untuk madzab-madzab. Kalau kita ini berbeda-beda mazhab di satu tempat dan saling menghargai,” katanya.

Kesiapan NU untuk menerima perbedaan pendapat itu, menurut As’ad, itulah kunci kekuatan NU bisa menjadi penengah dan penyeimbang di tengah masyarakat yang berbeda-beda. “NU bisa jadi pemersatu semua,” ujarnya.

Terkait penerimaan oleh dunia Muslim, menurut As’ad, NU patut berbangga karena para ulama dan cendekiawan muslim dari beberapa provinsi di Afganistan telah mempelajari NU mendirikan Nahdlatul Ulama Afganistan (NUA) yang secara keorganisasian persis dengan NU yang ada di Indonesia. “Muslim India juga akan mendirikan NU,” tambahnya. (A. Khoirul Anam)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Jadwal Kajian, Budaya Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

Sanad KH Hasyim Asyari terhadap Kitab Nihayah Imam Ar-Ramli

Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan dalam cara memahami hukum agama (fiqih) memilih pendekatan bermadzhab. Di antara banyak madzhab yang pernah ada (bahkan mencapai 13 mazhab) hanya empat saja yang dipilih sebagai acuan bermazhab.?

Hal ini karena keempatnya dinilai lebih muktabar, terkodifikasikan dengan lengkap dan bertahan dari waktu ke waktu. Keempat madzhab tersebut adalah: mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafii, dan mazhab Hambali.

Adapun madzhab yang mayoritas dianut warga Negara Indonesia pada umumnya dan warga Nahdliyyin khususnya adalah mazhab Syafi’i yang dibangun oleh Imam Muhammad bin Idris As-Syafii. Salah satu kitab induk yang menjadi rujukan dalam fiqih mazhab syafii adalah Kitab Nihayah yang ditulis oleh Imam Ar-Ramli.?

Sanad KH Hasyim Asyari terhadap Kitab Nihayah Imam Ar-Ramli (Sumber Gambar : Nu Online)
Sanad KH Hasyim Asyari terhadap Kitab Nihayah Imam Ar-Ramli (Sumber Gambar : Nu Online)

Sanad KH Hasyim Asyari terhadap Kitab Nihayah Imam Ar-Ramli

Berikut ini disajikan silsilah sanad kitab Nihayah milik Imam Ramli dari Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari melalui jalur gurunya Syaikh Mahfudh Termas. Sanad ini bukan hanya sanad Kitab Nihayah saja, namun juga kitab-kitab lainnya yang ditulis Imam Ramli.

Sanad dari KH M Hasyim Asy’ari:

1. Hadlratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari

Sang Pencerah Muslim

2. Dari Syaikh Mahfudh Termas

3. Dari Syaikh Sayyid Muhammad Amin Al-Madani

Sang Pencerah Muslim

4. Dari Muhammad Abi Khadlir

5. Dari Shalih Al-Bukhari

6. Dari Rafi’ al-Qandahari

7. Dari Muhammad bin Abdullah Al-Maghribi

8. Dari Abdillah bin Salim Al-Bashri

9. Dari Ali bin Al-Jamal

10. Dari Sayyid Umar bin Abdir Rahim Al-Bashri

11. Dari As-Syams Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli

Jalur cabang:

1. Abdullah bin Salim Al-Bashri (sanad nomor 8), juga mengambil (belajar) kitab Nihayah ini dari:

2. Ali Syabramalisi

3. Dari Az-Zayyadi dan Al-Halabi

4. Dari Imam As-Syams Muhammad bin Ahmad Ar-Ramli

Dengan demikian maka jika dihitung semua sanad tersebut beserta cabangnya, maka jumlahnya semua ada 14 sanad. Dalam 12 tingkatan.

Sumber:?

1. Kitab Kifayatul Mustafid karya Syaikh Mahfudh Termas

2. Buku Khittah Nahdliyah karya KH Achmad Shiddiq

3. Buku Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU

(Ahmad NurKholis)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Ulama, Budaya Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock