Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 Februari 2018

PP LAZIS NU Jalin Kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Pengurus Pusat Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZIS NU) menjalin kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia yang menjadi produsen susu Hilo Soleha. Perseroan terbatas yang beralamat di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta itu bermaksud mengadakan program donasi bertajuk "Penuhi Panggilanmu, Bagilah Sesamamu."

Surat perjanjian kerjasama ditandatangani di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (5/2), oleh Prof Dr KH Fathurrahman Rauf selaku Ketua PP LAZIS NU dan Nina Agustriana yang bertindak sebagai Brand Manager Divisi Tropicana Slim yang selanjutnya disebut Nutrifood.

PP LAZIS NU Jalin Kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
PP LAZIS NU Jalin Kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

PP LAZIS NU Jalin Kerjasama dengan PT Nutrifood Indonesia

Dalam surat perjanjian disebutkan, Nutrifood berhak menggunakan logo LAZIS untuk keperluan promosi program dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan LAZIS di seluruh Indonesia meliputi kegiatan edukasi, direct selling dan pemberian free sampling.

Sang Pencerah Muslim

Sementara dalam program "Penuhi Panggilanmu, Bagilah Sesamamu" itu LAZIS akan mengelola sumbangan sebesar Rp 500,- dari setiap penjualan 1 dus Hilo Soleha selama periode program.

Sang Pencerah Muslim

Kerjasama itu PP LAZIS NU dengan PT Nutrifood Indonesia itu berlaku efektif mulai 10 Januari hingga 10 April 2008 mendatang.

Ketua PP LAZIS NU Fathurrahman Rauf usai penandatangan mengatakan, kerjasama bisa diteruskan bahkan diperluas untuk produk-produk Tropicana Slim yang lainnya. "Ini akan menjadi kerjasama yang baik untuk kebaikan bersama," katanya. (nam)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Makam, Quote Sang Pencerah Muslim

Jumat, 09 Februari 2018

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat

Oleh Ahmad Nur Kholis



Dalam bidang pengambilan hukum agama, Nahdlatul Ulama sejak awal, bahkan sejak sebelum berdirinya telah memilih model pendekatan bermazhab. Di mana pemahaman terhadap agama Islam dilakukan dengan cara mengikuti apa yang telah dirumuskan para ulama terdahulu yang diyakini memiliki kemampuan untuk menggali sendiri hukum dari Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini adalah dalam rangka menjaga pemahaman Islam relatif sama dengan apa yang dipahami para ulama salaf.

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)
Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)

Tradisi Bermazhab di Masa Sahabat

Selain itu, pendekatan pemahaman semacam ini didasarkan pula pada realitas masyarakat Islam di masa para sahabat dan bahkan di masa Rasulullah sendiri.

KH M Tholchah Hasan mengutip dari Al-Amidi memaparkan bahwa sejak zaman sahabat dan tabiin, orang-orang awam selalu bertanya masalah hukum agama (Islam) kepada ulama mujtahid waktu itu. Dan para ulama mujtahid tersebut memberikan jawaban (fatwa) kepada orang awam yang bertanya tanpa menyebutkan dalil-dalilnya yang dipakai dasar fatwanya. Ulama-ulama pada waktu itu tidak menentang cara yang demikian. Kenyataan ini dapat dipandang sebagai ijma’ (kesepakatan) mereka, bahwa orang awam boleh mengikuti fatwa ulama meskipun tidak mengetahui dalil-dalil yang dipakainya sebagai dasar fatwa tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Realitas kehidupan keagamaan umat Islam di Hijaz pada zaman sahabat juga menunjukkan adanya mazhab yang berbeda-beda. Cukup lama masyarakat Islam Hijaz mengikuti fatwa atau mazhab Ibnu’ Umar radliyallahu ‘anh, sebagaimana halnya masyarakat Islam Irak cukup lama mengikuti mazhab Ibnu Mas’ud.

Demikianlah, alasan mengapa Ahlussunnah wal Jamaah memilih cara bermazhab sebagai pendekatan dalam memahami agama Islam. Pada saat ini, ada 4 (empat) Imam Mujtahid yang mazhabnya diikuti oleh mayoritas umat Islam (Sunni). Keempatnya adalah Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit (Kufah, 80 H - Baghdad 150 H); Imam Malik bin Anas bin Malik (Madinah, 93 H – 179 H); Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i (Ghazah, 150 H -Kairo, 204 H); dan Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (Baghdad, 163 H – 241 H).

Sang Pencerah Muslim

Keempat mazhab tersebut dianggap yang lebih populer dan lebih mudah karena pendapat-pendapatnya terkodifikasikan dengan baik.

Di sisi lain, KH Achmad Shiddiq memaparkan bahwa dengan bermazhab bukan berarti telah mempertentangkan antara sistem ijtihad dan sistem taqlid melainkan lebih merupakan upaya memadukan keduanya dalam proporsi yang serasi. Masing-masing keduanya adalah sistem yang baik untuk digunakan oleh seorang Muslim dalam beragama. Hanya saja keduanya harus digunakan oleh orang yang tepat. Di satu sisi ijtihad terhadap Al-Qur’an dan Hadits sebagai sebuah upaya memahami Kalam Ilahi dan Sabda Nabi tidak bisa dilakukan oleh setiap orang. Di sisi lain seseorang tidak bisa malakukan taqlid kecuali mengacu pada pendapat seorang mujtahid.

KH Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman beragama seorang Muslim adalah sebuah keniscayaan. Namun memahami kedua sumber hukum Islam tersebut tanpa meninjau pendapat ulama terdahulu adalah sebuah kelalaian. Hadratussyekh kemudian menyatakan memilih taqlid kepada salah satu Imam Mazhab yang empat (madzahib arba’ah) karena ia mengakui hanya menguasi sekitar 19 (sembilan belas) macam ilmu dari 22 (dua puluh dua) ilmu yang harus dikuasai seorang mujtahid.

Dengan menganalisis pemberian restu Rasulullah terhadap Sahabat Mu’adz bin Jabal untuk berijtihad, maka dapat diambil kesimpulan:

Pertama, bahwa yang berijtihad adalah seorang yang kemampuannya seperti Sahabat Mu’adz bin Jabal. Tidak semua orang seperti beliau. Kedua, perkara yang diijtihadi adalah hal-hal yang tidak ada nash-nya secara sharih dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketiga, hasil ijtihad sahabat Mu’adz ditujukan untuk diikuti masyarakat Yaman. Karena dirinya diutus untuk mengajarkan Islam di sana. Dan bukannya untuk menjadikan masyarakat Yaman sebagai mujtahid semua apalagi dalam waktu singkat.

Dari ketiga hal diatas maka dapat dipastikan bahwa setidaknya untuk beberapa waktu lamanya, sahabat Mu’adz ada di Yaman, beliau menjadi mujtahid sedangkan masyarakatnya menjadi muallid.

Wallahu a’lam

Disarikan dari buku:

Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU karya KH Muhammad Tolchah Hasan

Risalah Ahlussunnah wal Jamaah karya KH Muhammad Hasyim Asy’ari

Khittah Nahdliyah karya KH Achmad Shiddiq

NU, Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru karya Martin van Bruinnessen

Penulis adalah warga NU, tinggal di Karangploso, Malang, Jawa Timur.



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Quote Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 03 Februari 2018

Menag Bertemu Menteri Haji Saudi Bicarakan Pelayanan

Jakarta, NU.Online
Menteri Agama, Said Agil Al Munawar mengadakan pertemuan dengan Menteri Haji Saudi, Amin Madani, untuk berbicara seputar pelayanan pemerintah Saudi terhadap jamaah haji Indonesia di kantor menteri haji Saudi, Jeddah, Minggu (8/2), seperti dilaporkan situs Informasi Haji di Jakarta, Senin.

Pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu juga dihadiri oleh Dirjen BPIH Taufiq Kamil, Kabid Haji Muslim Nasution, sementara dari Arab Saudi hadir juga divisi umroh Prof Mohammad Banten.

Menteri haji Arab Saudi Amin Iyad Madani mengucapkan selamat dan sukses atas perjalanan misi haji Indonesia.  "Menteri haji Arab Saudi tak lupa menyampaikan taziah atau bela sungkawa atas meninggalnya 56 jamaah haji Indonesia di jumrah Aqabah Mina," kata Said Agil Husin Almunawar.

Sebagai bentuk evaluasi, menteri haji Arab Saudi  menanyakan pelayanan yang mereka berikan termasuk pelayanan di Arafah dan Mina. "Kami katakan bahwa pelayanan mereka cukup baik," katanya.

Pertemuan tingkat menteri ini juga menyinggung banyaknya jamaah umrah yang memperpanjang keberadaannya di Arab Saudi untuk ikut berhaji secara ilegal. "Mestinya perjalanan umroh paling lambat 30 Ramadhan harus selesai. Hal ini cukup mengganggu kementrian haji Saudi," kata Said Agil.  Untuk itu, Depag akan mengambil langkah menutup beberapa biro perjalanan haji yang bandel itu.

Menurut catatan mentri Haji Saudi jumlahnya jamaah overstay mencapai 15.485 orang, atau 32,91 persen dari jumlah jemaah yang melanggar yang mencapai 50 ribu orang.  Kementrian Haji Saudi, kata menag, bertekad mengambil tindakan tegas yaitu memberi denda kepada perusahaan yang jamaahnya overstay.

"Perlu ada kerjasama konkret agar tidak terjadi overstay ini. Kita sudah larang dan masih juga dari berbagai jalur mereka lakukan. Yang melapor resmi itu ada 11 ribu orang. Jika masih terjadi pelanggaran, kita cabut ijinnya," kata Menag.

Onimah dinyatakan sebagai jenazah yang belum dikenal

Ditanya kemungkinan masih ada lagi jamaah yang belum diidentifikasi, Shufi berkata, mudah-mudahan jumlah yang 56 ini jumlah yang terakhir, sebab Daker Mekkah masih belum menerima laporan dari ketua kloter ihwal jamaah yang hilang. Dengan ditemukannya lagi dua jenazah korban jamarat, total jamaah Indonesia yang meninggal di musibah jumrah Aqabah Mina mencapai 57 orang. Jumlah itu terdiri dari 56 jamaah Indonesia yang memegang paspor haji dan satu lagi warga Indonesia yang bermukim di Arab Saudi atas nama Sukasto.

Sufi juga mengatakan sempat melihat lagi nomor gambar nomor 206 dan 207. "Gambar itu kita ragukan karena mirip orang Indonesia, tetapi setelah ditelusuri, gambar nomor 206 itu ternyata atas nama Azizah, yang sudah diidentifikasi dan termasuk dalam identifikasi 54 jenazah jamaah Indonesia. Begitupun gambar nomor 207 yang ternyata atas nama Ruswati yang juga sudah masuk daftar," katanya.

Jenazah Akum sudah lebih dulu dimakamkan setelah keluarga korban mengenali gambar dan tirkah yang disimpan pengelola kamar jenazah. Sedangkan jenazah Ronimah dimakamkan setelah identifikasinya bisa dilakukan. (atr/che)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Nasional, AlaSantri Sang Pencerah Muslim

Menag Bertemu Menteri Haji Saudi Bicarakan Pelayanan (Sumber Gambar : Nu Online)
Menag Bertemu Menteri Haji Saudi Bicarakan Pelayanan (Sumber Gambar : Nu Online)

Menag Bertemu Menteri Haji Saudi Bicarakan Pelayanan

Kamis, 18 Januari 2018

Moderatisme Islam ala Kiai Ahmad Shiddiq, Seperti Apa?

Tangerang Selatan, Sang Pencerah Muslim

Akar istilah Islam moderat sudah ada dalam sejarah masyarakat Indonesia, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Istilah tersebut semakin menonjol manakala KH Ahmad Shiddiq menggunakannya di dalam bukunya Khittah Nahdliyyah yang terbit tahun 1977 dan buku Islam, Pancasila, dan Ukhuwwah Islamiyyah tahun 1985. 

Demikian pemaparan Ahmad Najib Burhani saat menjadi narasumber dalam diskusi yang diselenggarakan Islam Nusantara Center di Ciputat, Sabtu (25/11).  

Menurut Najib, Kiai Ahmad Shiddiq menggunakan empat kriteria untuk memaknai Islam moderat yaitu tawasuth, itidal, tawazun, dan tasamuh.  

Moderatisme Islam ala Kiai Ahmad Shiddiq, Seperti Apa? (Sumber Gambar : Nu Online)
Moderatisme Islam ala Kiai Ahmad Shiddiq, Seperti Apa? (Sumber Gambar : Nu Online)

Moderatisme Islam ala Kiai Ahmad Shiddiq, Seperti Apa?

Dulu pada masa Al Ghazali, Islam moderat muncul dari dua isu yang berkembang, yaitu kelompok rasionalis dan tradisionalis. Al Ghazali menempatkan Islam moderat berada di tengah-tengah dua kelompok tersebut.  Akan tetapi, konsep Islam moderat terkadang menjurus kepada sikap pragmatis dan kompromis. 

"Karena itu saya mencoba melihat ummatan wasathan menurut Kiai Ahmad Shiddiq dengan pendekatan yang disampaikan oleh Michel Foucault,” tuturnya.

Sang Pencerah Muslim

Najib mengemukakan, yang dimaksud moderat itu bukan hanya ditengah tetapi juga kemampuan untuk mengontrol sifat nafsu yang berlebihan baik yang ekstrim kiri liberal ataupun yang ekstrim kanan tekstual. 

"Inilah mengapa Kiai Ahmad Shiddiq ini menggunakan istilah tawassuth dikombinasikan dengan itidal dan tawazun," imbuhnya.

Di NU, moderatisme Islam mengacu pada akidah Asyariyah, tasawuf Ghazaliyah, dan fikih empat imam madzhab.  

Bagi Najib, untuk mengukur moderatisme Islam seseorang bisa dilihat dari cara pandangnya terhadap Islam, implementasi Syariat Islam, dan terorisme. 

"Jika anda tidak setuju dengan hal tersebut, anda bisa dikatakan sebagai moderat. Ini yang terjadi sekarang," katanya. 

Sang Pencerah Muslim

Meski demikian, ia menilai moderatisme Islam di Indonesia masih samar dalam beberapa persoalan seperti isu Ahmadiyah, LGBT, dan pornografi. Di dalam hal ini, mereka yang mengaku cinta tanah air bisa bergabung dengan Islam garis keras.

"Ini seakan menjadi common undestanding pada masyarakat Islam Indonesia bahwa yang moderat itu yang mendukung NKRI," lanjutnya. (Red: Muchlishon Rochmat)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Kiai, Internasional Sang Pencerah Muslim

Jumat, 12 Januari 2018

Mantan Ketua IPNU Padangpariaman Pimpin Pondok Al-Quran Darul Hikmah

Padangpariaman, Sang Pencerah Muslim. Mantan Ketua IPNU kabupaten Padang Pariaman Aznam Tuanku Bagindo Batuah diamanahkan menjadi ketua pesantren Al-Quran Darul Hikmah kecamatan Enam Lingkung kabupaten Padangpariaman. Ke depan ia akan memimpin pondok yang melatih calon-calon hafizh kontestan MTQ.

Mantan Ketua IPNU Padangpariaman Pimpin Pondok Al-Quran Darul Hikmah (Sumber Gambar : Nu Online)
Mantan Ketua IPNU Padangpariaman Pimpin Pondok Al-Quran Darul Hikmah (Sumber Gambar : Nu Online)

Mantan Ketua IPNU Padangpariaman Pimpin Pondok Al-Quran Darul Hikmah

Menurut Aznam, kegiatan pondok Darul Hikmah sekarang berbeda dengan aktivitas sebelumnya. Dulu pondok hanya aktif melatih calon-calon hafiz yang dipertandingkan menjelang pelaksanaan MTQ di kabupaten Padangpariaman dan tingkat Sumatera Barat. Jika tidak ada persiapan MTQ, maka kegiatan pondok Darul Hikmah ini juga berhenti.

"Mulai periode kepengurusan ini, kegiatan belajar di pondok Darul Hikmah akan dilakukan secara berkala. Apakah setiap pekan, atau dua kali sepekan, nanti disepakati dalam rapat pengurus. Yang penting kegiatan pendalaman baca Al-Quran dilakukan secara rutin, terprogram dan tersistematis," kata Aznam kepada Sang Pencerah Muslim, Jumat (19/6).

Sang Pencerah Muslim

Aznam yang juga Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan kecamatan Enam Lingkung, dilantik pada Rabu (17/6). Tampak hadir pada pelatihan ini Camat Enam Lingkung Irsyaf Bujang dan Kepala KUA Enam Lingkung Kasmir Diram.

Sang Pencerah Muslim

Menurut keduanya, pondok Al-Quran Darul Hikmah merupakan lembaga agama dengan masa bakti empat tahun.

"Mereka bekerja hanya dengan ikhlas. Tidak ada gaji yang akan diharapkan, selain dari pengabdian yang tulus karena Allah Swt," kata mereka.

Dengan hadirnya pondok ini, Enam Lingkung ke depan bisa diharapkan menjadi “kota santri”. "Apalagi, Yuleni penyuluh agama fungsional teladan Sumatera Barat yang memfasilitasinya, tentu sebuah harapan besar dalam mewujudkan apa yang menjadi keinginan semua masyarakat Enam Lingkung," kata Kasmir. (Armaidi Tanjung/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Kajian Islam, Internasional Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 06 Januari 2018

PMII Hasyim Asy’ari Rutin Berlatih Jurnalistik

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Komisariat (PK) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang rutin melatih anggotanya dalam dunia tulis-menulis dalam bidang jurnalistik setiap bulan pada pekan terahir.?

Rifqie Nurul Hidayat, Ketua Komisariat PMII Hasyim As’ari mengungkapkan, rutinitas ini untuk membangkitkan kembali semangat tulis menulis di mahasiswa prgerakan.?

PMII Hasyim Asy’ari Rutin Berlatih Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Hasyim Asy’ari Rutin Berlatih Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Hasyim Asy’ari Rutin Berlatih Jurnalistik

Ia menilai kegiatan tulis menulis ahir-ahir ini sudah tidak banyak diminati oleh para aktivis. “Ahir-ahir ini warga nahdliyin atau bahkan aktivis PMII sendiri sangat minim tradisi tulis menulis,” katanya saat memberikan arahan di depan peserta sekolah jurnalistik, Kamis (3/12) siang.

Sang Pencerah Muslim

Rifqi, panggilan akrabnya menambahkan, selain untuk menumbuh kembangkan minat tulis anggota dan pengurus setiap Rayon. Juga sebagai wujud nyata dari visi misi komisariat ini, yaitu mengorbitkan tiga tradisi yang memang harus dimiliki oleh mahasiswa.?

“Kita memang memilki visi misi menjalankan budaya membaca, diskusi dan menulis, tiga budaya ini yang seharusnya dimilki oleh mahasiswa pergerakan,” pungkasnya.?

Sang Pencerah Muslim

Lebih lanjut Ketua Panitia kegiatan, Misrum Al Mathuty menandaskan bahwa selama ini para aktivis lebih memilih berdemonstrasi untuk menyampaikan aspirasinya dan mengenyampingkan media tulisan. “Agar aktivis tidak hanya disibukkan dengan aktivitas turun jalan tapi juga pengawalann dengan wujud tulisan,” tandasnya.

Sebagai pembicara pengurus komisariat mendatangkan dari Media Grup Tebuireng, Ahmad Fauzan. Ia menjelaskan bekal sebagai jurnalis profesional dan tata cara menulis karya ilmiah yang baik dan benar.?

Fauzan juga mengimbau untuk jurnalis pemula harus banyak belajar dan tekun manulis. “pekerjaan menulis sebenarnya hal yang sangat menyenangkan jika terus ditekuni, tidak ada yang instan semuanya butuh proses,” terangnya.?

Acara yang bertajuk “Aktivis Melek Literasi” ini diikuti kurang lebih dari 20 mahasiswa. Menurut pantauan Sang Pencerah Muslim mereka sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut hingga rampung.?

Zahara Luthfiyah, salah satu peserta sekolah jurnalistik mengungkapkan rasa senangnya mengikuti kegiatan ini. “senang sekali saya mengikuti dari awal, sebab saya sendiri sangat tertarik untuk mengembangkan kreatifitas tulis menulis,” katanya. (SyamsulAbdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Internasional Sang Pencerah Muslim

Jumat, 29 Desember 2017

Hadiah Umroh Pacu Semangat Ngaji Tilawah di Jember

Jember, Sang Pencerah Muslim. Sebanyak 11 peraih juara MTQ tingkat kabupaten berhak menerima hadiah perjalanan ibadah umroh dari Pemkab Jember. Pemberian hadiah semacam ini menjadi salah satu bentuk upaya Pemkab Jember dalam meningkatkan prestasi ilmu agama di kalangan warga.

Hadiah Umroh Pacu Semangat Ngaji Tilawah di Jember (Sumber Gambar : Nu Online)
Hadiah Umroh Pacu Semangat Ngaji Tilawah di Jember (Sumber Gambar : Nu Online)

Hadiah Umroh Pacu Semangat Ngaji Tilawah di Jember

“Kami harus menghargai orang-orang yang berprestasi di bidang keagamaan. Ini sekaligus untuk memacu warga agar mencintai nilai-nilai Islam,” ujar Kabag Kesra Pemkab Jember Imam Bukhari kepada NU Onilne di kantornya, Kamis (26/6).

Menurut Bukhari, pihaknya akan terus memberikan rangsangan kepada warga untuk terus meningkatkan prestasi di bidang kesenian Islam melalui berbagai lomba keagamaan  dan kegiatan lainnya.

Sang Pencerah Muslim

“Jember mempunyai potensi  besar meraih prestasi di bidang MTQ. Buktinya dalam setiap even regional maupun nasional, delegasi Jember selalu kebagian juara. Kepada mereka inilah kami harus memberi apresiasi,” ucapnya.

Pemkab Jember memberikan hadiah umroh kepada sebelas orang juara pertama di sebelas cabang MTQ 2014. Bupati juga memberikan hadiah tabungan kepada 24 orang peraih juara lainnya di ajang tersebut. Masing-masing mendapat sebesar Rp 5 juta. Even MTQ itu sendiri diikuti 383 peserta dengan kategori pelajar SD, SMP, SMU, mahasiswa, dan peserta Umum (Aryudi A Razaq/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Aswaja, Internasional Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 23 Desember 2017

Nyanyian Kamoro Semarakkan Buka Bersama di Mimika Timur

Mimika, Sang Pencerah Muslim - Nyanyian khas Kamoro yang dibawakan ibu-ibu dan anak-anak Kamoro berjudul Ya Waho Waki mewarnai pertemuan buka puasa bersama warga Mimika berkumpul di Masjid Al-Haq, Pomako, Distik Mimika Timur, Mimika, Ahad (4/6). Ramadhan membawa berkah untuk semua umat, tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga non-Muslim.

Lagu ini menceritakan rasa kehilangan yang besar setelah orang tua meninggal sehingga anak merasa kehilangan pegangan hidup. Lagu ini dinyanyikan setelah buka puasa bersama beserta pembagian parsel lebaran yang diintegrasikan dengan kegiatan Rutin MWCNU Mimika Timur

Nyanyian Kamoro Semarakkan Buka Bersama di Mimika Timur (Sumber Gambar : Nu Online)
Nyanyian Kamoro Semarakkan Buka Bersama di Mimika Timur (Sumber Gambar : Nu Online)

Nyanyian Kamoro Semarakkan Buka Bersama di Mimika Timur

Bantuan buka puasa bersama diberikan oleh para dermawan, panitia pengadaan tanah PCNU Mimika.

Sang Pencerah Muslim

Acara dimulai pada jam 16.00 dengan lantunan Syair NU. Tampak antusias anak-anak Pomako dalam mengikuti syair ini. Pandangan mata dan mulut yang bergerak menunjukkan ketertarikan dan keinginan kuat untuk ikut bisa mendendangkan Syair NU.

Wakil Ketua PCNU Mimika Sugiarso mengajak jamaah untuk melantunkan shalawat nahdliyyah.

Sang Pencerah Muslim

Acara dilanjutkan dengan pembacaan nazham Asmaul Husna dengan panduan Sugiarso diiringi musik alam berupa hujan rintik-rintik. Sebelum berbuka jamaah diajak untuk berzikir jelang buka puasa, dan memanjatkan doa hajat dunia dan akhirat di waktu yang mustajab ini.

Menu buka puasa berupa suguhan khas Papua, salah satunya adalah masakan etegas-tegas. Masakan ini dibuat dari daun singkong yang dicampur jantung pisang dengan teknik pengolahan yang khusus. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, Internasional Sang Pencerah Muslim

Minggu, 10 Desember 2017

Upaya UNU Indonesia Berantas Mental Korup

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Korupsi di Indonesia telah merajalela pada semua level, dari pejabat tinggi sampai pejabat tingkat bawah. Mengingat merebaknya tindak pidana korupsi membuat Fakultas Hukum UNU Indonesia mengundang KPK dan ICAC (lembaga korupsi Hong Kong) ke Gedung PBNU, Senin (20/2) pada acara seminar bertajuk Mencegah dan Memberantas Korupsi: Belajar dari Hongkong.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo yang hadir dalam seminar itu mengatakan, bahwa lembaganya memang banyak belajar dari beberapa negara tetangga, seperti Hongkong yang lembaga korupsinya (ICAC) berdiri relatif lebih lama yaitu sekitar tahun 1974.

Upaya UNU Indonesia Berantas Mental Korup (Sumber Gambar : Nu Online)
Upaya UNU Indonesia Berantas Mental Korup (Sumber Gambar : Nu Online)

Upaya UNU Indonesia Berantas Mental Korup

Menurutnya, mesin birokrasi (di Indonesia) harus diperbaiki. Ia mengambil contoh pada negara Amerika Serikat yang mengelola laut itu hanya dua institusi, tapi di indonesia itu 6 institusi. contoh lain juga mengenai pegawai negeri di banyak negara yang hanya diurusi oleh 1 kementrian. tapi di Indonesia (yang mengurusi) itu 5.

“Boros. Itu harus disederhanakan,” tegas pria kelahiran Magetan, Jawa Timur itu.?

Sang Pencerah Muslim

Indonesia juga perlu banyak belajar dari negara-negara di tempat lain dalam hal alokasi anggaran untuk KPK.?

“Kalau kapasitas kelembagaan, anggaran KPK tahun ini (2017) 853 milyar, separuhnya dari Hongkong. ? Hongkong 1,6 trilyun, padahal Hongkong penduduknya 7 juta-an sedangkan Indonesia penduduknya 250 juta,” jelasnya.?

Selain Ketua KPK, UNU Indonesia juga menghadirkan Tony Kwok, aktivis antikorupsi dari Jepang yang pernah menjabat sebagai Former Deputy Commissioner & Head of Operations ICAC (Independent Commissions Against Corruption) periode 1996-2002. (Husni Sahal/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Kiai Sang Pencerah Muslim

Jumat, 08 Desember 2017

Persepsi Keliru tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali

Oleh Ahmad Khoiri

Al-Quran adalah kitab yang mengandung pesan (risalah) untuk manusia. Namun pensakralan (baca: proses chosifikasi/tasyyi) oleh umat Islam terhadap kitab petunjuk tersebut telah mengabaikan risalah yang dikandungnya. Di saat Islam mengalami kemandekan, Al-Quran sudah tidak lagi sebagai pedoman atau petunjuk hidup, tetapi sekadar "sesuatu" yang --meminjam istilah Nasr Hamid Abu Zayd-- menjadi perhiasan wanita, pengobatan bagi anak-anak dan hiasan yang digantungkan di tembok serta dipampang di samping benda-beda emas dan perak.

Al-Quran juga tidak didekati dengan kesadaran ilmiah namun terbatas pada seni musik dan seni lukis. Dalam kaitannya dengan seni musik, umpamanya, Al-Quran adalah serangkaian kata dan nada indah yang mendengarkannya saja sudah mendapat pahala dari Allah Swt. dan sambil mengikuti bacaan yang didengarkan akan mendapat dua kali pahala, yakni sebab mendengar dan membacanya. Praktis, pesan (risalah) yang dikandungnya pun sama sekali tersingkirkan.

Persepsi Keliru tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)
Persepsi Keliru tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)

Persepsi Keliru tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali

Kesadaran untuk membaca dengan iming-iming pahala memiliki implikasi yang cukup penting, yaitu munculnya umat yang cenderung kompetitif membaca Al-Quran, di mana yang terbanyak membaca akan memperoleh pahala sesuai banyaknya bacaannya. Dalil yang dipakainya pun, di samping hadis Nabi bahwa "satu huruf Al-Quran dibalas sepuluh pahala" juga hadis lain bahwa qul huwallahu ahad (al-Ikhlas) adalah sepertiga Al-Quran.

Secara literer hadis tersebut mengungkapkan sisi kuantitas pahala dalam setiap haruf Al-Quran, seperti pada hadis pertama. Yang kedua menunjukkan bahwa membaca satu kali surah al-Ikhlash sama pahalanya dengan membaca sepertiga Al-Quran. Ini adalah pemahaman masyarakat mainstream yang jelas-jelas hanya memprioritaskan kuantitas bacaan, bukan kualitas pesan kandungannya.

Secara kualitas, hadis tersebut merupakan hadis sahih yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari dalam bab Keutamaan Al-Quran. Redaksi lengkapnya:

Sang Pencerah Muslim

Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh, telah menceritakan kepada kami bapakku, telah menceritakan kepada kami al-Amasy, telah menceritakan kepada kami Ibrahim dan al-Dhahhak al-Masyriqi dari Abu Said al-Khudri r.a, ia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada para sahabatnya: "Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu bila ia membaca sepertiga dari Al-Quran pada setiap malamnya?" dan ternyata para sahabat merasa kesulitan seraya berkata, "Siapakah di antara kami yang mampu melakukan hal itu wahai Rasulullah?" maka beliau pun bersabda: "Allahul Wahid ash-Shamad (maksudnya surat al-Ikhlash) nilainya adalah sepertiga Al-Quran".

Sang Pencerah Muslim

Jika al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga Al-Quran maka membaca tiga kali setara dengan mengkhatamkan Al-Quran. Kita telah melihat bagaimana orang-orang membaca surah ini sebanyak mungkin dengan harapan mendapat pahala khataman Al-Quran sebanyak-banyaknya. Tetapi benarkah demikian?

Seorang sufi masyhur Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya, Jawahir al-Quran, secara tegas menolak pemahaman tersebut. Menurutnya, Nabi Muhammad tidak mungkin mengatakan bahwa memperbanyak bacaan al-Ikhlash setara dengan mengkhatamkan Al-Quran. Al-Ghazali memahami maksud sabda Nabi di atas sebagai penegasan bahwa kuantitas ayat tidak menentukan kualitasnya. Dengan kata lain bahwa sebagian teks (ayat) meskipun sedikit terkadang memiliki keutamaan dari yang lainnya. Ia mengatakan:

Saya melihat engkau tidak memahami aspek ini (nilai al-Ikhlash sepertiga). Mungkin engkau mengatakan: hal ini disebutkan hanya untuk memberikan dorongan agar gemar membaca, maksudnya bukan ukuran nilai. Kedudukan kenabian sangat tidak mungkin melakukan hal itu. Mungkin engkau (juga) akan mengatakan: hal ini sulit untuk dipahami dan di-tawil, sementara ayat Al-Quran lebih dari 6000 ayat, bagaimana mungkin jumlah yang sedikit ini sebanding dengan sepertiganya? Hal ini muncul karena pengetahuan yang sedikit tentang hakikat Al-Quran, dan pandangan secara zahir terhadap kata-kata Al-Quran sehingga engkau beranggapan bahwa ayat-ayat itu banyak diukur dengan panjangnya kata, dan pendek diukur dengan pendeknya kata. Hal ini bagaikan anggapan orang memilih uang dirham yang banyak daripada satu permata, hanya karena melihat banyaknya (dirham). (h. 47)

Persepsi masyarakat bahwa "sepertiga" adalah indikasi kegemaran memperbanyak membaca al-Ikhlas bagi al-Ghazali jelas merupakan kekeliruan yang muncul akibat sedikitnya pengetahuan tentang hakikat Kitab Suci. Al-Quran sekadar dilihat dari segi banyak-sedikit, bukan dari hierarki maknanya.?

Selain itu dalam pernyataan di atas, al-Ghazali juga mengkritik jika ada yang meragukan hierarki teks hanya karena melihat sedikitnya ayat, hal itu diibaratkan mengabaikan permata karena sedikit dan memilih dirham karena banyak, padahal dari segi "nilai" jelas pertama lebih unggul. Dengan demikian al-Ikhlas semestinya tidak dipahami sebanding dengan sepertiga Al-Quran namun dengan sepertiga "kandungan" Al-Quran. Al-Ghazali melanjutkan:

Perhatikanlah kembali ketiga klasifikasi yang telah kami sebutkan mengenai hal-hal pokok Al-Quran, yaitu marifatullah, pengetahuan akhirat dan pengetahuan mengenai shirat mustaqim. Ketiga klasifikasi ini merupakan hal pokok, sementara yang lainnya berada di belakangnya (tawabi). Surah al-Ikhlas memuat satu dari ketiganya, yaitu marifatullah, baik tentang ketauhidan-Nya dan kesucian-Nya dari yang menyekutui-Nya, baik jenis (genus) maupun spesiesnya... Memang benar dalam surah ini tidak ada ungkapan mengenai akhirat dan shirat mustaqim. Telah kami sebutkan bahwa dasar-dasar yang penting dari Al-Quran adalah marifatullah, pengetahuan akhirat dan pengetahuan shirat mustaqim. Oleh karena itu, surah ini sebanding dengan sepertiga dasar-dasar (kandungan) Al-Quran sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. (h. 48)

Jika demikian, bahwa maksud sepertiga dalam hadis Nabi adalah sepertiga kandungannya bukan sepertiga bacaannya, maka dapat dipahami bahwa membaca tiga kali surah al-Ikhlas tidak bisa dianggap setara dengan mengkhatamkan Al-Quran. Al-Quran, sebagaimana dalam pandangan al-Ghazali memiliki tiga pokok kandungan, yaitu marifatullah (seperti dalam kandungan surah al-Ikhlas), pengetahuan akhirat dan pengetahuan shirat mustaqim.?

Membaca satu, dua atau tiga kali surah al-Ikhlas tetap saja hanya membaca sepertiga kandungan Al-Quran, yaitu marifatullah, karena surah al-Ikhlas tidak memiliki dua kandungan pokok yang lain, yakni pengetahuan akhirat dan pengetahuan mengenai shirat mustaqim. Pemahaman ini secara otomatis meruntuhkan persepsi yang sudah menyebar di masyarakat bahwa pengkhataman Al-Quran dapat diringkas hanya dengan membaca tiga kali surah al-Ikhlas saja.

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir (IQT) di STAIN Pamekasan. Pegiat di UKK Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Activita.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Nasional Sang Pencerah Muslim

Senin, 04 Desember 2017

Ekonomi Ditata dari Orientasinya

Oleh KH Abdurrahman Wahid. Sejak kemerdekaan di tahun 1945, orientasi ekonomi kita banyak ditekankan pada kepentingan para pengusaha besar dan modern. Di tahun 1950-an, dilakukan kebijakan Benteng, dengan para pengusaha pribumi atau nasional memperoleh hampir seluruh lisensi, kredit dan pelayanan pemerintah untuk “mengangkat” mereka. Hasilnya adalah lahir perusahaan “Ali-Baba” , yaitu dengan mayoritas pemilikan ada di tangan para pengusaha pribumi (Ali) dan pelaksana perusahaan seperti itu dipimpin oleh keturunan Tionghoa (Baba). Ternyata, kebijakan itu gagal. ‘Si Baba’ atau pengusaha keturunan Tionghoa, karena ketekunan dan kesungguhannya mulai menguasai dunia usaha, baik yang bersifat peredaran/perdagangan barang-barang maupun pembuatan/produksinya, walau adanya pembatasan ruang gerak warga negara keturunan Tionghoa, untuk tidak aktif/memimpin di bidang-bidang selain perdagangan.

Ekonomi Ditata dari Orientasinya (Sumber Gambar : Nu Online)
Ekonomi Ditata dari Orientasinya (Sumber Gambar : Nu Online)

Ekonomi Ditata dari Orientasinya

Demikian pula dengan sistem quota dalam pendidikan, mau tidak mau mempengaruhi ruang gerak warga negara keturunan Tionghoa di bidang perdagangan saja. Mereka dengan segera memanfaatkan kelebihan uang mereka, untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka di luar negeri. Karena tidak terikat dengan sistem beasiswa yang disediakan pemerintah untuk berbagai bidang studi, mereka lalu memanfaatkan pendidikan luar negeri yang memberikan perhatian lebih besar kepada pendidikan berbagai bidang seperti, teknologi, produksi, kimia, komunikasi terapan, kemasan (package), pemasaran, penciptaan jaringan (networking) dan permodalan. Di tahun-tahun terakhir ini, para pengusaha keturunan Tionghoa itu bahkan sudah mencapai tingkatan kesempurnaan (excellence) dalam bidang-bidang tersebut, seperti terbukti dari hasil-hasil yang dicapai anak-anak mereka di luar negeri.

Karena itu tidaklah mengherankan, jika lalu dunia usaha (bisnis) mereka kuasai. Para manager/pimpinan usaha ada di tangan mereka, bahkan hal itu terasa pada tingkat usaha di bidang keuangan/finansial. Bahkan Bulog dan Dolog hampir seluruhnya berhutang uang pada mereka. Sehingga praktis merekalah yang menentukan jalannya kebijakan teknis, dalam hal-hal yang menyangkut sembilan macam kebutuhan pokok bangsa. Tidak mengherankan jika lalu ada pihak yang merasa, ekonomi negeri kita dikuasai oleh keturunan Tionghoa. Itu wajar saja. Bahkan lontaran emosional itu akan menjadi sangat berbahaya, jika ditutup- tutupi oleh pemerintah dan media dalam negeri. Namun, harus segera ditemukan sebuah kerangka lain, untuk menghindarkan lontaran-lontaran perasaan yang emosional seperti itu. Janganlah berbagai reaksi itu, lalu berkembang karena dipercaya oleh orang banyak.

Sang Pencerah Muslim

Kesenjangan kaya-miskin yang terus menjadi besar dalam kenyataan, maka diperlukan sebuah penataan ekonomi bangsa kita. Bagaimanapun juga harus diakui, bahwa apa-apa yang terbaik di negeri kita, dikuasai/dimiliki oleh mereka yang kaya, baik golongan pribumi maupun golongan keturunan Tionghoa. Namun untuk menyelamatkan diri dari kemarahan orang melarat, baik yang merasa miskin ataupun yang memang benar-benar tidak menguasai/memiliki apa-apa, maka elite ekonomi/orang kaya kalangan pribumi selalu meniup-niupkan bahwa perekonomian nasional kita dikuasai/dimiliki para pengusaha golongan keturunan Tionghoa. Karena memang selama ini media nasional dan kekuasaan politik selalu berada di tangan mereka, dengan mudah saja pendapat umum dibentuk dengan menganggap golongan keturunan Tionghoa, yang lazim disebut golongan non-pribumi, sebagai penguasa perekonomian bangsa kita.

Sang Pencerah Muslim

Kesan salah itu dapat segera dibetulkan dengan sebuah koreksi total atas jalannya orientasi perekonomian kita sendiri. Koreksi total itu harus dilakukan. Orientasi yang lebih mementingkan pelayanan kepada pengusaha besar dan raksasa, apapun alasannya, termasuk klaim pertolongan kepada pengusaha nasional “pribumi”, haruslah disudahi. Sebenarnya yang harus ditolong adalah pengusaha kecil dan menengah, seperti yang diinginkan oleh Undang-undang Dasar kita, maupun berbagai peraturan yang lain. Dengan demikian tidaklah tepat mempersoalkan “pribumi” dan “non-pribumi”, karena persoalannya bukan terletak di situ, masalahnya adalah kesenjangan antara kaya dan miskin.

Jadi, yang harus dibenahi, adalah orientasi yang terlalu melayani kepentingan orang-orang kaya, atas kerugian orang miskin. Kita harus jeli melihat masalah ini dengan kacamata yang jernih. Perubahan orientasi itu terletak pada dua bidang utama, yaitu pertolongan kepada UKM, Usaha Kecil dan Menengah dan upaya mengatasi kemiskinan. Kedua langkah itu harus disertai pengawasan yang ketat, disamping liku-liku birokrasi, yang memang merupakan hambatan tersendiri bagi upaya memberikan kredit murah kepada UKM. Padahal saat ini, apapun upaya yang dilakukan untuk menolong UKM, selalu menghadapi hambatan. Jadi, haruslah dirumuskan kerangka yang tepat untuk tujuan ini. Dan tentu saja, upaya mengatasi kemiskinan menghadapi begitu banyak rintangan dan hambatan, terutama dari lingkungan birokrasi sendiri.

***

Padahal tujuan pemerintah dan kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah maslahah ‘âmmah, yang secara sederhana diterjemahkan dengan kata kesejahteraan. Kata kesejahteraan ini, dalam Undang-undang Dasar kita, dinamakan keadilan dan kemakmuran. Sekaligus dalam pembukaan UUD 1945 diterangkan, bahwa tujuan bernegara bagi kita semua diibaratkan menegakkan masyarakat yang adil dan makmur. Ini juga menjadi sasaran dari ketentuan Islam itu, dengan pengungkapan “kebijakan dan tindakan seorang pemimpin atas rakyat yang dipimpinnya, terkait langsung dengan kepentingan rakyat yang dipimpinnya (tasharruful imâm ‘alâr-ra’iyyah manûthun bil- mashlahah).”

Dalam bahasa sekarang, sikap agama seperti itu dirumuskan sebagai titik yang menentukan bagi orientasi kerakyataan. Itulah yang seharusnya menjadi arah kita dalam menyelenggarakan perekonomian nasional. Bukannya mempersoalkan asli dan tidak dengan latar belakang seorang pengusaha. Pandangan picik seperti itu, sudah seharusnya digantikan oleh orientasi perekonomian nasional kita yang lebih sesuai dengan kebutuhan mayoritas bangsa.

Masalahnya sekarang, perekonomian nasional kita terkait sepenuhnya dengan persaingan bebas, keikutsertaan dalam perdagangan internasional yang bebas dan mengutamakan efisiensi rasional. Karenanya orientasi ekonomi rakyat harus difokuskan kepada prinsip “menjaga dan mendorong” UKM. Namun sebelumnya dalam hal ini adalah, keharusan merubah orientasi perekonomian nasional itu sendiri.

*) Diambil dari Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi, 2006 (Jakarta: The Wahid Institute). Tulisan ini pernah dimuat di Memorandum, 3 Januari 2003.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Nahdlatul Ulama Sang Pencerah Muslim

Minggu, 26 November 2017

Alumni IPNU Pamekasan Rapatkan Barisan lewat Tahlilan

Pamekasan, Sang Pencerah Muslim. Forum Alumni Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar NU (IPNU) Kabupaten Pamekasan dari setiap tingkatan merapatkan barisan, Ahad (25/10). Mereka menggelar tahlilan yang menjadi kebiasaan warga NU.

Alumni IPNU Pamekasan Rapatkan Barisan lewat Tahlilan (Sumber Gambar : Nu Online)
Alumni IPNU Pamekasan Rapatkan Barisan lewat Tahlilan (Sumber Gambar : Nu Online)

Alumni IPNU Pamekasan Rapatkan Barisan lewat Tahlilan

Kegiatan rutin bulanan tersebut juga dikemas dengan baca surat Yasin dan kajian kitab kuning. Tempatnya secara bergantian di rumah-rumah senior IPNU Pamekasan.

"Sekarang bertempat di rumah rekan daerah Sampang. Selanjutnya bulan depan pindah ke rumah rekan yg lain. Yang sempat hadir saat ini hampir mencapai 30 orang," terang Ahmad Faisol, salah satu alumni PC IPNU Pamekasan.

Sang Pencerah Muslim

Di bulan November mendatang, terang mantan Ketua PAC IPNU Kadur itu, lokasinya di rumah rekan Abd Hadi Kecamatan Pademawu, Pamekasan, Jawa Timur.

"Kami memandang kegiatan ini sangat bagus sekali. Paling tidak ia bisa membawa 3 manfaat yang sangat penting, yaitu silaturahim, menuntut ilmu, dan serap aspirasi alumni," kata Faisol. (Hairul Anam/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Internasional, Pendidikan, Bahtsul Masail Sang Pencerah Muslim

Minggu, 19 November 2017

Peringatan Maulid Nabi ala Biker

Tengerang, Sang Pencerah Muslim. Para pecinta motor atau biker tak mau kalah dengan majelis ta’lim atau pondok pesantren dalam memperingati hari besar Islam. Para biker yang tergabung di MMC Outsiders Banten akan menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad di Pesantren Al-Kafii, Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten pada Ahad (19/1).

Peringatan Maulid Nabi ala Biker (Sumber Gambar : Nu Online)
Peringatan Maulid Nabi ala Biker (Sumber Gambar : Nu Online)

Peringatan Maulid Nabi ala Biker

“Kami mengundang para bikers Se-Banten Club dan Comunitas maupun Club yang di luar Banten untuk ikut berpartisipasi dengan kami? untuk memperingati Hari lahirnya Nabi besar kita Muhammad saw di bulan Maulid,” kata Isfandiari kepada Sang Pencerah Muslim, Jumat (17/1)

Berbeda dengan yang lain, para biker merayakan Maulid Nabi dengan kampanye beramal dan berbagi untuk anak-anak yatim piatu.

Sang Pencerah Muslim

“Bagi para bikers yang berminat dan ingin menyumbangkan baju yang tidak terpakai (bekas) mau pun dengan bentuk uang seikhlasnya, silakan datang,” tambah Isfan.

Isfan menambahkan, yang tertarik pada kegiatan tersebut, meminta untuk berkumpul di Puspen depan Mesjid Raya Tangerang, pukul 8.30 WIB pada Ahad (19/1). “Kita sama-sama rolling ke pesantren Al-Kafii. Untuk info lebih lanjut silakan, hubungi saya di pin BB: 2A7CBC3C,” ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Isfandiari adalah putra almarhum H. Mahbub Djunaidi (pernah aktif di IPNU, GP Ansor, Lesbumi, Pertanu, Ketua PBNU, dan Ketua Umum pertama PB PMII). Kepada Sang Pencerah Muslim, ia menceritakan ketertarikannya bergabung dengan para biker.

“Ooo ya..ya, saya tertarik dengan keragaman anak motor dari yang alim sampai yang anti tuhan ada,” kata pria berambut gondrong ini.

Tapi, kata dia, para biker itu humanis, orang-orangnya sangat peka kepada sesama, apalagi kepada sesama motoris. “Mereka juga jago membuat sensasi, event bikers. Khusus klub saya, menurut saya lebih unik. Nanti deh ikut serta hang out pasti merasakan,” ungkapnya. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Fragmen, Internasional, News Sang Pencerah Muslim

Senin, 13 November 2017

Simpati Pada Petani Kendal, PMII STAINU Jakarta Gelar Aksi Simbolis

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Aktivis PMII STAINU Jakarta menyalakan lilin di lantai 5 Gedung GP Ansor, Jakarta, Ahad (7/5) dini hari. Mereka menyatakan prihatin atas nasib yang menimpa dua warga Surokonto Wetan, Kabupaten Kendal, Kiai Nur Aziz dan Rusmen yang dihukum 8 tahun penjara dan denda 8 milyar oleh PN Kendal.

Keduanya merupakan tokoh yang membela warga dalam memperjuangkan lahan pertanian warga.

Simpati Pada Petani Kendal, PMII STAINU Jakarta Gelar Aksi Simbolis (Sumber Gambar : Nu Online)
Simpati Pada Petani Kendal, PMII STAINU Jakarta Gelar Aksi Simbolis (Sumber Gambar : Nu Online)

Simpati Pada Petani Kendal, PMII STAINU Jakarta Gelar Aksi Simbolis

Aktivis PMII STAINU Jakarta, menilai putusan tersebut tidak adil.

Sang Pencerah Muslim

Aksi dilanjutkan dengan shalat tobat dan tahajjud bersama. Aksi ini merupakan simbol keprihatinan atas nasib petani Surokonto Wetan yang sedang memperjuangkan keadilan di tengah ketidakpastian hukum di Indonesia.

“Petani adalah urat nadi pangan masyarakat Indonesia. Namun, ketika mereka sedang menjalankan tugas mulia malah diganggu. Di situlah seluruh anggota PMII Komisariat STAINU Jakarta merasa simpati dengan perjuangan yang dilakukan oleh para petani Surokonto Wetan,” kata Koordinator Aksi Ahmad Furqon.

Dihubungi terpisah, ahli hukum dari Universitas Negeri Semarang, Syukron Salam, menjelaskan dalam kasus Surokonto ini, para petani dituduh merusak hutan yang hutanya sendiri belum ada.

Sang Pencerah Muslim

“Bukti hutan hanya surat dari Kementerian Kehutanan yang akan menjadikan lahan Surokonto menjadi kawasan hutan. Sampai sekarang lahan yang akan dijadikan hutan tersebut masih dimanfaatkan warga sebagai ladang pertanian. Tapi kenapa pengadilan memutuskan terdakwa terbukti mengorganisasi untuk melakukan perusakan hutan yang hutannya sendiri belum ada?” kata Syukron.

Ia melanjutkan, perbuatan para petani Surokonto itu jelas bukan perbuatan merusak hutan.

“Perusakan hutan itu ada kalau terdakwa menyobek-nyobek surat penetapan hutan dari Kementerian Kehutanan, baru terdakwa terbukti telah melakukan perusakan hutan ‘kertas’ dan bisa dipenjara 8 tahun denda 10 miliar,” tegas Syukron. (Kendi Setiawan/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Budaya Sang Pencerah Muslim

Senin, 06 November 2017

Kenapa Quraish Shihab Enggan Dipanggil Habib dan Kiai?

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Banyak kalangan yang menilai, panggilan habib dan kiai seharusnya layak disandang Prof HM. Quraish Shihab. Secara silsilah dan keilmuan, tidak ada yang meragukan Penulis Tafsir Al-Misbah ini. Namun secara pribadi, Mufassir yang dikenal luas ini tidak mau dipanggil habib dan kiai. Kenapa?

Dalam buku Cahaya, Cinta dan Canda Quraish Shihab terbitan Lentera Hati yang ditulis oleh Mauluddin Anwar dan kawan-kawan, dijelaskan soal urusan habib dan kiai tersebut. Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) ini hanya mau dipanggil habib oleh cucunya saja, karena lebih cocok berdasarkan artinya.?

Kenapa Quraish Shihab Enggan Dipanggil Habib dan Kiai? (Sumber Gambar : Nu Online)
Kenapa Quraish Shihab Enggan Dipanggil Habib dan Kiai? (Sumber Gambar : Nu Online)

Kenapa Quraish Shihab Enggan Dipanggil Habib dan Kiai?

Di kalangan Arab-Indonesia, habib menjadi gelar bangsawan Timur Tengah yang merupakan kerabat Nabi Muhammad SAW (Bani Hasyim). Khususnya dinisbatkan terhadap keturunan Nabi Muhammad melalui Sayyidatina Fatimah Az-Zahra yang menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Panggilan habib juga penanda Arab-Indonesia yang memiliki Moyang yang berasal dari Negeri Yaman, khususnya Hadhramaut. Kakek Prof Quraish Shihab, Habib Ali bin Abdurrahman Shihab berasal dari Hadhramaut.

Sang Pencerah Muslim

Dalam Bahasa Arab, habib berakar dari kata cinta. Jadi habib berarti “yang mencintai” atau bisa juga “yang dicintai”. Tetapi kemudian maknanya berkembang menjadi suatu istilah, habib adalah orang teladan, orang baik yang berpengetahuan, dan seseorang yang mempunyai hubungan dengan Rasulullah.

Alasan kedua itulah yang membuat Quraish menolak dipanggil habib. Padahal, sebagai orang yang menghabiskan usia bergelut dengan ilmu pengetahuan, Quraish layak mendapat gelar itu. Quraish adalah profesor doktor bidang Ilmu Tafsir, hafal al-Quran, pernah jadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mantan Menteri Agama. Tapi ia berkukuh tetap menolak. Semata-mata karena, “itu mengandung unsur pujian.”

Sang Pencerah Muslim

Baginya, gelar habib tidak perlu diberikan kepada sembarang orang. Sebangun dengan gelar kesarjanaan, yang harus ada usaha untuk mendapatkannya, maka habib pun harus ada usaha, terutama dari akhlaknya.

“Saya merasa, saya butuh untuk dicintai, saya ingin mencintai. Tapi rasanya saya belum wajar untuk jadi teladan. Karena itu saya tidak, belum ingin dipanggil habib,” kata Quraish merendah.?

Apalagi, ada ajaran ayahnya, Habib Abdurrahman, agar tidak menonjolkan garis keturunan. Beliau enggan menggunakan gelar “Sayyid”, “Haji”, atau “Kiai”. Bahkan tidak juga gelar akademis.

Ada sajak yang acap didendangkan Habib Abdurrahman dan ditulis dalam buku tersebut:?

Kami, kendati memiliki garis keturunan terhormat

Tidak sekalipun mengandalkan garis keturunan?

Kami membangun sebagaimana leluhur kami membangun

Dan berbuat serupa dengan apa yang mereka perbuat.

Tidak hanya Prof Quraish, keluarga Shihab yang lain, seperti Umar Shihab dan Alwi Shihab pun sependapat. Alwi lebih keras, menyebut ada “inflasi habib”, karena pemakaian yang tidak pada tempatnya. Bahkan sudah sampai pada tahap berkonotasi buruk, seperti didengar Quraish dari sopir taksi, saat ia terjebak macet akibat adanya pengajian yang menutup badan jalan.

Maka mereka pun bersepakat, memakai gelar habib hanya sekadar sebutan untuk kakek. “Karena kakek itu sangat mencintai cucunya, terkadang lebih dari cinta kepada anaknya. Cucu juga kadang-kadang lebih mencintai kakeknya daripada bapaknya,” kata Quraish.?

Pesan lain dari penolakan itu untuk memberikan contoh keteladanan, siapa yang wajar diberi gelar kehormatan.

Tak hanya sapaan habib, Prof Quraish juga emoh dipanggil “kiai”. Lagi-lagi alasan serupa, gelar itu jabatan yang sangat tinggi. Baginya, kiai berkonotasi ulama besar yang tulus. Tapi, diksi ‘besar’ itu bisa mengandung pujian. Sesuatu yang selalu ia hindari. Belum lagi, sebutan kiai juga mengalami inflasi, karena dipakai banyak orang yang berpotensi menurunkan makna sebenarnya.?

Ia mencontohkan seseorang bergelar kiai atau ki, yang sedang dirundung masalah karena penipuan pengobatan alternatif.?

“Jadi udah deh nggak usah repot-repot pangil saya habib atau kiai. Panggil saya ustadz saja,” katanya tergelak. Ia tak menolak, karena ustadz berarti guru, dan ia sejak belia sudah menjadi pengajar, dengan raihan tertinggi menjabat Rektor IAIN. (Detik/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, Doa, Internasional Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 04 November 2017

Hindari Mudharat, PCNU Waykanan Gelar Sholawat Tanpa Undang Paslon Kada

Waykanan, Sang Pencerah Muslim. Warga NU memperingati tahun baru Islam 1437 Hijriyah di masjid Al-Muhajirin, kampung Talang Mangga, kecamatan Kasui, Waykanan. Acara yang rencananya diadakan pada Ahad (18/10) ini akan berlangsung tanpa kehadiran pasangan calon kepala daerah (Paslon Kada) daerah itu.

Demikian ditegaskan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Way Kanan KH Nur Huda di Kasui, Waykanan, Kamis (15/10).

Hindari Mudharat, PCNU Waykanan Gelar Sholawat Tanpa Undang Paslon Kada (Sumber Gambar : Nu Online)
Hindari Mudharat, PCNU Waykanan Gelar Sholawat Tanpa Undang Paslon Kada (Sumber Gambar : Nu Online)

Hindari Mudharat, PCNU Waykanan Gelar Sholawat Tanpa Undang Paslon Kada

Ia menegaskan, organisasi dipimpinnya tidak mendukung salah satu paslon kada setempat. Penegasan itu dibuktikan dengan tidak mengundang dua paslon kada pada kegiatan zikir sholawat memperingati Tahun Baru Islam 1437 Hijriyah pada pagi hari.

Sang Pencerah Muslim

"Kami mengundang pejabat Bupati Albar Hasan Tanjung untuk hadir pada kegiatan diselenggarakan MWCNU bekerja sama dengan GP Ansor Kasui tersebut," ujar Kiai Huda seraya menyerahkan undangan kepada Bupati Albar.

Kiai Huda menegaskan kepada Bupati Albar jika NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di sejumlah bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Sang Pencerah Muslim

"Karena itu, secara kelembagaan organisasi kami tidak memihak kepada salah satu paslon kepala daerah. Adapun secara individu kami serahkan kepada masing-masing anggota karena itu hak individu," kata dia lagi.

Untuk diketahui, Pilkada di Waykanan diikuti dua pasangan calon Bustami Zainudin dan Adinata (Adin Bustami) diusung PDI Perjuangan, Gerindra, PKB, dan Nasdem, serta Raden Adipati Surya dan Edward Anthony (Berani) diusung Demokrat, PAN, Hanura dan PKS.

Ketua PAC GP Ansor Kasui Hendri Purwadi menambahkan, pada rapat pembahasan kegiatan tersebut, Ahad 16 Agustus 2015 di Kasui, Ketua GP Ansor Waykanan Gatot Arifianto meminta pasangan calon kepala daerah untuk tidak diundang.

"Salah satu sifat politik tidak dipungkiri ialah kesempatan. Karenanya, Gatot meminta untuk sebisa mungkin menghindari penggunaan kesempatan untuk ajang kampanye kandidat pada kegiatan tersebut mengingat ada banyak massa akan hadir," kata Hendri.

Kepada Bupati Albar, Hendri juga menegaskan kegiatan ? yang digelar untuk memperingati Tahun Baru Islam 1437 Hijriyah dan menyambut penetapan Hari Santri 22 Oktober itu akan steril dari politik.

"Kalau ada paslon yang datang, juga tidak akan kami sebutkan dan tidak akan kami minta memberi sambutan. Banser juga siap menurunkan paksa kalau ada pihak yang diminta memberi sambutan tapi berkampanye," ujar Hendri. (Syuhud Tsaqafi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Doa, Ulama Sang Pencerah Muslim

Jumat, 27 Oktober 2017

Ini Jadwal Lengkap LSN Region Jawa Tengah II

Solo, Sang Pencerah Muslim. Liga Santri Nusantara (LSN) 2017 di Sub-Region Jateng II yang diikuti 32 tim pesantren dari Wilayah eks-Karesidan Surakarta akan dimulai Kamis (7/9) mendatang. Hasil tersebut didapat setelah diadakan acara pengundian jadwal LSN Zona Soloraya di Kantor PCNU Surakarta, Ahad (27/8).

Ini Jadwal Lengkap LSN Region Jawa Tengah II (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Jadwal Lengkap LSN Region Jawa Tengah II (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Jadwal Lengkap LSN Region Jawa Tengah II

Pertandingan perdana yang mempertemukan kesebelasan dari Pesantren Ummul Qura Boyolali melawan Pesantren Al-Falah Baki Sukoharjo, rencananya akan dihelat di Stadion Kota Barat Solo.

Koordinator LSN 2017 Region Jawa Tengah II Ali Sutopo dalam sesi jumpa pers, usai pengundian tim, menyampaikan enam belas tim dari Soloraya tersebut akan memperebutkan satu tiket untuk bertanding di final region Jateng II.

“Pelaksanaan di Wilayah Soloraya, 7-11 September 2017. Sebanyak 16 tim akan berlaga dengan sistem gugur. Kemudian pemenang dari wilayah Soloraya akan bertanding dengan pemenang dari Wilayah Kedu, untuk meraih satu tiket ke tingkat nasional,” terang Topo.

Sang Pencerah Muslim

Berikut Jadwal pertandingan di LSN 2017 Sub-Region Jateng II (Soloraya): 

1. Ummul Qura Boyolali vs Al Falah Baki Sukoharjo (Kamis, 7 September 2017 Pukul 07.00 WIB)

2. Ki Ageng Selo Klaten vs Al-Muayyad  Mangkuyudan (Kamis, 7 September 2017 Pukul 09.00 WIB)

3. Sunan Gunung Jati Wonogiri vs Walisongo Sragen (Kamis, 7 September 2017 Pukul 14.00 WIB)

4. Al Hikmah Tanon Sragen vs Al-Mansur Popongan (Kamis, 7 September 2017 Pukul 16.00 WIB)

Sang Pencerah Muslim

5. Al Huda Doglo Boyolali vs Darul Quran Karanganyar (Jumat, 8 September 2017 Pukul 07.00 WIB)

6. Nurul Huda Sragen vs Darul Fikr Boyolali (Jumat, 8 September 2017 Pukul 09.00 WIB)

7. Al-Muttaqin Klaten vs Gani Tirtoasri Wonogiri (Jumat, 8 September 2017 Pukul 14.00 WIB)

8. Darul Mubtadi’ien Karanganyar vs Zumrotut Tholibin Boyolali (Jumat, 8 September 2017 Pukul 16.00 WIB)

Sementara itu untuk jadwal pertandingan LSN Region Jateng II Zona Kedu, masih menunggu hingga akhir September mendatang. (Ajie Najmuddin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Warta, Internasional Sang Pencerah Muslim

Selasa, 17 Oktober 2017

Konservatisme Islam Semakin Menguat di Malaysia

Bogor, Sang Pencerah Muslim. Dalam urusan perlindungan terhadap kebebasan beragama warganya, Malaysia memiliki cerita tersendiri. Seperti diungkap oleh Ehsan Shahwahid dari Islamic Renaissance Front (IRF) Malaysia dalam Asia Interfaith Forum 2017 yang digelar Pusat Studi Pesantren (PSP) di Bogor, Selasa (17/10). Negeri Jiran itu tengah bergelut dengan menguatnya semangat Islamisasi yang dirasa mulai masuk dalam berbagai lini.

Konservatisme Islam Semakin Menguat di Malaysia (Sumber Gambar : Nu Online)
Konservatisme Islam Semakin Menguat di Malaysia (Sumber Gambar : Nu Online)

Konservatisme Islam Semakin Menguat di Malaysia

Islam di Malaysia, seperti dijelaskan oleh Ehsan, masuk sejak masa pra-kolonialisme pada abad ke-9. Sejak masa itu hingga abad ke-15, Islam mulai dimasukkan dalam pembangunan struktural Malaysia, utamanya di kalangan kesultanan. 

Di masa itu pula hukum syariah Islam diperkenalkan di banyak kerajaan di negeri itu. Saat ini, berabad-abad kemudian, Islam sudah begitu melekat pada warga Malaysia, hingga keberadaannya telah merangsek pada level administrasi pemerintah dan kebijakan publik.

Dalam konstitusi Malaysia tertulis bahwa Islam adalah agama resmi negara, meski mereka juga memberi pengakuan terhadap kebebasan individual, termasuk bebas untuk memilih agama yang dianut. Meski diakui oleh Ehsan, hal ini tidaklah selalu mudah untuk dilakukan, terutama dengan semakin menguatnya konservatisme di kalangan masyarakat Malaysia.

Hal ini bisa dilihat dari beberapa kebijakan terbaru terkait dengan Islam di negeri yang merdeka sejak 1957 itu, beberapa di antaranya adalah pelarangan menggunakan kata “Allah” untuk warga non-muslim. 

Sang Pencerah Muslim

“Tidak hanya kata itu, ada sekitar 25 kata lain yang tidak boleh digunakan oleh non-muslim seperti kitab dan lain-lain,” jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Pemerintah Malaysia juga baru-baru ini mengeluarkan larangan terhadap segala bentuk liberalisme, mulai dari pembicara-pembicara publik yang dianggap liberal, hingga buku-buku yang dipandang beraliran serupa.

“Ada dua pembicara publik dari Indonesia yang sempat dikenai larangan, mulai dari Ulil Abshar Abdalla hingga yang terbaru, Mun’is Sirry,” ungkapnya.

Ehsan juga menyebut larangan ketat terkait buku-buku yang dipandang liberal. “Bahkan untuk buku monumental karya Charles Darwin misalnya, anda tidak akan menemukan cetakannya versi Bahasa Malaysia; semuanya di edisi berbahasa Inggris,” lanjutnya.

Terkait ini, Ehsan menyimpulkan tiga hal utama yang menjadi tantangan, yakni; Islam yang berkelindan dalam kepentingan politik, politisasi ajaran Islam oleh lembaga-lembaga pemerintahan, dan terakhir meningkatnya konservatisme dan otoritarianisme.

Untuk menanggulanginya, Ehsan menyebut keharusan untuk melakukan reformasi di tubuh Islam, yakni dengan bersikap terbuka terhadap diskursus-diskursus tradisional dan modern. Selain itu, ia juga menyebut perlunya perbaikan dalam bidang koordinasi antara kelompok-kelompok Islam, utamanya yang beraliran moderat-progresif.

Khusus untuk kasus Malaysia, ia menyebut kebutuhan untuk belajar dari Indonesia, utamanya dalam hal memperkuat organisasi massa yang berbasis keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah dalam mennghadapi permasalahan sosial dan isu-isu kekinian.

Terakhir, ia menyatakan perlunya membangun jaringan regional lintas negara untuk bersama-sama mengatasi masalah ini, sebab permasalahan ini bisa saja terjadi di mana-mana, tidak hanya terbatas di Malaysia.

 

Sementara upaya untuk melakukan perubahan ini tidak bisa dilakukan sendiri, karenanya jaringan lintas negara ini diharap mempu memberi kontribusi positif dalam upaya membangun pemahaman agama yang baik. (Khoirul Anam/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Internasional Sang Pencerah Muslim

Selasa, 19 September 2017

PCINU Sudan Silaturrahim dengan Duta Besar RI

Khartoum, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU), Senin (14/5) siang lalu, melakukan silaturrahim dan audiensi dengan Duta Besar Replubik Indonesia Sudan Dr. Sujatmiko, di Kedutaan RI, Jalan Amarat, Khartoum.

Silaturrahim dan audiensi dimaksud untuk mempererat tali persaudaraan dan perkenalan pengurus baru periode 2012-2013 serta pengenalan program kerja selama setahun mendatang.

PCINU Sudan Silaturrahim dengan Duta Besar RI (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Sudan Silaturrahim dengan Duta Besar RI (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Sudan Silaturrahim dengan Duta Besar RI

Beberapa pengurus NU Khartoum hadir pada acara itu, antara lain; H Muhammad Shohib (Mustasyar), H Mirwan Achmad Taufiq (Rois Syuriyah), H Miftahuddin Ahimy (Ketua Tanfidziyah), HZulham Qudsi (Katib), H Auza’I Anwari (A’wan), beserta Pengurus Harian, Koordinator Lakpesdam, Lembaga Dakwah, Lembaga Perekonomian dan Lajnah Ta’lif wan Nasyr PCINU Khartoum Sudan.

Sang Pencerah Muslim

H Miftah Ahimy dalam sambutannya mengatakan; acara silaturrahim dan audiensi tersebut merupakan bagian dari agenda program PCINU Khartoum Sudan untuk memperkenalkan program selama satu periode serta mengaplikasikan ajaran Nabi Muhammad SAW yaitu mempererat tali persaudaraan. 

Sang Pencerah Muslim

Selain untuk memperkenalkan pengurus serta program kepengurusan, dalam acara itu Rois Syuriyah H Mirwan Achmad Taufiq PCINU Khartoum menjelaskan kepada Duta Besar bahwa keberadaan PCINU di luar negeri sama dengan NU yang ada di tanah air, yaitu mengemban amanah dalam menjaga paham Ahlussunnah wal Jama’ah, memperkenalkan Islam yang berpendidikan dan beradab. 

Niatan mulia tersebut disambut baik oleh Duta Besar RI untuk Sudan. Dr Sujatmiko mengucapkan terimakasih kepada PCINU atas kontribusinya selama ini yang telah tulus mendampingi masyarakat. Harapannya untuk periode tahun ini adalah mensukseskan program yang telah direncanakan dan lebih berkarya lagi agar sumbangsih kepada anggota serta masyarakat semakin bertambah. 

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Taufiq Zubaidi

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Internasional, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 15 September 2017

Tasyakuran, Rais Syuriyah Potong Tumpeng

Jember, Sang Pencerah Muslim. Setelah melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka menyambut Harlah ke-59 IPNU dan ke-58 IPPNU, organisasi di bawah naungan NU itu, menggelar tasyakuran, Sabtu (16/3). 

Bertempat di aula PB. Sudirman Kantor Bupati Jember, tasyakuran digelar dengan penuh khidmat. Dalam kesempatan itu, Rais Syuriyah PCNU Jember KH Muhyiddin Abdusshomad didapuk untuk memotong tumpeng, yang selanjutnya diserahkan kepada Ketua IPPNU Jember, Andre Irawan dan pengurus IPNU-IPPNU yang lain. 

Tasyakuran, Rais Syuriyah Potong Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)
Tasyakuran, Rais Syuriyah Potong Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)

Tasyakuran, Rais Syuriyah Potong Tumpeng

Dalam pengarahannya KH Muhyiddin menyatakan apresiasinya kepada IPNU-IPPNU yang ikut berkiprah untuk kemajuan Jember. Menurutnya, Jember membutuhkan ide-ide segar untuk meningkatkan kemajuan warganya yang hampir seratus persen nahdliyyin. 

Sang Pencerah Muslim

“Bukan cuma ide-ide tapi juga karya nyata,” tukasnya.

Sang Pencerah Muslim

Pengasuh Pesantren Nuris itu mengaku bangga dengan kegiatan IPNU-IPPNU sudah mulai merata, termasuk di perkotaan. Sejauh ini, katanya, aktifitas IPNU-IPPNU berpusat di kampus dan sekolah-sekolah di luar.

“Sekarang sudah mulai masuk kota. Ini buktinya tasyakuran dan kegiatan lain digelar di jantung kota,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua IPNU Jember, Andre Irawan menegaskan kegiatan IPNU-IPPNU dalam rangka Harlah kali ini mengambil tema “I love Jember” sehingga diharapkan tertanam kecintaan dan kebanggaan di dada anggota IPNU-IPPNU terhadap Jember. 

“Mencintai Indonesia dengan diawali mencintai Jember, daerah kita sendiri,” jelasnya.

Bentuk kecintaan itu, lanjut Andre, bisa diwujudkan dengan berbagai cara dan karya. Salah satunya adalah mencintai produk-produk Jember. 

“Itulah sebabnya, selama rangkaian tasyakuran ini, kami tampilkan pameran produk Jember,” ucapnya.

Selain KH Muhyiddin, hadir juga dalam kesempatan itu antara lain anggota FKB DPRD Jatim. M Thoriqul Haq, Ketua Fatayat NU Jember, Muqni’ah, para ketua IPNU-IPPNU se-tapal kuda, pengurus Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jember dan sekitar 350 hadirin.

 

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Aryudi A. Razak

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Olahraga, Internasional Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock