Tampilkan postingan dengan label PonPes. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PonPes. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 Februari 2018

KRT Moh. Muhtarom, Penghubung Ulama-Keraton

Mungkin sebagian warga nahdliyin di Solo, hanya mengenalnya sebagai sosok ketua tanfidziyah Majelis Wakil Cabang (MWC) Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Tapi siapa sangka, pria kelahiran Purwodadi 44 tahun yang lalu ini, mengemban jabatan yang penting.

Jabatannya tersebut memungkinkan dirinya untuk memainkan peran sebagai penghubung antara umat Islam di Surakarta pada khususunya, dengan pihak Keraton Surakarta.

KRT Moh. Muhtarom, Penghubung Ulama-Keraton (Sumber Gambar : Nu Online)
KRT Moh. Muhtarom, Penghubung Ulama-Keraton (Sumber Gambar : Nu Online)

KRT Moh. Muhtarom, Penghubung Ulama-Keraton

KRT (Kanjeng Raden Tumenggung) Moh. Muhtarom, begitu nama yang tertera pada kartu pengenal yang ia kenakan, saat ditemui Sang Pencerah Muslim Sabtu (9/2) lalu, di kompleks Pondok Pesantren Tahfidz Wa Ta’limil Qur’an (PPTQ) Masjid Agung Surakarta.

Guru SD Cemani Sukoharjo ini, kesehariannya menjadi Imam Masjid Agung Surakarta dan pengajar di PPTQ Masjid Agung Surakarta. Dulu, ia pernah nyantri di Pesantren Zumrotut Thalibin Kacangan Boyolali. Kemudian dilanjutkan sekolah di Pendidikan Guru Agama (PGA) sambil ngaji di PPTQ Masjid Agung dibawah bimbingan Kiai Mutohar.

Sang Pencerah Muslim

Perbincangan yang singkat, membicarakan tentang perannya sebagai Tafsir Anom dan pentingnya jalinan hubungan ulama dengan keraton. Berikut cupilkan perbincangan kontributor Sang Pencerah Muslim, Ajie Najmuddin, dengan Tafsir Anom KRT Moh. Muhtarom, S.Ag.:

Sang Pencerah Muslim

Sejak kapan anda menjabat sebagai Tafsir Anom (TA)?

Belum lama. Sejak Agustus tahun 2012 lalu. Tepatnya saat pergelaran Malem Selikuran Keraton di masjid Agung.

Jabatan TA itu sebetulnya bagaimana?

Tugas utama dari jabatan ini yakni mengembangkan agama Islam kepada masyarakat Solo, jadi hampir seperti peran ulama pada umumnya. Kemudian juga bertugas untuk menjadi penghulu, atau petugas yang menikahkan anak raja atau lingkup Keraton.

Apa jabatan itu semacam jabatan turun temurun?

Bukan. Jabatan ini diberikan langsung oleh pihak keraton kepada seseorang yang dianggap kompeten untuk menjadi TA. Meskipun dulu jabatan ini pernah diberikan secara turun temurun (dari TA V kepada putranya, yakni TA VI,-red). Saya menggantikan KRT Hasan Kamal dan sebelumnya beliau menggantikan KH Muhammad Dasuki.

Tentang peran Tafsir Anom sebagai ulama keraton, apa pendapat anda tentang hal tersebut?

Kalau kita mau melihat sejarah Kerajaan Islam di masa lalu. Ulama dahulu memiliki peran sebagai penasihat raja, bukan seperti sekarang yang terkadang justru menjadi ’pesuruh’.  Taruhlah para Walisongo yang menjadi ulama dan penasihat kerajaan Demak. Mereka mampu mewarnai dan memperngaruhi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan kerajaan.

Jadi anda memandang penting, keberadaan ulama di keraton?

Ya! Apabila ulama tidak lagi dekat dengan keraton, berarti ada semacam terputusnya mata rantai sejarah. Untuk itu saat ini harus mulai dibangun kembali hubungan ulama dan Keraton.

Tentang ulama yang mampu mewarnai kebijakan keraton, khususnya di bidang keagamaan, seperti apa misalnya?

Semisal pada istilah-istilah, budaya atau ritual kegiatan keagamaan di Keraton yang oleh sebagian kalangan umat Islam, dianggap tidak Islami. Maka itulah tugas kita, supaya simpul-simpul dalam bentuk ritual yang notabene warisan dari para Walisongo ini, mampu diterjemahkan dalam nilai-nilai Islam (Internalisasi Islam).

Pihak Keraton sendiri, apakah mereka masih menganggap penting nilai-nilai Islam di lingkup keraton?

Tidak hanya menganggap penting, bahkan mereka mengakui kebesaran nama keraton tak lepas dari peran para pendahulu mereka yang notabene merupakan dari kerajaan Islam (Mataram dan Demak). Mereka bahkan masih sering mengunjungi makam Kiai Hasan Besari di Pacitan.

Sebagai Tafsir Anom sekaligus ketua MWC NU, apa ada semacam keuntungan tersendiri bagi anda memegang peran tersebut?

Saya melihatnya justru ini merupakan sebuah kesempatan bagi para ulama NU. Nuansa keagamaan keraton dengan segala kebudayaannya, sebetulnya akan nyambung bila bertemu dengan kelompok Islam moderat seperti NU.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, PonPes Sang Pencerah Muslim

Selasa, 30 Januari 2018

Ke Pesantren, Ulama al-Azhar Ingatkan Tiga Prinsip Cegah Terorisme

Demak, Sang Pencerah Muslim. Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak, Jawa Tengah, menggelar kegiatan “Jalsah Mubarokah” bersama Prof. Dr. Muhammed Faisal dan Prof. Dr. Hamdallah Mohammed Hafed Ibrahim dari al-Azhar Kairo, Selasa malam (26/8), di Masjid An Nur pesantren setempat.

Ke Pesantren, Ulama al-Azhar Ingatkan Tiga Prinsip Cegah Terorisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Ke Pesantren, Ulama al-Azhar Ingatkan Tiga Prinsip Cegah Terorisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Ke Pesantren, Ulama al-Azhar Ingatkan Tiga Prinsip Cegah Terorisme

Forum bertema”Dialog Damai bersama Tokoh Ulama Timur Tengah dalam Rangka Pencegahan Terorisme” ini merupakan kerja sama Pesantren Futuhiyyah dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Peserta dialog terdiri dari para kiai, santri, serta pejabat pemerintah yang ada di wilayah Demak.

Pada kesempatan itu Hamdallah menjelaskan bahwa kini banyak muncul aliran-aliran yang menjurus pada terorisme. Menurutnya, setidaknya ada tiga prinsip untuk mencegah adanya pemahaman ekstrem tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Pertama, perteguh aqidah Ahlussunah wal Jama’ah, yakni dengan mengikuti paham ‘Asy’ariyah. Kedua, penyampaian syariat menurut Madzhab Empat (madzahibil arba’ah) dalam memahami al-Qur’an dan Hadits, yakni dengan mengikuti salah satu imam madzhab, yakni Syafi’i, Maliki, Hanafi, Hanbali.? Ketiga, penerapan ajaran tashawuf atau berakhlak secara terpuji (mahmudah) baik terhadap sang kholiq, diri sendiri, maupun sesama manusia. ?

Sementara itu, Mohammed Faisal menambahkan tentang pentingnya mencari ilmu. Ia menjelaskan bahwa Rasulullah tidak mewariskan harta benda apapun kecuali hanya ilmu. Mohammed Faisal mengajak kepada semua hadirin untuk senantiasa bersemangat dalam mencari ilmu.

Sang Pencerah Muslim

Pengasuh Pesantren Futuhiyyah KH Muhammad Hanif Muslih mengaku bersyukur atas kehadiran ulama al-Azhar Kairo. Ini merupakan kali pertama Pesantren Futuhiyyah didatangi ulama dari Mesir khususnya al-Azhar, karena yang selama ini yang berkunjung di Futuhiyyah adalah dari Yaman. (Abdus Shomad/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pahlawan, PonPes Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

Kiai Said: Menjadi Radikal Mudah, Menjadi Moderat Susah

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Saat menerima audiensi Pengurus Pusat Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PP KMNU), Jumat (29/12) di Gedung PBNU Jl Kramat Raya No 164, Jakarta Pusat, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyampaikan, tantangan kehidupan bernegara saat ini cukup berat.

Kiai Said: Menjadi Radikal Mudah, Menjadi Moderat Susah (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Said: Menjadi Radikal Mudah, Menjadi Moderat Susah (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Said: Menjadi Radikal Mudah, Menjadi Moderat Susah

"Untuk menjadi radikal sangatlah mudah, namun untuk tetap teguh bersikap, moderat itulah yang susah. Dibutuhkan komitmen kuat untuk tidak condong kiri dan tidak pula condong kanan," tutur Kiai Said.

Aaudiensi PP KMNU sendiri bermaksud meminta Kiai Said berkenan membuka Musyawarah Nasional ke-4 KMNU yang akan dilaksanakan di Bogor pertengahan Januari 2018.

Kiai Said menambahkan, berbagai macam amanah jamiyah harus dilaksanakan dengan kebersamaan di tengah berbagai persoalan yang ada seiring dengan perkembangan zaman.

"Amanah NU sangat banyak, tugas ini harus dikerjakan bersama-sama. Walau banyak fitnah yang ditujukan kepada kita, jangan pernah menyerah. Percayalah bahwa mengurusi NU insyaallah banyak berkahnya," imbuh Kiai Said.

Sang Pencerah Muslim

Hamzah Alfarisi, Presidium Nasional (Presnas) I KMNU mengungkapkan, apa yang dikerjakan KMNU tidak ada niat untuk menjadi saingan siapa pun.

Sang Pencerah Muslim

"Sebagai santri kami hanya ingin dapat berkontribusi, mengambil peran yang masih kosong dan pada akhirnya bisa saling melengkapi untuk mengerjakan tugas NU yang sangat besar tersebut," tuturnya melalui rilis, Senin (1/1).

Terkait kegiatan Musyawarah Nasional ke-4 KMNU, Hamzah menjelaskan kegiatan diikuti oleh 24 KMNU Perguruan Tinggi se-Indonesia dan Malaysia.

"Kiai Said mengungkapkan bahwa ia bersedia dan siap hadir di Pembukaan Munas ke-4 KMNU nanti," kata Hamzah.

Mendampingi Hamzah, rombongan disertai 12 orang anggota lainnya yang merupakan pengurus KMNU Nasional, Panitia Munas ke-4, dan perwakilan KMNU Perguruan Tinggi antara lain KMNU IPB,  KMNU STIS, dan Iman STAN.(Muhammad Faizin/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits, PonPes Sang Pencerah Muslim

Selasa, 16 Januari 2018

Kiai Manan: Kembalikan Masjid sebagai Pusat Peradaban

Gorontalo, Sang Pencerah Muslim. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani menjelaskan, pada zaman Nabi Muhammad masjid memiliki fungsi yang sangat strategis yaitu sebagai pusat peradaban.

“Kita harus melakukan revitalisasi masjid agar menjadi pusat peradaban,” kata Kiai Manan Kiai Manan dalam acara Pelatihan Pemuda Pelopor bertemakan Revitalisasi Peran dan Fungsi Masjid sebagai Benteng Kedaulatan dan Pemakmuran NKRI yang diselenggarakan di Masjid Agung Baiturrahman Limboto Gorontalo, Senin (4/12).

Kiai Manan: Kembalikan Masjid sebagai Pusat Peradaban (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Manan: Kembalikan Masjid sebagai Pusat Peradaban (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Manan: Kembalikan Masjid sebagai Pusat Peradaban

Dulu masjid bukan hanya tempat untuk menjalankan salat dan ritual-ritual agama lainnya, namun masjid menjadi tempat penyebaran agama Islam, tempat berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar, tempat dimana Nabi Muhammad mengader pemuda. 

“Pelatihan perang juga dilakukan di depan masjid,” ucapnya.

Kiai Manan menambahkan, pada era Nabi Muhammad masjid juga dijadikan sebagai tempat untuk memotivasi agar sahabat-sahabatnya hidup sejahtera dan berkecukupan. Untuk itu, ia meminta umat Islam agar memakmurkan masjid dan menjadikannya sebagai pusat peradaban.  

Sang Pencerah Muslim

Pentingnya Masjid

Kiai Manan mengatakan, masjid memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah peradaban umat Islam. Masjid juga menjadi penanda penyebaran Islam seperti Masjid Quba dibangun Nabi Muhammad di tengah-tengah ia berhijrah ke Madinah. Sesampai di Madinah, Nabi membangun Masjid Nabawi. Begitupun dengan apa yang dilakukan para wali dan ulama. Mereka membangun masjid dimanapun mereka mendakwahkan Islam.

“Ketika Islam disebarkan di suatu tempat, maka dibangun lah masjid,” jelasnya. 

Sang Pencerah Muslim

Bahkan, imbuh Kiai Manan, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari berpendapat bahwa membangun masjid itu hukumnya fardlu kifayah. Jika tidak ada yang membangun masjid, maka semua umat Islam berdosa semua di tempat itu. Karena masjid menjadi tempat dimana umat Islam beribadah kepada Allah.

“Menurut Mbah Hasyim Asy’ari, membangun masjid itu fardlu kifayah supaya Allah itu dhahir,” terangnya. (Muchlishon Rochmat) 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh, PonPes, Cerita Sang Pencerah Muslim

Jumat, 12 Januari 2018

Pemenuhan Hak Korban Tanggung Jawab Bersama

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pertanggungjawaban negara terhadap mereka yang menjadi korban kejahatan terus disuarakan, meski sesungguhnya layanan yang tersedia dianggap sudah cukup memadai. Hanya saja yang menjadi pertanyaan, apakah semua korban kejahatan bisa mengakses semua layanan yang sudah tersedia tersebut. 

Demikian terungkap dalam seminar bertema Integrasi Layanan bagi Korban Kejahatan yang digelar Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dalam rangkaian HUT ke-9, bertempat di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu (29/11).

Pemenuhan Hak Korban Tanggung Jawab Bersama (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemenuhan Hak Korban Tanggung Jawab Bersama (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemenuhan Hak Korban Tanggung Jawab Bersama

Ahli Hukum Pidana yang juga Guru Besar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia Harkristuti Harkrisnowo mengingatkan para pemangku kepentingan di lingkungan LPSK untuk aktif membangun komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait demi kepentingan pemenuhan hak korban kejahatan.

Menurut Harkristuti, pengembangan public relation menjadi salah satu faktor penting untuk mewujudkan integrasi layanan bagi korban, karena harus diakui, sulit bagi LPSK jika harus bekerja sendiri dalam melaksanakan pemenuhan hak korban kejahatan karena dibutuhkan kerja sama lintas kementerian/lembaga (K/L).

"Harus ada pembagian tugas dari pimpinan (LPSK) untuk rutin menjalin komunikasi dan koordinasi dengan K/L lain. Ini menjadi tugas dari para pimpinan (LPSK) sebagai pembuat kebijakan," ujar dia.

Sang Pencerah Muslim

Narasumber lain, Hesti Armiwulan juga menyoroti sinergi LPSK dengan K/L lain agar dalam pelaksanaan tugas masing-masing tidak saling tumpang tindih.

"Mungkin bisa dijadwalkan pertemuan rutin, semisal di awal tahun untuk mencocokkan program, dilanjutkan pertemuan berkala beberapa bulan sekali, dan di akhir tahun dilakukan evaluasi. Untuk itu, kita memang harus menurunkan ego sektoral," katanya.

Koordinasi seperti yang dicontohkan tersebut, ujar Hesti, saat ini memang seperti mati suri sehingga ada peluang bagi LPSK untuk menginisiasi dan membangkitkannya kembali.

Sang Pencerah Muslim

"LPSK representasi negara bukan pemerintah. Bangun komunikasi dengan banyak pihak, termasuk pihak asing seperti kedutaan besar dan lainnya," imbau Hesti.

Sementara itu, Direktur ICJR Supriyadi menuturkan, banyak layanan yang sudah dipersiapkan negara bagi korban kejahatan, seperti perlindungan fisik, bantuan medis, psikologis, psikososial, pendampingan hukum, restitusi dan kompensasi.

"Berbagai jenis layanan dari negara memadai, namun masih ada gap besar, apakah semua korban mendapatkan layanan tersebut," kata pria yang akrab disapa Supi tersebut.

Dia mengatakan, pihaknya mencoba menyusuri layanan dari LPSK sebagai lembaga yang memiliki kewenangan paling kuat dalam memberikan layanan bagi korban kejahatan. Karena harus diakui, hingga kini belum ada data secara nasional tentang berapa banyak pemberian layanan, semuanya sangat tergantung tupoksi masing-masing institusi.

Dari data layanan LPSK, pemberian bantuan medis menjadi layanan dengan jumlah tertinggi yang dinikmati para korban dari berbagai tindak pidana, di antaranya pelanggaran HAM berat, perdagangan orang, kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebagainya. Layanan lain yaitu rehabilitasi psikologis. Sedangkan pemenuhan hak prosedural mengalami penurunan.

Kabar menggembirakan, menurut Supi, yakni dikabulkannya tuntutan kompensasi korban terorisme di Samarinda. Ini merupakan kemajuan dan membawa angin segar dalam pemenuhan hak korban.

"Bagaimana dengan korban (kejahatan) lain, mereka juga butuh kompensasi karena restitusi macet," ujarnya.

Wakil Ketua LPSK Lies Sulistiani mengatakan, pemenuhan hak korban sulit jika dilakukan secara parsial melainkan dibutuhkan layanan terintegrasi dari berbagai penyedia layanan dan pihak terkait. Lies mengimbau khususnya penegak hukum tidak ragu apalagi takut memperjuangkan hak korban kejahatan.

"Contoh restitusi, kami harap penuntut umum tidak usah ragu karena itu memiliki dasar hukum yang jelas, baik undang-undang maupun peraturan pemerintahnya," tutur Lies.

Dia juga menggarisbawahi tentang pemberian layanan psikososial. Karena tujuan dari layanan ini adalah bagaimana mengintegrasikan kembali korban ke masyarakat sehingga dibutuhkan peran kementerian/lembaga lain, termasuk pemerintah daerah.

"Akan sulit jika LPSK bekerja sendirian dalam pemenuhan hak psikososial bagi korban," ujarnya. (Red: Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim PonPes, Quote, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Kamis, 11 Januari 2018

Fatwa Haram Infotainment Harus Diingatkan Kembali

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Fatwa haram menonton tayangan infotainment (informasi hiburan) yang pernah dikeluarkan Nahdlatul Ulama (NU) beberapa waktu lalu harus diingatkan kembali kepada pemerintah, pengusaha hiburan dan masyarakat.

“Apa (fatwa haram infotainment itu, Red) hanya sampai di situ saja. Saya kira NU harus mengingatkan kembali,” kata mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia NU, Said Budairi, kepada Sang Pencerah Muslim, di Jakarta, pekan lalu.

Said menilai, tayangan televisi yang lebih banyak berisi gosip tersebut, kini semakin marak dan seakan tak terkendali. Hampir setiap stasiun televisi di Indonesia memiliki program acara yang kerap membuka dan mengungkap kehidupan yang sangat pribadi dari seorang selebriti itu.

Fatwa Haram Infotainment Harus Diingatkan Kembali (Sumber Gambar : Nu Online)
Fatwa Haram Infotainment Harus Diingatkan Kembali (Sumber Gambar : Nu Online)

Fatwa Haram Infotainment Harus Diingatkan Kembali

Sementara, katanya, pemerintah sebagai regulator, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan sejumlah lembaga pengawas media lainnya tampak tak mampu berbuat banyak. Sejumlah peraturan, seperti Undang-undang Pers pun tak dipatuhi dan ditaati dengan baik oleh media massa.

“Sekarang pers merasa menjadi pilar keempat dari demokrasi yang kita jalankan ini. Nggak masalah bagi saya, tapi UU Pers itu harus dipatuhi. Tidak seperti sekarang yang jadi kebablasan kayak gini,” terang Said.

Karena itulah, tegas Said, fatwa haram menonton infotainment yang merupakan hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Surabaya, akhir Juli 2006 silam itu, harus kembali diingatkan.

Sang Pencerah Muslim

Said menambahkan, fatwa tersebut semestinya tak hanya berlaku bagi infotainment semata, melainkan harus diperluas cakupannya pada tayangan-tayangan atau bentuk informasi lainnya yang tidak mendidik masyarakat. Ia mencontohkan, pornografi dan pornoaksi yang juga tak kalah maraknya dibanding infotainment. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Nasional, Cerita, PonPes Sang Pencerah Muslim

Selasa, 09 Januari 2018

Hadapi Organisasi Anti-NKRI, Warga NU Bogor Diminta Tenang

Bogor, Sang Pencerah Muslim



Pada Hari Sabtu 8 Oktober 2016, PCNU Kota Bogor melantik Pengurus Ranting, MWC dan Lembaga NU se-Kota Bogor di Pesantren Al-Alawiyah, Tanah Sareal, Bogor. Turut hadir di dalam pembengkalan pelantikan, sesepuh NU Kota Bogor H Aji Hermawan.

Di hadapan Pengurus ranting, MWC dan Lembaga NU, Ketua PCNU Kota Bogor, Ifan Haryanto, berpesan agar pengurus PCNU tetap istiqomah pada kredo perjuangan, Membumikan Ajaran Aswaja, Menjaga Tradisi serta Menjaga Keutuhan NKRI.?

Hadapi Organisasi Anti-NKRI, Warga NU Bogor Diminta Tenang (Sumber Gambar : Nu Online)
Hadapi Organisasi Anti-NKRI, Warga NU Bogor Diminta Tenang (Sumber Gambar : Nu Online)

Hadapi Organisasi Anti-NKRI, Warga NU Bogor Diminta Tenang

Terkait kredo perjuangan menjaga keutuhan NKRI, Ifan Haryanto menyampaikan bahwa dalam menghadapi isu maraknya gerakan organisasi anti-NKRI di Kota Bogor, warga NU di Kota Bogor diharapkan tetap tenang dan tidak bertindak di luar koridor hukum. Jika gerakan anti-NKRI tersebut sudah pada tahap mengancam keutuhan NKRI, baru NU siap menjadi garda terdepan untuk menjaga keutuhan NKRI.?

“Menjaga keutuhan NKRI merupakan kewajiban setiap warga Nahdliyin, karena NU bukan hanya sekedar benteng NKRI, namun juga salah satu pendiri republik ini,” katanya.?

Ifan menambahkan berbagai bukti komitmen keindonesiaan telah ditunjukkan oleh para pendiri dan pejuang NU, dan sebagai warga NU wajar meneladani komitmen keindonesiaan para sesepuhnya.?

Sang Pencerah Muslim

“Salah satu pendiri Nahdlatul Ulama yaitu KH Wahab Chasbullah bahkan telah menciptakan lagu Yalal Wathan yang mengungkapkan rasa kecintaan terhadap tanah air Indonesia, pada tahun 1934, jauh sebelum Indonesia merdeka,” paparnya. (M Zimamul Adli/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pemurnian Aqidah, PonPes Sang Pencerah Muslim

Senin, 08 Januari 2018

Kemanunggalan Kiai, Santri, dan Pesantren

Oleh Aswab Mahasin

Coba Anda ingat, Kapan terakhir kali Anda mencium tangan Kiai? Kapan terkahir kali Anda menginjakkan kaki di Pesantren? Dan kapan terkahir kali Anda merasa bahwa diri Anda adalah santri? Kiai, Pesantren, dan Santri adalah tiga dimensi yang tidak bisa dipisahkan. Pesantren sebagai rumah peradaban, sedangkan kiai dan santri adalah pengusung peradaban. Hal tersebutmerupakan satu kesatuan yang tunggal (kepaduan yang ideal).

Kemanunggalan Kiai, Santri, dan Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemanunggalan Kiai, Santri, dan Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemanunggalan Kiai, Santri, dan Pesantren

“Kemanunggalan” ketiga pranata kebudayaan/agama tersebut mempunyai unsur geneologis, yakni; kiai sebelumnya adalah santri, dan santri ialah orang yang tinggal dan menetap di pesantren. Begitupun kiai, mempunyai santri dan pesantren, dan samahalnya dengan santri, tinggal di pesantren dan diasuh oleh Kiai.

Namun, dalam realitasnya ada kiai tanpa pesantren, disebut “kiai langgar atau kiai masjid” dan ada santri yang tidak mesantren, disebut “santri kalong”. Apakah proses “kemanunggalan” itu masih terjadi? Jawabannya, masih—karena yang diajarkan oleh kiai langgar/masjid adalah pengajaran yang diajarkan di pesantren, tidak ada keterpisahan dari mulai model mengajar, bahan ajar, dan tradisi komunikasi. 

Jika diperluas lagi, maksud dari “kemanunggalan kiai, santri, dan pesantren” adalah seseorang yang selalu memegang prinsip kemandirian, kemanusiaan, kebersamaan, kesatuan, etos kerja, nasionalisme, dan keIslaman. Dengan itu, adanya kesatuan yang menginternal kedalam dirinya, ia mengikuti nasihat kiai dan ia berprilaku seperti santri. Nilai-nilai itulah yang selalu diajarkan oleh kiai, selalu diterima oleh santri, dan selalu hadir dalam lingkungan pesantren.

Sang Pencerah Muslim

Sekarang coba kita lihat bagaimana para ahli menguraikan makna dari kiai, santri, dan pesantren, Secara etimologis, menurut Ahmad Adaby Darban “kiai” berasal dari bahasa jawa kuno “kiya-kiya”, artinya orang yang dihormati. Sedangkan, Menurut Manfred Ziemek,kiai adalah pendiri dan pemimpin sebuah pesantren sebagai “muslim terpelajar” telah membaktikan hidupnya “demi Allah” serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan Islam. Dalam pemikiran masyarakat, kiai diidentikan dengan ulama sebagai pewaris para Nabi (al-‘ulama waratsah al-anbiya). (Moch. Eksan, Kiai Kelana: Biografi Kiai Muchit Muzadi, 2000.Hlm. 2-4)

Santri menurut Nurcholis Madjid ada dua pengertian, pertama, berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu “sastri” berarti orang yang melek huruf, dan kedua, berasal dari bahasa jawa “cantrik” seorang yang mengikuti kiai dimanapun untuk menguasai suatu keahlian sendiri. Berbeda dengan KH. Sahal Mahfudh, santri dimaknai sebagai bahasa Arab, dari kata santaro yang mempunyai jamak (plural) sanaatiir (beberapa santri). Dibalik kata santri tersebut mempunyai 4 huruf arab (sin, nun, ta’, ra’), oleh KH Abdullah Dimyathy dari Pandeglang, Banten mengimplementasikan kata santri dari 4 fungsi manusia. Adapun 4 huruf tersebut, yaitu; Pertama, “Sin” yang artinya “satrul al-aurah” (menutup aurat), Kedua, “Nun” yang berarti “na’ibul ulama” (wakil dari ulama), ketiga, “Ta” yang artinya “tarku al-Ma’shi” (meninggalkan kemaksiatan), dan keempat, “Ra” yang berarti “raisul ummah” (pemimpin umat). (Buku Kumpulan Tanya Jawab dan Diskusi Keagamaan: Hasil Bahtsul Masail dan Tanya Jawab Agama Islam, PISS-KTB, 2013. Hlm. 1626-1628)

Sedangkan Pesantren, menurut pengertian dasar ialah tempat belajar para santri. Sedangkan “pondok” berasal dari bahasa arab “funduq” yang artinya asrama. Secara etimologi pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal santri. (Zamakhsyari Dhofir: 1982: 18)

Dari berbagai paparan tersebut, menggambarkan, kuatnya keterikatan antara Kiai, Santri, dan Pesantren.Pesantren didirikan kiai sebagai transmisi nilai-nilai keIslaman. Dalam perkembangannya,proses transmisi keIslaman di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran kemanunggalan itu.

Pesantren dan transmisi nilai keislaman Indonesia

Sang Pencerah Muslim

Menjadi penting terlebih dulu mengetahui keterikatan sejarah antara kajian Islam di Indonesia dengan ulama Timur Tengah, seperti Mekah, Madinah, dan Kairo. Martin van Bruinessen menuliskan, “Teks yang paling populer diseluruh Nusantara adalah karya yang dikenal sebagai Barzanji di tulis oleh Sayyid Ja’far Al-Barzanji. Dinamakan “barzanji” karena merujuk pada nama desa pengarangnya yang terletak di Barzanjiyah kawasan Akrad (kurdistan). Selain itu teks-teks arab yang paling banyak dijual di toko buku adalah Tanwirul al-Qulub, ditulis oleh Muhammad Amin Al-Kurdi.”

Hal tersebut menggambarkan ada proses transmisi epistimologi. Proses itu sebenarnya tidak hanya melalui produk intelektualitas, melainkan banyak juga ulama-ulama Nusantara pergi ke sana untuk menuntut ilmu, seperti ‘Abd al-Rauf Singkel menghabiskan tidak kurang dari 19 tahun waktunya di Makkah dan Madinah, ada juga Syekh Yusuf Makasar, begitupun dengan KH Muhammad Hasyim Asy’ari. 

Walaupun Indonesia memiliki kedekatakan hubungan intelektual dengan tradisi keagamaan di Arab, terutama Mekkah dan Madinah. Tidak serta-merta Islam di Indonesia lantas dianggap sebagai replika Islam Arab. Proses masuknya Islam di Indonesia sangat dinamis, unik, dan kompleks, menyesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya yang berkembang saat itu. 

Peristiwa tersebut menjadi sejarah tidak mandek, khususnya di pesantren—hingga sekarang terusmengkaji karya-karya ulama Timur Tengah, kajian yang diusung tentu tidak berafiliasi dengan kitab-kitab yang telah direduksi atau ditambahkan isinya olehkelompok tertentu, melainkan kitab-kitab yang tidak bertentangan dengan ide-ide ahlussunnah wal jamaah (Aswaja).

Dengan demikian, karakter Islam di Indonesia yang berkembang sekarang, tidak lepas dari matriks kiai, santri dan pesantren, sebagai penerjemah dan wadah wacana keIslaman. Proses transmisi keIslaman ini berlangsung di pesantren yang tampil dengan model paradigma pengajaran yang unik. Melalui kajian kitab kuning, didukung dengan model penulisan “arab jawa pegon” sebagai sarana untuk memahami teks-teks kitab kuning yang berbahasa Arab. Hal ini tidak ditemukan dalam tradisi Islam di Timur Tengah. Tradisi keIslaman di Indonesia berkembang melalui karakternya sendiri dengan tidak meninggalkan identitas Islam yang terlahir dengan “huruf Arab”.

Selain itu, disemua pesantren yang berbasis klasik ataupun modern, selalu ada pengajaran Nahwu dan Shorof (untuk memahami teks Arab). Dan pesantren menganggap belajar kaidah-kadaiah bahasa Arab tersebut sebagai alat untuk memahami teks-teks Arab, dengan tujuan agar para santri mampu mempelajari wacana keIslaman yang begitu luas.

Seiring dengan proses transformasi dan modernisasi di pesantren, dari mulai masa kolonial, sampai terlahirnya Madrasah Diniah, dan kemudian masuk dalam dunia global. Pada gilirannya pesantren tetap menjadi standar wajah keIslaman Indonesia, karena pesantren turut membentuk tradisi kajian Islam di Indonesia secara keseluruhan.

 

Pembentukan tersebut oleh pesantren melalui jalur pendidikan, yang terus menerus dilakukan pesantren, dari dulu sebelum nama Indonesia ada sampai sekarang. Ahmad Baso dalam Pesantren Studies 2a: Buku II: Kosmopolitanisme Peradaban Kaum Santri di Masa Kolonial berkomentar, “pendidikan pesantren adalah pendidikan seumur hidup, seumur dengan kehidupan tradisi keagamaan Aswaja dan juga sepanjang usia kehidupan nusa-bangsa ini. 

Oleh karena itu, orientasinya adalah untuk menjaga keselamatan dan kesinambungan kehidupan berbangsa itu sendiri. Dengan kata lain, seberapa panjang usia kehidupan kebagsaan ini, demikian pula usia tradisi keulamaan Aswaja. Dan pendidikan pesantren adalah bentangan garis lurus yang menjangkau dan menghubungkan kedua sisi kehidupan tersebut hingga penghujung akhir hayatnya.”

Cuplikan dari Ahmad Baso tersebut menjelaskan bahwa kemanungggalan hakikatnya tidak hanya ada pada kiai, santri, dan pesantren saja, melainkan bangsa ini sudah menjadi satu kesatuan (termanunggalkan) bersama pendidikan pesantren dan tradisi pesantren itu sendiri.

Indonesia tidak akan bisa melepaskan diri dari pesantren, dari masa ke masa dan dari presiden pertama sampai presiden sekarang, pesantren selalu mengiringi sejarah Indonesia. Entah itu dikebiri pada saat zaman Orba, di mana para kiai hanya mendapatkan jatah doa, dan pada masa Gus Dur, seorang kiai menjadi presiden, dan di era sekarang, pesantren, kiai dan santri menjadi “rebutan” aktivitas politik praktis, dengan tujuan mendapatkan legitimasi dukungan seorang kiai.

Pesantren dan kemanunggalan produktif

Beranjak dari itu semua, (saya akan meloncat ke dalam kajian yang lebih kompleks dan nyata)setelah tadi kita berlama-lamaan memetakan pesantren dan membincangkan pesantren sebagai transmisi nilai-nilai keIslaman Indonesia, sesunggugnya belum lengkap jika kita tidak mengkaji objek dari nilai keIsalaman itu sendiri, yaitu realitas yang menanti di depan mata para santi.

Dengan demikian, yang wajib kita kaji sekarang ini, poinnya adalah kemanunggalan terkesan belum sempurna pada pendidikan pesantren—di mana tidak sedikit pesantren menutup diri dari masyarakat dan menutup diri dari realitas kehidupan. Pesantren menurut Gus Dur awalnya bukan hanya lembaga pendidikan agama semata, tapi lembaga pendidikan yang bercakrawala dari berbagai penjuru pengetahuan, teoritis maupun praksis. Kesan sekarang adalah pesantren seakan-akan difungsikan sebagai pabrik “ulama”. Padahal pesantren spektrumnya lebih dari itu. Jika demikian, akan terjadi penyempitan dari fungsi pesantren itu sendiri. 

Menurut Gus Dur, terjadi penyempitan kriterium dengan sendirinya bergerak menuju lapangan bagi orang yang akan dikirim ke pesantren yaitu orang-orang yang merasa dirinya santri dan memiliki komitmen kepada Islam sebagai ideologi. Dengan mempertahankan kriterium semacam ini maka bisa dilihat bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan di mana tingkat droup-out cukup besar. (Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus Dur, 1999. hlm. 111-116). Kemanunggalan ini oleh lembaga pendidikan pesantren seharusnya dibarengi juga dengan produktifitas santri. 

Menurut Gus Dur dalam tulisannya yang bertajuk Pesantren, Penddikan Elitis atau Populis?, menuliskan, “Pesantren dulu sebagai pembanding dari sekolah keraton yang hanya menampung golongan elitis saja, sekarang nampaknya pesantren telah berubah, ketika berbicara pesantren kesan yang muncul adalah sebagai lembaga keagamaan. Dulunya, pesantren menampung semua lapisan masyarakat (kemanunggalan dengan semua orang) yang tidak ditampung dalam lembaga pendidikan keraton. Karena itu dimasa awalnya pesantren sebagai lembaga pendidikan adalah sebuah lembaga pendidikan umum; di dalamnya tidak hanya diajarkan agama. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini tampak kecenderungan untuk menciptkan pesantren sebagai lembaga pencetakan para ulama.” (Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus Dur, 1999. Hlm. 111-116)

Saya sepakat, bukannya hal yang buruk, dalam pesantren membuat spesialisasi yang tidak hanya fokus pada bidang keagamaan. Fakta dilapangan harus kita akui, tidak semua santri ahli dalam ilmu agama, tidak semua santri jadi pendakwah, dan tidak semua santri jadi ulama. Kalau saja pesantren hanya menutut santrinya memiliki kecerdasan dan kepintaran dalam pengetahuan keagamaan, tidak ada bedanya pesantren dengan pendidikan umum lainnya, hanya mengedepankan sisi kognitif belaka, bedanya hanya dalam ranah kajian keagamaan semata.

Menurut Gus Dur, “sudah hebat sekali dari total 10.000 santri jika lulusannya 50% ahli agama.” Dalam realitasnya itu susah dilakukan, kalau kita lihat lebih jauh lagi alumni pesantren, tidak sedikit mereka yang kebingungan setelah keluar dari pesantren, tidak sedikit yang berprofesi serabutan, tidak sedikit yang berprofesi sebagai tukang ojek, dan sejenisnya. Kalaupun diantara alumni pesantrentersebut ada yang sukses menjadi pengusaha, pejabat, atau pun pemikir, jumlahnya lebih sedikit dari yang biasa-biasa saja itu. 

“Kemangunggalan” pesantren seharusnya dimaknai sebagai institusi yang terbuka, menerima segala hal, tidak ada yang keliru jika pesantren dalam salah satu kajiannya menekankan pendidikan kewirausahaan, menekankan pendidikan pertanian, menekankan pendidikan arsitektur, menekanakan pendidikan peternakan, dan sebagainya. Kata Gus Dur, dalam hal ini bukanlah pelajaran agama yang diberikan di sana, tetapi ilmu untuk menyadari pentingnya arti agama.

Di sini pesantren harus membangun kerangka yang ideal. Tidak bisa dipungkiri juga, sekarang sudah ada beberapa pesantren mencoba merubah dirinya, siap memberikan terobosan-terobosan untukmenjawabcita-cita santri dan masyarakat. Dengan ini, makna “kemanunggalan/kepaduan” akan menjadi utuh dan produktif, tanpa tabir yang menghalangi santri dan pesantren berkembang.

Penulis adalah Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Darussa’adah Kebumen, Jawa Tengah.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, IMNU, PonPes Sang Pencerah Muslim

Selasa, 19 Desember 2017

Sejak Belia Gus Dur Bergaul dengan Kelompok Berbeda

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Adik kandung KH Abdurrahman Wahiid (Gus Dur), KH Salahuddin Wahid menjelaskan tentang kondisi lingkungan yang membuat kakanya menjadi sosok yang berani dan egaliter. Menurut dia, hal ini tak lepas dari cara mendidik orang tua mereka.

"Kami waktu kecil disekolahkan di sekolah yang muridnya kebanyakan beragama Kristen. Makanya kami sekeluarga selalu menghargai perbedaan," ujar pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang akrab disapa Gus Sholah ini.

Sejak Belia Gus Dur Bergaul dengan Kelompok Berbeda (Sumber Gambar : Nu Online)
Sejak Belia Gus Dur Bergaul dengan Kelompok Berbeda (Sumber Gambar : Nu Online)

Sejak Belia Gus Dur Bergaul dengan Kelompok Berbeda

Gus Sholah menyampaikan hal itu dalam acara bedah buku  “Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita” karya Menteri Negara Riset dan Teknologi era Gus Dur, AS Hikam, Kamis (26/12). Selain penulis buku, hadir pula sebagai narasumber Pendeta Simon Filantropa Bingki Irawan.

Sang Pencerah Muslim

Bingki Irawan dalam forum itu lebih banyak menceritakan pengalamannya selama dekat dengan Gus Dur. Yakni, ketika dirinya diajak berjunjung ke Tiongkok. Hanya saja waktu itu Bingki dimarahi oleh Gus Dur karena keluar dari acara tanpa pamit.

Ia juga menceritakan pengalamannya ditangkap oleh Kodam V Brawijaya lantaran menggelar atraksi barongsai. Gus Dur mengecam aksi penangkapan tersebut dan membela warga Tionghoa. "Saat itu zaman orde baru, menggelar kesenian China masih tabu. Bahkan saya dianggap PKI," kenang Bingki.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu AS Hikam mengupas tentang bukunya. Buku itu menurut As Hikam mengupas seluruh sosok Gus Dur. Adapula wawancara imajiner dengan mantan Ketua Umum PBNU itu. "Buku ini sangat ringan dan bisa dibaca oleh semua kalangan," pungkas Hikam.

Acara yang diselenggarakan di Klenteng Hok Liong Kiong Jombang ini juga menampilkan sejumlah kesenian tradisional, di antaranya tari remo dari Jombang, pembacaan puisi, atraksi bambu gila dari Ambon, serta vokal grup dari gereja.

"Acara ini untuk mendandai  empat tahun meninggalnya Gus Dur. Sekaligus untuk menggali pemikiran beliau," ujar Aan Anshori, salah satu panitia. (Syaifullah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim PonPes Sang Pencerah Muslim

Minggu, 17 Desember 2017

Tahun Ini, Habib Luthfi Peringati Maulid Nabi Muhammad Hingga 101 Kali

Pekalongan,Sang Pencerah Muslim

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang selalu diperingati umat Islam biasanya dilaksanakan di sekitar bulan Rabiul Awal dan Rabiul  Akhir. Jarang sekali kita temui selain di dua bulan itu. Akan tetapi tidak demikian yang dilakukan Rais ‘Aam Idaroh Aliyah Jamiyyah Ahlit Thariqah Al Mutabarah An Nahdliyyah (JATMAN) Habib Luthfy bin Yahya yang tinggal di Kota Pekalongan.

Tahun Ini, Habib Luthfi Peringati Maulid Nabi Muhammad Hingga 101 Kali (Sumber Gambar : Nu Online)
Tahun Ini, Habib Luthfi Peringati Maulid Nabi Muhammad Hingga 101 Kali (Sumber Gambar : Nu Online)

Tahun Ini, Habib Luthfi Peringati Maulid Nabi Muhammad Hingga 101 Kali

Meski saat ini telah berada di bulan keenam tahun Hijriyah yakni bulan Jumadil Akhir 1437 H, gaung peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW terus bergema. Paling tidak ada 101 tempat yang menyebar ke berbagai daerah hingga bulan Dzulqa’dah.

Peringatan Maulid yang dimulai sejak tanggal 8 Januari 2017 di Kanzus Sholawat Pekalongan akan berakhir tanggal 13 Agustus di depan Mapolsek Bandar Kabupaten Pekalongan. Jadwal rangkaian kegiatan peringatan maulid sebagaimana yang dirilis Pengurus Kanzus Sholawat tidak saja menyebar di berbagai wilayah di Jawa Tengah saja, akan tetapi juga ada di Jawa Timur, Jawa Barat, Banten hingga luar Pulau Jawa yakni Bangka Belitung.

Sang Pencerah Muslim

Rangkaian kegiatan peringatan maulid sebagaimana yang disampaikan Habib Luthfy bin Yahya ada bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Agung Muhammad SAW. Meski bulan Rabiul Awwal atau Maulud sudah lewat, kita tidak boleh berhenti mensyukuri atas kelahiran baginda nabi.

Sang Pencerah Muslim

"Adalah salah jika kita beranggapan bahwa memperingati kelahiran nabi junjungan umat Islam hanya di bulan maulid, mestinya di sepanjang waktu kita selalu memperingati hari kelahiran nabi akhir zaman," ujar Habib Luthfy.

Dikatakan, peringatan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW bisa dilakukan kapan saja. Oleh karena itu, atas permintaan dari berbagai pihak, ujar Habib, dirinya menyempatkan diri hadir di gelaran peringatan Maulid Nabi dari berbagai daerah dengan waktu yang berbeda.

Dari jadwal rangkaian kegiatan maulid, ada permintaan atas nama pribadi, jama’ah atau kelompok masyarakat, organisasi kepemudaan di lingkungan NU seperti IPNU IPPNU dan GP Ansor, TNI dan Polri. Kemudian Pemerintah daerah, pondok pesantren  hingga kalangan kampus seperti UIN Walisongo dan Unnes Semarang.

Sekretaris Kanzus Sholawat Taufiqur Rohman kepada Sang Pencerah Muslim mengatakan, hingga saat ini jadwal rangkaian sudah terdaftar ada 101 tempat. Bahkan pihaknya telah melakukan revisi sebanyak 5 kali, mengingat banyaknya usulan kegiatan baru masuk dan dimasukkan agenda rangkaian kegiatan maulid dengan harapan bisa dihadiri Khodimul Maulid Habib Luthfy bin Yahya.

Menurut Habib Luthfy,  inti dari peringatan dan pembacaan Maulid Nabi SAW adalah syukur kita terhadap Allah Ta’ala karena Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW dan kita termasuk ke dalam umatnya.

“Peringatan dan pembacaan maulid Nabi SAW juga merupakan ungkapan rasa terima kasih kita kepadanya agar kita mencintai Rasul SAW. Kita iman dan Islam karena kita mengenal Nabi Muhammad SAW. Sehingga, oleh karena bersyukur itu diwajibkan, maka membaca maulid Nabi Saw. Itu pun menjadi wajib.” (Abdul Muiz/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, PonPes Sang Pencerah Muslim

Jumat, 15 Desember 2017

Harlah, IPNU-IPPNU Makassar Gelar Bincang Santai Bersama Romahurmuzy

Makassar, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Makassar memperingati harlah ke-61 IPNU dan ke-60 IPPNU dengan mengadakan Bincang Santai ? bersama Romahurmuzy yang juga putra pendiri IPNU KH Moh Tolchah Mansoer pada Sabtu, 28/2/2015.?

Kegiatan yang bertema “Posisi Generasi Muda NU dalam Persoalan Kabangsaan Hari Ini” dilaksanakan di Jalan Cendrawasih ? Makassar. Dalam sambutannya, ketua IPNU Makassar Muh. Nur mengungkapkan apresiasi tinggi kepada Romy yang menyempatkan bersilaturahim dengan rekan-rekanita IPNU-IPPNU kota Makassar di tengah kesibukannya.?

Harlah, IPNU-IPPNU Makassar Gelar Bincang Santai Bersama Romahurmuzy (Sumber Gambar : Nu Online)
Harlah, IPNU-IPPNU Makassar Gelar Bincang Santai Bersama Romahurmuzy (Sumber Gambar : Nu Online)

Harlah, IPNU-IPPNU Makassar Gelar Bincang Santai Bersama Romahurmuzy

“Sebagai senior kami di IPNU yang telah berkecimpung di level nasional, kami mengharap nasehat dan arahan Gus Romy untuk memajukan organisasi ke depan,” katanya.?

Sang Pencerah Muslim

Romahurmuziy atau yang akrab disapa Gus Romy mengatakan, sebagai generasi muda NU, IPNU-IPPNU harus konsisten di garis perjuangan NU di tengah maraknya organisasi Islam radikal yang sudah mulai masuk di Indonesia.?

Sang Pencerah Muslim

“Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar, kaum muda NU harus berkontribusi dalam memajukan bangsa ini,” imbuh Romy.?

Pada kesempatan tersebut hadir Ketua Ikatan Alumni Pesantren Annahdlah (IAPAN) Firdaus Dahlan, Sekretaris IAPAN Badruzzaman Harisah, Ketua IPPNU Makassar Azizah, Mantan ketua IPPNU DKI Jakarta dan puluhan kader IPNU-IPPNU dan Pengurus IAPAN Makassar. red: mukafi niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim PonPes Sang Pencerah Muslim

Senin, 27 November 2017

Bupati Enthus Tegaskan Hari Santri adalah Momen Perjuangan Rakyat Indonesia

Tegal, Sang Pencerah Muslim. Bupati Tegal, Enthus Susmono mengemukakan, Hari Santri Nasional sebagaimana telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri Nasional ini merupakan bentuk pengakuan negara terhadap peran perjuangan para kiai dan santri dalam memerdekakan republik ini. 

Ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional ini bertepatan dengan dikeluarkannya fatwa jihad oleh KH. Hasyim Asyari di tahun 1945 yang mampu membangkitkan semangat ruhul jihad, semangat cinta tanah air arek-arek Suroboyo utamanya kalangan pesantren kala itu yang berujung pada pecahnya pertempuran heroik di

Bupati Enthus Tegaskan Hari Santri adalah Momen Perjuangan Rakyat Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Bupati Enthus Tegaskan Hari Santri adalah Momen Perjuangan Rakyat Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Bupati Enthus Tegaskan Hari Santri adalah Momen Perjuangan Rakyat Indonesia

“Surabaya 10 November 1945 melawan tentara sekutu yang kemudian kita kenang sebagai Hari Pahlawan Nasional," ujar Enthus dalam sambutannya pada Apel Akbar Peringatan Hari Santri Nasional tingkat Kabupaten Tegal dilapangan Pemkab Tegal, Ahad (22/10).

Menurut Bupati yang jago jadi dalang itu, meskipun peristiwa bersejarah tersebut dicetuskan oleh Rais Akbar dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), akan tetapi semangat berjihad dan berjuang yang dikobarkannya mampu menembus sanubari seluruh elemen bangsa Indonesia. 

"Hal ini penting saya sampaikan di sini agar peringatan Hari Santri tidak memunculkan dikotomi di kalangan umat beragama dan mengusik kehidupan pluralisme Bangsa Indonesia yang berasaskan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya

Sang Pencerah Muslim

Dikatakannya, peringatan Hari Santri Nasional ini bukan saja perwujudan rasa syukur, penghormatan dan penghargaan kita kepada santri dan ulama yang telah ikut serta berjuang mengusir penjajah, akan tetapi juga momentum penting bagi kita Bangsa Indonesia untuk memupuk dan menumbuhkembangkan semangat rasa cinta tanah air. 

“Rasa cinta tanah air ini tidak boleh luntur, maka harus dijaga, dipelihara dan digelorakan semangatnya di berbagai kesempatan,” tegasnya.

"Bagaimana Kiai Wahab atas bimbingan Kiai Hasyim Asyari mencetuskan adagium hubbul wathan minal iman atau cinta tanah air bagian dari iman dan menggubah lagu bertajuk Syubanul Wathan ini merupakan upaya dan pesan dari para pendahulu kita untuk merawat nasionalisme," sambung Enthus.

Untuk itu, Mantan Kasatkorcab Banser itu memandang bahwa Hari Santri Nasional ini adalah momentum yang tepat untuk menggugah dan membangkitkan kesadaran kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Bangsa yang disatukan oleh kesatuan ideologi anak bangsa yang terdiri dari beragam suku, budaya, agama, ras dan golongan.

Sang Pencerah Muslim

Untuk itulah, melalui kesempatan Hari Santri ini, semangat "NKRI Harga Mati" harus terus kita gelorakan. Sudah tidak ada lagi waktu bagi kita memperdebatkan hal-hal yang bersifat wacana atau adanya hanya di awang-awang saja. 

Yang bangsa ini butuhkan adalah generasi santri hebat yang mau turun tangan, bukan urun angan. Saatnya kita bekerja nyata dengan terus mencari persamaan, bukan mempertajam perbedaan, saling memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, bukan saling melemahkan.

"Semoga dengan peringatan Hari Santri Nasional ini Bangsa Indonesia menjadi semakin damai, berdaulat secara politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan demi terwujudnya Bangsa Indonesia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur," pungkasnya.

Hadir dalam kesempatan itu, anggota Forkompimda Tegal, Sekda Tegal, jajaran Syuriyah dan Tanfidziah PCNU, Badan Otonom NU, para kepala OPD Pemkab Tegal dan ribuan santri se Kabupaten Tegal. (Hasan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim PonPes Sang Pencerah Muslim

Minggu, 26 November 2017

Peserta Munas Galang Dana Bantu Warga Terdampak Banjir Bandang Lombok Timur

Mataram, Sang Pencerah Muslim. Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar Alim Ulama Nahdlatul Ulama (Munas dan Konbes) NU 2017 dihadiri Presiden RI Joko Widodo, sejumlah menteri, Panglima TNI, Polri, serta para alim ulama se-Nusantara.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj dalam sambutannya mengatakan bahwa gelaran Munas dan Konbes tahun 2017 adalah acara luar biasa.

“Munas NU dua puluh tahun silam biasa-biasa saja. Tidak ada pejabat pemerintah yang hadir, kecuali Gubernur. Tahun 2017 ini, Munas dihadiri dan dibuka langsung oleh Presiden, ini luar biasa," kata Kiai Said pelataran Masjid Hubbul Wathan Kota Mataram, Kamis (23/11) siang.

Peserta Munas Galang Dana Bantu Warga Terdampak Banjir Bandang Lombok Timur (Sumber Gambar : Nu Online)
Peserta Munas Galang Dana Bantu Warga Terdampak Banjir Bandang Lombok Timur (Sumber Gambar : Nu Online)

Peserta Munas Galang Dana Bantu Warga Terdampak Banjir Bandang Lombok Timur





Namun, lanjut Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Ciganjur, Jakarte Selatan, di Munas kali ini kita mendapat musibah banjir bandang di Lombok Timur.

Sang Pencerah Muslim

Dikatakan Kiai Said LAZISNU sudah turun memberikan bantuan kepada korban bencana.

Sang Pencerah Muslim

(Baca: NU Care-LAZISNU Salurkan Bantuan Korban Banjir Bandang Lombok Timur)

"Selanjutnya PBNU melalui LAZISNU siap kembali menerima dan menyalurkan bantuan ke Lombok Timur,” ungkapnya.

Usai mengungkapkan hal tersebut, relawan NU Care-LAZISNU NTB yang berada di lokasi Munas bergerak melakukan penggalangan donasi kepada para peserta Munas. Didorong pula oleh arahan langsung Ketua PP NU Care-LAZISNU Syamsul Huda.





“Ini sudah instruksi. Semuanya langsung bergerak,” kata Syamsul kepada para relawan.



Sementara itu Ketua PW NU Care-LAZISNU NTB Saprudin menjelaskan, NU harus hadir dan membantu masyarakat di Lombok Timur. Terlebih, katanya, masyarakat suku Sasak di Lombok Timur adalah warga muslim.

“Ya di situ kan masyarakat Sasak asli. Semuanya Islam, dan tidak sedikit juga adalah warga NU. Maka itu perlu kita bantu, karena kondisinya sangat parah. LAZISNU Pusat sudah turun langsung berikan bantuan sembako kepada masyarakat, tahap selanjutnya LAZISNU Pusat dan NTB berikan bantuan dalam Program Recovery Bencana, membangun kembali rumah warga,” jelas Saprudin.

Saprudin juga mengungkapkan penggalangan donasi yang dilakukan di acara Munas dan Konbes NU adalah pertama kali dilakukan.

“Awalnya ada kekahwatiran dari para relawan untuk menggalang dana, karena yang hadir Presiden. Ada Paspampres. Namun, alhamdulillah, berkat dukungan dari LAZISNU Pusat terutama dari Pak Syamsul yang langsung turun tangan. Akhirnya para relawan gerak semua,” ungkapnya.

Penggalangan dana, kata Saprudin, dilakukan tidak hanya kepada para peserta Munas. Relawan pun ada yang bergerak di luar area Munas.

Andiwinata, Koordinator relawan NU Care-LAZISNU NTB menyebutkan total perolehan galang dana senilai Rp16.910.000,- dimulai jam sembilan pagi sebelum pembukaan, sampai sore hari hari.

Penggalangan melibatkan 15 relawan, terdiri 10 laki-laki dan 5 relawan perempuan.





“Dalam waktu singkat, terkumpul hampir tujuhbelas juta. Kami semua bangga dan sangat terkesan, semoga kami semua diistikamahkan di jalan ini dan bisa terus berkhidmat untuk NU, khususnya di NTB,” tutur Andi.

Di arena Munas beberapa tokoh turut mengkampanyekan penggalangan tersebut seperti Ketua LD PBNU KH Maman Imanulhaq dan Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini.

Wakil Ketua PW LAZISNU Refreandi mengatakan hasil penggalangan dana direncanakan untuk membantu pembagunan kembali rumah-rumah warga terdampak banjir.

Seperti diberitakan sebelumnya hujan berintensitas tinggi menyebabkan dua buah embung di bagian bawah Bendungan Pandandure meluap. Buruknya drainase dan kerusakan ekosistem sungai memperparah keadaan menyebabkan bandang menerjang permukiman dan lahan pertanian.





Akibatnya 15 desa di 4 kecamatan di Kabupaten Lombok Timur, NTB Sabtu (18/11) pukul 17.30 WITA. Sedikitnya 2 orang meninggal dunia dalam peritiswa tersebut. (Wahyu Noerhadi/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, PonPes Sang Pencerah Muslim

Jumat, 13 Oktober 2017

Kiai Said: Petani adalah Orang yang Selalu Berkomunikasi dengan Allah

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ketua Umum Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siroj menyatakan bahwa hanya sedikit petani yang memiliki tanah, karena kebanyakan dari mereka adalah buruh tani. “Paling banter penggarap (tanah), tapi yang paling banyak ya buruh tani,” jelas Kiai Said saat memberikan sambutan saat acara Rembug Nasional dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pengembangan? Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) di Hotel Acasia, Jakarta, pada Jumat, (15/4).?

Ia menilai bahwa petani itu memiliki watak yang ulet, rajin, tidak putus asa, dan optimis dengan apa yang sudah ditetapkan oleh Allah. “Begitu menanam, (mereka) langsung menyerahkan segalanya kepada Allah, selalu berdoa dengan Allah, selalu komunikasi dengan Allah,” terangnya.

Kiai Said: Petani adalah Orang yang Selalu Berkomunikasi dengan Allah (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Said: Petani adalah Orang yang Selalu Berkomunikasi dengan Allah (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Said: Petani adalah Orang yang Selalu Berkomunikasi dengan Allah

Menurutnya, ada tiga hal yang sangat diperlukan oleh seorang petani, yaitu air, bibit, dan pupuk. Kalau seandainya ketiganya tersebut bisa diperoleh oleh petani dengan mudah, maka petani kita akan lebih sejahtera.

Kiai Said meminta petani Nahdliyin untuk bersikap jujur terkait dengan batas tanah. Baginya, banyak pihak yang mengubah batas tanah bahkan mencaplok tanah yang bukan miliknya. “Ini (pencaplokan tanah) sudah diwanti-wanti Rasulullah 14 abad yang lalu. Laknatullah alaihim,” katanya.

“Tunjukkan bahwa petani Nahdlatul Ulama adalah petani yang jujur. Tunjukkan,” lanjutnya. ? ?

Sang Pencerah Muslim

Lebih lanjut, Kiai Said mengutip apa yang disampaikan KH Maimoen Zubair bahwa Islam Nusantara itu diumpakan sebagai padi. Karena padi memiliki banyak bulir dan dari bulir tersebut terdapat butir-butir padi. ?

LPPNU, imbuh Kiai Said, adalah lembaga yang sangat penting karena bersinggungan langsung dengan petani yang mayoritasnya adalah warga NU.

“Oleh karena itu saya percayakan kepada pak Marwan (Ketua LPPNU dan yang juga menjabat sebagai Menteri Desa),” katanya.?

Sang Pencerah Muslim

Kiai Said berharap acara ini bisa menjadi ajang konsolidasi bagi pengurus dan ia juga berharap agar LPPNU bisa menjalin kerjasama dengan pemerintah, lembaga swasta, maupun pihak mana saja yang memiliki niat yang baik untuk meningkatkan pertanian warga Nahdliyin.?

“Asal semuanya berangkat dari niat yang baik. Dengan siapa saja (kita kerjasama), tidak usah pilih-pilih,” pungkasnya. (Muchlishon Rochmat/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim PonPes, Tegal Sang Pencerah Muslim

Rabu, 12 April 2017

Tim Adi Wahana Juarai Futsal Ansor Cup Jombang

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Tim futsal Adi Wahana Kediri akhirnya menjuarai turnamen Futsal Ansor Cup yang digelar GP Ansor Jombang di GOR Merdeka, Ahad (7/12) malam. Tim asal Kediri ini berhasil mengalahkan Tim Selasa Malam asuhan ISNU Jombang pada adu penalti dengan skor 3:1.

Tim Adi Wahana Juarai Futsal Ansor Cup Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)
Tim Adi Wahana Juarai Futsal Ansor Cup Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)

Tim Adi Wahana Juarai Futsal Ansor Cup Jombang

Dalam pertandingan yang cukup menegangkan, tim Adi Wahana sempat unggul 2:0 pada babak pertama. Namun dengan tenang tim Selama Malam dapat mengejar ketertinggalan hingga menyamakan kedudukan 2:2 pada babak kedua. Bahkan anak didik Ketua ISNU Jombang Gus Aik berbalik unggul dengan skor menjadi 4:2.

Namun pada detik terakhir babak kedua, Selama Malam tidak bisa membendung gempuran tim futsal dari kota tahu ini. Dengan serangan bertubi-tubi, Adi Wahana akhirnya menyamakan kedudukan menjadi 4:4 hingga babak kedua berakhir.

Sang Pencerah Muslim

Hingga perpanjangan dua kali, kedua tim tidak dapat menambah gol. Pertandingan akhirnya dilanjutkan dengan adu penalti. Tim Selasa Malam harus rela kalah setelah gagal membobol gawang Adi Wahana dengan skor 3:1.

Sang Pencerah Muslim

Berakhirnya final futsal Ansor Cup, Ahad (7/12) malam, turnamen yang digelar GP Ansor Jombang yang diikuti sebanyak 64 tim seprovinsi Jawa Timur ini, akhirnya ditutup.

Juara I diraih tim Adi Wahana yang berhak menggondol trofi dan hadiah sebesar Rp 4 Juta. Sementara tim Selasa Malam merebut Juara II berhak mendapatkan trofi dan uang sebesar Rp 2 juta. Sementara Juara III diisi tim fitri dari Sidoarjo.

"Selamat kami sampaikan, kepada para pemenang. Dan Ansor tahun depan akan mempertemukan lagi dalam arena yang sama," ujar Ketua GP Ansor Jombang Zulfikar. (Muslim Abdurrahman/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, PonPes, Kyai Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 25 Februari 2017

Membangun Pendidikan, Membangun Bangsa

Oleh A. Muchlishon Rochmat

Ada sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa kekayaan terbesar sebuah bangsa adalah manusianya, bukan sumber daya alamnya. Kalau kita renungkan, ungkapan tersebut tidaklah salah. Coba lihat saja Negara Jepang, Singapura, Korea Selatan lainnya. Memang, mereka tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah –sebagaimana yang dimiliki Indonesia, namun nyatanya mereka mampu menjadi negara maju dan menjadi salah satu ‘raksasa’ ekonomi dunia.

Membangun Pendidikan, Membangun Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Membangun Pendidikan, Membangun Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Membangun Pendidikan, Membangun Bangsa

?

Ada yang percaya bahwa untuk membangun sebuah bangsa yang maju dan besar dibutuhkan infrastruktur yang memadai, ada yang menganggap bahwa untuk mewujudkan bangsa yang maju harus membangun pemerintahan yang bersih terlebih dahulu, ada juga yang percaya bahwa untuk mewujudkan bangsa yang besar dan maju harus membangun kualitas manusianya terlebih dahulu, yakni dengan mendidik penduduknya tersebut dengan pendidikan yang berkualitas. Itu sah-sah saja.

?

Kalau kita cermati, negara-negara maju yang ada saat ini pasti memiliki sistem pendidikan yang bagus dan berkualitas tinggi. Lihat saja Amerika, Cina, Jepang, Korean Selatan, Jerman, Perancis, dan lainnya. Pendidikan menjadi pilar utama untuk menopang sebuah peradaban suatu bangsa. Karena sekaya apapun negerinya, seluas apapun wilayahnya, dan sebanyak apapun penduduknya namun kalau tidak dikelola dengan baik dan benar maka potensi tersebut malah akan menjadi beban. Dan pendidikan menjadi peran yang signifikan dalam mengelola potensi-potensi yang ada tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Kalau kita telisik peradaban-peradaban masa lalu seperti Babilonia, Mesir Kuno, Yunani, Romawi, Bizantium, dan Islam, semuanya dibangun dengan ilmu pengetahuan. Bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi tentu tidak akan terlepas dari pengetahuan. Bangsa-bangsa tersebut tentu menyadari bahwa pendidikan dan pengetahuan menjadi kunci utama, sehingga dengan demikian mereka sangat memperhatikan kualitas pendidikannya.

Sang Pencerah Muslim

Untuk membangun pendidikan yang baik dan berkualitas tentu harus memperhatikan beberapa aspek diantaranya adalah sistem yang diterapkan harus selaras dengan karakter dan tujuan bangsa, kualitas guru yang baik, kurikulum yang tepat, sarana-prasarana dan bahan ajar yang memadahi, mendorong peserta didik untuk bereksplorasi, serta meningkatkan kualitas peserta didiknya sendiri. Tentu setiap aspek tersebut terkait satu dengan yang lainnya dan harus memiliki sinkronitas. Kalau setiap elemen tersebut sudah terbangun dengan baik dan selaras, maka sistem pendidikan yang berkualitas akan terbangun.

Perlu diperhatikan pemerintah bahwa tujuan pendidikan bukanlah untuk menjawab soal-soal yang diujikan, bukan untuk melewati ujian semata, bukan pula untuk tinggi-tinggian nilai. Namun yang harus pemerintah tekankan adalah bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia; bagaimana pendidikan membentuk karakter peserta didik, menghargai setiap potensi yang dimiliki peserta didik, mendorong peserta didik untuk mengenal dirinya dan lingkungannya, mengajak peserta didiknya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki bangsanya, dan mengadaptasi sistem dan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan karakter bangsanya sendiri. Bukan mengadopsi dari sistem dari luar yang tidak sesuai. Apalagi menerapkan sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan karakteristik daripada masyarakat yang ada.

?

Memang, membangun pendidikan tidak lah semudah membalikkan telapak tangan. Finlandia membutuhkan waktu dua puluh sampai tiga puluh tahun untuk membangun sistem pendidikannya hingga menjadi yang terbaik di dunia sebagaimana yang kita saat ini. Dari Finlandia, kita bisa tahu bahwa tidak hanya butuh waktu yang cukup lama untuk membangun pendidikan yang baik dan berkualitas, namun juga pemerintahan, parlemen, para elit politik, pihak-pihak yang terlibat di dunia pendidikan bahkan sampai masyarakat pun harus terlibat dalam membangun pendidikan yang baik dan berkualitas. Masyarakat harus menyampaikan aspirasinya, sedangkan para pemegang kebijakan harus memperhatikannya sehingga kebijakan yang mereka keluarkan selaras dengan situasi dan kondisi yang ada di masyarakat.

Kita tidak harus mencontoh persis sistem pendidikan Finlandia, karena kita memiliki sifat dan karakter bangsa yang berbeda. Yang harus kita contoh adalah semangat dan aksi nyata dari Finlandia dalam mewujudkan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas. Perlu kita sadari bahwa membangun pendidikan adalah memangun bangsa itu sendiri, karena kekayaan terbesar sebuah bangsa adalah manusianya, bukan sumber daya alamnya.

Penulis adalah Wakil Sekjen Majelis Pemuda Islam Indonesia (MPII) Pusat.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Islam, PonPes, Daerah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 10 Agustus 2016

“Selamatkan Kami Dari Kematian”

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Penduduk di sebuah kota di Suriah yang terkepung oleh pasukan Presiden Bashar Al-Assad meminta kepada dunia ”Selamatkan Kami dari Kematian” dalam sebuah surat terbuka yang menggambarkan kondisi yang memilukan dan penuh penderitaan.

Ratusan laki-laki, perempuan dan anak-anak di Mouadamiya telah meninggal dan ribuan lainnya terluka, kata mereka seperti dilansir oleh Saudi Gazette.

“Selamatkan Kami Dari Kematian” (Sumber Gambar : Nu Online)
“Selamatkan Kami Dari Kematian” (Sumber Gambar : Nu Online)

“Selamatkan Kami Dari Kematian”

Mouadamiya, yang berada di Barat Daya Damaskus, diduduki oleh pemberontak anti As’ad akhir tahun lalu dan pemerintah berusaha merebut kembali wilayah tersebut.

“Selama hampir satu tahun, kota Mouadamiya berada dalam pengepungan dengan tiada akses pada makanan, listrik, obat-obatan, komunikasi dan bahan bakar,” seperti tertulis dalam surat tersebut, yang disebarkan oleh pihak oposisi Suriah, Dewan Nasional Suriah pada Senin.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Penulis surat yang tidak menyebutkan nama, mengatakan, mereka harus berusaha keras untuk mendapatkan energi listrik guna menyalakan komputer, mengoneksikannya dengan internet dan mengirimkan email.

Syria National Council (NSC) mengatakan hampir 12 ribu orang menghadapi kelapangan dan kematian di Mouadamiya. Sekitar 90 persen wilayah tersebut telah hancur, hanya ada beberapa dokter dan penduduk terpaksa memakan dedaunan.

Valerie Amos, kepala divisi Kemanusiaan PBB mengatakan, meskipun pemerintah telah mengevakuasi 3000 penduduk pada bulan ini, ribuan lainnya masih terjebak di Mouadamiya.

Dia mengatakan, tim PBB ditolak masuk dalam wilayah tersebut.

Dokter di wilayah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa kelaparan menjadi parah dalam beberapa bulan terakhir. Organisasi Pengawas HAM Suriah mengatakan pada Senin, bahwa para pemberontak dan pasukan pemerintah bentrok di pinggiran Mouadamiya semalam dan tentara membom kota. 

“Kami minta rasa kemanusiaan anda untuk tidak melupakan kami,” kata surat tersebut. “Kami memohon anda untuk menyebarluaskan pesan ini ke seluruh dunia.” (mukafi niam)

Foto: Wikipedia

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim PonPes, Nasional Sang Pencerah Muslim

Selasa, 01 Maret 2016

#AyoMondok Jadi Trending Topic Teratas di Twitter

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Gerakan Nasional #AyoMondok yang telah diluncurkan oleh PP dan beberapa PW RMINU di Gedung PBNU, Senin (1/6) sore menjadi perbincangan deras para netizen di media sosial, terutama di twitter. Bahkan, tagar tersebut menempati trending topic teratas di media sosial yang kerap disebut mikro blog itu.

#AyoMondok Jadi Trending Topic Teratas di Twitter (Sumber Gambar : Nu Online)
#AyoMondok Jadi Trending Topic Teratas di Twitter (Sumber Gambar : Nu Online)

#AyoMondok Jadi Trending Topic Teratas di Twitter

Beragam kicauan yang disampaikan Netizen di twitter, mulai dari pengalaman dirinya ketika mondok, karakter pendidikan pondok pesantren, foto-foto unik, hingga ada juga yang meng-upload video dokumenter menarik tentang sebuah kisah perjalanan pondok pesantren.

“Asiknya nyantri itu belajarnya menyenangkan dan berkesan. Bab Thoharoh hingga Junub pun dikemas lucu dan bijak. Hikmahnya dapet,” kicau Akun twitter bernama @eloquence_99.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, akun bernama @Riffanpecros berkicau, bahwa pendidikan pondok pesantren tidak hanya menjadikan lulusannya jadi kiai, modin, ustadz, penceramah, dan guru.

“Buktinya banyak yang jadi menteri, jadi pengusaha sukses, bahkan jadi Presiden RI. Dan Kalau ada yang bilang mondok itu cuma mempelajari ilmu agama, buktinya saya bisa kuliah di kampus negeri, juga entrepreneur dan bisa IT,” ujar Riffan dalam tweetnya.?

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, akun bernama @moqsith memaparkan dalam kicauannya, bahwa di pesantren kita tak hanya belajar membaca Quran tapi juga bagaimana memahami Quran. Dengan belajar di pesantren, kita akan tahu, mana ajaran Islam dan mana tradisi masyarakat Arab. Dengan belajar di pesantren kita akan tahu variasi bacaan Quran bahkan hingga 14 jenis bacaan. Di pesantren kita juga belajar bab jihad. Tapi, makna jihad tak dipersempit hanya berupa perang.

“Yang hebat dari pesantren adalah keberhasilannya mmpersaudarakan seluruh santri yang datang dari seantero negeri. Pesantren memang terus berkembang dan berbenah. Sejumlah kekurangan terus dibenahi,” imbuh @moqsith dalam tweetnya.?

Gerakan ini didukung sepenuhnya oleh para pengasuh pondok pesantren di seluruh Indonesia. Selain itu, saat ini setiap pesantren sedang mempersiapkan diri untuk menyosialisasikan gerakan nasional #AyoMondok. Gerakan ini mempunyai konsekuensi, bahwa pondok pesantren wajib berbenah diri dengan optimal dari berbagai aspek agar mampu menciptakan lembaga dan lulusan berkualitas ala pesantren. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Anti Hoax, AlaSantri, PonPes Sang Pencerah Muslim

Selasa, 09 Juni 2015

Optimalkan Jaringan Pesantren untuk Gerakan Anti-Korupsi

Surabaya, Sang Pencerah Muslim. Sejumlah alim ulama se-Surabaya mengadakan halaqoh membangun gerakan pesantren anti korupsi, Ahad (30/8). Kegiatan dipungkasi dengan deklarasi sebagai komitmen mereka mengawal perbaikan di negeri ini lewat pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Optimalkan Jaringan Pesantren untuk Gerakan Anti-Korupsi (Sumber Gambar : Nu Online)
Optimalkan Jaringan Pesantren untuk Gerakan Anti-Korupsi (Sumber Gambar : Nu Online)

Optimalkan Jaringan Pesantren untuk Gerakan Anti-Korupsi

Dalam pandangan Wuryono Prakoso, Indonesia memiliki kekayaan alam dan sumber daya manusia yang sangat luar biasa. Bahkan dalam pandangan devisi pendidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini, banyak hal yang membuat Indonesia sebenarnya bisa lebih unggul dari negara manapun di dunia.?

"Tapi mengapa kita tertinggal? Tidak lain karena korupsi telah menggerogoti negeri ini," katanya.

Sang Pencerah Muslim

Namun demikian, ada potensi besar yang dapat dioptimalkan untuk meminimalisir atau bahkan meniadakan sama sekali korupsi di negeri ini yakni dengan tersebarnya ribuan pesantren. "Ada sekitar 27 ribu pesantren di Indonesia," katanya. Kalau setiap pesantren memiliki 300 santri saja, maka akan tersedia 8 juta lebih elemen yang bisa digerakkan untuk tujuan pemberantasan korupsi tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Pandangan lain disampaikan Laode M Syarif dari Partnership. Tahun 1961, Mohammad Hatta telah mengingatkan korupsi jangan sampai dibiarkan menjadi budaya di Indonesia. Karena itu sejumlah ikhtiar harus dilakukan agar kejahatan ini tidak merusak pembangunan dan capaian yang harus diraih bangsa.

"Kita masih memiliki harapan karena dalam pandangan masyarakat, ada beberapa elemen yang dipercaya masih bersih dari tidakan korupsi," kata salah seorang kandidat komisioner KPK ini. Secara rinci, ia menyebutkan masjid, gereja, pura, kantor pos, media dan lembaga swadaya masyarakat sebagai pihak yang bersih.?

Kondisi ini sangat berbalik dengan keberadaan kepolisian, kejaksaan, pengadilan, kantor imigrasi, kantor pajak, dan partai politik yang sudah dianggap sebagai sarang tindakan korupsi.

Baginya, keberadaan pesantren masih dipercaya masyarakat untuk bisa melakukan perbaikan di negeri ini dari tindakan korupsi. "Karena itu, pesantren harus berani mempertanyakan sejumlah bantuan yang akan diterima dari berbagai kalangan," terangnya.

Narasumber lain yakni Kiai Maruf Khozin mengemukakan hasil keputusan pertemuan sejumlah kiai dan ulama di Yogyakarta serta Muktamar Ke-33 NU yang memberikan perhatian kepada tindakan korupsi. "Bahkan NU telah menyepakati, dalam kondisi negeri yang sedang genting, maka para koruptor dan pelaku pencucian uang layak mendapat hukuman mati," kata aktivis bahtsul masail ini.

Di akhir acara, dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama gerakan pesantren anti-korupsi. Tampak bergabung Ahmad Suaedy dari Gusdurian, sejumlah pengasuh pesantren serta alim ulama dari Sidoarjo dan Surabaya. (Syaifullah/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, PonPes Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 16 Maret 2013

270 Pengurus Ranting NU Ikuti Workshop Managemen Organisasi

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Sedikitnya 270 orang pengurus ranting Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari empat kecamatan yaitu Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kraksaan, MWCNU Pajarakan, MWC NU Krejengan dan MWC NU Besuk, Senin (7/1) mengikuti kegiatan workshop managemen organisasi dan pemahaman tentang Aswaja di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MA NU) Kraksaan.

270 Pengurus Ranting NU Ikuti Workshop Managemen Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
270 Pengurus Ranting NU Ikuti Workshop Managemen Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

270 Pengurus Ranting NU Ikuti Workshop Managemen Organisasi

Kegiatan yang digagas oleh Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Kraksaan ini merupakan agenda rutin yang akan digelar di 13 MWC NU se PCNU Kraksaan selama bulan Januari 2013. Setiap Ahad, kegiatan ini diikuti oleh pengurus ranting NU dari 4 (empat ) MWC NU.

Dalam workshop ini, PC Lakpesdam NU Kraksaan mendatangkan dua orang pemateri. Mereka adalah Musafik selaku pengurus Aswaja Center Probolinggo dengan materi terkait keaswajaan dan Anas Naskhin yang menyampaikan materi terkait organisasi dan managemen ke-NU-an yakni mengupas seputar kontribusi NU dalam kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sang Pencerah Muslim

Hadir dalam workshop ini Ketua Tanfidziyah PCNU Kraksaan H. Nasrullah Ahmad Suja’i beserta segenap pengurus dan Ketua PC Lakpesdam NU Kraksaan Drs. Bahar MM beserta segenap pengurus.

Sang Pencerah Muslim

Koordinator Departemen Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) SDM pada PC Lakpesdam NU Kraksaan Muslimin Saba’ mengungkapkan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penguatan tentang managemen organisasi NU terutama terkait administrasi dan surat menyurat oleh pengurus NU baik yang berada di tingkat MWC maupun ranting.

“Selama ini penyusunan administrasi maupun surat menyurat yang dilakukan pengurus NU sudah sangat bagus. Namun semua itu masih perlu ditingkatkan lagi. Oleh karenanya kami mencoba melakukan penguatan dan pemantapan agar lebih baik,” ungkapnya.

Muslimin yang memimpin langsung proses pelaksanaan pelatihan juga memberikan buku panduan administrasi (surat-menyurat) yang menjadi rujukan adminitrasi pengurus NU. Tidak hanya itu, dalam kesempatan tersebut juga dilakukan pemahaman tentang keaswajaan yang merupakan ruh dari perjuangan para ulama NU.

Peserta workshop terlihat sangat antusias dalam mengikuti acara tersebut. Hal ini dibuktikan dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan dengan sangat kritis kepada kedua pemateri.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Syamsul Akbar

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Sejarah, PonPes Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock