Tampilkan postingan dengan label Pemurnian Aqidah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemurnian Aqidah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Februari 2018

Takbir Keliling Pengungsi di Seminari

Sleman, Sang Pencerah Muslim

Posko Merapi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (PWNU DIY) bagian pendampingan anak mengadakan takbir keliling. Takbir Keliling yang digelar pada malam Idul Adha (16/11) diadakan di dua tempat, posko Seminari Kentungan, jalan Kaliurang kilometer 7,3 dan di posko di Desa Tlogogdadi, Turi, Sleman.



Takbir Keliling Pengungsi di Seminari (Sumber Gambar : Nu Online)
Takbir Keliling Pengungsi di Seminari (Sumber Gambar : Nu Online)

Takbir Keliling Pengungsi di Seminari

Koordinator devisi pendampingan anak Posko PWNU, Ghozi Nurul Islam, mengatakan anak-anak yang turut serta mengikuti takbir keliling dari posko Seminari berjumlah 75, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sedangkan yang di Tlogodadi tidak kurang dari 90 anak.

“Takbir keliling ini salah satu bentuk aktivitas untuk mengurangi kejenuhan anak-anak. Kegiatan ini juga bertujuan melestarikan tradisi takbir keliling. Ini tradisi bagus. Ya, olah raga juga. Mengenal lingkungan tempat tinggal semenentara. Pokoknya ini banyak manfaatnya, meskipun tanggal yang tertera di spanduk salah, mestinya 10 Dzulhijjah, tapi ditulis 9,” ujar Ghozi sambin tersenyum.

Sang Pencerah Muslim

“Anak-anak tampak senang diajak jalan-jalan, putar-putar kampung, bawa obor, menabung alat musik seadanya, sambil bertakbir,” tambanya. 

Sang Pencerah Muslim

Dalam kesempatan itu, Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cabang Kota Yogyakarta, Mohammad Zaimul Umam, menyatakan acara takbir keliling di Seminari Kentungan ini membuktikan bahwa pengungsi muslim yang ditampung di Seminari yang Katolik tidak ada masalah.

“Kami yang muslim dapat menjalankan aktivitas keagamaan dengan leluasa. Dan mereka yang Katolik, yang jadi tuan rumah, juga merasa nyaman, tidak ada yang merasa terganggu. Takbir keliling ini kreasi kita semua. Kami punya ide, mereka mendukung,” kelas Zaimul Umam yang turut takbir keliling di Seminari. (mz/hh)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Santri, Pemurnian Aqidah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 24 Januari 2018

Tepuk Pundak untuk Jamaah

Salah satu hal yang lazim dilakukan dalam shalat sehubungan dengan proses jamaah adalah menjadikan seseorang sebagai imam dengan cara menepuk pundaknya di tengah-tengah shalat. Secara fiqih hal ini dibolehkan (mubah), bahkan disunnahkan jika tepukan itu memberi tanda bahwa yang bersangkutan telah didaulat menjdi imam. Sebagaimana diterangkan dalam Fathul Mu’in

 

(? ?) ? ? (? ? ? ? ?) ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ?, ? ? ? ? ? ?.

Tepuk Pundak untuk Jamaah (Sumber Gambar : Nu Online)
Tepuk Pundak untuk Jamaah (Sumber Gambar : Nu Online)

Tepuk Pundak untuk Jamaah

 

“Niat menjadi imam atau berjama’ah bagi imam adalah sunah, di luar shalat jum’ah, karena untuk mendapatkan keutamaan berjama’ah. Seandainya ia niat berjama’ah di tengah mengerjakan shalat maka ia mendapatkan keutamaan itu. Adapun dalam shalat jum’ah wajib baginya niat berjama’ah saat takbiratul ihram”.      

Dalil di atas menunjukkan kesunnahan niat sebagai imam walaupun niatnya baru ada di tengah shalat. Karena bagaimanapun juga shalat Jama’ah jauh lebih utama dari pada shalat sendirian.

Sang Pencerah Muslim

Akan tetapi jika sekiranya tepukan di pundak itu terlalu keras hingga mengagetkan imam dan membatalkan shalatnya, maka hukumnya menjadi haram. Sebagaimana diterangkan dalam kitab Mauhibah Dzil Fadl

 

(?) ? ? ? (?) ? ? ? (? ? ? ?) ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. (? ? ? ? ? ?) ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

 

“Haram bagi siapa pun bersuara keras jika mengganggu jama’ah yang lain, baik di dalam shalat maupun di luar shalat karena membahayakan, seperti (memperingatkan) orang yang sesat, orang yang membaca atau orang yang tidur. Tidak boleh mengganggu walaupun terhadap orang yang fasik karena kefasikan itu tidak ada yang tahu kecuali dirinya. Pendapat yang mengharamkan tersebut itu jelas, namun bertentangan dengan pendapat dalam kitab al-Majmu’ dan sesamanya. Tidak diharamkannya jika kesemuanya tidak terlalu mengganggu.

Sang Pencerah Muslim

(Pengertian tidak haram jika gangguannya ringan), yakni yang dimaksud oleh mushannif (pengarang) adalah haram jika sangat mengganggu. Dalam ungkapan kitab al-I’ab bahwa keterangan dalam kitab al-Majmu’ (yang tidak mengharamkan) adalah jika tidak terlalu mengganggu kepada orang lain sehingga dapat ditoleransi, berbeda jika suara keras tersebut sampai membatalkan bacaan (shalat) secara keseluruhan, maka hukumnya haram”. (ulil)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pemurnian Aqidah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 09 Januari 2018

Hadapi Organisasi Anti-NKRI, Warga NU Bogor Diminta Tenang

Bogor, Sang Pencerah Muslim



Pada Hari Sabtu 8 Oktober 2016, PCNU Kota Bogor melantik Pengurus Ranting, MWC dan Lembaga NU se-Kota Bogor di Pesantren Al-Alawiyah, Tanah Sareal, Bogor. Turut hadir di dalam pembengkalan pelantikan, sesepuh NU Kota Bogor H Aji Hermawan.

Di hadapan Pengurus ranting, MWC dan Lembaga NU, Ketua PCNU Kota Bogor, Ifan Haryanto, berpesan agar pengurus PCNU tetap istiqomah pada kredo perjuangan, Membumikan Ajaran Aswaja, Menjaga Tradisi serta Menjaga Keutuhan NKRI.?

Hadapi Organisasi Anti-NKRI, Warga NU Bogor Diminta Tenang (Sumber Gambar : Nu Online)
Hadapi Organisasi Anti-NKRI, Warga NU Bogor Diminta Tenang (Sumber Gambar : Nu Online)

Hadapi Organisasi Anti-NKRI, Warga NU Bogor Diminta Tenang

Terkait kredo perjuangan menjaga keutuhan NKRI, Ifan Haryanto menyampaikan bahwa dalam menghadapi isu maraknya gerakan organisasi anti-NKRI di Kota Bogor, warga NU di Kota Bogor diharapkan tetap tenang dan tidak bertindak di luar koridor hukum. Jika gerakan anti-NKRI tersebut sudah pada tahap mengancam keutuhan NKRI, baru NU siap menjadi garda terdepan untuk menjaga keutuhan NKRI.?

“Menjaga keutuhan NKRI merupakan kewajiban setiap warga Nahdliyin, karena NU bukan hanya sekedar benteng NKRI, namun juga salah satu pendiri republik ini,” katanya.?

Ifan menambahkan berbagai bukti komitmen keindonesiaan telah ditunjukkan oleh para pendiri dan pejuang NU, dan sebagai warga NU wajar meneladani komitmen keindonesiaan para sesepuhnya.?

Sang Pencerah Muslim

“Salah satu pendiri Nahdlatul Ulama yaitu KH Wahab Chasbullah bahkan telah menciptakan lagu Yalal Wathan yang mengungkapkan rasa kecintaan terhadap tanah air Indonesia, pada tahun 1934, jauh sebelum Indonesia merdeka,” paparnya. (M Zimamul Adli/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pemurnian Aqidah, PonPes Sang Pencerah Muslim

Kamis, 04 Januari 2018

Memasuki Ujung Ramadhan Harusnya Ingat Diri

Surabaya, Sang Pencerah Muslim

Sebelum memulai kajian rutin yang dilangsungkan di Mushala PWNU Jatim, Ustadz Maruf Khozin mengingatkan bahwa kini umat Islam tengah berada di penghujung Ramadhan. Ada banyak hal yang harus dilakukan agar kaum Muslimin tidak merugi karena akan berpisah dari bulan penuh kebajikan tersebut.

Memasuki Ujung Ramadhan Harusnya Ingat Diri (Sumber Gambar : Nu Online)
Memasuki Ujung Ramadhan Harusnya Ingat Diri (Sumber Gambar : Nu Online)

Memasuki Ujung Ramadhan Harusnya Ingat Diri

"Di penghujung Ramadhan kita harusnya mengingat diri," katanya, Kamis (15/6). Termasuk dalam hal ini adalah bagaimana kemampuan untuk menahan nafsu. Menurut anggota dewan pakar PW Aswaja NU Center Jatim tersebut, justru di akhir Ramadhan kemampuan melawan hawa nafsu ini dipertaruhkan, lanjutnya.

Sebagai perumpamaan yang terus berulang, pada setiap akhir Ramadhan ada kecenderungan dalam berbelanja dan godaan jelang hari raya malah kian tinggi. "Kita hanya memindah nafsu ke malam hari," kata alumnus Pesantren Ploso Kediri tersebut. Menurutnya, saat siang memang tidak banyak yang dilakukan kaum Muslimin. Akan tetapi kala memasuki malam, justru diperbudak dengan nafsu. "Dari mulai nafsu makan hingga berbelanja," sergahnya.

Sang Pencerah Muslim

Ustadz Maruf kemudian membeberkan kegemaran makan dengan porsi yang lebih kala berbuka. "Karena alasan puasa, kala berbuka kita justru makan dan minum yang lebih enak," ungkapnya. Hal tersebut tentu akan berpengaruh kepada kegemaran berbelanja yang justru berlebihan.

"Demikian kala persiapan menuju hari raya," katanya. Yang ramai justru mall dan tempat belanja. Kalau pada sepuluh awal Ramadhan jamaah masjid dan mushala demikian semarak hingga menutup jalan dan gang, tidak saat ini, lanjutnya.

Sang Pencerah Muslim

Dalam pandangan Ustadz Maruf, sapaan akrabnya, ini menjadi bukti bahwa kaum Muslimin masih belum mampu menghayati esensi puasa. "Berbeda dengan para ulama dan kiai yang menjalankan puasa tidak hanya saat Ramadhan, juga di bulan yang lain," tandasnya.

Di ujung penjelasannya, Ustadz Maruf mengajak kaum Muslimin untuk benar-benar menghayati hakikat puasa. "Apalagi kini telah memasuki 10 hari terakhir dari Ramadhan, mari tingkatkan ibadah, kendalikan nafsu kita," pungkasnya. (Ibnu Nawawi)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pemurnian Aqidah, Pertandingan Sang Pencerah Muslim

Minggu, 24 Desember 2017

Mahasiswa STAINU di Maroko Rihlah Spiritual

Kenitera, Sang Pencerah Muslim. Untuk mengisi liburan yang selalu diagendakan di Maroko ketika datang  awal musim semi, para mahasiswa STAINU Jakarta yang sedang mengikuti kelas internasional  di Universitas Ibnu Tofail Kenitra-Maroko mengisi waktu luang dengan mengadakan rihlah spiritual.

Mahasiswa STAINU di Maroko Rihlah Spiritual (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa STAINU di Maroko Rihlah Spiritual (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa STAINU di Maroko Rihlah Spiritual

Ahad (14/4)kemarin mereka mengunjungi makam para ulama-ulama maroko, Ahad (14/4). Ketua rihlah, Minhajul Abidin mengatakan,  ada 5 tempat yang dikunjungi.

“Kali ini kita mengunjungi  makam Moulay Idris I (cucu Rasulullah dari jalur Abdullah al Kamil bin al Hasan  al Matsna bin al Hasan as Sibti bin Ali bin Abi Thalib, makam Syekh Abu Bakar bin al Arabi al Muafiri (pengarang kitab Ahkamu al Quran), makam Syekh Ahmad At Tijani (pendiri Thariqah at Tijaniyah), makam Moulay Idris II (putra dari Moulay Idris I) dan terahir yaitu salah satu masjid bersejarah  yang di dalamnya terdapat universitas tertua di dunia, al Qarawiyyin,” ujar Minhaj di depan rombongan ketika mobil baru meninggalkan Wisma mahasiswa STAINU Jakarta.

Sang Pencerah Muslim

Sebelum rombongan sampai di tempat tujuan, rombongan pun terlebih dahulu singgah di suatu tempat yang bernama Volubilis  atau oualili yang menyajikan pemandangan puing-puing kerajaan  Kristen romawi ketika sebelum Islam masuk ke Maroko.

Hafidzul Umam selaku ketua rombongan dalam obrolan santainya pun mengungkapkan bahwa tujuan dari rihlah kali ini adalah bukan hanya untuk mencari barokah dari para Ulama-Ulama Maroko saja tetapi untuk mengistirahatkan otak yang selalu dipacu setiap hari agar bisa segar kembali ketika hari pertama masuk kuliah.

Sang Pencerah Muslim

Selain mahasiswa STAINU Jakarta, rihlah spiritual itu juga diikuti oleh Syahbana Ali salah satu mahasiswa senior Indonesia di Maroko yang sedang berusaha meraih gelar masternya dan diikuti juga oleh sebagian mahasiswa Indonesia yang sedang  belajar di maroko.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Nizar Presto

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pemurnian Aqidah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 19 Desember 2017

Saat Banser Mencabut Katana

Oleh Teguh Kurniawan





Sebagai negara dengan mayoritas muslim, Indonesia beruntung memiliki NU. Ormas yang oleh Muhammad Rizieq Syihab dalam video ceramah di madinah di sebutnya sebagai kelompok tradisionalis. Berbicara komitmen terhadap bangsa, NU terbukti ikut berdarah mendirikan bangsa ini. 

Saat Banser Mencabut Katana (Sumber Gambar : Nu Online)
Saat Banser Mencabut Katana (Sumber Gambar : Nu Online)

Saat Banser Mencabut Katana

Berbicara jumlah massa dan khazanah keilmuan Islam, saya bertaruh anak-anak muda NU yang belajar di Pondok Pesantren itu jauh lebih mumpuni dibanding Felix Siauw. Mereka belajar Islam dari sumber babon, ilmu tafsir, bahasa arab dan gramatikalnya, kitab fiqih lintas madzhab, ilmu hadits hingga sex education adalah makanan mereka sehari hari di Pondok Pesantren.

Kematangan pengetahuan agama, militansi jamaah, jumlah anggota, dan memiliki garis komando jelas adalah keunggulan NU yang sulit di tandingi oleh organisasi Islam manapun. Tetapi NU tidak jumawa, komitmennya selaras dengan amanah pendiri bangsa ini menjadi negara bangsa bukan negara agama. Dengan segala kelebihannya, NU adalah benteng akhir pertahanan bangsa ini. Dan ruh itu yang di jaga NU, digaungkan dalam marsnya Ya lal wathon :

 

Sang Pencerah Muslim

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon/ Hubbul Wathon minal Iman/ Wala Takun minal Hirman/ Inhadlu Alal Wathon / Indonesia Biladi / Anta ‘Unwanul Fakhoma / Kullu May Ya’tika Yauma/ Thomihay Yalqo Himama/ Pusaka Hati Wahai Tanah Airku/ Cintaku dalam Imanku/ Jangan Halangkan Nasibmu/ Bangkitlah Hai Bangsaku/ Indonesia Negriku/ Engkau Panji Martabatku/ Siapa Datang Mengancammu/ Kan Binasa di bawah dulimu

Belakangan ini situasi tanah air mengharuskan kekuatan NU untuk kembali bangkit. Selama ini NU lebih banyak diam ketika dalam banyak kesempatan kelompok Islam anyaran seperti HTI terus-menerus menuding kaum selain mereka sebagai kafir. Dengan seenaknya mereka memvonis negeri ini sebagai negeri thoghut dan kafir, tidak pakai hukum Allah. Gerakan Islam Nusantara dihujat, NU sebagai jamaah liberal, penyembah kubur, tukang bid’ah, bahkan gelombang fitnah dialamatkan pada pucuk pimpinan NU, tetapi NU masih bersabar.  

Sang Pencerah Muslim

Namun saat provokasi ini mengancam integrasi bangsa dan eksistensi Pancasila, maka anak muda NU saatnya bergerak. Mereka bangkit melawan, musuh mereka adalah kelompok unyu-unyu pemimpi basah khilafah dan kelompok penebar benih radikalisme. Banser dan GP Ansor menunjukkan kekuatannya menjadi penjaga NKRI. Di Makassar mereka bentrok dengan HTI. Di Bogor dan Jakarta mereka menolak forum internasional khilafah HTI.

Di Jombang, Tulungagung, Jember, Sidoarjo dan Surabaya sudah menyatakan dengan keras tidak memberi ruang bagi HTI dan ormas anarkis di Jatim. Di Cilacap, Banser dan GP Ansor menyerukan HTI untuk kembali ke ajaran Islam yang sebenarnya. Di Semarang mereka menolak perilaku ormas anarkis. Di Takalar GP Ansor dan Banser, gagalkan konvoi HTI. Di Bandung, mereka menolak deklarasi HTI. Di Purbalingga, GP Ansor dan Banser hampir saja bentrok dengan HTI. Di Rembang sikapnya sama usir kelompok pemimpi khilafah

Berpuluh tahun NU menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia dalam kerangka agama yang sejuk dan berwibawa. NU ibarat klan keluarga Samurai Katsumoto dalam film The Last Samurai. Mereka adalah orang orang yang tidak pernah melupakan cikal bakal mereka, mereka setia pada tanah kelahiran, adat istiadat, dan juga leluhur mereka. Jika kemudian NU melalui Ansor dan Banser sudah bergerak mengangkat Katana-nya, artinya isyarat bangsa sedang terdzolimi. Benih radikalisme, bibit disintegrasi bangsa, sikap intoleran, ungkapan kebencian berjamur di mana-mana. 

Bukan Banser jika hanya diam, mereka bergerak serentak menunjukan taringnya. Hal itu yang kemudian membuat orang yang membenci Pancasila dan memimpikan negara Islam merengek, lebih tepatnya mengembik. Mereka melancarkan gelombang Fitnah pada Banser, video dan beragam fitnah dilancarkan dengan masif. 

Banser berjuang sendiri, dengan kesederhanaannya. Saya membayangkan saat orang seperti Kang Nen membubarkan konvoi khilafah mungkin dikantungnya hanya ada dua batang rokok dan uang untuk beberapa liter bensin, tapi untuk Indonesia Kang Nen melakukan dengan gembira. 

Ancaman terhadap NKRI sudah begitu nyata, kelompok radikalis dan pro khilafah telah masuk dengan masif hingga sekolah menengah, saat ini Banserlah pilar yang tersisa ketika gelombang virus radikalisme menyerbu negeri ini. Menyatukan kelompok pro khilafah ini dengan NU, rasanya tidak mungkin. Keislaman NU berakar pada tradisi, sedang mereka beragama dengan insting menaklukan. 

Satunya-satunya jalan negara harus memilih, NU yang telah terbukti komitmennya atau mereka yang ingin mengganti ideologi negara. Berharap anak-anak muda NU untuk mundur mengalah, tidak ada cerita Banser mundur perang. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah gambaran keberanian Banser. Pada masa ini HTI dan ormas yang mempunyai kecenderungan anarkis lahir saja belum.  

Namun membiarkan Banser berjuang sendiri rasanya tidak bijak. Kita harus hadir berdiri bersama mereka. Kita tidak ingin adegan terakhir dalam film The Last Samurai terjadi. Teringat sebuah adegan dalam Film itu saat Nathan Algreen memberikan Katana dari klan Samurai Katsumoto yang gugur di medan perang.

Pada saat menerima Katana itu Kaisar baru menyadari bahwa pemerintah telah mengorbankan hal paling berharga dari bangsanya yaitu akar budayanya sendiri. Kita tidak ingin menitikkan air mata saat menyaksikan Katana Banser Samurai terakhir penjaga bangsa ini diserahkan. 

Saatnya kita berdiri bersama Banser ikut menjaga bangsa ini melawan radikalisme dan intoleransi. Membantu sebisa kita jangan biarkan Banser sendiri, bergandengan tangan nengucapkan kalimat Kaisar dalam film The Last Samurai, "We can be modern country, we are wearing western clothes, we have railway, but we cannot forget WHO WE ARE."  Kang Nen, salam hangat secangkir kopi untukmu.

Ini adalah bagian dari artikel lama saya yang saya potong. Tulisan ini saya buat hampir setahun lalu berjudul "Banser The Last Samurai" seiring maraknya gelombang fitnah untuk Banser pasca insiden kaburnya Felix Siauw yang menolak menandatangani surat pernyataan setia pada Pancasila. Saya rasa tulisan ini relevan.

Penulis adalah Konsultan Media dan Aktivis Sosial.

*) Atas persetujuan penulis, tulisan opini di atas telah mengalami pengeditan di beberapa paragraf yang menyebut kata FPI.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pemurnian Aqidah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 06 Desember 2017

Tabayun Kunci Sukses Lawan Hoax

Jakarta,Sang Pencerah Muslim

Berita bohong atau dikenal hoax saat ini hampir meliputi beragam sendi kehidupan, mulai bisnis, kesehatan, pendidikan, politik, bahkan urusan agama. Hoax sengaja disebar pihak tertentu untuk dipercaya penerimanya. Biasanya tersebar luas melalui media sosial.

Tabayun Kunci Sukses Lawan Hoax (Sumber Gambar : Nu Online)
Tabayun Kunci Sukses Lawan Hoax (Sumber Gambar : Nu Online)

Tabayun Kunci Sukses Lawan Hoax

Hal itu dikatakan Ketua Litbang Lembaga Ta’lif wa Nasyr Nahdlatul Ulaa (LTNNU) Malik Mughni di sela diskusi dengan peserta menulis Sang Pencerah Muslim di kantor PBNU (12/5).

Apalagi ketika menjelang pemilihan umum baik pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden, hoax, semakin marak.

Sang Pencerah Muslim

“Tujuannya tidak lain untuk menjatuhkan dengan menggunakan berita bohong. Selain itu hoax juga sering digunakan untuk menebarkan kebencian dalam satu golongan dan pengagungan kepada golongan lain,” jelasnya.

Agar terhindar dari hoax, menurut Malik, adalah melakukan tabayun atau konfirmasi. Artinya kita tidak begitu saja percaya dengan berita yang diperoleh sebelum memastikan kebenarannya. Terutama berita dengan sumber yang tidak jelas.

Sang Pencerah Muslim

Malik juga menambahkan, saat ini NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia sering dihantam hoax dari pihak-pihak tertentu.

“Tentu saja itu sangat merugikan NU. Parahnya, media mainstream juga ikut termakan hoax,” kata Malik menegaskan.

Untuk menangkal hoax terhadap NU, LTNNU menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Kerja sama itu melibatkan para peneliti, pendidik, organisasi kepemudaan, pengamat, dan jurnalis di media-media mainstream. Mereka akan dipertemukan LTNNU pada konsolidasi nasional untuk mempertemukan gagasan mengimbangi media-media radikal dan berita-berita hoax.

“Kenapa itu dilakukan? Karena yang hoax itu tidak sesuai dengan ajaran Islam,” pungkasnya. (Mistra/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Pemurnian Aqidah, Nahdlatul Ulama Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock