Tampilkan postingan dengan label Hadits. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hadits. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Maret 2018

Wabup Lombok Timur: Lestarikan Peringatan Isra’ Mi’raj

Lombok Timur, Sang Pencerah Muslim. Peringatan isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad SAW yang berlangsung di Pondok Pesantren Sirojul Ulum Lombok Timur, Nusa Tenggara Timur, mendapat sambutan positif dari pemerintah kabupaten setempat. Wakil Bupati Lombok Timur H Khaerul Warisin mendorong warga terus melestarikan kegiatan serupa.

Khaerul menyampaikan hal tersebut dalam acara Rajaban 1435 H di Pondok Pesantren Sirojul Ulum yang berada di Desa Mamben Daya, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, Kamis (29/5). “Kegiatan semacam ini merupakan tradisi keislaman yang harus dipertahankan sebagai ciri dari Islam Nusantara,” ujarnya.

Wabup Lombok Timur: Lestarikan Peringatan Isra’ Mi’raj (Sumber Gambar : Nu Online)
Wabup Lombok Timur: Lestarikan Peringatan Isra’ Mi’raj (Sumber Gambar : Nu Online)

Wabup Lombok Timur: Lestarikan Peringatan Isra’ Mi’raj

Dalam kesempatan itu, ia juga mengaku memiliki perhatian besar terhadap pondok pesantren. Untuk tahun ini, katanya, telah dianggarkan sebesar Rp 11 miliar bagi pengembangan pondok pesantren se-Lombok Timur.

Sang Pencerah Muslim

H Ulumudin Akmal, salah seorang pengasuh Pesantren Sirojul Ulum menjelaskan, peringatan isra’ dan mi’raj menjadi agenda tahunan di Pesantren Sirojul Ulum setiap bulan Rajab. Kali ini kegiatan tersebut digelar bersamaan dengan peringatan hari lahir Pesantren Sirojul Ulum yang ke-11 sekaligus haul sesepuh para pendiri Pesantren, almarhum Tuan Guru H Zainuddin Arsyad dan almarhum Tuan Guru Abdul Muin.

Selain Wakil Bupati Lombok Timur, hadir pula pada majelis ini Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Lombok Timur H Imron Fauzi Haetami, serta para sesepuh NU Lombok Timur. Dalam kesempatan itu juga terdapat prosesi penyerahan Surat Keputusan Pengurus Besar NU nomor 353/A.II.04.d/04/2014 tentang Pengesahan PCNU Kabupaten Lombok Timur Masa Khidmah 2014-2019. (Darma Santosa/Mahbib)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits Sang Pencerah Muslim

Senin, 05 Maret 2018

Dua Amanah yang Diemban NU Menurut Kiai Said

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Genap berusia 92 tahun, Nahdlatul Ulama (NU) akan tetap memegang dua amanah yang diembannya, yakni agama dan tanah air.

Dua Amanah yang Diemban NU Menurut Kiai Said (Sumber Gambar : Nu Online)
Dua Amanah yang Diemban NU Menurut Kiai Said (Sumber Gambar : Nu Online)

Dua Amanah yang Diemban NU Menurut Kiai Said

Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj saat memberikan sambutan dalam rangka peringatan Harlah ke-92 NU di Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (31/1).

Dua hal penting dalam menjaga amanat keagamaan yang perlu dipegang teguh, yakni tawasut dan tasamuh. Tawasut berarti moderat, beradi di posisi tengah. Artinya, NU tidak radikal dan tidak liberal. Pun tidak tekstual atau hanya mengandalkan akal.

“Sikap moderat ini tidak akan terwujud kecuali harus didukung dengan ilmu pengetahuan,” katanya kepada ribuan warga NU yang memenuhi masjid tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Hal kedua yang mesti dipegang teguh dalam rangka mengemban amanah agama adalah tasamuh atau toleran. Rasulullah saw juga orang yang toleran. Ia hidup bersama warga yang berbeda agama. 

“Orang toleran itu berakhlak,” katanya.

Sementara itu, amanat menjaga tanah air (wathaniyah) adalah menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar Pancasila. “Pancasila tidak mengurangi keislaman, Islam tidak merusak Pancasila,” tegasnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah itu berharap agar NU bermanfaat, berguna, dan menjadi faktor penting untuk perdamaian dunia.

Sang Pencerah Muslim

Sebelum menyampaikan sambutannya, kiai asal Cirebon itu menerima cenderamata dari Duta Besar Kerajaan Arab Saudi Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi. Osama menyampaikan rasa syukur dan suatu kehormatan bisa berada di tengah para ulama NU.

Kegiatan yang diawali dengan salat Isya dan gerhana berjamaah itu dihadiri beberapa tokoh lainnya seperti Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang mewakili Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sosial Idrus Marham, Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Direktur Wahid Foundation Yeni Wahid, dan sebagainya.

Pada pertengahan acara, para pejabat tersebut menerima potongan tumpeng dari PBNU yang diwakili oleh Rais Aam Syuriyah PBNU KH Ma’ruf Amin, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Sekjen PBNU H Helmy Faisal Zaini, dan Ketua PBNU H Marsudi Syuhud. (Syakir Niamillah/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits, Humor Islam Sang Pencerah Muslim

Jumat, 02 Maret 2018

Di Macau, Kultur NU Tak Ditinggalkan

Macau, Sang Pencerah Muslim?

Walau pun hujan turun, saya tetap teruskan langkah. Payung bercorak loreng ala TNI Angkatan Darat saya pergunakan untuk melindungi tubuh ini dari tempaan hujan.

Ahad (18/6) adalah pagelaran Pondok Ramadhan Ahad terakhir, karena Ahad depan diperkirakan sudah memasuki Syawal. Pukul 14:15 saya dan Ustad Muhandis tiba di masjid. Suasana begitu syahdu oleh guyuran hujan di tengah Macau kala itu.?

Terdengar suara lantunan ayat suci Al-Qur’an. Jamaah waktu itu sudah hampir penuh. Bacaan Al-Qur’an dilanjutkan lantunan shalawat yang dibawakan Muslimat NU. Begitu acara dimulai, saya yang pertama diberi kesempatan untuk mengisi pengajian mulai pukul 14:30-15:30.?

Di Macau, Kultur NU Tak Ditinggalkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Di Macau, Kultur NU Tak Ditinggalkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Di Macau, Kultur NU Tak Ditinggalkan

Jamaah terlihat bersemangat dan khusuk. Ada beberapa yang merekam melalui video ponsel, ada yang mencatat, ada dang hanya jiping (ngaji kuping). Sebagaimana kultur NU, hambar rasanya jika tak ada gelak tawa yang mewarnai pengajian dengan tema "Ihsan kepada Makhluk Allah".?

Namun demikian, esensi dakwah tetap yang utama, jangan sampai tergantikan oleh syahwat sekadar ingin membuat orang tertawa. Di sinilah saya menerapkan kehati-hatian.

Saya sampaikan, sikap ihsan bisa terhadap Allah, juga berlaku pada makhluk-makluk-Nya. Ihsan kepada manusia misalnya bila melihat orang lain sebagai diri kita sendiri.?

Sang Pencerah Muslim

“Kita berupaya untuk bersimpati dan berempati terhadap orang lain. Dari sini akan lahir darinya sikap yang penuh cinta, kasih sayang dan kebijaksanaan,” saya menjelaskan.

Dalam Al-Shahihain, Nabi SAW bersabda, "Imanmu belum sempurna sampai engkau mencintai saudaramu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri." Juga sebagaimana ia mencintai kebaikan dan membenci keburukan buat dirinya, demikian juga terhadap saudaranya. Senang melihat saudaranya senang, dan ikut merasakan kesusahan ketika saudaranya mengalami kesusahan, bukan sebaliknya.

Orang yang paling utama untuk kita perlakukan dengan ihsan ialah orang tua. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Israa ayat 23-24, “Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik (ihsan) kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah,” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil."

Sang Pencerah Muslim

Selain kepada orangtua, kita juga diperintahkan berbuat baik (ihsan) kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki seperti tersebut dalam Surat Annisa ayat 36.

Ihsan juga berlaku pada hewan. Nabi bersabda, "Jika kalian menyembelih berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya" (HR. Muslim).

Ihsan memang berlaku pada segala sesuatu, termasuk ihsan kepada lingkungan, alam raya, dan tanah air. Ketiganya perlu kita jaga, lestarikan, dan tidak merusaknya bahkan kita perlu mengembangkannya sebagai khalifah di muka bumi.

Ihsan menurut ulama lebih luas maknanya dari adil. Jika adil sekedar menggugurkan kewajiban, maka ihsan bekerja lebih dari yang dituntut. Jika adil menunaikan sekedar haknya seseorang, ihsan lebih dari itu sehingga rasa cinta, kasih sayang serta saling tolong menolong bisa tumbuh sebabnya.

Jika adil ialah apabila ia dipukul, ia membalas pukulan sesuai kadar pukulan tersebut, maka ihsan ialah memaafkannya. Berbuat baik pada yang berbuat baik pada kita itu adil, namun berbuat baik walau orang lain mendzalimi itulah ihsan.

Singkatnya Ihsan yang tertanam dalam dirinya akan mudah memaafkan orang yang menyakiti, menyambung (shilah) persaudaraan bagi yang memutusnya. Dan memberi seseorang yang tidak pernah memberinya.?

"Betapa indahnya ajaran Islam," tutup saya.?

Usai pengajian, kami berdua rupanya ditunggu oleh wartawan asal Portugal, Claudia Aranda yang kemudian banyak bertanya tentang kegiatan keislaman di sini, motivasi datang ke Macau. Claudia juga bertanya tentang Islam Sunni Syiah, tak ketinggalan isu hangat di Jakarta seputar toleransi beragama, dan isu politik yang saat ini sudah mulai mencair.?

"Obrigado," ucap saya pada Claudia dalam bahasa Portugal yang berarti terima kasih. (Saepuloh, anggota Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) LDNU yang ditugaskan ke Macau. Kegiatan ini bekerjasama dengan LAZISNU)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits Sang Pencerah Muslim

Jumat, 16 Februari 2018

PBNU Diprotes Tokoh-tokoh Muslim Dunia Soal Sanksi Iran

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Meski tak turut campur dalam pengambilan keputusan pemerintah Indonesia yang mendukung pemberlakuan sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Iran terkait program nuklirnya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima banyak protes dari tokoh-tokoh muslim dunia.

Hal itu diungkapkan Ketua Umum PBNU Dr KH Hasyim Muzadi kepada Sang Pencerah Muslim di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (26/3). Menurutnya, tokoh-tokoh muslim dunia sangat kesal dan memprotes keras sikap Indonesia yang menyetujui sanksi DK PBB terhadap Iran. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, katanya, Indonesia tak pantas menyepakati sanksi tersebut.

”Saya sendiri kewalahan menerima kontak dari ulama-ulama terkemuka dunia yang mengungkapkan kekecewaan, kekesalan serta protes keras atas terlibatnya Indonesia dalam menyetujui sanksi PBB terhadap Iran. Karena Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia, pelopor gerakan Nonblok dan eksponen penting OKI (Organisasi Konferensi Islam, Red),” tutur Presiden World Conference on Religion and Peace itu.

PBNU Diprotes Tokoh-tokoh Muslim Dunia Soal Sanksi Iran (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Diprotes Tokoh-tokoh Muslim Dunia Soal Sanksi Iran (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Diprotes Tokoh-tokoh Muslim Dunia Soal Sanksi Iran

DK PBB menjatuhkan sanksi bagi Iran melalui Resolusi 1747 pada Ahad (25/3). Rancangan resolusi yang dirumuskan Inggris, Prancis, dan Jerman itu disepakati secara bulat oleh 15 negara anggota DK PBB, termasuk Indonesia.

Resolusi ini memperluas sanksi atas Iran yang ditetapkan pada Desember 2006 dalam Resolusi 1737. Di antara isi Resolusi 1747 adalah larangan secara menyeluruh ekspor senjata Iran maupun pembatasan penjualan senjata ke Iran. Isi resolusi juga membekukan aset milik 28 lembaga atau perorangan yang berhubungan dengan program nuklir dan rudal Iran.

Sang Pencerah Muslim

Iran juga dibatasi untuk memperoleh bantuan keuangan. DK PBB memberi batas waktu 60 hari setelah resolusi agar Iran menghentikan program nuklirnya. Jika diabaikan, DK PBB bisa mengambil langkah yang lebih pantas berupa sanksi ekonomi, bukan militer.

Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu mensinyalir, Amerika Serikat (AS) merupakan aktor utama di balik penjatuhan sanksi terhadap Iran. Sehingga pemerintah Indonesia pun tak berani mengambil sikap berseberangan dengan negara adidaya itu.

“Ternyata (pemerintahan) Megawati (Soekarnoputri) mempunyai kadar keberanian lebih tinggi dari pemerintah sekarang. Karena dulu Megawati berani menolak agresi Presiden AS Goerge W Bush ke Irak tanpa bermusuhan dengan Amerika,” sesal Hasyim yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur.

Sang Pencerah Muslim

Hasyim mengimbau kepada elit politik di negeri ini agar bisa belajar dari sejarah para pemimpin dunia yang mendukung AS. Menurutnya, sebagian besar para pemimpin dunia yang membela AS itu, saat jatuh dari kepemimpinannya tak satupun yang mendapat perlindungan dari negara yang gemar membuat kekacauan itu.

”Mereka, seperti Marcos, Idi Amin, Duvalier, Nguven Van Theu dan lain sebagainya, tak ada yang ditolong Amerika Serikat setelah jatuh. Mungkin saja Indonesia nanti juga demikian,” ungkap mantan Pengurus Wilayah NU Jawa Timur itu.

Sebelum terlambat, ia meminta elit politik di Indonesia untuk ’tobat’ dengan tidak lagi menjadi agen AS. Karena, menurutnya, negara tersebut bukanlah negara yang setia terhadap negara lain, karena hanya setia terhadap kepentingan sesaat yang menguntungkan diri sendiri.

”Elit politik Indonesia hendaknya sadar sebelum terlambat. (George W) Bush bukanlah orang yang setia kawan, hanya setia kepentingan sesaat. Di Amerika Serikat sendiri, Bush dikritik pedas oleh rakyatnya. Bagaimana kita bisa menjadi bagian dari foreign policy Bush?,” gugat Hasyim. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pahlawan, Hadits, Fragmen Sang Pencerah Muslim

Rabu, 31 Januari 2018

Mahasiswi Malaysia Minati Karya Syekh Ramadan Al-Buthy di NU Expo

Surabaya, Sang Pencerah Muslim - Perhelatan NU Expo 2016 di Jatim Expo International Surabaya yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) membawa berkah bagi para penerbit yang terhimpun dalam Asosiasi Penerbit Nahdlatul Ulama (Asbitnu). Perhelatan yang digelar sejak Rabu hingga Sabtu (21-24/12) ini menyediakan ratusan judul buku dan kitab termasuk karya Syekh Said Ramadan Al-Buthy.

Banyaknya stan buku dan kitab ini menjadi daya tarik sejumlah kalangan untuk berkunjung sekaligus membeli sejumlah karya beraliran Ahlussunah wal Jamaah itu. "Kami tertarik dengan kitab karangan Syekh Said Ramadan Al-Buthy karena pemikirannya banyak dikaji di Malaysia," kata Nurul Maziah binti Mohammad Nur, Kamis (22/12) malam.

Mahasiswi Malaysia Minati Karya Syekh Ramadan Al-Buthy di NU Expo (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswi Malaysia Minati Karya Syekh Ramadan Al-Buthy di NU Expo (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswi Malaysia Minati Karya Syekh Ramadan Al-Buthy di NU Expo

Mahasiswi University of Malaya yang kini mengikuti pertukaran di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga Surabaya ini hadir bersama sejumlah mahasiswi lain ke NU Expo 2016 dan tertarik dengan koleksi di stan Asbitnu.

"Karya dan pemikiran Syekh Said Ramadan Al-Buthy sangat sesuai dengan isu kekinian," katanya memberikan alasan. Karena itu sejumlah kitab karya ulama Suni kelahiran Buthan Turki itu demikian menjadi rujukan di Malaysia.

Sang Pencerah Muslim

Sejumlah judul kitab seperti Dhawabitul Mashlahah fis Syariatil Islamiyyah, Wa Hadzihi Musykilatuna, juga Min Sunanillahi fil Ibadah menjadi incaran para mahasiswi tersebut.

Sang Pencerah Muslim

"Judul kitab yang ada kami informasikan kepada dosen di University of Malaya," katanya. Selanjutnya yang sesuai dengan kajian akan dibeli untuk dikirim ke salah satu kampus ternama di negeri Jiran tersebut.

A Firdaus dari Pustaka Compas yang juga menjaga stan Asbitnu sangat mengapresiasi perhatian mahasiswa dari Malaysia tersebut. "Alhamdulillah bila stan kami dapat memberikan informasi sekaligus menjembatani kebutuhan pengunjung terkait literatur berhaluan Aswaja," katanya.

Selanjutnya kegiatan pameran buku dan kitab seperti ini akan menjadi bahan evaluasi bagi pameran yang digagas Asbitnu dalam kesempatan mendatang. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits Sang Pencerah Muslim

Senin, 29 Januari 2018

Doa Basuh Kaki Kiri saat Wudhu

Kaki kiri adalah anggota tubuh terakhir yang dibasuh saat berwudhu. Meratakan air ke seluruh bagiannya minimal dari ujung kuku hingga atas mata kaki merupakan sebuah keharusan. Doa berikut ini dianjurkan dibaca saat membasuh kaki kiri saat berwudhu.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Doa Basuh Kaki Kiri saat Wudhu (Sumber Gambar : Nu Online)
Doa Basuh Kaki Kiri saat Wudhu (Sumber Gambar : Nu Online)

Doa Basuh Kaki Kiri saat Wudhu

Allâhumma innî a‘ûdzubika an tazilla qadamayya ‘alas shirâti yauma tazillu aqdâmul munâfiqîna fin nâri.

Sang Pencerah Muslim

Artinya, “Wahai Tuhanku, aku berlindung kepadamu dari jatuhnya dua kakiku di atas shirath pada hari berjatuhan kaki semua orang-orang munafiq di dalam neraka,” (Lihat Sayid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta). (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Jadwal Kajian, Hadits Sang Pencerah Muslim

Jumat, 26 Januari 2018

Rangkaian Doa Sehabis Berwudhu

Berikut ini adalah rangkaian doa sesudah selesai wudhu. Doa-doa ini sebaiknya diucapkan ketika kita keluar dari tempat berwudhu, sambil menengadahkan tangan, menghadap kiblat, dan dilakukan cukup dengan berdiri saja. Doa-doa ini kami sarikan dari karya Imam Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihâyah al-Zain, hal. 34.

Doa tersebut ialah: 

Rangkaian Doa Sehabis Berwudhu (Sumber Gambar : Nu Online)
Rangkaian Doa Sehabis Berwudhu (Sumber Gambar : Nu Online)

Rangkaian Doa Sehabis Berwudhu

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Asyhadu al lâ ilâha illaLlâh wahdahu lâ syarîka lah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasûluhu. Allahumma ij’alni minat tawwâbîna waj’alni minal mutathahhirîn. Subhânaka Allâhumma wa bihamdika asyhadu al lâ ilâha illa Anta astaghfiruka wa atûbu ilaik. Wa shallaLlâhu ‘ala sayyidina Muhammad wa `âli Muhammad.

“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku sebagian dari orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku sebagian dari orang yang suci. Maha suci engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau, aku meminta ampunan pada-Mu, dan bertaubat pada-Mu. Semoga berkah rahmat Allah senantiasa terlimpahkan pada nabi Muhammad dan keluarganya.”

Sang Pencerah Muslim

Selanjutnya, bila masih sempat, artinya tidak terburu-buru karena semisal waktu shalat akan habis, atau shalat jama’ah akan segera didirikan, maka sebaiknya dilanjutkan dengan membaca surat al-Qadr 1, 2 atau 3 X, dan dilanjutkan dengan doa:

 

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Allahumma ighfir li dzanbî wa wassi’ fî dâri, wa bârik fî rizqiî, wa lâ taftinî bi mâ zawaita ‘annî.

“Ya Allah, ampuni dosaku, lapangkan tempat tinggalku, berkahi aku dalam rizqi, dan jangan Engkau fitnah aku dengan halangan dari-Mu”.

Tatakrama selanjutnya ialah, sebaiknya tidak mengelap air sisa wudhu yang menempel di tubuh, khusunya menggunakan handuk atau sapu tangan. Ini karena wudhu merupakan ibadah, maka air wudhu yang menempel pada tubuh kita merupakan air yang penuh keberkahan ibadah. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Syirazi dalam kitab Al-Muhadzdzab juz I, hal. 44:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Dan disunnahkan tidak mengelap anggota tubuh dari sisa basah sehabis wudhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Maimunah RA yang berkata: “Aku menghampiri Rasulullah SAW sesudah beliau bersuci, kemudian memberikan handuk pada beliau, dan beliau menolaknya. Alasan lain ialah karena sisa basah wudhu tersebut merupakan efek ibadah, maka sebaiknya tidak dihilangkan”. Wallahu a’lam. (Muhammad Ibnu Sahroji)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Hadits Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

Kiai Said: Menjadi Radikal Mudah, Menjadi Moderat Susah

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Saat menerima audiensi Pengurus Pusat Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PP KMNU), Jumat (29/12) di Gedung PBNU Jl Kramat Raya No 164, Jakarta Pusat, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyampaikan, tantangan kehidupan bernegara saat ini cukup berat.

Kiai Said: Menjadi Radikal Mudah, Menjadi Moderat Susah (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Said: Menjadi Radikal Mudah, Menjadi Moderat Susah (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Said: Menjadi Radikal Mudah, Menjadi Moderat Susah

"Untuk menjadi radikal sangatlah mudah, namun untuk tetap teguh bersikap, moderat itulah yang susah. Dibutuhkan komitmen kuat untuk tidak condong kiri dan tidak pula condong kanan," tutur Kiai Said.

Aaudiensi PP KMNU sendiri bermaksud meminta Kiai Said berkenan membuka Musyawarah Nasional ke-4 KMNU yang akan dilaksanakan di Bogor pertengahan Januari 2018.

Kiai Said menambahkan, berbagai macam amanah jamiyah harus dilaksanakan dengan kebersamaan di tengah berbagai persoalan yang ada seiring dengan perkembangan zaman.

"Amanah NU sangat banyak, tugas ini harus dikerjakan bersama-sama. Walau banyak fitnah yang ditujukan kepada kita, jangan pernah menyerah. Percayalah bahwa mengurusi NU insyaallah banyak berkahnya," imbuh Kiai Said.

Sang Pencerah Muslim

Hamzah Alfarisi, Presidium Nasional (Presnas) I KMNU mengungkapkan, apa yang dikerjakan KMNU tidak ada niat untuk menjadi saingan siapa pun.

Sang Pencerah Muslim

"Sebagai santri kami hanya ingin dapat berkontribusi, mengambil peran yang masih kosong dan pada akhirnya bisa saling melengkapi untuk mengerjakan tugas NU yang sangat besar tersebut," tuturnya melalui rilis, Senin (1/1).

Terkait kegiatan Musyawarah Nasional ke-4 KMNU, Hamzah menjelaskan kegiatan diikuti oleh 24 KMNU Perguruan Tinggi se-Indonesia dan Malaysia.

"Kiai Said mengungkapkan bahwa ia bersedia dan siap hadir di Pembukaan Munas ke-4 KMNU nanti," kata Hamzah.

Mendampingi Hamzah, rombongan disertai 12 orang anggota lainnya yang merupakan pengurus KMNU Nasional, Panitia Munas ke-4, dan perwakilan KMNU Perguruan Tinggi antara lain KMNU IPB,  KMNU STIS, dan Iman STAN.(Muhammad Faizin/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits, PonPes Sang Pencerah Muslim

Minggu, 07 Januari 2018

Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok

Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengajarkan, "Bajumu akan memuliakanmu sebelum engkau duduk, sedangkan ilmumu akan memuliakanmu setelah engkau duduk."

Seorang kiai yang sangat alim dari Kudus bernama Kiai Raden Asnawi berkeinginan membuktikan kebenaran ucapan Imam Ali tersebut. Suatu saat beliau bertandang ke rumah salah seorang pemilik perusahaan rokok di kota itu. Ia bernama Turaikhan. Kiai Asnawi mendatangi rumah Turaikhan dengan pakaian biasa layaknya orang umum, tidak berpakaian yang seperti biasa beliau pakai.

Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok

Saat sampai di sana beliau ditemui oleh seorang pembantu. Kepada pembantu itu beliau minta bertemu dengan sang juragan, Turaikhan. Maka sang pembantu masuk untuk menyampaikan keinginan tamunya. Sementara Kiai Asnawi duduk menunggu di ruang tamu. Namun hingga sekian lama sang pemilik rumah belum juga keluar. Maka Kiai Asnawi bangkit dan  segera pulang.

Tak berapa lama kemudian beliau kembali mendatangi rumah Turaikhan. Kali ini beliau berpakaian rapi dan mewah; berjas dengan rantai kecil menghias di dadanya. Beliau juga mengendarai seekor kuda yang besar dan gagah. Saat itu kuda adalah tunggangan kalangan papan atas.

Sesampainya di depan rumah Turaikhan, Kiai Asnawi tak segera turun. Sementara pemilik rumah yang mendengar ada suara kuda di depan rumahnya segera beranjak ke luar untuk menyambut tamunya. Dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui yang datang seorang kiai besar yang sangat dihormati. Maka dengan segera dan penuh senang hati Turaikhan mempersilakan Kiai Asnawi untuk masuk rumah.

Sang Pencerah Muslim

Namun di luar dugaan Kiai Asnawi menolak seraya berkata, "Aku tak mau, aku mau pulang saja. Tadi aku datang ke rumahmu dengan pakaian biasa ditemui seorang pembantu dan aku menunggumu lama tak segera keluar. Kini setelah aku berpakaian seperti ini dan menunggang kuda engkau segera keluar menemuiku. Tidak, aku tak mau. Engkau tidak menyambut dan menghormatiku, engkau hanya menyambut dan menghormati kudaku."

 

(Diceritakan oleh KH. Subhan Makmun dalam kajian kitab "Tafsir Munir" di Islamic Center Brebes)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Hadits, Budaya Sang Pencerah Muslim

Jumat, 05 Januari 2018

Peristiwa Ajaib Pertobatan Sang Pemabuk

Jika ada kemauan pasti ada jalan. Entah kapan awal mula pepatah masyhur ini muncul. Tetapi, kebenarannya teruji berkali-kali di hampir setiap zaman. Karena “mau”, seorang pemuda pemabuk pada masa Umar bin Khathab, tak hanya mendapat “jalan” tapi juga keajaiban.

Kisah tersebut bermula ketika Umar bin Khathab berjalan-jalan di lorong Kota Madinah. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang pemuda. Amirul Mu’minin tahu, ada sesuatu di balik bajunya.

Peristiwa Ajaib Pertobatan Sang Pemabuk (Sumber Gambar : Nu Online)
Peristiwa Ajaib Pertobatan Sang Pemabuk (Sumber Gambar : Nu Online)

Peristiwa Ajaib Pertobatan Sang Pemabuk

Umar bin Khathab yang penasaran pun menanyakan kepada sang pemuda perihal benda yang disembunyikan tersebut. Karena malu, pemuda ini tak lantas menjawab pertanyaan umar. Siapa tak gugup, ketika kepergok membawa minuman keras (khamr) di hadapan “Singa Padang Pasir”?

“Tuhanku, jangan Engkau membuka rahasiaku. Dan janganlah Engkau permalukan diriku di hadapan Umar bin Khathab. Tutuplah semua itu. Dan aku berjanji, tidak akan minum minuman keras lagi untuk selama-lamanya,” gumam pemuda itu dalam hati.

Sang Pencerah Muslim

Kehadiran Umar ternyata sanggup menggerakkan komitmen pemuda itu untuk mengakhiri perbuatan terlarangnya. Tekadnya untuk bertobat betul-betul sudah bulat. Tapi, sang pemuda tak bisa menghindar dari pertanyaan Umar bin Khathab.

Sang Pencerah Muslim

“Ya Amiral-Mu’minin, aku membawa cukak,” aku sang pemuda berusaha menutupi aibnya.

“Bukalah hingga aku mengetahui apa sebenarnya yang berada di balik bajumu.”

Pemuda itu lalu mengeluarkan benda yang ada di balik bajunya. Ajaib, minuman keras itu tiba-tiba sudah berubah menjadi cukak segar yang bisa dinikmati. Cerita ini bisa kita simak di kitab Al-Minahus Saniyah karya Abdul Wahhab Asy-Sya’rani terjemahan Zaid Husein Al-Hamid.

Hikayat di atas merupakan secuil bukti bahwa kejahatan seseorang sesungguhnya sudah menemukan jalan terang sejak niat memperbaiki diri menghujam di dada. Namun demikian, sebagai niat, ia tetaplah pada level permulaan.?

Abdul Wahhab Asy-Sya’rani mengurai lagi tahapan-tahapan tobat untuk mencapai pada puncak kesucian diri. Pertama adalah bertobat dari dosa-dosa besar, kemudian dari dosa-dosa kecil, dari perkaran yang dibenci (makruh), lalu dari perkara yang menyalahi keutamaan.

Selanjutnya, bertobat dari prasangka baik terhadap diri sendiri, dari prasangka bahwa dirinya adalah kekasih Allah, dari prasangka bahwa dirinya sudah benar-benar bertobat, dan akhirnya bertobat dari kehendak hati yang tidak diridlai oleh Allah. Puncaknya adalah bertobat setiap kali alpa dari mengingat Allah, meskipun hanya sekejap. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits Sang Pencerah Muslim

Jangan Gunakan Politik Khawarij, Vonis Kafir Kelompok Lain!

Tangerang, Sang Pencerah Muslim

Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Binamadani KH Suaidi mengajak agar masyarakat, khususnya para mahasiswa tidak mudah diadu domba dengan isu politik yang dibalut agama.

Jangan Gunakan Politik Khawarij, Vonis Kafir Kelompok Lain! (Sumber Gambar : Nu Online)
Jangan Gunakan Politik Khawarij, Vonis Kafir Kelompok Lain! (Sumber Gambar : Nu Online)

Jangan Gunakan Politik Khawarij, Vonis Kafir Kelompok Lain!

"Manusia itu makhluk berbudaya. Apalagi Islam mengajarkan persatuan dan kesatuan. Jangan sampai terkecoh," pesan Suaidi saat menjadi pembicara pada Diskusi Politik Islam, Sabtu (14/1) siang, di Aula STAI Binamadani, Tangerang.

Pengasuh Pondok Pesantren al-Hidayah as-Suaidiyah Kebon Kopi ini menjelaskan, manusia dalam bahasa Arab disebut al-insan. Secara gramatikal Arab, kata al-insan berasal dari tiga akar kata, yakni anas, anisa, dan nasiya. Kata itu memiliki banyak arti antara lain damai, berilmu, dan beradab.

Sang Pencerah Muslim

"Dari situ, kita mesti menjaga kedamaian. Apalagi sebagai umat Islam. Ketum PBNU sering menjelaskan Islam bukan sekadar agama akidah dan syariat. Islam itu juga agama budaya, agama peradaban," jelasnya.

Menurutnya, Rasulullah telah mencontohkan berpolitik yang santun. Suaidi lalu bercerita tentang Kaab bin Huzair, seorang penyair yang syair-syairnya mencela Nabi. Para sahabat pun geram dengan apa yang dilakukan Kaab. Singkat cerita, ia menjadi buruan sahabat yang ingin menangkap dan membunuhnya atas tindakannya menghina Rasulullah.

Sang Pencerah Muslim

"Berita itu pun tersiar secara cepat di masyarakat, hingga Kaab pun mengetahuinya. Setelah mendengar berita yang beredar, Kaab merasa takut dan mencari perlindungan," jelasnya.

Sebelum ditangkap, lanjutnya, Kaab datang menemui Rasulullah. Melihat Kaab datang, sebagian Sahabat berteriak, bunuh Kaab. Di tengah suasan itu, Rasulullah menenangkan dengan bersabda, Biarkan Kaab datang, dia ingin bertobat dan meninggalkan masa lalunya.

"Mendengar tutur kata Nabi yang santun, Kaab pun mendapat hidayah untuk masuk Islam. Setelah masuk Islam, Kaab membuat sair-sair yang isinya memuji dan memuliakan Nabi," paparnya.

Dari kisah itu, Nabi sudah memberikan tauladan dalam menyikapi orang-orang yang menghina beliau. Menurut Suaidi, umat Islam mestinya meneladani kearifan Rasulullah. Demikian juga, saat Nabi membangun kota Madinah.

"Madinah sebagai kota mulia. Di madinah umat Islam hidup berdampingan dengan non-Muslim. Makanya di masa itu Nabi membuat pembagian orang kafir, dzimmi dan harbi. Jika orang Muslim membunuh kafir dzimmi dia mendapatkan qisas (hukum yang berlaku di Madinah). Kita jangan menggunakan politik Khawarij. Mereka menganggap orang yang berbeda dengan golongannya dianggap kafir," pesannya.

Turut hadir dalam acara itu jajaran STAI Binamadani dan Ketua Yayasan Binamadani Group H Patwan Siahaan. Ada sekitar seratus mahasiswa dari STAI Binamadani dan STIH Painan mengikuti diskusi bertajuk “Menjaga Umat: Tanggapan Atas Fatwa MUI tentang Penistaan Agama” tersebut. (Suhendra/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Khutbah, Kajian, Hadits Sang Pencerah Muslim

Rabu, 03 Januari 2018

Awal Tarawih dan Puasa Tunggu Hasil Rukyat

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Lajnah Falakiyah PBNU menegaskan, penetapan tangga 1 Ramadhan 1435 H atau awal puasa masih menunggu hasil rukyatul hilal yang dilaksanakan pada Jum’at (27/6) hari ini, bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban. Rukyatul hilal atau pengamatan bulan sabit dilakukan sesaat setelah matahari tenggelam.

Awal Tarawih dan Puasa Tunggu Hasil Rukyat (Sumber Gambar : Nu Online)
Awal Tarawih dan Puasa Tunggu Hasil Rukyat (Sumber Gambar : Nu Online)

Awal Tarawih dan Puasa Tunggu Hasil Rukyat

Demikian disampaikan Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri di Jakarta, Jum’at (27/6) menjawab pertayaan wartawan. “Kami mengimbau warga menunggu hasil rukyatul hilal terlebih dahulu,” kata Kiai Ghazalie.

Dengan demikian pelaksanaan shalat tarawih juga masih menunggu hasil rukyatul hilal yang dilanjutkan dengan sidang itsbat di kantor Kementerian Agama.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Kiai Ghazalie, tahun ini Lajnah Falakiyah PBNU akan mengoordinir pelaksanaan rukyat di sedikitnya 70 titik rukyat yang tersebar di berbagai tempat strategis di Indonesia, seperti pantai, bukit, menara atau balai rukyat.

Sang Pencerah Muslim

Pelaksanaan rukyat sendiri akan dipandu oleh hasil hisab atau perhitungan astronomis yang telah dicetak dalam almanak NU. Data hisab penentuan awal Ramadhan 1435 H dalam almanak NU untuk markaz Jakarta menunjukkan, ijtima’ atau konjungsi baru terjadi pada pukul 15.07.

Artinya umur hilal pada saat dilakukan rukyat hanya sekitar tiga jam dari waktu tenggelam matahari, pada tanggal 29 Sya’ban. Sementara Ketinggian hilal hanya 0 derajat 25 menit di atas ufuk.

Dalam kondisi seperti itu, hilal dinyatakan belum imkanur rukyat atau belum mungkin dilihat. Namun, proses rukyatul hilal tetap harus dilaksanakan sebagai prasyarat penentuan awal bulan dalam sistem penanggalan Islam. (A. Khoirul Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Hadits Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 30 Desember 2017

Surat Cinta Buat Mamah Dedeh Tentang Etika Berfatwa dan Dokter Hewan

Assalaamu‘alaikum Warohmatullah Wabarokaatuh. Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa‘ala alihi wa shohbihi ajma’in. Wa ba’du...

Rasulullah saw bersabda:?

? ? ? ? ? ? ? ? ?

Surat Cinta Buat Mamah Dedeh Tentang Etika Berfatwa dan Dokter Hewan (Sumber Gambar : Nu Online)
Surat Cinta Buat Mamah Dedeh Tentang Etika Berfatwa dan Dokter Hewan (Sumber Gambar : Nu Online)

Surat Cinta Buat Mamah Dedeh Tentang Etika Berfatwa dan Dokter Hewan

“Kalau orang diberi fatwa oleh seseorang tanpa didasari ilmu, maka dosanya ditanggung oleh yang berfatwa.”

Mengenai orang-orang yang sembrono dalam berfatwa, Ibnu Sholah mengutip ayat al-Qur’an:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?, ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta Ini adalah halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung, sedikit keuntungan yang didapat, tapi mereka mendapat siksa yang pedih.”

Sang Pencerah Muslim

Lalu Ibnu Sholah memberikan komentar:?

? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ?

Apa yang diterangkan oleh ayat ini mencakup orang yang melenceng di dalam berfatwa sehingga mengatakan halal terhadap sesuatu yang haram atau sebaliknya dan semisalnya.

Ibnu Qoyyim dalam I’lamu al-Muwaqqi’iin meriwayatkan tentang Ahmad bin Hanbal yang ditanya maksud dari hadits:

? ? ? ? ? ?

“Yang paling berani menjawab pertanyaan keagamaan di antara kalian adalah yang paling berani masuk neraka.”

Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud dari hadits tersebut adalah orang yang berfatwa tanpa didasari keilmuan yang mumpuni. Ketika beliau ditanya tentang fatwa yang keluar kepada masyarakat dari seseorang tanpa didasari ilmu yang mumpuni, beliau menjawab: “Dosanya ditanggung oleh yang berfatwa.”

Hadits di atas diriwayatkan oleh Al-Darimiy dalam sunannya, tetapi hadits tersebut mu’dhol, karena terputus pada Ubaidillah bin Abi Ja’far yang seorang tabi’ tabi’in dan meninggal pada 136 H. Namun demikian hadits ini banyak diketahui para ulama dan makna dari hadits ini sahih, sehingga merekapun membahas maksudnya.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Barang siapa menjawab semua pertanyaan keagamaan yang diajukan kepadanya, dia adalah orang gila.”

Atho’ ibn al-Sa’ib dari kalangan tabi’in mengatakan bahwa orang-orang dulu gemetaran badannya ketika menjawab pertanyaan agama (memberikan fatwa).

Sufyan ibnu Uyainah mengatakan: “Orang yang paling berani berfatwa (menjawab pertanyaan keagamaan adalah orang yang paling bodoh.”

Abdurrahman bin Abu Laila mengaku pernah bertemu dengan seratus dua puluh orang sahabat nabi dari kalangan Ansor. Menurut pengamatannya, jika salah satu dari para sahabat itu ditanya suatu pertanyaan, maka ia akan mengalihkan ke temannya untuk menjawabnya, demikian seterusnya sampai kembali kepada orang pertama yang ditanya.

Al-Atsram sering mendengar imam Ahmad bin Hanbal mengatakan “Aku tidak tahu jawabannya”, ketika ditanya suatu permasalahan, padahal permasalahan itu sudah banyak dibahas orang (tidak dianggap permasalahan yang sulit).

Ibnu Abbas mengingatkan, jika orang sudah “gengsi” untuk mengatakan “saya tidak tahu”, maka sesungguhnya orang itu telah hancur.

Menurut Imam Al-Syafi’i, Sufyan ibnu Uyainah adalah orang yang sangat kompeten dan termasuk sebagian orang yang paling memenuhi syarat untuk berfatwa, meskipun demikian, Ibnu Uyainah terkenal paling tidak berani (hati-hati) menjawab pertanyaan keagamaan.

Imam Syafi’i apabila ditanyai pertanyaan keagamaan atau dimintai fatwa, beliau menimbang-nimbang dengan serius, apakah sebaiknya beliau jawab atau tidak.

Dari Al-Haitsam bin Jamil, dia berkata: Aku lihat Imam Malik bin Anas ditanyai empat puluh delapan pertanyaan maka dalam tiga puluh dua pertanyaan di antaranya beliau mengatakan: "Aku tidak tahu."

Padahal Imam Malik dikenal dengan gelarnya ‘Alimu al-Madinah, orang paling pandai di kota Madinah pada masanya.

Dan diriwayatkan dari Imam Malik juga bahwasanya beliau pernah ditanya sekitar lima puluh pertanyaan dan satupun beliau tidak berani menjawabnya, dan beliau pernah mengatakan: "Barang siapa mau menjawab suatu pertanyaan maka sebelumnya hendaklah dia menyodorkan dirinya ke surga dan neraka lalu berfikir kalau menjawab pertanyaan tersebut maka kira-kira bagaimana nasibnya di akhirat, baru setelah itu silakan dia menjawab."

Diriwayatkan juga dari Imam Malik bahwa suatu saat beliau pernah ditanya tentang permasalahan tapi beliau menjawab: "Tidak tahu", lalu yang bertanya itu berkata kepadanya: "Sesungguhnya pertanyaan ini kan masalah sepele dan mudah." Beliau marah dan berkata: "Tidak ada perkara mudah dalam urusan ilmu (agama), tidakkah kamu mendengar firman Allah: “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."

? ? ? ? ?

Imam Malik juga berkata: “Kalau para sahabat saja merasa berat menjawab pertanyaan-pertanyaan dan tidak berani menjawab persoalan sebelum berkonsultasi dengan sahabat lain padahal mereka dianugerahi oleh Allah dengan kemampuan dan petunjuk, juga disertai kesucian jiwa, lalu bagaimana dengan kita yang banyak kesalahan dan dosa?"

Dari Said bin Al-Musayyab ra, sesungguhnya beliau hampir tidak pernah berfatwa atau mengucapkan suatu perkara agama kecuali beliau berdoa: "Ya Allah selamatkanlah aku dan selamatkan orang-orang dariku."

Dari Basyar bin Al-Harits, beliau berkata: "Barang siapa masih merasa senang (bangga) jika ditanyai (persoalan agama) maka dia itu tidak berhak dan tidak layak dimintai fatwa."

Dari Malik, beliau berkata: "Aku diberitahu oleh seorang laki-laki bahwa dia pernah bertamu ke rumah Rabiah bin Abi Abdirrahman dan menjumpai Rabiah sedang menangis, maka dia bertanya: Kenapa anda menangis? Ia takut dan khawatir atas tangisan syaikh Rabiah maka dia bertanya lagi kepada beliau: Apakah anda terkena musibah? Beliau menjawab: Tidak, tapi aku menangis karena banyak orang-orang bodoh (dianggap ulama) dan dimintai fatwa sehingga muncullah kerusakan yang sangat besar di kalangan umat Islam." Rabiah kemudian melanjutkan: "Sungguh di antara orang-orang yang berani berfatwa ini lebih layak masuk penjara daripada para pencuri."

Diriwayatkan dari Makhul dan Imam Malik ra, sesungguhnya mereka tidak pernah menjawab pertanyaan keagamaan kecuali sebelumnya mengucapkan: "? ? ? ? ? ?"

Ibnu Sholah mengatakan bahwa sebaiknya siapapun yang akan menjawab pertanyaan keagamaan hendaklah mengucapkan apa yang diucapkan oleh Imam Malik di atas. Adapun Imam Abu Hanifah terkenal dengan perkataanya:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Jika bukan karena kesadaran bahwa meninggalnya ulama akan menghilangkan ilmu, maka aku tidak akan pernah berfatwa, mereka enak sedangkan aku yang harus beresiko menanggung dosa.”

Ibnu Qoyim juga menyebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan:

? ? ? ? ? ? ? ? ?

Barang siapa berfatwa tentang suatu permasalahan padahal dia tidak menguasai hal itu, maka dosanya harus ditanggung olehnya.

Al-Khatib meriwayatkan Bahwa Malik pernah berkata: "Aku tidak berani berfatwa (menjawab pertanyaan-pertanyaan keagamaan) sebelum aku dianggap dan diakui oleh tujuh puluh orang bahwa aku memenuhi syarat untuk menjawab."

Malik juga berkata: Aku tidak berani berfatwa sehingga aku bertanya kepada orang yang lebih berilmu dariku dengan tujuan untuk mengetahui apakah orang itu berpendapat bahwa aku layak menjawab pertanyaan keagamaan."?

Beliau juga penah bekata: "Tidak sepatutnya seseorang menganggap dirinya memenuhi syarat untuk melakukan suatu hal sebelum dia berkonsultasi dan menanyakan kepada orang yang lebih berilmu tentang hal itu apakah dirinya layak atau tidak."

Adab para ulama besar yang benar-benar menguasai ilmu-ilmu agama secara mendalam sebagaimana disebutkan diatas nampaknya tidak lagi diperhatikan oleh para penceramah pada zaman ini. Yang dipertontonkan oleh kebanyakan para dai pada saat ini justru merupakan kebalikan dari adab-adab yang diajarkan oleh para ulama.

Yang juga perlu diperhatikan dari sikap dan adab para ulama tersebut adalah bahwa kehati-hatian mereka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan keagamaan bukan merupakan sikap berlepas tangan atau meninggalkan kewajiban mereka untuk menyampaikan ajaran Islam. Para ulama itu diketahui telah mengabdikan hidupnya untuk menelaah dan mempelajari secara mendalam sumber-sumber ajaran Islam untuk kemudian dijadikan landasan dalam menjawab berbagai macam persoalan umat Islam yang membutuhkan jawaban.

Beribu-ribu halaman buku menampung hasil ijtihad para ulama yang benar-benar faqih tersebut. Ratusan bahkan ribuan permasalahan dalam agama yang memerlukan penjelasan telah mereka teliti dan berikan jawabannya dengan didasarkan pada ayat-ayat dan hadis-hadis serta atsar dari para sahabat.

Jasa mereka sangat besar kepada umat Islam dalam urusan agama. Meskipun dalam kehati-hatian sikap mereka ada kesan lambat dalam memberikan jawaban namun mereka terbukti telah menjadi pencerah dan pembimbing umat. Berkaca dari sikap para ulama tersebut dan bukti nyata sumbangan ilmu yang bermanfaat dari mereka untuk umat Islam, maka alasan beberapa orang yang tergesa-gesa ingin kelihatan hebat dan dipandang alim dalam ilmu agama sehingga bertindak sembrono dalam urusan fatwa menjadi jelas, bahwa hal itu tidak bisa diterima dan tidak sejalan dengan adab Islam yang benar.

Hadits nabi yang menyuruh kita untuk menampaikan ajaran dari beliau walau satu ayat adalah sebuah perintah. Sebagai perintah-perintah lain dalam agama, perintah untuk tabligh inipun juga disertai dengan tata cara dan etika tertentu. Menjalankan perintah agama tanpa mempelajari dulu tata cara dan etikanya, bisa menjerumuskan kita kepada kerusakan dan kehancuran.

Mantan mufti Mesir Syaikh Ali Jumah dalam bukunya Al-Mutasyaddidun mengingatkan bahwa seorang penceramah tidak otomatis boleh menjadi seorang mufti. Tidak semua penceramah atau orang yang pandai berpidato adalah orang alim yang faqih dan memenuhi syarat untuk dimintai fatwa atau ditanya tentang permasalahan keagamaan.

Untuk menjadi seorang mufti, diperlukan banyak sekali perangkat. Banyak syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk bisa menjadi mufti dan boleh menjawab pertanyaan-pertanyaan keagamaan.

Berikut ini syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mufti, sebagaimana diringkas oleh Imam Al-Syafi’i sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Khatib:

“Tidak ada yang boleh berfatwa tentang agama Allah kecuali yang mengetahui tentang kitab Allah lengkap dengan nasikh dan mansukhnya, muhkan dan mutasyabihatnya, tafsirnya, waktu nuzulnya, Makkiyah dan Madaniyahnya, dan apa yang dimaksudkannya. Setelah itu dia juga harus menguasai urusan hadis nabi dengan pengetahuan yang sama dengan pengetahuan terhadap AL-Qur’an. Ia juga harus mengerti bahasa Arab, mmahami syi’ir-syi’ir Arab. Mengetahui seluruh ayat Al-Quran dan hadis-hadis yang diperlukan untuk membahas suatu permasalahan tertentu, kemudian menggunakannya secara benar. Ia juga harus mengetahui perbedaan pendapat antara para ulama dari berbagai negeri. Dan terakhir ia harus “berbakat”.

Imam Nawawi menambahkan mutayaqqidh; waspada, yaitu memahami permasalahan-permasalahan umat beserta keadaanya.

Para Ulama Al-Azhar, di antaranya Dr. ‘Ala’udin al-Za’tari mengatakan: “Seseorang secara syar’i dilarang atau diharamkan memberikan jawaban atas pertanyaan keagamaan dengan mengiran-ngira jawaban menggunakan nalarnya saja tanpa beristidlal atau mencari tahu dalil maupun hasil ijtihad ulama yang valid, apalagi mengeluarkan jawaban yang malah bertentangan dengan nash-nash yang memiliki dalalah qoth’i, yaitu nash yang mengandung hukum yang jelas dan pasti. Dilarang juga memberikan jawaban yang bertentangan dengan Ijma’ atau konsensus para ulama ataupun bertentangan dengan kaidah-kaidah ushul yang disarikan dari nash.

Maka penguasaan ilmu agama dan mempelajari hasil-hasil ijtihad para ulama adalah kewajiban mutlak bagi seorang mufti.”

Beberapa perkataan ulama di atas hanya saya kutip tanpa saya jelaskan panjang lebar, karena tulisan inipun sudah terlalu panjang. Tetapi tentu Mamah bisa dengan mudah memahami maksud dari pernyataan dan contoh perilaku para ulama yang saya kutip di atas.

Sekarang izinkan saya mennyampaikan keberatan saya atas gaya tanya jawab keagamaan yang dijawab secara langsung di tempat pengajian, apalagi disiarkan oleh televisi. Keberatan ini bukan hanya soal fatwa Ibu tentang dokter hewan Muslim, yang memang sangat perlu anda pelajari. Tetapi juga tentang gaya pengajian Ibu di televisi yang menyertakan sesi tanya jawab.?

Merujuk pada paparan saya di atas, maka pengajian model seperti itu meskipun kelihatannya Islami, tetapi sangat banyak mengandung bahaya. Baik bahaya untuk para penonton, maupun bagi penceramah yang merangkap sebagai mufti on the spot.

Alangkah baiknya kalau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan jama’ah itu ditampung dulu, kemudian ditela’ah dan dipelajari dengan sungguh dengan menggunakan rujukan kitab-kitab yang terpercaya, baru dijawab pada edisi berikutnya.

Akan lebih baik lagi, jika memang belum memenuhi syarat untuk berfatwa, maka kita mengutip saja hasil fatwa para ulama, baik ulama zaman dulu atau kontemporer mengenai permasalahan yang ditanyakan, dengan penjelasan rinci, menurut ulama A begini, B begini, dan seterusnya.

Dan akan lebih selamat lagi kalau ceramah keagamaan diisi saja dengan nasihat-nasihat tentang kebaikan yang diajarkan agama secara umum, bukan tentang masalah-masalah yang memerlukan kemampuan khusus untuk membahasnya.

Ingatlah, para ulama mengatakan bahwa orang yang menjawab pertanyaan keagamaan itu ibarat "penanda-tangan atas nama Allah". Menurut Ibnu al-Munkadir, karena posisi mufti itu layaknya penghubung antara Allah dan makhluk, maka ia harus benar-benar berilmu.

Dari Abi Hasin Al-Asadi, dia berkata: "Sesungguhnya salah satu dari kalian ada yang berani berfatwa dalam suatu permasalahan yang jika hal itu ditanyakan kepada Umar bin Khattab maka beliau akan mengumpulkan para sahabat yang ikut dalam perang Badar (untuk menjawabnya)."

Kepada para pemilik stasiun televisi, tolong jangan rusak umat Islam dengan acara yang seolah-olah Islami tetapi justru bertentangan dengan etika yang digariskan oleh para ulama sejak zaman salafus shaleh.

Jangan lakukan hal-hal yang mendegradasi keluhuran agama. Bisnis dan agama tidak harus bertentangan, tapi bisnis jangan juga merusak etika agama.

Kepada MUI dan ormas-ormas Islam yang banyak mewadahi kaum Muslimin Indonesia, tolong buatlah imbauan dan maklumat mengenai permasalahan ini.

Kepada pemerintah Republik Indonesia, tolong bicarakan permasalahan ini dengan MUI dan ormas-ormas Islam, agar kehidupan beragama menjadi semakin baik.

Akhirul Kalam, kebenaran mutlak hanya milik Allah. Semoga kita semua dijaga oleh Allah dari kesesatan.

Wallahu al-muwaffiq ilaa aqwami al-thoriq, Wassalaamu ‘Alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.

Dari seorang Muslim biasa dengan laqob Alex Ramses.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, Hadits, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Jumat, 29 Desember 2017

Kado Istimewa Gus Dur untuk Istri Penjual Duren

Jakarta, Sang Pencerah Muslim . Seorang wali adalah kekasih Allah yang mampu menebar rahmah di muka bumi. Ia membantu mereka yang dibutuhkan, mereka yang menangis kepada tuhannya di malam-malam sunyi karena kepada tuhannyalah tumbuh keyakinan nasib ditentukan.

Kisah ini menunjukkan penghargaan atas nilai kemanusiaan Gus Dur yang sangat mendalam kepada rakyat kecil yang membutuhkan, yang telah diabaikan sehingga Allah mengirimkan Gus Dur untuk memberi bantuan.

Kado Istimewa Gus Dur untuk Istri Penjual Duren (Sumber Gambar : Nu Online)
Kado Istimewa Gus Dur untuk Istri Penjual Duren (Sumber Gambar : Nu Online)

Kado Istimewa Gus Dur untuk Istri Penjual Duren

Sebagai tokoh yang dihormati, menerima undangan di berbagai daerah merupakan kegiatan rutin. Suatu ketika, Gus Dur mendapat undangan ke kota Malang. Ia mampir dulu ke kota Batu. Di tengah perjalanan, ia minta berhenti ketika terdapat seorang penjual durian, membeli dua buah, tetapi anehnya, sang pedagang diberinya uang segepok. 

Sang Pencerah Muslim

Yudhi, sang sopir yang menemani Gus Dur keheranan, beli dua durian saja kok uangnya banyak banget. Biasanya kalau orang beli sesuatu, ditawar-tawar dahulu sampai dapat harga yang cocok. Ini tanpa ba-bi-bu, langsung dikasih uang banyak. Meskipun demikian, ia tak berani berkomentar apa-apa dan mengikuti perintah Gus Dur untuk melanjutkan perjalanan ketika uang sudah diserahkan.

Sang Pencerah Muslim

Namun rasa penasarannya tak hilang atas kejadian tersebut. Pertanyaan kenapa penjual durian dikasih uang yang sangat banyak selalu muncul dalam hati. Tak tahan atas rasa tersebut, beberapa hari kemudian, ia mendatangi penjual durian tersebut untuk mencari informasi lebih lanjut. Tapi ternyata kedai durian tutup.

Ia pun tambah penasaran, setelah tanya kiri-kanan, akhirnya alamat penjual durian diketahui, posisinya di sebuah desa yang susah dilalui kendaraan, tapi sudah terlanjur basah, ia pun bertekad menelusuri misteri ini.

Setelah dicari-cari, akhirnya ditemukan juga rumah tersebut. Begitu sampai, pintu diketuk, tapi tidak ada penghuninya. “Ada apa gerangan” pikirnya dalam hati. 

Ia pun menanyakan ke tetangga rumah, ke mana perginya penghuni rumah. Lalu dijelaskan bahwa pemilik rumah sedang mengantarkan istrinya untuk berobat. Sudah lama belahan jiwanya sakit, tetapi tidak punya uang untuk berobat sehingga dengan sangat terpaksa hanya bisa diam di rumah dan menjalani pengobatan ala kadarnya.

Kepada tetangganya itu, ia pamitan untuk menjaga rumahnya karena akan ditinggal selama beberapa hari. Ia pergi untuk mengobatkan istrinya setelah baru-baru ini, dengan tiba-tiba didatangi oleh Gus Dur dan dikasih uang yang cukup memadai untuk biaya pengobatan yang sudah lama didambakannya.

Yudhi pun hanya diam termagu setelah memahami kejadian tersebut dan makna yang terkandung di dalamnya. Ia lalu menceritakan kronologi peristiwa sebelumnya yang membuatnya sampai mencari-cari penjual durian ini.

Penulis: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Hadits Sang Pencerah Muslim

Rabu, 27 Desember 2017

PCNU Probolinggo Gelar Pelatihan Perawatan Jenazah

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Sebanyak 60 orang mengikuti pelatihan perawatan jenazah di aula KPRI Prastiwi Kabupaten Probolinggo, Senin (17/3). Mereka terdiri dari tokoh masyarakat, unsur 24 MWCNU sekabupaten Probolinggo, tokoh agama, dan sejumlah pengasuh pesantren.

PCNU Probolinggo Gelar Pelatihan Perawatan Jenazah (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Probolinggo Gelar Pelatihan Perawatan Jenazah (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Probolinggo Gelar Pelatihan Perawatan Jenazah

Pelatihan ini difasilitasi Pemkab Probolinggo, PCNU Probolinggo, dan PCNU Kota Kraksaan. Kegiatan ini digelar untuk membina dan meningkatkan kemampuan tenaga perawatan jenazah.

“Sejauh ini banyak masyarakat yang belum mengetahui tata cara perawatan jenazah. Apalagi banyak perbedaan persepsi bagaimana cara menangani jenazah sesuai syariat agama. Bahkan, jika tidak diluruskan cenderung menjadi fitnah,” ungkap Kepala Bagian Kesra Pemkab Probolinggo Moh Syarifuddin.

Sang Pencerah Muslim

Forum pelatihan ini menghadirkan Wakil Rais Syuriyah PCNU Kota Kraksaan H M Zahri Shiddiq untuk mengisi materi istihdlar dan sakratul maut. Sementara materi dan praktik memandikan dan mengafani jenazah dipandu Kepala KUA Kecamatan Kotaanyar H Mahalli Hasan Makiki.

Materi tata cara menyembahyangkan jenazah oleh Ketua PC LBMNU Kota Kraksaan H Mudaffir Irwani. Sedangkan etika mengantar jenazah diisi Sekretaris PCNU Probolinggo H Sulaiman Sholeh.

Sang Pencerah Muslim

H M Zahri Shiddiq mengungkapkan, pelatihan perawatan jenazah ini dimaksudkan untuk memenuhi ketersediaan tenaga rukun kifayah yang terampil dan mumpuni. Dalam arti, mereka bisa menangani jenazah secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari’at Islam.

Untuk tata cara ziarah kubur dan takziah, peserta menerima penyampaian materi dari Katib Syuriyah PCNU Probolinggo KH Syuhada’ Nasrullah.

KH Syuhada’ mengharapkan peserta pelatihan mengamalkan materi pelatihan di masyarakat. “Sekaligus menularkan pengetahuannya kepada kelompok-kelompok masyarakat yang ada di lingkungannya masing-masing,” harapnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ubudiyah, Pondok Pesantren, Hadits Sang Pencerah Muslim

Minggu, 24 Desember 2017

JQH NU Berharap Muncul Ahli Al-Quran di Kraksan

Probolonggo, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Jam’iyyatul Qurra’ wal-Huffazh NU (JQH NU) Probolinggo, Jawa Timur, berharap munculnya ahl-ahli Al-Quran di kabupaten tersebut.

Menurut Ketua PC JQH NU Probolinggo, KH Abdul Qodir Shomad, harapan tersebut merupakan amanah dari diselenggarakannya program “Menyapa warga dengan Al-Quran” yang digelar Pimpinan Pusat JQHNU di di masjid Agung Kraksan, Probolinggo, Ahad, (28/10).

JQH NU Berharap Muncul Ahli Al-Quran di Kraksan (Sumber Gambar : Nu Online)
JQH NU Berharap Muncul Ahli Al-Quran di Kraksan (Sumber Gambar : Nu Online)

JQH NU Berharap Muncul Ahli Al-Quran di Kraksan

“Program tersebut merupakan amanah agar dari warga Kraksaan lahir juara-juara nasional dan internasional pada masa depan, baik di bidang qurra maupun di bidang huffazh,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Abdul Qodir menambahkan, untuk mencapai harapan tersebut, harus dimulai dengan pendidikan baca Al-Qur an yang benar sejak anak-anak yang ditunjang dengan dukungan orang tua dan fasilitas dari daripemerintah Kraksaan

Hadir pada kesempatan itu Rais Majelis Ilmi JQHNU DR KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA, Sekretaris Umum Ahmad Ari Masyhuri, SQ. MA. Juga Ketua PW JQHNU Jawa Timur KH Zainul Arifin, M.H.I, juga para qori internasional seperti H. FahrudinSarumpaet, MA, H. Masrur Ichwan, SQ, MA danHj. Rahmawati Hunawa, MA.

Sang Pencerah Muslim

Program “Menyapa warga dengan Al-Quran” akan digelar pula di Makassar, Sulawesi Selatan, pada akhir bulan November; dan di Medan, Sumatera Utara, pada akhir Desember.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis   : Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits, Quote Sang Pencerah Muslim

Kristen di Maroko: Sejarah dan Toleransi Beragama

Maroko sangat dikenal sebagai negeri eksotik di ujung barat dunia Islam. Maroko merupakan salah satu negara kerajaan dengan penduduk mayoritas muslim. Bahkan Pemerintah Kerajaan Maroko hanya mengakui Islam sebagai agama resminya.

Agama Islam di negeri ini dikembangkan dengan menghargai tradisi lokal, seperti yang dilakukan oleh para dai atau wali songo ketika menyebarkan Islam di Nusantara. Maka tak heran jika ada ritual-ritual keagamaan yang mirip dengan keislamaan di Indonesia.

Kristen di Maroko: Sejarah dan Toleransi Beragama (Sumber Gambar : Nu Online)
Kristen di Maroko: Sejarah dan Toleransi Beragama (Sumber Gambar : Nu Online)

Kristen di Maroko: Sejarah dan Toleransi Beragama

Maroko juga dikenal sebagai negara Arab yang gaul, nuansa Eropanya sangat kuat, tetapi tak kehilangan akar tradisi Arab dan Islam. Kebebasan berpendapat dan tradisi berpikir sangat terbuka di negeri Ibnu Batutah ini. Pemerintah tidak memaksa rakyatnya untuk berpola pikir secara kaku atau seragam. Barangkali salah satunya adalah karena faktor penguasa Maroko saat ini, Raja Muhammad VI, seorang lulusan Eropa yang berpikiran Modern. Ia bertekad untuk memodernkan Maroko, namun tetap melandaskannya kepada ajaran Islam.

Sang Pencerah Muslim

Raja yang hampir berusia 50 tahun itu sedang berupaya mempertahankan tradisi keagamaan yang berusia ribuan tahun dengan arus globalisasi. Maka tak heran, jika di negeri bekas jajahan Perancis dan Spanyol ini, simbol-simbol tradisi Islam tetap kelihatan. Aktifitas religius selalu semarak. Aneka ritual tarekat sufi bebas berekspresi. Di tengah kuatnya arus modernisasi dan globalisasi yang berhembus kencang dari Barat. Bahkan kaum wahabi Maroko pun kadang-kadang sering kewalahan untuk mempengaruhi “Islam Tradisional” ini.

Kristen di Maroko

Sang Pencerah Muslim

Walaupun Maroko dikenal sebagai negera kerajaan dengan penduduk mayoritas muslim, yaitu 98,7 %. Namun pada tahun 2009 sensus mencatat ada 1,1 % atau 380.000 dari penduduknya beragama Kristen. Untuk mudah mengetahuinya, biasanya mereka itu mempunyai rumah dengan ciri khas yang sering dinamai dengan al Mallah.

Kristen di Maroko telah lama muncul, yaitu sejak masa kerajaan Romawi. Yang dikenal dengan Kristen Babar yang menganut aliran Qibtiyah. Saat penaklukan Islam di Maroko yang dipimpin oleh ‘Uqbah ibn Nafie’ antara tahun 681 dan 683 M. mereka perlahan mulai sembunyi-sembunyi dalam membawa misinya.

Sekitar abad ke 19 dan 20 atau pada masa penjajahan Perancis terhadap Maroko, kaum Kristen mulai berdatangan kembali ke Maroko dengan jumlah yang sangat banyak. Kelompok ini kemudian disebut dengan al aqdam as sauda’ (Pendatang gelap). Mereka ini kebanyakan dari Italia, Spanyol, Perancis, dan bahkan dari Eropa timur. Mayoritas kelompok ini adalah para penganut Kristen Katholik. 

Sementara pada tahun 1830 jumlah Kristen-Eropa di Maroko masih sangat sedikit, yaitu hanya berkisar 250 orang dan yang tinggal di kota Tanger sebanyak 220 orang. Jumlah ini melonjak pada tahun 1858 menjadi 700 orang. Kemudian pada tahun 1864 menjadi 1400 orang dan hingga tahun 1910 mencapai 10.000 orang.

Saat ini umat Kristen di Maroko sering mengadakan ritual keagamaannya di dua gereja, yaitu Gereja Romawi Katholik dan Protestan. Mereka mayoritas tinggal di Casablanca dan kota-kota lainnya seperti Rabat, Tanger, Meknes, Marrakech dan Essaouira. Kebanyakan dari mereka adalah berasal dari Eropa yang tinggal sejak awal pejajahan dan ditambah dengan penduuk asli Maroko yang dulunya beragama Islam. Mereka sering melakukan ritual-ritual keagamaannya dengan sembunyi-sembunyi bertempat di gereja khusus yang hanya di ketahui kalangan mereka, dan Mayoritas dari mereka ini menganut ajaran kristen protestan dengan ajaran yang khas.

Toleransi Antar Umat Beragama

Sepanjang sejarah, praktek Tasamuh (toleransi) antar umat beragama di Maroko sangat dikenal dengan baik sejak abad ke 3 sebelum masehi. Sebagaimana Raja Maroko pernah megizinkan kaum Yahudi Israel untuk kembali lagi ke Maroko dan memberikan kesempatan tinggal. Bahkan Raja pun memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin mengubah kewarganegaraannya menjadi warga Negara Maroko.

Dalam undang-undang Kerajaan Maroko, Pasal tiga mengatakan, “Setiap warga Negara dijamin dan diberikan kebebasan untuk melaksanakan agamanya masing-masing”. Walaupun demikian, saat ini ada undang-undang baru yaitu al Qanun al Jina’i (hukum pidana) yang melarang warga asli Maroko untuk pindah agama, dari Islam ke agama lain. Kecuali bagi warga maroko yang sudah memeluk ajaran Kristen sejak dulu, dan kini diberikan kesempatan bagi mereka untuk mengamalkan ajarannya secara terang-terangan.

Bahkan saat ini di Maroko ada Majlis al Kanais al Khomsi (Forum perkumpulan lima Gereja), yaitu semacam wadah pertemuan agama-agama Kristen di Maroko yang terdiri dari lima gereja yang berbeda-beda, dan forum perkumpulan ini sangat diakui secara resmi dan dilindungi oleh undang-undang Kerajaan Maroko.

Foto: Raja Maroko Mohamed Sadis sedang mengunjungi Gereja

 

*Penulis adalah mahasiswa S1 Jurusan Islamic Studies, Univ. Imam Nafie’, Tanger-Maroko

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Hadits Sang Pencerah Muslim

Senin, 11 Desember 2017

Meliana, Juara 1 Lomba Busana Ibu IPPNU

Brebes, Sang Pencerah Muslim. Meliana Fatmala utusan Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)  Kelurahan Pasarbatang, Brebes, Jawa Tengah, dinobatkan sebagai juara 1 dalam lomba Busana Muslim keibuan. Kegiatan tersebut digelar PAC IPPNU Kecamatan Brebes.

Meliana berhasil mengungguli 17 peserta lainnya perwakilan dari 17 PR se Pimpinan Anak Cabang (PAC) Brebes yang digelar di Aula Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Brebes, Ahad (15/12/13).

Meliana, Juara 1 Lomba Busana Ibu IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Meliana, Juara 1 Lomba Busana Ibu IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Meliana, Juara 1 Lomba Busana Ibu IPPNU

Juara 2 diraih Tussolikha dari PR IPPNU Kelurahan Kaligangsa Wetan dan juara 3 Vety Andriliani dari PR IPPNU Kelurahan Gandasuli. Mereka bak ratu sejagat melenggak-lenggok diatas catwalk dihadapan teman-teman pelajar NU lainnya.

Sang Pencerah Muslim

Selain menampilkan busana keibuan, mereka juga diuji kemampuannya dalam intelektual dan akhlak kesopanan.

Ketua Panitia Lomba Mukhafidloh menjelaskan, kegiatan ini sebagai bentuk refleksi memperingati Hari Ibu tahun 2013. Dengan harapan, peserta bisa memaknai arti seorang ibu dan berpakaian seperti Ibu akan lebih anggun ketimbang berpakaian glamaour.

Sang Pencerah Muslim

Ketua Pimpinan Cabang (PC) IPPNU Kabupaten  Brebes  Khoerunisa menyambut gembira dengan lomba yang mengilhami remaja putri untuk berbuat santun dalam kehidupannya.

Nisa sangat menyayangkan masih adanya perlakukan diskriminasi pada pakaian. Seperti yang kini terus masih menjadi perdebatan dengan pakaian jilbab bagi POLRI.

“Busana Muslim itu indah dan enaknya dipandang mata serta tidak mengundang nafsu,” tandas Nisa. (Wasdiun/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits, Aswaja Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 02 Desember 2017

Rijalul Ansor Media Penjaga Syiar Islam

Jombang, Sang Pencerah Muslim?

Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor adalah salah satu media dalam melanjutkan syiar-syiar Islam yang telah diajarkan oleh para ulama dahulu. Syiar tersebut juga tampak sudah menjadi warisan tersendiri yang harus dijaga keutuhannya di tengah-tengah beragam ajaran Islam belakangan ini.?

Rijalul Ansor Media Penjaga Syiar Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Rijalul Ansor Media Penjaga Syiar Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Rijalul Ansor Media Penjaga Syiar Islam

Demikian disampaikan H Abd Latif Malik, Ketua Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor Kabupaten Jombang saat mengisi acara rutinan Rijalul Ansor di Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang, Sabtu petang (8/10/2016).

Namun demikian H Malik mengungkapkan, menjaga syiar-syiar Islam saat ini tentu tidak mudah sebab akan bersinggungan dengan kelompok Islam sendiri yang dianggap mengancam keberadaan ajaran Islam yang dibawa rasulullah Muhammad SAW. Seperti penganut Islam garis keras, dan kelompok serupa yang lain.?

"Untuk itu, menghidupkan syair Islam ini harus istiqomah. Sperti para ulama dan muassis Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asyari, KH Abdul Wahab Hasbullah, kalau mereka tidak istiqomah, ajaran Aswaja yang kita pegang erat ini tidak akan bertahan hingga saat ini," katanya.

Untuk itu, ia mengingatkan agar di tengah-tengah kesibukan para pemuda khususnya, tetap ada waktu untuk berupaya mengajak masyarakat mempertahankan tradisi-tradisi Islam yang diajarkan Nabi.?

Sang Pencerah Muslim

"Meski pemuda itu sudah sibuk dengan partainya, namun tidak melupakan di tengah kesibukannya berdzikir kepada Allah SWT, dan mengajak warga di lingkungannya bershalawat, ngaji dan ibadah-ibadah yang lain," imbau H Malik. (Syamsul Arifin/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ulama, Nahdlatul, Hadits Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Senin, 27 November 2017

Penelitian: Potensi Remaja Terlibat Aksi Intoleran Tinggi

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Potensi keterlibatan anak-anak muda dalam kasus-kasus intoleran di Indonesia masih cukup tinggi. Hasil penelitian The Wahid Institute menunjukkan bahwa mereka, terutama di sekolah-sekolah negeri, memiliki kecenderungan yang kuat untuk mendukung atau melakukan tindakan intoleran.

Demikian dipaparkan Alamsyah M. Dja’far, peneliti The Wahid Institute, dalam Youth Interfaith Forum yang digagas Search for Common Ground, Kamis (17/12), di Jakarta, yang diikuti tujuh puluh pemuda dari berbagai daerah dengan latar belakang agama dan keyakinan yang berbeda.

Penelitian: Potensi Remaja Terlibat Aksi Intoleran Tinggi (Sumber Gambar : Nu Online)
Penelitian: Potensi Remaja Terlibat Aksi Intoleran Tinggi (Sumber Gambar : Nu Online)

Penelitian: Potensi Remaja Terlibat Aksi Intoleran Tinggi

Misalnya, kata Alamsyah, dari penelitian Wahid Institute tahun 2014, dari 300 siswa di SMA Sejabodetabek, sebanyak 46 anak setuju membalas orang yang membakar dan menutup tempat ibadah mereka.

Sang Pencerah Muslim

Aktivis NU ini juga menyebut hasil penelitian Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKiP) pada tahun 2011, yang menunjukkan bahwa sebanyak 52,3 persen siswa sekolah umum di Jabodetabek mendukung ideologi dan aksi kekerasan kelompok tertentu dalam penyegelan dan perusakan rumah ibadah. Begitupun dengan guru-gurunya, sebanyak 40.9 persen responden mendukung.

Sang Pencerah Muslim

Menurutnya, menguatnya tindakan intoleran ini karena beberapa hal. Pertama, di ranah pemerintah, ada gejala lemahnya penyemaian pesan toleransi di dunia pendidikan, ketidakprofesional guru dan pejabat di sekolah dalam membedakan kepentingan pribadi terkait keyakinannya dengan sikap nondiskriminatif, dan masih adanya regulasi dan kebijakan yang mendukung intoleransi.

“Kedua, di ranah masyarakat, kampanye dan pola perekrutan kelompok intoleran, radikal, dan teroris yang sangat efektif dan militan. Kemudian, pengarusutamaan narasi toleransi, perdamaian, dan cinta tanah air terutama melalui media sosial belum maksimal,” sambungnya.

Savic Alieha, Sekretaris Lajnah Ta’lif wan Nasyr PBNU, menyampaikan potensi dan pekembangan internet terlebih media sosial dalam langkah penguatan penyelesaian konflik agama di Indonesia. Dalam kasus GKI Yasmin misalnya, dia mencontohkan betapa Twitter begitu efektif menyebarkan informasi. Menurutnya, media sosial memiliki jargon bersifat netral yang bisa digunakan oleh siapa saja untuk kebutuhan apa saja.

“Tantangan penggiat toleransi dalam penggunaan platform ini terletak pada menulis dan pembuatan konten yang masih kurang sehingga kalah dengan para pelaku intoleran,” tuturnya.

Dalam forum tersebut, anak-anak muda ini berkumpul membangun jaringan dan menyuarakan pesan damai untuk membendung intoleransi yang tengah marak terjadi. Suraji, Program Officer Search for Common Ground (SFCG) mengatakan bahwa forum ini diselenggarakan untuk mempertemukan aktivis gerakan kaum muda lintas iman agar lebih mengetahui masalah yang dihadapi di lapangan. Juga bagaimana menciptakan peluang kerja sama untuk terus mengampanyekan toleransi. (Red: Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits, Kajian Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock