Tampilkan postingan dengan label Pesantren. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pesantren. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Februari 2018

Sandal Khusus Kamar Mandi

Kamar mandi, kamar kecil, toilet, WC, dan berbagai sebutan lainnya merupakan tempat khusus yang dipergunakan manusia untuk membersihkan diri dari kotoran. Sehingga kamar mandi dan sejenisnya selalu identik dengan najis. Oleh karena itu wajar sekali jika seseorang sering merasa ragu akan kesuciannya ketika selesai mandi, buang air besar maupun kecil.

Kebanyakan keraguan seseorang bersumber dari telapak kaki sebagai anggota badan yang langsung bersentuhan dengan lantai kamar mandi. Sehingga seringkali seseorang berjalan dengan berjinjit sangat hati-hati. Merasa seolah lantai kamar mandi itu tidak bebas dari najis, padahal tidak demikian, jika memang lantai kamar mandi telah disiram berulang-ulang dengan air yang suci.

Namun demikian, keraguan adalah keraguan yang ada dalam hati yang susah untuk dihilangkan. Untuk menyiasati hal ini sebaiknya seseorang menyeidakan satu sandal khusus untuk ke kamar mandi, agar telapak kaki tidak bersentuhan langsung dengan lantai kamar mandi yang dianggap najis. Mengenai hal ini Imam Nawawi dalam Kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab pernah menjelaskan,

? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sandal Khusus Kamar Mandi (Sumber Gambar : Nu Online)
Sandal Khusus Kamar Mandi (Sumber Gambar : Nu Online)

Sandal Khusus Kamar Mandi

Diperbolehkan berihthiyath (berhati-hati) dalam masalah ibadah dan yang lain sehingga tidak mengakibatkan waswas.

Penekanan Ihthiyath (kehati-hatian) lebih diutamakan pada masalah ini, dikarenakan bersuci dari najis adalah salah satu syarat sahnya shalat, jika saja ada najis yang mengenai pakaian seseorang, maka akan menjulur pada keabsahan shalat itu sendiri.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan maksud dan tujuan dari memakai sandal sendiri adalah untuk menghindari keragu-raguan, najis dan kotoran itu sendiri. Maka jika terpenuhinya maksud tersebut adalah dengan memakai sandal, maka hal itu dianjurkan sebagai sarana terwujudnya maksud dan tujuan. Imam Nawawi melanjutkan penjelasannya, dalam kitab yang sama, 

? ? ? ? ? ?

Diperbolehkan juga berhati-hati untuk terpenuhinya maksud dan tujuan.

Sang Pencerah Muslim

Lebih baiknya seseorang menyediakan sandal khusus kamar mandi dan tidak dipakai kecuali hanya ketika hendak masuk kekamar mandi. Terlebih lagi jika kamar mandi tersebut tidak ada tempat cucian kaki, maka sandal khususu kamar mandi adalah solusinya. (Pen. Fuad H/Red. Ulil H)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, News, Berita Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 10 Februari 2018

Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta

Jakarta, Sang Pencerah Muslim?



Panitia Hari Santri 2016 bekerja sama dengan Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) NU menggelar kompetisi film pendek dokumenter. Kompetisi yang diperuntukan untuk umum tersebut menyediakan hadiah total Rp 50 juta. Juara pertama 25 juta. Juara kedua 15 juta. Juara ketiga 10 juta.

Panitia Kompetisi Film Masduki Baidlowi mengatakan kompetisi ini merupakan yang kedua kalinya diselenggarakan di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).?

Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta (Sumber Gambar : Nu Online)
Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta (Sumber Gambar : Nu Online)

Ikuti Kompetisi Film Pendek Dokumenter Hadiah Total 50 Juta

“Kompetisi tahun 2015 cukup sukses. Panitia menerima 83 karya dari sineas pelbagai daerah. Filmnya bagus-bagus. Para kiai senang melihatnya,” kata Masduki.

Lebih lanjut Masaduki menjelaskan bahwa film dokumenter menjadi pilihan panitia karena NU membutuhkan pengamatan riil yang terjadi di masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

“NU membutuhkan up date informasi peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, baik peristiwa keagamaan, peristiwa kebangsaan dan lain-lain. Tapi di satu sisi, NU belum punya alat untuk menyerap informasi secara pasti. Nah, melalui film dokumenter tujuan menyerap informasi bisa didapatkan,” jelas Wakil Sekretaris Jenderal PBNU ini.

Panitia kompetisi tahun ini, kata Masduki, mengangkat tiga tema yang dapat dipilih para peserta. Pertama, Kita dan Pancasila. Kedua, Islam menerima Perbedaan. Ketiga, Pesantren dan Agenda Perubahan.

“NU ingin terus memberi pemahaman tentang sikap Islam atas perbedaan. NU ingin mengetahui dinamika masyarakat tentang Pancasila. Dan pesantren, sebagai basis utama tradisi keagamaan dan kaderisasi NU, harus terus menerus mengawal agenda perubahan. Itu sedikit latar belakang terkait tema,” jelasnya. ?

Sang Pencerah Muslim

Pengiriman karya dialamatkan ke kantor Redaksi Sang Pencerah Muslim, gedung PBNU lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta. Sementara penerimaan karya dimulai dari 25 September hingga 5 November 2016. Adapun konfirmasi penerimaan karya bisa menghubungi nomor kontak 085813969216.

Penjurian kompetisi ini akan dilakukan di Jakarta oleh lima anggota juri, yaitu Masduki Baidlowi (PBNU), Bowo Leksono (pegiat Film Purbalingga), Susi Ivvaty (wartwan), Nurman Hakim (sutradara), dan Savic Ali (Direktur Sang Pencerah Muslim). Sementara pengumuman pemenang akan disampaikan melalui NU tanggal 10 November 2016. (Abdullah Alawi)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Doa, Kyai Sang Pencerah Muslim

Selasa, 23 Januari 2018

Singapura Larang Operasi Situs Perselingkuhan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Perseteruan antara laman penganjur perselingkuhan Ashley Madison dan regulator Internet Singapura memicu perdebatan mengenai kebebasan berekspresi di negeri tersebut.

Ashley Madison – operator laman perkencanan dengan slogan “Hidup itu singkat. Ayo selingkuh!” – telah berencana meluncurkan laman tersebut di Singapura pada November. Namun, rencana tersebut berantakan setelah otoritas media Singapura, Media Development Authority (MDA) menerbitkan larangan karena laman itu dianggap “melawan kehendak masyarakat.” Seperti dilaporkan oleh Wall Street Journal.

Singapura Larang Operasi Situs Perselingkuhan (Sumber Gambar : Nu Online)
Singapura Larang Operasi Situs Perselingkuhan (Sumber Gambar : Nu Online)

Singapura Larang Operasi Situs Perselingkuhan

Dalam pernyataannya, MDA mengakui bahwa mereka takkan selamanya dapat menghalang-halangi “kandungan terlarang” di Internet. MDA membidik Ashley Madison karena “tidak menghargai nilai-nilai keluarga [Singapura].”

Sang Pencerah Muslim

Ashley Madison menyanggah pernyataan mengenai aktivitasnya mengampanyekan perselingkuhan. “Kami menyediakan platform dan jejaring sosial yang meniru pola sikap yang berlaku,” demikian keterangan laman tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Namun, menurut MDA, penutupan situs akan menjadi cermin bagi opini masyarakat dan dukungan bagi peran yang dimainkan pemerintah Singapura dalam menegakkan sejumlah prinsip guna memelihara moralitas, keamanan, kepentingan masyarakat, dan harmoni sosial.

Kendali pemerintah atas media dan kandungan online telah lama menjadi isu sensitif di Singapura. Di negeri itu, kebanyakan media arus utama disetir kelompok media dan kandungan online yang terkait dengan pemerintah, termasuk pornografi.

Menurut juru bicara MDA, pihak berwenang tidak memiliki hasrat atau alat untuk mengendalikan segala hal yang ditonton dan diakses secara online oleh masyarakat. Ia mengatakan MDA “mempertimbangkan masukan masyarakat.”

Sebagian besar masukan menyokong keputusan pemerintah.

Halaman Facebook bertajuk “Block Ashley Madison From Corrupting Singapore” telah mendapatkan 27.000 like dan ratusan komentar sejak pertama kali dihadirkan pada akhir Oktober tak lama setelah Ashley Madison mengumumkan maksudnya untuk membuka beroperasi di Singapura.

Saat Chan Chun Sing, Menteri Perkembangan Sosial dan Keluarga menulis pada Facebook, 25 Oktober. “Saya tidak menyambut adanya laman seperti itu di Singapura.” Komentarnya mendapat “like” sebanyak 2.300 kali.

“Mengampanyekan perselingkuhan merusak kepercayaan dan komitmen terhadap suami dan istri, yang menjadi inti pernikahan.

Namun, Noel Biderman, direktur utama dan pendiri laman asal Kanada itu mengatakan Ashley Madison sebenarnya salah satu acara menyikapi perselingkuhan.

“Kami menguping sejak orang-orang mulai berselingkuh,” ujarnya kepada Wall Street Journal. Dan memahami kenapa orang memilih serong sebagai langkah awal memperbaiki pernikahan.

“Pada akhirnya, apa yang saya coba kerjakan adalah ikut mengartikulasikan keyakinan bahwa jika Ashley Madison absen, praktik [perselingkuhan] akan menyebar ke wilayah yang dapat merusak [hubungan] orang,” ujar Biderman. “Saya tidak menampik bahwa masyarakat [melontarkan] protes. Namun, mereka berkeberatan pada hal yang salah.” (mukafi niam)

Foto: AFP

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Bahtsul Masail, Pesantren, Tokoh Sang Pencerah Muslim

Jumat, 12 Januari 2018

Pemenuhan Hak Korban Tanggung Jawab Bersama

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pertanggungjawaban negara terhadap mereka yang menjadi korban kejahatan terus disuarakan, meski sesungguhnya layanan yang tersedia dianggap sudah cukup memadai. Hanya saja yang menjadi pertanyaan, apakah semua korban kejahatan bisa mengakses semua layanan yang sudah tersedia tersebut. 

Demikian terungkap dalam seminar bertema Integrasi Layanan bagi Korban Kejahatan yang digelar Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dalam rangkaian HUT ke-9, bertempat di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu (29/11).

Pemenuhan Hak Korban Tanggung Jawab Bersama (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemenuhan Hak Korban Tanggung Jawab Bersama (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemenuhan Hak Korban Tanggung Jawab Bersama

Ahli Hukum Pidana yang juga Guru Besar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia Harkristuti Harkrisnowo mengingatkan para pemangku kepentingan di lingkungan LPSK untuk aktif membangun komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait demi kepentingan pemenuhan hak korban kejahatan.

Menurut Harkristuti, pengembangan public relation menjadi salah satu faktor penting untuk mewujudkan integrasi layanan bagi korban, karena harus diakui, sulit bagi LPSK jika harus bekerja sendiri dalam melaksanakan pemenuhan hak korban kejahatan karena dibutuhkan kerja sama lintas kementerian/lembaga (K/L).

"Harus ada pembagian tugas dari pimpinan (LPSK) untuk rutin menjalin komunikasi dan koordinasi dengan K/L lain. Ini menjadi tugas dari para pimpinan (LPSK) sebagai pembuat kebijakan," ujar dia.

Sang Pencerah Muslim

Narasumber lain, Hesti Armiwulan juga menyoroti sinergi LPSK dengan K/L lain agar dalam pelaksanaan tugas masing-masing tidak saling tumpang tindih.

"Mungkin bisa dijadwalkan pertemuan rutin, semisal di awal tahun untuk mencocokkan program, dilanjutkan pertemuan berkala beberapa bulan sekali, dan di akhir tahun dilakukan evaluasi. Untuk itu, kita memang harus menurunkan ego sektoral," katanya.

Koordinasi seperti yang dicontohkan tersebut, ujar Hesti, saat ini memang seperti mati suri sehingga ada peluang bagi LPSK untuk menginisiasi dan membangkitkannya kembali.

Sang Pencerah Muslim

"LPSK representasi negara bukan pemerintah. Bangun komunikasi dengan banyak pihak, termasuk pihak asing seperti kedutaan besar dan lainnya," imbau Hesti.

Sementara itu, Direktur ICJR Supriyadi menuturkan, banyak layanan yang sudah dipersiapkan negara bagi korban kejahatan, seperti perlindungan fisik, bantuan medis, psikologis, psikososial, pendampingan hukum, restitusi dan kompensasi.

"Berbagai jenis layanan dari negara memadai, namun masih ada gap besar, apakah semua korban mendapatkan layanan tersebut," kata pria yang akrab disapa Supi tersebut.

Dia mengatakan, pihaknya mencoba menyusuri layanan dari LPSK sebagai lembaga yang memiliki kewenangan paling kuat dalam memberikan layanan bagi korban kejahatan. Karena harus diakui, hingga kini belum ada data secara nasional tentang berapa banyak pemberian layanan, semuanya sangat tergantung tupoksi masing-masing institusi.

Dari data layanan LPSK, pemberian bantuan medis menjadi layanan dengan jumlah tertinggi yang dinikmati para korban dari berbagai tindak pidana, di antaranya pelanggaran HAM berat, perdagangan orang, kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebagainya. Layanan lain yaitu rehabilitasi psikologis. Sedangkan pemenuhan hak prosedural mengalami penurunan.

Kabar menggembirakan, menurut Supi, yakni dikabulkannya tuntutan kompensasi korban terorisme di Samarinda. Ini merupakan kemajuan dan membawa angin segar dalam pemenuhan hak korban.

"Bagaimana dengan korban (kejahatan) lain, mereka juga butuh kompensasi karena restitusi macet," ujarnya.

Wakil Ketua LPSK Lies Sulistiani mengatakan, pemenuhan hak korban sulit jika dilakukan secara parsial melainkan dibutuhkan layanan terintegrasi dari berbagai penyedia layanan dan pihak terkait. Lies mengimbau khususnya penegak hukum tidak ragu apalagi takut memperjuangkan hak korban kejahatan.

"Contoh restitusi, kami harap penuntut umum tidak usah ragu karena itu memiliki dasar hukum yang jelas, baik undang-undang maupun peraturan pemerintahnya," tutur Lies.

Dia juga menggarisbawahi tentang pemberian layanan psikososial. Karena tujuan dari layanan ini adalah bagaimana mengintegrasikan kembali korban ke masyarakat sehingga dibutuhkan peran kementerian/lembaga lain, termasuk pemerintah daerah.

"Akan sulit jika LPSK bekerja sendirian dalam pemenuhan hak psikososial bagi korban," ujarnya. (Red: Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim PonPes, Quote, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Selasa, 09 Januari 2018

Semakin Beragama, Harusnya Semakin Cinta Tanah Air

Grobogan, Sang Pencerah Muslim - Dewasa ini sifat dan sikap nasionalisme banyak orang yang juga beragama mulai luntur. Semakin beragama, seharusnya semakin tinggi nilai nasionalismenya, bukan berkurang atau bahkan hilang.

Demikian disampaikan Ustadz Ali Masykur saat menjelaskan kutipan teks kitab Ad-Difa anil Wathan karya KH M Said Lirboyo dalam pengajian pasaran di Pesantren Al-Misykah Desa Selo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, Ahad (28/5) malam.

Semakin Beragama, Harusnya Semakin Cinta Tanah Air (Sumber Gambar : Nu Online)
Semakin Beragama, Harusnya Semakin Cinta Tanah Air (Sumber Gambar : Nu Online)

Semakin Beragama, Harusnya Semakin Cinta Tanah Air

Muqaddimah kitab karya dzurriyyah lirboyo ini menjelaskan betapa pentingnya urusan tanah air, yang mana hal tersebut merupakan hakikat diniyyah atau keagamaan.

"Banyak anggapan bahwa sebagai seorang Muslim hanya wajib memperbaiki kualitas agamanya, tidak wajib berkecimpung dalam upaya wathaniyyah. Hal ini adalah bentuk kesalahan dan kerugian," terang Ustadz Ali di pesantren asuhan Kiai Asnawi Lathif.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Kiai Muhammad Said mencantumkan hadits “Man lam yahtamma bi amril muslimin fa laisa minhum” dalam karyanya. Hadits ini bisa menjadi fondasi bahwa umat Islam harus ikut terjun berpikir dan beraksi dalam upaya memberikan maslahat terhadap kaum Muslimin, khususnya yang berada dalam tanah air tercinta ini.

Pada awal kajian kitab ini, Ustadz Ali berharap semua santri dan kaum muslimin agar tidak hanya mementingkan soal pribadinya, tetapi namun juga maslahat secara umum. Selain itu, rasa hubbul wathan harus tumbuh di dalam hati seorang santri sebab santri yang berupaya mewujudkan kemerdekaan tanah air ini. (A Lubabul Arifin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren Sang Pencerah Muslim

Senin, 01 Januari 2018

1 Agustus, Hubbul Wathon Berdzikir di Istana Negara

Jakarta,Sang Pencerah Muslim

Majelis Dzikir Hubbul Wathon akan diundang Presiden Joko Widodo untuk melaksanakan dzikir berjamaah di Istana Negara pada 1 Agustus mendatang. Dzikir tersebut sebagai salah satu rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia.

Hal itu dibenarkan Sekretaris Jenderal Majelis Dzikir Hubbul Wathon Hery Hariyanto Azumi. “Tangal satu itu kan menjadi bagian dari rangkaian peringatan hari kemerdekaan,” katanya.

1 Agustus, Hubbul Wathon Berdzikir di Istana Negara (Sumber Gambar : Nu Online)
1 Agustus, Hubbul Wathon Berdzikir di Istana Negara (Sumber Gambar : Nu Online)

1 Agustus, Hubbul Wathon Berdzikir di Istana Negara

Pada dzikir itu, Majelis Dzikir Hubbul Wathon akan mengundang perwakilan dari habaib, kiai-kiai, dan umat sendiri. “Intinya akan rolling nanti. Rolling ke berbagai daerah di Indonesia,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU ini.

Sang Pencerah Muslim

Menurut dia, visi misi majelis itu adalah ingin menjadi jembatan untuk mengatasi kebuntuan komunikasi, kebuntuan silaturahim yang hari ini terjadi antara berbagai kelompok dalam rumah Indonesia.

Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia periode 2005-2008 ini menambahkan, dzikir itu adalah bahasa spiritual, bahasa bagaimana orang masuk ke dalam upaya meyelesaikan problem itu dari dalam dirinya sendiri, sehingga resistensi tidak ada.

Sang Pencerah Muslim

Kalau kita mau berdzikir, kata dia, dari partai mana pun, dari kelompok mana pun, mereka pasti suka. “Di situ kita masuk. Banyak problem ini bukan terjadi karena subtansi masalah, tapi karena problem komunikasi. Kita mencoba membantu mengatasi dari situ, mengatasi problem-problem dengan silaturahim,” jelasnya.

Ia membayangkan, melalui majelis dzikir, di Istana, Presiden Joko Widodo mengundang semua kelompok oposisi untuk berdzikir bersama. Atau sebaliknya, di kelompok oposisi mengundang Istana untuk berdzikir. “Ini kan bisa menjadi sesuatu yang bisa jadi jembatan,” katanya.? (Abdullah Alawi)

?

?

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Minggu, 31 Desember 2017

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award

Jakarta, Sang Pencerah Muslim -

Ketika media massa tertentu dan media sosial dewasa ini dipenuhi ujaran kebencian dan ruang yang seringkali dimanfaatkan pelaku intoleran, PW GP Ansor Sulawesi Selatan (Sulsel) justru mendapatkan penghargaan sebagai organisasi perdamaian.?

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award (Sumber Gambar : Nu Online)
Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award (Sumber Gambar : Nu Online)

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award

Penghargaan Police Honorary Award sebagai organisasi penebar perdamaian tersebut diserahkan Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Anton Charliyan kepada Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Selatan Muh Tonang Cawidu, Senin (7/11).?

“Penghargaan tersebut merupakan berkah ijtihad dan sikap komando tertinggi nasional GP Ansor dan Banser dalam memberi arahan pada seluruh Ansor Banser Indonesia,” ujar Tonang melalui Bidang Kaderisasi Kebanseran Sulsel Masud Shaleh, saat dihubungi Sang Pencerah Muslim, Senin (7/11).

Atas penghargaan tersebut, Tonang selanjutnya menyampaikan selamat untuk Ketua Umum PP GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas dan Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni.

“Selamat juga untuk sahabat Ansor seluruh Indonesia,” imbuh Masud yang juga Kepala Satuan Khusus Protokoler Satkornas Banser itu pula.?

Sang Pencerah Muslim

Police Honorary Award diberikan bagi para tokoh masyarakat dan organisai massa dan kepemudaan yang selama ini memberikan dedikasi demi terciptanya perdamaian.

Sang Pencerah Muslim

Penghargaan itu adalah penghargaan istimewa dari polisi kepada yang menerima penghargaan itu.

"Sehingga diberikan penghormatan Khusus oleh Kapolda sebelum penyerahan piagam perhargaan itu," kata dia.?

Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni mengucapkan selamat dan bangga atas prestasi tersebut. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Daerah, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Jumat, 29 Desember 2017

Nahdliyyin Sukoharjo Peringati Haul Mbah Maksum

Sukoharjo, Sang Pencerah Muslim. Warga Nahdliyyin Sukoharjo mengikuti peringatan haul tokoh NU Sukoharjo KH Maksum Waladi, Sabtu (15/2). Acara tersebut bertempat di kediaman keluarga Kiai Maksum di Jalan Diponegoro nomor 9 Joho kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Nahdliyyin Sukoharjo Peringati Haul Mbah Maksum (Sumber Gambar : Nu Online)
Nahdliyyin Sukoharjo Peringati Haul Mbah Maksum (Sumber Gambar : Nu Online)

Nahdliyyin Sukoharjo Peringati Haul Mbah Maksum

Hadir pada kesempatan itu sejumlah tokoh NU Sukoharjo di antaranya Rais Syuriyah PCNU Sukoharjo KH Ahmad Baidlowi, Ketua PCNU HM Nagib Sutarno, dan Mudir Jatman KH Khoirul Anwar.

KH Maksum Waladi pernah mengemban amanah sebagai Rais Syuriyah PCNU Sukoharjo selama beberapa periode.

Sang Pencerah Muslim

Sekretaris NU Sukoharjo Lasimin mengenang sosok yang akrab disapa Mbah Maksum itu sebagai seorang pribadi yang jujur. "Yang jelas sifatnya jujur dan ora neko-neko," kenangnya.

Lasimin masih ingat beberapa pesan yang pernah disampaikan Kiai Maksum. "Masih saya ingat pesan itu, ‘Jadilah pengurus NU yang sregep (rajin) dan entengan (ringan membantu). Itu modal untuk mengurusi NU," kata Lasimin menirukan pesan Kiai Maksum. (Ahmad Rosyidi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Meme Islam, Pesantren, AlaSantri Sang Pencerah Muslim

Puluhan Pelajar Desa Ikuti Pelatihan Relawan Antinarkoba

Tulungagung, Sang Pencerah Muslim



Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Desa Batangsareng Kecamatan Kauman mengadakan pelatihan relawan antinarkoba pada Ahad, 3 Desember 2017 pukul 08.00 WIB sampai 13.00 WIB. Kegiatan itu dikerjasamakan dengan Badan Narkotika Nasional atau BNN Kabupaten Tulungagung,

Puluhan Pelajar Desa Ikuti Pelatihan Relawan Antinarkoba (Sumber Gambar : Nu Online)
Puluhan Pelajar Desa Ikuti Pelatihan Relawan Antinarkoba (Sumber Gambar : Nu Online)

Puluhan Pelajar Desa Ikuti Pelatihan Relawan Antinarkoba

Kegiatan berlangsung di balai desa setempat tersebut diikuti 50 peserta dari kalangan pelajar. Bahkan sejumlah tokoh berkenan hadir dan mendampingi peserta hingga kegiatan selesai.

Pelatihan yang difasilitasi Pemuda Mandiri Membangun Desa binaan Kementerian Pemuda dan Olahraga ini mendapatkan apresiasi dari pemerintah desa setempat. 

"Kegiatan yang diadakan IPNU IPPNU seperti ini sangat penting untuk mengembangkan desa," tutur Ir. Ripangi. 

Kepala Desa Batangsaren tersebut juga berterimakasih kepada sejumlah peserta yang dengan antusias mengikuti kegiatan. 

Sang Pencerah Muslim

Usai pembukaan, dilanjutkan penyampaian materi oleh Tri Arief. Kasi P2M BNN Kabupaten Tulungagung menyampaikan tentang jenis dan dampak penyalahgunaan narkoba, serta kasus narkoba di kawasan tersebut. 

Salah satu kasus yang diceritakan adalah penangkapan pengedar narkoba di kecamatan Ngunut. Melalui cerita tersebut, diharapakan seluruh peserta pelatihan bisa waspada terhadap gerak mencurigakan di lingkungan sekitar.

"Saya sangat senang karena materi yang saya dapat di pelatihan ini menyadarkan untuk berperan aktif dalam mencegah penyalahgunaan narkoba," ujar Nimah, salah satu Pengurus Ranting IPPNU Batangsaren yang mengikuti pelatihan.

Sang Pencerah Muslim

Di akhir kegiatan, seluruh peserta dikukuhkan sebagai relawan anti-narkoba. Mereka memiliki tugas menjaga diri dari penyalahgunaan narkoba dan kampanye menolak peredaran bahan berbahaya tersebut di desa dan sekolah. (Puspita Hanum/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren Sang Pencerah Muslim

Rabu, 13 Desember 2017

Aktivis PCINU Taiwan Ciptakan Aplikasi Halal

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Hasil karya Aris Kusumo Diantoro dan Faisal Fahmi, keduanya mahasiswa Indonesia yang menempuh program magister di National Chiao Tung University (NCTU) Taiwan itu, diluncurkan di Taipei, Ahad.

"Saat ini pengetahuan mengenai kehalalan masih rendah. Muslim yang datang ke Taiwan tentunya akan merasa khawatir dengan makanan dan lingkungan di Taiwan," ujar Aris yang berasal dari Sleman, Yogyakarta, itu kepada Antara di Jakarta.

Aktivis PCINU Taiwan Ciptakan Aplikasi Halal (Sumber Gambar : Nu Online)
Aktivis PCINU Taiwan Ciptakan Aplikasi Halal (Sumber Gambar : Nu Online)

Aktivis PCINU Taiwan Ciptakan Aplikasi Halal

Ia berharap aplikasi yang diberi nama "Taiwan Halal" mampu mengatasi masalah yang dialami umat Islam, baik pekerja, pelajar, maupun wisatawan, yang menginginkan produk dan pelayanan halal di negeri berjuluk "Formosa" itu.

"Sebagai umat Islam, kami harus berusaha secara maksimal untuk mengikuti aturan halal atau haramnya satu produk atau layanan," ujar remaja yang juga aktif di Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Taiwan itu.

Sang Pencerah Muslim

Aris menyadari banyak pekerja, pelajar dan wisatawan Muslim di Taiwan yang sering kali mengalami kesulitan untuk mendapatkan produk dan jasa sesuai syariat Islam.

"Melalui aplikasi ini, umat Islam di Taiwan nanti akan mendapatkan banyak informasi mengenai restoran atau rumah makan halal, hotel yang memberikan pelayanan halal, masjid, dan komunitas Muslim di Taiwan. Kami berharap program yang dapat diakses melalui telepon seluler dan komputer ini dapat memandu mereka," ujarnya didampingi Faisal Fahmi yang berasal dari Cilacap, Jawa Tengah.

Faisal yang bertindak sebagai programmer meminta masukan dari para pengguna agar aplikasi tersebut semakin mendekati kesempurnaan dalam memberikan pelayanan dan informasi mengenai kehalalan di Taiwan. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pesantren,Attijani Sang Pencerah Muslim

Senin, 04 Desember 2017

Islam dan Dinamika Sosial Terkini

Oleh Aswab Mahasin

Saya akan memulai tulisan ini dengan diskursus seorang atheis Will Durant, “Agama punya seribu jiwa, segala sesuatu jika sudah dibunuh ia akan sirna, kecuali agama. Agama sekiranya ia dibunuh seratus kali, akan muncul lagi dan kembali hidup setelah itu.” Pernyataan ini senada dengan judul buku Komarudin Hidayat, “agama punya seribu nyawa”.

Islam dan Dinamika Sosial Terkini (Sumber Gambar : Nu Online)
Islam dan Dinamika Sosial Terkini (Sumber Gambar : Nu Online)

Islam dan Dinamika Sosial Terkini

Agama sekarang ini berada pada posisi “dimanfaatkan” dan “bermanfaat”. Agama dimanfaatkan ketika suatu kelompok tertentu bertindak, berbuat, dan berdalih atas nama agama demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Selanjutnya. Agama bermanfaat ketika agama benar-benar difungsikan sesuai dengan esensi dari nilai-nilai agama itu sendiri, sebagai sistem pengajaran yang mendidik, sebagai sistem sosial yang mensejahterahkan, dan sebagai ajakan yang menentramkan.

Namun, kedua posisi itu tidak bisa dielakan dalam situasi dan dinamika sosialyang terus berkembang. Memang, agama tidak berubah, tetapi agama dianut oleh masyarakat baik secara menyeluruh maupun individudalam gerak sejarahnya terus mengalami perubahan, diberbagai dimensi sosialnya.

Fenomena tersebut terjadi disemua lapisan pemeluk agama, agama apapun mengalami hal yang sama. Dengan demikian, ada pergumulan antara agama dan sosial, atau biasa kita kenal juga dengan istilah “peradaban”. Agama dari mulai kelahirannya (agama manapun), selalu berinstrumen dengan kondisi sosialnya, di satu sisi agama membangun kebudayaan, di sisi lain agama berusaha membentuk peradaban.

Bila ditatap dari perspektif sejarah, setiap agama memang membentuk dan membangun kebudayaan serta peradabannya sendiri. Ketika Nabi Muhammad Saw Hijrah ke Yastrib, Kanjeng Nabi langsung mengganti nama kota Yastrib yang berarti “tanah gersang berdebu” menjadi Madinah yang berarti “kota atau peradaban”. Artinya, Nabi Muhammad Saw ingin membangun dan mewujudkan perdaban dunia melalui makna kota Madinah, dengan kreatifitas peradaban masyarakatnya dan nilai-nilai Islam melalui petunjuk Ilahi.

Sang Pencerah Muslim

Dengan demikian, secara alamiah agama mempunyai kemampuan untuk melahirkan peradaban (madinah atau tamaddun). Berarti agama dan peradaban dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, berdampingan dan bersamaan. Walaupun banyak orang menyangsikan bahwa agama dan peradaban adalah berbeda, mereka mencoba membuat distingsi (pembedaan), dengan konklusi, agama di satu sisi dengan peradaban di sisi yang lain.?

Misalnya dikatakan, Agama adalah wahyu Tuhan, sedangkan peradaban adalah inovasi manusia. Pembedaan semacam ini sesungguhnya hanya ada dalam wacana dan verbalisme belaka, dan tidak pernah ada dalam kenyataan hidup manusia. (Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawwar, MA, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA, dan Dr. Achmad Mubarok, MA, dalam buku Agenda Generasi Intelektual: Ikhtiar Membangun Masyarakat Madani: 2003)

Realitas hidup manusia menghendaki sesuatu yang oprasional, tidak hanya berhenti pada ajaran-ajaran kaku. Agama memang tidak berubah, namun sekali lagi saya tekankan masyarakatnya yang berubah, pemeluknya yang berubah. Perubahan ini mau tidak mau mempengaruhi pula cara dan sikap keberagamaan mereka.?

Sang Pencerah Muslim

Apalagi di era informasi serba terbuka, tidak sedikit dari mereka berguru pada google, youtube, facebook, twitter, dan sebaginya—seringkali memuat informasi atau penyampaian tidak berimbang.Dari hal tersebut, akan terjadi penguapan yang tidak bisa dikontrol apalagi dibatasi, setiap orang boleh menyampaikan sesuatu, dan dilakukan secara bebas, dengan cara; emosi, tanpa data, ujaran kebencian, dan ngawur. Tidak bisa dipungkiri, hal tersebut merupakan masalah untuk mendapatkan pemahaman yang utuh.

Menanggapi persoalan tersebut, kita harus berpikir dialektis, umat Islam berkembang variatif, jargon-jargon dan simbol-simbol keIslaman tidak hanya dimiliki oleh satu golongan, melainkan semua golongan yang beragama Islam dengan pandangan tertentu, madzhab tertentu, dan diskursus tertentu. Sehingga tidak sedikit dari kita terjebak pada kebingungan, mana yang Islam di antara kita. Ini menjadikan kita berpikir satu pihak, sehingga timbul sikap menyempit, karena Islam cenderung meluas.?

Sebab itu, dalam dinamika sosial ada kecenderungan kelompok yang menutup diri, sebagai cara untuk menjadikan kelompoknya pada kemurnian ideologi serta menuduh kelompok lain telah menyeleweng. Hal ini seleras seperti yang disampaikan Gunawan Mohamad dalam dialognya, “Efek dari penyempitan itu salah satunya adalah hilangnya toleransi.?

Namun, di sisi lain hilangnya toleransi bukan hanya masalah teologi lokal semata, juga menyangkut krisis sosial budaya. Sambung Gunawan Muhammad, Nurcholish benar ketika mengatakan semua agama dewasa ini mengalami krisis. Tidak hanya umat Islam, melainkan semua umat dari berbagai agama.”

Kita bisa lihat juga potret yang berkembang, di Amerika Serikat menjelang tahun 1980-an muncul gerakan intelektual internasional, dengan misi “Islamisasi Pengetahuan”, pertama kali gerakan ini didengungkan oleh Isma’il Raji Al-Faruqi dari lembaga Pemikiran Islam Internasional (Internatioanl Institute of Islamic Thouhgt). Gagasan ke arah Islamisasi Pengetahuan sebelumnya sudah dicetuskan oleh Naquib Al-Attas dari Malaysia. (Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: 2006)

Hal tersebut adalah respon dari sebagian umat Islam, supaya tidak begitu saja menelan mentah-mentah ala Barat. Namun menjadi lucu, ketika objek dunia yang luas ini, dengan berbagai ragam spektrumnya lantas harus didudukan pada satu paradigma saja, dengan tiga dalih kesatuan; kesatuan pengetahuan, kesatuan kehidupan, dan kesatuan sejarah. Jelas, kalau kita jabarkan lebih panjang, akan rancu.?

Minimal Anda bisa menelaah sendiri, bagaimana jika pengetahuan hanya tunggal, dimana pengetahuan hanya punya satu kiblat pengetahuan. Saya hanya membayangkan, tidak kreatifnya dunia ini dan merupakan pekerjaan yang tidak berguna memikirkan islamisasi pengetahuan. Toh menurut Kuntowijoyo, metode dimana-mana sama: metode survei, metode partisipan, atau metode grounded dapat dipakai dengan aman, tanpa resiko akan bertentangan dengan iman kita.?

Dalam hal ini, saya lebih sepakat dengan istilah Kuntowijoyo, bukan Islamisasi Pengetahuan, melainkan “Pengilmuan Islam” terhadap ilmu-ilmu yang telah ada, gerakan ini tidak seperti Islamisasi Pengetahuan (konteks ke teks), melainkan (teks ke konteks).

Pengilmuan Islam yang dimaksud adalah di mana Islam mampu mewarnai perubahan dunia. Intinya, dalam hal ini Islam bukan hanya sebagai ideologi atau doktrin agama, melainkan sebagai ide dan ilmu.

Kuntowijoyo hanya masih salah satu gambaran pemikir Indonesia yang mencoba memetakan Islam sebagai model pembangunan untuk merespon dinamika sosial. Berbeda dengan Nurcholish Madjid mengembangkan “sekularisasi”, dan Amin Rais berkiblat pada “Islamisasi ilmu pengetahuan”, sedangkan Jalaludin Rahmat menggaungkan “Islam alternatif”.?

Lain lagi dengan Munawir Syadzali lebih banyak berbicara tentang “reaktualisasi Islam” mengingat dinamika historis sudah berkembang cepat di samping adanya prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan yang harus dikedepankan. (Syamsul Bakri dan Mudhofir, Jombang Kairo, Jombang Chicago: Sintesis Pemikiran Gus Dur dan Cak Nur dalam Pembaruan Islam Indonesia: 2004)

Sedangkan Gus Dur menggaungkan Pribumisasi Islam, untuk mencairkan pola dan karakter Islam yang normatif menjadi sesuatu yang kontekstual. “Pribumisasi Islam” tergambar bagaimana Islam sebagai ajaran yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing.

Pada pijakan tersebut, para pemikir melihat pentingnya perspektif universal sebagai sebuah sistem gagasan yang ideal/kompleks dalam memahami agama khususnya sejarah yang berkembang. Munculnya ide-ide baru ini, dan mungkin masih banyak ide lainnya dari para pemikir, tidak lain sebagai respon ideologi, respon ide, respon kultural, respon pemikiran, respon sosial, dan berbagai respon lainnya dengan menilik pada perkembangan dinamika masyarakat yang terus berkembang.

Islam dan dinamika sosial adalah sebuah proses mencari bentuk operasional agama yang sesuai untuk menjawab persoalan-persoalan kemanusiaan, walaupun dengan corak dan karakter pemikiran yang berbeda. Namun, tetap dilandasi dengan pijakan-pijakan, data, refrensi yang ilmiah—tanpa gegabah dalam mengambil kesimpulan—dengan gambaran besarnya bagaimana Kitab Suci dan Rasulullah dalam menerjemahkan ajaran langit pada realitas bumi.

Saya tutup tulisan ini dengan wasiat dari KH Wahid Hasyim, semoga menjadi motivasi buat kitas semua, “Setiap manusia adalah anak dari jerih payahnya. Semakin keras berusaha, semakin pantas ia jaya. Cita-cita yang tinggi dapat mengangkatnya ke derajat yang tinggi. Semakin keras berkemauan semakin terang derajat itu. Tak ada langkah mundur bagi orang yang ingin maju. Tak ada kemajuan bagi orang yang menghendaki mundur.”

Penulis adalah Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Darussa’adah Kebumen, Jawa Tengah.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Ulama Sang Pencerah Muslim

Dua Status Sial Facebook

Malam-malam begini, tiba-tiba saya kangen lagu-lagu kasidah. Saya kemudian mendengarkan suara emas Nur Asiah Jamil berjudul Petani, Pahlawan, dan Ulama. Lagu Petani mengingatkan saya kepada buku catatan harian ayah semasa di pesantrennya. Ayah pernah bergabung bersama tim kasidah, lagu Petani sering dinyanyikannya.

Lalu lagu milik penyanyi andalan Lesbumi tahun 60-an, Rofiqoh Darto Wahab berjudul Ya Asmar Latin Sani. Lagu ini, saya tahu dari novel berbahasa Sunda yang dikarang jebolan pesantren, Usep Romli HM. Judulnya Bentang Pasantren (Bintang Pesantren). Di novel yang berlatar pesantren Sunda, tokoh utamanya menggandrungi lagu itu. Kemudian saya cari lagu itu di internet.

Dua Status Sial Facebook (Sumber Gambar : Nu Online)
Dua Status Sial Facebook (Sumber Gambar : Nu Online)

Dua Status Sial Facebook

Setelah dapat, saya mengirim pesan singkat kepada pengarangnya, bahwa saya sudah memiiliki lagu itu. Ia sampai menelpon saya untuk mengirim lagu itu ke surat elektroniknya. Saya dengan senang hati mengabulkan permintaan pengarang yang pernah aktif di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan GP Ansor itu.

Sang Pencerah Muslim

Lantas saya putar pula kasidah milik Maria Ulfa berjudul Indonesia Baladi. Tak lupa Nasida Ria. Saya menemukan lagu berjudul Wartawan Ratu Dunia buah cipta H Abu Ali Haidar dinyanyikan Muthoharoh. Saya kutip di sini. Ratu dunia, ratu dunia, oh wartawan, ratu dunia/Apa saja kata wartawan mempengaruhi pembaca koran.

Lagu ini menggugah kenangan masa kecil yang akrab dengan kasidahan, terutama sore hari menjelang imtihan (samenan) di madrasah yang dibayar dengan iuran seliter setengah beras per bulan atau pernikah anak tetangga.

Sang Pencerah Muslim

Sialnya, kenangan itu rusak ketika sambil mendengarkan lagu, saya membuka Facebook. Pasalnya saya menemukan dua status teman yang panjang. Statusnya bukan berbunyi seperti ini, “aduh kangen”, “laper nih”, “mamingan”. Bukan! Tapi tentang “akhlak” media kita. Tentu saja ini berkaitan dengan lagu kasidah itu, Wartawan Ratu Dunia yang sedang diputar.

Status teman saya yang pertama berbunyi demikian, “Pada April 2013 lalu, ketika ustadz Jefri Al-Bukhori (Uje) wafat, pemberitaan media (media elektronik, media online bahkan media sosial) begitu masif dan beruntun selama berhari-hari. Bahkan beberapa media televisi swasta nasional menyiarkan langsung acara pemakaman, juga tahlilan sampai 40 hari wafatnya Uje.

Status itu kemudian menceritakan temannya yang berkata, "Ternyata gema wafatnya Uje jauh lebih menggelegar dibanding dengan berita wafatnya kiaimu dari Krapyak itu, ya." Status itu menambahkan, "seminggu sebelum Uje meninggal, KH Ahmad Warsun Munawwir, pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Mutasyar PBNU; juga meninggal."

Status teman yang satu lagi bernada sama. Begini, “Sehari sudah Mbah Mahfudh, Rais Aam Syuriah PBNU dan Ketua MUI berturut-turut itu meninggalkan kita, beliau memiliki teladan akhlak dan karya intelektual yang reputasinya sudah mendunia.” Namun, lanjut status itu, pemberitaan di media tv nyaris tak ada, kecuali berita jalan (tag-line) yang beberapa menit. Bayangkan dengan gemuruh liputan tv saat meliput mendiang Uje Bukhari? Sebulan itu-itu saja, bahkan live pula. Ada apa gerangan dengan masyarakat-media kita?”

Menurut saya, dua status teman saya itu bukan sedang menghujat Uje. Walau bagaimanapun Uje telah berperan dalam dakwah Islam di kota. Tentulah ia punya jasa tersendiri dalam bidang itu.Tapi teman saya sedang membidik pelaku media kita.

Semakin rusak kenangan saya, ketika menemukan status teman lain, “Bagi media yang alergi dengan nama NU, biasanya memberitakan kepergian Mbah Sahal Mahfudh dengan menghubungkan status beliau sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sayangnya, di website lembaga yang sering digunakan sebagai pelarian dari media pengidap penyakit di atas, tak sedikit pun membahas atau berbela sungkawa terkait mangkatnya Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.”

Status tersebut dikomentari temannya begini, “Biarlah Pengakuan terhadap Mbah Sahal menurut kepercayaannya masing-masing . Bagi mereka, itu saja sudah untung, bahkan bisa dikatakan prestasi. Daripada terus-terusan mencela."

Media tak suka kiai desa dan penulis?

Ini mungkin pertanyaan berlebihan. Tapi tidak apa, sesekali bolehlah. Soalnya, dua status pertama teman saya membandingkan, setidaknya dua hal. Pertama, kiai yang penulis dengan kiai lisan. Kedua, kiai kota dan desa.

Mari telisik lebih lanjut, KH Sahal Mahfudh tinggal di Desa Kajen itu menulis kitab dalam bahasa Arab, diantaranya Intifakh al-Wadjin, Faidh al-Haja ala Nail al-Raja Mandhumah Safinat al-Naja, Thariqat al-Hushul ala Ghayat al-Wushul dan a-Bayan al-Mulamma an Alfadh al-Luma (al-Syairazi), dll. Kitab Ghayat al-Wushul Kiai Sahal jadi salah satu rujukan ushul fiqih di Al-Azhar, Mesir. Juga di Hadralmaut (Yaman), dan Sudan. Belum lagi buku-buku dia dalam bahasa Indonesia, serta artikel-artikel lepasnya di majalah ataupun koran.

Pun begitu Kiai Warsun. Ia yang juga tinggal tidak di ibu kota itu menulis kitab Al-Munawwir, kamus Arab-Indonesia : Indonesia-Arab. Kamus ini digunakan tidak hanya ribuan santri, tapi juga mahasiswa yang berkaitan dengan bahasa Arab di perguruan tinggi.

Status teman saya yang pertama, kemudian sampai kepada pertanyaan yang bernada kesal, “Apakah kebesaran tokoh sekaliber KH Sahal Mahfudh dan KH Ahmad Warsun Munawwir ini lebih kecil dibanding dengan seorang dai selebritis ibu kota yang gaul, Ustad Jefri Al-Bukhori yang memang populer dan dibesarkan oleh media?” Menurut saya, sekali lagi, pertanyaan dengan tiga tanda tanya sekaligus itu tidak sedang tidak sedang menyerang Uje. Uje tidak tahu menahu urusan itu, tapi “akhlak” media kita, terutama televisi.

Saya ingin menambahkan pertanyaan teman saya itu, apakah media kita tak suka dengan kiai desa dibanding kiai kota? Apakah media kita tak suka dengan kiai yang menulis tapi lebih suka dengan ustadz lisan? Pertanyaan lain menyusul, kenapa yang satu terus ditampilkan yang satu lagi tidak? Apa itu kebetulan atau disengaja? Saya tidak tahu jawabannya. Lebih baik kita putar ulang lagu Wartawan Ratu Dunia itu.

Apa saja kata wartawan, mempengaruhi pembaca koran/Bila wartawan memuji, dunia ikut memuji/Bila wartawan mencaci, dunia ikut membenci/Wartawan dapat membina pendapat umum dunia /Bila wartawan terpuji bertanggung jawab berbudi/Jujur tak suka berdusta, beriman dan takwa

Sebaik-baik wartawan yang ratu dunia itu, bukankah mereka tetap tunduk kepada kepentingan Pemred dan pemilik media. Coba perhatikan saja apakah TVOne senang dengan memberitakan lumpur Lapindo? Ketika dia tidak memberitakan, apakah fakta itu tidak ada? Jelas, kebijakan pemilik media sangat mempengaruhi.

Belum genap dua minggu, Pengurus Pusat Pencak Silat Pagar Nusa NU membedah buku. Tak tanggung-tanggung, dua buku sekaligus. Kuasa Ramalan karya Peter Carey, peneliti Inggris, dan buku Laskar Ulama-Santri & Resolusi Jihad Garda Depan Menegakkan Indonesia (1945-1949) karya Zainul Milal Bizawie. Kedua buku itu terdapat benang merah, orang-orang dari pesantren turun-temurun mengusir penjajah. Contoh paling terorganisir adalah Perang Pangeran Diponegoro.

Dari bedah buku itu pula menegaskan, kiai-kiai pesantren yang ada sekarang itu adalah keturunan pasukan Pangeran Diponegoro dan pejuang-pejuang sebelumnya. Dengan demikian, lagi-lagi saya menemukan pertanyaan begini, apa media kita tidak suka dengan keturunan para pengusir penjajah?

Sebenarnya tidak salah para media cenderung begitu, wong itu milik mereka, menampilkan atau tidak menampilkan sebuah fakta adalah kepentingan mereka. Biarlah mereka begitu ya begitu dari sononya. Saya cuma sampai pada kesimpulan, sebaiknya para santri, yang katanya turunan para pengusir penjajah itu, berjuang juga dalam media, baik cetak, online, atau tv. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren Sang Pencerah Muslim

Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan

Garut, Sang Pencerah Muslim. Bertempat di Pondok Pesantren Al-Futuhat di Kampung Pangauban Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Garut dan Kecamatan Leles resmi dikukuhkan. Pembaitan pengurus oleh Rais Syuriyah KH Amin Muhyidin dan disaksikan ratusan jamaah pengajian dari setiap kampung.?

Menurut ketua LDNU H Lukmanul Hakim, pembentukan LDNU tergolong dini yakni hanya berkisar 1 minggu. Akan tetapi dengan pembentukan pengurus sekarang pengukuhan pengurus secepatnya dilakukan.?

"Pengukuhan ini menjadi momentum awal bagi kita untuk bekerja secara langsung kepada masyarakat," katanya sesaat setelah melakukan pelantikan, Selasa (26/4).?

Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan

Menurutnya pelantikan ini juga dilakukan berbarangan dengan peringatan isra’ miraj. "Dengan berbarangan dengan peringatan isra’ miraj kami harapkan ini menjadi hal baik bagi kepengurusan kita," ungkapnya.?

Dede Sulaiman pengembang SDM LDNU menambahkan dirinya ingin cepat bekerja. "Kami ingin cepat bekerja makanya kami langsung menyelengarakan peringatan isra miraj," katanya.?

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu Camat Kecamatan Leles Asep Sunandar menyambut baik dengan pengukuhan LDNU Garut dan Leles yang sudah dilantik. Menurutnya dengan pelantikan ini dirinya berharap banyaknya pembinaan masyarakat terutama oleh para ulama.?

"Kami sambut baik pelantikan ini dan kami ucapkan selamat kepada para pengurus yang sudah dilantik," katanya.?

Para pengurus LDNU Garut diantaranya H Lukmanul Hakmi (ketua), K.A Uus Abdurahman (Wakil ketua), Ust Heri Haerudin (Sekertaris), Ahmad Syarifai (Wakil sekertaris), dan H Ahmad Satibi (Bendahara).

Bidang kaderisasi : Cep Badar. Pengembangan SDM : Dede Sulaiman, H Undang. Komunikasi dan informasi : Dindin Daniella, Hendra. Pengkajian : Ustd Alit Kurnia S, Asep Mudakir.

Bidang kaderisasi, Cep Badar. Pengembangan SDM, Dede Sulaiman, H Undang. Komunikasi dan informasi, Dindin Daniella, Hendra. Pengkajian, Ustd Alit Kurnia S, dan Asep Mudakir. (Badhi/Zunus)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Minggu, 03 Desember 2017

Dijamin Tak Sesat, Keilmuan Santri Sampai Rasulullah

Tangerang, Sang Pencerah Muslim



Kekhasan ilmu dunia pesantren adalah ketersambungan sanad dari kiai sampai ke Rasulallah SAW. Itu yang membedakan dengan pendidikan pada sekolah umum. Untuk menjaga sanad itu, Pesantren Putri Al-Hasaniyah melakukan ujian pengambilan sanad dan ijazah kitab kepada para santriwati.

Kepala Dirosah Pesantren Putri Al Hasaniyah KH. M. Mahrusillah menjelaskan bahwa dalam tradisi pesantren ada yang disebut dengan sanad. Keilmuan yang diajarkan oleh guru terhadap murid jelas jalur keilmuannya sampai ke Rasullallah. Jadi, belajar di pesantren dijamin tidak akan sesat pemahaman sebab gurunya punya sanad ilmu yang jelas.

Dijamin Tak Sesat, Keilmuan Santri Sampai Rasulullah (Sumber Gambar : Nu Online)
Dijamin Tak Sesat, Keilmuan Santri Sampai Rasulullah (Sumber Gambar : Nu Online)

Dijamin Tak Sesat, Keilmuan Santri Sampai Rasulullah

"Jadi, jika dirunut dari guru kamu (para santri) saat ini, maka sanad mengaji mu sampai ke Rasulallah pada nomor urut ke 38, sebab rata-rata gurumu bersanad ke-37," ujarnya dalam sambutannya pada kegiatan Haflah Akhirussanah Dirosah Diniyyah Pondok Pesantren Putri Al Hasaniyah Rawalini Teluknaga Tangerang, Jumat (31/3) malam.

Di waktu yang sama, H. Muhamad Qustulani, salah satu pengasuh pesantren menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan Haul Ke 10 Pengasuh Pesantren Putri Al-Hasaniyah Rawalini, KH Muhammad Zarkasyi bin KH.M. Hasan.

Ia pun menjelaskan sanad diberikan kepada seluruh santri yang sudah menyelesaikan setoran hafalan kitab (turats) kuning dan diujikan secara lisan dan tulisan. Di antara kitab yang disanadkan adalah yaitu Awamil Jurjani, Aqidatul Awam, Tuhfatul Athfal, al-Jurumiyah, ? dan Tasrifan KH M. Hasan.?

Sang Pencerah Muslim

"Santri dalam setingkat tingkatan kelas dibebankan hafalan wajib kitab turats. Seperti Yanti salah satu santri putri kelas 3 Sekolah Dasar sudah mampu menghafal kitab Awamil Jurjani," imbuhnya.

Acara diikuti oleh 300-n santri putri Al Hasaniyah dan 18-an santri putra Kimiyaussaadah. Hadir pada kegiatan tersebut Kiai Abdul Azis, Nyai Hj. Tamamal Afiyah, dan para pengasuh pesantren lainnya. (Suhendra/Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Pemurnian Aqidah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 29 November 2017

Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sampai saat ini, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki 34 pengurus wilayah, 439 pengurus cabang, 15 pengurus cabang istimewa, 5.450 pengurus majelis wakil cabang, dan 47.125 pengurus ranting. 

Namun demikian, tidak semua pengurus tersebut menjalankan tugas organisasinya dengan optimal. Ada yang sangat aktif membuat kegiatan dan ada yang kurang aktif. 

Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)
Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)

Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif

Terkait hal itu, Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ma’ruf Amin memiliki solusi agar semua pengurus dari tingkat wilayah hingga ranting bisa aktif. Ia menjelaskan, NU bisa mengembangkan sistem penghargaan dan hukuman bagi tiap-tiap satuan pengurus.

“Dikasih reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) untuk mendorong akselerasi organisasi,” kata Kiai Ma’ruf saat memberikan sambutan dalam acara Tasyakuran Harlah Fatayat NU Ke-67 di Jakarta, Jumat (28/4).

Ia mengusulkan, pengurus wilayah yang aktif akan mendapatkan dua ataupun tiga suara dalam Muktamar. Sedangkan, wilayah yang tidak aktif bisa saja tidak dikasih suara dalam acara pemilihan ketua umum yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama setiap lima tahun sekali. 

Sang Pencerah Muslim

“Pengurus NU di tiap tingkatan ada yang lemah, ada yang kuat. Kita sedang membuat sistem punishment dan reward agar pengurus aktif,” jelas Kiai Ma’ruf.

Penguru-pengurus NU, tegas Kiai Ma’ruf, jangan sampai tidak bergerak dan berdiam diri. Menurutnya, para pengurus tersebut harus digerakkan “Sejak dilantik sampai selesai tidak bergerak-bergerak,” ucapnya. (Muchlishon Rochmat/Fathoni) 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Habib Sang Pencerah Muslim

Kamis, 16 November 2017

Pagari NTT dari Kelompok Terorisme

Kupang, Sang Pencerah Muslim. Maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan agama, memaksi kita sebagai warga negara Indonesia untuk aktif dalam menjaga perdamaian negara. Hal tersebuat membuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) gencar melakukan propaganda lewat media dan dialog yang dilaksanakan di sejumlah daerah di Indonesia.

Pagari NTT dari Kelompok Terorisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagari NTT dari Kelompok Terorisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagari NTT dari Kelompok Terorisme

Salah satunya kegiatan yang dilaksanakan di hotel Neo kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (14/7) dengan tema “dialog lintas agama dalam pencegahan paham radikal-terorisme di NTT”. Sosialisasi ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kabupaten/kota di NTT.

Kegiatan ini terlaksana atas kerja sama dengan FKPT NTT dan BNPT RI. Dialog dihadiri oleh Mustasyar PBNUyang juga Imam Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, Prof. Dr. Syahrin Harahap, (Guru Besar UIN SUMUT), dan dua narasumber lainnya. Turut hadir sebagai undangan dari para pejabat daerah, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh adat, dan tokoh pemuda.

Sang Pencerah Muslim

Dalam pembukaan dialog, Abdul Makarim sebagai kepala bidang agama, pendidikan, dan dakwah menyampaikan bahwa serangan bom sarina dan mapolresta Surakarta menadakan masifnya gerakan terorisme di indonesia.

Hal ini, kata dia, tidak bisa kita biarkan, tapi harus melakukan tindakan dini dalam pencegahan perilaku paham radikal-terorisme di Indonesia, khususnya di NTT.

Sang Pencerah Muslim

“Paham radikal-terorisme merupakan paham yang berideologikan kekerasan dalam mewujudkan cita-cita mereka. Mereka berlindung dibalik nama agama guna mencari dukungan atas aksi dan kegiatan yang dilakukan,” sambung Pengurus MUI NTT ini.

Abdul Makarim menambahkan, “Dialog ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai aksi terorisme yang terjadi di global dan Indonesia, oleh karena itu peserta diharapkan berperan aktif dalam penanggulangan paham radikal terorisme di NTT” tutupnya. (Muhammad Aras Prabowo/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Olahraga Sang Pencerah Muslim

Senin, 13 November 2017

Indonesia Blok Baru Peradaban Islam di Tengah Kegagalan Bangsa Arab

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F. Mas‘udi mengingatkan Muktamar NU 2015 sebagai momen penting bagi NU untuk mengevaluasi gerakan NU selama ini. Ia mengajak para pengurus dan aktivis NU agar melihat Nahdlatul Ulama dan Indonesia dalam lanskap global, konteks nasional, dan sektoral. Untuk itu, NU mesti membawa Indonesia ke depan sebagai wajah baru Islam dunia.

Indonesia Blok Baru Peradaban Islam di Tengah Kegagalan Bangsa Arab (Sumber Gambar : Nu Online)
Indonesia Blok Baru Peradaban Islam di Tengah Kegagalan Bangsa Arab (Sumber Gambar : Nu Online)

Indonesia Blok Baru Peradaban Islam di Tengah Kegagalan Bangsa Arab

“NU harus menjadi kekuatan progresif Islam, bukan sekadar mempertahankan tradisi. Semangat ini hadir sebagai tanggapan atas gagalnya dunia Arab membawa citra peradaban Islam,” kata Kiai Masdar memimpin rapat persiapan Muktamar NU 2015 di Jakarta, Rabu (21/1) sore.

Kegagalan masyarakat Arab, kata Kiai Masdar, bisa diukur dari cara mereka mengatasi persoalan modernitas. Mereka mempertontonkan kekerasan yang sangat keji. Mereka tidak bisa berdamai dengan perbedaan pandangan.

Sang Pencerah Muslim

Sementara Indonesia sangat cocok menjadi pemimpin Islam dunia. Sebagai blok peradaban dunia Islam, Indonesia menempati posisi beruntung dilihat dari geografis dan corak keislamannya.

Sang Pencerah Muslim

“Untuk itu, NU mesti hadir secara progresif mendorong tawasuth, tasamuh. NU ke depan mesti menjadi motor gerakan anti kejahatan korupsi, persoalan kesejahteraan dalam negeri, dan semangat keilmuan,” tandas Kiai Masdar. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren Sang Pencerah Muslim

Jumat, 10 November 2017

Menteri PDT Ajak Santri berperan Entaskan Kemiskinan

Kediri, Sang Pencerah Muslim. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini mengajak para santri untuk berperan serta dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Nantinya, kontribusi para santri terhadap pengentasan kemiskinan ini akan diimplementasikan lewat program santri mengabdi.



Menteri PDT Ajak Santri berperan Entaskan Kemiskinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Menteri PDT Ajak Santri berperan Entaskan Kemiskinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Menteri PDT Ajak Santri berperan Entaskan Kemiskinan

"Tentu para santri sudah paham bahwa kemiskinan itu lebih dekat kepada kekufuran. Karena itu, saya mengajak para santri turut dalam upaya pengantasan kemiskinan di Indonesia," tegas Helmy saat menghadiri peringatan satu abad Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Ahad, (24/1).

Helmy menjelaskan, dalam program santri mengabdi itu, pihaknya akan bekerjasama dengan pesantren untuk mengirimkan santrinya di daerah-daerah tertinggal. "Santri yang akan lulus dari pesantren diminta untuk magang dan mengabdi kepada masyarakat dengan menjadi pendamping pemberdayaan ekonomi," tandasnya.

Sang Pencerah Muslim

Helmy menambahkan, selama ini program magang santri Lirboyo sudah ada setiap tahunnya, namun lingkupnya masih di sekitar pesantren di Kediri. Dengan kerjasama yang dibangun Kementerian PDT dan Depnakertrans dengan Pesantren Lirboyo, nantinya santri-santri Lirboyo ini akan dikirim ke daerah-daerah tertinggal yang tersebar di seluruh nusantara.

"Jadi santri di zaman modern ini harus multifungsi, selain bisa berdakwah juga harus menjadi penggerak ekonomi mikro masyarakat," ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Para ulama pada zaman dulu, kata Helmy, sudah berjuang keras untuk memperkuat perkeonomian masyarakat. Terbukti dengan berdirinya Nahdlatut Tujjar (kebangkitan pedagang), yang menjadi cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU).

"Ini tugas para santri untuk meneruskan cita-cita ulama dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia," tukasnya.

Helmy memandang pentingya urgensi dakwah para santri di daerah tertinggal. Sebab, selain penguatan keagamaan di daerah tertinggal, santri juga bisa memberikan pendampingan dalam berbagai masalah yang dihadapi  masyarakat tertinggal.

"Santri harus keluar dari sarang dan berperan aktif untuk pembangunan bangsa di masa depan," pungkasnya.

Sementara itu, Pengasuh Pesantren Lirboyo KH Idris Marzuki menyatakan, Pesantren Lirboyo yang sudah berusia satu abad sudah banyak pengalaman yang dialaminya. Namun, Pesantren Lirboyo masih mampu menjadi penjaga dalam moralitas bangsa.

"Alhamdulillah selama itu Lirboyo tidak pernah surut dalam upaya membangun bangsa," katanya.

Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Syura PKB, yang juga Ketua Alumni Lirboyo KH Aziz Mansyur, Rektor Al-Ahqaf University of Yaman,Prof Abdullah Muhammad Baharun, KH Imam Yahya Mahrus dan KH Kafabihi Mahrus. (mad)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Humor Islam Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 21 Oktober 2017

Kembangkan Dakwah, Pesantren Cinta Rasul Didik Dai Lokal dari NTT

Soe, Sang Pencerah Muslim. Untuk pertama kalinya, Pengasuh Pesantren Cinta Rasul (PPCR) Kab. Bogor mengunjungi wali santri di beberapa desa di Kota Kupang dan pedalaman Soe Kab. Timor Tengah Selatan (TTS), provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) . Selama 3 hari, dari ? tanggal 7-9 September 2015, mereka menyambangi rumah-rumah wali santri di desa Noemuke, dusun Nokmofa dan Oehani di desa Kiufatu Kab. TTS. Kunjungan ini merupakan upaya untuk melihat langsung potensi santri yang akan menjadi dai lokal

Setelah menempuh perjalanan hampir 4 jam dari Kupang ke Soe, ibukota Kab. TTS, ditambah 3 jam menuju pedalaman Desa Noemuke dengan sesekali melewati ladang-ladang peternakan sapi, melintasi hutan pohon asam berdebu dan sungai berbatu yang kering kerontang, tibalah di halaman masjid Nur Shomad Noemuke.

Kembangkan Dakwah, Pesantren Cinta Rasul Didik Dai Lokal dari NTT (Sumber Gambar : Nu Online)
Kembangkan Dakwah, Pesantren Cinta Rasul Didik Dai Lokal dari NTT (Sumber Gambar : Nu Online)

Kembangkan Dakwah, Pesantren Cinta Rasul Didik Dai Lokal dari NTT

Mengejutkan? Ya. Tapi terus terang bukan karena jauhnya jarak dan terjalnya medan, atau karena kelelahan, melainkan karena ternyata ? begitu papanya kondisi masyarakat di sana. Dari 500-an kepala keluarga, di mana 31 kk di antaranya adalah keluarga muslim, nyaris seperti tidak ada kesejahteraan. Manusia hidup bersama hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, bahkan anjing dan babi, dalam satu lokasi. Ladang yang tandus, karena "air sonde (tidak) mengalir sudah 2 tahun," begitu kata mereka. Belum lagi rumahnya yang terbuat dari batang kayu seadanya dengan atap daun lontar dan dinding dari pelepahnya.

Sang Pencerah Muslim

Listrik? Jangan tanya. Hanya ada satu generator untuk menerangi masjid selama 3-5 jam per hari, atau panel tenaga surya berukuran kecil seharga satu jutaan untuk mengisi baterai lampu-lampu emergensi di rumah-rumah "orang berada".

Sang Pencerah Muslim

Duh, Gusti Alloh. Ternyata di sebagian Indonesia tercinta ini kemiskinan masih begitu kental mendera terutama di pedalaman TTS seperti ini. "Desa ini salah satu pedalaman yang dilanda kelaparan pada Juli 2015 lalu," papar Ustadz Nurulhadi, dai pembina desa itu.

Kemiskinan bahkan hampir merata di mana-mana di TTS. Sepanjang perjalanan terjal berbatu lanjutan dari Noemuke ke Nokmufe selama 2 jam dan diteruskan ke Oehani 1 jam lagi, yang tampak hanya rumah-rumah bulat dari pohon lontar, ? penduduk papa yang berladang seadanya dengan menanam jagung atau memetik buah asam, hewan ternak sapi dan babi yang kotorannya tercecer di jalanan dan halaman rumah, kapela (gereja kecil) di sana-sini, atau sesekali ditemui masjid kecil nan sederhana. Yang menggembirakan, dan itulah yang menjadi kekayaan mereka, senyum dan keramahan mereka. "Neopah, amnafi. Selamat ko," sapanya.

Kunjungan Pengasuh PPCR ini bukan tanpa sebab atau sekadar jalan-jalan berwisata. Sejak tahun 2011, pesantren yang terletak di Desa Cijujung Kec. Cibungbulang Kab. Bogor itu memang sudah mendatangkan santri-santri asal NTT. Dimulai dari 7 orang dan ditambah 13 orang yang dibawa serta sekarang oleh pengasuhnya, H. Abdul Basit Mahfuf beserta istri Hj. Hesti Aryani dan KH. Muhammad Mustofa alhafidz, kini santri asal NTT di pondok itu sudah berjumlah 61 orang. Mereka berasal dari Kab. TTS, Kab. Belu, Kab. Alor, dan Kota Kupang.

"Alhamdulillah kami diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk mendidik mereka, anak-anak dhuafa, yatim, dan muallaf. Dengan doa dan dukungan seluruh kaum muslimin, mudah-mudahan kami dapat menunaikan amanat ini dan membawa manfaat," harap Abi, begitu H. Abdul Basit Mahfuf biasa dipanggil santrinya kepada Sang Pencerah Muslim.

Bagi Pesantren Cinta Rasul, kedatangan para santri asal NTT ini teramat penting bagi keberlangsungan dakwah di Bumi Timor. Atas anjuran Ust. Nurulhadi, dai asal Lamongan Jatim yang telah "babat alas" dan mukim di sana lebih dari dua puluh tahun, santri NTT itu memang akan "dicetak jadi dai lokal" yang wajib pulang kampung setamat belajar.

Selama mondok, ada tiga bekal ilmu yang disiapkan. Pertama, ilmu agama khas pondok salafiyah Nahdhiyah. Kedua, ilmu umum melalui jenjang sekolah formal hingga kuliah. Dan ketiga, pendidikan keterampilan hidup.

"Kami memang harus bekerja ekstra. Mereka bukan cuma harus berilmu dan berakhlak karimah tapi juga harus bisa hidup di daerahnya dengan segala keterbatasan dan potensi alamnya," papar Hj. Hesti, Ketua Yayasan Masjid Jami An-Nur, lembaga yang menaungi Pesantren Cinta Rasul.

Walhasil, beberapa program pun digulirkan. Tahun lalu, dengan bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Kementerian Agama melalui Program Pembinaan SMP Berbasis Pesantren, SMP IT Cinta Rasul mengembangkan keterampilan produksi tempe dan produk olahannya. Sebelumnya, peternakan ayam dan kambing, pertanian, serta perikanan sudah dirintis.

Rencananya, tahun 2015 ini, atas binaan seorang pengusaha sepatu bermerek akan dibuat bengkel sepatu, sandal, dompet, gesper, dan produk berbahan kulit lainnya. "Kami lihat di Soe banyak potensi penyamakan kulit yang belum termanfaatkan dengan baik. Dan mudah-mudahan itu dapat menjadi bekal hidup bagi santri NTT nantinya," tambah Hj. Hesti, alumni FPMIPA IKIP Jakarta angkatan 1998 itu mengakhiri perbincangan dengan doa dan harapan. "Amin." (Abi/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren Sang Pencerah Muslim

Kamis, 12 Oktober 2017

Muslimat NU Desak Pemerintah Segera Bentuk BRR Lumpur

Surabaya, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU mendesak pemerintah untuk segera membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Lumpur, seperti halnya BRR Aceh dalam menangani tsunami selama empat tahun.

"Yang penting adalah menyelamatkan rakyat, lingkungan, dan infrastruktur yang terkait roda perekonomian di Jatim," ujar Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa usai berbicara pada pembukaan Hari Lahir (Harlah) ke-61 Muslimat NU di Surabaya, Jumat.

Muslimat NU Desak Pemerintah Segera Bentuk BRR Lumpur (Sumber Gambar : Nu Online)
Muslimat NU Desak Pemerintah Segera Bentuk BRR Lumpur (Sumber Gambar : Nu Online)

Muslimat NU Desak Pemerintah Segera Bentuk BRR Lumpur

<p>Dalam acara yang dihadiri Deputi Menteri KLH Bidang Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat, Sudaryono, ia mengemukakan badan khusus itu sudah sangat mendesak untuk dideklarasikan agar proses pemulihan cepat terjadi.

"Kalau selama ini Timnas seperti tidak melakukan apa-apa, saya kira hal itu karena Timnas memang tidak dilengkapi dengan `alat` untuk operasional, sehingga sulit bekerja," tegasnya.

Oleh karena itu, katanya, BRR sangat mendesak dibentuk untuk korban lumpur di kawasan eksplorasi Lapindo, karena BRR akan dapat bekerja secara operasional.

Sang Pencerah Muslim

"Seperti BRR di Aceh yang dapat bekerja secara operasional, karena diberi back-up pemerintah seperti dalam masalah dana yang diambilkan dari APBN," ungkapnya.

Tentang peran Lapindo, katanya, Lapindo tetap harus memperhitungkan ganti rugi yang perlu ditanggung. "Jadi, pemerintah bertugas melindungi rakyat, sedang Lapindo membayar ganti rugi," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Dr KH Ali Maschan Moesa MSi juga mendesak pemerintah untuk segera membentuk BRR seperti BRR Aceh.

"Masyarakat menilai penanganan lumpur Lapindo selama ini masih bersifat main-main. Bahkan Tim Nasional (Timnas) yang dibentuk dengan Keppres juga gagal," ujarnya di sela-sela acara itu.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Doktor bidang Ilmu Sosial dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, Timnas sudah tak memiliki kekuatan, karena pemerintah jangan main-main lagi, tapi pemerintah harus menangani lumpur di Porong itu dengan membentuk BRR seperti di Aceh.

Pengasuh Pesantren Luhur Al-Husna, Jemurwonosari, Surabaya itu menyatakan, BRR Lumpur nantinya dapat merancang konsep yang jelas dalam menangani luapan lumpur panas dengan program jangka pendek dan jangka panjang. (ant/sbh)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock