Tampilkan postingan dengan label RMI NU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RMI NU. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Maret 2018

Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin

Oleh Rulli Rachman



“Anda tidak bisa mengendalikan sesuatu yang tidak bisa Anda ukur”. Kata-kata tersebut saya kutip dari perkataan dosen saya waktu kuliah, Dr. Zainal Abidin. Filosofi utama dari kalimat tersebut adalah bahwa pengukuran itu penting. Konsep pengukuran ini saya kaitkan dengan pentingnya mengukur diri, mengevaluasi diri, sudah sejauh manakah keimanan kita. Imam Al Ghazali menuturkan ada 3 (tiga) jenis iman yakni iman awami (iman-nya orang awam), Iman mutakalimin dan Iman yang hakiki. Apakah keimanan kita masih dalam taraf sekedar percaya atau sudah berkembang dalam implementasi kehidupan sehari-hari? Termasuk kategori yang manakah iman kita berada? 

Evaluasi diri berarti melakukan pengukuran seberapa banyak amal yang kita perbuat. Lho kenapa kok jadi berhitung soal amal kita? Bukankah beramal itu harus ikhlas, tanpa pamrih dan tidak berhitung? Betul. Perhitungan pahala dan ganjaran itu tetap merupakan hak prerogratif Allah. Penekanan pengukuran amal ini lebih kepada optimasi, seberapa efisien kita dalam beribadah dan beramal. Untuk mengetahui seberapa efisien suatu proses, dikenal istilah efisiensi. Efisiensi biasa didefinisikan sebagai perbandingan langsung antara output dan input. Dalam ilmu mesin, efisiensi adalah perbandingan antara daya masuk dan daya keluaran. Ada tiga jenis mesin konversi energi yang akan saya gunakan sebagai pemodelan di sini dan kaitannya dengan evaluasi diri. 

Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin (Sumber Gambar : Nu Online)
Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin (Sumber Gambar : Nu Online)

Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin

Model yang pertama adalah boiler atau biasa disebut ketel uap. Efisiensi boiler dihitung dari berapa jumlah energi dari bahan bakar yang dikonversikan menjadi uap. Bahan bakar boiler bisa berupa batu bara atau HSD (high speed diesel). Seandainya daya masuk itu 100 persen maka daya output biasanya tidak penuh seratus persen lagi. Mungkin hanya berkisar 60 sampai 70 persen. Ke mana sisanya 30–40 persen lagi? Itu yang disebut rugi-rugi atau lossess. Losses atau kerugian ini salah satunya dikonversi menjadi asap (gas) buang.

Dari situ, filosofi sederhana dalam mengoperasikan mesin adalah memperoleh daya output semaksimal mungkin dengan meminimalisasi rugi-rugi. Rugi-rugi ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali.

Berkaca dari proses konversi energi pada boiler tersebut, kita bisa menganalogikan proses ibadah kita sehari-hari. Apakah sudah efisien ibadah dan amalan kita? Apabila kita mengerjakan shalat tapi tetap berbuat maksiat maka terbentuk losses atau rugi-rugi tadi. Apabila kita sedang berpuasa tapi tetap bergunjing, membicarakan aib orang lain maka terbentuk juga rugi-rugi tadi. Apabila kita bersedekah dalam nominal yang tidak sedikit tapi diiringi dengan rasa pamrih, ingin dipuji sebagai orang yang dermawan maka terbentuk pula rugi-rugi tadi. Semakin banyak rugi-rugi yang terjadi maka semakin tidak efisien ibadah kita. 

Sang Pencerah Muslim

Padahal yang kita tuju adalah 100% ibadah murni karena Allah SWT. Bayangkan apabila kita merasa sudah semaksimal mungkin dalam beribadah tapi nyatanya yang diterima hanya sekitar 20-30% saja, selebihnya menguap karena faktor riya’, hasud, dengki dan penyakit hati lainnya. Wallahualam.

Sang Pencerah Muslim

Model yang kedua adalah jenis mesin diesel. Kinerja mesin dihitung dari spesific fuel consumption (SFC). SFC adalah  perbandingan antara bahan bakar yang dikonsumsi mesin dan daya output yang dihasilkan. Secara rumus, SFC ini kebalikan dari efisiensi. Semakin besar angka SFC maka semakin tidak efisien mesin diesel tersebut. Bahan bakar yang kita konsumsi ibaratnya adalah ilmu pengetahuan yang kita peroleh. Semakin banyak ilmu yang kita dapat, apabila proses penyerapannya terlaksana dengan baik niscaya daya output pun akan maksimal. Tapi apakah yang terjadi sebaliknya? Kita mendapat ilmu yang begitu melimpah, rajin menghadiri majelis taklim, banyak membaca buku dan sebagainya, tapi sangat sedikit yang kita amalkan. Sungguh sangat disayangkan.

Lalu model kinerja mesin apa yang cocok untuk diterapkan? Kita bisa mengambil contoh mesin pompa. Secara teoritik, Umur pompa yang dioperasikan pada 50% kondisi operasi ideal akan memiliki persentase maksimal umur lebih tinggi dibandingkan dengan yang dioperasikan pada kondisi 30% saja. Dengan kata lain umur pompa lebih panjang apabila pompa bekerja optimal, tidak setengah-setengah.

Seperti layaknya pompa, seharusnya kita bisa beribadah dan beramal semaksimal mungkin dengan menggunakan apa-apa saja yang sudah disediakan oleh kita. Kita dikaruniai tubuh yang sehat maka maksimalkan dengan shalat, tidak hanya shalat wajib tapi juga shalat sunnah dan tahajud. Kita dianugerahi harta yang berkecukupan maka segera tunaikan zakat, berangkat umrah dan niatkan berhaji. Kita dianugerahi mata yang jernih maka gunakanlah untuk melihat hal-hal yang baik. Kita dianugerahkan sepasang tangan dan sepasang kaki, maka gunakanlah untuk melangkah ke tempat-tempat yang diridhai-Nya dan gunakan tangan untuk menuliskan kebenaran. Sejatinya, segala apa yang melekat pada tubuh kita dan juga apa saja yang kita dapatkan itu wajib disyukuri. Dan mengoptimalkan pemberian-pemberian Allah tadi adalah salah satu dari implementasi bersyukur. Wallahualam, semoga kita diberi kemudahan. 

Penulis adalah penggemar kopi, bola dan pemerhati dunia literasi 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Warta, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 24 Februari 2018

Pemikiran Islam: Hukum Allah (1)

Oleh KH Muhammad Machasin

“Tidak ada hukum selain hukum Allah” (l? ?ukma ill? lill?h) atau “Hanya Allahlah pemutus perkara (l? ?akama ill-All?h) adalah kalimat yang banyak diucapkan oleh kaum Khaw?rij sebagai moto. Kalimat ini mula-mula diucapkan untuk menentang ta?k?m, yakni penyelesaian perselisihan antara ‘Ali (khalifah keempat di Medinah, kemudian pindah ke K?fah, Iraq) dan Mu?wiah (gubernur Sy?m yang mencakup Syria, Libanon, Palestina, Yordania dan Israel sekarang, dengan ibukota Damaskus) dengan perjanjian perdamaian kedua belah pihak yang diwakili juru runding yang disebut ?akam.?

Perselisihan semestinya diselesaikan dengan acuan hukum Allah, demikian mereka berhujah, bukan dengan kesepakatan di antara manusia. Hukum Allah jelas dalam masalah perselisihan itu: ‘Ali adalah khalifah yang sah, sedangkan Mu?wiah melawan khalifah dan karenanya mesti dihukumi dengan hukuman pemberontak.

Pemikiran Islam: Hukum Allah (1) (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemikiran Islam: Hukum Allah (1) (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemikiran Islam: Hukum Allah (1)

Orang yang memberontak harus diperangi sampai kembali taat kepada perintah Allah (QS 49/al-?ujur?t: 9). Mereka tidak (mau) melihat kenyataan bahwa perang antara kedua belah pihak sudah berlangsung lebih dari dua bulan dengan tiada kemenangan bagi pihak yang satu atas yang lain.?

Kemudian, dengan tipu dayanya Mu?awiah berhasil menghentikan gerakan pasukan ‘Ali. Beberapa orang dari pihak pasukan ‘Ali yang nantinya tergabung dalam gerakan Khaw?rij mendesak ‘Ali untuk menghentikan perang ketika pasukan Mu?wiah mengangkat mushaf Al-Qur’an, karena mengira bahwa lawan mengajak mereka untuk kembali kepada hukum Allah. Ketika kemudian ternyata bahwa penghentian peperangan itu dilanjutkan dengan kesepakatan untuk melakukan arbitrase atau ta?k?m, mereka menolak dan menyerukan moto di atas.

Sebenarnya mereka konsisten dengan prinsip mereka: kembali kepada hukum Allah. Akan tetapi, ketika ternyata apa yang dipahami sebagai hukum Allah itu tidak dijalankan, mereka tidak mau melihat kemungkinan lain, walaupun sudah terbukti bahwa memerangi pemberontak saat itu, yakni Mu?wiah dan pasukannya, tidak membawa hasil. Apalagi untuk melihat status pemberontak yang disematkan kepada Mu?wiah. Bukankah kekhalifahan ‘Ali kurang mendapatkan dasar yang kuat karena pemilihannya sebagai khalifah tidak tanpa persoalan?

Sang Pencerah Muslim

Pemilihan itu dilakukan di Medinah dalam kedaruratan akibat terbunuhnya Khalifah ‘Utsman, sementara banyak sahabat Nabi —yang merupakan pemuka masyarakat Muslim— tidak lagi ada di Medinah akibat ekspedisi “militer” ke luar Jazirah Arab yang dilakukan Khalifah ‘Umar dan dilanjutkan oleh Khalifah ‘Utsman. Penduduk Medinah saat itu tidak lagi mewakili umat Islam yang dapat memberikan legitimasi penuh bagi kekhalifahan ‘Ali. Ini dibuktikan dengan perlawanan ‘?’isyah-?al?ah-Zubair dan Mu?wiah-‘Amr bin ‘?. (Bersambung)



Sang Pencerah Muslim



Penulis adalah Mustasyar PBNU

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU Sang Pencerah Muslim

Senin, 19 Februari 2018

Petani Palestina Belajar Teknik Hidroponik di Bandung

Bandung, Sang Pencerah Muslim

Sebanyak 20 orang petani dan pejabat otoritas pertanian Palestina mengikuti pelatihan dan belajar teknik hidroponik di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

"Sebanyak 20 peserta dari Palestina mengikuti pelatihan selama 20 hari di BBPP Lembang. Program pelatihan fokus pada teknik pertanian hidroponik dan kemasan," kata Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Kementerian Pertanian Surachman Suwardi, Selasa.

Petani Palestina Belajar Teknik Hidroponik di Bandung (Sumber Gambar : Nu Online)
Petani Palestina Belajar Teknik Hidroponik di Bandung (Sumber Gambar : Nu Online)

Petani Palestina Belajar Teknik Hidroponik di Bandung

Pelatihan itu menurut dia merupakan lanjutan dari program pelatihan pertanian dala rangka Selatan-Selatan yang telah bergulir sejak 1980.

Sedangkan peserta dari Palestina kali ini merupakan gelombang kedua, setelah rombongan pertama mengikuti program pelatihan sama tahun 2013.

Sang Pencerah Muslim

Para peserta ditangani oleh instruktur dari Balai Besar Pelatihan Pertanian dalam kegiatan teori, praktik lapangan, kunjungan ke lokasi penelitian hidroponik serta ke balai kemasan di Lembang Kabupaten Bandung Barat.

"Mereka selain mendapatkan teknik dan teori, juga melakukan praktik dan kunjungan sehingga lebih interaktif," kata Surachman.

Seperti pada kegiatan pelatihan yang digelar di Balai Besar Pelatihan Pertanian, para peserta cukup antusias mengikuti program yang dipandu oleh penterjemah.

Sang Pencerah Muslim

Selain mendapat penjelasan pengembangan pertanian hortikultura dan agrobisnis di sejumlah daerah di Indonesia, khususnya di Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Salah seorang peserta dari Palestina, Idham IP menyatakan mendapat banyak manfaat dari kegiatan yang digelar di kawasan itu.

Selain mengenal teknik pertanian hidroponik juga bisa melakukan sharing pengalaman terkait pengembangan hidroponik dan pasarnya.

"Selama di sini kami akan mempelajari dan berlatih teknik dihroponik, tentunya perlu modifikasi untuk bisa diterapkan di negara kami. Tapi prinsipnya bisa dilakukan di sana," kata Idham.

"Hari ini dan beberapa hari ke depan saya bisa bertanya banyak terkait teknik hidroponik, dan berinteraksi dengan mereka langsung di lapangan," katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Program BBPP Lembang Affandi dan Irwan Wahyu menyiapkan program pelatihan internasional seperti itu. Ia menyediakan aula khusus untuk pelatihan peserta internasional.

"Kurikulum pelatihannya disesuaikan dengan kebutuhan mereka, termasuk peserta dari Palestina ini fokus pada hidroponik dan management kemasan. Kita juga melakukan sharing pengalaman sehingga pelatihan lebih intensif," kata Affandi.

Program kerja sama pelatihan pertanian dalam rangka kerja sama Selatan-Selatan sejak 1980 itu telah diikuti oleh 1.138 peserta dari negara ASEAN, Afrika 584 peserta, Asia minus ASEAN 660 peserta, Pasific 204 dan 32 peserta lainnya dari Amerika Selatan.

"Selain menggelar pelatihan di Indonesia, kami juga mengirim tenaga ahli pertanian ke luar negeri seperti Madagaskar, Timor Leste, Tanzania dan Fiji," kata Kepala Balai Pelatihan Pertanian Kementerian Pertanian Surachman Suwardi menambahkan. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Rabu, 07 Februari 2018

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma

Umat Muslim percaya momen Ramadhan perlu diisi dengan berbagai macam kegiatan kebaikan, termasuk juga pengajian. Begitu juga dengan warga Muslim di Roma. Itulah yang dikatakan Juniarti, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenlu kepada saya saat saya mengisi pengajian di KBRI Roma Ramadhan lalu.

Saat itu, saya mengisi pengajian di hari Sabtu. Sabtu dan Ahad memang hari libur di Roma. Tetapi meskipun libur, pengajian tetap dilakukan.

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma (Sumber Gambar : Nu Online)
Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma (Sumber Gambar : Nu Online)

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma

Ramadhan juga bulan kebersamaan. Suasana itu terlihat di lingkungan KBRI Roma. Sapaan hangat dari RA Esti Andayani sebagai Duta Besar RI untuk Italia kepada seluruh staf. Tawa canda anak-anak kecil dengan temannya yang terkadang lalu lalang di depan para pejabat, menambah cerita lucu di saat berbuka puasa.

***

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Tinggal jauh di negara sendiri terkadang ada sukanya juga ada dukanya. Sukanya salah satunya adalah, mungkin bisa banyak belajar budaya asing dan memperlancar bahasa negara lain, seperti kebanyakan saudara-saudara Muslim di Roma, Italia ini.

Anak-anak kecil keturunan Indonesia di sini sangat fasih dan lancar sekali dengan bahasa Italia. Saat bercanda dan bermain dengan teman-teman sebayanya, mereka asyik sekali mendengarkan orang mengucapkan kalimat-kalimat berbahasa Italia. Seperti kata “numero uno” dan sebagainya.

Tetapi ada yang menjadi kegelisahan para orangtua mereka, yaitu pembelajaran pengetahuan agama yang kurang maksimal, meskipun sudah disiapkan tempat belajar agama khusus di masjid besar khusus untuk orang-orang Indonesia. Tampaknya itu belum efektif.

Banyak yang bercerita kepada saya, tentang huruf-huruf Hijaiyah saja sudah lupa. Banyak dari anak-anak usia SMP dan SMA sudah lupa huruf-huruf Hijaiyah itu.

“Dulu saya sudah tahu itu, tetapi sekarang saya sudah lupa semua,” kata Faishal, anak Indonesia yang dari kecil sekolah di Roma, yang sekarang duduk di kelas 1 selevel SMA di Indonesia.

Faishal bercerita jenjang pendidikan di Roma agak berbeda dengan di Indonesia. Kalau di Roma jenjangnya 5+3+5. Lima tahun setingkat SD dilanjut 3 tahun setingkat SMP dilanjut 5 tahun setingkat SMA. Lima tahun di setingkat SMA itu sudah penjurusan sesuai minat masing-masing. Jika cerdas bisa selesai lebih cepat. Seperti akselerasi di Indonesia.

Untuk mengefektifkan pengetahuan agama tersebut, KBRI Roma dan Nadwah Ukhuwah Roma (NUR) bersepakat membuat jadwal dan tema kajian Ramadhan yang dibutuhkan masyarakat Muslim Indonesia di Roma. Dengan itu tugas saya sebagai Dai Ambassador Cordofa 2017 di Italia sangat terbantu.

Selama di Roma, jadwal pengajian yang telah disusun oleh NUR dan KBRI Roma adalah sebagai berikut. Kultum di setiap hari bada zuhur. Tema yang harus disampaikan adalah pentingnya shalat, keutamaan sedekah, manfaat membaca Al-Quran, akidah dan tauhid dalam Islam, sudahkah saya berzakat, perbedaan zakat dan infak.

Selain itu keutamaan istighfar, menghormati orangtua, persaudaraan dalam Islam, amar makruf nahi munkar, penyakit hati dan cara menghindarinya, keutamaan menuntut ilmu, kebersihan sebagian dari iman, keutamaan shalat dhuha, manfaat shalat dari segi kesehatan dan sosial, keutamaan shalat tahajud.

Selebihya adalah saya akan bahas tentang hukum-hukum fiqih dasar tentang thaharah dan hukum-hukum shalat seperti rukun dan sunat shalat.

“Karena ini saja banyak yang masih belum benar,” kata Adnan, salah satu staff dan ustad di KBRI Roma.

Setiap Rabu dan Jumat ada pengajian ibu-ibu. Saya tekankan pada cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Saya praktikkan makharijul huruf dan pemahaman ilmu tajwid, juga sentuhan anatomi Al-Quran yang sangat disukai oleh jamaah ibu-ibu istri para diplomat ini.

Pengajian ini dimulai pukul 14. 30-17.00 pada hari Rabu. Sedangkan pada hari Jumat dimulai pada pukul 18.00 sampai 20.00 atau menjelang berbuka puasa.

Setiap Jumaat sore dimulai pukul 15.00–17.30 adalah pengajian anak-anak dan remaja, yang saya isi dengan pengenalan huruf-huruf Hijaiyah, doa-doa harian, dan hafalan-hafalan surat pendek.

Setiap Jumat dan Sabtu juga diadakan acara berbuka puasa bersama di KBRI Roma, Milan, dan Vatikan secara bergantian. Jumat agenda untuk seluruh keluarga Home Staff dan Lokal Staff KBRI Roma. Sedangkan hari Sabtu diadakan untuk umum, untuk seluruh masyarakat Indonesia dan sekitarnya di Italia.

Semua itu untuk mempererat tali silaturrahmi dan menambah pengetahuan agama Islam di Italia yang memang minim sekali guru agama. Sekalipun ada, itu pun jauh dan mungkin terkendala masalah bahasa.

Saya berharap, peran saya yang tak seberapa selama di Italia, dapat meningkatkan semangat warga Muslim di sana dalam menambah ilmu agama. Masyarakat Indonesia di Italia umumnya dapat mempererat tali persaudaraan dan kepedulian mereka.

H Khumaini Rosadi, anggota Tim Inti Dai dan Media Internasional (TIDIM) LDNU, dan Dai Ambassador Cordofa 2017 dengan penugasan ke Roma, Italia.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Ulama, Budaya, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Rabu, 24 Januari 2018

Kini Keterangan Agama Mudah Dicari, Jangan Lupa Tanya Ahlinya!

Di zaman sekarang ini, mencari keterangan terkait suatu ilmu sangatlah mudah. Cukup membuka ponsel atau komputer, menelusuri di internet, banyak ditemukan keterangan yang diinginkan. Tidak hanya dalam bentuk tulisan, namun juga bisa video maupun gambar. Demikianlah salah satu model masyarakat modern dalam mencari sumber-sumber ilmu, apalagi ilmu agama.

Perlu Anda ketahui, pencarian dalam mesin-mesin penelusur seperti Google dibuat berdasarkan algoritma pencarian. Kata per kata, kalimat per kalimat, apa yang paling banyak dicari, itulah yang akan muncul. Pilihan jawaban yang Anda cari tentang suatu ilmu, ditentukan dengan kata apa yang anda masukkan dalam pencarian.

Kendati jawaban-jawaban praktis sudah banyak tersedia di internet, ada baiknya seorang pencari ilmu agama tetap mengandalkan para ahli ilmu agama yang sudah bertahun-tahun mendalami suatu ilmu dan menggunakannya di masyarakat.

Kini Keterangan Agama Mudah Dicari, Jangan Lupa Tanya Ahlinya! (Sumber Gambar : Nu Online)
Kini Keterangan Agama Mudah Dicari, Jangan Lupa Tanya Ahlinya! (Sumber Gambar : Nu Online)

Kini Keterangan Agama Mudah Dicari, Jangan Lupa Tanya Ahlinya!

Dalam kitab Kifâyatul Atqiyâ’ karya Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syatha Ad Dimyathi, disebutkan suatu syair dari kitab Hidâyatul Adzkiyâ’ karya Syekh Zainudin al Malibari:

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ? # ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Mintalah penjelasan dari guru dan tinggalkan apa yang tampak

Dari pemahamanmu yang terburu-buru dari kitab, serta bertanyalah (pada ahli ilmu)



Apa maksudnya? Syekh ad-Dimyathi menyebutkan perlunya seorang yang belajar agama tidak memahami suatu keterangan yang ia tahu dari Al-Qur’an, hadits, ataupun kitab, secara tekstual saja, tanpa pemahaman yang mendalam. Hendaknya ia bertanya sampai benar-benar yakin, dan menyimak keterangan sang ahli tentang suatu permasalahan.

Semisal seorang pelajar atau pencari ilmu sudah bisa membaca bahasa Arab dari kitab-kitab lainnya, atau ada keterangan dari internet yang ditemukan, kerap ada penjelasan maupun keterangan yang berbeda dari apa yang dimaksud sang pengarang. Ketika ada yang meragukan dan mengherankan, hendaknya ditangguhkan dan diklarifikasi kepada pengajar. Apalagi dalam Al-Qur’an dan hadits yang tidak bisa serta merta langsung diamalkan tanpa petunjuk dari ahli ilmu nan bijaksana.

Sahabat Nabi dahulu ketika tidak memahami suatu permasalahan agama, selalu menanyakannya kepada Nabi. Kita tahu bahwa para sahabat adalah orang-orang terdepan yang tahu tentang agama, namun mereka tidak terburu-buru dengan pemahamannya dan selalu ditanyakan kembali kepada Nabi.

Seperti disebutkan di atas, pemahaman yang terburu-buru dengan hanya memahami keterangan dari internet itu perlu disertai juga dengan keinginan untuk bertanya kepada ahlinya. Toh ahli agama ini bukan hanya yang pandai menukil ayat dan hadits, serta pandai membaca kitab. Namun juga ahli agama yang waskita, bijak dalam memberikan keterangan karena ia hidup bersama masyarakat.?

Dengan demikian, mencari ilmu agama tidak hanya soal ada keterangan atau tidak saja. Internet membuatnya jadi mudah. Tapi, jangan lupa, untuk tetap bertanya kepada ahli agama yang bijak lagi santun di sekitar kita. Jika ditanyakan pada orang yang tepat, Islam adalah agama yang mudah dan memudahkan. Wallahu a’lam. (Muhammad Iqbal Syauqi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Nusantara, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Senin, 22 Januari 2018

Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim

Dalam mencari Ilmu, seseorang harus memperhatikan sumber ilmu yang didapatnya berupa silsilah keilmuan atau sanad. Hal ini sangat berperan penting dalam keshahihan dan keberkahan ilmu yang didapat.?

Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas (Sumber Gambar : Nu Online)
Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas (Sumber Gambar : Nu Online)

Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas

Hal ini disampaikan Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah KH Ahmad Chalwani Nawawi saat menyampaikan Mauidzotul Hasanah pada Wisuda Tahfidz Al Quran 30 Juz dan khotmil kutub pondok pesantren Pesantren Salafiyah Tahfidzul Quran Miftahus Salam Jatirejo Pringsewu.

"Sebagai Santri, kita harus ngaji pada kiai yang jelas gurunya siapa? Ilmunya sumbernya dari mana, harus jelas," tegas Kyai Chalwani yang Juga Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah ini dihadapan jamaah yang memenuhi halaman Pesantren setempat, Selasa (13/4).

Ia mengingatkan kepada jamaah untuk mengaji kepada kiai yang mempunyai sanad keilmuan yang jelas, yang alim serta dapat dirunut silsilah sumber ilmunya sampai pada Rasulullah SAW. Hal ini ditujukan agar terhindar dari maraknya aliran menyimpang yang belajar ilmu agama secara instan dari internet dengan sanad yang tidak jelas.

Sang Pencerah Muslim

"Mari kita didik putra-putri kita di Pesantren, kita titipkan pada kiai. Kita gerakkan generasi kita untuk mondok," tegasnya. Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa pondok-pondok pesantren dibawah bimbingan para kiai dalam sejarahnya telah terbukti berkontribusi dalam mencetak ulama dan santri sekaligus menjadi benteng pertahanan keutuhan NKRI.?

"Kalau tidak ada kiai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan," tegas Kiai Chalwani mengutip pernyataan Douwes Dekker, agen Belanda yang berbalik berpihak pada Indonesia di zaman pergerakan kemerdekaan.

Disamping kegiatan khotmil kutub, pada acara tersebut juga dilaksanakan pelantikan pengurus Idaroh Ghusniyah Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Al Mutabaroh An Nhdliyyah (JATMAN) Kecamatan Pagelaran dan Ambarawa. Pelantikan tersebut dilakukan oleh Mudir Idaroh Wustho JATMAN Provinsi Lampung Habib Yahya Assegaf.

Hadir pada acara tersebut Bupati Pringsewu H Sujadi yang juga Mustasyar PCNU Pringsewu, Ketua PCNU Pringsewu H Taufiqurrohim, para kiai dan Pengasuh Pondok Pesantren di Kabupaten Pringsewu serta Pengurus MWCNU Kecamatan Pagelaran. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Berita Sang Pencerah Muslim

Selasa, 16 Januari 2018

PAUD Berdaya, Anak Indonesia Berjaya

Demak, Sang Pencerah Muslim



Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang disiapkan secara baik dan diisi oleh guru yang baik, akan menghasilkan pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang baik. Generasi bangsa yang baik akan membuat sebuah negara baik. Pendek kata, PAUD yang berdaya akan membuat anak berjaya. Anak yang berjaya adalah kunci bangsa dan negara yang berjaya.

Kesadaran akan filosofi inilah yang ada di sanubari setiap guru PAUD. Jiwa mereka dipenuhi rasa ingin memberi yang terbaik untuk menyiapkan anak didiknya menjadi manusia yuang berkualias bagus lahir maupun batin.

PAUD Berdaya, Anak Indonesia Berjaya (Sumber Gambar : Nu Online)
PAUD Berdaya, Anak Indonesia Berjaya (Sumber Gambar : Nu Online)

PAUD Berdaya, Anak Indonesia Berjaya

Demikian dikatakan Eko Riyanti, seorang guru PAUD di Kabupaten Demak yang mengikuti Festival Anak Demak yang digelar oleh Ananda Marga Universal Relieg Team (AMURT) Indonesia di halaman pendopo kantor Bupati Demak, Jumat (8/12).

Yanti mengaku merasa sangat senang mendapat kesempatan mendampingi 24 anak didiknya di festival yang dihadiri Bupati Demak M. Nasir, pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Demak dan Kota Semarang, serta seluruh jajaran pengurus Yayasan AMURT Indonesia itu.

"Sungguh senang saya bisa mengikuti festival ini. Para murid PAUD saya tampak bahagia. Semua riang gembira bermain di semua stan festival ini," tuturnya dengan senyum lebar dan mata berbinar-binar.

Sang Pencerah Muslim

Di acara yang dihadiri 1200 murid, wali murid dan guru PAUD se-Kabupaten Demak dan Kota Semarang tersebut, pihak AMURT Indonesia menyediakan 4 stan mainan kreasi dan 4 tenda story telling (tempat pertunjukan mendongeng) yang beragam.

Riuh rendah suara anak-anak bermain menikmati festival yang dikhususkan untuk mereka itu. Di stan permainan kreasi, mereka dibebaskan menghias balon dengan aneka bentuk dan rupa, lalu dipersilakan dibawa pulang. Ada pula yang melukis topi putih, memakai aneka rupa warna dan gambar aneka karakter hewan atau manusia.

"Aku mau bikin gelang. Aku mau mereonce," ucap dua bocah bersahutan di stand merangkai manik-manik dan benang.

Sang Pencerah Muslim

Tak hanya anak-anak yang ceria. Para bapak dan ibu mereka juga dilibatkan dalam ajang lomba membacakan buku cerita. Bertempat di ruang tengah pendopo kabupaten, banyak yang masih telihat kikuk dan lucu tingkahnya. Terlihat kalau selama ini tidak pernah membacakan buku cerita kepada anaknya. Terutama para bapak.

Pemandangan lucu itu pun mengundang tawa para pengunjung. Bapak-bapak yang terlihat kikuk dan anaknya nyuekin ayahnya yang membacakan cerita, berbeda jauh dengan situasi guru PAUD yang seluruhnya ibu-ibu, diperhatikan saksama para muridnya kala bercerita.

 

Dengan Bermain, Anak Belajar

Sementara di tenda story telling, stand dihias sedemikian rupa sesuai tema. Ada yang dihias seperti hutan, dengan para guru pendongan memakai mahkota bergambar singa, gajah dan hewan lain. Ada pertunjukan wayang pakai jari tangan, ada pula stan tema ikan.

Manajer Program AMURT  Indonesia Semarang Haryono mengatakan, festival tersebut digelar untuk mendorong pemerintah memperhatikan PAUD, serta mengajak masyarakat memahami bahwa cara anak belajar adalah dengan bermain.

Karena itulah pihaknya memberi pendampingan kepada 50-an PAUD di Semarang dan Demak dan rutin memberi fasilitas buku cerita maupun alat permainan, serta mendekatkan komunitas PAUD kepada kepala daerah.

"Pemkab Demak berkomitmen mengalokasikan 10% dari anggaran pendidikan untuk fasilitasi PAUD," tuturnya usai beraudiensi dengan Bupati Demak dan jajaran pejabat di ruang tamu Pendopo Demak usai seremoni pembukaan festival. (Ichwan/Abdullah Alawi)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 13 Januari 2018

Tokoh Agama Berharap Pilkada NTT Berlangsung Damai

Kupang, Sang Pencerah Muslim. Tiga Tokoh Agama Nusa Tenggara Timur (NTT) minta pelaksanaan Pemilukada Propinsi NTT yang akan berlangsung pada 18 Maret berlangsung damai. 

Tiga tokoh agama yakni ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT H Abdul Kadir Makarim, Romo Geradus Duka dan Pandeta Ishak Hendrik dalam dialog Pilkada damai yang di selenggarakan oleh Komunitas Peacemaker dari Kaum Muda Lintas Agama Kupang dengan tema “Cerdas Memilih, Jaga NTT Tetap Damai” berlangsung di Aula Hotel Ina Boi Kupang, Sabtu (3/3/2013) Pukul 15:00-19:00 Wita.

Tokoh Agama Berharap Pilkada NTT Berlangsung Damai (Sumber Gambar : Nu Online)
Tokoh Agama Berharap Pilkada NTT Berlangsung Damai (Sumber Gambar : Nu Online)

Tokoh Agama Berharap Pilkada NTT Berlangsung Damai

H Abdul Kadir Makarim, dalam diskusinya mengingatkan kaum muda NTT agar lebih tegas dan mampu untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. 

Sang Pencerah Muslim

“Masayarakat NTT sudah jenuh dengan tokoh politik NTT yang dalam berpolitik masih mengandalkan sifat primordialisme. Sifat primordialisme kita hindarkan sehingga pendidikan politik lebih tersentuh dengan keragaman demi menuju NTT yang lebih baik, lebih bermartabat,” jelasnya.

Romo Geradus Duka, dalam paparan materinya menegaskan dua hal penting yakni realitas politik dan solusi politik. Ia menilai secara pejoratif politik yang terjadi di NTT, sebab masyarakat NTT sering mengalami berbagai persoalan. 

Sang Pencerah Muslim

Sebagai tokoh agama ia tidak menginginkan adanya berbagai persoalan yang tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat.

Sementara Pandeta Ishak Hendrik dalam kesemapatan yang sama menegaskan hakekat masyarakat NTT adalah masyarakat plural yang penuh dengan kebersamaan dalam mengedepankan hidup kedamaian.

Ia meminta hakekat pluralisme ditingkatkan. Hal itu sudah menjadi kewajiban dalam menjaga kerukunan umat beragama. 

“Pilkada NTT jangan menodai keberadaan kita. Berpolitik jangan mengandalkan suku, agama, ras dan lain-lainnya. Berpolitik yang lebih santun dan lebih akan berdampak pada pendidikan kepada generasi penerus NTT,” katanya.

Anggota Komisi Pemilihan Umum NTT Tanti Adoe, berharap pesta demokrasi Pilgub NTT dapat berjalan aman, damai dan berwibawa sesuai dengan amanat undang-undang.

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Ajhar Jowe

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaSantri, RMI NU, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Minggu, 07 Januari 2018

Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok

Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengajarkan, "Bajumu akan memuliakanmu sebelum engkau duduk, sedangkan ilmumu akan memuliakanmu setelah engkau duduk."

Seorang kiai yang sangat alim dari Kudus bernama Kiai Raden Asnawi berkeinginan membuktikan kebenaran ucapan Imam Ali tersebut. Suatu saat beliau bertandang ke rumah salah seorang pemilik perusahaan rokok di kota itu. Ia bernama Turaikhan. Kiai Asnawi mendatangi rumah Turaikhan dengan pakaian biasa layaknya orang umum, tidak berpakaian yang seperti biasa beliau pakai.

Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Raden Asnawi saat Bertamu ke Pemilik Perusahaan Rokok

Saat sampai di sana beliau ditemui oleh seorang pembantu. Kepada pembantu itu beliau minta bertemu dengan sang juragan, Turaikhan. Maka sang pembantu masuk untuk menyampaikan keinginan tamunya. Sementara Kiai Asnawi duduk menunggu di ruang tamu. Namun hingga sekian lama sang pemilik rumah belum juga keluar. Maka Kiai Asnawi bangkit dan  segera pulang.

Tak berapa lama kemudian beliau kembali mendatangi rumah Turaikhan. Kali ini beliau berpakaian rapi dan mewah; berjas dengan rantai kecil menghias di dadanya. Beliau juga mengendarai seekor kuda yang besar dan gagah. Saat itu kuda adalah tunggangan kalangan papan atas.

Sesampainya di depan rumah Turaikhan, Kiai Asnawi tak segera turun. Sementara pemilik rumah yang mendengar ada suara kuda di depan rumahnya segera beranjak ke luar untuk menyambut tamunya. Dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui yang datang seorang kiai besar yang sangat dihormati. Maka dengan segera dan penuh senang hati Turaikhan mempersilakan Kiai Asnawi untuk masuk rumah.

Sang Pencerah Muslim

Namun di luar dugaan Kiai Asnawi menolak seraya berkata, "Aku tak mau, aku mau pulang saja. Tadi aku datang ke rumahmu dengan pakaian biasa ditemui seorang pembantu dan aku menunggumu lama tak segera keluar. Kini setelah aku berpakaian seperti ini dan menunggang kuda engkau segera keluar menemuiku. Tidak, aku tak mau. Engkau tidak menyambut dan menghormatiku, engkau hanya menyambut dan menghormati kudaku."

 

(Diceritakan oleh KH. Subhan Makmun dalam kajian kitab "Tafsir Munir" di Islamic Center Brebes)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Hadits, Budaya Sang Pencerah Muslim

Kamis, 28 Desember 2017

Menyikapi Kondisi Bangsa Masa Kini

Maasyiral musliminrahimakumullah

Fenomena pelanggaran terhadap perintah Allah kini sudah nampak sekali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? . ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Menyikapi Kondisi Bangsa Masa Kini (Sumber Gambar : Nu Online)
Menyikapi Kondisi Bangsa Masa Kini (Sumber Gambar : Nu Online)

Menyikapi Kondisi Bangsa Masa Kini

Hadirin rahimakumullah

Adalah sebuah kewajiban bagi setiap khotib disetiap mengawali khutbah untuk mengajak dan mengingatkan para jamaah agar selau meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Oleh karena itu, marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Nya dalam sebuah bentuk perilaku menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Nya. Apabila hal ini dapat kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari hari dengan rasa penuh keikhlasan maka niscaya kehidupan kita akan senantiasa dalam naungan dan ridhoNya. Akan berbeda sekali dengan kehidupan orang orang yang selalu melanggar perintah Allah yang kehidupan mereka penuh dengan kemaksiatan, ketidak cukupan dan jauh dari ketentraman.

Maasyiral musliminrahimakumullah,

Fenomena pelanggaran terhadap perintah Allah kini sudah nampak sekali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita. Kita tahu dan lihat bersama-sama melalui berita di media cetak dan elektronik bagaimana sekarang ini para pesohor dan pejabat dinegeri ini nampak nyata melakukan praktek-praktek yang melanggar perintah Allah SWT yaitu korupsi. Sebuah kata yang mungkin sangat familiar di telinga kita yang setiap hari di bicarakan dimana mana ketika kita bertemu dengan orang orang disekitar kita.

Sang Pencerah Muslim

Korupsi merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Korupsi bukan saja menyengsarakan orang yang melakukan korupsi saja, namun orang lain pun akan merasakan kesengsaraan juga. Praktek korupsi yang dilakukan oleh para pesohor dan pejabat di negeri ini sudah sangat memprihatinkan. Mereka mengambil hak hak warga untuk hidup sejahtera dengan memperkaya diri sendiri ataupun golongan mereka. Mereka sudah melupakan bahwa mereka adalah orang yang diberi amanah oleh bangsa untuk mengelola negeri ini untuk menjadi baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur. Mereka sudah melupakan janji mereka sendiri ketika mereka menginginkan jabatan sebagai seorang pemimpin.

Dengan melihat fenomena ini, muncul pertanyaan pertanyaan instropektif apakah masih pantas bagi mereka untuk menjadi pemimpin pemimpin kita? Apakah pantas orang yang korupsi dan merugikan bangsa, kita percaya lagi untuk menjadi suri tauladan kita?.

Maasyiral musliminrahimakumullah,

Sang Pencerah Muslim

Mungkin kita sudah merasa jenuh terhadap janji-janji mereka. Mungkin kita juga merasa bosan dengan kelihaian mereka dalam merangkai dan memainkan kata manis untuk mencari cari alasan pembenaran. Oleh karena itu, Kita harus bersikap bijak dalam menentukan siapa yang akan kita titipi amanah untuk menjalankan pemerintahan negara kita. Kita haruslah memilih pemimpin yang benar benar bisa mempraktekkan apa yang mereka katakan. Janganlah kita memilih pemimpin yang dengan berkedok kesolehan dan anti korupsi namun dalam prakteknya jauh dari apa yang disampaikan. Allah SWT sangat membenci orang orang yang tidak sesuai dengan apa yang dikatakan sebagaimana firmannya dalam QS: As Shaaf : 3 :

? ? ? ? ? ? ? ?

"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."

Maasyiral musliminrahimakumullah,

Tinggalkan korupsi mungkin sebuah kata yang mudah untuk diucapkan. Namun pada prakteknya hal ini sangat susah untuk dilakukan. Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki nafsu dan memiliki keinginan. Ketika kebutuhan hidup semakin tinggi sementara pendapatan tidak mencukupi maka sering manusia menggunakan sifat syaitoniyyah untuk melakukan tindakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang salah satunya adalah praktek korupsi.

Namun Maasyiral musliminrahimakumullah,

Bila kita selalu berpegang teguh pada agama dan yakin bahwa setiap gerak kehidupan kita selalu di awasi oleh Allah, maka tentunya kita dapa mengontrol perilaku mana yang baik dan perilaku mana yang buruk. Kita haruslah memulai kebaikan dari diri kita sendiri yang kemudian akan menyebar pada keluarga kita dan akhirnya akan meluas kepada masyarakat yang ada disekitar kita. Oleh karena itu, Marilah kita bersama menjauhi praktek praktek korupsi supaya kita terhindar dari siksaan api neraka yang bahan bakar dari api neraka itu adalah orang orang yang melakukan maksiat kepada Allah dengan melakukan hal hal yang dilarangNya. Hal ini termaktub dalam QS : At- Tahrim : 6

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. .

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."



Dari ayat ini kita juga dapat mengambil hikmah untuk selalu mengingatkan kepada keluarga kita, anak anak kita untuk menjauhi siksa api neraka dengan mendidik mereka untuk selalu ingat kepada Allah SWT dengan menjauhi praktek praktek kehidupan yang dilarang oleh Allah yang salah satunya adalah perilaku korupsi. Keturunan keturunan kita hendaklah dididik dengan benar untuk berperang melawan korupsi yang pada akhirnya nanti dapat meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa dengan bersih untuk mensejahterakan warga sehingga pemerintahan yang bersih bukan hanya slogan belaka.



Maasyiral musliminrahimakumullah,

Segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan besok di hari akhir. Mungkin kita bisa membuat rekayasa pertanggungjawaban didunia. Namun diakhirat nanti kita tidak bisa merekayasa pertanggungjawaban di sisi Allah SWT. Kita tidak memiliki daya karena mulut kita tidak bisa berbicara bohong seperti semasa kita hidup didunia. Tangan kitalah yang akan berbicara dengan disaksikan oleh kedua kaki kita. Hal ini sudah diingatkan oleh Allah SWT sebagaimana firman Nya dalam QS Yasiin : 65

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

" Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan."

Maasyiral musliminrahimakumullah,

Diakhir khutbah ini, marilah kita bersama sama berusaha dengan segenap kemampuan kita untuk selalu meninggalkan perbuatan buruk dan selalu menyebarkan perilaku perilaku yang baik sehingga tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita akan jauh dari praktek korupsi dan dapat berjalan sesuai dengan tuntunan yang ada dalam Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Amin.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. Khutbah II

? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?..

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?..

? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ! ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. Penulis: Muhammad Faizin, S.Pd ( Sekretaris LTN NU Kabupaten Pringsewu) Redaktur: Ulil Hadrawy. Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pahlawan, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Rabu, 20 Desember 2017

Bantu Sesama dengan Beasiswa untuk yang Kurang Mampu

Kudus, Sang Pencerah Muslim. Pertemanan dan persahabatan pada masa remaja adalah salah satu hal terindah yang diperoleh oleh para pelajar di sekolah lanjutan. Kenangan pada keduanya, dapat membuahkan hasil positif bila ditindaklanjuti dengan baik dan benar.

Dengan penalaran di atas, meski tak dapat lagi disebut sebagai remaja (bahkan anak-anak mereka pun kini sudah remaja), para alumnus SMPN 1 Kudus angkatan 1986 dan SMAN 1 Kudus angkatan 1989 mencoba melanggengkan kenangan indah tersebut dengan memberikan beasiswa pendidikan dan saling membantu antar sesamanya.

Bantu Sesama dengan Beasiswa untuk yang Kurang Mampu (Sumber Gambar : Nu Online)
Bantu Sesama dengan Beasiswa untuk yang Kurang Mampu (Sumber Gambar : Nu Online)

Bantu Sesama dengan Beasiswa untuk yang Kurang Mampu

Ide pemberian beasiswa dan tekad untuk saling membantu dalam menghadapi pergulatan hidup ini tercetus dalam reuni mereka yang digelar pada tanggal 23 September lalu, bertempat di Omah Mode Jl. Ahmad Yani No. 38 Kudus.

Sang Pencerah Muslim

Acara Reuni ini dihadiri oleh sekitar seratusan alumni angkatan tersebut. Acara ini terselenggara atas prakarsa Anief Wiharto sebagai ketua panitia dan Bambang Sugeng dengan dibantu oleh teman-teman lainnya.

Sang Pencerah Muslim

Nuruddin, Salah seorang alumni menyatakan, meskipun bersekolah di institusi negeri, namun jiwa religius tetap merupakan ciri para pelajar di Kudus sejak dahulu. Para siswa tetap menjalani rutinitas mengaji di madrasah, meskipun mereka sekolah di SMP Negeri.

"Jadi sampai sekarang, tidak aneh bila iklim religius tetap mewarnai pergaulan teman-teman. Termasuk dalam mewujudkan keinginan untuk bisa laing membantu dengan memberikan beasiswa dan kerjasama-kerjasama usaha," terang Nuruddin. (min)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Senin, 18 Desember 2017

KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda

Oleh: Munawir Aziz,

Kiai Raden Asad Syamsul Arifin lahir pada 1897 M/1315 H di Syiib Ali, Makkah dari pasangan Raden Ibrahim dan Siti Maemunah. Ketika Asad kecil lahir, oleh ayahnya, bayi mungil itu langsung dipeluk untuk dibawa menuju Kabah. Jarak sejauh 200 meter antara Syiib Ali dan Kabah tidak menjadi halangan untuk membawa bayi ini mendekat ke pusaran suci umat muslim. Raden Ibrahim kemudian membisikkan adzan dan memberi bayi itu nama Asad.

Ketika berusia 13 tahun, Asad kecil mondok di Banyuanyar di bawah asuhan Kiai Abdul Majid dan KH. Abdul Hamid. Pada usia 16 tahun, Asad dikirim ayahandanya mengaji ke Makkah, tanah suci di mana ia dilahirkan. Ia belajar di Madrasah Shaulatiyyah. Selain itu, ia juga berguru kepada Sayyid Abbas al-Maliki, Syekh Hasan al-Yamani, Syekh Hasan Masyath, Syekh Bakir dan Syekh Syarif asy-Syinqithi. Ketika belajar di Makkah, Asad bersama kawan-kawannya yang berasal dari Nusantara, di antaranya: KH. Zaini Munim, KH. Ahmad Thoha, KH. Baidhawi Banyuanyar Pameksaan, dan beberapa santri lainnya.

KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda (Sumber Gambar : Nu Online)
KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda (Sumber Gambar : Nu Online)

KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda

Pada tahun 1924, setelah bertahun-tahun belajar di Makkah, Asad kembali ke kampung halaman. Ia merasa masih belum memiliki keilmuan yang cukup, meski keahlian ilmu agamanya sudah? tidak diragukan. Sebagaimana tradisi santri Nusantara, Asad kemudian meneruskan langkahnya untuk melakukan perjalanan ilmiah (rihlah ilmiyyah) sebagai santri petualang ilmu, dari pesantren satu ke pesantren lainnya. Kiai Asad mengaji tabarukkan di beberapa pesantren di tanah Jawa dan Madura, antara lain: Pesantren Sidogiri Pasuruan (asuhan KH. Nawawi), pesantren Siwalan Panji Buduran Sidoarjo (asuhan KH. Khazin), Pesantren an-Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura, Pesantren Kademangan Bangkalan (KH. Muhammad Cholil) dan Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Sang Pencerah Muslim

Pengalaman mengaji di Makkah dan beberapa pesantren di Jawa-Madura membuat karakter pribadi serta keilmuan Kiai Asad menjadi mendalam. Akan tetapi, Pesantren Tebu Ireng lah yang paling membentuk kepribadian Kiai Asad. Ketika menyebut Kiai Hasyim Asari (1875-1947) dan Pesantren Tebu Ireng, Kiai Asad menunjukkan tadzim yang sangat tinggi. Di bawah asuhan Hadratus Syaikh Hasyim Asyari, Kiai Asad menemukan karakter, wawasan, perspektif hingga semangat perjuangan untuk kemerdekaan. Di Tebu Ireng, Kiai Asad berkawan dengan? para santri pejuang, yang kelak menjadi garda depan Nahdlatul Ulama dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di antaranya, yakni KH. Wahab Chasbullah (1888-1971), KH. Bisri Syansuri (1886-1980), KH. Abbas Buntet (1879-1946), KH. Wahid Hasyim, dan beberapa kiai lainnya.

Mediator Pendirian NU

Sang Pencerah Muslim

Dalam proses pendirian Nahdlatul Ulama, peran Kiai Asad Syamsul Arifin sangat besar. Hal ini, karena beliaulah yang menjadi mediator antara Hadratus Syaikh Hasyim Asyari dan Syaichona Chalil Bangkalan. Pada masa menjelang berdirinya NU, Kiai Chalil Bangkalan mengutus Kiai Asad ke Tebu Ireng, untuk menemui Kiai Hasyim Asyari.

Pesan Syaichona Chalil kepada Kiai Hasyim Asyari berwujud perlambang-perlambang yang menggambarkan konteks dan filosofi di balik pentingnya kesatuan ulama. Kiai Asad diutus oleh Syaichona Chalil untuk menyampaikan sebuah tasbih dan ucapan surat Thaha (17-23), yang menceritakan mukjizat Nabi Musa dan tongkatnya—kepada Kiai Hasyim Asyari. Kemudian, peristiwa ini terulang kembali, ketika Syaichona Chalil mengirim Kiai Asad ke Tebu Ireng, untuk menyampaikan pesan berupa wirid "Ya Jabbar Ya Qahhar". Pesan simbolik berupa tasbih, surah Thaha dan wirid-wirid tersebut, mengandung maksud bahwa Syaichona Chalil merestui pendirian Nahdlatul Ulama dan Hadratus Syaikh Hasyim Asyari menjadi pemimpin spritual ulama Nusantara. Peran penting Kiai Asad, menjadikan beliau sering disebut sebagai mediator berdirinya Nahdlatul Ulama.

Kiai Asad juga mengomando Laskar Sabilillah dan Hizbullah. Sosok Kiai Asad sangat disegani oleh ketiga laskar di kawasan Tapal Kuda, yakni anggota Laskar Sabilillah, Hizbullah dan Pelopor. Kharisma Kiai Asad menjadikan para kiai yang tergabung dalam barisan Laskar Sabilillah mendengarkan seluruh nasihat, wejangan dan komando Kiai Asad.? Para santri dan pemuda yang tergabung dalam barisan Laskar Hizbullah juga setia pada strategi dan komando yang diberikan Kiai Asad. Bahkan, para bandit yang bergerak dalam Barisan Laskar Pelopor juga sendika dawuh (tunduk) dengan perintah Kiai Asad. Kombinasi ketiga laskar inilah yang menjadi senjata ampuh untuk melawan penjajah di kawasan Tapal Kuda.

Kiai Asad bersama Kiai Abdus Shomad (sepupunya, pemimpin Seinin dan Keibodan), pada zaman Jepang, pernah mendapat kursus militer di Jember. Teknik dasar militer inilah yang menjadi pondasi strategi Kiai Asad dan beberapa kiai lainnya, dalam menyusun rencana perjuangan militer yang dipadukan dengan kekuatan santri (Hasan, 2003: 82-84).

Berjuang Mengawal Negeri

Sosok Kiai Asad Syamsul Arifin menjadi inspirasi bagi santri masa kini. Beliau memiliki keilmuan, kemampuan dan visi perjuangan yang lengkap. Kiai Asad memiliki kedalaman ilmu agama yang tidak diragukan, mengusai ilmu militer dan bela diri, serta berhasil mengomando para bandit agar membantu perjuangan santri dalam mengawal kemerdekaan Indonesia.

Dalam catatan Syamsul A Hasan (2003), salah satu kecerdikan Kiai Asad adalah kemampuannya dalam mengorganisir bajingan-bajingan, brandal dan jawara yang sebagian besar berasal dari kawasan Tapal Kuda. Para bandit dan jawara dari Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Probolinggo, Jember, Lumajang dan Pasuruan dikumpulkan untuk diajak berjuang melawan penjajah Belanda. Barisan bandit ini, kemudian dihimpun sebagai dengan satu nama: "Pelopor". Barisan Pelopor ini, sering berpakaian serba hitam, mulai dari baju, celana, hingga tutup kepala. Mereka menggunakan senjata celurit, rotan dan keris. Uniknya, para jawara yang berada di barisan Pelopor ini, tunduk dan setia pada komando Kiai Asad Syamsul Arifin.

Kiai Asad memerintahkan para pejuang Pelopor bagian logistik untuk mengirim pejuang yang berada di hutan. Pasukan Pelopor, Sabilillah, Hizbullah, dan pasukan lain berjuang dengan strategi gerilya. Mereka masuk gunung dan keluar gunung, untuk menyerang pasukan Belanda, lalu mengamankan diri. Mereka menggunakan taktik: "serang dan lari"! Strategi ini dilakukan oleh para santri yang tergabung dalam pelbagai laskar, hingga Negara Republik Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda, pada Desember 1949.

Kiai Asad mengutus beberapa anggota pasukan Pelopor dan Sabilillah untuk mengambil senjata milik pasukan Belanda. Di kawasan Situbondo, tugas ini dikomando oleh Mawie dan Hamid, barisan Sabilillah. Menariknya, mereka merekrut para brandal yang siap berjuang untuk negara Indonesia. Pada malam hari, para brandal dan preman ini, mengambil senjata-senjata milik Belanda di beberapa Pabrik Gula (PG) kawasan Situbondo. Pada masa penjajahan, Pabrik Gula memegang peran vital sebagai lumbung ekonomi Belanda, hingga mendapat akses langsung ke birokrasi pusat. Di PG, para pekerja keamanan diberi fasilitas senjata. Setelah senjata terkumpul, kemudian dibagikan kepada anggota Pelopor, Sabilillah, Hizbullah, dan pejuang-pejuang lainnya.

Jaringan pejuang di kawasan Bondowoso dan Jember juga melakukan hal yang sama, merebut senjata dari pasukan Belanda. Para anggota Pelopor mengirim senjata ke markas pejuang Kiai Asad, dengan melewati hutan belantara. Strategi ini, agar misi ini tidak diketahui oleh pasukan Belanda. Setelah sampai di Sukorejo, senjata-senjata ini dikumpulkan, disimpan di bawah lumbung padi, dipendam di masjid, atau ditanam di kuburan (Hasan, 2003: 131-134).

Salah satu motivasi dan petuah penting Kiai Asad tentang perjuangan adalah bagaimana niat menjadi utama: "Perang itu harus niat menegakkan agama dan arebbuk negere (merebut negara), jangan hanya arebbuk negere! Kalau hanya arebbuk negere, hanya mengejar dunia, akhiratnya hilang! Niatlah menegakkan agama dan membela negara sehingga kalau kalian mati, akan mati syahid dan masuk surga!" (Rahman, 2015: 138).

Pemikiran, strategi dan teladan yang diwariskan oleh Kiai Asad Syamsul Arifin harus menjadi semangat bagi santri masa kini. Apa yang bisa dipetik dari kisah Kiai Asad? Bahwa santri harus tetap menjaga jalur pengetahuan (sanad) dengan para kiai, mendalami ilmu-ilmu agama yang menjadi benteng kokohnya Islam, merawat Nahdlatul Ulama, serta membela negeri ini kelompok yang ingin merusaknya. Semangat KH. Raden Asad Syamsul Arifin dapat menjadi pedoman bagi santri untuk menjaga negeri, mengawal kesatuan bangsa ini[].

Munawir Aziz adalah periset Islam Nusantara, Wakil Sekretaris LTN PBNU]

. Referensi:

Ahmad Sufiatur Rahman. KH. R. Asad Syamsul Arifin, Ksatria Kuda Putih Pejuang Negeri. Solo: Tinta Medina. 2015.

? Syamsul A Hasan. Kharisma Kiai Asad di Mata Umat. Yogyakarta: PP Salafiyyah Syafiyyah dan LKIS. 2003.? ?

M. Hasan Basri dan Chairul Anam. KH.R Asad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya. Sahabat Ilmu. 1994.

KH. Abdul Aziz Masyhuri. 99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan dan Doa. Yogyakarta: Kutub. 2008.

?Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah, RMI NU, Humor Islam Sang Pencerah Muslim

GP Ansor Lakbok Gebrak Pasar dengan Shalawat

Ciamis, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat menggebrak pasar Kalapasawit dengan shalawat pada Sabtu malam pada Jumat malam, (30/5). Kegiatan bertajuk “Ansor Bershalawat” itu tetap dikunjungi banyak orang kendati diguyur hujan.

“Ansor Bershalawat” digelar bersama Ustad Soleh ILHAM dari Yogyakarta (backing vocal Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf). Sebelumnya delapan orang anggota Jam’iyatul Qurra wal-Huffaz NU Kecamatan Lakbok membaca ayat suci Al-Quran. Kemudian dilajutkan dengan sambutan Ketua PC GP ANSOR Kabupaten Ciamis Dandeu Rifa’i Hilmi.

GP Ansor Lakbok Gebrak Pasar dengan Shalawat (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Lakbok Gebrak Pasar dengan Shalawat (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Lakbok Gebrak Pasar dengan Shalawat

Dalam sambutannya, Dandeu mengatakan, GP Ansor sebagai generasi penerus perjuangan NU harus siap siaga menghadapi problem masyarakat, khususnya di bidang keagamaan, “Dengan Gebyar shalawat ini, mari kita jaga pesan-pesan yang disampaikan oleh guru kita, KH Hasyim As’ari,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Ia menambahkan, PAC Kecamatan Lakbok yang dipimpin Hirzudin, harus mendampingi kegiatan-kegiatan masjid dan mushola supaya faham-faham Islam radikal tidak menembus kekuatan kita.

Sang Pencerah Muslim

“Ansor Bershalawat” tersebut dihadiri tidak kurang 1000. Turut hadir anggota GP Ansor Tasikmalaya, Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, dan PAC Kecamatan Banjarsari.

Sebagai rangkaian kegiatan tersebut, sebelumnya telah digelar perlombaan tenis meja memperebutkan piala Karang Taruna kabupaten Ciamis. Para pemuda dan siswa tingkat SD/MI berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Selanjutnya tanggal 30 Mei digelar donor darah bersama PMI Kabupaten Ciamis dengan jumlah pendonor mencapai 20 orang dari unsur masyarakat dan pengurus GP Ansor. Lalu lomba hadroh tingkat SD/MI memperebutkan piala PC GP ANSOR Kabupaten Ciamis. Walapaun jumlah peserta hanya 7 grup, namun cukup menjadi perhatian masyarakat Lakbok.

Redaktur     : Abdullah Alawi

Kontributor : Ahmad Muhafidz

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Ulama, Budaya, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Minggu, 17 Desember 2017

SMPNU Putri Nawa Kartika Perkuat Keredaksian Majalah Sekolah

Kudus, Sang Pencerah Muslim. Sekolah Menengah Pertama NU Putri Nawa Kartika di Kudus mengadakan pelatihan jurnalistik di aula sekolah. Pelatihan ini membekali keredaksian 27 siswi yang memikul tanggung jawab sebagai awak redaksi majalah dan majalah dinding (Mading) sekolahnya.

Dimulai pukul 09.00 hingga 15.30 Jum’at (2/5), pelatihan ini menghadirkan staf Humas Universitas Muria Kudus (UMK) Rosidi dan jurnalis sebuah harian Septina Nafiyanti sebagai narasumber.

SMPNU Putri Nawa Kartika Perkuat Keredaksian Majalah Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)
SMPNU Putri Nawa Kartika Perkuat Keredaksian Majalah Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)

SMPNU Putri Nawa Kartika Perkuat Keredaksian Majalah Sekolah

Rosidi yang juga pengurus ISNU Kudus lebih banyak berbagi mengenai bagaimana mengelola majalah sekolah dan mading.

Sang Pencerah Muslim

Ia juga mendoronga peserta pelatihan agar terus berlatih menulis demi melahirkan karya-karya penulisan dalam pelbagai bentuknya.

“Selain berlatih terus menerus, Anda harus meyakinkan diri bahwa Anda bisa. Kalau sejak awal tidak memiliki keyakinan mampu menulis, maka Anda sudah memupuskan harapan menjadi penulis,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Sementara Septina lebih banyak memberikan masukan serta petunjuk peliputan sebuah berita. Ia kemudian menerangkan cara mengorganisasikan data-data yang dihimpun dari lapangan melalui wawancara dan data-data pendukung lain untuk menjadi sebuah laporan. (Qomarul Adib/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Bahtsul Masail, Meme Islam, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Selasa, 05 Desember 2017

Doa ketika Mempertemukan Mempelai Pria dan Wanita

Dalam tradisi Nusantara sebagaimana diajarkan oleh para ulama kita, pada saat akad nikah, ada tradisi mempertemukan mempelai pria dengan mempelai wanita. Biasanya prosesi ini dilakukan setelah akad nikah selesai. Tradisi mempertemukan ini merupakan pertanda bahwa sejak saat itu, mempelai wanita telah halal bagi mempelai pria, begitu pun sebaliknya.

Bukan hanya dipertemukan, namun kedua pasangan tersebut juga didoakan agar menjadi pasangan yang baik dan penuh berkah.

Doa ketika Mempertemukan Mempelai Pria dan Wanita (Sumber Gambar : Nu Online)
Doa ketika Mempertemukan Mempelai Pria dan Wanita (Sumber Gambar : Nu Online)

Doa ketika Mempertemukan Mempelai Pria dan Wanita

Dikutip dari karya Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi al-Dimasyqi, Al-Adzkâr al-Muntakhabah min Kalâmi Sayyid al-Abrâr (Surabaya: Kharisma, 1998), hal. 284, berikut ini adalah doa yang sepatutnya diucapkan bagi pasangan pengantin yang baru saja dipertemukan. Doa tersebut ialah:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Bârakallâhu likulli wâhidin minnâ fî shâhibihi. Allahumma innî as`aluka khairahâ wa khaira mâ jabaltahâ ‘alaihi wa a’ûdzu bika min syarrihâ wa min syarri ma jabaltahâ ‘alaihi

Sang Pencerah Muslim

“(Semoga) Allah memberkahi masing-masing dari kita dengan pasangannya. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan pasangannya, dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan pasangannya.”

Demikian, semoga bermanfaat. Amin. Wallahu a’lam bi shawab.

(Muhammad Ibnu Sahroji)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaSantri, Nahdlatul Ulama, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Jumat, 01 Desember 2017

Jamaah Haji, Jangan Kotori Jabal Rahmah dengan Coretan

Makkah, Sang Pencerah Muslim. Usai melaksanakan umrah dari tempat miqat berbeda, para jamaah calon haji biasanya mengisi waktu dengan berziarah. Sembari menunggu puncak pelaksanaan haji yakni wukuf di Arafah, sejumlah tempat penting dikunjungi. Salah satunya yang cukup ramai adalah Jabal Rahmah.

Tempat ini tidak pernah sepi dari kunjungan para jamaah. Ya, Jabal Rahmah adalah gunung yang disebut-sebut punya kisah pertemuan Nabi Adam dengan istrinya, Hawa. Bahkan terdapat monumen yang menandakan pertemuan keduanya.

Jamaah Haji, Jangan Kotori Jabal Rahmah dengan Coretan (Sumber Gambar : Nu Online)
Jamaah Haji, Jangan Kotori Jabal Rahmah dengan Coretan (Sumber Gambar : Nu Online)

Jamaah Haji, Jangan Kotori Jabal Rahmah dengan Coretan

"Seperti diketahui dalam catatan sejarah, usai terusir dari surga lantaran melanggar ketentuan Allah, Adam dan Hawa diturunkan ke dunia," kata Ustadzah Ana Farhasy yang berada di Makkah, Arab Saudi, Jumat (18/9) waktu setempat. Dan keduanya dipertemukan kembali di Jabal Rahmah atau yang juga disebut dengan gunung kasih sayang, lanjutnya.

Sang Pencerah Muslim

Gunung kasih sayang ini berada di tepi Arafah yang merupakan suatu kawasan di bagian timur luar Kota Makkah. Jabal Rahmah pun tak jauh dari Padang Arafah, tempat para jamaah haji melakukan ibadah wukuf nantinya.

Sang Pencerah Muslim

Dalam pantauan Ustadzah Ana, sapaan akrabnya, di atas Jabal Rahmah terdapat suatu tugu yang terbuat dari beton persegi empat dengan lebar 1,8 meter dan tingginya 8 meter. "Masyarakat setempat percaya, lokasi bertemunya Adam dan Hawa persis di titik tugu tersebut," kata desainer baju muslim ini.

"Jabal Rahmah itu lebih tepatnya adalah bukit," katanya. Tingginya sekitar 70 meter saja dan bisa didaki jamaah dengan melewati anak tangga. "Mendaki Jabal Rahmah dari dasar hingga mencapai tugu Adam dan Hawa, biasanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit saja," ungkapnya.

Di dekat monumennya, banyak jamaah haji yang berdoa. Ada pula yang terpesona oleh pemandangan Padang Arafah yang bisa dilihat jelas dari atas Jabal Rahmah. "Pemandangan cantik yang jadi saksi bisu pertemuan kembali Adam dan Hawa di bumi," terangnya.

"Bukan itu saja momen yang dapat dikenang dari Jabal Rahmah," kata pemilik Majmal Boutique di Malang dan Surabaya ini.  Di tempat ini juga jadi tempat bersejarah bagi perjalanan Nabi Muhammad. "Di sinilah Nabi Muhammad menerima wahyu terakhir dari Allah, sekaligus penyempurna dari ajaran Islam," kata alumnus pesantren di Bangil Pasuruan Jawa Timur ini.

Banyak yang percaya, jika berdoa untuk mendapatkan jodoh di Jabal Rahmah maka permintaannya cepat dikabulkan. Ini juga juga berlaku bagi suami istri agar dijadikan pasangan setia. "Saya yang melaksanakan haji bersama suami, juga menyempatkan berkunjung dan bermunajat di gunung ini," kata Ustadzah Ana. Keduanya berharap agar bisa meneladani Nabi Adam dan Hawa.

Kendati menjadi jujugan para jamaah, namun ada yang kurang layak dilakukan. "Yakni, kegemaran jamaah yang mengabadikan nama di batu yang ada di bukit," tuturnya. Baginya, itu tindakan kurang patut dan mengotori kesakralan Jabal Rahmah.

Bahkan menurut keterangan para mukimin, yakni WNI yang lama di Makkah, tidak sedikit yang justru menawarkan spidol untuk tindakan kurang pantas ini.  "Banyak jamaah yang menuliskan nama di tugu Adam dan Hawa ini, sehingga merusak keindahan," katanya menyayangkan.

Padahal dengan berfoto, itu sudah bisa menjadi kenang-kenangan tidak terlupakan. "Jadi, jangan kotori tempat bersejarah ini dengan coretan," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Mahbib)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU Sang Pencerah Muslim

Selasa, 28 November 2017

NU Gelar Haul Akbar Pahlawan Nasional

Surabaya, Sang Pencerah Muslim. Nahdlatul Ulama (NU) akan menyelenggarakan Haul Akbar Pahlawan Nasional pada 10 November mendatang di 113 masjid yang ada di Kota Surabaya, dan di kawasan Monumen Tugu Pahlawan.

Acara yang dimotori oleh Pengurus Wilayah Jamiyyatul Qurra’ wal Huffadh (JQH) NU Jatim ini akan diawali dengan simaan Al-Qur’an bil ghaib (hafalan) dari pukul 06.00 sampai 13.00 WIB. Setiap satu masjid, khatmil Qur’an dilakukan oleh 17 hafidz dan hafidzoh. Jadi ada 1945 hafidz hafidzoh terlibat dalam perhelatan ini.

NU Gelar Haul Akbar Pahlawan Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Gelar Haul Akbar Pahlawan Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Gelar Haul Akbar Pahlawan Nasional

“Betapa indahnya jika pada 10 Nopember nanti di setiap sudut kota terdengar alunan bacaan Al-Qur’an, selain memberikan berkah bagi pembaca dan pendengar juga pada para syuhada’ pahlawan nasional,” kata Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Bukhori, kepada Kontrobutor Sang Pencerah Muslim Rijal Mumazziq.

Ketua PWNU Jatim, KH Ali Maschan Moesa menilai acara Haul Akbar Pahlawan Nasional itu adalah wujud kepedulian anak bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dan mendoakannya.

“Saya mengharapkan agar kegiatan ini dapat lebih memperkokoh keimanan dan akidah serta mempererat hubungan antar komponen bangsa dalam membangun bangsa dan negara,” kata Ali Maschan.

Menurut Ketua Panitia, KH Abdullah Faqih, acara ini merupakan bentuk ungkapan syukur kepada Allah SWT atas anugerah kemerdekaan. “Juga, sebagai rasa ungkapan terima kasih atas jasa para pahlawan nasional,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut alumni Pesantren Langitan ini, selama ini para pahlawan hanya dihormati dengan sikap mengheningkan cipta, hormat senjata atau acara seremonial saja. “Maka dengan haul ini, kami ingin mendoakan arwah para pahlawan kita,” tambahnya.

Acara serupa sebenarnya sudah pernah digelar di tempat yang sama pada 2003 silam, namun dalam skala kecil. Kini, dengan persiapan matang, JQH melanjutkan tradisi yang telah dirintis empat tahun silam.

Sang Pencerah Muslim

“Kami juga merekomendasikan Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Surabaya agar acara ini menjadi rutinitas saban tahun,” papar Kiai Faqih, sapaan akrabnya. Ia menambahkan, citra Surabaya sebagai kota pahlawan akan mendukung kegiatan ini sebagai sarana wisata religi.

Rencananya, selepas Khatmil Qur’an, beberapa seremoni juga dilaksanakan. Dari upacara resmi haul pahlawan nasional, hingga ikrar kesetiaan PW JQH NU Jatim periode 2007-2012.

Rencananya acara tersebut akan dihadiri sekitar 20.000 massa. Seluruh Pengurus Cabang NU, MUI se-Jatim, segenap Bupati dan Walikota juga hadir dalam gawe ini. Adapun dari anggota Kabinet, Menkominfo M Nuh sudah menyatakan kesediannya untuk hadir.(rij/nam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Daerah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 23 November 2017

Tiap Tahun Baru Hijriyah Pesantren Wates Gelar Haul

Garut, Sang Pencerah Muslim



Di antara kegiatan rutin tahunan Pesantren Al-Mahfudz adalah menggelar haul pendiri dan sesepuh pesantren tiap 1 muharam. Tahun ini, pesantren di Kampung Wates, Desa Cigawir, Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut tersebut menggelarnya di dalam dan halaman Masjid Pesantren Al-Mahfudz, Kamis (21/9).

"Ini adalah haul yang ke-36 Bapak. Sebenarnya Bapak meninggal pada tanggal 2 Muharam," ungkap KH R Amin Muhyidin, salah seorang dzuriyah Pesantren Al-Mahfudz dalam sambutannya atas nama keluarga.

Tiap Tahun Baru Hijriyah Pesantren Wates Gelar Haul (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiap Tahun Baru Hijriyah Pesantren Wates Gelar Haul (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiap Tahun Baru Hijriyah Pesantren Wates Gelar Haul

Rais PCNU Garut ini melanjutkan, dikarenakan keluarga besar pesantren banyak yang dinas di luar kota, akhirnya disepakatilah bahwa haul dilaksanakan pada setiap tanggal 1 Muharam karena sudah diketahui bersama pada tanggal tersebut adalah libur nasional tahun baru Hijriyah.

Ia menambahkan, pesantren yang lebih dikenal dengan sebutan Pesantren Wates ini didirikan sekitar tahun 1918 oleh KH R. Mahfudz atau lebih dikenal dengan Mama Wates. Kemudian dilanjutkan oleh KH R Muhyidin atau lebih dikenal dengan sebutan Apa (Bapak) Wates. Setelah Kiai Muhyidin meninggal, Pesantren Wates diasuh oleh KH R Aten Muhyidin dan saat ini diasuh oleh generasi ke empat yaitu KH R Agus Muhyidin.

Pengasuh Pesantren Assaadah Limbangan ini pun mengisahkan perjuangan Mama Wates dalam berdakwah, di antaranya adalah tentang kuatnya pendirian Mama Wates dalam memegang ajaran Ahlussunah wal-Jamaah dan aktif di dalam organisasi NU.?

Sang Pencerah Muslim

Rangkaian kegiatan yang digelar dalam acara haul ini adalah membaca Al-Quran beberapa kali khataman oleh santri Pesantren Assaadah, Pesantren Kudang, dan Pesantren Ciseureuh. Ketiga pesantren tersebut masih dzuriyah dengan Pesantren Wates. Puncak kegiatannya adalah Tahlil Umum yang dilaksanakan di Komplek Pesantren Wates. (Aiz Luthfi/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim RMI NU Sang Pencerah Muslim

Selasa, 07 November 2017

Cak Nun: “Ruwatan” Bagian dari Ajaran Islam

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Budayawan asal Jombang, Jawa Timur, Emha Ainun Nadjib bersama Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edukasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Walisongo Semarang meresmikan “Ruwatan” sebagai bagian dari ajaran Islam yang diambil dari al-Quran dan Hadits.

"Ruwatan bukan sebagai budaya Hindu-Budha melainkan sebagai bagian dari ajaran al-Quran yang dijalankan oleh umat Islam. Ruwatan juga bukan asal usul kebatilan maupun bidah melainkan ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur’an," ucap Cak Nun, sapaan akrabnya.

Cak Nun: “Ruwatan” Bagian dari Ajaran Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Cak Nun: “Ruwatan” Bagian dari Ajaran Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Cak Nun: “Ruwatan” Bagian dari Ajaran Islam

Istilah "ruwatan" sebagai budaya Hindu-Budha ditolak oleh budayawan berusia 60 tahun itu. Hal itu dikatakanya dalam Guyub Rukun Bareng Cak Nun Jilid 3, di halaman Ma’had Walisongo, Kampus II IAIN Walisongo Semarang, belum lama ini.

Sang Pencerah Muslim

Ia  menjelaskan, ajaran ruwatan tidak sekedar dilestarikan saja, melainkan juga harus tamasyuk dibumikan. Hal itu sesuai dengan istilah KH Fadlan Musyafak selaku pengasuh Ma’had Walisongo ruwatan ialah harokatut tamasyuk bis tsaqafah wal hadloroh al Indonesiyah.

Sang Pencerah Muslim

Menanggapi kelompok yang mentafsirkan ruwatan sebagai bidah dholalah pihaknya menolak. "Keliru dan salah bila mengartikan istilah ruwatan sebagai bidah. Sebab bidah ada yang diperbolehkan dan dilarang dalam hukum syara’. Tamasyuk merupakan bidah khasanah yang harus dijaga dan dibumikan," beber suami Novia Kolopaking.

Ia mengajak Jamaah Maiyah yang hadir agar tidak memaknai ruwatan secara menyeluruh. Sebab lanjutnya suatu ajaran yang diturunkan dari langit ke bumi adalah sesuatu ketentuan, anjuran, perintah yang sudah baku dan permanen lebih dari itu ada pula ibadah atau kebaikan yang bermula dari bumi ke langit yang tidak ada dalil larangannya.

Bagian anjuran yang dibolehkan ajaran agama, kata penerima penghargaan Satyalancana kebudayaan tahun 2010 itu, ibadah dibagi menjadi 2 yang diperintahkan dan dilarang sesuai ketentuan Aluran. 

Pertama, ibadah melalui jalur vertikal antara makhluk dengan sang pencipta yang sudah tidak bisa ditawar dan menjadi ketentuan baku. Kedua, sambungnya ibadah melalui jalur horizontal, yakni hubungan ibadah dengan alam, sesama makhluk semisal ruwatan yang merupakan kebudayaan dari ajaran Islam yang patut dijalankan dan dijaga. 

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Syaiful Mustaqim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Kajian, Habib Sang Pencerah Muslim

Senin, 06 November 2017

Perlu Gerakan Kesadaran Dokumentasi

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Banyak naskah pesantren yang rusak, hilang atau diperjualbelikan tanpa ada arsip. Akibatnya khazanah pesantren yang tak ternilai harganya tidak bisa ke tangan santri generasi selanjutnya.

Perlu Gerakan Kesadaran Dokumentasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Perlu Gerakan Kesadaran Dokumentasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Perlu Gerakan Kesadaran Dokumentasi

Penulis buku Pesantren Studies, Ahmad Baso, mengatakan, hal semacam itu terjadi di Sulawesi Selatan.

“Hal itu terjadi di Makasar. Ada kiai jadi penulis, mengoleksi banyak kitab dalam tulisan tangan. Tapi tak banyak yang menerbitkan. Hanya meenjadi bacaan santri terbatas. Setelah dia meninggal, tak ada generasi keluarganya yang merawat dokumentasi itu.” katanya di gedung PBNU, Jakarta, pada Rabu, (09/1)

Sang Pencerah Muslim

Ahmad Baso menambahkan, ada seorang ulama besar, Kiai Abdul Kadir Kholik. Ia lulusan dari Mesir. Ia ahli tafsir, menulis naskah tulisan tangan.

“Tapi nggak ada yang baca dan merawat, kita masuk lagi ke rumahnya, udah nggak ada itu,” ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Bikin miris dan marah. Banyak naskah-naskah pesantren dan naskah-naskah kiai diperjualbelikan. Sekarang banyak jatuh ke tangan orang lain yang bertujuan komersil.

Oleh karena itu, sambung Wakil Ketua PP Lakpesdam NU, harus ada gerakan kesadaran untuk pendokumentasian naskah pesantren. NU harus melakukannya.

“Bisa melalui LTN, RMI, atau Sang Pencerah Muslim misalnya,” katanya.

Caranya, kita dekati anak-anak kiai punya banyak naskah dan dokumen. Terus adakan pelatihan untuk merawat naskah. Kita beri tahu bahwa naskah ini harus dijaga. Terus bikin katalog, dan deskripsi atau informasi apa saja koleksinya itu.

“Kalau tidak ada kesadaran pendokumnetasaian, lama-lama habis naskah-naskah itu. Habis pula sejarah kita!”

Penulis: Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, AlaSantri Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock