Tampilkan postingan dengan label Nasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nasional. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Maret 2018

Pagelaran Wayang Kulit Tutup Peringatan Harlah GP Ansor

Solo, Sang Pencerah Muslim. Peringatan puncak harlah ke-78 Gerakan Pemuda (GP) Ansor ditutup dengan pagelaran wayang kulit di stadion Manahan jalan Adi Sucipto, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (18) malam. Pementasan wayang kulit ini adalah acara terakhir dari sejumlah rangkaian peringatan harlah GP. Ansor seperti Apel Banser, Anugerah Wirasantri Mandiri, Workshop Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Konferensi Internasional IIFIS.

Pementasan wayang kulit ini didalangi oleh dalang kondang, Ki Enthus Susmono. Pementasan wayang kulit Rabu malam, mengambil lakon ‘Antareja’. Lakon tersebut dimulai pada pukul 22.44 seusai zikiran dan selawatan yang dipimpin oleh Habib Syekh Assegaf.

Pagelaran Wayang Kulit Tutup Peringatan Harlah GP Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagelaran Wayang Kulit Tutup Peringatan Harlah GP Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagelaran Wayang Kulit Tutup Peringatan Harlah GP Ansor

Pertunjukan wayang tersebut adalah bentuk apresiasi GP Ansor terhadap seni budaya tradisional. Pagelaran lakon wayang bagi GP Ansor bisa menjadi wadah penyampaian nilai yang mendidik sekaligus hiburan bagi para penonton.

Sang Pencerah Muslim

Sedikitnya dua ribu lima ratus penonton memadati halaman parker stadion Manahan. Mereka datang dari dalam kota Surakarta dan kabupaten sekitar. Meski sempat diguyur tetesan hujan, semangat para penonton tidak berkuran untuk mengerumuni panggung dari delapan arah mata angin.

Sang Pencerah Muslim

Sebelum lakon ‘Antareja’ dimulai, Nusron Wahid, Ketua Umum PP GP Ansor, Dahlan Iskan, Menteri BUMN, dan perwakilan Kemenkominfo member sambutan singkat. Sesaat sebelum mulai, Ki Enthus meminta grup gamelannya untuk memainkan ‘Mars Ansor’. Nusron Wahid menyanyikan Mars Ansor dengan iringan gamelan.

“Pementasan wayang ini ditujukan GP Ansor agar masyarakat mencintai kesenian di Indonesia. Bentuk kecintaan terhadap kesenian tradisi adalah dengan memberikan panggung bagi para seniman,” kata Nusron dalam sambutannya di hadapan dua ribu lima ratus penonton yang sebagian sudah duduk  menggelar Koran.

Mbok ya kita ini mencintai Rasulullah dan kiai. Belajar fiqih ojo dilali ,” salah satu ungkapan Ki Enthus saat mendalang lakon ‘Antareja’, Rabu malam.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis    : Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pahlawan, Nasional Sang Pencerah Muslim

Kamis, 08 Maret 2018

MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur

Jombang, Sang Pencerah Muslim

Ratusan siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah Darul Faizin Assalafiyah tampak berkumpul di makam Mbah Guru Hasan Sanusi. Baik lokasi madrasah maupun pesarean berada di Desa Catakgayam,  Kecamatan Mojowarno, Jombang, Jawa Timur.



MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur (Sumber Gambar : Nu Online)
MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur (Sumber Gambar : Nu Online)

MI Darul Faizin Assalafiyah Tradisikan Ziarah ke Makam Leluhur

Itu merupakan tradisi rutin yang dilakukan peserta didik madrasah ini setiap Kamis Kliwon. Setidaknya ada dua ratus murid yang ikut berziarah ke makam Mbah Guru Sanusi yang juga dikenal sebagai pembuka desa setempat.



Sang Pencerah Muslim

“Beruntung orang tua yang menyekolahkan putra-putrinya di madrasah yang mendidik muridnya untuk mendoakan para pendahulu yang sudah meninggal,” kata Astatik, Kamis (25/1) petang.


 

Salah seorang wali murid MI Darul Faizin Assalafiyah ini mengemukakan bahwa anaknya termasuk yang aktif ziarah ke makam tersebut. “Mbah Guru Hasan Sanusi itu pembuka desa Catakgayam yang dulunya berupa hutan. Beliau juga menantu Mbah Alif yang pesareannya masuk dalam catatan Dinas Pariwisata Jombang sebagai destinasi wisata religi selain Gus Dur,” ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim





Memang khusus pada Kamis Kliwon atau menjelang Jumat Legi, ratusan peserta didik di madrasah ini mengikuti aktifitas rutin tersebut. Pada pukul 11.30 Wib, mereka berkumpul dengan dibimbing para guru untuk membacakan tahlil dan kalimat thayyibah.

 

Astatik juga menandaskan bahwa doa anak sebagai teman kala orang tuanya meninggal. “Bukankah teman kita di alam kubur nanti adalah sedekah jariyah, amal shaleh dan doa anak anak shalih dan shalihah?” tandasnya.

Karenanya, tradisi yang diajarkan para ustadz dan ustadzah khususnya di madrasah ini kepada peserta didik sebagai hal positif. “Kami bangga,” pungkasnya. (Ibnu Nawawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Nasional, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 03 Februari 2018

Menag Bertemu Menteri Haji Saudi Bicarakan Pelayanan

Jakarta, NU.Online
Menteri Agama, Said Agil Al Munawar mengadakan pertemuan dengan Menteri Haji Saudi, Amin Madani, untuk berbicara seputar pelayanan pemerintah Saudi terhadap jamaah haji Indonesia di kantor menteri haji Saudi, Jeddah, Minggu (8/2), seperti dilaporkan situs Informasi Haji di Jakarta, Senin.

Pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu juga dihadiri oleh Dirjen BPIH Taufiq Kamil, Kabid Haji Muslim Nasution, sementara dari Arab Saudi hadir juga divisi umroh Prof Mohammad Banten.

Menteri haji Arab Saudi Amin Iyad Madani mengucapkan selamat dan sukses atas perjalanan misi haji Indonesia.  "Menteri haji Arab Saudi tak lupa menyampaikan taziah atau bela sungkawa atas meninggalnya 56 jamaah haji Indonesia di jumrah Aqabah Mina," kata Said Agil Husin Almunawar.

Sebagai bentuk evaluasi, menteri haji Arab Saudi  menanyakan pelayanan yang mereka berikan termasuk pelayanan di Arafah dan Mina. "Kami katakan bahwa pelayanan mereka cukup baik," katanya.

Pertemuan tingkat menteri ini juga menyinggung banyaknya jamaah umrah yang memperpanjang keberadaannya di Arab Saudi untuk ikut berhaji secara ilegal. "Mestinya perjalanan umroh paling lambat 30 Ramadhan harus selesai. Hal ini cukup mengganggu kementrian haji Saudi," kata Said Agil.  Untuk itu, Depag akan mengambil langkah menutup beberapa biro perjalanan haji yang bandel itu.

Menurut catatan mentri Haji Saudi jumlahnya jamaah overstay mencapai 15.485 orang, atau 32,91 persen dari jumlah jemaah yang melanggar yang mencapai 50 ribu orang.  Kementrian Haji Saudi, kata menag, bertekad mengambil tindakan tegas yaitu memberi denda kepada perusahaan yang jamaahnya overstay.

"Perlu ada kerjasama konkret agar tidak terjadi overstay ini. Kita sudah larang dan masih juga dari berbagai jalur mereka lakukan. Yang melapor resmi itu ada 11 ribu orang. Jika masih terjadi pelanggaran, kita cabut ijinnya," kata Menag.

Onimah dinyatakan sebagai jenazah yang belum dikenal

Ditanya kemungkinan masih ada lagi jamaah yang belum diidentifikasi, Shufi berkata, mudah-mudahan jumlah yang 56 ini jumlah yang terakhir, sebab Daker Mekkah masih belum menerima laporan dari ketua kloter ihwal jamaah yang hilang. Dengan ditemukannya lagi dua jenazah korban jamarat, total jamaah Indonesia yang meninggal di musibah jumrah Aqabah Mina mencapai 57 orang. Jumlah itu terdiri dari 56 jamaah Indonesia yang memegang paspor haji dan satu lagi warga Indonesia yang bermukim di Arab Saudi atas nama Sukasto.

Sufi juga mengatakan sempat melihat lagi nomor gambar nomor 206 dan 207. "Gambar itu kita ragukan karena mirip orang Indonesia, tetapi setelah ditelusuri, gambar nomor 206 itu ternyata atas nama Azizah, yang sudah diidentifikasi dan termasuk dalam identifikasi 54 jenazah jamaah Indonesia. Begitupun gambar nomor 207 yang ternyata atas nama Ruswati yang juga sudah masuk daftar," katanya.

Jenazah Akum sudah lebih dulu dimakamkan setelah keluarga korban mengenali gambar dan tirkah yang disimpan pengelola kamar jenazah. Sedangkan jenazah Ronimah dimakamkan setelah identifikasinya bisa dilakukan. (atr/che)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Nasional, AlaSantri Sang Pencerah Muslim

Menag Bertemu Menteri Haji Saudi Bicarakan Pelayanan (Sumber Gambar : Nu Online)
Menag Bertemu Menteri Haji Saudi Bicarakan Pelayanan (Sumber Gambar : Nu Online)

Menag Bertemu Menteri Haji Saudi Bicarakan Pelayanan

Rabu, 31 Januari 2018

Pengganti Bupati Lebih Banyak daripada Imam Mushola

Brebes, Sang Pencerah Muslim. Kekosongan kiai dan petugas rumah ibadah seperti marbot musholla lebih sulit dicarikan penggantinya. Warga lebih banyak mengantre untuk menggantikan posisi kosong kepala negara, gubernur, bupati, atau jabatan lain dalam birokrasi pemerintahan.

Pengganti Bupati Lebih Banyak daripada Imam Mushola (Sumber Gambar : Nu Online)
Pengganti Bupati Lebih Banyak daripada Imam Mushola (Sumber Gambar : Nu Online)

Pengganti Bupati Lebih Banyak daripada Imam Mushola

Demikian disampaikan KH Fariz Elt Haq Fuad Hasyim yang akrab disapa Kang Fariz dari Cirebon dalam ceramahnya pada pengajian Ansor Bersholawat di alun-alun Brebes, Jawa Tengah, Ahad (8/12) malam.

Hilangnya kiai, kata Kang Fariz, sulit dicari penggantinya. Tetapi untuk posisi Presiden ataupun Bupati, belum apa-apa sudah banyak yang mengantre. Ini sangat bisa dimaklumi. Pasalnya selain membutuhkan keahlian khusus, petugas keagamaan tidak menyandang gengsi tersendiri di masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

“Mencari pengganti imam musholla saja, sulitnya minta ampun,” terang Kang Fariz yang juga Ketua PC GP Ansor kabupaten Cirebon di hadapan ribuan jamaah Ansor Bersholawat yang diselenggarakan PC GP Ansor Brebes.

Dalam ceramahnya, Kang Fariz mengingatkan kader Ansor untuk terus menjaga para kiai demi tegaknya Islam dan NKRI. Sebab, mereka memiliki andil besar dalam mendirikan NKRI dan mempertahankan Ahlussunah Wal Jamaah.

Sang Pencerah Muslim

Jangan sampai peran para kiai dikebiri dan dipinggirkan seperti pada zaman Orde Baru. Para kiai saat itu, sambung Kang Fariz, seperti daun salam, dipakai saat dibutuhkan. Namun mereka dicampakkan begitu saja kesudahannya.

Perjuangan kiai, keikhlasannya sungguh sangat tidak terbatas, tandasnya. (Wasdiun/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional Sang Pencerah Muslim

Kamis, 18 Januari 2018

Bantu Yatim Berarti Bantu Orang Disayang Nabi

Jember, Sang Pencerah Muslim



Wakil Sekretaris PCNU Jember, Moch Eksan mengatakan, tak bisa dipungkiri, lingkaran hidup sebagian banyak anak yatim hanya berkutat dengan keprihatinan. Sudah kehilangan orang tua, mereka masih menderita hidupnya. Bahkan tak jarang mereka jadi anak terlantar, nestapa. 

Bantu Yatim Berarti Bantu Orang Disayang Nabi (Sumber Gambar : Nu Online)
Bantu Yatim Berarti Bantu Orang Disayang Nabi (Sumber Gambar : Nu Online)

Bantu Yatim Berarti Bantu Orang Disayang Nabi

Karena itu, menurut dia, uluran tangan masyarakat sangat diharapkan untuk membantu mengurangi beban hidup dan derita mereka. 

Menurut Eksan, menyantuni anak yatim, selain bernilai sosial, juga bernilai ibadah. Lebih- lebih Nabi Muhammad disebut sangat dekat dengan anak yatim. Kedekatan antara keduanya, oleh Nabi Muhammad sendiri diibaratkan jari telunjuk dan ibu jari. 

Sang Pencerah Muslim

"Itu artinya apa? Artinya membantu anak yatim, berarti membantu orang yang sangat disayang Nabi," katanya berceramah pada Pengajian dan Santunan Anak Yatim di Dusun Bukol, Desa Pandansari Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang, Ahad (1/10).

Oleh karena itu, para masyarakat dan para dermawan tidak perlu khawatir hartanya akan hilang begitu saja jika membantu anak yatim. 

Sang Pencerah Muslim

"Harta yang disedekahkan, tidak ada ceritanya itu hilang, apalagi untuk anak yatim. Justru itulah harta yang kekal, harta yang sesungguhnya kita punya," jelasnya.

Penulis beberapa buku itu menambahkan, sesuai dengan UUD 45 pasal 34 (1) disebutkan bahwa anak terlantar dan fakir miskin dibiayai oleh negara. Kendati demikian, masyarakat secara moral juga punya tanggungjawab untuk berperan dalam mengentas mereka dari ketidak berdayaan. 

"Pemerintah wajib dan bertanggung jawab atas kehidupan orang miskin dan terlantar, termasuk anak yatim. Walaupun begitu, kita masyarakat juga wajib bantu mereka," urainya. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)

 

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, Nasional, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Senin, 15 Januari 2018

NU Struktural untuk Lengkapi NU Kultural

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Dikotomi antara NU struktural dan NU kultural seharusnya tak boleh terjadi lagi jika keduanya bisa memainkan perannya masing-masing dan bersinergi. Ketua PBNU Masdar F. Mas’udi berpendapat bahwa NU struktural yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari adalah untuk melengkapi NU Kultural.

“NU kultural sudah ada beberapa ratus tahun lalu berkat kerja kekiaian para ulama kita. Jadi NU organisasi yang dibawa oleh Mbah Hasyim untuk melengkapi NU kultural yang sudah berjalan dan akan terus berjalan,” tuturnya kepada Sang Pencerah Muslim beberapa waktu lalu.

Namun demikian, sampai sekarang ini belum ada pembagian peran yang jelas dan sering terjadi redundance dan mengambil oper peran para kyai yang melakukan kerja-kerja kultural sementara kerja-kerja organisasional belum tertangani dengan baik.

NU Struktural untuk Lengkapi NU Kultural (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Struktural untuk Lengkapi NU Kultural (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Struktural untuk Lengkapi NU Kultural

“Kalau pengurus organisasi mengerjakan ngaji, tahlilan, dibaan, ini sebenarnya mengambil alih fungsi yang dijalankan oleh para kiai secara pribadi-pribadi. Pengurus NU itu kerjanya jangan pengajian umum. Tugasnya menghadiri rapat mengambil keputusan untuk mencapai tujuan tertentu yang dikerjakan dalam waktu tertentu,” imbuhnya.

Kerja NU menurut Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) adalah kerja sosial yang tidak bisa dilakuan oleh para individual seperti membimbing umat dalam berbangsa, bernegara, membangun ekonomi umat, kesehatan, dan lainnya.

Sang Pencerah Muslim

“Ini penting karena kebesaran umat ya disitu, dalam realitas kehidupan umatnya. Kalau akidahnya, urusan para ulamanya sebagai pribadi-pribadi, ada atau tidak ada organisasi. Jadi kerja NU itu lain,” tandasnya.

Dikatakannya NU organisasi itu rukunnya kan ada 4, yaitu ada jamaah, ada tujuan bersama, ada kepemimpinan atau pengurus dan ada aturan main yang disepakati bersama. “Yang paling penting adanya jamaah atau warga dan kepemimpinan, tapi yang sekarang ada baru pengurus, lha jamaahnya mana, ya kultural. Ini yang tidak memenuhi standard organisasi. Warga NU organisasi tidak sekedar warga NU kultural, ini tidak memenuhi tujuan Mbah Hasyim,” imbuhnya.

Untuk membuktikan bahwa seseorang menjadi anggota organisasi, harus punya bukti formal seperti Kartanu (Kartu tanda anggota NU), bukan kunut atau tahlilan. “Ini penting sekali. Kalau kunut ya NU kultural bukan organisasi,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Masdar, terdapat tiga tahapan keanggotaan. Pertama, keanggotaan kultural dengan menjalankan tradisi-tradisi ke-NU-an, kedua keanggotaan formal dengan dibuktikannya memiliki kartu anggota NU dan ketiga keanggotaan efektif yang secara fungsional mendukung kerja-kerja NU.

“Kalau anggota biasa memberi kontribusi iuran, kalau pengurus ya memberi kontribusi keuangan dan tenaga. Ini yang harus dibangun ke depan,” tandasnya. (mkf)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pondok Pesantren, Jadwal Kajian, Nasional Sang Pencerah Muslim

Jumat, 12 Januari 2018

Mantan Ketua IPNU Padangpariaman Pimpin Pondok Al-Quran Darul Hikmah

Padangpariaman, Sang Pencerah Muslim. Mantan Ketua IPNU kabupaten Padang Pariaman Aznam Tuanku Bagindo Batuah diamanahkan menjadi ketua pesantren Al-Quran Darul Hikmah kecamatan Enam Lingkung kabupaten Padangpariaman. Ke depan ia akan memimpin pondok yang melatih calon-calon hafizh kontestan MTQ.

Mantan Ketua IPNU Padangpariaman Pimpin Pondok Al-Quran Darul Hikmah (Sumber Gambar : Nu Online)
Mantan Ketua IPNU Padangpariaman Pimpin Pondok Al-Quran Darul Hikmah (Sumber Gambar : Nu Online)

Mantan Ketua IPNU Padangpariaman Pimpin Pondok Al-Quran Darul Hikmah

Menurut Aznam, kegiatan pondok Darul Hikmah sekarang berbeda dengan aktivitas sebelumnya. Dulu pondok hanya aktif melatih calon-calon hafiz yang dipertandingkan menjelang pelaksanaan MTQ di kabupaten Padangpariaman dan tingkat Sumatera Barat. Jika tidak ada persiapan MTQ, maka kegiatan pondok Darul Hikmah ini juga berhenti.

"Mulai periode kepengurusan ini, kegiatan belajar di pondok Darul Hikmah akan dilakukan secara berkala. Apakah setiap pekan, atau dua kali sepekan, nanti disepakati dalam rapat pengurus. Yang penting kegiatan pendalaman baca Al-Quran dilakukan secara rutin, terprogram dan tersistematis," kata Aznam kepada Sang Pencerah Muslim, Jumat (19/6).

Sang Pencerah Muslim

Aznam yang juga Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan kecamatan Enam Lingkung, dilantik pada Rabu (17/6). Tampak hadir pada pelatihan ini Camat Enam Lingkung Irsyaf Bujang dan Kepala KUA Enam Lingkung Kasmir Diram.

Sang Pencerah Muslim

Menurut keduanya, pondok Al-Quran Darul Hikmah merupakan lembaga agama dengan masa bakti empat tahun.

"Mereka bekerja hanya dengan ikhlas. Tidak ada gaji yang akan diharapkan, selain dari pengabdian yang tulus karena Allah Swt," kata mereka.

Dengan hadirnya pondok ini, Enam Lingkung ke depan bisa diharapkan menjadi “kota santri”. "Apalagi, Yuleni penyuluh agama fungsional teladan Sumatera Barat yang memfasilitasinya, tentu sebuah harapan besar dalam mewujudkan apa yang menjadi keinginan semua masyarakat Enam Lingkung," kata Kasmir. (Armaidi Tanjung/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Kajian Islam, Internasional Sang Pencerah Muslim

Kamis, 11 Januari 2018

Fatwa Haram Infotainment Harus Diingatkan Kembali

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Fatwa haram menonton tayangan infotainment (informasi hiburan) yang pernah dikeluarkan Nahdlatul Ulama (NU) beberapa waktu lalu harus diingatkan kembali kepada pemerintah, pengusaha hiburan dan masyarakat.

“Apa (fatwa haram infotainment itu, Red) hanya sampai di situ saja. Saya kira NU harus mengingatkan kembali,” kata mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia NU, Said Budairi, kepada Sang Pencerah Muslim, di Jakarta, pekan lalu.

Said menilai, tayangan televisi yang lebih banyak berisi gosip tersebut, kini semakin marak dan seakan tak terkendali. Hampir setiap stasiun televisi di Indonesia memiliki program acara yang kerap membuka dan mengungkap kehidupan yang sangat pribadi dari seorang selebriti itu.

Fatwa Haram Infotainment Harus Diingatkan Kembali (Sumber Gambar : Nu Online)
Fatwa Haram Infotainment Harus Diingatkan Kembali (Sumber Gambar : Nu Online)

Fatwa Haram Infotainment Harus Diingatkan Kembali

Sementara, katanya, pemerintah sebagai regulator, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan sejumlah lembaga pengawas media lainnya tampak tak mampu berbuat banyak. Sejumlah peraturan, seperti Undang-undang Pers pun tak dipatuhi dan ditaati dengan baik oleh media massa.

“Sekarang pers merasa menjadi pilar keempat dari demokrasi yang kita jalankan ini. Nggak masalah bagi saya, tapi UU Pers itu harus dipatuhi. Tidak seperti sekarang yang jadi kebablasan kayak gini,” terang Said.

Karena itulah, tegas Said, fatwa haram menonton infotainment yang merupakan hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Surabaya, akhir Juli 2006 silam itu, harus kembali diingatkan.

Sang Pencerah Muslim

Said menambahkan, fatwa tersebut semestinya tak hanya berlaku bagi infotainment semata, melainkan harus diperluas cakupannya pada tayangan-tayangan atau bentuk informasi lainnya yang tidak mendidik masyarakat. Ia mencontohkan, pornografi dan pornoaksi yang juga tak kalah maraknya dibanding infotainment. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Nasional, Cerita, PonPes Sang Pencerah Muslim

Rabu, 10 Januari 2018

Fatayat NU DIY Gelar Lokakarya Pemudi Antariman

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Wilayah Fatayat NU DI Yogyakarta bekerja sama dengan King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) mengadakan acara Lokakarya Pemudi Antariman dengan tema "Mengelola Keberagaman Agama bagi Pemudi Antariman Di Yogyakarta, Indonesia" pada 28-29 Agustus 2015 di Villa Mawar Asri, Kaliurang Barat, Kaliurang, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,.

Yogyakarta merupakan miniatur Indonesia, yang hampir semua etnis dan agama dengan segala denominasinya, hidup dan berkembang. Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata, separuhnya hampir dihuni oleh anak muda yang datang dari berbagai penjuru Nusantara untuk belajar dan mengembangkan diri. Hal tersebut menyebabkan dinamika kehiduapan sosial, budaya dan agama sangat tinggi, dan pada gilirannya meningkatkan potensi konflik, bahkan bisa jadi merambat menjadi kekerasan di DIY. Hal itu sudah terbukti dalam empat tahun terakhir ini, kekerasan atas nama etnis dan agama semakin meningkat di Yogyakarta.

Fatayat NU DIY Gelar Lokakarya Pemudi Antariman (Sumber Gambar : Nu Online)
Fatayat NU DIY Gelar Lokakarya Pemudi Antariman (Sumber Gambar : Nu Online)

Fatayat NU DIY Gelar Lokakarya Pemudi Antariman

Dalam rangka itulah, diperlukan intervensi untuk mengantisipasi dan memastikan kekerasan atas nama agama tidak terulang lagi, khususnya intervensi bagi para perempuan muda lintasagama. "Usia muda merupakan masa sangat produktif, para perempuan muda akan bereproduksi, merawat dan mendidik anak-anak dan juga berkarier dan mengembangkan diri di lingkungan dan tempat kerja mereka. Inilah alasan diadakannya acara loka karya." Kata Wiwin Siti Aminah, Ketua panitia sekaligus fasilitator dalam acara tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Acara ini pun bertujuan memberikan kesempatan kepada para pemudi lintas iman untuk bertemu, mengenal satu sama lain dan berbagi pengetahuan serta pengalaman.? Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran mengenai realitas dinamika kemajemukan masyarakat dan pentingnya mengelola keberagaman agama dengan dialog sebagai sebuah kekuatan bersama dalam menciptakan perdamaian. Seperti penjelasan ketua Fatayat NU DIY, Mustaghfiroh Rahayu "selain itu, acara ini untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya peran perempuan dalam proses dialog antariman di Yogyakarta."

Acara ini tidak berhenti hanya pada lokakarya saja, namun ada tindak lanjut selama empat kali pertemuan serta mengadakan kunjungan di lima tempat yakni Pesantren, Vihara, Hare Krishna, Katolik Seminari, dan Gereja Kristen Jawa. PW Fatayat NU DIY berharap dengan kegiatan ini senafas dengan gerakan Islam Nusantara yang sedang menjadi pembahasan di kancah nasional maupun internasional. (Muyassaroh/Mahbib)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Syariah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 29 Desember 2017

GP Ansor Trangkil Siapkan Reorganisasi Ranting-ranting

Pati, Sang Pencerah Muslim

Pertemuan bulanan Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah memunculkan masukan agar pengurus setempat fokus melakukan reorganisasi di tiap-tiap ranting GP Ansor di Kecamatan Trangkil.

Forum rutin yang diikuti para alumni program Pendidikan Dan Latihan Dasar (Diklatsar) Banser (Barisan Ansor Serbaguna) Kecamatan Trangkil tersebut juga menjadi ajang silaturahim, konsolidasi antaranggota, dan pembahasan beberapa hal.

GP Ansor Trangkil Siapkan Reorganisasi Ranting-ranting (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Trangkil Siapkan Reorganisasi Ranting-ranting (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Trangkil Siapkan Reorganisasi Ranting-ranting

“Kami menyadari, pengurus Ansor memang harus segera dibentuk pembaharuan kepengurusan untuk mengoptimalkan Gerakan Pemuda Ansor. Karena banyak pengurus yang umurnya lebih dari 40 tahun,” ujar ketua PAC GP Ansor Kecamatan Trangkil Abdul Rohim.

Sang Pencerah Muslim

Pertemuan Ahad (20/3) malam itu juga menyinggung soal agenda pengajian di Desa Sambilawang, Kecamatan Trangkil, yang digelar hari ini, 22 Maret 2016. “Kami menempatkan 30 personel Banser untuk acara pengajian nanti,” ungkap ketua Satkoryon Banser Trangkil H Kholil Ismail.

Sang Pencerah Muslim

Pertemuan kali ini juga dihadiri Wakil Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Kabupaten Pati A Itqonul Hakim. Dia mengapresiasi PAC Kecamatan Trangkil yang selalu aktif dalam kegiatan Ansor. Mulai dari pertemuan rutin, pelatihan pencak silat, hingga pelatihan pengelolaan sampah., Menurutnya, banyak instruktur pelatihan Diklatsar di tingkat cabang yang berasal dari PAC GP Ansor Trangkil.

“Trangkil menjadi PAC yang paling aktif organisasinya. Kami sangat antusias terhadap perkembangan di PAC Trangkil ini. Kami juga siap mendukung setiap kegiatan yang telah diprogramkan,” tutur A Itqonul Hakim. (Hasannudin/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ulama, Ahlussunnah, Nasional Sang Pencerah Muslim

Senin, 25 Desember 2017

PMII Padang: Demokrasi Harus Berakar Budaya dan Agama

Padang, Sang Pencerah Muslim. Sistem demokrasi yang dikembangkan di Indonesia seharusnya sistem demokrasi yang berakar dari agama dan budaya Indonesia sendiri. Demokrasi yang dirumuskan para pendiri Negara Republik Indonesia tahun 1945 silam adalah permusyawaratan perwakilan, bukan demokrasi pemilihan langsung yang salah satu penyebab bobroknya proses kepemimpinan nasional.

Hal itu terungkap pada Diskusi Publik yang diselenggarakan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kota Padang, Sabtu (24/5/2014) di hotel Daima, Padang seperti dilansir oleh sitinjaunews.com. 

PMII Padang: Demokrasi Harus Berakar Budaya dan Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Padang: Demokrasi Harus Berakar Budaya dan Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Padang: Demokrasi Harus Berakar Budaya dan Agama

Tampil sebagai narasumber A’wan PBNU Buya Tuanku Bagindo Muhammad Leter, Wakil Amir Majelis Mujahiddin Indonesia (MII) Jel Fathullah Al Anshori, Lc dan Wakil Ketua PW Gerakan Pemuda Ansor Sumatera Barat Rahmat Tunku Sulaiman.

Sang Pencerah Muslim

Diskusi Publik dibuka Ketua PKC PMII Minangkabau Habibullah, dihadiri Ketua PC PMII Padang Hasbullah Alqomar, Mabincab PMII Padang Firdaus. Diskusi Publik diikuti 100-an peserta berasal dari utusan organisasi kemahasiswaan diberbagai perguruan tinggi, OKP dan kader PMII Kota Padang.

Menurut M. Letter, sejak era reformasi demokrasi yang ditiru dan diterapkan di Indonesia demokrasi barat, liberal dan bebas. Seperti demokrasi tanpa batas. Bayangkan, Amerika Serikat saja, yang negaranya besar dan sudah maju hanya memiliki 2 partai. Tapi Indonesia memiliki 12 partai.

Sang Pencerah Muslim

“Sistem demokrasi sekarang yang diterap di Indonesia, dimana harga dan nilai seorang profesor dengan orang maling sama saja. Artinya, jika ada 10 orang yang akan memilih, ada 7 orang diantaranya maling, maka pemimpin yang dihasilkan adalah maling. Karena suara terbanyak itu pasti akan memilih orang maling. Jadi jangan heran kalau sekarang banyak pemimpin dan pejabat maling uang rakyat,” kata M. Letter yang juga Ketua Mubalig Sumbar ini.

Sistem demokrasi yang kini berkembang dengan pemilihan langsung juga mendorong biaya tinggi. Sehingga pemimpin yang terpilih cenderung “maling” untuk mengembalikan cost yang sudah dihabiskan dalam proses pemenangan pemilu, katanya.

Solusinya, kata M.Leter, harus dikembalikan pada demokrasi perwakilan. Dalam Islam demokrasi yang dikembangkan adalah permusyawaratan/perwakilan. “Sekarang yang terjadi bukan lagi era reformasi, melainkan era repot sekali,” kata M. Leter sambil guyonan disambut tawa hadirin.

Budaya sebagai salah akar budaya politik demokrasi di Indonesia kini sudah rusak. Mereka yang tampil wah, punya uang yang dibagi-bagikan ke masyarakat, dianggap pemimpin pilihan rakyat. Padahal tampilannya di publik hanya pencitraan, uang dibagi-bagikan, sekalipun hasil maling. Masyarakat tidak peduli apakah bermoral atau tidak, jika sudah membagi-bagikan “sesuatu” dianggap sudah layak jadi pilihan sebagai pemimpin, kata M.Leter.

Ketua PC PMII Padang Hasbullah Alqomar menyebutkan, diskusi publik ini diselenggarakan menyambut peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, 27 Rajab 1435 H. Sekaligus menyongsong pelaksanaan pemilihan presiden langsung pada Juli 2014 mendatang. 

“Kader PMII harus banyak kajian Islam dan Demokrasi Pancasila sebagai bagian dari kehidupan bernegara dan berbangsa,” kata Alqomar menambahkan.

Wakil Amir MMI Jel Fathullah menambahkan, tingginya tingkat golput (golongan putih) yang tidak menggunakan hak suaranya pada berbagai pemilihan umum yang dilaksanakan di Indonesia membuktikan bahwa semakin tidak percayanya masyarakat terhadap sistem demokrasi yang dikembangkan di Indonesia. 

“Untuk itu, sudah saatnya demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam harus dikembangkan. Tidak perlu takut dengan demokrasi Islam bagi non-Muslim, karena terbukti mereka yang hidup di negara yang menjalankan hukum Islam tidak pernah terzalimi. Tapi justru merasa nyaman dengan adanya ketentuan Islam di negaranya,” kata Jel.

Rahmat Tuanku Sulaiman mengakui, sistem pemilihan langsung belum tentu sesuai dengan negara-negara berkembangan. Boleh jadi di negara maju seperti Amerika Serikat atau Eropa, sistem pemilihan langsung cocok. “Hal itu disebabkan kesiapan mental, budaya dan tingkat pendidikan masyarakat sudah baik. Berbeda  negara berkembang masyarakatnya masih banyak miskin, tingkat pendidik rendah dan budaya politik yang belum mendukung,” kata Rahmat mantan Ketua PCNU Padangpariaman, Sumatera Barat ini. (Bagindo Armaidi/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Humor Islam, Tegal Sang Pencerah Muslim

Jumat, 08 Desember 2017

Persepsi Keliru tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali

Oleh Ahmad Khoiri

Al-Quran adalah kitab yang mengandung pesan (risalah) untuk manusia. Namun pensakralan (baca: proses chosifikasi/tasyyi) oleh umat Islam terhadap kitab petunjuk tersebut telah mengabaikan risalah yang dikandungnya. Di saat Islam mengalami kemandekan, Al-Quran sudah tidak lagi sebagai pedoman atau petunjuk hidup, tetapi sekadar "sesuatu" yang --meminjam istilah Nasr Hamid Abu Zayd-- menjadi perhiasan wanita, pengobatan bagi anak-anak dan hiasan yang digantungkan di tembok serta dipampang di samping benda-beda emas dan perak.

Al-Quran juga tidak didekati dengan kesadaran ilmiah namun terbatas pada seni musik dan seni lukis. Dalam kaitannya dengan seni musik, umpamanya, Al-Quran adalah serangkaian kata dan nada indah yang mendengarkannya saja sudah mendapat pahala dari Allah Swt. dan sambil mengikuti bacaan yang didengarkan akan mendapat dua kali pahala, yakni sebab mendengar dan membacanya. Praktis, pesan (risalah) yang dikandungnya pun sama sekali tersingkirkan.

Persepsi Keliru tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)
Persepsi Keliru tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)

Persepsi Keliru tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali

Kesadaran untuk membaca dengan iming-iming pahala memiliki implikasi yang cukup penting, yaitu munculnya umat yang cenderung kompetitif membaca Al-Quran, di mana yang terbanyak membaca akan memperoleh pahala sesuai banyaknya bacaannya. Dalil yang dipakainya pun, di samping hadis Nabi bahwa "satu huruf Al-Quran dibalas sepuluh pahala" juga hadis lain bahwa qul huwallahu ahad (al-Ikhlas) adalah sepertiga Al-Quran.

Secara literer hadis tersebut mengungkapkan sisi kuantitas pahala dalam setiap haruf Al-Quran, seperti pada hadis pertama. Yang kedua menunjukkan bahwa membaca satu kali surah al-Ikhlash sama pahalanya dengan membaca sepertiga Al-Quran. Ini adalah pemahaman masyarakat mainstream yang jelas-jelas hanya memprioritaskan kuantitas bacaan, bukan kualitas pesan kandungannya.

Secara kualitas, hadis tersebut merupakan hadis sahih yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari dalam bab Keutamaan Al-Quran. Redaksi lengkapnya:

Sang Pencerah Muslim

Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh, telah menceritakan kepada kami bapakku, telah menceritakan kepada kami al-Amasy, telah menceritakan kepada kami Ibrahim dan al-Dhahhak al-Masyriqi dari Abu Said al-Khudri r.a, ia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada para sahabatnya: "Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu bila ia membaca sepertiga dari Al-Quran pada setiap malamnya?" dan ternyata para sahabat merasa kesulitan seraya berkata, "Siapakah di antara kami yang mampu melakukan hal itu wahai Rasulullah?" maka beliau pun bersabda: "Allahul Wahid ash-Shamad (maksudnya surat al-Ikhlash) nilainya adalah sepertiga Al-Quran".

Sang Pencerah Muslim

Jika al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga Al-Quran maka membaca tiga kali setara dengan mengkhatamkan Al-Quran. Kita telah melihat bagaimana orang-orang membaca surah ini sebanyak mungkin dengan harapan mendapat pahala khataman Al-Quran sebanyak-banyaknya. Tetapi benarkah demikian?

Seorang sufi masyhur Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya, Jawahir al-Quran, secara tegas menolak pemahaman tersebut. Menurutnya, Nabi Muhammad tidak mungkin mengatakan bahwa memperbanyak bacaan al-Ikhlash setara dengan mengkhatamkan Al-Quran. Al-Ghazali memahami maksud sabda Nabi di atas sebagai penegasan bahwa kuantitas ayat tidak menentukan kualitasnya. Dengan kata lain bahwa sebagian teks (ayat) meskipun sedikit terkadang memiliki keutamaan dari yang lainnya. Ia mengatakan:

Saya melihat engkau tidak memahami aspek ini (nilai al-Ikhlash sepertiga). Mungkin engkau mengatakan: hal ini disebutkan hanya untuk memberikan dorongan agar gemar membaca, maksudnya bukan ukuran nilai. Kedudukan kenabian sangat tidak mungkin melakukan hal itu. Mungkin engkau (juga) akan mengatakan: hal ini sulit untuk dipahami dan di-tawil, sementara ayat Al-Quran lebih dari 6000 ayat, bagaimana mungkin jumlah yang sedikit ini sebanding dengan sepertiganya? Hal ini muncul karena pengetahuan yang sedikit tentang hakikat Al-Quran, dan pandangan secara zahir terhadap kata-kata Al-Quran sehingga engkau beranggapan bahwa ayat-ayat itu banyak diukur dengan panjangnya kata, dan pendek diukur dengan pendeknya kata. Hal ini bagaikan anggapan orang memilih uang dirham yang banyak daripada satu permata, hanya karena melihat banyaknya (dirham). (h. 47)

Persepsi masyarakat bahwa "sepertiga" adalah indikasi kegemaran memperbanyak membaca al-Ikhlas bagi al-Ghazali jelas merupakan kekeliruan yang muncul akibat sedikitnya pengetahuan tentang hakikat Kitab Suci. Al-Quran sekadar dilihat dari segi banyak-sedikit, bukan dari hierarki maknanya.?

Selain itu dalam pernyataan di atas, al-Ghazali juga mengkritik jika ada yang meragukan hierarki teks hanya karena melihat sedikitnya ayat, hal itu diibaratkan mengabaikan permata karena sedikit dan memilih dirham karena banyak, padahal dari segi "nilai" jelas pertama lebih unggul. Dengan demikian al-Ikhlas semestinya tidak dipahami sebanding dengan sepertiga Al-Quran namun dengan sepertiga "kandungan" Al-Quran. Al-Ghazali melanjutkan:

Perhatikanlah kembali ketiga klasifikasi yang telah kami sebutkan mengenai hal-hal pokok Al-Quran, yaitu marifatullah, pengetahuan akhirat dan pengetahuan mengenai shirat mustaqim. Ketiga klasifikasi ini merupakan hal pokok, sementara yang lainnya berada di belakangnya (tawabi). Surah al-Ikhlas memuat satu dari ketiganya, yaitu marifatullah, baik tentang ketauhidan-Nya dan kesucian-Nya dari yang menyekutui-Nya, baik jenis (genus) maupun spesiesnya... Memang benar dalam surah ini tidak ada ungkapan mengenai akhirat dan shirat mustaqim. Telah kami sebutkan bahwa dasar-dasar yang penting dari Al-Quran adalah marifatullah, pengetahuan akhirat dan pengetahuan shirat mustaqim. Oleh karena itu, surah ini sebanding dengan sepertiga dasar-dasar (kandungan) Al-Quran sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. (h. 48)

Jika demikian, bahwa maksud sepertiga dalam hadis Nabi adalah sepertiga kandungannya bukan sepertiga bacaannya, maka dapat dipahami bahwa membaca tiga kali surah al-Ikhlas tidak bisa dianggap setara dengan mengkhatamkan Al-Quran. Al-Quran, sebagaimana dalam pandangan al-Ghazali memiliki tiga pokok kandungan, yaitu marifatullah (seperti dalam kandungan surah al-Ikhlas), pengetahuan akhirat dan pengetahuan shirat mustaqim.?

Membaca satu, dua atau tiga kali surah al-Ikhlas tetap saja hanya membaca sepertiga kandungan Al-Quran, yaitu marifatullah, karena surah al-Ikhlas tidak memiliki dua kandungan pokok yang lain, yakni pengetahuan akhirat dan pengetahuan mengenai shirat mustaqim. Pemahaman ini secara otomatis meruntuhkan persepsi yang sudah menyebar di masyarakat bahwa pengkhataman Al-Quran dapat diringkas hanya dengan membaca tiga kali surah al-Ikhlas saja.

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir (IQT) di STAIN Pamekasan. Pegiat di UKK Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Activita.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Nasional Sang Pencerah Muslim

Kamis, 23 November 2017

Jelang Idul Adha, Politeknik Negeri Jember Gelar Pelatihan Manajemen Kurban

Jember, Sang Pencerah Muslim - Politeknik Negeri Jember bekerja sama dengan PCNU Jember menyelenggarakan Pelatihan Teknis Manajemen Kurban? di aula Sutrisno Wijaya, Kamis (8/9). Pelatihan setengah hari ini diikuti oleh 60 orang. Mereka adalah para pengurus NU, takmir masjid, dan pengelola kurban.

Katib Syuriyah PCNU Jember Ustadz Muhammad Nur Harisudin mengatakan, pelatihan ini cukup penting untuk memberi pemahaman yang lengkap kepada masyarakat mengenai? manajemen pengelolaan hewan kurban, khususnya dari aspek syariah, kesehatan dan cara merobohkan hewan kurban.

Jelang Idul Adha, Politeknik Negeri Jember Gelar Pelatihan Manajemen Kurban (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang Idul Adha, Politeknik Negeri Jember Gelar Pelatihan Manajemen Kurban (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang Idul Adha, Politeknik Negeri Jember Gelar Pelatihan Manajemen Kurban

"Hewan yang dikurbakan, bukan sembarang kurban. Ada standarnya, misalnya dari sisi umur, kesehatan, dan cara penyembelihannya," kata Ustadz Haris.

Sang Pencerah Muslim

Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Jember Ustdaz Syukri Rifaie menyampaikan materi seputar hewan kurban dari aspek? syariah. Menurutnya, ada sekian persyaratan yang harus dipenuhi untuk memilih hewan yang akan dijadikan kurban misalnya jenis hewan, kondisi fisik, dan usianya.

"Jadi hewan yang dikurbankan benar-benar dipilih yang terbaik, dan itu ada kriterianya. Misalnya dari sisi umur saja, kambing, domba, sapi dan unta , itu beda," ujar Ustadz Syukri.

Sang Pencerah Muslim

Sementara Erma dari Politeknik Negeri Jember mengatakan bahwa kondisi hewan kurban sangat mempengaruhi kualitas dagingnya. Jika hewan dalam kondisi sehat dan tidak stres, maka dagingnya bagus. Sebaliknya, kalau hewan sakit, lemah dan sebagainya, maka kualitas dagingnya juga tidak baik. Karena itu, tidak salah jika Islam menganjurkan agar hewan kurban dipilih yang sehat, gemuk, dan tidak cacat.

"Hewan yang sakit dagingnya sudah tidak bagus, apalagi yang sudah mati (bangkai). Sebab, bangkai itu darahnya membeku, tidak mengalir. Kalau disembelih, kualitas dagingnya bagus, karena darahnya mengalir," kata Erma.

Dalam pelatihan ini peserta mempraktikkan teknik handling (menjatuhkan sapi) yang dibimbing oleh Irfan dari Politeknik Negeri Jember. Seperti diketahui, selama ini cara menjatuhkan hewan yang akan disembelih masih tergolong brutal alias kurang manusiawi. Sapi diikat sedemikian rupa, mulai dari kaki hingga? kepala, dan ramai-ramai dijatuhkan. Namun dalam praktik kemarin, sapi cukup dijatuhkan oleh dua orang, itupun tergolong lembut. (Aryudi A Razaq/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Anti Hoax Sang Pencerah Muslim

Minggu, 19 November 2017

Petani Garam Kalibangka Risaukan Garam Impor

Cirebon, Sang Pencerah Muslim. Sejumlah petani garam di dusun Kalibangka desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon Jawa Barat merisaukan maraknya garam impor yang beredar di pasaran. Mereka berpendapat masuknya garam impor mengakibatkan anjloknya harga garam lokal dengan imbas yang sangat merugikan masyarakat.

Petani Garam Kalibangka Risaukan Garam Impor (Sumber Gambar : Nu Online)
Petani Garam Kalibangka Risaukan Garam Impor (Sumber Gambar : Nu Online)

Petani Garam Kalibangka Risaukan Garam Impor

Demikian diungkapkan salah satu petani garam Ghufron di dusun Kalibangka. Ia berharap pemerintah dapat mengambil kebijakan lebih tegas terhadap para importir dan pengusaha garam.

“Sebelumnya, saya mendengar pemerintah telah mengeluarkan kebijakan penghentian impor garam. Nyatanya di pasaran masih banyak beredar garam impor yang bisa merugikan masyarakat petani garam lokal. Jadi kami minta ketegasan pemerintah,” ujar Ghufron.

Sang Pencerah Muslim

Ghufron menambahkan beberapa bulan terakhir harga jual garam lokal dinilai semakin merosot. Menurutnya, hal itu juga dipengaruhi karena ketiadaan standardisasi harga yang diterbitkan pemerintah dalam rangka melindungi nasib petani garam.

Saat ini harga jual di lapangan hanya Rp 225 per kilogram. Kami sangat khawatir. Jika kondisi semakin memburuk, petani garam tentu menginginkan pemerintah segera mengeluarkan keputusan perihal patokan harga garam lokal, paling tidak sampai pada harga Rp 600 per kilogram, tambah Ghufron.

Sang Pencerah Muslim

Selain Ghufron, Warpin juga merasakan kegelisahan yang sama. Ia menceritakan petani garam seolah tidak memiliki hak sama sekali dalam menentukan harga jual. Menurutnya harga pasar memang seolah menjadi hak mutlak tengkulak. Mereka biasanya berdalih bahwa konsumen lebih berminat pada garam impor yang memiliki kualitas lebih baik dibanding garam lokal.

“Kami tidak memiliki kemampuan apa-apa tentang kecilnya harga jual garam lokal. Para tengkulak biasanya mengatakan konsumen lebih banyak membeli garam impor yang lebih putih dan bersih.” kata Warpin.

Dusun Kalibangka merupakan salah satu wilayah yang terletak di pantai utara laut Jawa sebelum perbatasan kabupaten Cirebon dan provinsi Jawa Tengah. Sejumlah 85% penduduknya menggantungkan hidup dari pengarapan lahan garam. (Sobih Adnan/Alhafiz K)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional Sang Pencerah Muslim

Kamis, 09 November 2017

Dua Penceramah Perkuat Dalil Aswaja NU Pacitan

Pacitan, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Pacitan mengundang dua penceramah untuk memperkuat dalil-dalil ajaran Ahlussunah wal Jamaah yaitu KH. Marzuki Mustamar dari Malang dan Habib Novel Al Aydrus dari Surakarta.

Kegiatan atas kerjasama PCNU dan Jama’ah Pengajian Al Latifah tersebut diselenggarakan di Alun-alun Kota Pacitan pada Ahad malam (27/05).

Dua Penceramah Perkuat Dalil Aswaja NU Pacitan (Sumber Gambar : Nu Online)
Dua Penceramah Perkuat Dalil Aswaja NU Pacitan (Sumber Gambar : Nu Online)

Dua Penceramah Perkuat Dalil Aswaja NU Pacitan

Habib Novel dalam ceramahnya mengajak kepada Nahdliyin untuk meneladani Rasulullah dan para sahabatnya, terlebih kepada cucu-cucu Rasulullah yang saat ini mewarisi keilmuan dan amaliyah dari nabi akhir zaman tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Ia juga mengajak warga Nahdliyin memperkuat aqidah Ahlussunnah wal  Jamaah (Aswaja) dengan meningkatkan amalan-amalan yang diajarkan para ulama dan mengajarkannya kembali kepada keluarga.

Sang Pencerah Muslim

Habib menegaskan mauludan, ziarah kubur, tahlilan, yasinan serta amalan NU lainnya  merupakan amalan yang benar. “Nahdliyyin tidak perlu takut dengan tudingan-tudingan kelompok yang tidak suka amalan tersebut,” katanya.

Sementara itu, KH.Marzuki Mustamar juga mengajak kepada Nahdliyin Pacitan untuk tidak ragu dan takut mengamalkan amalan yang telah diwariskan para ulama saleh, khususnya pendiri NU, karena, seluruh amal ibadah yang dicontohkan para ulama terdahulu dilandaskan pada syar’i. “Sekarang bukalah kitabmu, buanglah radiomu dan mari kita ikuti ajaran para ulama.’”

Kiai Marzuki juga tidak bosan-bosan mengajak untuk terus melakukan amaliyah seperti tahlilan dan ziarah kubur, ia mengajak untuk berziarah ke makam para pendiri NU, KH. Hasyim As’ari dan pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan.

Sebelumnya, Ketua PCNU Pacitan, Mahmud mengatakan, bahwa amaliyah dan tradisi  warga NU yang dilakukan hingga saat ini kesemuanya terdapat dalilnya. Namun masih banyak warga NU yang belum mengetahui dasar hukumnya sehingga banyak terjadi benturan di antara warga NU dan kelompok-kelompok lainya.

Tampak hadir di antara ribuan Nahdliyin, para ulama dan habaib, diantaranya KH. Lukman Harist, KH. Imam Faqih, KH.Umar Tumbu, KH. Mu’ti , Habib Husaen Ba’bud, tokoh Muhammadiyah, dan para santri. (Zaenal faizin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nusantara, Nasional Sang Pencerah Muslim

Kamis, 02 November 2017

Tahun Ini, 2.508 Jemaah Haji Lewati Jalur Gaza

Rafah, Sang Pencerah Muslim. Sebanyak 2.508 umat Islam akan melintasi Jalur Gaza untuk keperluan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada musim haji tahun ini.

Kantor berita Palestina WAFA melaporkan, angkatan pertama sebanyak 800 jemaah meninggalkan Gaza melalui Rafah, kota di Palestina yang terletak di Jalur Gaza dan berbatasan dengan Mesir. Mereka menuju bandara Kairo lalu terbang ke Jeddah, Arab Saudi.?

Tahun Ini, 2.508 Jemaah Haji Lewati Jalur Gaza (Sumber Gambar : Nu Online)
Tahun Ini, 2.508 Jemaah Haji Lewati Jalur Gaza (Sumber Gambar : Nu Online)

Tahun Ini, 2.508 Jemaah Haji Lewati Jalur Gaza

Mesir pada Senin (14/8), membuka jalur itu dan mengizinkan rombongan jemaah haji pertama meninggalkan daerah kantong pantai yang diblokade menuju Arab Saudi itu.

Mereka akan meninggalkan Gaza dalam empat kloter, dan kloter pertama berangkat pada hari ini.

Mesir membuka jalur penyeberangan Rafah, satu dari dua jalur penyeberangan perbatasan untuk Jalur Gaza. Jalur penyeberangan kedua adalah Beit Hanoun (Erez) yang menyeberangi Israel, dan dibuka hanya bila dibutuhkan karena alasan kemanusiaan.

Sementara itu, sebagaimana diwartakan? Arab News, otoritas Arab Saudi telah menyiapkan berbagai hal, mulai dari akomodasi, transportasi, dan konsumsi, untuk menyambut seribu jemaah haji asal Palestina. Sebagai empati Arab Saudi, mereka disambut sebagai tamu istimewa Raja Salman bin Abdul Aziz. (Red: Mahbib)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Lomba Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Rabu, 01 November 2017

Nahdliyin Bandung Barat Gelar Sarasehan Fikrah Nahdliyah

Bandung Barat, Sang Pencerah Muslim



Nahdliyin Bandung Barat mengglar sarasehan di Pondok Pesantren al-Ghuroba, Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat pada Sabtu (20/5). Menurut inisiator kegiatan itu, KH Hilman Farid, sarasehan tersebut merumuskan pikiran dan sikap bersama masyarakat pesantren dalam menyikapi isu-isu aktual yang berkembang saat ini.?

Menurut dia, sepanjang perjalanan sejarah bangsa Indonesia, NU senantiasa memiliki inisiatif dan terobosan untuk memecahkan persoalan dengan berpijak pada khazanah dan nilai tradisinya, yaitu pesantren.

Nahdliyin Bandung Barat Gelar Sarasehan Fikrah Nahdliyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Nahdliyin Bandung Barat Gelar Sarasehan Fikrah Nahdliyah (Sumber Gambar : Nu Online)

Nahdliyin Bandung Barat Gelar Sarasehan Fikrah Nahdliyah

“Kita cukup prihatin dengan perkembangan akhir-akhir ini. Saling hujat dan caci maki dan berebut benar antar satu kelompok dengan kelompok lainnya. Melalui acara sarasehan ini kita berembuk untuk menghasilkan pikiran dan sikap bersama dari kalangan pesantren,” kata pimpinan pesantren Al-Amin Sumur Kembang Bandung Barat ini.?

Fikrah nahdliyah senantiasa menempatkan kepentingan agama dan keselamatan bangsa sebagai sama pentingnya. Agama dan negara merupakan dua hal penting ? untuk dirawat dan dijaga secara bersamaan. Tidak untuk dibentur-benturkan dan diperhadapkan. Kebersamaan, harmoni dan kemaslahatan hidup bersama menjadi karakteristik utama dari pola pikir komunitas pesantren.

“Walaupun kita ada di pinggiran dan kampung, komitmen untuk berkontribusi bagi kemaslahatan bangsa harus terus disuarakan. Kita tidak ingin komunitas pesantren dan warga nahdliyin umumnya terjebak pada berbagai propaganda dan opini yang berkembang yang justru bertolak belakang dengan cara berpikir (fikrah) nahdliyah yang telah digariskan para ulama kita,” ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut ketua pelaksana kegiatan Sarasehan KH Cecep Suryana, sarasehan bertema “Revitalisasi Fikrah Nahdliyah dalam Bingkai NKRI” diikuti peserta, baik dari aktivis NU dan banomnya, pimpinan pondok pesantren, majelis ta’lim dan undangan lainnya se-Bandung Barat.?

“Beberapa narasumber yang hadir di antaranya KH. Aa Maulana (Rais Syuriah PCNU KBB), KH Hilman Farid (inisiator), KH Cecep Suryana (inisiator), Deni Ahmad Haidar (Ketua PW GP Ansor Jabar) dan Wawan Gunawan (Sekretaris Lakpesdam NU Jabar). (Edi Rusyandi/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Amalan, Pahlawan, Nasional Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 14 Oktober 2017

Dilantik, IPNU-IPPNU Jakarta Barat Langsung Kerja

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Administrasi Jakarta Barat menyelenggarakan Pelantikan Pengurus Masa Khidmat 2017-2019, dan Seleksi Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (BPUN) ? bertempat di Ruang Serbaguna Ali Sadikin Kantor Walikota Jakarta Barat, Ahad (16/4).

Dilantik, IPNU-IPPNU Jakarta Barat Langsung Kerja (Sumber Gambar : Nu Online)
Dilantik, IPNU-IPPNU Jakarta Barat Langsung Kerja (Sumber Gambar : Nu Online)

Dilantik, IPNU-IPPNU Jakarta Barat Langsung Kerja

Acara yang diawali dengan Pelantikan PC IPNU Kota Adm. Jakarta Barat oleh Ketua PW IPNU DKI Jakarta Muhamad Muhadzab. Selanjutnya pelantikan PC IPPNU Jakarta Barat oleh Ketua Umum IPPNU Puti Hasni.

"Pelantikan dan Seleksi BPUN ini bertemakan Mengawal ? Peran Pelajar yang damai dan Toleran di Jakarta Barat, yang berarti pelajar NU akan selalu ada untuk mengimplementasikan Islam Rahmatan lil Alamin, yakni Pelajar yang damai serta toleran terhadap umat beragama terkhusus di Jakarta Barat," kata Ahmad Syarkowi Ketua Pelaksana.

Seleksi BPUN, diikuti oleh 170 Pelajar se-Jakarta Barat. BPUN ini adalah program kerja dari Lembaga Learning Center (LLC) IPNU Jakarta Barat bekerja sama dengan Mata Air, membantu para Pelajar kelas 3 SMA/sederajat untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Ketua PC IPNU Jakarta Barat Imam Rifai, IPNU-IPPNU sebagai Badan Otonom (banom) Nahdlatul Ulama, berperan penuh NU diranah pelajar untuk selalu menjalankan roda organisasi sehingga mampu merealisasikan peran pelajar dalam berkontribusi di lembaga pendidikan.?

“Kita bisa menjadi jembatan untuk para pelajar yang telah lulus di bangku SMA dan sederajat untuk masuk kelembaga pendidikan selanjutnya yakni Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia di bungkus dengan rapi dalam Belajar Pasca Ujian Nasional (BPUN).

Acara ini dihadiri oleh PCNU Jakarta Barat, Kepala Bagian Kesra Jakarta Barat, Sudin Pendidikan, PW IPNU DKI Jakarta, GP Ansor Jakarta Barat, PMII Cabang JakBar, HMI Cabang Jakbar, PC IPNU se-DKI Jakarta, PAC IPNU se-Jakarta Barat, dan Pelajar-pelajar se-Jakarta barat. (Hasbi Asydqye/Mukafi Niam)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah, Nasional, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 30 September 2017

GP Ansor Pamekasan Dorong Pembersihan Reklame Rokok

Pamekasan, Sang Pencerah Muslim - Pimpinan Cabang GP Ansor Kabupaten Pamekasan mendorong pemerintah setempat untuk serius menyikapi persoalan reklame rokok yang hingga kini terabaikan. Pasalnya, itu merupakan amanah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 yang melarang iklan rokok di jalan protokol.

Ketua GP Ansor Pamekasan Fathorrahman menegaskan, dalam pengamatannya PP tersebut tidak dijalankan sepenuhnya oleh Pemkab Pamekasan. Buktinya, masih terdapat beberapa reklame rokok yang merusak pemandangan di daerah jalan protokol.

GP Ansor Pamekasan Dorong Pembersihan Reklame Rokok (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Pamekasan Dorong Pembersihan Reklame Rokok (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Pamekasan Dorong Pembersihan Reklame Rokok

"Padahal dalam PP itu jalan protokol daerah perkotaan mesti bersih dari reklame rokok. Pemkab Pamekasan harus berani bertindak tegas terhadap perusahaan rokok yang mokong dan melabrak PP," kata Dosen Universitas Madura itu, Senin (8/2).

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Penyidikan dan Penyelidikan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pamekasan Yusuf Wibiseno mengaku sudah mengantongi data tentang masa aktif perizinan setiap reklame rokok di jalan protokol. Tetapi terdapat beberapa reklame yang belum diturunkan lantaran belum habis masa kontraknya.

Sang Pencerah Muslim

"Memang yang masa kontraknya berakhir di tanggal 31 Desember 2015 tidak diperpanjang lagi. Tapi yang belum habis masa kontraknya, kami tunggu sampai habis, baru diturunkan. Karena tidak boleh diperpanjang lagi," ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Pihaknya berterima kasih atas perhatian semua pihak, terutama GP Ansor Pamekasan yang perannya dirasa positif dalam mengontrol dan mendukung setiap program serta kebijakan Pemkab Pamekasan selama ini. (Hairul Anam/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Nasional Sang Pencerah Muslim

Kamis, 14 September 2017

Tahlilan Jadi Perekat Bangsa

Subang, Sang Pencerah Muslim. Alhamdulillah, umat Islam di Indonesia ada 12,9 persen dari total umat Islam seluruh dunia sehingga Indonesia menjadi negara Muslim terbesar di dunia. Organisasi umat Islam terbesar di dunia juga adanya di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama.

Tahlilan Jadi Perekat Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Tahlilan Jadi Perekat Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Tahlilan Jadi Perekat Bangsa

Demikian ceramah yang disampaikan Ketua PBNU H Marsudi Syuhud pada acara Pengajian Bulanan MWCNU Binong dan Tambakdahan yang diikuti ribuan jamaah di halaman Masjid Jami Al-Muttaqien Kp. Jungklang Desa Mulyasari Kec. Binong Kab. Subang. (Rabu, 24/02).

“Kenapa di Timur Tengah, negara yang banyak umat Islamnya mudah sekali perang? Karena di sana ulamanya, tidak punya organisasi semacam NU. Mereka berjuang sendiri,” kata Marsudi.

“Sebelum saling membunuh, mereka saling mengkafirkan dulu. Nah model faham Takfiri ini sekarang sudah masuk ke indonesia. Negara kita yang berketuhanan yang maha esa pun dianggap negara thoghut,” tambahnya.

Sang Pencerah Muslim

“Kenapa Islam di Indonesia aman. Karena ada Nahdlatul Ulama. NU mempunyai fasilitas-fasilitas brilian, yang bisa mengumpulkan banyak orang. Sebelum lahir, masih dalam kandungan 4 bulan ada acara mapat, setelah lahir ada acara marhaban, setelah meninggalpun ada acara yaitu tahlilan,” kata Ketua PBNU ini.

“Satu-satunya organisasi yang mengurus umatnya dari sebelum lahir hingga meninggal adalah NU. Model seperti ini tidak ada di Timur Tengah. Kalau ada kiai yang berselisih, rukun kembali karena bertemu salaman pada acara tahlilan. Oleh karena itu jangan sepelekan wahai pemerintah, bahwa tahlilan adalah perekat bangsa,” tegasnya.

Sang Pencerah Muslim

Pengajian bulanan ini dihadiri juga oleh Rais Syuriyah PCNU Subang KH. Agus Salim, Ketua Tanfidziyah PCNU Subang KH Musyfik Amrullah, Camat Binong H Suhaendi, Ketua PC Muslimat NU Subang Iis Salamah. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Nasional, Tegal Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock