Tampilkan postingan dengan label Syariah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Syariah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Januari 2018

Shalat Dhuha, Cara Sirbin FC Awali Laga Sepakbola

Blora, Sang Pencerah Muslim - Apa yang umumnya dilakukan pemain sepak bola menjelang permainannya? Mungkin, mereka akan sibuk berganti jersey, mengatur gaya rambut, atau sekadar melakukan warming up, pemanasan di pinggir lapangan tempat pertarungannya.

Lain halnya dengan Faqih Umam dan kawan-kawannya. Santri yang juga anggota kesebelasan Sirbin FC Grobogan ini bersama dengan rekan setimnya melakukan ritual shalat sunah dhuha. Ya, dikarenakan laga yang akan dijalaninya dimulai pukul 10.00 WIB, mereka menyempatkan sebagian kesenggangan jelang laga dengan beribadah shalat dhuha menjalankan sunah rasulnya.

Shalat Dhuha, Cara Sirbin FC Awali Laga Sepakbola (Sumber Gambar : Nu Online)
Shalat Dhuha, Cara Sirbin FC Awali Laga Sepakbola (Sumber Gambar : Nu Online)

Shalat Dhuha, Cara Sirbin FC Awali Laga Sepakbola

Ketika ditanya, ternyata hal tersebut merupakan ritual keseharian mereka ketika dipesantren.

Sang Pencerah Muslim

“Biasanya, kami melakukan shalat dhuha saat istirahat sekolah,” ujar Faqih.



Sang Pencerah Muslim

(Baca: Meski Bunuh Diri, Sirbin FC Menang 2-1 Lawan Amtsilati FC)


Menurut mereka, shalat dhuha sangat berpengaruh terhadap kesuksesan mereka. Apalagi dalam momen-momen penting seperti ini. Tentu dengan berdoa kepada Allah dan bertawasul dengan melakukan ibadah sunah dhuha merupakan persiapan rohani yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Begitulah santri, dalam sanubarinya telah tertanam keyakinan bahwa segala sesuatu harus diusahakan semaksimal tenaga. Dan agar usaha tersebut membuahkan hasil dengan harapannya, maka harus dibarengi dengan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena pada hakikatnya, urusan menang-kalah adalah keputusan Allah semata. (Ulin Nuha Karim/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Jumat, 19 Januari 2018

Banser dan Ansor Pematangsiantar Turut Upacara Kemerdekaan

Pematangsiantar, Sang Pencerah Muslim. Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kota Pematangsiantar turut serta dalam upacara pengibaran bendera merah putih dalam memperingati Hari Ulang Tahun RI ke-71 pada 17 Agustus 2016 lalu. Hal ini sebagai komitmen Banser dalam menjaga NKRI dan sebagai penghormatan kepada pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan.

Banser dan Ansor Pematangsiantar Turut Upacara Kemerdekaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Banser dan Ansor Pematangsiantar Turut Upacara Kemerdekaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Banser dan Ansor Pematangsiantar Turut Upacara Kemerdekaan

Upacara pengibaran bendera merah putih dilaksanakan di Lapangan H. Adam Malik Pematangsiantar dengan Inspektur Upacara Pj Walikota Pematangsiantar Jumsadi Damanik. Elemen organisasi lain yang ikut serta di antaranya TNI, Polri, mahasiswa, siswa, SKPD dan beberapa OKP.

Kesatuan Banser di lapangan upacara dikomandoi Kepala Satkorcab Banser Sartono. Selain Banser, PC GP Ansor Kota Pematangsiantar juga hadir sebagai undangan yang dipimpin Ketua PC GP Ansor Arjuna.

Sang Pencerah Muslim

Sebelum uapacara dimulai, Ketua PC GP Ansor Kota Pematangsiantar mengatakan, makna dalam upacara peringatan kemerdekaan RI? ke 71 ini adalah untuk menghargai dan mengenang jasa para pahlawan. Tak hanya itu, tapi juga untuk meningkatkan rasa kecintaan kita terhadap tanah air.

“Dan sesuai dengan tema Dirgahayu RI ke 71, kita harus kerja nyata berbuat untuk kebaikan,” ungkapnya. (Fajar Prabowo/Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 10 Januari 2018

Fatayat NU DIY Gelar Lokakarya Pemudi Antariman

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Wilayah Fatayat NU DI Yogyakarta bekerja sama dengan King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) mengadakan acara Lokakarya Pemudi Antariman dengan tema "Mengelola Keberagaman Agama bagi Pemudi Antariman Di Yogyakarta, Indonesia" pada 28-29 Agustus 2015 di Villa Mawar Asri, Kaliurang Barat, Kaliurang, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,.

Yogyakarta merupakan miniatur Indonesia, yang hampir semua etnis dan agama dengan segala denominasinya, hidup dan berkembang. Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata, separuhnya hampir dihuni oleh anak muda yang datang dari berbagai penjuru Nusantara untuk belajar dan mengembangkan diri. Hal tersebut menyebabkan dinamika kehiduapan sosial, budaya dan agama sangat tinggi, dan pada gilirannya meningkatkan potensi konflik, bahkan bisa jadi merambat menjadi kekerasan di DIY. Hal itu sudah terbukti dalam empat tahun terakhir ini, kekerasan atas nama etnis dan agama semakin meningkat di Yogyakarta.

Fatayat NU DIY Gelar Lokakarya Pemudi Antariman (Sumber Gambar : Nu Online)
Fatayat NU DIY Gelar Lokakarya Pemudi Antariman (Sumber Gambar : Nu Online)

Fatayat NU DIY Gelar Lokakarya Pemudi Antariman

Dalam rangka itulah, diperlukan intervensi untuk mengantisipasi dan memastikan kekerasan atas nama agama tidak terulang lagi, khususnya intervensi bagi para perempuan muda lintasagama. "Usia muda merupakan masa sangat produktif, para perempuan muda akan bereproduksi, merawat dan mendidik anak-anak dan juga berkarier dan mengembangkan diri di lingkungan dan tempat kerja mereka. Inilah alasan diadakannya acara loka karya." Kata Wiwin Siti Aminah, Ketua panitia sekaligus fasilitator dalam acara tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Acara ini pun bertujuan memberikan kesempatan kepada para pemudi lintas iman untuk bertemu, mengenal satu sama lain dan berbagi pengetahuan serta pengalaman.? Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran mengenai realitas dinamika kemajemukan masyarakat dan pentingnya mengelola keberagaman agama dengan dialog sebagai sebuah kekuatan bersama dalam menciptakan perdamaian. Seperti penjelasan ketua Fatayat NU DIY, Mustaghfiroh Rahayu "selain itu, acara ini untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya peran perempuan dalam proses dialog antariman di Yogyakarta."

Acara ini tidak berhenti hanya pada lokakarya saja, namun ada tindak lanjut selama empat kali pertemuan serta mengadakan kunjungan di lima tempat yakni Pesantren, Vihara, Hare Krishna, Katolik Seminari, dan Gereja Kristen Jawa. PW Fatayat NU DIY berharap dengan kegiatan ini senafas dengan gerakan Islam Nusantara yang sedang menjadi pembahasan di kancah nasional maupun internasional. (Muyassaroh/Mahbib)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Syariah Sang Pencerah Muslim

Senin, 25 Desember 2017

Demokrat Minta Maaf, Yenny Desak Sutan Tarik Pernyataan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Meski anggota DPR RI dari FPD Sutan Bhatoegana dan Ketua Umum DPP PD Anas Urbaningrum telah meminta maaf pada keluarga almarhum Gus Dur, namun salah satu putri Gus Dur Yenny Wahid merasa prihatin dengan pernyataan politisi Demokrat tersebut.

Demokrat Minta Maaf, Yenny Desak Sutan Tarik Pernyataan (Sumber Gambar : Nu Online)
Demokrat Minta Maaf, Yenny Desak Sutan Tarik Pernyataan (Sumber Gambar : Nu Online)

Demokrat Minta Maaf, Yenny Desak Sutan Tarik Pernyataan

“Kami sekeluarga sedih atas pernyataan anggota DPR dari Partai Demokrat Sutan Bhatoegana itu. Untuk itu, kami mendesak Pak Sutan mencabut dan meralat ucapannya. Sebab, kalau tidak, itu akan menjadi fitnah di tengah masyarakat," tandas Yenny Wahid yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional PKBIB ini pada wartawan di Jakarta, Selasa (27/11).

Menurut Yenny, ucapan Sutan tidak sesuai fakta sejarah. Yang mengherankan lagi, mengapa seorang Sutan tidak mengetahui fakta sejarah dan politik, dan malah mengaburkannya kepada masyarakat. 

Sang Pencerah Muslim

"Itulah yang menyedihkan karena sebagai anggota DPR tidak memahami sejarah politik nasional. Kok, anggota DPR bisa tidak tahu soal sejarah," kata Yenny mempertanyakan.

Menyinggung demo yang dilakukan oleh Banser GP Ansor ke kantor DPP Partai Demokrat, Yenny berharap warga NU, dan simpatisan maupun pecinta Gus Dur bisa menahan diri dan harus bersikap dewasa sesuai apa yang diajarkan Gus Dur. "Jangan bertindak anarkis, kita memaafkan apalagi sudah meminta maaf. Tapi, pernyataan yang salah itu harus diluruskan," tutur Yenny.

Sang Pencerah Muslim

Sekjen PKBIB Imron Rosyadi Hamid juga menyambut baik permintaan maaf Demokrat itu. ”Saya menyambut gembira permintaan maaf Ketua Umum DPP PD Anas Urbaningrum terkait pelecehan Gus Dur oleh Sutan Bhatoegana. Kita bangga dengan jiwa besar elit Demokrat. Semoga ini menjadi momentum pelurusan sejarah, bahwa Gus Dur tidak terlibat kasus Buloggate dan Bruneigate,” ujar sekretaris PW GP Ansor Jatim ini.

Sutan sendiri mengaku telah mengklarifikasi ke keluarga Gus Dur. "Saya sudah klarifikasi ke keluarga Gus Dur. Dohir Al Farisi suami Yenny Wahid, itu kan juga teman saya. Dia sudah mengerti dengan apa yang saya jelaskan. Saya menghormati Gus Dur sebagai guru bangsa, dan karenanya saya tidak bermaksud menyinggung. Jadi, silakan teman-teman warga NU memutar kembali rekaman yang disiarkan RRI itu. Nanti akan jelas, siapa yang memulai dan bagaimana ucapan saya," harap Sutan.

Sementara itu Ketua Umum DPP Partai DemokratAnas Urbaningrum juga meminta maaf kepada keluarga Gus Dur, dan aktivis NU. "Saya Ketua Umum DPP PD mohon maaf. Meski Pak Sutan bicara sebagai pribadi, tapi Sutan tidak bisa dipisahkan dari PD. Sutan pun sudah menyampaikan tidak ada maksud menghina dan merendahkan Gus Dur.

Atas dasar itu, sebagai Ketum PD, sebagai bagian dari keluarga besar NU, dan sebagai pengagum Gus Dur, saya menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga besar alm. Gus Dur, pengikut, dan warga NU," tutur Anas.

"Gus Dur adalah mantan presiden, guru bangsa, ulama besar, cendekiawan terkemuka, bukan saja di Indonesia tapi juga di dunia internasional. Semoga semua amal bakti dan kebajikan beliau diterima sebagai amal baik di sisi Allah SWT," jelas Anas.

Sebelumnya, di Malang Jawa Timur, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dari Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar aksi demo di depan kantor DPRD Kota Malang, Senin (26/11). 

Muhammad Hadi, koordinator aksi menilai Sutan Bhatoegana, politisi Partai Demokrat telah melecehkan mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid, karena tidak terlibat kasus Buloggate dan Bruneigate. Kecaman terhadap partai yang kadernya banyak terlibat korupsi tersebut juga terjadi di Jakarta, Cirebon, Lampung, dan Surabaya, dan Madura.

Redaktur      : Hamzah Sahal

Kontributor  : Achmad Munif 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 22 Desember 2017

NU Surabaya Deklarasikan “Semangat Jum’at”

Surabaya, Sang Pencerah Muslim



Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya, Jawa Timur, mendeklarasikan kegiatan bertajuk "Semangat Jum’at" untuk menggiatkan kembali aktivitas amal saleh setiap Jum’at.

NU Surabaya Deklarasikan “Semangat Jum’at” (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Surabaya Deklarasikan “Semangat Jum’at” (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Surabaya Deklarasikan “Semangat Jum’at”

"Sesuai petunjuk Rasulullah SAW, Jum’at adalah hari yang mulia sehingga beraktivitas diutamakan pada hari itu," kata Ketua PCNU Surabaya Achmad Muhibbin Zuhri di sela deklarasi di Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya, Jum’at.

Sang Pencerah Muslim

Menurut dia, keutamaan Jum’at yang besar tersebut menuntut umat Islam dan warga NU memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk berbagai kegiatan kemaslahatan umat dan bersilaturahim dengan berbagai pihak.

"Karena itulah kami mengajak seluruh masyarakat, khususnya umat Islam, untuk berkegiatan positif pada hari Jum’at," ujarnya.

Ia mengatakan "Semangat Jum’at" NU Surabaya nantinya tidak dalam bentuk silaturahim saja, namun juga berbagai kegiatan sosial di antaranya donor darah, gerakan bersih masjid, sedekah, pemberian bantuan, santunan anak yatim dan fakir miskin serta kegiatan lainnya.

Sang Pencerah Muslim

"Intinya, mari menggelar kegiatan membantu meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia, khususnya di Surabaya ini," katanya.

Sementara itu, deklarasi "Semangat Jum’at" ditandai dengan pertandingan persahabatan sepak bola menggunakan sarung antara PCNU Surabaya dan Persebaya "All Star" yang menampilkan mantan-mantan pesepak bola Persebaya.

Turut meramaikan sepak bola sarung, mantan pemain Persebaya antara lain penjaga gawang Endra Prasetya, Bejo Sugiantoro, Mat Halil, Anang Makruf, Reonald Pieter, dan Yusuf Ekodono, Ibnu Grahan.

Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Ketua DPRD Surabaya Masduki Toha dan anggota DPRD Surabaya Camelia Habibah serta sejumlah pejabat Pemkot setempat. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Lomba, Makam, Syariah Sang Pencerah Muslim

Senin, 18 Desember 2017

KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda

Oleh: Munawir Aziz,

Kiai Raden Asad Syamsul Arifin lahir pada 1897 M/1315 H di Syiib Ali, Makkah dari pasangan Raden Ibrahim dan Siti Maemunah. Ketika Asad kecil lahir, oleh ayahnya, bayi mungil itu langsung dipeluk untuk dibawa menuju Kabah. Jarak sejauh 200 meter antara Syiib Ali dan Kabah tidak menjadi halangan untuk membawa bayi ini mendekat ke pusaran suci umat muslim. Raden Ibrahim kemudian membisikkan adzan dan memberi bayi itu nama Asad.

Ketika berusia 13 tahun, Asad kecil mondok di Banyuanyar di bawah asuhan Kiai Abdul Majid dan KH. Abdul Hamid. Pada usia 16 tahun, Asad dikirim ayahandanya mengaji ke Makkah, tanah suci di mana ia dilahirkan. Ia belajar di Madrasah Shaulatiyyah. Selain itu, ia juga berguru kepada Sayyid Abbas al-Maliki, Syekh Hasan al-Yamani, Syekh Hasan Masyath, Syekh Bakir dan Syekh Syarif asy-Syinqithi. Ketika belajar di Makkah, Asad bersama kawan-kawannya yang berasal dari Nusantara, di antaranya: KH. Zaini Munim, KH. Ahmad Thoha, KH. Baidhawi Banyuanyar Pameksaan, dan beberapa santri lainnya.

KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda (Sumber Gambar : Nu Online)
KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda (Sumber Gambar : Nu Online)

KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda

Pada tahun 1924, setelah bertahun-tahun belajar di Makkah, Asad kembali ke kampung halaman. Ia merasa masih belum memiliki keilmuan yang cukup, meski keahlian ilmu agamanya sudah? tidak diragukan. Sebagaimana tradisi santri Nusantara, Asad kemudian meneruskan langkahnya untuk melakukan perjalanan ilmiah (rihlah ilmiyyah) sebagai santri petualang ilmu, dari pesantren satu ke pesantren lainnya. Kiai Asad mengaji tabarukkan di beberapa pesantren di tanah Jawa dan Madura, antara lain: Pesantren Sidogiri Pasuruan (asuhan KH. Nawawi), pesantren Siwalan Panji Buduran Sidoarjo (asuhan KH. Khazin), Pesantren an-Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura, Pesantren Kademangan Bangkalan (KH. Muhammad Cholil) dan Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Sang Pencerah Muslim

Pengalaman mengaji di Makkah dan beberapa pesantren di Jawa-Madura membuat karakter pribadi serta keilmuan Kiai Asad menjadi mendalam. Akan tetapi, Pesantren Tebu Ireng lah yang paling membentuk kepribadian Kiai Asad. Ketika menyebut Kiai Hasyim Asari (1875-1947) dan Pesantren Tebu Ireng, Kiai Asad menunjukkan tadzim yang sangat tinggi. Di bawah asuhan Hadratus Syaikh Hasyim Asyari, Kiai Asad menemukan karakter, wawasan, perspektif hingga semangat perjuangan untuk kemerdekaan. Di Tebu Ireng, Kiai Asad berkawan dengan? para santri pejuang, yang kelak menjadi garda depan Nahdlatul Ulama dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di antaranya, yakni KH. Wahab Chasbullah (1888-1971), KH. Bisri Syansuri (1886-1980), KH. Abbas Buntet (1879-1946), KH. Wahid Hasyim, dan beberapa kiai lainnya.

Mediator Pendirian NU

Sang Pencerah Muslim

Dalam proses pendirian Nahdlatul Ulama, peran Kiai Asad Syamsul Arifin sangat besar. Hal ini, karena beliaulah yang menjadi mediator antara Hadratus Syaikh Hasyim Asyari dan Syaichona Chalil Bangkalan. Pada masa menjelang berdirinya NU, Kiai Chalil Bangkalan mengutus Kiai Asad ke Tebu Ireng, untuk menemui Kiai Hasyim Asyari.

Pesan Syaichona Chalil kepada Kiai Hasyim Asyari berwujud perlambang-perlambang yang menggambarkan konteks dan filosofi di balik pentingnya kesatuan ulama. Kiai Asad diutus oleh Syaichona Chalil untuk menyampaikan sebuah tasbih dan ucapan surat Thaha (17-23), yang menceritakan mukjizat Nabi Musa dan tongkatnya—kepada Kiai Hasyim Asyari. Kemudian, peristiwa ini terulang kembali, ketika Syaichona Chalil mengirim Kiai Asad ke Tebu Ireng, untuk menyampaikan pesan berupa wirid "Ya Jabbar Ya Qahhar". Pesan simbolik berupa tasbih, surah Thaha dan wirid-wirid tersebut, mengandung maksud bahwa Syaichona Chalil merestui pendirian Nahdlatul Ulama dan Hadratus Syaikh Hasyim Asyari menjadi pemimpin spritual ulama Nusantara. Peran penting Kiai Asad, menjadikan beliau sering disebut sebagai mediator berdirinya Nahdlatul Ulama.

Kiai Asad juga mengomando Laskar Sabilillah dan Hizbullah. Sosok Kiai Asad sangat disegani oleh ketiga laskar di kawasan Tapal Kuda, yakni anggota Laskar Sabilillah, Hizbullah dan Pelopor. Kharisma Kiai Asad menjadikan para kiai yang tergabung dalam barisan Laskar Sabilillah mendengarkan seluruh nasihat, wejangan dan komando Kiai Asad.? Para santri dan pemuda yang tergabung dalam barisan Laskar Hizbullah juga setia pada strategi dan komando yang diberikan Kiai Asad. Bahkan, para bandit yang bergerak dalam Barisan Laskar Pelopor juga sendika dawuh (tunduk) dengan perintah Kiai Asad. Kombinasi ketiga laskar inilah yang menjadi senjata ampuh untuk melawan penjajah di kawasan Tapal Kuda.

Kiai Asad bersama Kiai Abdus Shomad (sepupunya, pemimpin Seinin dan Keibodan), pada zaman Jepang, pernah mendapat kursus militer di Jember. Teknik dasar militer inilah yang menjadi pondasi strategi Kiai Asad dan beberapa kiai lainnya, dalam menyusun rencana perjuangan militer yang dipadukan dengan kekuatan santri (Hasan, 2003: 82-84).

Berjuang Mengawal Negeri

Sosok Kiai Asad Syamsul Arifin menjadi inspirasi bagi santri masa kini. Beliau memiliki keilmuan, kemampuan dan visi perjuangan yang lengkap. Kiai Asad memiliki kedalaman ilmu agama yang tidak diragukan, mengusai ilmu militer dan bela diri, serta berhasil mengomando para bandit agar membantu perjuangan santri dalam mengawal kemerdekaan Indonesia.

Dalam catatan Syamsul A Hasan (2003), salah satu kecerdikan Kiai Asad adalah kemampuannya dalam mengorganisir bajingan-bajingan, brandal dan jawara yang sebagian besar berasal dari kawasan Tapal Kuda. Para bandit dan jawara dari Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Probolinggo, Jember, Lumajang dan Pasuruan dikumpulkan untuk diajak berjuang melawan penjajah Belanda. Barisan bandit ini, kemudian dihimpun sebagai dengan satu nama: "Pelopor". Barisan Pelopor ini, sering berpakaian serba hitam, mulai dari baju, celana, hingga tutup kepala. Mereka menggunakan senjata celurit, rotan dan keris. Uniknya, para jawara yang berada di barisan Pelopor ini, tunduk dan setia pada komando Kiai Asad Syamsul Arifin.

Kiai Asad memerintahkan para pejuang Pelopor bagian logistik untuk mengirim pejuang yang berada di hutan. Pasukan Pelopor, Sabilillah, Hizbullah, dan pasukan lain berjuang dengan strategi gerilya. Mereka masuk gunung dan keluar gunung, untuk menyerang pasukan Belanda, lalu mengamankan diri. Mereka menggunakan taktik: "serang dan lari"! Strategi ini dilakukan oleh para santri yang tergabung dalam pelbagai laskar, hingga Negara Republik Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda, pada Desember 1949.

Kiai Asad mengutus beberapa anggota pasukan Pelopor dan Sabilillah untuk mengambil senjata milik pasukan Belanda. Di kawasan Situbondo, tugas ini dikomando oleh Mawie dan Hamid, barisan Sabilillah. Menariknya, mereka merekrut para brandal yang siap berjuang untuk negara Indonesia. Pada malam hari, para brandal dan preman ini, mengambil senjata-senjata milik Belanda di beberapa Pabrik Gula (PG) kawasan Situbondo. Pada masa penjajahan, Pabrik Gula memegang peran vital sebagai lumbung ekonomi Belanda, hingga mendapat akses langsung ke birokrasi pusat. Di PG, para pekerja keamanan diberi fasilitas senjata. Setelah senjata terkumpul, kemudian dibagikan kepada anggota Pelopor, Sabilillah, Hizbullah, dan pejuang-pejuang lainnya.

Jaringan pejuang di kawasan Bondowoso dan Jember juga melakukan hal yang sama, merebut senjata dari pasukan Belanda. Para anggota Pelopor mengirim senjata ke markas pejuang Kiai Asad, dengan melewati hutan belantara. Strategi ini, agar misi ini tidak diketahui oleh pasukan Belanda. Setelah sampai di Sukorejo, senjata-senjata ini dikumpulkan, disimpan di bawah lumbung padi, dipendam di masjid, atau ditanam di kuburan (Hasan, 2003: 131-134).

Salah satu motivasi dan petuah penting Kiai Asad tentang perjuangan adalah bagaimana niat menjadi utama: "Perang itu harus niat menegakkan agama dan arebbuk negere (merebut negara), jangan hanya arebbuk negere! Kalau hanya arebbuk negere, hanya mengejar dunia, akhiratnya hilang! Niatlah menegakkan agama dan membela negara sehingga kalau kalian mati, akan mati syahid dan masuk surga!" (Rahman, 2015: 138).

Pemikiran, strategi dan teladan yang diwariskan oleh Kiai Asad Syamsul Arifin harus menjadi semangat bagi santri masa kini. Apa yang bisa dipetik dari kisah Kiai Asad? Bahwa santri harus tetap menjaga jalur pengetahuan (sanad) dengan para kiai, mendalami ilmu-ilmu agama yang menjadi benteng kokohnya Islam, merawat Nahdlatul Ulama, serta membela negeri ini kelompok yang ingin merusaknya. Semangat KH. Raden Asad Syamsul Arifin dapat menjadi pedoman bagi santri untuk menjaga negeri, mengawal kesatuan bangsa ini[].

Munawir Aziz adalah periset Islam Nusantara, Wakil Sekretaris LTN PBNU]

. Referensi:

Ahmad Sufiatur Rahman. KH. R. Asad Syamsul Arifin, Ksatria Kuda Putih Pejuang Negeri. Solo: Tinta Medina. 2015.

? Syamsul A Hasan. Kharisma Kiai Asad di Mata Umat. Yogyakarta: PP Salafiyyah Syafiyyah dan LKIS. 2003.? ?

M. Hasan Basri dan Chairul Anam. KH.R Asad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya. Sahabat Ilmu. 1994.

KH. Abdul Aziz Masyhuri. 99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan dan Doa. Yogyakarta: Kutub. 2008.

?Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah, RMI NU, Humor Islam Sang Pencerah Muslim

Pelajar NU NTB Langsungkan Shalat Gerhana Matahari

Mataram, Sang Pencerah Muslim - Gerhana matahari yang melintasi sebagian besar wilayah Indonesia membuat penduduk geger di tanah air. Beragam aktivitas dilakukan mulai mengamati langsung dan juga shalat layaknya Idul Fitri. Pimpinan Wilayah IPNU-IPPNU NTB sendiri sejak pukul 07.00 wita mulai melakukan istighatsah dan doa yang dipimpin oleh Rozi di Aula PWNU NTB jalan Pendidikan Nomor 6 Kota Mataram, Rabu (9/3) pagi.

Tepat jam 07.35 Wita mereka memulai shalat gerhana matahari dan dilanjutkan dengan khotbah yang dipimpin langsng oleh Ketua PW IPNU NTB Syamsul Hadi.

Pelajar NU NTB Langsungkan Shalat Gerhana Matahari (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU NTB Langsungkan Shalat Gerhana Matahari (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU NTB Langsungkan Shalat Gerhana Matahari

Selepas shalat gerhana mereka melakukan diskusi ringan dan dilanjutkan dengan sarapan bersama nasi bungkus. Pada diskusi ini beragam tanggapan dan pandangan dikeluarkan oleh pelajar NU.

Sebagaian besar menyampaikan bahwa ini hal baru bagi dirinya. Muslim misalnya menilai bahwa itu semua wujud dari kebesaran Allah SWT. "Kalau Allah sudah berkehendak pasti terjadi," kata Muslim.

Sang Pencerah Muslim

Aktivis IPPNU NTB Mutmainnah menambahkan, shalat gerhana matahari baru kali ini ini dipraktikkan. "Walaupun saya di pesantren dulu sering kaji masalah ini tapi praktiknya baru kali ini," jelasnya.

Tapi yang jelas kita sebagai penganut Madzhab Syafi‘i, lanjut Ina, shalat gerhana matahari selayaknya shalat Ied.

Sang Pencerah Muslim

"Walaupun tata caranya agak ada yang berbeda namun itu yang kami pelajari di pondok dulu" kata Ina. (Fauzan Basri/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock