Tampilkan postingan dengan label RMI NU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RMI NU. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Maret 2018

Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin

Oleh Rulli Rachman



“Anda tidak bisa mengendalikan sesuatu yang tidak bisa Anda ukur”. Kata-kata tersebut saya kutip dari perkataan dosen saya waktu kuliah, Dr. Zainal Abidin. Filosofi utama dari kalimat tersebut adalah bahwa pengukuran itu penting. Konsep pengukuran ini saya kaitkan dengan pentingnya mengukur diri, mengevaluasi diri, sudah sejauh manakah keimanan kita. Imam Al Ghazali menuturkan ada 3 (tiga) jenis iman yakni iman awami (iman-nya orang awam), Iman mutakalimin dan Iman yang hakiki. Apakah keimanan kita masih dalam taraf sekedar percaya atau sudah berkembang dalam implementasi kehidupan sehari-hari? Termasuk kategori yang manakah iman kita berada? 

Evaluasi diri berarti melakukan pengukuran seberapa banyak amal yang kita perbuat. Lho kenapa kok jadi berhitung soal amal kita? Bukankah beramal itu harus ikhlas, tanpa pamrih dan tidak berhitung? Betul. Perhitungan pahala dan ganjaran itu tetap merupakan hak prerogratif Allah. Penekanan pengukuran amal ini lebih kepada optimasi, seberapa efisien kita dalam beribadah dan beramal. Untuk mengetahui seberapa efisien suatu proses, dikenal istilah efisiensi. Efisiensi biasa didefinisikan sebagai perbandingan langsung antara output dan input. Dalam ilmu mesin, efisiensi adalah perbandingan antara daya masuk dan daya keluaran. Ada tiga jenis mesin konversi energi yang akan saya gunakan sebagai pemodelan di sini dan kaitannya dengan evaluasi diri. 

Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin (Sumber Gambar : Nu Online)
Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin (Sumber Gambar : Nu Online)

Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin

Model yang pertama adalah boiler atau biasa disebut ketel uap. Efisiensi boiler dihitung dari berapa jumlah energi dari bahan bakar yang dikonversikan menjadi uap. Bahan bakar boiler bisa berupa batu bara atau HSD (high speed diesel). Seandainya daya masuk itu 100 persen maka daya output biasanya tidak penuh seratus persen lagi. Mungkin hanya berkisar 60 sampai 70 persen. Ke mana sisanya 30–40 persen lagi? Itu yang disebut rugi-rugi atau lossess. Losses atau kerugian ini salah satunya dikonversi menjadi asap (gas) buang.

Dari situ, filosofi sederhana dalam mengoperasikan mesin adalah memperoleh daya output semaksimal mungkin dengan meminimalisasi rugi-rugi. Rugi-rugi ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali.

Berkaca dari proses konversi energi pada boiler tersebut, kita bisa menganalogikan proses ibadah kita sehari-hari. Apakah sudah efisien ibadah dan amalan kita? Apabila kita mengerjakan shalat tapi tetap berbuat maksiat maka terbentuk losses atau rugi-rugi tadi. Apabila kita sedang berpuasa tapi tetap bergunjing, membicarakan aib orang lain maka terbentuk juga rugi-rugi tadi. Apabila kita bersedekah dalam nominal yang tidak sedikit tapi diiringi dengan rasa pamrih, ingin dipuji sebagai orang yang dermawan maka terbentuk pula rugi-rugi tadi. Semakin banyak rugi-rugi yang terjadi maka semakin tidak efisien ibadah kita. 

Sang Pencerah Muslim

Padahal yang kita tuju adalah 100% ibadah murni karena Allah SWT. Bayangkan apabila kita merasa sudah semaksimal mungkin dalam beribadah tapi nyatanya yang diterima hanya sekitar 20-30% saja, selebihnya menguap karena faktor riya’, hasud, dengki dan penyakit hati lainnya. Wallahualam.

Sang Pencerah Muslim

Model yang kedua adalah jenis mesin diesel. Kinerja mesin dihitung dari spesific fuel consumption (SFC). SFC adalah  perbandingan antara bahan bakar yang dikonsumsi mesin dan daya output yang dihasilkan. Secara rumus, SFC ini kebalikan dari efisiensi. Semakin besar angka SFC maka semakin tidak efisien mesin diesel tersebut. Bahan bakar yang kita konsumsi ibaratnya adalah ilmu pengetahuan yang kita peroleh. Semakin banyak ilmu yang kita dapat, apabila proses penyerapannya terlaksana dengan baik niscaya daya output pun akan maksimal. Tapi apakah yang terjadi sebaliknya? Kita mendapat ilmu yang begitu melimpah, rajin menghadiri majelis taklim, banyak membaca buku dan sebagainya, tapi sangat sedikit yang kita amalkan. Sungguh sangat disayangkan.

Lalu model kinerja mesin apa yang cocok untuk diterapkan? Kita bisa mengambil contoh mesin pompa. Secara teoritik, Umur pompa yang dioperasikan pada 50% kondisi operasi ideal akan memiliki persentase maksimal umur lebih tinggi dibandingkan dengan yang dioperasikan pada kondisi 30% saja. Dengan kata lain umur pompa lebih panjang apabila pompa bekerja optimal, tidak setengah-setengah.

Seperti layaknya pompa, seharusnya kita bisa beribadah dan beramal semaksimal mungkin dengan menggunakan apa-apa saja yang sudah disediakan oleh kita. Kita dikaruniai tubuh yang sehat maka maksimalkan dengan shalat, tidak hanya shalat wajib tapi juga shalat sunnah dan tahajud. Kita dianugerahi harta yang berkecukupan maka segera tunaikan zakat, berangkat umrah dan niatkan berhaji. Kita dianugerahi mata yang jernih maka gunakanlah untuk melihat hal-hal yang baik. Kita dianugerahkan sepasang tangan dan sepasang kaki, maka gunakanlah untuk melangkah ke tempat-tempat yang diridhai-Nya dan gunakan tangan untuk menuliskan kebenaran. Sejatinya, segala apa yang melekat pada tubuh kita dan juga apa saja yang kita dapatkan itu wajib disyukuri. Dan mengoptimalkan pemberian-pemberian Allah tadi adalah salah satu dari implementasi bersyukur. Wallahualam, semoga kita diberi kemudahan. 

Penulis adalah penggemar kopi, bola dan pemerhati dunia literasi 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Warta, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 24 Februari 2018

Pemikiran Islam: Hukum Allah (1)

Oleh KH Muhammad Machasin

“Tidak ada hukum selain hukum Allah” (l? ?ukma ill? lill?h) atau “Hanya Allahlah pemutus perkara (l? ?akama ill-All?h) adalah kalimat yang banyak diucapkan oleh kaum Khaw?rij sebagai moto. Kalimat ini mula-mula diucapkan untuk menentang ta?k?m, yakni penyelesaian perselisihan antara ‘Ali (khalifah keempat di Medinah, kemudian pindah ke K?fah, Iraq) dan Mu?wiah (gubernur Sy?m yang mencakup Syria, Libanon, Palestina, Yordania dan Israel sekarang, dengan ibukota Damaskus) dengan perjanjian perdamaian kedua belah pihak yang diwakili juru runding yang disebut ?akam.?

Perselisihan semestinya diselesaikan dengan acuan hukum Allah, demikian mereka berhujah, bukan dengan kesepakatan di antara manusia. Hukum Allah jelas dalam masalah perselisihan itu: ‘Ali adalah khalifah yang sah, sedangkan Mu?wiah melawan khalifah dan karenanya mesti dihukumi dengan hukuman pemberontak.

Pemikiran Islam: Hukum Allah (1) (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemikiran Islam: Hukum Allah (1) (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemikiran Islam: Hukum Allah (1)

Orang yang memberontak harus diperangi sampai kembali taat kepada perintah Allah (QS 49/al-?ujur?t: 9). Mereka tidak (mau) melihat kenyataan bahwa perang antara kedua belah pihak sudah berlangsung lebih dari dua bulan dengan tiada kemenangan bagi pihak yang satu atas yang lain.?

Kemudian, dengan tipu dayanya Mu?awiah berhasil menghentikan gerakan pasukan ‘Ali. Beberapa orang dari pihak pasukan ‘Ali yang nantinya tergabung dalam gerakan Khaw?rij mendesak ‘Ali untuk menghentikan perang ketika pasukan Mu?wiah mengangkat mushaf Al-Qur’an, karena mengira bahwa lawan mengajak mereka untuk kembali kepada hukum Allah. Ketika kemudian ternyata bahwa penghentian peperangan itu dilanjutkan dengan kesepakatan untuk melakukan arbitrase atau ta?k?m, mereka menolak dan menyerukan moto di atas.

Sebenarnya mereka konsisten dengan prinsip mereka: kembali kepada hukum Allah. Akan tetapi, ketika ternyata apa yang dipahami sebagai hukum Allah itu tidak dijalankan, mereka tidak mau melihat kemungkinan lain, walaupun sudah terbukti bahwa memerangi pemberontak saat itu, yakni Mu?wiah dan pasukannya, tidak membawa hasil. Apalagi untuk melihat status pemberontak yang disematkan kepada Mu?wiah. Bukankah kekhalifahan ‘Ali kurang mendapatkan dasar yang kuat karena pemilihannya sebagai khalifah tidak tanpa persoalan?

Sang Pencerah Muslim

Pemilihan itu dilakukan di Medinah dalam kedaruratan akibat terbunuhnya Khalifah ‘Utsman, sementara banyak sahabat Nabi —yang merupakan pemuka masyarakat Muslim— tidak lagi ada di Medinah akibat ekspedisi “militer” ke luar Jazirah Arab yang dilakukan Khalifah ‘Umar dan dilanjutkan oleh Khalifah ‘Utsman. Penduduk Medinah saat itu tidak lagi mewakili umat Islam yang dapat memberikan legitimasi penuh bagi kekhalifahan ‘Ali. Ini dibuktikan dengan perlawanan ‘?’isyah-?al?ah-Zubair dan Mu?wiah-‘Amr bin ‘?. (Bersambung)



Sang Pencerah Muslim



Penulis adalah Mustasyar PBNU

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU Sang Pencerah Muslim

Senin, 19 Februari 2018

Petani Palestina Belajar Teknik Hidroponik di Bandung

Bandung, Sang Pencerah Muslim

Sebanyak 20 orang petani dan pejabat otoritas pertanian Palestina mengikuti pelatihan dan belajar teknik hidroponik di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

"Sebanyak 20 peserta dari Palestina mengikuti pelatihan selama 20 hari di BBPP Lembang. Program pelatihan fokus pada teknik pertanian hidroponik dan kemasan," kata Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Kementerian Pertanian Surachman Suwardi, Selasa.

Petani Palestina Belajar Teknik Hidroponik di Bandung (Sumber Gambar : Nu Online)
Petani Palestina Belajar Teknik Hidroponik di Bandung (Sumber Gambar : Nu Online)

Petani Palestina Belajar Teknik Hidroponik di Bandung

Pelatihan itu menurut dia merupakan lanjutan dari program pelatihan pertanian dala rangka Selatan-Selatan yang telah bergulir sejak 1980.

Sedangkan peserta dari Palestina kali ini merupakan gelombang kedua, setelah rombongan pertama mengikuti program pelatihan sama tahun 2013.

Sang Pencerah Muslim

Para peserta ditangani oleh instruktur dari Balai Besar Pelatihan Pertanian dalam kegiatan teori, praktik lapangan, kunjungan ke lokasi penelitian hidroponik serta ke balai kemasan di Lembang Kabupaten Bandung Barat.

"Mereka selain mendapatkan teknik dan teori, juga melakukan praktik dan kunjungan sehingga lebih interaktif," kata Surachman.

Seperti pada kegiatan pelatihan yang digelar di Balai Besar Pelatihan Pertanian, para peserta cukup antusias mengikuti program yang dipandu oleh penterjemah.

Sang Pencerah Muslim

Selain mendapat penjelasan pengembangan pertanian hortikultura dan agrobisnis di sejumlah daerah di Indonesia, khususnya di Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Salah seorang peserta dari Palestina, Idham IP menyatakan mendapat banyak manfaat dari kegiatan yang digelar di kawasan itu.

Selain mengenal teknik pertanian hidroponik juga bisa melakukan sharing pengalaman terkait pengembangan hidroponik dan pasarnya.

"Selama di sini kami akan mempelajari dan berlatih teknik dihroponik, tentunya perlu modifikasi untuk bisa diterapkan di negara kami. Tapi prinsipnya bisa dilakukan di sana," kata Idham.

"Hari ini dan beberapa hari ke depan saya bisa bertanya banyak terkait teknik hidroponik, dan berinteraksi dengan mereka langsung di lapangan," katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Program BBPP Lembang Affandi dan Irwan Wahyu menyiapkan program pelatihan internasional seperti itu. Ia menyediakan aula khusus untuk pelatihan peserta internasional.

"Kurikulum pelatihannya disesuaikan dengan kebutuhan mereka, termasuk peserta dari Palestina ini fokus pada hidroponik dan management kemasan. Kita juga melakukan sharing pengalaman sehingga pelatihan lebih intensif," kata Affandi.

Program kerja sama pelatihan pertanian dalam rangka kerja sama Selatan-Selatan sejak 1980 itu telah diikuti oleh 1.138 peserta dari negara ASEAN, Afrika 584 peserta, Asia minus ASEAN 660 peserta, Pasific 204 dan 32 peserta lainnya dari Amerika Selatan.

"Selain menggelar pelatihan di Indonesia, kami juga mengirim tenaga ahli pertanian ke luar negeri seperti Madagaskar, Timor Leste, Tanzania dan Fiji," kata Kepala Balai Pelatihan Pertanian Kementerian Pertanian Surachman Suwardi menambahkan. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Rabu, 07 Februari 2018

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma

Umat Muslim percaya momen Ramadhan perlu diisi dengan berbagai macam kegiatan kebaikan, termasuk juga pengajian. Begitu juga dengan warga Muslim di Roma. Itulah yang dikatakan Juniarti, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenlu kepada saya saat saya mengisi pengajian di KBRI Roma Ramadhan lalu.

Saat itu, saya mengisi pengajian di hari Sabtu. Sabtu dan Ahad memang hari libur di Roma. Tetapi meskipun libur, pengajian tetap dilakukan.

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma (Sumber Gambar : Nu Online)
Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma (Sumber Gambar : Nu Online)

Semangat Mengaji Umat Muslim di Roma

Ramadhan juga bulan kebersamaan. Suasana itu terlihat di lingkungan KBRI Roma. Sapaan hangat dari RA Esti Andayani sebagai Duta Besar RI untuk Italia kepada seluruh staf. Tawa canda anak-anak kecil dengan temannya yang terkadang lalu lalang di depan para pejabat, menambah cerita lucu di saat berbuka puasa.

***

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Tinggal jauh di negara sendiri terkadang ada sukanya juga ada dukanya. Sukanya salah satunya adalah, mungkin bisa banyak belajar budaya asing dan memperlancar bahasa negara lain, seperti kebanyakan saudara-saudara Muslim di Roma, Italia ini.

Anak-anak kecil keturunan Indonesia di sini sangat fasih dan lancar sekali dengan bahasa Italia. Saat bercanda dan bermain dengan teman-teman sebayanya, mereka asyik sekali mendengarkan orang mengucapkan kalimat-kalimat berbahasa Italia. Seperti kata “numero uno” dan sebagainya.

Tetapi ada yang menjadi kegelisahan para orangtua mereka, yaitu pembelajaran pengetahuan agama yang kurang maksimal, meskipun sudah disiapkan tempat belajar agama khusus di masjid besar khusus untuk orang-orang Indonesia. Tampaknya itu belum efektif.

Banyak yang bercerita kepada saya, tentang huruf-huruf Hijaiyah saja sudah lupa. Banyak dari anak-anak usia SMP dan SMA sudah lupa huruf-huruf Hijaiyah itu.

“Dulu saya sudah tahu itu, tetapi sekarang saya sudah lupa semua,” kata Faishal, anak Indonesia yang dari kecil sekolah di Roma, yang sekarang duduk di kelas 1 selevel SMA di Indonesia.

Faishal bercerita jenjang pendidikan di Roma agak berbeda dengan di Indonesia. Kalau di Roma jenjangnya 5+3+5. Lima tahun setingkat SD dilanjut 3 tahun setingkat SMP dilanjut 5 tahun setingkat SMA. Lima tahun di setingkat SMA itu sudah penjurusan sesuai minat masing-masing. Jika cerdas bisa selesai lebih cepat. Seperti akselerasi di Indonesia.

Untuk mengefektifkan pengetahuan agama tersebut, KBRI Roma dan Nadwah Ukhuwah Roma (NUR) bersepakat membuat jadwal dan tema kajian Ramadhan yang dibutuhkan masyarakat Muslim Indonesia di Roma. Dengan itu tugas saya sebagai Dai Ambassador Cordofa 2017 di Italia sangat terbantu.

Selama di Roma, jadwal pengajian yang telah disusun oleh NUR dan KBRI Roma adalah sebagai berikut. Kultum di setiap hari bada zuhur. Tema yang harus disampaikan adalah pentingnya shalat, keutamaan sedekah, manfaat membaca Al-Quran, akidah dan tauhid dalam Islam, sudahkah saya berzakat, perbedaan zakat dan infak.

Selain itu keutamaan istighfar, menghormati orangtua, persaudaraan dalam Islam, amar makruf nahi munkar, penyakit hati dan cara menghindarinya, keutamaan menuntut ilmu, kebersihan sebagian dari iman, keutamaan shalat dhuha, manfaat shalat dari segi kesehatan dan sosial, keutamaan shalat tahajud.

Selebihya adalah saya akan bahas tentang hukum-hukum fiqih dasar tentang thaharah dan hukum-hukum shalat seperti rukun dan sunat shalat.

“Karena ini saja banyak yang masih belum benar,” kata Adnan, salah satu staff dan ustad di KBRI Roma.

Setiap Rabu dan Jumat ada pengajian ibu-ibu. Saya tekankan pada cara membaca Al-Quran yang baik dan benar. Saya praktikkan makharijul huruf dan pemahaman ilmu tajwid, juga sentuhan anatomi Al-Quran yang sangat disukai oleh jamaah ibu-ibu istri para diplomat ini.

Pengajian ini dimulai pukul 14. 30-17.00 pada hari Rabu. Sedangkan pada hari Jumat dimulai pada pukul 18.00 sampai 20.00 atau menjelang berbuka puasa.

Setiap Jumaat sore dimulai pukul 15.00–17.30 adalah pengajian anak-anak dan remaja, yang saya isi dengan pengenalan huruf-huruf Hijaiyah, doa-doa harian, dan hafalan-hafalan surat pendek.

Setiap Jumat dan Sabtu juga diadakan acara berbuka puasa bersama di KBRI Roma, Milan, dan Vatikan secara bergantian. Jumat agenda untuk seluruh keluarga Home Staff dan Lokal Staff KBRI Roma. Sedangkan hari Sabtu diadakan untuk umum, untuk seluruh masyarakat Indonesia dan sekitarnya di Italia.

Semua itu untuk mempererat tali silaturrahmi dan menambah pengetahuan agama Islam di Italia yang memang minim sekali guru agama. Sekalipun ada, itu pun jauh dan mungkin terkendala masalah bahasa.

Saya berharap, peran saya yang tak seberapa selama di Italia, dapat meningkatkan semangat warga Muslim di sana dalam menambah ilmu agama. Masyarakat Indonesia di Italia umumnya dapat mempererat tali persaudaraan dan kepedulian mereka.

H Khumaini Rosadi, anggota Tim Inti Dai dan Media Internasional (TIDIM) LDNU, dan Dai Ambassador Cordofa 2017 dengan penugasan ke Roma, Italia.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Ulama, Budaya, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Rabu, 24 Januari 2018

Kini Keterangan Agama Mudah Dicari, Jangan Lupa Tanya Ahlinya!

Di zaman sekarang ini, mencari keterangan terkait suatu ilmu sangatlah mudah. Cukup membuka ponsel atau komputer, menelusuri di internet, banyak ditemukan keterangan yang diinginkan. Tidak hanya dalam bentuk tulisan, namun juga bisa video maupun gambar. Demikianlah salah satu model masyarakat modern dalam mencari sumber-sumber ilmu, apalagi ilmu agama.

Perlu Anda ketahui, pencarian dalam mesin-mesin penelusur seperti Google dibuat berdasarkan algoritma pencarian. Kata per kata, kalimat per kalimat, apa yang paling banyak dicari, itulah yang akan muncul. Pilihan jawaban yang Anda cari tentang suatu ilmu, ditentukan dengan kata apa yang anda masukkan dalam pencarian.

Kendati jawaban-jawaban praktis sudah banyak tersedia di internet, ada baiknya seorang pencari ilmu agama tetap mengandalkan para ahli ilmu agama yang sudah bertahun-tahun mendalami suatu ilmu dan menggunakannya di masyarakat.

Kini Keterangan Agama Mudah Dicari, Jangan Lupa Tanya Ahlinya! (Sumber Gambar : Nu Online)
Kini Keterangan Agama Mudah Dicari, Jangan Lupa Tanya Ahlinya! (Sumber Gambar : Nu Online)

Kini Keterangan Agama Mudah Dicari, Jangan Lupa Tanya Ahlinya!

Dalam kitab Kifâyatul Atqiyâ’ karya Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syatha Ad Dimyathi, disebutkan suatu syair dari kitab Hidâyatul Adzkiyâ’ karya Syekh Zainudin al Malibari:

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ? # ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Mintalah penjelasan dari guru dan tinggalkan apa yang tampak

Dari pemahamanmu yang terburu-buru dari kitab, serta bertanyalah (pada ahli ilmu)



Apa maksudnya? Syekh ad-Dimyathi menyebutkan perlunya seorang yang belajar agama tidak memahami suatu keterangan yang ia tahu dari Al-Qur’an, hadits, ataupun kitab, secara tekstual saja, tanpa pemahaman yang mendalam. Hendaknya ia bertanya sampai benar-benar yakin, dan menyimak keterangan sang ahli tentang suatu permasalahan.

Semisal seorang pelajar atau pencari ilmu sudah bisa membaca bahasa Arab dari kitab-kitab lainnya, atau ada keterangan dari internet yang ditemukan, kerap ada penjelasan maupun keterangan yang berbeda dari apa yang dimaksud sang pengarang. Ketika ada yang meragukan dan mengherankan, hendaknya ditangguhkan dan diklarifikasi kepada pengajar. Apalagi dalam Al-Qur’an dan hadits yang tidak bisa serta merta langsung diamalkan tanpa petunjuk dari ahli ilmu nan bijaksana.

Sahabat Nabi dahulu ketika tidak memahami suatu permasalahan agama, selalu menanyakannya kepada Nabi. Kita tahu bahwa para sahabat adalah orang-orang terdepan yang tahu tentang agama, namun mereka tidak terburu-buru dengan pemahamannya dan selalu ditanyakan kembali kepada Nabi.

Seperti disebutkan di atas, pemahaman yang terburu-buru dengan hanya memahami keterangan dari internet itu perlu disertai juga dengan keinginan untuk bertanya kepada ahlinya. Toh ahli agama ini bukan hanya yang pandai menukil ayat dan hadits, serta pandai membaca kitab. Namun juga ahli agama yang waskita, bijak dalam memberikan keterangan karena ia hidup bersama masyarakat.?

Dengan demikian, mencari ilmu agama tidak hanya soal ada keterangan atau tidak saja. Internet membuatnya jadi mudah. Tapi, jangan lupa, untuk tetap bertanya kepada ahli agama yang bijak lagi santun di sekitar kita. Jika ditanyakan pada orang yang tepat, Islam adalah agama yang mudah dan memudahkan. Wallahu a’lam. (Muhammad Iqbal Syauqi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Nusantara, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Senin, 22 Januari 2018

Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim

Dalam mencari Ilmu, seseorang harus memperhatikan sumber ilmu yang didapatnya berupa silsilah keilmuan atau sanad. Hal ini sangat berperan penting dalam keshahihan dan keberkahan ilmu yang didapat.?

Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas (Sumber Gambar : Nu Online)
Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas (Sumber Gambar : Nu Online)

Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas

Hal ini disampaikan Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah KH Ahmad Chalwani Nawawi saat menyampaikan Mauidzotul Hasanah pada Wisuda Tahfidz Al Quran 30 Juz dan khotmil kutub pondok pesantren Pesantren Salafiyah Tahfidzul Quran Miftahus Salam Jatirejo Pringsewu.

"Sebagai Santri, kita harus ngaji pada kiai yang jelas gurunya siapa? Ilmunya sumbernya dari mana, harus jelas," tegas Kyai Chalwani yang Juga Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah ini dihadapan jamaah yang memenuhi halaman Pesantren setempat, Selasa (13/4).

Ia mengingatkan kepada jamaah untuk mengaji kepada kiai yang mempunyai sanad keilmuan yang jelas, yang alim serta dapat dirunut silsilah sumber ilmunya sampai pada Rasulullah SAW. Hal ini ditujukan agar terhindar dari maraknya aliran menyimpang yang belajar ilmu agama secara instan dari internet dengan sanad yang tidak jelas.

Sang Pencerah Muslim

"Mari kita didik putra-putri kita di Pesantren, kita titipkan pada kiai. Kita gerakkan generasi kita untuk mondok," tegasnya. Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa pondok-pondok pesantren dibawah bimbingan para kiai dalam sejarahnya telah terbukti berkontribusi dalam mencetak ulama dan santri sekaligus menjadi benteng pertahanan keutuhan NKRI.?

"Kalau tidak ada kiai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan," tegas Kiai Chalwani mengutip pernyataan Douwes Dekker, agen Belanda yang berbalik berpihak pada Indonesia di zaman pergerakan kemerdekaan.

Disamping kegiatan khotmil kutub, pada acara tersebut juga dilaksanakan pelantikan pengurus Idaroh Ghusniyah Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Al Mutabaroh An Nhdliyyah (JATMAN) Kecamatan Pagelaran dan Ambarawa. Pelantikan tersebut dilakukan oleh Mudir Idaroh Wustho JATMAN Provinsi Lampung Habib Yahya Assegaf.

Hadir pada acara tersebut Bupati Pringsewu H Sujadi yang juga Mustasyar PCNU Pringsewu, Ketua PCNU Pringsewu H Taufiqurrohim, para kiai dan Pengasuh Pondok Pesantren di Kabupaten Pringsewu serta Pengurus MWCNU Kecamatan Pagelaran. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Berita Sang Pencerah Muslim

Selasa, 16 Januari 2018

PAUD Berdaya, Anak Indonesia Berjaya

Demak, Sang Pencerah Muslim



Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang disiapkan secara baik dan diisi oleh guru yang baik, akan menghasilkan pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang baik. Generasi bangsa yang baik akan membuat sebuah negara baik. Pendek kata, PAUD yang berdaya akan membuat anak berjaya. Anak yang berjaya adalah kunci bangsa dan negara yang berjaya.

Kesadaran akan filosofi inilah yang ada di sanubari setiap guru PAUD. Jiwa mereka dipenuhi rasa ingin memberi yang terbaik untuk menyiapkan anak didiknya menjadi manusia yuang berkualias bagus lahir maupun batin.

PAUD Berdaya, Anak Indonesia Berjaya (Sumber Gambar : Nu Online)
PAUD Berdaya, Anak Indonesia Berjaya (Sumber Gambar : Nu Online)

PAUD Berdaya, Anak Indonesia Berjaya

Demikian dikatakan Eko Riyanti, seorang guru PAUD di Kabupaten Demak yang mengikuti Festival Anak Demak yang digelar oleh Ananda Marga Universal Relieg Team (AMURT) Indonesia di halaman pendopo kantor Bupati Demak, Jumat (8/12).

Yanti mengaku merasa sangat senang mendapat kesempatan mendampingi 24 anak didiknya di festival yang dihadiri Bupati Demak M. Nasir, pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Demak dan Kota Semarang, serta seluruh jajaran pengurus Yayasan AMURT Indonesia itu.

"Sungguh senang saya bisa mengikuti festival ini. Para murid PAUD saya tampak bahagia. Semua riang gembira bermain di semua stan festival ini," tuturnya dengan senyum lebar dan mata berbinar-binar.

Sang Pencerah Muslim

Di acara yang dihadiri 1200 murid, wali murid dan guru PAUD se-Kabupaten Demak dan Kota Semarang tersebut, pihak AMURT Indonesia menyediakan 4 stan mainan kreasi dan 4 tenda story telling (tempat pertunjukan mendongeng) yang beragam.

Riuh rendah suara anak-anak bermain menikmati festival yang dikhususkan untuk mereka itu. Di stan permainan kreasi, mereka dibebaskan menghias balon dengan aneka bentuk dan rupa, lalu dipersilakan dibawa pulang. Ada pula yang melukis topi putih, memakai aneka rupa warna dan gambar aneka karakter hewan atau manusia.

"Aku mau bikin gelang. Aku mau mereonce," ucap dua bocah bersahutan di stand merangkai manik-manik dan benang.

Sang Pencerah Muslim

Tak hanya anak-anak yang ceria. Para bapak dan ibu mereka juga dilibatkan dalam ajang lomba membacakan buku cerita. Bertempat di ruang tengah pendopo kabupaten, banyak yang masih telihat kikuk dan lucu tingkahnya. Terlihat kalau selama ini tidak pernah membacakan buku cerita kepada anaknya. Terutama para bapak.

Pemandangan lucu itu pun mengundang tawa para pengunjung. Bapak-bapak yang terlihat kikuk dan anaknya nyuekin ayahnya yang membacakan cerita, berbeda jauh dengan situasi guru PAUD yang seluruhnya ibu-ibu, diperhatikan saksama para muridnya kala bercerita.

 

Dengan Bermain, Anak Belajar

Sementara di tenda story telling, stand dihias sedemikian rupa sesuai tema. Ada yang dihias seperti hutan, dengan para guru pendongan memakai mahkota bergambar singa, gajah dan hewan lain. Ada pertunjukan wayang pakai jari tangan, ada pula stan tema ikan.

Manajer Program AMURT  Indonesia Semarang Haryono mengatakan, festival tersebut digelar untuk mendorong pemerintah memperhatikan PAUD, serta mengajak masyarakat memahami bahwa cara anak belajar adalah dengan bermain.

Karena itulah pihaknya memberi pendampingan kepada 50-an PAUD di Semarang dan Demak dan rutin memberi fasilitas buku cerita maupun alat permainan, serta mendekatkan komunitas PAUD kepada kepala daerah.

"Pemkab Demak berkomitmen mengalokasikan 10% dari anggaran pendidikan untuk fasilitasi PAUD," tuturnya usai beraudiensi dengan Bupati Demak dan jajaran pejabat di ruang tamu Pendopo Demak usai seremoni pembukaan festival. (Ichwan/Abdullah Alawi)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock