Kamis, 08 Maret 2018

Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin

Oleh Rulli Rachman



“Anda tidak bisa mengendalikan sesuatu yang tidak bisa Anda ukur”. Kata-kata tersebut saya kutip dari perkataan dosen saya waktu kuliah, Dr. Zainal Abidin. Filosofi utama dari kalimat tersebut adalah bahwa pengukuran itu penting. Konsep pengukuran ini saya kaitkan dengan pentingnya mengukur diri, mengevaluasi diri, sudah sejauh manakah keimanan kita. Imam Al Ghazali menuturkan ada 3 (tiga) jenis iman yakni iman awami (iman-nya orang awam), Iman mutakalimin dan Iman yang hakiki. Apakah keimanan kita masih dalam taraf sekedar percaya atau sudah berkembang dalam implementasi kehidupan sehari-hari? Termasuk kategori yang manakah iman kita berada? 

Evaluasi diri berarti melakukan pengukuran seberapa banyak amal yang kita perbuat. Lho kenapa kok jadi berhitung soal amal kita? Bukankah beramal itu harus ikhlas, tanpa pamrih dan tidak berhitung? Betul. Perhitungan pahala dan ganjaran itu tetap merupakan hak prerogratif Allah. Penekanan pengukuran amal ini lebih kepada optimasi, seberapa efisien kita dalam beribadah dan beramal. Untuk mengetahui seberapa efisien suatu proses, dikenal istilah efisiensi. Efisiensi biasa didefinisikan sebagai perbandingan langsung antara output dan input. Dalam ilmu mesin, efisiensi adalah perbandingan antara daya masuk dan daya keluaran. Ada tiga jenis mesin konversi energi yang akan saya gunakan sebagai pemodelan di sini dan kaitannya dengan evaluasi diri. 

Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin (Sumber Gambar : Nu Online)
Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin (Sumber Gambar : Nu Online)

Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin

Model yang pertama adalah boiler atau biasa disebut ketel uap. Efisiensi boiler dihitung dari berapa jumlah energi dari bahan bakar yang dikonversikan menjadi uap. Bahan bakar boiler bisa berupa batu bara atau HSD (high speed diesel). Seandainya daya masuk itu 100 persen maka daya output biasanya tidak penuh seratus persen lagi. Mungkin hanya berkisar 60 sampai 70 persen. Ke mana sisanya 30–40 persen lagi? Itu yang disebut rugi-rugi atau lossess. Losses atau kerugian ini salah satunya dikonversi menjadi asap (gas) buang.

Dari situ, filosofi sederhana dalam mengoperasikan mesin adalah memperoleh daya output semaksimal mungkin dengan meminimalisasi rugi-rugi. Rugi-rugi ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali.

Berkaca dari proses konversi energi pada boiler tersebut, kita bisa menganalogikan proses ibadah kita sehari-hari. Apakah sudah efisien ibadah dan amalan kita? Apabila kita mengerjakan shalat tapi tetap berbuat maksiat maka terbentuk losses atau rugi-rugi tadi. Apabila kita sedang berpuasa tapi tetap bergunjing, membicarakan aib orang lain maka terbentuk juga rugi-rugi tadi. Apabila kita bersedekah dalam nominal yang tidak sedikit tapi diiringi dengan rasa pamrih, ingin dipuji sebagai orang yang dermawan maka terbentuk pula rugi-rugi tadi. Semakin banyak rugi-rugi yang terjadi maka semakin tidak efisien ibadah kita. 

Sang Pencerah Muslim

Padahal yang kita tuju adalah 100% ibadah murni karena Allah SWT. Bayangkan apabila kita merasa sudah semaksimal mungkin dalam beribadah tapi nyatanya yang diterima hanya sekitar 20-30% saja, selebihnya menguap karena faktor riya’, hasud, dengki dan penyakit hati lainnya. Wallahualam.

Sang Pencerah Muslim

Model yang kedua adalah jenis mesin diesel. Kinerja mesin dihitung dari spesific fuel consumption (SFC). SFC adalah  perbandingan antara bahan bakar yang dikonsumsi mesin dan daya output yang dihasilkan. Secara rumus, SFC ini kebalikan dari efisiensi. Semakin besar angka SFC maka semakin tidak efisien mesin diesel tersebut. Bahan bakar yang kita konsumsi ibaratnya adalah ilmu pengetahuan yang kita peroleh. Semakin banyak ilmu yang kita dapat, apabila proses penyerapannya terlaksana dengan baik niscaya daya output pun akan maksimal. Tapi apakah yang terjadi sebaliknya? Kita mendapat ilmu yang begitu melimpah, rajin menghadiri majelis taklim, banyak membaca buku dan sebagainya, tapi sangat sedikit yang kita amalkan. Sungguh sangat disayangkan.

Lalu model kinerja mesin apa yang cocok untuk diterapkan? Kita bisa mengambil contoh mesin pompa. Secara teoritik, Umur pompa yang dioperasikan pada 50% kondisi operasi ideal akan memiliki persentase maksimal umur lebih tinggi dibandingkan dengan yang dioperasikan pada kondisi 30% saja. Dengan kata lain umur pompa lebih panjang apabila pompa bekerja optimal, tidak setengah-setengah.

Seperti layaknya pompa, seharusnya kita bisa beribadah dan beramal semaksimal mungkin dengan menggunakan apa-apa saja yang sudah disediakan oleh kita. Kita dikaruniai tubuh yang sehat maka maksimalkan dengan shalat, tidak hanya shalat wajib tapi juga shalat sunnah dan tahajud. Kita dianugerahi harta yang berkecukupan maka segera tunaikan zakat, berangkat umrah dan niatkan berhaji. Kita dianugerahi mata yang jernih maka gunakanlah untuk melihat hal-hal yang baik. Kita dianugerahkan sepasang tangan dan sepasang kaki, maka gunakanlah untuk melangkah ke tempat-tempat yang diridhai-Nya dan gunakan tangan untuk menuliskan kebenaran. Sejatinya, segala apa yang melekat pada tubuh kita dan juga apa saja yang kita dapatkan itu wajib disyukuri. Dan mengoptimalkan pemberian-pemberian Allah tadi adalah salah satu dari implementasi bersyukur. Wallahualam, semoga kita diberi kemudahan. 

Penulis adalah penggemar kopi, bola dan pemerhati dunia literasi 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Warta, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Indonesia Muhammadiyah Sang Pencerah Islam. Evaluasi Diri dengan Model Kinerja Mesin di Sang Pencerah Muslim ini merupakan bukan asli tulisan admin, oleh karena itu cek link sumber.

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock