Tampilkan postingan dengan label Sunnah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sunnah. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Februari 2018

Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif menegaskan, Pancasila bisa menjadi peredam dan pengantisipasi terhadap ketegangan-ketegangan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang majemuk.

“Sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) mengantisipasi bahwa ketegangan sosial bisa muncul karena perbedaan agama,” kata Yudi di Hotel Kartika Chandra Jakarta, Kamis (19/10).

Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)
Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)

Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial

Sila kedua mengantisipasi ketegangan sosial yang terjadi karena globalisme dan lokalisme. Sila ketiga mengantisipasi ketegangan sosial yang terjadi akibat perbedaan suku, etnik, bahasa, dan budaya di seluruh Indonesia. Sila keempat meredam ketegangan yang timbul akibat perbedaan pilihan politik.

“Sila kelima mengantisipasi bahwa ketegangan sosial sangat mungkin terjadi akibat kesenjangan sosial,” ucapnya.

Maka dari itu, ia menilai bahwa Pancasila semakin relevan dengan zaman yang ada. Zaman dimana sekat-sekat sudah tidak ada lagi batasannya sehingga ketegangan sosial akan sangat mungkin terjadi kalau tidak dibatasi dan diantisipasi.?

Sang Pencerah Muslim

Meski demikian, Yudi sadar bahwa saat ini kesenjangan sosial di Indonesia begitu menganga. Ada jarak yang begitu jauh antara yang kaya dan yang miskin. Oleh karena itu, kesenjangan inilah yang seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah.

Berdasarkan survei lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse, 1 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 49,3 persen kekayaan nasional. Dengan kata lain, Indonesia menempati urutan keempat terbawah dalam urusan kesenjangan sosial. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, News Sang Pencerah Muslim

Senin, 29 Januari 2018

Dakwah Aswaja di Internet Harus Lebih Menarik

Situbondo, Sang Pencerah Muslim. Sejumlah pegiat IT berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) berkumpul di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’yah (PPSS) Sukorejo Asembangus Situbondo Jawa Timur.

Selama dua hari (22-23/3) mereka bertemu dalam acara Silaturahim Nasional Ketiga Admin Web dan IT Developer Aswaja yang difasilitasi komunitas Persaudaraan Profesional Muslim Aswaja atau PPM Aswaja. Pertemuan nasional ini merupakan kali ketiga.

Dakwah Aswaja di Internet Harus Lebih Menarik (Sumber Gambar : Nu Online)
Dakwah Aswaja di Internet Harus Lebih Menarik (Sumber Gambar : Nu Online)

Dakwah Aswaja di Internet Harus Lebih Menarik

Pada acara  pembukaan, Pengasuh PPSS KH R Ahmad Azaim Ibrohimy yang menjadi tuan rumah agenda ini mengingatkan bahwa tantangan dakwah Aswaja kini semakin terdesak oleh tantangan dari kalangan Islam ekstrem, baik yang berhaluan kiri maupun kanan.

Sang Pencerah Muslim

Ia mendorong kegiatan dakwah di dunia maya tampil kian menarik. “Kami berharap komunitas ini nantinya akan ada tindak lanjut dari para peserta untuk memikirkan dakwah Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah sehingga lebih diminati,” katanya, Sabtu (22/3).

Dan untuk meraih tujuan mulia tersebut, tambah Kiai Azaim, harus ada distribusi peran dari berbagai pihak. Ia mengibaratkan hal ini dengan permainan sepak bola. “Harus ada pengaturan strategis dengan tidak segera merasa bangga dengan capaian yang ada,” terangnya.

Selanjutnya Kiai Azaim berharap agar pertemuan yang diselenggarakan di pesantren ini segera bergerak dengan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Apalagi media yang dibutuhkan adalah sangat dinamis.

Sang Pencerah Muslim

“Apa yang peserta lakukan hari ini adalah bagian dari upaya untuk kemajuan bangsa, negara, agama dan juga bagi NU,”  katanya.

Kegiatan silaturahim nasional pertama diselenggarakan di Wonosobo yang berbarengan dengan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU. Kemudian pertemuan kedua diadakan di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin di Rembang Jawa tengah serta di PPSS Asembagus Situbondo.

Hadir dalam acara ini utusan dari berbagai kota di Jawa dan Kalimantan serta Nusa Tenggara Barat. Sejumlah narasumber juga turut mengisi kegiatan yang dilangsungkan di aula Center of Excellence Lembaga Kajian Fiqh Ibrohimy ini, di antaranya Dr Zainal Arifin dari Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU (RMINU) dan juga dosen ITS Surabaya. Hadir pula Agus Susanto dari PBNU TV, serta pengurus PPM Aswaja. (Syaifullah/Mahbib)

“Kami dari pesantren sangat mengapresiasi kegiatan ini sebagai tali yang mengikat dalam rangka peringatan satu abad pesantren,” kata Kiai Azaim, sapaan akrabnya. Pada acara yang dihadiri utusan dari berbagai kota di Jawa dan Kalimantan serta Nusa Tenggara Barat

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 27 Januari 2018

Grand Syekh Al-Azhar: Gerakan Aswaja NU Dibutuhkan Umat Islam Dunia

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Grand Syekh Al-Azhar melalui delegasinya Prof DR Abdul Mun’im Fuad mengapresiasi gerakan Aswaja yang digelorakan Nahdlatul Ulama. Prinsip-prinsip beragama NU yang terus bersambung hingga Rasulullah SAW itu, menurutnya, sangat kontekstual dengan kondisi dunia kekinian.

“Toleransi nilah yang dibutuhkan orang dunia sekarang ini. Inilah manhajul (jalan hidup) Islam sesungguhnya,” kata Mun’im Fuad menyampaikan salam Grand Syekh Al-Azhar dalam bahasa Arab di Jakarta, Rabu (27/5) siang.

Grand Syekh Al-Azhar: Gerakan Aswaja NU Dibutuhkan Umat Islam Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)
Grand Syekh Al-Azhar: Gerakan Aswaja NU Dibutuhkan Umat Islam Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)

Grand Syekh Al-Azhar: Gerakan Aswaja NU Dibutuhkan Umat Islam Dunia

Di hadapan pengurus lengkap harian Syuriyah danTanfidziyah PBNU, Mun’im Fuad yang memimpin rombongan Al-Azhar Mesir itu menegaskan bahwa Islam tidak mengajarkan tathorruf (ekstrem), irhab (teror), ifroth (berlebihan), tafrith (abai), dan tasyaddud (kekerasan).

Sang Pencerah Muslim

Qimatuna (nilai keberagamaan kita) itu terletak pada wasuthuna (kemoderatan kita) itu sendiri. Singkat kata, Al-Azhar sepakat dan mendukung gerakan tawasuth NU yang terus mengglobal,” kata Mun’im Fuad menutup sambutannya.

Sementara Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj menyebutkan jumlah agama resmi, keragaman suku, dan sejumlah paham politik yang berkembang di Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

“NU sebagai ormas muslim terbesar di Indonesia akan terus mengawal keragaman dalam bingkai asas Pancasila dan persatuan NKRI,” kata Kang Said yang juga menggunakan bahasa Arab. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 24 Januari 2018

Jadul Unjuk Rasa ke DPR soal Kerusakan Jalan di Jember

Jember, Sang Pencerah Muslim



Puluhan orang yang tergabung dalam Jember Aksi Peduli Jalan Berlubang (Jadul) menggelar unjuk rasa di gedung DPRD Jember, Jawa Timur, Selasa (11/4). Mereka mengeluhkan rusaknya jalan di sejumlah tempat, termasuk jalan yang dipenuhi lubang.?

Jadul Unjuk Rasa ke DPR soal Kerusakan Jalan di Jember (Sumber Gambar : Nu Online)
Jadul Unjuk Rasa ke DPR soal Kerusakan Jalan di Jember (Sumber Gambar : Nu Online)

Jadul Unjuk Rasa ke DPR soal Kerusakan Jalan di Jember

Menurut salah seorang pengunjuk rasa, Kustiono Musri, jalan berlubang di Jember sudah cukup parah sehingga perlu segera ditangani.?

Dikatakannya, hampir di setiap ruas jalan, lebih-lebih di pedesaan, lubang selalu ditemukan. "Jadi saya minta anggota dewan yang terhormat untuk menekan bupati agar jalan berlubang segera diperbaiki. Ini untuk kepentingan masyarakat. Bukan orang per orang," ucapnya.

Ia menambahkan, yang paling ? merasakan dampak rusaknya jalan (berlubang) adalah masyarakat kebanyakan, khsusunya di pedesaan. Selama ini jalan berlubang terkesan ? dibiarkan begitu saja, hingga akhirnya masyarakat berinisiaif untuk menanami lubang tersebut dengan pohon pisang. Tujuannya adalah sebagai tanda bahwa jalan itu berbahaya dan tak boleh dilintasi. "Itu juga sindiran bagi pemerintah," ungkap Kustiono.

Hal senada juga diungkapkan, Prasetyo. Menurutnya, hampir setiap hari terjadi kecelakaan akibat jalan berlubang. Dikatakannya, korban jalan berlubang kebanyakan dari pengendara roda dua, sebab model ban kendaraan roda dua ? memang sangat rentan ? terhadap ? lubang.?

Sang Pencerah Muslim

"Kalau roda dua, itu artinya kan katakanlah ? masyarakat biasa. Sedangkan pejabat biasanya memakai roda empat, sehingga tak terasa meski ada lubang. "Oleh karena itu, tolong ini diperhatikan. Jangan sampai lubang di jalan memakan korban lebih banyak lagi," jelasnya.

Menanggapi itu, Wakil Ketua Komisi C DPRD Jember, Anang Murwanto menegaskan bahwa pihaknya sudah melakukan fungsi pengawasan dengan baik. Namun diakuinya, eksekusi di lapangan tergantung pada eksekutif.?

Sang Pencerah Muslim

Walaupun demikian, katanya, apa yang disampaikan perwakilan pengunjuk rasa, merupakan masukan bagi dewan untuk melakuan evaluasi kinerja pada pihak-pihak terkait. "Kami sudah melakukan itu (pengawasan). Yang jelas kami juga tak ingin lubang di jalan terus memakan korban," ucap politisi Partai Demokrat itu. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 21 Januari 2018

Ini Ciri Al-Arif Billah Tulen Menurut Ibnu Athaillah

Tingkat keimanan manusia terhadap Allah SWT beragam. Ada keimanan seseorang yang dirangsang oleh sesuatu (ibarat, isyarat, rumuz) di luar dirinya. Tetapi ada juga yang tidak. Ada orang yang beriman setelah melihat mukjizat rasul atau khariqul adat (kejadian luar biasa) seperti umat-umat kafir zaman para nabi terdahulu.

Ada juga orang yang takjub pada keajaiban dunia seperti lafal “Allah” pada cangkang telur atau pada gumpalan awan sebagai kuasa Allah dalam bentuk tulisan, gambar, video yang dishare orang-orang via media sosial baik fesbuk, instagram, twitter, whatsapp, line, dan lain sebagainya.

Ini Ciri Al-Arif Billah Tulen Menurut Ibnu Athaillah (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Ciri Al-Arif Billah Tulen Menurut Ibnu Athaillah (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Ciri Al-Arif Billah Tulen Menurut Ibnu Athaillah

Mereka yang merasa dekat dengan Allah karena keajaiban dunia dan kuasa Allah lainnya bukan masuk kategori al-arif billah yang sempurna karena keimanannya masih dirangsang oleh fenomena selain Allah.

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Artinya, “Al-Arif billah itu bukan orang yang terima isyarat lalu merasakan Allah lebih dekat dengannya karena isyarat itu. Al-Arif billah itu orang yang tak perlu isyarat karena lenyap pada wujudnya dan tersembunyi pada penyaksiannya.”

Petunjuk atas Allah yang dikenal para ulama terdiri atas tiga jenis yang memiliki tingkat berbeda. Ibarat adalah petunjuk kasar. Sementara isyarat lebih halus dibandingkan ibarat. Simbol atau rumuz adalah penanda paling halus atas Allah.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Bagi saya, isyarat itu lebih tipis dan lebih halus dibanding ibarat. Simbol lebih halus dibanding isyarat. Jadi semua penanda ini ada tiga, yaitu ibarat, isyarat, dan simbol. Setiap satu dari semua itu lebih halus dibanding tanda sebelumnya. Tugas ibarat adalah memperjelas. Isyarat memberi petunjuk. Sedangkan tugas simbol itu menyenangkan, maksudnya menyenangkan hati atas sambutan Allah SWT,” (Lihat Syekh Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam, Beirut, Darul Fikr, tanpa catatan tahun, juz I, halaman 118).

Isyarat merupakan medium petunjuk atas Allah yang menampung makna yang tak terwadahi pada ibarat. Isyarat ini sangat dibutuhkan bagi pesuluk sebagai penanda dan petunjuk atas Allah. Tetapi isyarat ini masih juga membawa serta sesuatu yang menandai keberadaan Allah sehingga mereka masih juga memandang yang lain selain Allah.

? ? ? ? ? ? ?  ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Menurut saya, isyarat adalah gudang makna sangat halus yang tak tertampung dalam ibarat. (Al-Arif billah yang kamil itu bukan orang yang memberikan isyarat bagi mereka yang meminta petunjuk, lalu ia merasakan Allah lebih dekat dengannya karena isyarat itu), terlebih lagi bagi Al-Arif billah yang kamil itu sehingga mereka merasakan Allah dekat karenanya atau di sisinya mengingat kekayaan kandungan isyarat itu yang menghendaki pemberi isyarat, isyarat, dan yang diisyaratkan. Al-Arif billah yang kamil itu adalah orang yang tidak memerlukan isyarat sama sekali karena ia telah melebur di dalam wujud Allah dan tersembunyi pada penyaksiannya sehingga makhluk itu lenyap (di matanya). Hal ini terjadi bisa karena ia menjadi ‘baqa’ sebab Allah, cahaya-Nya, dan pendaran cahaya itu dalam martabat pancarannya,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Aqshara’i As-Syadzili, Ihkamul Hikam, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 2008 M/1429 H, halaman 69).

Isyarat menandai adanya jarak dan antara. Isyarat kerapkali disertai dengan alasan, bukti, atau argmentasi. Ada orang beriman kepada Allah setelah mengetahui alasan, bukti, atau argmentasi sebagai isyarat atas Allah. Dari sini kemudian dapat dipahami bahwa semakin banyak alasan, bukti, atau argumentasi yang diperlukan untuk beriman, tanda seseorang jauh dari Allah.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Abu Ali Ar-Raudzabari ketika ditanya perihal isyarat menjawab, isyarat tidak lain merupakan ungkapan dari dalam hati yang menjelaskan sesuatu yang ditunjuk. Sejatinya isyarat diiringi dengan illat (alasan, bukti, atau argumentasi). Illat itu jauh dari zat hakikat. As-Syibli mengatakan, setiap isyarat atas Allah yang ditunjukkan oleh makhluk-Nya hakikatnya tertolak sehingga mereka memberi isyarat atas Allah dengan Allah itu sendiri dan mereka tidak punya jalan untuk itu. Abu Yazid berkata, mereka yang paling jauh dari Allah adalah mereka yang paling banyak isyarat atas-Nya,” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, Semarang, Maktabah Al-Munawwir, tanpa catatan tahun, juz I, halaman 63).

Untuk seorang al-arif billah yang kamil, isyarat tidak diperlukan karena mereka tidak berjarak dengan Allah. Isyarat dibutuhkan oleh para pejalan atau pesuluk. Isyarat itu sangat membantu mereka untuk dekat dengan Allah SWT.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ... ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Redaksi Syekh Ibnu Athaillah ‘Al-Arif billah itu bukan...’ maksudnya adalah al-arif billah yang tidak kamil, belum mendalam dan mantap. Sedangkan mereka yang sedang berjalan tetap membutuhkan isyarat dan merasakan Allah lebih dekat dengannya karena atau bersama isyarat itu. isyarat itu membantu mereka dan menjadi makanan pokok bagi mereka layaknya ibarat bagi mereka yang mengarahkan pandangan kepada Allah sebagai akan dijelaskan di depan, ‘Ibarat adalah makanan pokok bagi mereka yang butuh mendengarkan. Dan kau akan mendapatkan sesuai apa yang kau ‘makan’.’ Redaksi penulis, ‘ketika memberi isyarat’, maksudnya adalah diberikan atau menerima isyarat. Sedangkan ‘Al-Arif billah itu orang yang tak perlu isyarat,’ maksudnya ia tak membutuhkan isyarat untuk dirinya, tetai untuk memberikan isyarat untuk orang lain. Ia sendiri tak memerlukan isyarat karena isyarat dan ibarat makanan orang yang lapar. Sementara ia sudah kenyang dan cukup. Kita bisa mengatakan bahwa isyarat itu mengandaikan jarak dan perpisahan. Sementara ia tetap bersatu dalam perpisahannya... Al-arif billah yang kamil menafikan jalan/isyarat karena sudah merasa cukup dengan Allah sehingga tak membutuhkan isyarat dan pemberi petunjuk. Wallahu a‘lam,” (Lihat Syekh Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam, Beirut, Darul Fikr, tanpa catatan tahun, juz I, halaman 120-121).

Pertanyaannya kemudian adalah apakah yang disebut arifin yang kamil itu mereka yang selalu menggenggam tasbih, menggelar sajadah, atau membenahi letak sorban? Apakah mereka hidup soliter menyepi? Semua itu mungkin saja, bukan pasti. Tetapi yang  pasti mereka tetap bergaul dengan manusia lain. Mereka tetap manusiawi. Mereka bisa jadi buruh tani, pekerja kasar, guru, buruh pabrik, kuli angkut di pasar, pegawai rendahan, penunggu kafe, penunggu lahan parkir liar, atau guru agama di sekitar kita. Semua itu sangat mungkin sebagai dijelaskan Syekh Said Ramadhan Al-Buthi berikut ini.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ?.

Artinya, “Al-Arif billah adalah orang yang dengan tauhid, kepercayaan, tawakal, dan kepasarahannya kepada Allah mencapai derajat di mana kehendak-kehendaknya fana dalam kehendak/iradah-Nya, sebab-sebab atau alasan lenyap di bawah kuasa-Nya, dan semua yang tampak meleleh pada cahaya terang penyaksian-Nya. Tetapi pengertiannya tidak seperti yang kita sangka selama ini di mana al-arif billah terputus dari dunia, lalu menjalin dengan alam lain. Al-arif billah tetap berhubungan dengan dunia berinteraksi makhluk-Nya sebagaimana manusia lainnya. Ia tetap berhubungan dengan mereka seperti sebelumnya. Tetapi ketika berinteraksi dengan dunia dan sebab-sebab duniawi, ia tak melihat dirinya selain bersama dengan Allah. Ketika menangani masalahnya dengan orang lain dan beraktivitas di tengah publik dalam soal kemasyarakatan dan masalah lainnya, ia hanya menyadari bahwa ia berinteraksi bersama Allah. Al-arif billah itu seperti yang dikatakan para sufi, ‘Arasy dan bumiku ada pada satu waktu. Arasyku bersama Allah dalam perasaan dan batin. Tetapi bumiku bersama manusia dalam muamalah dan lahiriyah.’ Hal ini diungkapkan sangat baik oleh atsar dari Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq perihal dirinya sendiri, ‘Tiada sesuatu yang kulihat selain kulihat Allah bersamanya, sebelum, dan sesudahnya.’ Kondisi ini juga diungkapkan oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi, ‘Hendaklah kamu bersama mereka secara lahiriyah, tetapi batinmu bersama Allah.’ Inilah maqam suluk tertinggi kepada Allah setelah maqam kenabian,” (Lihat M Said Ramadhan Al-Buthi, Al-Hikam Al-Athaiyyah, Syarhun wa Tahlilun, Beirut, Darul Fikr Al-Muashir, cetak ulang 2003 M/1424 H, juz II, halaman 471-472).

Menurut kami, penjelasan Syekh Said Ramadhan Al-Buthi cukup klir bahwa makrifatullah yang kamil itu bukan soal pakaian atau profesi, tetapi lebih pada cara pandang. Cara pandang makrifatullah ini dapat hadir pada siapapun dan mereka yang berprofesi apapun sesuatu dengan anugerah yang Allah berikan kepada mereka. Mereka dapat merasakan kehadiran Allah tanpa harus dirangsang oleh ibarat atau isyarat tertentu. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Humor Islam, Khutbah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 18 Januari 2018

LKiS itu NU Bukan?

Sebagai orang yang suka duduk-duduk di LKiS, Yogyakarta, saya sesekali masih ditanya, baik oleh teman, ataupun orang yang belum aku kenal.

Pertanyaannya, menurut saya, remeh, "Kang, LKiS itu NU bukan?"

LKiS itu NU Bukan? (Sumber Gambar : Nu Online)
LKiS itu NU Bukan? (Sumber Gambar : Nu Online)

LKiS itu NU Bukan?

Biasa saya jawab dengan singkat saja, "Ya, NU."

Sang Pencerah Muslim

Tapi kadang bikin kliyengan juga, jika si penanya mulai melanjutkan pertanyaannya, "Apa buktinya?

Sang Pencerah Muslim

Kalau ada pertanyaan lanjutan begitu, saya jawab, "Ya tengok saja sendiri."

Selanjutnya pasti ada pertanyaan begini, "Tengok ke mana?" 

Dan saya jawab, "Ya ke Yogya. Bisa ke penerbitnya, bisa ke yayasannya, bisa ke pesantrennya. Bisa juga ke aktivisnya."  

"Terus?"

Hadeh! Kalau sudah bertanya dengan "terus-terus?" begitu saya betul-betul kliyengan. Dan saya mulai ngawur jawabnya.

"Begini saja, Mas. Datang saja ke sana, tapi pas ada acara. Terserah acara apa saja, yang penting mereka pake mik atau spiker. Nah, kalau mik atau spikernya kresek-kresek atau ndengung, berarti LKiS itu NU. Tapi kalau suaranya bening, ndak kresek-kresek atau tanpa ndengung, dan enak didengar, itu mereka bukan NU." (Hamzah Sahal)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Kajian Sunnah, Sunnah Sang Pencerah Muslim

Tingkatkan Pelayanan Kemahasiswaan, STAINU Jakarta Gandeng BRI Syariah

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta menjalin kerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah guna meningkatkan pelayanan kemahasiswaan. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan di kampus STAINU Jakarta, Jl. Taman Amir Hamzah No. 5, Jakarta Pusat, Kamis, (8/1).

Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan langsung oleh dr. Syahrizal Syarif, Ph.D selaku Ketua STAINU Jakarta, sementara pihak BRI Syariah diwakili oleh M. Kadarsyah, Ketua Cabang BRI Syariah Jakarta Pusat. Kedua belah pihak juga beresepakat untuk saling menjalin komitmen dalam rangka memberi pelayanan terbaik bagi civitas akademika STAINU Jakarta.

Tingkatkan Pelayanan Kemahasiswaan, STAINU Jakarta Gandeng BRI Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)
Tingkatkan Pelayanan Kemahasiswaan, STAINU Jakarta Gandeng BRI Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)

Tingkatkan Pelayanan Kemahasiswaan, STAINU Jakarta Gandeng BRI Syariah

“Kerjasama ini kita jalin dengan tujuan utama mengoptimalkan pelayanan kepada mahasiswa, Mahasiswa sebagai unsur terpenting dalam sebuah perguruan tinggi harus dilayani dengan baik, termasuk dalam hal administrasi dan keuangan,” papar Syahrizal.

Sang Pencerah Muslim

Lebih lanjut ia mengatakan, kerjasama ini juga terkait pemberian pelatihan praktikum kepada mahasiswa jurusan Perbankan Syariah. “Pihak BRI Syariah berkomitmen untuk menunjang peningkatan kemampuan pengelolaan perbankan bagi mahasiswa-mahasiswi STAINU Jakarta,” imbuhnya.

Implementasi dari nota kesepahaman itu, terang Syahrizal, rencananya akan dilangsungkan pada awal semester genap 2015. Menurutnya, Pihak BRI Syariah tidak hanya menjadi mitra untuk administrasi namun juga mitra dalam sistem informasi akademik.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, M. Kadarsyah menerangkan, dengan penandatanganan nota kesepahaman ini, BRI Syariah lebih bisa memberikan pelayanan yang maksimum kepada mahasiswa-mahasiswi STAINU Jakarta.

Hadir dalam penandatanganan nota kesepahaman tersebut Pembantu Ketua II STAINU Jakarta, Arif Rahman, M.Pd., Ketua Program Studi Ahwalus Syakhsiyah Irfan Hasanuddin, MA., Sekretaris Prodi Ahwalus Syakhsiyah, Hayaturrohman, M.Si., Rudi Alfianto dan Juga Jose Rifal dari pihak Bank BRI Syariah. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 14 Januari 2018

Ansor, Polda dan TNI NTB Deklarasi Gerakan Antiradikalisme

Lombok, Sang Pencerah Muslim. Deklarasi bersama gerakan antiradikalisme ditandai dengan penandatanganan dan pembacaan naskah ikrar untuk membangun komitmen bersama antisegala bentuk radikalisme yang diselenggarakan oleh NU dan banomnya di pesantren Al-Mansyuriah Talimussibyan, Bonder, Praya Barat, Senin (15/6). Deklarasi yang diprakarsai oleh pemuda NU NTB ini didukung Polda dan TNI setempat.

Ansor, Polda dan TNI NTB Deklarasi Gerakan Antiradikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor, Polda dan TNI NTB Deklarasi Gerakan Antiradikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor, Polda dan TNI NTB Deklarasi Gerakan Antiradikalisme

Badan otonom NU yang tampak hadir Muslimat NU, Fatayat NU, Satkorwil Banser, Pagar Nusa, IPNU, IPPNU. Terlibat pula PKC PMII NTB, tokoh pemuda, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

Hadir sejumlah pengurus NU seperti Ketua PWNU NTB TGH Ahmad Taqiudin Mansyur, pimpinan pesantren Babussalam Batu Nyala Praya TGH Syamsul Hadi, dan sejumlah pimpinan Banom NU NTB, dan ratusan masyarkat.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan dari unsur aparat kepolisian hadir Dirbinmas Kombes Pol Suwarto yang mewakili Polda NTB, Kapolres Loteng AKBP Nuroddin SIK, dan Dandim Praya yang diwakili Kapten Abdul Razak.

Sang Pencerah Muslim

Ketua Pagar Nusa NTB Murakip Usman selaku pelaksana utama menyinggung bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian NU atas maraknya paham-paham yang cenderung merusak kebudayaan setempat dan tidak jarang berakhir pada kekerasan.

Ikrar ini, kata Murakip, merupakan komitmen bersama melawan antiradikalisme. "Jauh sebelumnya sudah kita diskusikan bersama dengan semua pihak dan juga pihak kepolisian," katanya.

Ia mengucapkan rasa terima kasih sekaligus memberikan apresiasi kepada pihak kepolisian dan TNI yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. NU, lanjut dia, merupakan pejuang dasar negara ini. Hal ini juga sebagai wujud silaturrahmi dengan mempertegas kembali bahwa NKRI sudah final.

"Kita harus bersama-sama melawan terhadap paham-paham radikal yang merasuki masyarakat. Ini adalah perjuangan kita bersama-sama sampai titik darah penghabisan untuk memperjuangkan dan mempertahankan NKRI.” (Hadi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Jumat, 12 Januari 2018

Aktivis Difabel: NU Harus Terdepan Respon Hak Penyandang Disabilitas

Mataram, Sang Pencerah Muslim. Konsultan Program Peduli Pilar Disabilitas Asia Foundation Bahrul Fuad mengatakan, Nahdlatul Ulama (NU) harus terdepan dalam merespon isu disabilitas. Bersama dengan teman-teman aktivis disabilitas, Bahrul berupaya untuk menggagas Islam yang ramah disabilitas. Ia berharap NU bisa mengakomodasi hak-hak kelompok disabilitas.  

“Dan pintu masuknya yang paling cocok memang NU karena NU sangat terbuka dalam hal ini,” kata Bahrul usai acara pembukaan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Halaman Masjid Hubbul Wathon Mataram, Kamis (23/11).

Ia mengungkapkan, sebelumnya ia juga pernah mengungkap gagasannya ini kepada Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Setelah mendapatkan penjelasan tentang Islam ramah disabilitas, Kiai Said tertarik untuk membawa isu tersebut ke dalam Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2017.

Aktivis Difabel: NU Harus Terdepan Respon Hak Penyandang Disabilitas (Sumber Gambar : Nu Online)
Aktivis Difabel: NU Harus Terdepan Respon Hak Penyandang Disabilitas (Sumber Gambar : Nu Online)

Aktivis Difabel: NU Harus Terdepan Respon Hak Penyandang Disabilitas

Diantara hak-hak disabilitas dalam akses layanan peribadatan yang seharusnya diperhatikan adalah arsitek masjid, tempat wudlu, dan khutbah Jum’at. Semua itu juga harus didisain sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas.

“(Khutbah Jum’at) Yang harus ada running text nya untuk temen-temen yang tuli misalnya,” ucapnya.

Selain itu, Aktivis Difabel tersebut mengungkapkan, selama ini fikih itu bias terkait disabilitas. Seperti bagaimana cara orang yang tidak memiliki tangan dan kaki berwudlu. 

Sang Pencerah Muslim

“Mereka bingung juga karena syarat wudlu harus membasuh tangan dan kaki,” ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Ia menjelaskan, banyak penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan informasi terkait dengan fikih disabilitas. Mungkin ada fikih di dalam kitab-kitab fikih klasik, namun itu tidak tersosialisasikan dengan baik sehingga penyandang disabilitas tidak mengetahuinya.

Baginya, Al-Qur’an itu sangat menghormati dan memuliakan penyandang disabilitas. Hal itu bisa dilihat dari ditegurnya Nabi Muhammad oleh Allah karena bermuka masam dan memalingkan wajahnya saat Abdullah bin Ummi Maktum yang buta datang menghampirinya. Itu terdokumentasikan di dalam Surat ‘Abasa.

 “Ini menunjukkan posisi teman-teman difabel sama dengan yang lain dan harus mendapatkan perlakuan yang sama,” cetusnya. 

Salah satu tema yang dibahas di dalam Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2017 ini adalah Konsep Fikih Penyandang Disabilitas. (Muchlishon Rochmat)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 23 November 2017

Sarbumusi: Hukum dan Aturan Ketenagakerjaan Harus Berpihak pada Buruh

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Ketua Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Anggota Dewan Pimpinan Pusat Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Nahdlatul Ulama (DPP K Sarbumusi NU) Suhandoko, di Jakarta, Selasa (4/10) menyatakan, hukum dan peraturan harus berpihak pada buruh.

"Hukum dan aturan peraturan perburuhan selama ini belum pernah ditegakan dan berpihak bagi buruh. Kita bisa melihat esensi berbagai undang-undang ketenagakerjaan dan sistem pengupahan. Outsourcing (alih daya) masih saja berjalan dan semakin merajalela bahkan sampai ke istana," ujar dia.

Sarbumusi: Hukum dan Aturan Ketenagakerjaan Harus Berpihak pada Buruh (Sumber Gambar : Nu Online)
Sarbumusi: Hukum dan Aturan Ketenagakerjaan Harus Berpihak pada Buruh (Sumber Gambar : Nu Online)

Sarbumusi: Hukum dan Aturan Ketenagakerjaan Harus Berpihak pada Buruh

Berkaitan dengan itu, Handoko menyayangkan para pembuat undang-undang yang tak pernah berpihak pada buruh yang membayar mereka. "Mereka kita bayar untuk mewakili kita di tempat-tempat terhormat seperti di Senayan untuk membuat undang-undang. Tapi kenapa ketika undang-undang diselesaikan tak pernah dijalankan sesuai hukum dan aturan dan berpihak bagi buruh?" Handoko mempertanyakan.

Hal tersebut, imbuhnya, menjadi ironi. "Lihatlah perlakuan para pekerja yang ada di Senayan dan Medan Merdeka tehadap orang-orang berduit dan pemilik uang. Bahkan kepada mereka yang selama ini tidak bayar pajak pun mereka memberi ampunan. Tentu saja ini terasa sangat menyakitkan. Tapi kenapa pada buruh seolah tak ada ampunan? Contoh kecil ketika terlambat bayar listrik hanya dua hingga tiga bulan, jaringan diputuskan. Anak-anaknya telat bayar iuran tak boleh ikut ujian," paparnya.

Sang Pencerah Muslim

Persoalan lain, menurut dia adalah kemiskinan di berbagai bidang yang membuat buruh tidak sejahtera. "Jika buruh disuruh berwirausaha. Tingkat keberhasilan sangat rendah. Kenapa? Mereka itu miskin segalanya, mulai dari modal, teknologi, keahlian, pemasaran dan teknologi, seperti kebanyakan masyarakat miskin lainnya di Indonesia. Modal tanpa bimbingan dan keahlian hanya akan membawa mereka pada jurang kemiskinan yang makin dalam," ujar dia lagi.

Salah satu jalan terbaik bagi tercapainya kesejahteraan buruh adalah aturan ketenagakerjaan yang berpihak pada buruh, selain mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia mendatang untuk mumpuni, demikian Suhandoko. (Gatot Arifianto/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 04 November 2017

Menteri Agama Tegaskan Toleransi adalah Kebutuhan

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Toleransi tidak cukup hanya dipahami dan dilakukan tetapi juga dibutuhkan. Karena kita beragam, maka sesuatu yang beragam ini membutuhkan sesuatu untuk disikapi dengan toleransi. Toleransi ini adalah kebutuhan, di dalamnya ada kesediaan diri dan kemampuan untuk memahami perbedaan sekaligus menghargai perbedaan tersebut. Sehingga masing-masing kita tetap harmonis dan ada dalam keselamatan.

Menteri Agama Tegaskan Toleransi adalah Kebutuhan (Sumber Gambar : Nu Online)
Menteri Agama Tegaskan Toleransi adalah Kebutuhan (Sumber Gambar : Nu Online)

Menteri Agama Tegaskan Toleransi adalah Kebutuhan

Demikian disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat menjadi Keynote Speaker Seminar Nasional yang mengetengahkan tema Memelihara Toleransi dalam Masyarakat Majemuk yang diselenggarakan Pusat Studi Agama-Agama Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, Rabu (10/8). Menag mengapresasi tema yang diangkat, karena sangat sesuai dengan konteks Indonesia yang plural.

"Ini yang saya maknai dengan toleransi," jelas Menag.

Dalam pandangannya, dalam iklim kita, toleransi ini sangat dinamis karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membentuknya. Belakangan ini, persoalan toleransi ini sangat kompleks karena kita hidup di dunia yang tanpa batas, kita hidup didunia yang mendunia (menglobal). Daratan menjadi menyusut tetapi manusia bertambah banyak, sehingga banyak persaingan yang muncul dan menjadi semakin ketat.

"Dengan era digital yang menjadi kebutuhan manusia, menjadikan persaingan semakin erat. Kehidupan sekarang menjadikan banyak orang semakin stres (bahkan dimulai ketika bangun tidur). Saya ingin menggambarkan bahwa tekanan kita sebagai manusia semakin berat. Lalu bagaimana kita menyikapi perbedaan? Karena saat ini banyak orang yang mudah tersulut emosi dengan hal-hal yang kecil bukan urusan prinsipil," ujar Menag.

Sang Pencerah Muslim

Tantagan yang dihadapi dalam masyarakat majemuk ini, ujar Menag, adalah tentang pemahanan kita tentang toleransi itu. Ada pengertian di dalam beberapa agama yang memiliki pemikiran bahwa semua orang harus menjadi sama (homogen), tetapi menurut Menag bukan itu yang menjadi keinginan Tuhan.

"Dalam agama saya mengajarkan bahwa Tuhan itu menghendaki keberagaman. Perlu dibedakan sisi dalam dan luar. Sisi dalam adalah hal yang berdasarkan tentang esensial dari agama, sisi luar adalah yang lahiriah (cara peribadatan)," ucap Menag.

Sang Pencerah Muslim

Berbicara dari sisi luar, terang Menag, banyak cara beribadah (dalam satu agama saja, banyak cara kita beribadah). Tetapi jika berbicara sisi dalam, dalam setiap agama sama, misalnya berbicara tentang keadilan, HAM, persamaan di depan hukum, jangan mencuri, dan lainnya.

"Setiap agama memiliki esensi yang sama, sehingga tantangan yang harus diwujudkan setiap agama adalah berbicara tentang sisi dalam yaitu tentang esensi. Sehingga toleransi dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat. Konflik yang sering muncul adalah karena sisi luar dari setiap agama banyak dimunculkan," ucap Menag.

Tantangan yang lain, lanjut Menag, adalah terlalu berlebihan memaknai toleransi. Karena terlalu semangat bertoleransi menyebabkan agama menjadi sama dan tidak dapat dibedakan. Perilaku membangun toleransi dapat mendapatkan ancaman ketika toleransi dipahami secara berlebihan sehingga keyakinan itu menjadi terganggu.

"Prinsipnya adalah toleransi tetap terjadi, namun aqidah setiap agama tetap terjaga. Inilah yang harus kita sikapi dengan arif dan bijaksana agar kehidupan yang beragam tetap terjaga," tutur Menag. (Kemenag/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Ulama Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 21 Oktober 2017

Warga Solo Rebutan Gunungan Grebeg Syawal

Solo, Sang Pencerah Muslim. Seperti halnya di Yogyakarta yang menggelar Grebeg Syawal, Keraton Solo mengadakan upacara serupa yang dihelat di halaman depan Masjid Agung Solo, Jumat (9/8). Acara dimulai dengan kirab prajurit Keraton Solo dari  halaman Keraton Solo menuju Masjid Agung Solo.

Barisan prajurit Keraton Solo yang berpakaian warna hitam itu berjalan diiringi tabuhan drum band (Corobalen) khas Keraton Solo. Di belakang arakan prajurit, diarak dua gunungan besar yang diusung beberapa abdi dalem.

Warga Solo Rebutan Gunungan Grebeg Syawal (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga Solo Rebutan Gunungan Grebeg Syawal (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga Solo Rebutan Gunungan Grebeg Syawal

Dua gunungan itu masing-masing bernama jaler dan estri (laki-laki dan perempuan). Gunungan berbentuk lancip menyerupai tumpeng yang berisi berbagai sayuran seperti kacang, wortel dan terung itu bernama jaler. Sedangkan gunungan estri berbentuk agak bulat menyerupai kubah yang berisi rengginang.

Sang Pencerah Muslim

Sesampainya di Masjid Agung, dua gunungan itu diletakkan di halaman masjid. Gunungan itu didoakan oleh Tafsir Anom atau takmir Masjid Agung. Usai didoakan ratusan warga menyerbu gunungan

Sang Pencerah Muslim

Dengan berharap berkah, mereka berebut mengambil rengginang yang habis dalam waktu sekejab. Bahkan sebagian warga masih mencari sisa-sisa rengginang meski kerangka gunungan telah diambil.

“Ini merupakan ritual tahunan sebagai wujud kedekatan Keraton Solo dengan masyarakat dan Masjid Agung. Isi gunungan itu semuanya hasil bumi,” jelas Kerabat Keraton, KRMH Satriyo Hadinagoro.

Sementara itu, gunungan jaler diarak kembali oleh abdi dalem menuju halaman Keraton Solo. Ratusan warga yang menunggu gunungan tersebut langsung berebut mengambil sayur-sayuran hasil bumi itu. “Saya mengambil kacang panjang dengan harapan bisa sehat dan selamat,” ucap Slamet, salah satu warga. 

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Ajie Najmuddin

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Nusantara, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Kamis, 05 Oktober 2017

KH Said Aqil Siroj Kembali Terpilih sebagai Ketum PBNU

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Para muktamirin kembali mempercayai KH Said Aqil Siroj sebagai Ketua Umum PBNU periode 2015-2020. Ia mendapat suara terbanyak pada pemilihan langsung di sidang utama Alun-alun Jombang, pada Kamis (6/8) dini hari. ?

KH Said Aqil Siroj Kembali Terpilih sebagai Ketum PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Said Aqil Siroj Kembali Terpilih sebagai Ketum PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Said Aqil Siroj Kembali Terpilih sebagai Ketum PBNU

Berikut perolehan suara dari dari beberapa calon. KH Said Aqil Siroj dipilih 207 muktamirin. Sedangkan H As’ad Said Ali dipilih 107 muktamirin. Disusul KH Salahuddin Wahid 10 suara.

Sebelumnya, di tempat yang sama, pada Rabu malam (5/8), KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) ditetapkan sebagai Rais Aam PBNU oleh 9 kiai Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa). Sementara KH Makruf Amin ditetapkan sebagai Wakil Rais Aam PBNU. (Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Santri, Sunnah Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Rabu, 20 September 2017

Lingsir Wengi, Cara Santri Pelihara Budaya Nusantara

Malang, Sang Pencerah Muslim. Ada banyak cara dilakukan untuk memperingati Hari Santri. Cara yang sedikit berbeda, salah satunya adalah event Lingsir Wengi yang diadakan di Pesantren Al Amin, Sukosari, Kabupaten Malang, Jumat (27/10) malam. Para santri, ustadz, dan kiai tumpah ruah pada kegiatan yang diselenggarakan BEM IAI Al Qolam dan Komunitas Sabda Perubahan.

Menjadi unik adalah karena acara tersebut, walaupun diselenggarakan di pesantren, berupa semacam pagelaran budaya. Mengambil momentum Hari Santri, kegiatan tersebut mengambil tema Nracak Jejak Wali (Menapaki Jejak Walisanga).

Lingsir Wengi, Cara Santri Pelihara Budaya Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
Lingsir Wengi, Cara Santri Pelihara Budaya Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

Lingsir Wengi, Cara Santri Pelihara Budaya Nusantara

Athok Lukman, dosen IAI Alqolam yang juga penggagas acara, mengatakan nama Lingsir Wengi diambil dari kidung Sunan Kalijaga. Dalam kidungnya, Sunan Kalijaga selalu memadukan nilai-nilai kehidupan dan nilai sufistik keislaman.

"Kita (kami, Red) ingin mempertahankan budaya Nusantara, karena budaya Nusantara adalah mutiara yang membuat kita sulit melupakan. Terlalu tinggi nilai kandungannya untuk tidak dirawat dan di pelihara," kata Gus Athok, sapaan akrabnya.

Sang Pencerah Muslim

Lingsir wengi yang baru pertama kali diadakan, direncanakan digelar setiap bulan. Tujuannya untuk nguri-nguri (memelihara) budaya Nusantara ditengah arus modernisasi yang kian menjadi-jadi.

“Karenanya, di acara ini aneka macam seni ditampilkan. Mulai orasi budaya, musikalisasi puisi, tari tradisional, teater,” tambah Gus Athok.

Sang Pencerah Muslim

Hadir dalam acara Lingsir Wengi edisi pertama KH Abdullah Syam (Pendiri Pesantren Rakyat); M. Yasin Arif (Pendiri Sabda Perubahan); dan Ahmad Dhofir Zuhri (Rektor STF Al-Farabi). Sementara para penampil adalah perwakilan komunitas dan organisasi seperti JNM (Jaringan Nahdliyin Muda), Lakpesdam NU Kabupaten Malang, PMII Cabang Kab.Malang, GMNI, UKM Teater, Platinum, Mapala, As-Surur. 

Athiya, salah satu tim Lingsir Wengi mengatakan, adanya acara seperti ini diharapkan mampu membendung budaya luar yang kurang bagus.

"Acara ini murni diselenggarakan untuk menghidupkan kembali budaya luhur warisan para wali di tengah arus westernisasi,” kata Athiyah.

Sementara KH Abdullah Sam dalam orasi budayanya, banyak menyinggung pentingnya menjaga NKRI.

"Selama anak-anak muda menjaga kebudayaan maka NKRI tidak akan terjajah oleh asing," katanya penuh semangat.

Salah satu penampilan yang membetot perhatian adalah pembacaan puisi karya Yasin Arif. Puisi yang dibacakan penuh dengan penghayatan ini berjudul Zaman Terkutuk. Berikut petikannya:

Aku terseret-seret zaman milenial

Telpon pintarku tiada henti merantai tangan

Hangat kebersamaan mendadak sunyi

Ramai-ramai kita menunduk pada layar

Gelombang kata-kata tanpa makna

membludak dari mulut cuma-cuma

Pendapat berhamburan tanpa nalar

Budaya tak menghidupkan jiwa

Anak muda mengkritik tanpa membaca

Guru berteori tanpa menginjak bumi

Tren menjadi konsumsi sehari-hari

Arus menggerus akar tradisi

Hidup tak berguna tak apa asal kaya

Kekayaan maha segala-galanya

Kekayaan menjadi puncak cita-cita

Kekayaan harkat dan martabat manusia.(Red: Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Pondok Pesantren Sang Pencerah Muslim

Selasa, 23 Mei 2017

PCNU Sumedang Bantu Korban Banjir Subang

Sumedang,Sang Pencerah Muslim. Wilayah utara Jawa Barat, diantaranya Kabupaten Subang, ditimpa bencana banjir. Kepedulian untuk meringankan beban korban, muncul dari PCNU Kabupaten Sumedang.

PCNU Sumedang Bantu Korban Banjir Subang (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Sumedang Bantu Korban Banjir Subang (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Sumedang Bantu Korban Banjir Subang

Pada Senin, 27 Januari, Ketua PCNU, Ketua PC JQHNU, dan Sekretaris PC Jam’iyyah Thoriqoh Almu’tabaroh Kabupaten Sumedang mewakili warga Nahdliyyin membantu menggalang dana untuk para korban banjir. Bantuan diserahkan langsung oleh ketua PCNU Sumedang PCNU Subang.

PCNU Subang kemudian diamanati untuk menyerahkan langsung bantuan tersebut ke para korban banjir. Bantuan yang diberikan berupa uang, pakaian layak pakai, makanan mie instan dan barang-barang yang lainnya.

Sang Pencerah Muslim

Ketua PCNU Sumedang, H. Sa’dulloh mengatakan bahwa kegiatan baksos ini merupakan baksos yang kesekian kalinya dilaksanakan.

Sang Pencerah Muslim

“Dulu PCNU Kabupaten Sumedang pernah juga membantu para korban gempa bumi di dareh Garut. Tidak menutup kemungkinan nanti akan ada baksos-baksos lanjutan,” ungkapnya. (Ayi Abdul Kohar/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Lomba, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Kamis, 22 Desember 2016

NU Bukan Calo Lima Tahunan

Garut, Sang Pencerah Muslim. Mustasyar PWNU Jawa Barat Ajengan KH Nuh Addawami mengatakan, NU dan pesantren harus saling menjaga seperti hutan dan macan. Hutan akan jadi sasaran empuk pembalakan liar bila ditinggalkan macan. Sebaliknya bila macan meninggalkan hutan, paling banter nasibnya hanya menjadi penghuni kebun binatang.

NU Bukan Calo Lima Tahunan (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Bukan Calo Lima Tahunan (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Bukan Calo Lima Tahunan

Ajengan Nuh, mengatakan, NU itu dilahirkan dari pesantren, karenanya bisa disebut sebagai pesantren besar. “Sayangnya akhir-akhir ini komunikasi NU kepada pesantren dan sebaliknya semakin berkurang. Terlebih dalam even-even politik praktis.” Katanya pada acara majma buhuts an-andhdlyah di Pesantren Al-Musadadiyah, Garut, Jawa Barat, Sabtu (31/5).

Ajengan Nuh mengingatkan, NU dengan pesantrennya bukanlah organisasi yang baru lahir kemarin sore. NU bukan macam organisasi yang hari-hari belakangan muncul dan mendeklarasikan dukungan ke capres cawapres tertentu.

Sang Pencerah Muslim

“NU bukanlah “camat” atau calo lima tahunan. Bila pola hubungan NU dengan pesantren saling menopang dan menguatkan, maka tak pelak NU akan kuat bukan saja secara jama’ah, melainkan juga secara jam’iyah,” pungkasnya.

Sang Pencerah Muslim

Organisasi besar jual eceran

Dalam acara yang dihadiri oleh lebih dari 350 pengurus NU dan pesantren di Priangan Timur tersebut, Pejabat Rais Aam PBNU KH A. Mustofa Bisri juga menyinggung politik. Ia mencontohkan, di tahun politik seperti tahun ini, banyak pengurus NU yang cemas dengan iming-iming dan godaan politik praktis.

Hal ini, kata kiai yang pelukis dan penyair ini, tidak akan terjadi bilamana semua elemen di NU diam ketika ada godaan politik yang mendekat dan menyerahkannya kepada pimpinan tertinggi di NU, yakni Rais Syuriah.

Kemudian Rais Syuriah bersama jajaran pengurus NU akan merapatkannya dan membuat prasyarat-prasyarat seperti seberapa jauh komitmen yang akan dilakukan terhadap pesantren, dunia pendidikan, pengurangan kemiskinan, kebangsaan, ke-Indonesia-an dan seterusnya.

Kesepakatan seperti itu, seharusnya bisa diputuskan bersama di bawah pimpinan tertinggi di NU. “Lha ini organisasi besar, tetapi malah jualan eceran kesana-kemari. Seharusnya bukan kita yang cemas menunggu tawaran capres dan politisi-politisi itu, tetapi merekalah yang cemas menunggun-nunggu sikap kita,” kata Gus Mus yang disambut dengan tawa dan tepuk tangan peserta.

Kiai yang akrab disapa Gus Mus tersebut juga menyampaikan, NU adalah organisasi terbesar di dunia dengan lebioh dari 70 juta pengikut. Gus Mus meyakini bahwa yang disebut “‘alaikum bis sawadil a’dhom” itu sama dengan “‘alaikum bil NU.”

Tapi ia menyayangkan, NU belum benar-benar menjadi jam’iyyah. Sebagai organisasi muslim terbesar NU yang diperkuat oleh pesantren-pesantren, NU merupakan pemimpin umat, bukan pemimpin sebagian umat. NU harus berpihak pada kepentingan semua umat, karena pemimpin yang hanya memihak sebagian umat bukanlah pemimpin umat. (Saifuddin Ihsan/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah Sang Pencerah Muslim

Senin, 21 Desember 2015

H Abdullah Machrus, Mantan Bendahara PBNU Wafat

Pekalongan, Sang Pencerah Muslim. Innalilllaahi wa inna ilaihi roojiun. Warga Nahdiyin Pekalongan kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya, yakni H. Abdullah Machrus mantan Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang tinggal di Kota Batik Pekalongan, Sampangan Gang VI, Pekalongan.

H. Abdullah Machrus meninggal Jumat (7/2) menyusul istri tercintanya Hj. Tadzkiroh yang telah meninggal terlebih dahulu pada Senin (3/2). Menurut rencana jenazah almarhum akan dimakamkan di samping istrinya di makam keluarga di komplek Masjid Al Fairuz, Baros Pekalongan Sabtu (8/2).

H Abdullah Machrus, Mantan Bendahara PBNU Wafat (Sumber Gambar : Nu Online)
H Abdullah Machrus, Mantan Bendahara PBNU Wafat (Sumber Gambar : Nu Online)

H Abdullah Machrus, Mantan Bendahara PBNU Wafat

Kepergian H. Abdullah Machrus sangat mengagetkan warga nahdliyyin khususnya di Kota Pekalongan. Pasalnya, saat jajaran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan bertaziyah ke rumah Sampangan Gang VI Pekalongan Senin (3/2) Abdullah Machrus tampak sehat dan bisa berkomunikasi dengan baik dan lalu lalang menemui tamu tamu yang bertaziyah di rumah kediamannya.

Sang Pencerah Muslim

Wakil Rais PCNU Kota Pekalongan, H. Abu Almafachir, mengaku kaget atas kabar meninggalnya H. Abdullah Machrus yang beredar melalui SMS, BBM maupun facebook.

"Saya tidak mengira kalau H. Abdullah Machrus pergi begitu cepatnya menyusul istrinya yang belum genap 7 hari," ujar H. Abu Almafachir.

Sang Pencerah Muslim

Sosok H. Abdullah Machrus, di samping aktifis di Nahdlatul Ulama, beliau adalah sosok pengusaha batik yang pernah moncer di zaman orde baru. Pasalnya, batik yang berlabel Mahkota Agung selalu menjadi seragam resmi istana kepresidenan dan keluarga Soeharto.

Tidak hanya di bidang bisnis batik Abdullah Machrus yang asli Semarang meraih sukses, dalam membina keluarga pun, juga dinilai berhasil. Atas prestasinya, dirinya mendapat penghargaan sebagai pemenang Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Provinsi Jateng 2007.

Dari tujuh anaknya, enam di antaranya sudah sarjana. Anaknya yang satu lagi tinggal selangkah menyusul meraih sarjana. Hebatnya, bukan hanya sarjana yang diraih, semuanya pernah menjadi santri di sebuah pondok pesantren dan kini juga sudah bisa hidup mandiri dari usahanya sendiri serta berhaji. Yang menarik lagi, bukan hanya anak-anaknya yang menjadi sarjana. Menantunya pun menjadi sarjana.

Apa kunci sukses membentuk keluarga sakinah? Menurut dia, sebenarnya ada pada istrinya. Saya ini bekerja sebagai wiraswasta, sehingga seringkali ke luar kota. Kegiatan saya di bidang sosial seabrek, sehingga jarang sekali saya berada di rumah. Karena itu, pendidikan anak-anak itu sebagian besar karena peran ibu, tuturnya.

Dalam pembelajaran kepada anak, diakui, memang yang diutamakan adalah kedisiplinan dan kejujuran. Bagi dia, anak harus tahu kapan waktu untuk beribadah, belajar, bermain, dan membantu orang tua.

Sebagai orang tua, Machrus selalu mengingatkan pada anaknya untuk menjaga dan menunaikan salat lima waktu. Bahkan juga mendorong anak-anaknya untuk shalat sunah seperti tahajud, duha, awwabin, dan rawatib.

Di antara pondok pesantren yang menjadi tempat mendidik agama anak-anaknya adalah Ponpes Al Hikmah Pati, Ponpes Al Islah Putra dan Al Ishom Putri, Mayong Jepara, Ponpes Maunah Sari Kediri, Jatim, serta beberapa ponpes di Jakarta dan Yogyakarta.

Abdullah Machrus adalah anak ke-4 dari pasangan Hj Aisyah Anwar dan Machrus Dhubian Al Hafidz, seorang veteran yang berjualan barang-barang kelontong di Pasar Johar Semarang pada waktu itu. (Abdul Muiz/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah, Kajian Sang Pencerah Muslim

Minggu, 26 Oktober 2014

Jadi Tuan Rumah, Pemkot Kediri Sambut Baik LSN Regional Jatim II

Kediri, Sang Pencerah Muslim. Kickoff Liga Santri Nusantara (LSN) Regional Jatim II resmi dibuka Asisten Pemerintahan dan Kesra Mandung Sulaksono di Lapangan Sepak Bola Brawijaya Kediri, Rabu (24/8). Regional Jatim II meliputi Kediri, Jombang, Malang, Batu, Nganjuk, Blitar, dan Tulungangung.

Kota Kediri mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Region II Jawa Timur dalam gelaran LSN 2016 yang digelar mulai 24-31 Agustus. Dalam kompetisi ini akan ada 17 tim yang berlaga.?

Dalam sambutanya, Mandung mengatakan Pemerintah Kota Kediri mengapresiasi digelarnya Liga Santri ini. "Ini merupakan suatu dorongan bagi dunia sepak bola. Dalam kompetisi ini banyak santri-santri berbakat dalam dunia sepak bola yang bermunculan," ujarnya.

Jadi Tuan Rumah, Pemkot Kediri Sambut Baik LSN Regional Jatim II (Sumber Gambar : Nu Online)
Jadi Tuan Rumah, Pemkot Kediri Sambut Baik LSN Regional Jatim II (Sumber Gambar : Nu Online)

Jadi Tuan Rumah, Pemkot Kediri Sambut Baik LSN Regional Jatim II

Lebih lanjut, Mandung menambahkan agar dalam pertandingan ini para pemain tetap menjaga sportifitas. "Junjung dan jaga terus sportifitas. Untuk para pemain yang sedang tidak bertanding kalian bisa jalan-jalan untuk mengunjungi beberapa tempat di Kota Kediri," imbuhnya.

Sang Pencerah Muslim

Mandung mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah mempercayai Kota Kediri menjadi tuan rumah pada pelaksanaan Liga Santri Nusantara regional Jatim II ini. "Kota Kediri menjadi tuan rumah Liga Santri Nusantara regional Jatim II ini terasa istimewa. Sebab, kompetisi ini merupakan kali pertama bagi Kota Kediri menjadi pelaksana," ungkapnya.

Lelaki yang menduduki posisi Kesra di Pemkot Kediri ini menambahkan, demi menyambut baik kepercayaan Kemenpora terhadap Kota Kediri dalam pelaksanaan LSN Regional Jatim II, Pemkot Kediri akan berusaha keras untuk suksesnya liga santri ini, "Sebagai tuan rumah yang baik, Pemkot Kediri akan berusaha keras demi terciptanya liga yang kompetitif dan sportif," jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Mandung yang mewakili Walikota Kediri juga berharap pelaksanaan LSN bisa dimaksimalkan oleh pesantren untuk menghasilkan pemain sepak bola yang mumpuni . Dengan demikian, ke depan Timnas Indonesia tidak akan pernah kekurangan pemain berbakat untuk membela nama bangsa dan negara.





Hadir dalam Kickoff LSN ini para Pengasuh Pondok Pesantren Kota Kediri, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, serta Manajer Persik Kediri. (Red-Zunus). Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Meme Islam, Ahlussunnah, Sunnah Sang Pencerah Muslim

Senin, 13 Oktober 2014

Baca Shalawat Nabi SAW Ketika Khatib Berkhutbah

Assalamu ’alaikum wr. wb

Ketika khatib sudah naik mimbar, semua jamaah shalat Jumat tidak boleh saling berbicara tetapi harus menyimak dan mendengar dengan baik khutbah. Yang ingin kami tanyakan, ketika khatib dalam khutbahnya membaca ayat innallaha wamalaikatahu yushalluna ‘alan nabiy, apakah boleh jamaah mengucapkan shalawat dengan mengeraskan suaranya? Mohon penjelasannya. Atas penjelasannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu ’alaikum wr. wb (Sutikno/Pemalang)

Baca Shalawat Nabi SAW Ketika Khatib Berkhutbah (Sumber Gambar : Nu Online)
Baca Shalawat Nabi SAW Ketika Khatib Berkhutbah (Sumber Gambar : Nu Online)

Baca Shalawat Nabi SAW Ketika Khatib Berkhutbah

Jawaban

Assalamu’alaikum wr. wb

Sang Pencerah Muslim

Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Allah dan para malaikat-Nya selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk bershalawat kepadanya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Ahzab sebagai berikut,

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershawalat untuk Nabi. Wahai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya,” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 56).

Menurut para ulama, shalawat dari Allah mengandung pengertian memberi rahmat, dari malaikat memohonkan ampunan, dan dari orang-orang beriman mengandung pengertian berdoa agar diberi rahmat.

Para ulama telah bersepakat bahwa shalawat kepada Nabi SAW hukumnya adalah wajib. Sedang ukuran shalawat yang wajib baca adalah allahumma shalli ‘ala muhammad dan selebihnya adalah sunah, seperti allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammad.

Namun mereka berbeda pendapat mengenai kapan membaca shalawat itu diwajibkan? Apakah kewajiban tersebut hanya sekali seumur hidup atau hanya dalam shalat, atau kewajiban tersebut hanya berlaku ketika nama beliau disebut?

Dalam hal ini ada tiga pendapat. Pendapat pertama yang merupakan pendapat yang dianut kebanyakan ulama menyatakan bahwa kewajiban membaca shalawat kepada Nabi saw hanya sekali dalam seumur hidup.

Pendapat kedua menyatakan bahwa kewajiban membaca shalawat itu adalah dalam setiap shalat pada tasyahud akhir. Ini adalah pendapat yang dianut Madzhab Syafi’i dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal.

Pendapat ketiga menyatakan bahwa membaca shalawat adalah wajib ketika nama Nabi saw disebutkan. Pendapat ini dipilih oleh Ath-Thahawi salah seorang ulama kesohor dari kalangan Madzhab Hanafi dan Al-Halimi salah seorang ulama pengikut Madzhab Syafi’i.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? : ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? : ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Para ulama telah sepakat atas wajibnya membaca shalawat kepada Nabi SAW, kemudian mereka berselisih pendapat, ada yang mengatakan (qila) wajib sekali dalam seumur hidup dan ini adalah pendapat kebanyakan ulama. Ada juga yang mengatakan (qila) wajib dalam setiap shalat dalam tasyahhud akhir, ini adalah pendapat Madzhab Syafi’i dan salah satu riwayat dari imam Ahmad bin Hanbal. Dan pendapat lain mengatakan (qila) wajib ketika nama Rasulullah SAW disebutkan, dan Ath-Thahawi salah seorang ulama dari Madzhab Hanafi dan Al-Halimi salah satu ulama dari Madzhab Syafi’i memilih pendapat ini. Sedangkan yang wajib adalah membaca allahumma shalli ‘ala muhammad dan selebihnya adalah sunah,” (Al-Khazin, Lubab at-Ta`wil fi Ma’ani at-Tanzil, Bairut-Dar al-Fikr, tt, juz, V, h. 274)

Nah dari sini tampak jelas bahwa secara umum bershalawat kepada Nabi SAW adalah wajib. Para ulama hanya berbeda pendapat mengenai soal kapan dan di mana wajibnya bershalawat kepada Nabi SAW. Misalnya, Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa bershalawat kepada Nabi SAW wajib di dalam setiap shalat dalam tasyahhud akhir.

Pertanyaannya bagaimana jika khatib dalam khutbah membaca ayat innallaha wa malaikatahu yushalluna ‘alan nabiy...., apakah jamaah boleh membaca atau bershalawat kepada Nabi SAW dengan suara yang tinggi atau keras?

Dalam kasus ini menurut An-Nawawi dan para ulama lainnya bahwa ketika khatib dalam khutbahnya membaca ayat innallaha wa malaikatahu yushalluna ‘alan nabiy...tidaklah dimakruhkan bagi orang yang mendengarkan khutbah atau para jamaah untuk meninggikan suaranya tanpa berlebihan dalam bershalawat kepada Nabi SAW.

? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? (?) ? ? ?: ( ? ? ? ? ? ? )

Muhyiddin Syarf An-Nawawi dan ulama yang lain berpendapat bahwa tidak makruh mengeraskan atau meninggikan suara tanpa berlebihan dalam membaca shalawat kepada Nabi SAW ketika khatib membaca ayat innallah wa malaikatahu yushalluna ‘alan nabiy’,” (Lihat, Ibnu Hajar Al-Haitsami, Al-Fatawil Kubra Al-Fiqhiyyah, Bairut-Dar al-Fikr, tt, juz, I, h. 253).

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Saran kami perbanyaklah shalawat kepada Nabi SAW dan kebaikan pada setiap hari Jumat karena insya Allah hal tersebut akan membawa manfaat baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu’alaikum wr. wb


(Mahbub Ma’afi Ramdlan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, Sunnah Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock