Kamis, 22 Desember 2016

NU Bukan Calo Lima Tahunan

Garut, Sang Pencerah Muslim. Mustasyar PWNU Jawa Barat Ajengan KH Nuh Addawami mengatakan, NU dan pesantren harus saling menjaga seperti hutan dan macan. Hutan akan jadi sasaran empuk pembalakan liar bila ditinggalkan macan. Sebaliknya bila macan meninggalkan hutan, paling banter nasibnya hanya menjadi penghuni kebun binatang.

NU Bukan Calo Lima Tahunan (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Bukan Calo Lima Tahunan (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Bukan Calo Lima Tahunan

Ajengan Nuh, mengatakan, NU itu dilahirkan dari pesantren, karenanya bisa disebut sebagai pesantren besar. “Sayangnya akhir-akhir ini komunikasi NU kepada pesantren dan sebaliknya semakin berkurang. Terlebih dalam even-even politik praktis.” Katanya pada acara majma buhuts an-andhdlyah di Pesantren Al-Musadadiyah, Garut, Jawa Barat, Sabtu (31/5).

Ajengan Nuh mengingatkan, NU dengan pesantrennya bukanlah organisasi yang baru lahir kemarin sore. NU bukan macam organisasi yang hari-hari belakangan muncul dan mendeklarasikan dukungan ke capres cawapres tertentu.

Sang Pencerah Muslim

“NU bukanlah “camat” atau calo lima tahunan. Bila pola hubungan NU dengan pesantren saling menopang dan menguatkan, maka tak pelak NU akan kuat bukan saja secara jama’ah, melainkan juga secara jam’iyah,” pungkasnya.

Sang Pencerah Muslim

Organisasi besar jual eceran

Dalam acara yang dihadiri oleh lebih dari 350 pengurus NU dan pesantren di Priangan Timur tersebut, Pejabat Rais Aam PBNU KH A. Mustofa Bisri juga menyinggung politik. Ia mencontohkan, di tahun politik seperti tahun ini, banyak pengurus NU yang cemas dengan iming-iming dan godaan politik praktis.

Hal ini, kata kiai yang pelukis dan penyair ini, tidak akan terjadi bilamana semua elemen di NU diam ketika ada godaan politik yang mendekat dan menyerahkannya kepada pimpinan tertinggi di NU, yakni Rais Syuriah.

Kemudian Rais Syuriah bersama jajaran pengurus NU akan merapatkannya dan membuat prasyarat-prasyarat seperti seberapa jauh komitmen yang akan dilakukan terhadap pesantren, dunia pendidikan, pengurangan kemiskinan, kebangsaan, ke-Indonesia-an dan seterusnya.

Kesepakatan seperti itu, seharusnya bisa diputuskan bersama di bawah pimpinan tertinggi di NU. “Lha ini organisasi besar, tetapi malah jualan eceran kesana-kemari. Seharusnya bukan kita yang cemas menunggu tawaran capres dan politisi-politisi itu, tetapi merekalah yang cemas menunggun-nunggu sikap kita,” kata Gus Mus yang disambut dengan tawa dan tepuk tangan peserta.

Kiai yang akrab disapa Gus Mus tersebut juga menyampaikan, NU adalah organisasi terbesar di dunia dengan lebioh dari 70 juta pengikut. Gus Mus meyakini bahwa yang disebut “‘alaikum bis sawadil a’dhom” itu sama dengan “‘alaikum bil NU.”

Tapi ia menyayangkan, NU belum benar-benar menjadi jam’iyyah. Sebagai organisasi muslim terbesar NU yang diperkuat oleh pesantren-pesantren, NU merupakan pemimpin umat, bukan pemimpin sebagian umat. NU harus berpihak pada kepentingan semua umat, karena pemimpin yang hanya memihak sebagian umat bukanlah pemimpin umat. (Saifuddin Ihsan/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sunnah Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Indonesia Muhammadiyah Sang Pencerah Islam. NU Bukan Calo Lima Tahunan di Sang Pencerah Muslim ini merupakan bukan asli tulisan admin, oleh karena itu cek link sumber.

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock