Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Juli 2017

IPPNU Usung Antidiskriminasi Pendidikan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mengagendakan pembahasan pendidikan yang antidiskiriminasi dalam Kongres XVI IPPNU akhir November (30/11) di Palembang.



IPPNU Usung Antidiskriminasi Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)
IPPNU Usung Antidiskriminasi Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)

IPPNU Usung Antidiskriminasi Pendidikan

Peserta kongres dari pelbagai wilayah di Indonesia akan menanggapi dan memberikan strategi alternatif ke depan bagi kebijakan pendidikan.

Isu tersebut digali dari laporan United Nation Development Program, UNDP tentang indeks pembangunan manusia (Human Development Index, HDI) yang menempatkan Indonesia pada tahun 2011 pada peringkat ke 124 dari 187 negara. Posisi pembangunan manusia Indonesia menurun dari peringkat 108 pada tahun 2010.

Sang Pencerah Muslim

Indeks pembangunan manusia itu menghubungkan kualitas pendidikan dengan faktor ekonomi. Keduanya saling mempengaruhi. Kedua faktor itu secara signifikan, mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

IPPNU menilai bahwa kualitas pendidikan saat ini masih rendah. Sedangkan sejumlah institusi pendidikan dengan kualitas sumber daya pengajar dan fasilitas yang memadai hanya dapat diakses oleh segelintir warga; yang mampu.

Pemerataan pendidikan layak bagi masyarakat belum terwujud. Pendidikan dengan kualitas yang memadai masih menjadi barang mewah. Pendidikan dengan sarana dan kualitas SDM tenaga pengajar, belum dapat dijangkau oleh semua lapisan sosial di Indonesia.

Berdasarkan data di atas, IPPNU menilai akses pendidikan di Indonesia saat ini belum mewakili gagasan pendidikan nasional yang diprogramkan oleh pemerintah. Pendidikan nasional dengan persoalan ketersediaan SDM pengajar, diskriminasi akses, dan fasilitas pendidikan, masih jauh dari harapan.

IPPNU melalui kesempatan kongresnya yang ke-16 akan memanfaatkan posisinya sebagai kekuatan strategis untuk mengikis kesenjangan tersebut. Pembahasan isu pendidikan yang paling mendasar ini diharapkan menghasilkan putusan-putusan alternatif dan rekomendasi solutif dalam mengatasi kebuntuan pendidikan nasional. 

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis   : Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 28 Mei 2017

Ketum GP Ansor: Kenapa Radikalisme Islam Saya Lawan?

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyatakan menolak radikalisme Islam meski ia bersyahadat yang sama dengan kelompok radikal. Di akun Twitter pribadinya ia mengaku mendapat pesan langsung dari seseorang yang penasaran dengan alasan yang mendasari sikapnya itu.

Ketum GP Ansor: Kenapa Radikalisme Islam Saya Lawan? (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketum GP Ansor: Kenapa Radikalisme Islam Saya Lawan? (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketum GP Ansor: Kenapa Radikalisme Islam Saya Lawan?

“Pertama, karena mereka (kelompok radikal, red) menolak orang Islam di luar kelompoknya. Di mata mereka, saya ini kafir,” katanya, Kamis (4/2) malam. Ia menegaskan menolak gagasan kelompok radikal yang mengafirkan semua orang di luar mereka.

Kedua, lanjutnya, agenda radikalisme itu merebut kekuasaan negara. Di sini, tentu mereka akan mengubah NKRI menjadi khilafah atau negara Islam. “Bagi saya, ini persoalan serius yang semestinya menjadi kesadaran setiap warga negara yang waras. Yang ingin negara ini tegak sampai kapan pun,” tambah pria yang biasa dipanggi Gus Tutut ini.

Sang Pencerah Muslim

“Pegangan saya, prinsip yang diajarkan Rasulullah. Bahwa setiap yang sudah bersyahadat haram darahnya, hartanya, kehormatannya. Nggak boleh diganggu,” tutur Gus Tutut.

Sang Pencerah Muslim

Tentang siapa yang berpotensi menjadi radikal, menurutnya sederhana, yakni mereka yang terasing dari kumpulannya, komunitas atau masyarakatnya. “Mereka yang bergabung dengan kelompok radikal, saya berani pastikan orang yang bermasalah di lingkungannya,” ujarnya. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Pahlawan, Daerah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 27 Mei 2017

Djarot Saiful Hidayat: Tokoh Besar Lahir dari Pesantren

Jombang, Sang Pencerah Muslim - Pesantren telah memberikan sumbangsih besar bagi lahirnya para ulama dan tokoh dengan reputasi nasional hingga internasional. Karenanya, para santri tidak perlu minder belajar di pesantren.

Penegasan ini disampaikan Djarot Saiful Hidayat saat memberikan motivasi kepada ratusan siswa di SMA Pesantren Sains atau Trensains Tebuireng Jombang, Jumat (11/11).

Djarot Saiful Hidayat: Tokoh Besar Lahir dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Djarot Saiful Hidayat: Tokoh Besar Lahir dari Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Djarot Saiful Hidayat: Tokoh Besar Lahir dari Pesantren

Di hadapan ratusan santri, Djarot berpesan agar para santri tidak berkecil hati. Karena, para santri juga mampu berprestasi.

Sang Pencerah Muslim

"SMA Trensains ini baru tiga tahun berdiri, namun sudah 46 prestasi diraih baik di tingkat regional maupun internasional, jadi jangan berkecil hati," katanya disambut tepuk tangan ratusan siswa yang hadir.

Mantan wali kota Kediri ini kemudian menyebut sejumlah tokoh seperti KH M Hasyim Asyari, KH A Wahid Hasyim, serta beberapa ulama besar juga lahir di pesantren. Karena itu, wakil gubernur DKI Jakarta nonaktif ini mengingatkan berbagai kalangan untuk tidak mengangap remeh pesantren.

"Karena pesantren mampu mencetak orang-orang sukses dan mandiri. Konsep kemandirian dan kerja sama menjadi dasar pendidikan di pesantren," terangnya.

Sang Pencerah Muslim

Usai di SMA Trensains, Djarot melakukan ziarah ke pemakaman Pesantren Tebuireng. Didampingi KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), rombongan melakukan tabur bunga dan berdoa di pusara keluarga besar pesantren tersebut.

Usai dari Tebuireng, Djarot melakukan ziarah ke makam mantan Presiden RI, Soekarno di Blitar. (Ibnu Nawawi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Mei 2017

PCNU Banyuwangi Sebut Jumlah Fantastis Hewan Kurban Nahdliyin Tahun Ini

Banyuwangi, Sang Pencerah Muslim - Hari raya Idul Adha tahun ini, warga NU cukup antusias dalam berkurban. Menurut tabulasi yang dilakukan oleh PCNU, jumlah kurban warga NU di seluruh Banyuwangi berdasarkan data terakhir mencapai 15.952 ekor dengan rincian 2.194 ekor sapi, 13.642 kambing, dan 166 ekor domba.

"Data ini kita dapat dari laporan masing-masing ranting NU ke MWCNU di masing-masing kecamatan. Kemudian, dilaporkan ke PCNU Banyuwangi untuk ditabulasi," kata Wakil Sekretaris PCNU Banyuwangi Haikal Kafili yang bertugas melakukan pendataan.

PCNU Banyuwangi Sebut Jumlah Fantastis Hewan Kurban Nahdliyin Tahun Ini (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Banyuwangi Sebut Jumlah Fantastis Hewan Kurban Nahdliyin Tahun Ini (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Banyuwangi Sebut Jumlah Fantastis Hewan Kurban Nahdliyin Tahun Ini

Kurban-kurban ini selain disalurkan langsung melalui pengurus NU juga disalurkan melalui takmir masjid, mushalla, dan TPQ di bawah naungan NU. "Ini data akumulatif dari seluruh kurban, baik yang disalurkan oleh pengurus NU, maupun di lembaga-lembaga lain di bawah naungan NU Banyuwangi," imbuh Haikal.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, Ketua PCNU Banyuwangi KH Masykur Ali menilai geliat warga NU untuk berkurban merupakan panggilan ilahiah sekaligus panggilan sosial untuk berbagi dengan masyarakat yang kurang mampu.

"Selain itu, kurban merupakan napak tilas keteladanan, ketulusan hati dan ketakwaan Nabi Ibrahim AS dalam mematuhi perintah Allah SWT," ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Kiai Masykur menegaskan, segala sesuatu yang dimiliki manusia merupakan titipan. "Oleh karena itu dalam konteks kehidupan sosial kita mesti ikhlas berbagi dengan kaum yang kurang beruntung," pungkasnya. (Ay-Noe/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 11 Maret 2017

Hati-Hati Tawaran Umrah Super Murah

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil meminta masyarakat agar berhati-hati dengan penawaran umrah supermurah, terlebih untuk saat ini terdapat agen perjalanan yang menawarkan paket lengkap senilai Rp15 juta.

Hati-Hati Tawaran Umrah Super Murah (Sumber Gambar : Nu Online)
Hati-Hati Tawaran Umrah Super Murah (Sumber Gambar : Nu Online)

Hati-Hati Tawaran Umrah Super Murah

"Kami menengarai ada umrah supermurah. Dirjen PHU ini tidak mau hanya jadi penonton atas fenomena itu tetapi menindaklanjutinya dengan pendekatan penegakkan hukum," kata Abdul di kantornya, Jakarta, Senin.

Umrah supermurah sejauh ini menjadi strategi pemasaran sejumlah agen perjalanan wisata religi. Terkadang harga yang ditawarkan kurang masuk akal, seperti Rp15 juta sudah paket lengkap. Padahal uang sejumlah itu biasanya hanya cukup untuk digunakan sebagai biaya transportasi saja.

Sang Pencerah Muslim

"Maka dari itu, pastikan fasilitas yang ditawarkan paket itu benar-benar ada atau tidak. Misalkan mereka menawarkan hotel nyaman tapi ditemui di lapangan sebaliknya maka sebaiknya dilaporkan saja," kata dia.

Abdul menyarankan masyarakat selalu jeli dan kritis terhadap penawaran paket umrah supermurah. Lebih jauh, dia mengharapkan mereka mau mengecek agen umrah itu resmi atau tidak.

Sang Pencerah Muslim

"Cek di laman haji.kemenag.go.id saja untuk memastikan agen itu resmi atau tidak. Jika di laman tidak ada agen itu maka bisa dipastikan itu tidak resmi. Terdapat 655 Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) resmi dan di luar itu pasti tidak resmi karena saat ini sudah dilakukan moratorium pemberian ijin PPIU," kata dia.

Lebih lanjut dia menyampaikan lima cara agar masyarakat terhindar dari permainan PPIU nakal. Di antaranya dengan memastikan agen perjalanan itu resmi, memastikan penerbangan dan jadwal keberangkatan, memastikan program layanan, memastikan hotel dan terakhir agar memastikan visa.

"Apabila kelima hal itu sudah dilakukan dengan baik maka kemungkinan jemaah umrah terlantar tidak terjadi," katanya.

Sebagaimana diberitakan pada akhir 2014, sebanyak 240 jamaah umroh asal Indonesia terlantar di Bangkok, Thailand. Mereka terlantar di negara tersebut karena belakangan diketahui pesawat yang dipakai tidak memiliki izin mendarat d Jeddah, Arab Saudi.

Pada medio Januari 2015 juga terjadi penelantaran 659 jamaah umroh oleh agen nakal.

Terdapat juga kasus lain ketika jamaah umroh bisa melakukan ibadahnya tetapi mereka tidak dapat pulang karena diduga ada kesalahan teknis dari agen perjalanan dalam pengurusan visa jamaah.

Umroh sendiri dikatakannya semakin diminati masyarakat akibat antrian jemaah haji Indonesia.

Untuk berhaji mereka harus mengantri 16-20 tahun sehingga ada kecenderungan masyarakat untuk menunaikan ibadah umrah.

Pada Januari 2015, kata Abdul, jumlah jemaah umroh menunjukkan angka yang besar mencapai 135.000 dan diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir tahun. (antara/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Kajian Sunnah Sang Pencerah Muslim

Senin, 21 November 2016

Sikap Final NU Atas Sistem Khilafah

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Peserta Musyawarah Nasional Alim Ulama NU 2014 memandang Islam sebagai agama mewajibkan umatnya untuk membentuk sebuah pemerintahan dan mengangkat pemimpin yang menegakkan hukum agar tidak terjadi chaos (nashbul imamah). Namun, Islam tidak menunjuk satu bentuk negara dan sistem pemerintahan tertentu.

Sikap Final NU Atas Sistem Khilafah (Sumber Gambar : Nu Online)
Sikap Final NU Atas Sistem Khilafah (Sumber Gambar : Nu Online)

Sikap Final NU Atas Sistem Khilafah

Berkaca pada khazanah sumber hukum dan sejarah Islam, agama Islam memberikan wewenang penuh kepada umatnya untuk mengatur dan merancang sistem pemerintahan sesuai kondisi zaman, tempat, dan kesiapan pranatanya.

“Bagi Islam, negara dan pemerintahan dianggap sah bukan karena bentuknya, tetapi substansinya. Dengan kata lain, Islam mengukur keabsahan bentuk sebuah negara sejauhmana negara secara konstitusional dan pemerintah sebagai penyelenggara negara melindungi dan menjamin warganya mengamalkan ajaran agamanya,” kata Rais Syuriyah PBNU KH Ishomuddin, pemimpin sidang komisi Diniyah yang membacakan hasil musyawarah sedikitnya 40 kiai NU yang datang dari setiap provinsi di Indonesia, Sabtu (1/11) malam.

Sang Pencerah Muslim

Forum ini juga membahas hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan khilafah. Mereka menyangsikan kualitas hadits tersebut. “Mengingat hadits ini diriwayatkan oleh Habib bin Salim, seorang rawi yang kredibiltasnya diragukan di kalangan ahli hadits,” kata Katib Aam PBNU Malik Madani.

Sang Pencerah Muslim

Forum para kiai ini juga menegaskan, Islam melihat substansi negara dengan teritorialnya sebagai tempat yang kondusif bagi kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi warganya. Mereka menggunakan ungkapan, Al-‘ibratu bil Jauhar la bil Mazhhar (Yang menjadi pegangan pokok adalah substansi, bukan simbol atau penampakan lahiriyah).

Khilafah itu memang fakta sejarah, pernah dipraktikkan di masa Al-Khulafa’ur Rasidyun yang sesuai dengan eranya di mana kehidupan manusia belum berada di bawah naungan negara bangsa (nation state).

“Pasalnya, perangkat pemerintahan dan kesiapan masyarakat saat era khilafah masih sederhana. Pada saat itu belum ada birokrasi yang tersusun rapi seperti sekarang, sehingga dibutuhkan orang dengan kemampuan lebih dalam pelbagai hal untuk menjadi khalifah. Sementara sekarang, kondisi masyarakat dan kesiapan pranata pemerintahan yang terus berkembang, menuntut bentuk pemerintahan yang berbeda lagi,” kata Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Mas’udi dalam forum.

Peserta musyawarah menegaskan, upaya memperjuangkan khilafah sebagai bentuk masyarakat ideal menjadi sebuah utopia. Dengan demikian, memperjuangkan tegaknya nilai-nilai substantif ajaran Islam seperti keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran dalam sebuah bentuk apapun negara, jauh lebih penting daripada memperjuangkan tegaknya simbol-simbol negara Islam yang bersifat partikular.

Untuk itu. Dalam konteks bentuk pemerintahan Indonesia, peserta musyawarah mendorong pemerintah dan mewajibkan umat Islam untuk menangkal setiap jalan dan upaya munculnya gerakan yang mengancam NKRI. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits, Aswaja, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 08 September 2015

Doa agar Cepat Keluar dari Petaka dan Nahas

Rasulullah SAW mengajarkan suatu kalimat kepada Sayidina Ali RA untuk dibaca ketika mengalami sebuah kesengsaraan dan kesulitan. Dengan membaca kalimat ini, insya Allah orang yang terkena musibah akan keluar dari impitan kesulitannya.

Berikut ini doa yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Sayidina Ali RA.

Doa agar Cepat Keluar dari Petaka dan Nahas (Sumber Gambar : Nu Online)
Doa agar Cepat Keluar dari Petaka dan Nahas (Sumber Gambar : Nu Online)

Doa agar Cepat Keluar dari Petaka dan Nahas

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Bismillâhir rahmânir rahîm. Walâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm

Sang Pencerah Muslim

Artinya, “Dengan nama Allah yang maha pengasih, lagi maha penyayang. Tiada upaya dan daya kecuali dengan bantuan Allah yang maha tinggi lagi maha agung.”

Siapa yang membaca doa ini, niscaya Allah palingkan orang tersebut dari petaka yang tengah dideritanya. Doa ini dicantumkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkar. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 26 Agustus 2015

Ikranegara: Ada Ruh di Film Sang Kiai

Ikranegara, untuk memerankan Hadratus Syaikh KH Hasyim Ay’ari melakukan riset tentang kehidupan dan kepribadian Rais Akbar NU itu di Tebuireng. Ia berkesimpualan, meskipun sudah tua, Kiai Hasyim tidak lembek dan bungkuk.

Selama riset di Tebuireng, ia “menemukan” yang dia sebut “ruh” yang dikaitkan dengan surah Al-Ashri. Lalu bagaimana pengalaman dia selama memerankan pendiri? NU itu, apa pentingnya nonton film tersebut,? dan pandangan dia terhadap? pesantren? Abdullah Alawi dari Sang Pencerah Muslim berhasil mewawancari Ikranegara di Jakarta Teater, Jakarta, Kamis (23/5), selepas nonton bersama dengan Wakil Presiden RI Boediono.

Ikranegara: Ada Ruh di Film Sang Kiai (Sumber Gambar : Nu Online)
Ikranegara: Ada Ruh di Film Sang Kiai (Sumber Gambar : Nu Online)

Ikranegara: Ada Ruh di Film Sang Kiai

Setelah memerankan KH Hasyim Asy’ari, bagaimana pandangan Anda terhadap dia?

Selama ini kan beliau kita kenal sebagai salah seorang pahlawan nasional. Itu lama saya tahu. Tapi yang ini, terutam sekali peran saya pada dia dalam usia 70 tahun ini, biasanya kan ada semacam stereotipe lembek, bungkuk, bertongkat. Ternyata dia tidak begitu, setelah saya tanya-tanya pada orang di Tebuireng sana. Dan saya sendiri umurnya 70 tahun, juga nggak bungkuk-bungkuk. Jadi, ada persamaan itu. Selain itu juga tidak cukup hanya sekadar akting, tapi ada yang bisa disebut akting plus, karena dalam? hal ini ada “ruh”. Ruh dia itu ternyata menurut saya ada di dalam Surah Al-Ashri? di dalam Al-Quran. Saya sebagai aktor tidak cukup mengandalkan kemampuan akting, tetapi ruh itu sendiri, sehingga saya harus menghayati terus surah itu.

Sang Pencerah Muslim

Dari mana tahu itu?

Sang Pencerah Muslim

Setelah melakukan riset di? sana ya muncul saja. Ketika sedang riset kita menemukan sesuatu yang tidak kita tahu. Itu kesimpulan saja. Dan itu akhirnya jadi pegangan bagi saya memerankan ini. Setiap manusia kan tidak psikologi saja. Akting itu kan psikologi saja, ini ternyata ada yang namanya ruh, jiwa, yang walaupun orangnya sudah mati, ruh itu akan terus. Kalau psikologi akan hilang ketika mati, tapi ruh akan terus jalan, dan itu saya temukan dalam surah Al-Ahsri, surah yang pendek sekali. ?

Apa pentingnya memilmkan semacam tokoh KH Hasyim Asy’ari?

Ya, pertama tokoh ini kurang dikenal. Entah kenapa? Tetapi sebenarnya jasanya sangat besar. Maka itu, pantaslah ini untuk difilmkan. Dan juga problemnya dia itu tak mau dibesar-besarkan. Dari keluarganya juga sulit kalau mau dibikin riwayat hidup. “jangan, jangan, dibesar-besarkan, nanti orang memuja-muja”. Akhirnya diizinkan sebatas perjuangannya sebagai? seorang pejuang.

Kesulitan apa memerankan dia?

Saya mencoba bermain dengan semaksimal mungkin. Kesulitannya begini, memerankan peran orang yang sudah dikenal orang, tidak cukup dengan akting yang bagus saja, tetapi harus berhasil dikenal oleh orang yang kenal beliau. Tidak cukup dengan akting yang bagus saja, tetapi harus berhasil diterima orang yang kenal beliau, misalnya keluarga-keluarganya. Ketika keluarga dan orang-orang yang kenal beliau ini mereka bilang, “Wah, ini hidup”. Waktu itu saya merasa bukan hanya sekadar aktor, tapi aktor plus yang tidak mudah dicapai karena itu saya bahagia sekali dan saya mengucurkan air mata ketika mereka mengatakan, “Seperti itulah Mbah Hasyim,”.

Apa pentingnya nonton film ini?

Sangat penting terutama generasi muda, dan generasi tua seperti saya ini yang sudah 70 tahun ini yang sudah memikirkan masalah ruh. Ruh itu kan, kalau jasad sudah mati, tapi ruh tetap hidup. Ruhnya itulah yang saya temukan di dalam hidup dalam surat Al-Asri itu.

Setelah memerankan KH Hasyim Asy’ari, bagaimana pandangan Anda terhadap pesantren?

Saya sendiri orang pesantren. Waktu masih SD, saya belajar ngaji sampai khatam Al-Quran, tajwid di pesantren. Saya lahir di Bali. Karena saya dibesarkan di perkampungan Islam. Di sana ada tiga pesantren. Saya belajar dari salah satu pesantren, tapi nggak pernah nginap di pesantren. Ayah saya mungkin berpikir pesantren ini bagus untuk pendidikan agamanya, sedangkan sekolah biasa itu bagus untuk pandangan duniawinya, kasarnya begitu.

Terkait dunia pergerakan kemerdekaan, menurut Anda kenapa pesantren turut berjuang mengusir penjajah?

Ya, bagi orang pesantren ajaran Islam itu kan melawan kejahatan itu kan amar ma’ruf nahi munkar ya. Menegakkan kebenaran dan melawan kejahatan itu jihad fi sabilillah.

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Syariah, Makam Sang Pencerah Muslim

Jumat, 15 Mei 2015

Buka LSN Jatim I di Ponorogo, Menpora Naik Reog

Ponorogo, Sang Pencerah Muslim - Kedatangan Menpora RI H Imam Nahrawi dalam rangka membuka Kickoff Liga Santri Nusantara (LSN) Region Jawa Timur I di stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo, Kamis (28/8) sore, disambut oleh tari-tarian dan pertunjukan Reog Ponorogo. Menpora berkesempatan menaiki topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari burung merak itu.

Setelah berada di atas kepala reog, sambil diiringi jathilan, warok, dan tabuhan gamelan, Nahrawi kemudian dibawa ke tengah lapangan stadion sambil melambaikan tangan kepada para santri dan penonton yang memenuhi sudut Stadion Batoro Katong.

Buka LSN Jatim I di Ponorogo, Menpora Naik Reog (Sumber Gambar : Nu Online)
Buka LSN Jatim I di Ponorogo, Menpora Naik Reog (Sumber Gambar : Nu Online)

Buka LSN Jatim I di Ponorogo, Menpora Naik Reog

Ia tampak senang saat berada di atas kepala singa yang menjadi simbol kekuatan kesenian itu. Para juru warta tidak ingin ketinggalan mengabadikan momen langka tersebut. Mereka berebut mengambil gambar dari berbagai sudut.

“Terima kasih banyak. Saya sangat senang. Sampai sini (stadion) langsung disambut oleh kesenian Reog Ponorogo,” ujar Menpora.

Sang Pencerah Muslim

Reog Ponorogo dibawakan oleh oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam yang dipoles warna-warni. Sementara 6-8 gadis dengan keanggunannya membawakan tarian tradisional khas kesenian Reog. Selain itu, Menpora bersama para hadirin juga disuguhi atraksi dari pendekar Pagar Nusa yang menunjukkan kebolehan dalam ilmu beladiri dan tenaga dalam.

Sang Pencerah Muslim

Bupati Ponorogo H Ipong Muclissoni berterima kasih atas kehadiran Menpora RI di Kota Reog ini. Ia mengatakan, Ponorogo dikenal sebagai kabupaten seribu pesantren.

“Pak Menteri, di Ponorogo ini ada sekitar 200 lebih pesantren. Bila Jombang dikenal dengan kota santri, maka Ponorogo pun sebenarnya merupakan kota santri,” kata H Ipong di hadapan Menpora.

Terkait pelaksanaan LSN di Ponorogo, Ipong mengapresiasi kerja sama antara Pemkab Ponorogo dan Panitia Pelaksana LSN. Bahkan LSN Region Jatim I dapat dirangkai dengan Piala Bupati Ponorogo U 18. Ia optimis LSN dapat berjalan sesuai harapan dan mampu menjadi media untuk pembinaan sepakbola santri pesantren.

Tampak hadir pada pembukaan LSN Region Jatim I yang meliputi Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, dan Pacitan, Ketua PP RMI NU KH Abdul Ghoffar Rozin, Koordinator Nasional Ayo Mondok KH Luqman Harits Dimyathi, Pengurus PCNU Ponorogo, Ketua RMI Ponorogo Gus Munir, Koordinator LSN Region Habib Mustofa, para kiai, para gus, dan para ribuan santri dari pesantren peserta LSN. (Zaenal Faizin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Hadits Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 25 Oktober 2014

Mentan Ajak Pemuda Bekerja Keras, Jangan Andalkan Proposal

Makassar, Sang Pencerah Muslim

Menteri Pertanian Republik Indonesia Andi Amran Sulaiman menyampaikan kuliah umum di hadapan 2000 mahasiswa dan mahasiswi baru Universitas Islam Makassar Sabtu (15/10) di Auditorium KH Muhyiddin Zain UIM Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 9.

Dalam kuliah umumnya, ia memotivasi kepada mahasiswa baru, jangan dibiasakan “menenteng” proposal untuk memenuhi kegiatan semisal organisasi karena sesungguhnya Islam mengajarkan tangan di atas lebih mulia dari pada tangan di bawah. Menurut dia, anak muda harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhannya.

Mentan Ajak Pemuda Bekerja Keras, Jangan Andalkan Proposal (Sumber Gambar : Nu Online)
Mentan Ajak Pemuda Bekerja Keras, Jangan Andalkan Proposal (Sumber Gambar : Nu Online)

Mentan Ajak Pemuda Bekerja Keras, Jangan Andalkan Proposal

Soal kerja keras, ia bercerita sewaktu dilantik banyak yang meragukan kinerja Kementerian Petanian. Selama 6 bulan pihaknya tidak melakukan sosialisasi apa pun kepada media massa. Kementan berkeliling kurang lebih ke 300 kabupaten di Indonesia untuk mencari persoalan yang menghambat kemajuan pertanian dan ditentukan solusinya.

Sang Pencerah Muslim

“Akhirnya kami mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, Alhamdulillah hasil pertanian kita meningkat tajam,” ungkapnya pada kegiatan bertema "Peran Perguruan Tinggi dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan.”

Kementan, sambungnya, juga punya komitmen memberantas korupsi. Kementan bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi, kejaksaan dan kepolisian mendampingi kerja-kerja Kementan.

Sang Pencerah Muslim

“Saat ini KPK memiliki ruang kerja di Kementerian Pertanian untuk mengawasi seluruh kinerja kami. Selain itu biaya perjalanan kita kurangi dan mengalihkan untuk membeli traktor yang diperuntukkan petani,” terangnya seraya menyebutkan, saat ini Kementerian Pertanian mengeluarkan kebijakan dalam mengurangi impor.

Kepada seluruh mahasiswa dan mahasiswi UIM, ia berharap untuk meningkatkan tugasnya yaitu studi sesuai jurusan masing-masing.

“Belajar, belajar, dan belajar. Kami berharap kepada seluruh stakeholder UIM berkontribusi memajukan pertanian,” pintanya.

Sebelumnya, Rektor UIM Majdah Agus Arifin Numang berkisah, pada tahun 1980-an ada anekdot di tengah masyarakat dalam bentuk pertanyaan, apa bahasa Arab universitas di tengah sawah?

Jawabannya, kata Ketua Muslimat NU Sulawesi Selatan ini, adalah Al-Gazali sebab pada waktu, UIM masih bernama STAI Al-Gazali dan STIP Al-Gazali yang berada di pesawahan.

“Alhamdulillah saat ini UIM terus berbenah, bersama-sama Pengurus Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan serta Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali tak henti-hentinya membangun sarana dan prasarana kampus yang kita cintai,” jelasnya yang disusul dengan melaporkan saat ini UIM memiliki program desa sejahtera, mandiri dan berkarakter yang dikerjasamakan dengan Kementerian Sosial RI.

Hadir pada kesempatan tersebut, Sekretaris Yayasan KH Abd Kadir Saile, Wakil Rektor I Prof Arfin Hamid, Wakil Rektor II Saripuddin Muddin, Wakil Rektor III Abd Rahim Mas P Sanjata, Wakil Rektor IV Muammar Bakry, Direktur PPS Nurul Fuadi, Dekan FKIP Arfah Shiddiq, Dekan Fak. Ilkes Rivai Pakki, Dekan Fak. Pertanian La Sumange, Dekan Sastra Prof Abd Jalil, Dekan Fak. Teknik Suradi. (Andy Muhammad Idris/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Lomba Sang Pencerah Muslim

Rabu, 03 September 2014

Ayo, Hadiri Haul Gus Dur di Ciganjur Besok

Jakarta, Sang Pencerah Muslim



Peringatan Haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang ke-7 akan dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Desember 2016 pukul 19.00 WIB di komplek Al-Munawwaroh Jalan Warung Silah 10 Ciganjur, Jakarta Selatan.

Pada haul kali ini, menurut Ketua Panitia Alissa Wahid sebagaimana disampaikan siaran persnya, mengangkat tema Ngaji Gus Dur: Menebar Damai, Menuai Rahmat.?

Ayo, Hadiri Haul Gus Dur di Ciganjur Besok (Sumber Gambar : Nu Online)
Ayo, Hadiri Haul Gus Dur di Ciganjur Besok (Sumber Gambar : Nu Online)

Ayo, Hadiri Haul Gus Dur di Ciganjur Besok

Menurut dia, sejumlah tokoh nasional, ulama, dan seniman akan hadir di antaranya KH Ahmad Mustofa Bisri, KH Said Aqil Siroj, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Habib Umar Muthohar, Putu Wijaya, Cici Paramida, Acep Zamzam Noor..

Dalam rangka mengenang, mengambil pelajaran dan meneruskan perjuangan Gus Dur, serangkaian agenda pun siap digelar: seperti tahlil, maulid nabi besar muhammad saw, taushiyah, doa bersama, deklarasi damai, dan pembacaan puisi.

Tak ketinggalan pula, acara ini akan dimeriahkan oleh penampilan band musik tradisi Kunokini. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Olahraga, Hikmah, Cerita Sang Pencerah Muslim

Jumat, 30 Mei 2014

Kunjungi Tebuireng, Menkes Resmikan Bakti Kesehatan Nasional

Jombang, Sang Pencerah Muslim - Menteri Kesehatan RI Nila F Moeloek mengunjungi Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (11/3). Ia hadir dalam rangka pembukaan bakti kesehatan nasional telinga, pendengaran, dan mata yang digagas Perhimpunan Dokter Spesialis THT Bedah Tenggorok Indonesia (Perhati KL).

Ketua Umum Pengurus Pusat Perhati KL Soekirman Soekin menuturkan, kegiatan ini melibatkan 200 dokter spesialis THT dan mata yang datang dari berbagai daerah. "Dalam tiga hari ke depan, tim kami akan melakukan kegiatan bersih-bersih telinga (BBT) bagi 5.000 santri," ujar Soekirman.

Kunjungi Tebuireng, Menkes Resmikan Bakti Kesehatan Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Kunjungi Tebuireng, Menkes Resmikan Bakti Kesehatan Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Kunjungi Tebuireng, Menkes Resmikan Bakti Kesehatan Nasional

Selain BBT Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) juga akan melakukan operasi katarak bagi 30 pasien. "Kami berterima kasih atas dukungan kolega dari Perdami yang turut bergabung dan meramaikan bakti kesehatan nasional ini," imbuhnya.

Sang Pencerah Muslim

Menkes Nila Moeloek mengapresiasi kegiatan yang digelar oleh Perhati KL. Pasalnya, selama ini banyak anak yang mengalami gangguan pendengaran karena kotoran telinganya sudah mengeras. "Kotoran atau serumen tersebut bisa dikeluarkan dengan bantuan dokter THT," kata guru besar Universitas Indonesia tersebut.

Selain kotoran dan kebisingan, telinga anak-anak saat ini juga terancam gangguan akibat pemakaian gawai (gadget). "Saya tadi ke sini mengajak cucu saya, agar dia bisa lihat pesantren. Tapi, sepanjang jalan, kupingnya malah ditutup gadget untuk mendengarkan musik," tutur Nila.

Menkes juga mengingatkan potensi gangguan penglihatan yang dialami masyarakat Jawa Timur. "Angka kebutaan dan katarak di Jatim tertinggi di Indonesia, sekitar 4,4 persen. (angka ini) tertinggi secara nasional," kata dokter spesialis mata ini.

Sang Pencerah Muslim

Selain meresmikan bakti kesehatan nasional, Menkes Nila juga menyerahkan secara simbolik 2,5 ton makanan tambahan bagi 1.400 santri Tebuireng. Juga, bantuan 500 alat bantu dengar yang diberikan oleh Starkey Foundation dan THT Promotif Kit dari BPJS Kesehatan.

Di tempat sama, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menyampaikan terima kasih atas dipilihnya Pesantren Tebuireng sebagai tuan rumah bakti kesehatan nasional ini. Gus Sholah juga mengatakan, peran pesantren dalam pembangunan bidang kesehatan, termasuk dalam kampanye keluarga berencana dan larangan merokok.

"Pesantren Tebuireng juga telah lama memelopori larangan merokok di lingkungan pesantren," kata adik kandung Gus Dur ini.

Tampak hadir dalam kunjungan Menkes, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso, Wakil Bupati Jombang Mundjidah Wahab, dan mantan Kepala Dokter Kepresidenan dr. Umar Wahid. Juga jajaran direksi BPJS Kesehatan dan Direktur RSUD Jombang Pudji Umbaran. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, RMI NU, Bahtsul Masail Sang Pencerah Muslim

Jumat, 18 April 2014

Jelang Konfercab, PMII Jombang Diimbau Evaluasi Diri

Jombang, Sang Pencerah Muslim

Nuansa politik pada Konferensi Cabang (Konfercab) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sering lebih mendominasi, terutama dalam memilih pimpinan atau ketua baru. Hal ini mengakibatkan pola kepemimpinan pada periode-periode tertentu cendrung tak maksimal dalam menjalankan mandat pergerakannya.

Kondisi tersebut menjadi kajian serius di kalangan para alumni PMII Jombang menjelang Konfercab XXV yang bakal digelar Pengurus Cabang PMII setempat. Panitia pelaksana Konfercab juga sudah terbentuk pada beberapa pekan lalu.

Jelang Konfercab, PMII Jombang Diimbau Evaluasi Diri (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang Konfercab, PMII Jombang Diimbau Evaluasi Diri (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang Konfercab, PMII Jombang Diimbau Evaluasi Diri

Ahmad Samsul Rijal, Sekretaris Ikatan Alumni PMII (IKA PMII) Jombang mendorong PMII Jombang melakukan evaluasi-evaluasi terlebih dahulu dalam bentuk kegiatan pra-Konfercab. Hal ini akan lebih membantu memantapkan Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII, program kerja ke depan dan juga dalam pergantian kepemimpinan.

Sang Pencerah Muslim

“Harus ada pra-Konfercab, karena konfercab itu kan merupakan forum tertinggi untuk merumuskan dan mengganti pimpinan dan untuk memantapkan nilai-nilai dasar pergerakan termasuk juga program kerja,” katanya kepada Sang Pencerah Muslim saat ditemui di kantor PCNU Jombang, Selasa (19/1) siang.

Sang Pencerah Muslim

Rijal tidak menampik adanya kelemahan dan kekurangan dalam kurun waktu satu tahun ini. Kelemahan dan kekurangan tersebut tidak bisa hanya dirumuskan dan dijawab dalam forum Konfercab karena berpotensi tidak kondusif dan mengulur waktu.

Ia mengimbau adanya pra-Konfercab tersebut juga difasilitasi Majelis Pembina Cabang (Mabincab) dan alumni PMII yang lain secara teknis pelaksanaan dan rumusannya. “Pematangan ini bisa dibantu oleh para Mabincab dan alumni dengan catatan tidak lagi mensamarkan jenis kelamin PMII. Keterlibatan alumni itu untuk memperjelas dan mempertegas kondisi tersebut,” imbaunya.

Rijal yang juga sebagai wakil sekretaris PCNU Jombang optimis jika pra-Konfercab bisa dilakukan dengan maksimal, pelaksanaan Konfercab akan jauh lebih kondusif dan lebih matang pola kepemimpinan PMII Jombang ke depan.

“Kalau itu memang bisa dilakukan, pra-Konfercab itu ada untuk mematangkan semuanya, saya pikir Konfercab nanti bisa lebih bagus untuk pergantian kepemimpinan, dimana mandat-mandatnya itu lebih matang dari awal dan tidak mengundang berbagai pertanuyaan,” pungkasnya. (Syamsul Arifin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Pendidikan, Pertandingan Sang Pencerah Muslim

Selasa, 26 November 2013

Salah Kaprah Kebijakan Sekolah 5 Hari

Oleh Fathoni Ahmad

Setelah setahun wacana Full Day School melalui kebijakan 5 hari sekolah digulirkan oleh suksesor Anies Baswedan, Muhadjir Effendy pada Agustus 2016 lalu, kebijakan tersebut mencuat kembali. Bahkan kabarnya sudah menjadi keputusan untuk tahun ajaran baru 2017/2018. Dengan demikian, sekolah hanya berlangsung Senin hingga Jumat dengan tambahan jam pelajaran.

Salah Kaprah Kebijakan Sekolah 5 Hari (Sumber Gambar : Nu Online)
Salah Kaprah Kebijakan Sekolah 5 Hari (Sumber Gambar : Nu Online)

Salah Kaprah Kebijakan Sekolah 5 Hari

Reaksi atas kembali mencuatnya kebijakan tersebut ramai ditanggapi sejumlah kalangan. Tidak sedikit yang menolak kebijakan Mendikbud Muhadjir Effendy tersebut. Selain merampas hak interaksi anak di tengah-tengah komunitasnya, kebijakan ini juga dinilai srampangan karena tidak melalui kajian strategis dan mendalam. Agaknya, kebijakan pendidikan yang kerap berganti seiring dengan pergantian menteri hanya menjadi tradisi berinovasi semu. Karena pada tataran praktis, perangkat pendidikan di lapangan pun hanya bisa pasrah tak berdaya dengan setiap kebijakan baru.

Setelah me-refresh memori setahun lalu, penulis seketika teringat dengan pernyataan Muhadjir Effendy ketika hendak menggulirkan full day school. Dia mengatakan, “Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orang tua mereka masih belum pulang dari kerja," kata Muhadjir Effendy, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang setahun lalu.

Praktis, alasan sederhana di ataslah yang turut menggiring Muhadjir Effendy untuk menerapkan full day school melalui kebijakan sekolah 5 hari. Namun saat itu, kebijakan tersebut mendapat banyak penolakan dari masyarakat sehingga dia beralasan akan mengadakan kajian ulang yang hingga kini tidak jelas hasilnya. Tetapi, sekonyong-konyong kebijakan tersebut langsung dilontarkan akan diterapkan tahun ajaran baru 2017/2018. Nampak Muhadjir hanya memanfaatkan surutnya sikap kritis dan protes masyarakat sehingga setelah masyarakat lupa, dia dengan mudah langsung mengeksekusi kebijakan tanpa hasil kajiannya setahun lalu.

Dengan alasan sederhana Muhadjir Effendy setahun lalu di atas, penulis juga tidak membutuhkan alasan rumit dan kajian akademis yang terlalu ndakik-ndakik untuk mengatakan bahwa kebijakan sekolah 5 hari merupakan langkah yang salah kaprah. Penilaian ini bisa diurai dari setiap variabel pernyataan yang dilontarkan oleh Muhadjir Effendy di atas.

Sang Pencerah Muslim

?

Sang Pencerah Muslim

Pertama, soal karakter anak didik yang perlahan akan terbangun. Alasan ini seharusnya tidak keluar dari mulut seorang menteri pendidikan tanpa memperhatikan realitas sosial atas edukasi mandiri yang selama ini dilakukan oleh masyarakat melalui pendidikan agama (madrasah diniyah) di sore hari setelah pulang sekolah. Dengan menerapkan kurikulum keagamaan pada diri anak-anak, apakah keberadaan madrasah diniyah kurang membangun akhlak dan karakter?

?

Sebetulnya karakter anak seperti apa yang ada dibenak seorang Muhadjir Effendy? Jelas keberadaaan madrasah diniyah mampu menopang sekaligus mendukung program revolusi mental yang selama ini digembar-gemborkan Presiden Joko Widodo sebab kurikulum madrasah diniyah memperkuat karakter religiusitas. Praktik pendidikan keagamaan melalui madrasah diniyah ini juga memberikan kesempatan ruang edukasi yang lebih luas kepada anak. Anak tidak hanya monoton berinteraksi dengan guru dan teman-teman satu sekolah, tetapi juga bersosialisasi bersama beragam anak dengan berbagai latar belakang dan karakter di lingkungannya.

?

Apa yang ada di alam ideas Muhadjir Effendy sebetulnya bisa dipahami karena generasi muda saat ini mengalami krisis karakter. Sebab itu, hendaknya kebijakan sekolah 5 hari jangan makin menambah krisis tersebut karena anak didik dipaksa keluar dari akar sosial masyarakatnya dengan minim interaksi sosial karena hanya dikurung seharian di sekolah. Meminjam KH Abdurrahman Wahid (1940-2009), karakter bangsa akan terbangun jika mereka tidak tercerabut dari akar sosial masyarakatnya sendiri. Produk dari pendidikan semua akan kembali ke masyarakat. Sebab itu, akar sosial masyarakat dimana anak didik terlahir dan tinggal jangan sampai terampas dengan mengurungnya di sekolah.

Kedua, anak didik tidak menjadi liar di sekolah. Jika alasan ini yang menjadi energi pendorong Muhadjir Effendy untuk menerapkan kebijakan full day school, maka penulis pastikan anak didik akan semakin liar karena ruang interaksi mereka semakin terbatas. Logika sederhananya, siapa pun akan berontak jika ? ruang geraknya dibatasi. Filosofi simpel ini seharusnya tidak menjadikan sistem pendidikan bangsa Indonesia serumit seperti yang selama ini dirasakan, ganti menteri, ganti kebijakan, ganti kurikulum. Seolah menjadi aib tersendiri jika menjadi menteri pendidikan tetapi tidak menelorkan kebijakan baru.

Pemerintah harus sadar betul bahwa jutaan orang tua di Indonesia menggantungkan masa depan kebaikan anaknya pada pendidikan keagamaan yang mereka lakukan setiap sore seusai pulang sekolah. Saat ini rasio kejenuhan belajar siswa harus menjadi perhatian utama. Bukan sebaliknya, mengurangi hari karena beban kerja PNS atau ASN guru sudah cukup ketika waktu belajar hanya 5 hari. Tetapi ironisnya, hal itu dengan menambah jam belajar hingga sore hari, bukan meningkatkan kualitas pengajaran.

Penulis tidak akan membandingkan sistem pendidikan di negara maju seperti Finlandia yang hanya menerapkan waktu belajar 4-5 jam. Tetapi kualitas pendidikan di salah satu negara Skandinavia itu selalu bercokol di peringkat pertama dunia sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik. Poin penting yang mereka lakukan ialah dengan terus meningkatkan kualitas pendidikan, bukan menambah jam belajar karena konsekuensi pemadatan jam selama 5 hari yang hendak dilakukan Muhadjir Effendy tersebut.

Bukan full day school, tetapi full day education

Belajar dari Finlandia, seharusnya yang diterapkan bukan full day school tetapi full day education. Dengan konsep full day education, sistem yang akan berjalan ialah peningkatan mutu dan kualitas belajar, penulis tegaskan bukan menambah jam belajar seperti konsep full day school. Finlandia telah berhasil bagaimana membangun pendidikan dengan waktu yang singkat tetapi bermakna (meaningfull) karena mendidik secara penuh. Terminologi penuh di sini bukan waktu belajar yang ditambah, tetapi kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang makin berkualitas. Bahkan Finlandia menerapkan satu kali mata pelajaran, satu kali istirahat. Mereka sadar betul anak didik memerlukan jeda untuk mengkulminasi hasil belajar mereka di kelas.

Ketiga, sambil menunggu orang tua pulang kerja. Alasan ini seperti setengah hati dalam menerapkan kebijakan 5 hari sekolah. Nampak bukan alasan akademis karena jika menilik renungan seorang teoritikus pendidikan Ivan Illich, selain dididik dengan sistem klasikal (kelas), seorang anak juga terdidik oleh alam. Bahkan berangkat dari teori naturalisasi ini, Ivan Illich menolak sistem sekolah karena dinilai monoton dan tidak membuat anak berkembang sebab interaksi yang terbatas. Apalagi jika menerapkan sistem full day school sebagai sebuah kebijakan nasional.

Belajar tak cuma sekolah

Mewujudkan sebuah sistem dengan mengorbankan sistem yang berjalan dengan baik hanya akan menciptakan benturan sosial. Tentu yang akan menjadi korban anak didik sebagai subjek utama pembelajaran. Nampaknya setiap kebijakan pendidikan nasional hanya menempatkan mereka sebagai ‘kelinci percobaan’. Artinya bukan berangkat dari kebutuhan anak didik, tetapi lebih kepada sistem baru tanpa kajian mendalam.

Bukan menjadi persoalan jika kebijakan tersebut tidak berimbas pada sistem secara nasional. Sebaliknya, menjadi permasalahan jika keputusan tersebut menjadi sebuah kebijakan nasional. Di titik inilah intervensi pemerintah terhadap sistem pendidikan nasional sangat kental selama ini. Berangkat dari Finlandia, sekali lagi penulis hanya bisa mengungkap bahwa sistem pendidikan di sana jauh dari intervensi tangan-tangan pemerintah. Kebijakan pendidikan diserahkan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan anak. Pemerintah hanya memberikan rambu-rambu, teknis dan implementasi kurikulum diserahkan dan disusun oleh stakeholder pendidikan di lapangan.

Untuk membangun karkater anak dan menjadikan agar anak tidak menjadi liar, Indonesia mempunyai jutaan lembaga pendidikan keagamaan yang sejak era penjajahan hingga sekarang berkontribusi positif terhadap pembangunan moral dan karakter generasi bangsa. Data Kementarian Agama menjelaskan, Pondok Pesantren mencapai 13.904 lembaga, 3.201.582 santri, dan 322.328 ustadz; Madrasah Diniyah Takmiliyah mencapai 76.566 lembaga, 6.000.062 santri, dan 443.842 ustadz; Pendidikan Al-Qur’an (TKA, TPA, TQA): 134.860 lembaga, 7.356.830 santri, 620.256 ustadz. Total: 225.330 lembaga, 16.558.44 santri, dan 1.386.426 ustadz.

?

Data di atas belum mencakup pesantren yang didata oleh Nahdlatul Ulama (NU) yang mencapai lebih dari 30.000 pesantren di seluruh Indonesia. Dari data di atas, tidak terpungkiri bahwa selama ini anak didik menjadikan madrasah diniyah, TPA, dan TPQ sebagai sumber belajar agama setelah pulang sekolah. Kebijakan full day school 5 hari sekolah tentu akan menutup kesempatan anak didik memperdalam ilmu agama secara fokus dan khusus di lembaga-lembaga tersebut. Dengan kata lain, lembaga pendidikan keagamaan yang selama ini mampu membangun karakter bangsa tersebut juga berpotensi terbengkalai. Apakah itu yang diinginkan Mendikbud dan Pemerintah? Wallahu a’lam bisshowab.

Penulis adalah Pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Sholawat, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Jumat, 08 November 2013

Sambut Ujian, Pelajar NU Mijen Beristigotsah

Demak, Sang Pencerah Muslim. Pengurus IPNU dan IPPNU Mijen kabupaten Demak berinisiatif mengadakan istighotsah bersama pelajar di kantor sekretariat pelajar NU Mijen desa Bermi, Mijen, Kamis (12/3) malam. Zikir dan doa ini diadakan dalam rangka menyongsong pelaksanan ujian bagi pelajar SD/SMP/SMA.

Kegiatan ini dihadiri segenap pimpinan ranting dan komisariat di lingkungan kecamatan Mijen, Demak.

Sambut Ujian, Pelajar NU Mijen Beristigotsah (Sumber Gambar : Nu Online)
Sambut Ujian, Pelajar NU Mijen Beristigotsah (Sumber Gambar : Nu Online)

Sambut Ujian, Pelajar NU Mijen Beristigotsah

Ketua IPNU Mijen Miftakhurrohman mengatakan, “Kegiatan ini selain untuk mempersiapkan kader-kader secara mental spiritual untuk hadapi ujian, juga untuk membangun kekompakan antarpengurus dan kader.”

Sang Pencerah Muslim

Senada dengan Miftah, Ketua IPPNU Mijen Kiki Fatmala berharap agenda ini menjadi sarana efektif untuk kader pelajar NU agar semakin mantap menghadapi ujian.

Sang Pencerah Muslim

Kegiatan seperti ini harus digalakkan untuk memperkuat paham Aswaja NU di kalangan pelajar, imbuh Ketua IPNU Demak Abdul Halim.

Sementara Ketua IPPNU Demak Istiqomah menegaskan, “Lafal-lafal yang dibaca dalam istighotsah sebenarnya mendorong para pembacanya untuk selalu memperbaiki diri dan bermuhasabah serta menguatkan niat dan tekad dalam mencari ilmu.” (M Agil NZ/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 08 Februari 2013

Jemaah Haji Diimbau Tak Hamburkan Uang

Makkah, Sang Pencerah Muslim
Calon jemaah haji diimbau untuk tidak menghamburkan uang  "living cost"-nya dengan berbelanja berbagai oleh-oleh selama berada di Madinah sebelum kedatangan di Mekkah.

"Keperluan para calhaj masih banyak, utamanya saat berada di Mekkah. Masa tinggal jemaah di Mekkah cukup panjang sehingga perlu dana khusus untuk makan, dan berbagai keperluan lain, seperti kalau sakit harus menyewa tandu pada tawaf dan sa’i," kata Kepala Bidang Urusan Haji Muslim Nasution  seusai pertemuan para mursyid di Wisma Haji Indonesia di Mekkah, Sabtu malam.

Dikatakan Muslim, kebijakan pemerintah saat ini adalah memberikan living cost sebanyak 1.500 riyal kepada jemaah dimaksudkan sebagai bekal selama jemaah berada di tanah suci dan dibagikan sejak dari jamaah masih berada di embarkasi di Indonesia.

"Masa tinggal mereka cukup panjang, kurang lebih 20 hari. Kalau dalam satu hari jemaah  makan 2 kali dan sekali makan 10 riyal, maka dalam sehari perlu uang 20 riyal. Jadi dibutuhkan sekitar 200 riyal untuk makan. Tetapi keperluan yang lain masih banyak," katanya.

Pengalaman sebelumnya menunjukkan sering terjadi jemaah kehabisan uang saat berada di Mekkah, karena ketika tinggal sembilan hari di Madinah uangnya dihabiskan untuk membeli barang, sehingga barang-barang yang sudah dibeli terpaksa dijual di antara sesama jemaah dengan harga murah agar bisa mendapatkan uang untuk keperluan lain.

Ia mengakui kemungkinan uang living cost bagi Jamaah Indonesia 1.500 Riyal terlalu besar,  sehingga membudayakan jamaah haji Indonesia untuk berbelanja. Jamaah haji Malaysia, ujarnya, tidak mendapatkan uang living cost.

Namun untuk menghapus living cost, ia juga keberatan karena jemaah haji Indonesia biasanya tidak memiliki uang lain selain living cost jika melaksanakan ibadah haji.Minat belanja yang sangat besar juga membuat bagasi jamaah Indonesia sering kelebihan.


"Maksimal barang bawaan jemaah adalah 35 kg, bila ada kelebihan beban akan dikenakan biaya. Kalau masih ada uang sisa, dia bisa membayar tetapi kalau tidak, terpaksai ditinggal begitu saja," katanya.

Muslim menghimbau agar para jemaah berpikir lebih panjang sebelum berbelanja, apalagi seringkali barang-barang yang ada di Arab Saudi buatan China yang sering bisa ditemui di Tanah Abang, Jatinegara atau Pasar Senen, bahkan banyak yang buatan Indonesia.(an/mkf)
 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, Tegal, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Jemaah Haji Diimbau Tak Hamburkan Uang (Sumber Gambar : Nu Online)
Jemaah Haji Diimbau Tak Hamburkan Uang (Sumber Gambar : Nu Online)

Jemaah Haji Diimbau Tak Hamburkan Uang

Senin, 03 Desember 2012

PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Maraknya kasus pelecehan, pemerkosaan, kekerasan, dan pengkerdilan atas perempuan yang tak kunjung usai di negeri ini membuat kader-kader perempuan PMII UIN Sunan Kalijaga merasa resah dan tergerak ingin melakukan gerakan baru, yang salah satunya dengan media seni.

PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance

Berangkat dari fakta itulah, Gerakan Gender Transformatif (Gerget) yang merupakan Lokus Perempuan PMII Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan drama musik teatrikal Women Arts Performance for Indonesia, yang akan dilaksanakan pada 27 Desember di Gedung Societet Militer Taman Budaya Yogyakarta (TBY) seperti dalam release yang dikirimkan ke Sang Pencerah Muslim.

Acara ini akan menampilkan puluhan kader perempuan PMII dengan berbagai model tarian dan drama yang menggambarkan potret perempuan dengan dinamika persoalannya. 

Sang Pencerah Muslim

Acara ini bertujuan agar perempuan, khususnya kader-kader PMII mempunyai kepedulian terhadap nasib perempuan yang masih jauh dari keadilan dan sebagai upaya meneruskan perjuangan tokoh perempuan terdahulu yang telah berjuang untuk mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan.

Harapannya, memalui media seni ini dapat memberikan spirit baru bagi generasi perempuan muda saat ini dalam menghadapi tatanan sosial yang ada, selain itu dengan adanya pementasan ini juga diharapkan bisa melestarikan sebagian kecil dari kekayaan kebudayaan bangsa di tengah-tengah kepungan gaya hidup budaya barat.

Sang Pencerah Muslim

Redaktur: Mukafi Niam

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Sejarah, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 22 April 2012

NU dan Nasionalisme Baru

Oleh Syaiful Arif

Sebagai organisasi yang lekat dengan komitmen kebangsaan, Nahdlatul Ulama (NU) tak lepas membawa spirit ini, salah satunya tersirat pada Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur Agustus 2015 lalu. Pertanyaannya, seberapa kontekstual spirit tersebut menghadapi absurditas politik di negeri yang tak juga lepas dari kesemuan demokrasi?

Di manakah spirit kebangsaan pada Muktamar ke-33 NU kemarin? Tentu dalam koherensi logis dari tema muktamar: Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia. Nilai kebangsaan menjadi koherensi dari corak kultural Islam Nusantara. Bagaimana penjelasannya?

Mark Woodward dalam Java, Indonesia and Islam menemukan koherensi ini, dalam keterkaitan antara "Islam kebudayaan" dan "Islam kebangsaan". Koherensi ini ia temukan dalam hubungan antara pribumisasi budaya dan kontekstualisasi politik. Artinya, pribumisasi Islam ke dalam budaya menjadi conditio sine qua non bagi kontekstualisasi Islam ke dalam sistem politik modern (Woodward, 2011:67).

NU dan Nasionalisme Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
NU dan Nasionalisme Baru (Sumber Gambar : Nu Online)

NU dan Nasionalisme Baru

Islam Nusantara, yang merupakan realitas historis-kultural, hasil pribumisasi Islam ke dalam budaya Nusantara, menyediakan kondisi kultural bagi terbentuknya nasionalisme NU. Ini terjadi karena pribumisasi -manifestasi ajaran Islam melalui budaya lokal- telah meleraikan ketegangan agama dan budaya, yang tidak dialami oleh puritanisme Islam. Bagi yang terakhir ini, agama senantiasa dibenturkan dengan budaya, sehingga melahirkan perjuangan simbolis: penegaran simbol Islam atas budaya dan sistem politik liyan.

Bagi NU yang telah meleraikan ketegangan antara agama dan budaya; perjuangan Islam menjadi substantif. Maka syariat Islampun didekati terutama dari tujuan (maqashid al-syariah) dan prinsip dasarnya (mabadi al-syariah). Inti nilainya terdapat pada kemaslahatan serta moderatisme (wasathiyyah) yang memungkinkan NU mewujudkan cita bukan dari idealisme, melainkan realisme. Artinya, dalam mewujudkan tujuan syariah, kaum tradisionalis ini berangkat dari realitas, baik realitas budaya maupun kenegaraan Indonesia. Ini yang membentuk Islam Nusantara yang menjadi basis-struktur bagi supra-struktur Islam Indonesia.

Dengan demikian, wacana Islam Nusantara menandai proses kembali ke akar nasionalisme NU karena corak kebangsaan organisasi ini dibentuk oleh pendekatan dakwahnya yang bersifat sosio-kultural. "Yang kultural" ini berbasis pada corak keislaman Nusantara.

Sang Pencerah Muslim

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan bagus mendefinisikan corak sosio-kultural NU ini. Menurutnya, gerakan NU bersifat sosial karena ia menginginkan perubahan struktur sosial menuju masyarakat berkeadilan. Hanya saja, berbeda dengan gerakan sosio-politik yang memakai strategi politik (pendirian Negara Islam), NU menggunakan strategi kultural melalui dua langkah. Pertama, pemijakan atas nilai-nilai budaya masyarakat. Kedua, menggunakan modal budaya masyarakat terutama komunitas, lembaga dan asiosiasi kulturalnya. Hal ini dilakukan Gus Dur melalui gerakan pengembangan masyarakat berbasis pesantren dekade 1980. Dalam hal ini, pesantren adalah modal budaya masyarakat yang dijadikan basis pengembangan ekonomi berdasar nilai-nilai Islam yang berkembang di pesantren.

Pengembangan masyarakat melalui pesantren ini lebih mempertanyakan struktur politik yang timpang, daripada bentuk negara NKRI. Oleh karenanya, lawan strukturalnya adalah pembangunan developmentalistik Orde Baru, bukannya negara republik yang hendak diganti dengan Negara Islam.

Fase Nasionalisme

Sang Pencerah Muslim

Seperti diketahui, nasionalisme NU memang dibentuk di dalam muktamar atau Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama. Pertama, pengakuan wilayah Nusantara sebagai dar al-Islam (wilayah Islam) pada Muktamar ke-11 di Banjarmasin (1936).

Ini mafhum diketahui, di mana NU menetapkan wilayah Nusantara yang saat itu dikuasai pemerintah kolonial Belanda, sebagai dar al-Islam. Pemaknaan dar al-Islam bukan sebagai negara Islam (daulah Islamiyyah), melainkan wilayah Islam, telah menumbuhkan nasionalisme karena NU mengakui Nusantara sebagai tanah kaum Muslim. Karena status keislaman ini, Hadlratus Syeikh Hasyim Asyari mengeluarkan Resolusi Jihad pada Oktober 1945. Membela tanah air dari penjajahan, fardlu ain hukumnya.

Kedua, afirmasi atas pembentukan negara-bangsa (nation-state) Indonesia, bukan negara Islam. Ini terjadi pada keterlibatan Kiai Wahid Hasyim pada Sidang BPUPKI-PPKI 1945. Ketiga, penahbisan Presiden Republik Indonesia (RI) sebagai pemimpin dalam keadaan darurat yang memiliki otoritas (waly al-amri al-dlaruri bi al-syaukah) melalui Munas Alim Ulama di Cipanas (1954). Disebut darurat, karena presiden RI tidak sepenuhnya sah menurut fikih Sunni, sebab tidak memenuhi syarat sebagai khalifah dunia Islam. Namun secara konstitusional, ia memiliki kekuasaan sehingga sah menerapkan syariah Islam, terutama penunjukan wali hakim dalam pernikahan Muslim. Melalui penahbisan ini, pemerintah RI sah secara syari.

Keempat, pembelaan Demokrasi Pancasila sebagai pilihan otentik dibanding Demokrasì Terpimpin, liberal dan komunis pada Muktamar ke-24 di Bandung (1967). Kelima, penerimaan atas Pancasila pada Munas Alim Ulama di Situbondo (1983). Serta keenam, Maklumat Penyelamatan NKRI dan Pancasila dari fundamentalisme agama dan pasar pada Harlah ke-85 NU (2011).

Sosio-Nasionalisme

Hanya saja segenap fase kebangsaan ini terhenti pada legitimasi Islam atas nasionalisme dalam rangka bentuk negara. Hal ini bisa dipahami sebab NU berkepentingan menjaga NKRI dari delegitimasi radikalisme Islam. Akan tetapi di masa ketika reformasi politik telah berjalan meninggalkan nasionalisme paska-kolonial; nasionalisme NU perlu diperbarui demi demokratisasi yang makin substantif. Untuk hal ini perlu dilakukan beberapa hal.

Pertama, pendalaman nasionalisme menuju apa yang Soekarno sebut sebagai sosio-nasionalisme. Dalam kerangka ini, nasionalisme bukan hanya pembelaan atas bangunan negara-bangsa. Melainkan perwujudan tujuan pendirian negara yang oleh Pancasila diarahkan menuju keadilan sosial.

Kedua, transformasi pemikiran politik Sunni klasik, menuju politik NU yang berpijak pada konsep politik kontemporer. Ini sebenarnya potensial, sebab pendekatan maqashid al-syariah menempatkan politik sebagai res publica (kebaikan publik). Dengan potensi ini, pemikiran politik NU sejajar dengan teori republikanisme, yang membangkitkan kembali ontologi politik di tengah demokrasi prosedural manipulatif.

Pada titik ini, Muktamar ke-33 kemarin sebenarnya menawarkan warna baru dalam tradisi demokrasi melalui pemilihan Rais Aam berdasarkan musyawarah dewan ulama tertinggi (ahlul halli wal aqdi). Ini dilakukan untuk menghindari politisasi yang terjadi dalam pemungutan suara (voting). Dengan demikian, NU telah mengawali transformasi demokrasi dari majoritarianisme kepada syura (musyawarah). Satu hal yang diidealkan oleh prinsip permusyawaratan Pancasila.

Hanya saja warna baru demokrasi di kalangan nahdliyin ini akan terhenti pada pemilihan pemimpin (nashb al-imamah), jika tidak dibarengi dengan pendalaman nasionalisme di atas. Dua agenda mendasar menanti. Pertama, penguatan etos kewarganegaraan, terutama di kalangan umat Islam. Kedua, radikalisasi demokrasi dalam bentuk penguatan demokrasi partisipatoris menuju perwujudan res publica. Jika tidak, nasionalisme NU hanya terhenti di mimbar dakwah, namun abai dengan ketidakadilan struktural yang menjadi nasib keseharian negeri ini.

 

* Penulis adalah Dosen Pascasarjana Islam Nusantara STAINU Jakarta

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh, Ahlussunnah, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 04 Oktober 2011

Kemenag Keluarkan Izin Pascasarjana untuk 5 Perguruan Tinggi NU

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktur Jenderal Pendidikan Islam mengeluarkan izin penyelenggaraan Program Pasca Sarjana untuk lima perguruan tinggi Nahdlatul Ulama (NU).

Lima perguruan tinggi tersebut adalah STAINU Jakarta untuk Program Pascasarjana Sejarah Peradaban Islam, STAINU Kebumen untuk Managemen Pendidikan Islam, INISNU Jepara dan STAI Al-Hikmah Jakarta untuk Program managemen Pendidikan Islam, serta STI Blambangan Banyuwangi untuk Program Pendidikan Agama Islam.

Kemenag Keluarkan Izin Pascasarjana untuk 5 Perguruan Tinggi NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemenag Keluarkan Izin Pascasarjana untuk 5 Perguruan Tinggi NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemenag Keluarkan Izin Pascasarjana untuk 5 Perguruan Tinggi NU

Surat Keputusan Tentang Izin Penyelenggaraan Program Magister untuk lima perguruan tinggi NU ini sebenarnya sudah ditandatangani oleh Dirjen Pendidikan Islam Nur Syam tertanggal 24 Desember 2012 lalu. Namun Sang Pencerah Muslim menghubungi pihak STAINU Jakarta baru menerima SK pada 3 Januari 2013 kemarin. Sementara sejarah peradaban Islam Pascasarjana STAINU Jakarta sendiri akan dikonsentrasikan untuk kajian Islam Nusantara.

Sang Pencerah Muslim

SK yang baru dikeluarkan ini berlaku atau diperbarui selama 2 tahun dan pihak penyelenggara harus menyampaikan laporan perkembangan setiap akhir tahun. Adapun gelar akademik yang akan diberikan, sebagaimana dalam SK tersebut, mengacu pada Peraturan Menteri Agama No. 36 tahun 2009 Tentang Pembidangan Ilmu dan Gelar Akademik di lingkungan PTAI.?

Sang Pencerah Muslim

Penulis: A. Khoirul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, AlaSantri, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 25 September 2011

Warga NU Rembang Gelar Shalat Ghaib untuk Rohingya

Rembang, Sang Pencerah Muslim - Pengurus Nahdalatul Ulama se-Kabupaten Rembang dan nahdliyin menggelar shalat ghaib dan tahlil bersama untuk warga Rohingya di Pesantren Roudlatut Tholibin Leteh Rembang, Senin (4/9). Mereka menggunakan kesempatan lailatul ijtima yang rutin bulanan untuk berdoa.

Sekertaris PCNU Rembang Arif Agung Cholili mengatakan, shalat ghaib dan tahlil yang dilakukan bersama-sama ini merupakan wujud penghormatan terhadap mujahid dan warga yang meninggal akibat aksi brutal militer Myanmar terhadap etnis Rohingya. Saat ini etnis Rohingya sedang membutuhkan uluran tangan dan doa dari kekerasan yang tidak manusiawi terhadap sesama manusia tersebut.

Warga NU Rembang Gelar Shalat Ghaib untuk Rohingya (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga NU Rembang Gelar Shalat Ghaib untuk Rohingya (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga NU Rembang Gelar Shalat Ghaib untuk Rohingya

"Lebih awal kita mengadakan shalat ghaib untuk Muslim yang sudah meninggal di Rohingya. Selain itu pengiriman kotak amal juga sudah dilakukan untuk yang langsung dipandu oleh Pengurus Besar Nahdlatu Ulama secara langsung," ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Pihaknya menambahkan, Sebagai upaya membangun solidaritas dengan Myanmar, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah membentuk aliansi kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar yang harapannya bisa menyelesaikan dan permaslahan krisis kemanusiaan tersebut.

Sementara itu, Ketua PCNU Rembang KH Ahmad Sunarto mengatakan, kezaliman yang dilakukan kepada warga Rohingya sudah di luar kemanusiawian. Balasan setimpal pasti akan diturunkan Allah oleh kaum yang zalim, serta kemenangan semoga disegerakan untuk kaum yang benar. Ia juga berharap pada masalah tersebut dapat terselesaikan dengan secepatnya.

Sang Pencerah Muslim

"Mudah-mudahan secepatnya mendapatkan pertolongan dari Allah SWT? dan mendapatkan husnul khatimah untuk warga Rohingya," ungkapnya.

Acara ini dilanjut dengan pengajian rutin bulanan PCNU Rembang dan pembacaan Kitab Nashoihul Ibad oleh Asyrof Daffaq serta taushiyah oleh Syuriyah PCNU Rembang KH Zakariya Al Ansori. Pertemuan ini dimanfaatkan juga untuk membahas dan mencarikan solusi atas problem yang terjadi di masyarakat mulai masalah keseharian sampai masalah-masalah umat yang berat. (Onji/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Tokoh, Aswaja Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock