Tampilkan postingan dengan label Nahdlatul. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nahdlatul. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 November 2017

Bupati Pringsewu Berharap Tradisi Tumpengan Dilestarikan

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim 

Bupati Pringsewu H. Sujadi teringat masa kecilnya yang tinggal di kampung daerah Bantir, Temanggung, Jawa Tengah. Pasalnya sesaat setelah pelaksanaan Shalat Id yang dilaksanakan di Masjid Nurul Huda, para Jamaah menyuguhkan sajian tradisional khas jawa yaitu nasi tumpeng. 

Bupati Pringsewu Berharap Tradisi Tumpengan Dilestarikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Bupati Pringsewu Berharap Tradisi Tumpengan Dilestarikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Bupati Pringsewu Berharap Tradisi Tumpengan Dilestarikan

Pada saat kunjungan dan melaksanakan Shalat Idul Adha 1438 H di Desa Fajaresuk, Pringsewu, Jumat (1/9) itu, bupati melihat 17 buah tumpeng yang disediakan dengan 17 ayam ingkung yang sudah dihias sedemikian rupa sehingga sangat menarik untuk dinikmati.

Sebelum menikmati tumpeng tersebut, seluruh jamaah mendoakan para leluhur teriring harapan segala amal ibadah mereka diterima oleh Allah SWT. Jamaah juga berdoa agar daerahnya diberikan kesejahteraan, ketentraman dan senantiasa dilindungi oleh Allah SWT.

Pada kesempatan tersebut Bupati yang juga seorang kiai ini sangat menikmati acara tumpengan tersebut. Ia memanfaatkan momen kebersamaan bersama warganya tersebut dengan menikmati sajian hasil kreasi para jamaah.

Ia berharap tradisi tumpengan tersebut dapat terus dilestarikan khususnya di Kabupaten Pringsewu yang mayoritas penduduknya dari bersuku Jawa.

Sang Pencerah Muslim

"Maturnuwun. Perlu dilestarikan. Kelingan (teringat) zaman cilik (kecil) nang (di) Bantir. Mugo-mugo tambah berkah. Kabul hajate," demikian ia mengekspresikan kebahagiannya menggunakan bahasa Jawa.

Sang Pencerah Muslim

Pada kesempatan tersebut ia juga menyampaikan terima kasih atas sambutan warga Fajaresuk kepada rombongan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu. Ia berharap kegiatan Shalat Idul Adha Pemda Pringsewu di masjid tersebut akan menjadi wasilah semakin eratnya silaturahim antara masyarakat dan pemerintah.

Ia juga  berharap dengan shadaqah yang diberikan oleh jamaah Masjid Nurul Huda tersebut, akan menjadikan keberkahan dan ketentraman bagi Kabupaten Pringsewu. 

"Semoga amal ibadah para pendahulu yang telah membangun Desa Fajaresuk diterima oleh Allahw SWT, Al Fatihah," pungkas Mustasyar PCNU Pringsewu ini.

Ikut serta pada kegiatan Shalat Idul Adha tersebut, Wakil Bupati Pringsewu H. Fauzi beserta jajaran pejabat di Lingkungan Pemda Pringsewu, Kepala Kantor Kementerian Agama Pringsewu, Ketua MUI Pringsewu dan sejumlah tokoh di Kabupaten Pringsewu. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Rabu, 01 November 2017

PBNU Kecam Penghinaan Tradisi Ziarah di Kurikulum Madrasah

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mempertanyakan dasar pemberhalaan praktik ziarah kubur di makam para wali. Dengan menyebut makam wali sebagai berhala, Ditjen Pendis Kemenag dalam buku guru SKI Kelas VII MTs Kurikulum 2013 sudah seharusnya mempertanggungjawabkan pijakan argumentasinya.

PBNU Kecam Penghinaan Tradisi Ziarah di Kurikulum Madrasah (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Kecam Penghinaan Tradisi Ziarah di Kurikulum Madrasah (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Kecam Penghinaan Tradisi Ziarah di Kurikulum Madrasah

Rais Syuriyah PBNU KH Saifuddin Amsir meminta Kemenag mengeluarkan klarifikasi dan pernyataan permohonan maaf secara terbuka atas keteledorannya.

“Di mana letak pemberhalaan ziarah kubur?” Kiai Saifuddin menuntut penjelasan Kemenag, Rabu (17/9) pagi.

Sang Pencerah Muslim

Orang-orang yang berziarah ke makam orang tuanya, para guru dan kiai, orang-orang saleh, para wali hingga makam Rasulullah Saw, hakikatnya mengikuti perintah Rasulullah sendiri. Kiai Saifuddin menyitir hadits Nabi Muhammad Saw, ‘Ala fazuruha. Liannaha tudzakkirukumul mauta’ (Ingat, berziarahlah. Karena, ziarah kubur itu akan mengingatkanmu pada kematian).

Sang Pencerah Muslim

“Jadi kalau Nabi yang menyuruh orang ziarah untuk mengingat kematian, kok malah disamakan dengan penyembahan berhala? Musyrik? Apanya yang musyrik? Yang musyrik itu orang yang mempertahankan sesuatu selain Allah,” kata Rais Syuriyah PBNU yang aktif mengajar kitab kuning di puluhan masjid di Jakarta kepada Sang Pencerah Muslim.

Kiai Saifuddin menantang pihak Kemenag untuk musyawarah perihal argumentasi pernyataan itu. “Saya pengen banget lihat tampang orang Kemenag yang sok-sok begitu, yang ngomongnya ngaco. Kalau mereka bisa meruntuhkan argumentasi kesunahan ziarah kubur, saya akan membayar mereka.” (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Selasa, 24 Oktober 2017

LPBINU Gelar Rapat Pleno Evaluasi Program

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Pusat Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) mengadakan Rapat Pleno, Kamis (5/6), di Hotel Gren Alia Jakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan kapasitas dan tata kelola organisasi kelembagaan LPBINU.

Ketua panitia yang juga sekretaris PP LPBINU, Ja’farAmiruddin, mengatakan bahwa  kegiatan ini merupakan sarana evaluasi terhadap pelaksanaan rencana strategi (renstra) LPBINU 2010, baik dari sisi program, manajemen, dan kelembagaan LPBINU. Hasil rapat pleno rencananya akan disampaikan pada Rakernas LPBINU serta Munas dan Konbes NU 2014 pada Agustus mendatang.

LPBINU Gelar Rapat Pleno Evaluasi Program (Sumber Gambar : Nu Online)
LPBINU Gelar Rapat Pleno Evaluasi Program (Sumber Gambar : Nu Online)

LPBINU Gelar Rapat Pleno Evaluasi Program

Forum rapat dihadiri 46 pengurus LPBINU dan dibuka KH Abbas Mu’in, Ketua PBNU yang membidangi masalah Sosial Kemasyarakatan.  Pembicara dari ITS, Ir Imam Subchi  MT juga turut diundang  untuk  berbicara tentang teknologi pengolahan sampah.

Sang Pencerah Muslim

Secara kelembagaan, LPBINU telah memiliki perwakilannya di daerah, tercatat ada 7 PW LPBI NU dan 25 PC LPBI NU. Hasil pleno ini juga menjadi bahan  untuk  merancang kegiatan koordinasi nasional antara Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang LPBINU yang sudah terbentuk.

Sang Pencerah Muslim

Ketua PP LPBINU Ir. Avianto Muhtadi mengatakan, perkembangan isu  lingkungan  hidup dan bencana secara global saat ini adalah terkonsentrasi terhadap MDGs (Millenium Development Goals) yang  merupakan kesepakatan bangsa di dunia  untuk  mengurangi risiko dan meningkatkan perbaikan pembangunan.

Salah satu klausul MDGs adalah pelestarian  lingkungan  dan perngurangan risiko bencana, yang tertuang dalam dokumen HFA (Hyaogo Framework for Action for Disaster Reduction). HFA ini akan dievaluasi oleh UN ISDR (United Nation International Strategic or Disaster Reduction) melalui World Conference Disaster Risk Reduction (WCDRR) yang dilakukan setiap 15 tahun sekali.

“Alhamdulillah LPBINU ikut bagian dari proses ini. Namun demikian tidak semua hasil internasional baik penelitian, UN act, dan sebagainya diterima secara bulat-bulat, NU harus melakukan filterisasi yang disesuaikan dengan karakter dan sifat bangsa ini serta moral,” katanya.

Selain itu, katanya, NU harus mampu melakukan advokasi kebijakan  untuk  meningkatkan pembangunan, mengurangi risiko kerusakan  lingkungan  bahkan bencana. Menurutnya, hutang Indonesia dari tahun ke tahun selalu meningkat. Pada tahun 2013 hutang Indonesia adalah Rp 1.937 Triliun, yang meningkat Rp. 134 Triliun dari tahun 2012.

Pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang baik, katanya, dapat meningkatkan pemasukan APBN. “Lemahnya pengelolaan dampak kerusakan lingkungan, apalagi jika ada bencana bisa-bisa pembangunan yang ada bisa kembali ke titik nol dan hutang tidak akan pernah terbayar,” ujarnya. (Red: Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 14 Oktober 2017

Gubernur Ingin Bangun Jateng dengan Semangat Kiai NU

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Gubernur Jawa Tengah yang belum lama terpilih, Ganjar Pranowo, mengaku ingin membangun provinsi dengan semangat seperti para ulama NU, yaitu nasionalis religius atau religius nasionalis.

Gubernur Ingin Bangun Jateng dengan Semangat Kiai NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Gubernur Ingin Bangun Jateng dengan Semangat Kiai NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Gubernur Ingin Bangun Jateng dengan Semangat Kiai NU

Dalam sambutannya di Pembukaan Konferensi Wilayah NU Jateng ke-14 di SMP/SMA Semesta, Gunungpati Semarang, Ahad (23/6) menyampaikan, keluarganya punya ikatan kuat dengan NU. Dan dia mengaku terkesan dengan sikap NU yang selalu mengedepankan kepentingan nasional.

Interaksinya dengan para ulama NU dan juga para tokoh agama lain membuatnya ingin membawa semangat tersebut. Karena menurutnya, membangun Jawa Tengah adalah membangun masyarakat yang beraneka ragam.

Sang Pencerah Muslim

“Saya ingin meniru semangat NU dalam membangun Jawa Tengah nanti, yaitu nasionalis religius. Saya sowan ke para kiai dan para tokoh agama lain, membuat saya merasa penting mewujudkan masyarakat yang nasionalis dan religius,” tuturnya disambut tepuk tangan meriah hadirin.

Lebih lanjut, pemenang Pilgub Jateng 2013 ini mengaku, dirinya mendapat pesan dari banyak pihak agar berhati-hati dan jangan meniru gubernur lain. Ia berahap, NU ngayem-ngayemi hatinya.

Sang Pencerah Muslim

“Saya banyak dapat pesan agar berhati-hati. Diweling jangan sampai meniru gubernur lain. Semuanya medhen-medheni. Semoga NU nanti yang ngayem-ngayemi,” pungkasnya sambil tertawa.

Redaktur? ? ? ? : Abdullah Alawi

Kontributor : Muhammad Ichwan

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Nahdlatul, Doa Sang Pencerah Muslim

Kamis, 07 September 2017

Menahan Emosi Demi NKRI

Oleh M. Rikza Chamami

Umat Islam Indonesia menunjukkan kemuliaan di hadapan dunia internasional. Doa bersama untuk kedamaian negeri dalam rangkaian aksi super damai 212 begitu luar biasa hingga tulisan ini selesai. Sejak pagi lautan jamaah berjumlah jutaan muslim Indonesia berkumpul di Ibukota.

Monas yang menjadi titik utama berkumpul tidak mampu menampung jamaah. Allah menyatukan umat Islam Indonesia yang berbeda-beda ideologinya. Karena jelas, jamaah itu berlatar belakang dari lintas ideologi Islam.?

Menahan Emosi Demi NKRI (Sumber Gambar : Nu Online)
Menahan Emosi Demi NKRI (Sumber Gambar : Nu Online)

Menahan Emosi Demi NKRI

Di luar dugaan, kesan Islam yang galak dan ganas tidak ada sama sekali di hari ini. Sungguh mulia niat untuk jamaah bersama melaksanakan shalat jumat dengan doa memuji Allah SWT. Terselip sebuah pesan "tegakkan keadilan" dan "jaga NKRI".

Agama Islam dipegang teguh. Visi kerasulan dikedepankan. Keutuhan bangsa yang dipertaruhkan menjadi kenyataan. Tidak ada yang bisa melaksanakan kebersamaan ini, selain dua panggilan.

Pertama, panggilan keagamaan yang kuat sesuai dengan pilihan ideologi. Bahwa aksi super damai mengandung pesan untuk menuntut keadilan dengan format berbeda, bukan aksi jalanan tapi aksi penuh kesantunan.

Sang Pencerah Muslim

Kedua, panggilan kebangsaan. Bahwa masih banyak warga bangsa yang sangat peduli untuk kesatuan dan persatuan. Ini menjadi satu titik baku bahwa muslim Indonesia masih mampu menahan emosi agama demi persatuan bangsa.

Bukan menyoal siapa yang hadir aksi atau tidak hadir. Yang perlu dilihat bersama adalah sebuah komitmen kebhinekaan yang sungguh luar biasa. Kalau umat Islam selama terkotak oleh pilihan ideologi, hari ini umat Islam Indonesia mampu menghadirkan kebersamaan. Belum lagi umat Islam yang lainnya yang melaksanakan aksi serupa di daerah-daerah.

Kehadiran Jokowi dan JK dalam shalat Jumat berjamaah di Monas juga menjadi penanda bersatunya ulama dan umara, walau memang ada cara pandang politik yang berbeda. Hal inilah yang perlu dilihat lahir manajemen keulamaan yang dapat dilihat secara bersama.

Sang Pencerah Muslim

Agama itu penting sebagai ruh ketuhanan yang harus dijawab dengan kemasyarakatan. Maka kebersamaan ulama dengan umara sangat dibutuhkan hari ini.

Melihat sekian banyak problem bangsa yang harus diselesaikan, maka jangan sampai agama mampu dijadikan alat pemecah bangsa Indonesia. Sebab agama Islam saja sangat banyak ragamnya, dan itu harus disatukan.

Ideologi politik yang menjadi Tuhan dalam kehidupan masyarakat saja sudah mampu diredam. Terbukti, koalisi KMP dan KIH di Senayan sudah mulai menemui titik temu bicara kebangsaan.

Sangat malu jika ideologi agama yang sedemikian mulai dijadikan alat politik untuk memecah belah bangsa. Dan malu lagi jika yang menjadikan agama sebagai alat pecah belah bangsa adalah bukan kalangan agamawan.

Emosi memang bukan solusi. Solusi selalu berupa komunikasi. Dan aksi super damai berjalan sedemikian ramah dan bertuah. Semua bekerja untuk menyatukan bangsa.

Satu kata, Indonesia milik umat Islam dan semua umat beragama lainnya. Agama bukan pemecah bangsa. Ulama sangat mulia menyeru kebaikan dan menahan umatnya untuk tertib. NKRI harga mati. Indonesia tetap satu nusa, bangsa dan bahasa. Dunia menyapa dengan penuh mulia.***

Penulis adalah Dosen FITK UIN Walisongo Semarang dan Anggota Aliansi Kebangsaan.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Minggu, 21 Mei 2017

LAZISNU Gadingrejo Santuni Yatim dan Dhuafa dari Program Kotak Pondasi Akhirat

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim. Mengambil tempat di Masjid Nurul Hasanah Desa Klaten Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu, Lampung, Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah NU (LAZISNU) memberikan santunan kepada Anak Yatim Piatu, Duafa, Marbot Masjid, dan Guru Ngaji di daerah tersebut, Senin (2/10) malam.

Kegiatan tersebut dirangkai dengan Dzikir Akbar dan Manakib untuk memperingati datangnya Bulan Muharram 1439 H.

LAZISNU Gadingrejo Santuni Yatim dan Dhuafa dari Program Kotak Pondasi Akhirat (Sumber Gambar : Nu Online)
LAZISNU Gadingrejo Santuni Yatim dan Dhuafa dari Program Kotak Pondasi Akhirat (Sumber Gambar : Nu Online)

LAZISNU Gadingrejo Santuni Yatim dan Dhuafa dari Program Kotak Pondasi Akhirat

Menurut Ketua LAZISNU Kabupaten Pringsewu Khairuddin, santunan yang diberikan kepada 64 orang tersebut adalah santunan berupa uang tunai dan sembako berupa beras.

"Kegiatan ini bekerjasama dengan Unit Pengelola Zakat Infaq dan Shadaqah (UPZIS) LAZISNU Kecamatan Gadingrejo dan MWCNU setempat yang berasal dari Program Kotak Pondasi Akhirat," jelas pria yang akrab dipanggil Heru ini.

Pada kesempatan tersebut Heru juga mengungkapkan apresiasinya kepada UPZIS LAZISNU Gadingrejo yang telah mampu mengelola Program Kotak Pondasi Akhirat yang merupakan sumber dana dari kegiatan santunan tersebut dengan maksimal.

Sang Pencerah Muslim

"Alhamdulillah dibulan ketiga Program Kotak ini berjalan sudah mampu mewujudkan santunan untuk yang berhak. Semoga program ini terus dikelola dengan baik dan kedepan akan dapat terus lebih bermanfaat," harap Heru.

Heru berharap juga kesuksesan UPZIS Gadingrejo dalam mengelola Program Kotak Pondasi Akhirat akan diikuti oleh UPZIS lainnya di Kecamatan yang ada di Bumi Secancanan Bersenyum Manis Kabupaten Pringsewu.

Kesuksesan Program ini juga mendapat Apresiasi ketua MWCNU Kecamatan Gadingrejo Ustadz Mukhlis daat memberikan sambutan pada Acara yang dihadiri Para Tokoh Agama dan Masyarakat Kecamatan Gadingrejo.

"Terimakasih kepada seluruh masyarakat yang trlah berpartisipasi mengisi kotak Pondasi Akhirat sebagai sarana untukberbagi kepada sesama yang membutuhkan.Saya optimis kedepan program ini akan sangat membantu jalinan silaturahmi dan meringankan bagi yang membutuhkan," harapnya. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Jumat, 17 Maret 2017

Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Lebih dari seribu 1000 warga NU di Hongkong mengeluarkan iuran secara sukarela untuk penyelenggaraan konferensi perdana Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Hongkong. Mereka dengan bergairah merogoh kocek untuk mendukung kelangsungan forum yang diadakan di di Gedung KJRI lantai 2F Ruang Ramayana.

“Lebih dari seribu orang menyumbang. Setiap orang mengeluarkan uang sebesar 10 dolar Hongkong,” kata Mustasyar PCINU Hongkong H Nabil Harun kepada Sang Pencerah Muslim di Jakarta, Selasa (19/1) sore.

Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU

Warga NU di Hongkong yang berjumlah sekitar 150.000 orang datang ke lokasi konferensi untuk menyaksikan jalannya forum, Ahad (17/1) siang. Karena Gedung KJRI yang menjadi arena konferensi hanya menampung 300 orang, sebagian dari mereka terpaksa kembali ke kediaman masing-masing.

Satu dolar Hongkong setara dengan kisaran Rp.1.700-1.800. Gerakan kepedulian seperti ini diharapkan menginspirasi PCINU lainnya, kata Nabil.

Sang Pencerah Muslim

Ia berharap warga NU di Hongkong terus melanjutkan tradisi gotong royong seperti ini. (Alhafiz K)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Anti Hoax, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 18 Februari 2017

Mbah Kholil, Orang Arab, dan Macan Tutul

Alkisah, seseorang berkebangsaan Arab berkunjung ke Pesantren Kedemangan, Bangkalan, Jawa Timur. Masyarakat Madura menyebutnya habib. Kala itu, Syaikhona KH Muhammad Kholil sedang memimpin jamaah sembahyang maghrib bersama para santrinya.

Usai menunaikan shalat, Mbah Kholil pun menemui para tamunya, termasuk orang Arab ini. Dalam pembicaraan, tamu barunya ini menyampaikan sebuah teguran, “Tuan, bacaan al-Fatihah Antum (Anda) kurang fasih.” Rupanya, sebagai orang Arab, ia merasa berwenang mengoreksi bacaan shalat Mbah Kholil.

Setelah berbasa-basi sejenak, Mbah Kholil mempersilakan tamu Arab itu mengambil wudhu untuk melaksanakan sembahyang maghrib. “Silakan ambil wudhu di sana,” ucapnya sambil menunjuk arah tempat wudhu di sebelah masjid.

Mbah Kholil, Orang Arab, dan Macan Tutul (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Kholil, Orang Arab, dan Macan Tutul (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Kholil, Orang Arab, dan Macan Tutul

Baru saja selesai wudhu, si orang Arab tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya seekor macan tutul. Dengan bahasa Arab yang fasih, ia berteriak dengan maksud mengusir si macan. Kefasihan bahasa Arabnya tak memberi pengaruh apa-apa. Binatang buas itu justru kian mendekat.

Mendengar keributan di area tempat wudhu, Mbah Kholil datang menghampiri. Mbah Kholil paham, macan tutul itu lah sumber kegaduhan. Kiai keramat ini pun melontarkan sepatah dua patah kata kepada macan. Meski tak sefasih tamu Arabnya, anehnya, sang macan langsung bergegas pergi.

Orang Arab itu akhirnya mafhum, kiai penghafal al-Qur’an yang menguasai qiraat sab’ah (tujuh cara membaca al-Qur’an) ini sedang memberi pelajaran berharga untuk dirinya. Nilai ungkapan seseorang bukan terletak sebatas pada kefasihan kata-kata, melainkan sejauh mana penghayatan atas maknanya.

Sang Pencerah Muslim

 

Mahbib Khoiron

Sumber: wiki.aswajanu.com

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Kamis, 12 Januari 2017

Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud

Oleh Amin Mudzakkir

Belakangan ini politik Indonesia diramaikan oleh kontroversi Perppu Nomor 2/2017 tentang organisasi kemasyarakatan. Beberapa kalangan menolaknya karena dianggap mengancam kebebasan, namun beberapa kalangan lainnya mendukung total. Di antara organisasi masyarakat sipil yang paling lantang menyuarakan dukungannya adalah Nahdlatul Ulama (NU).

Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud (Sumber Gambar : Nu Online)
Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud (Sumber Gambar : Nu Online)

Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud

Bagi NU, Perppu tersebut penting diterbitkan mengingat urgensinya. Intoleransi keagamaan sudah sangat mengkhawatirkan dan negara selama ini justru terlihat membiarkan. NU melihat negara membutuhkan justifikasi baru agar lebih tegas menggunakan kewenangannya.

Sang Pencerah Muslim

Akan tetapi, tidak lama setelah dukungan itu, NU menolak Permendikbud Nomor 23/2017 tentang hari sekolah. Aturan ini, yang pada tataran publik dikenal sebagai isu full day school, dianggap tidak perlu, apalagi jika diberlakukan secara nasional. Lebih dari itu, aturan tersebut mengancam eksistensi madrasah diniyyah yang banyak kebetulan dikelola oleh warga NU.

Bagaimana kita memahami perilaku NU tersebut? Mengapa mereka bisa mendukung satu kebijakan dan menolak kebijakan lainnya secara serentak? Apa prinsip utama politik mereka?



Bukan Pragmatisme


Sang Pencerah Muslim

Beberapa kalangan melihat perilaku NU sebagai pragmatis, bahkan oportunis. Mereka menuduh NU merupakan organisasi masyarakat Islam yang tidak mempunyai prinsip dalam politik. NU dianggap hanya ikut siapa pun yang berkuasa sejauh menguntungkan dirinya.

Penilaian terhadap NU tersebut jelas keliru. Jika melihat masalahnya secara lebih historis, kita akan segera melihat bahwa perilaku NU selalu didasarkan pada prinsip kebangsaan dan keumatan. NU tidak memisahkan keduanya, tetapi justru berusaha digandengkan dalam satu ikatan.

Prinsip kebangsaan menjadikan nasionalisme sebagai kerangka pokok. Sejalan dengan sekularisme, prinsip ini menganggap bangsa sebagai kolektivitas tertinggi dalam hierarki kenegaraan. Komunitas kultural, termasuk umat, diminta untuk mengintegrasikan diri ke dalam bangsa.

Sementara itu, prinsip keumatan menjadikan agama sebagai dasar dalam memahami realitas. Berbeda dengan sekularisme, prinsip ini percaya agama dan politik tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah sebuah kesatuan.

Masalahnya, kedua prinsip tersebut sering berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya sejarah politik Indonesia mengenal adanya dikotomi antara kelompok nasionalis dan agama (Islam) yang? pada posisi saling berseberangan. Ini muncul, misalnya, dalam debat perumusan dasar negara pada tahun 1945.

Dikotomi tersebut mewariskan prasangka. Seolah-olah kelompok nasionalis tidak religius dan, sebaliknya, seakan-akan kelompok agama tidak nasionalis. Prangsangka ini mewarnai konflik politik Indonesia hingga akhir-akhir ini, termasuk dalam Pilkada Jakarta 2017.



Melampaui Dikotomi


Bagi NU, bangsa dan umat tidak perlu dipisahkan, meski bisa dibedakan. Keduanya membentuk prinsip kembar yang bisa dijadikan patokan negara Indonesia yang multikultural. Persis karena alasan ini NU mendukung perppu tentang ormas, sambil pada saat yang sama menolak permendikbud tentang hari sekolah.

Di tengah gejala intoleransi keagamaan yang semakin meningkat, kehadiran negara sangat dibutuhkan. Secara normatif negara bahkan mempunyai kewenangan menggunakan kekerasan untuk menyelamatkan kehidupan bersama dari kerusakan. Di negara-negara demokrasi, kewenangan tersebut diterjemahkan ke dalam suatu prosedur yang bertanggung jawab.

Berdasarkan pemahaman tersebut, pembubaran organisasi masyarakat yang mengancam keselamatan kehidupan bersama adalah sah. Dalam hal ini, Hizbut Tahrir Indonesia dinilai NU adalah ancaman. Mereka tidak hanya bertujuan mendirikan khilafah? atau negara Islam, tetapi juga menimbulkan perpecahan di lapangan keagamaan. Mereka cenderung mengkafirkan kelompok Islam lainnya, termasuk NU, yang tidak sepaham. Ditinjau dari prinsip kebangsaan dan keumatan, HTI bermasalah.

Sementara itu, permendikbud tentang hari sekolah awalnya merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2017 tentang guru. Dalam kebijakan ini, guru mempunyai beban kerja 40 jam per minggu. Beban ini kemudian diterjemahkan ke dalam beban hari sekolah. Sejujurnya hal ini sangat terkait dengan aspek praktis pembangunan, yaitu pencairan anggaran.

Jadi masalahnya bukan NU versus Muhammadiyah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, yang bersalah dari Muhammadiyah hanya menjalankan peraturan pemerintah. Dia sendiri telah berulang kali menegaskan agar keputusannya dijalankan secara kontekstual. Permendikbud hari sekolah bukan untuk menghancurkan madrasah diniyyah.

Akan tetapi, kenyataan berkata lain. Di daerah-daerah, karena ingin mudah, aturan menteri tersebut dipahami secara tekstual. Beberapa pemerintah lokal mengatakan tidak akan mencairkan anggaran bagi sekolah-sekolah yang tidak memenuhi peraturan tersebut.

Tentu saja NU protes. Para pengelola madrasah diniyah pada umumnya dikelola oleh warga NU terancam bubar. Anak-anak tidak bisa lagi menghadiri madrasah diniyyah karena waktunya tersita di sekolah. Padahal bagi mereka madrasah diniyyah adalah identitas yang tidak mudah dikonversi ke dalam bentuk kegiatan sekolah.

Lebih dari itu, NU menilai bahwa intoleransi keagamaan justru terjadi di sekolah-sekolah umum. Para aktivis Islam radikal, seperti HTI, telah merekrut anggotanya sejak jenjang SMA. Oleh karena itu, semakin lama anak-anak belajar di sekolah, kemungkinan mereka terpapar oleh pemahaman keagamaan yang intoleran semakin besar. Berdasarkan ini NU menganggap permendikbud tentang hari sekolah tidak bisa dibenarkan. Sekali lagi dalam kasus ini NU menggunakan prinsip kebangsaan dan keumatan secara bersamaan.

Dengan demikian sekarang jelas bahwa motivasi dan tujuan politik NU bukan mendukung atau menolak kebijakan pemerintah. Di balik dukungan atau penolakan terdapat dua prinsip pokok, yaitu prinsip kebangsaan dan keumatan. Keduanya adalah panduan normatif untuk melindungi bangsa Indonesia dan umat Islam dari kerusakan.

Penulis adalah Intelektual muda NU, peneliti pada Pusat Penelitian Sumber Daya Regional-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2SDR-LIPI), Jakarta. ?



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Pendidikan, Budaya Sang Pencerah Muslim

Kamis, 29 Desember 2016

Akhmad Muqowam Terpilih Sebagai Ketua Baru IKA-PMII

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Rapat Pleno Gabungan Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII), Rabu (18/3), menetapkan Achmad Muqowam sebagai Ketua Umum IKA-PMII yang baru menggantikan Arif Mudatsir Mandan yang meninggal dunia akhir tahun lalu.

Akhmad Muqowam Terpilih Sebagai Ketua Baru IKA-PMII (Sumber Gambar : Nu Online)
Akhmad Muqowam Terpilih Sebagai Ketua Baru IKA-PMII (Sumber Gambar : Nu Online)

Akhmad Muqowam Terpilih Sebagai Ketua Baru IKA-PMII

Rapat Pleno Gabungan diselenggarakan di Hotel Bidakara Jakarta, dihadiri oleh Dewan Pertimbangan dan Pengurus Harian. Dewan pertimbangan yang hadir antara lain H Ahmad Bagja dan KH Masyhuri Malik. Rapat dipimpin oleh Sekjen IKA-PMII Hanif Dhakhiri.

Sebelumnya ditetapkan bahwa Ketua IKA-PMII Arif Mudatsir Mandan berhalangan tetap dan menurut ketentuan harus diganti. Dalam sesi pencalonan ditetapkan dua calon yang juga wakil ketua umum IKA-PMII yakni Akhmad Muqowam dan Andi Jamaro Dulung.

Muwowam terpilih melalui votting mengungguli Andi Jamaro Dulung. Dalam sesi pemilihan Muqowam mendapatkan 22 suara sementara Andi Jamaro 7 Suara. Hanif Dakhiri tetap sebagai Sekjen IKA-PMII.

Sang Pencerah Muslim

Akhmad Muqowam adalah kader NU tulen. Ia pernah menjadi sekretaris Pengurus Cabang PMII (1984-1986), Wakil Sekretaris PW IPNU Jawa Tengah (1984-1987), PW GP Ansor (1987-1990), dan PP GP Ansor (1990-1993). Ia juga pernah beberapa periode menjabat anggota DPR RI dan sekarang menjabat anggota DPD RI.

Sang Pencerah Muslim

Rapat yang dihadiri Ketua Umum PMII Aminuddin Ma’ruf dan Tim Kaderisasi PBNU juga membahas ikhwal kembalinya PMII menjadi salah satu badan otonom NU. (A. Khoirul Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Olahraga, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Jumat, 16 Desember 2016

LSN Jadi Wasilah, Atlet Santri Punya Mentalitas Kuat

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Diskusi bertema Revolusi Sepakbola Nasional dari Pesantren Pembinaan Usia Muda Tanggung jawab Siapa? mengawali technical meeting (TM) peserta Liga Santri Nusantara (LSN) Region Jawa Tengah II.?

LSN Jadi Wasilah, Atlet Santri Punya Mentalitas Kuat (Sumber Gambar : Nu Online)
LSN Jadi Wasilah, Atlet Santri Punya Mentalitas Kuat (Sumber Gambar : Nu Online)

LSN Jadi Wasilah, Atlet Santri Punya Mentalitas Kuat

Bertempat di gedung berlian lantai 4 hadir pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang dan juga Owner PPSM Magelang KH Yusuf Chudlori, Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga Jawa Tengah Budi Santoso dan pelatih usia muda, mantan pelatih PPLP Jateng, Edi Prayitno.

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah KH Abu Hafsin memberikan pidato kunci dalam diskusi, Kamis (25/8). Hal penting dari tatanan sepak bola adalah kombinasi baik pemain, pelatih serta pemerintah. Bila sinergi ini mampu berjalan sepakbola di Indonesia akan maju.

"Santri tentu berbeda dari sisi mentalitas," tandas Abu Hafsin.

Sang Pencerah Muslim

Hal inilah yang membedakan antara santri dan bukan santri. Gus Yusuf, sapaan akrab KH Yusuf Chudlori menambahkan bahwa santri memiliki akar atau pondasi yang kuat. Akhlakul karimah, sopan santun, dan nilai-nilai luhur inilah yang dimiliki santri. Bila pondasi kuat mau kita buat menjadi atlet bisa, kiai bisa, ulama bisa, politisi bisa dan sebagainya.

Gus Yusuf yang pernah menjadi owner PPSM Magelang menambahkan, selain pemain, pelatih dan pemerintah butuh pula suporter dan manajemen yang berkualitas. Bisa dikatakan ada masyarakat bola bila ingin menjadikan sepak bola menjadi primadona. Kalau di pesantren bisa dimulai dari pengasuhnya yang cinta akan sepak bola.

"LSN bukan satu-satunya tujuan untuk menghidupkan geliat sepak bola pesantren," terang Gus Yusuf.

LSN merupakan wasilah untuk menyemarakkan persepakbolaan di tanah air ini. Hasil dari TM yang digelar panitia pelaksana terdapat 18 tim yang siap berlaga di Lapangan Arhanudse 15 Kodam IV/Diponegoro, 1-4 September 2016. (M. Zulfa/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Rabu, 14 September 2016

GP Ansor Pringsewu Siapkan Award Bagi PAC Terbaik

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim. Pengurus harian GP Ansor Pringsewu tahun ini menyiapkan paket penghargaan berupa seperangkat komputer bagi kepemimpinan anak cabang Ansor dengan kinerja yang dinilai baik. Mereka akan melanjutkan tradisi penghargaan ini pada tahun-tahun berikutnya bila tahun ini berjalan baik.

GP Ansor Pringsewu Siapkan Award Bagi PAC Terbaik (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Pringsewu Siapkan Award Bagi PAC Terbaik (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Pringsewu Siapkan Award Bagi PAC Terbaik

“Untuk tahun-tahun berikutnya akan kami siapkan reward yang lebih besar lagi,” Ketua GP Ansor Pringsewu M Sofyan pada sela-sela rapat koordinasi jelang akreditasi organisasi yang dihadiri oleh seluruh Ketua PAC Ansor di Gedung PCNU Pringsewu, Senin (31/8) sore.

Untuk menjadi PAC terbaik, komponen penilaian yang digunakan sesuai dengan petunjuk teknis dalam Pelaksanaan Peraturan Organisasi No.15/KONBES-XVIII/VI/2012.

Sang Pencerah Muslim

Pengurus harian PAC GP Ansor harus antara lain melengkapi program struktur kepengurusan pimpinan ranting GP Ansor minimal 50% dari jumlah desa/kelurahan di masing-masing kecamatan. Mereka juga dituntut untuk melengkapi program pengembangan Banser minimal memunyai 100 Banser dan 1 unit pengamanan serta 6 unit khusus.

Penghargaan itu akan diberikan bila mereka menyelenggarakan kegiatan keagamaan minimal 1 kali dalam sebulan, memunyai 1 LKMS atau LKP.

Sang Pencerah Muslim

M Sofyan menambahkan, program ini sengaja diterapkan dalam rangka untuk memperoleh gambaran dan mengetahui kelayakan kinerja PAC di masing-masing kecamatan serta untuk mempertanggungjawabkan kegiatannya sesuai dengan visi dan misi GP Ansor Pringsewu.

Pemberian penghargaan dan reward bagi PAC terbaik akan diberikan pada saat Peringatan Harlah Ke-82 Ansor. (Henudin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 04 Juni 2016

GP Ansor Kudus Kukuhkan Majelis Dzikir Rijalul Ansor

Kudus, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kudus mengukuhkan kepengurusan lembaga semi otonom Rijalul Ansor. Pengukuhan ditandai dengan penyerahan Surat Keputusan pengesahan pengurus Rijalul Ansor dalam acara peringatan harlah ke-81 GP Ansor Kudus di Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin Bendan, Kerjasan Kudus.

Menurut sekretaris Cabang GP Ansor Kudus Suparno, Rijalul ansor adalah lembaga semi otonom yang mempunyai peran merevitalisasi dan menjaga tradisi-tradisi ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Lembaga ini akan bergerak sebagai majelis dzikir dan shalawat di lingkungan kader Ansor secara khusus dan masyarakat pada umumnya.

GP Ansor Kudus Kukuhkan Majelis Dzikir Rijalul Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Kudus Kukuhkan Majelis Dzikir Rijalul Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Kudus Kukuhkan Majelis Dzikir Rijalul Ansor

 

"Kader Ansor memiliki tugas dan tanggung jawab mengamalkan ajaran aswaja seperti dzikir dan sholawat. Lembaga ini akan menjadi perekat kebersamaan antara Ansor dengan ummat," ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

 

Parno, panggilan akrabnya, mengatakan, terbentuknya rijalul Ansor ini juga bagian dari amanat kongres GP Ansor yang memutuskan pimpinan di semua tingkatan harus membentuk lembaga semi otonom Rijalul Ansor. Sekarang, beberapa Pimpinan Anak Cabang (PAC) sudah terbentuk Rijalul Ansor.

Surat keputusan pengesahan Rijalul Ansor PC Gerakan Pemuda Ansor Kudus diserahkan, Jumat (24/4) malam. Menurut Suparno, Rijalul Ansor Kudus baru terbentuk karena pihaknya masih dalam masa transisi kepemimpinan, yakni proses penataan struktur dan lembaga.

Sang Pencerah Muslim

Dalam waktu dekat, Rijalul Ansor diharapkan mampu melakukan konsolidasi, koordinasi dan komunikasi dengan semua pengurus serta pengurus rijalul Ansor kecamatan. "Agenda terdekat menyiapkan kegiatan Ansor bersholawat di Kabupaten Kudus dengan menghadirkan ribuan jamaah majlis dzikir dan sholawat," imbuh Parno.

 

Dalam kepengurusan Rijalul Ansor Kudus kali ini, H.Mohammad Alamul Yaqin dikukuhkan sebagai ketua, Dwi Syaifullah sekretaris, dan Moh Thoyib sebagai bendahara. Masing-asing juga dilengkapi dengan beberapa wakil ketua, wakil sekretaris, dan wakil bendahara. (Qomarul Adib/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ulama, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Kamis, 12 Mei 2016

Saat Guru Sufi Perintahkan Dua Muridnya Angkat Unta ke Atap

Dalam kitab Tadzkirah al-Auliya’, Fariruddin Attar menceritakan kisah antara Abu Abdullah bin Khafif dengan dua muridnya. Diceritakan:

Saat Guru Sufi Perintahkan Dua Muridnya Angkat Unta ke Atap (Sumber Gambar : Nu Online)
Saat Guru Sufi Perintahkan Dua Muridnya Angkat Unta ke Atap (Sumber Gambar : Nu Online)

Saat Guru Sufi Perintahkan Dua Muridnya Angkat Unta ke Atap

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Sang Pencerah Muslim

Imam Ibnu Khafif mempunyai dua murid. Satu dipanggil Ahmad al-Kabir (lebih tua) dan satunya lagi dipanggil Ahmad al-Shaghir (lebih muda). Imam Ibnu Khafif lebih mencintai Ahmad al-Shagir. Sahabat-sahabat Ahmad al-Kabir cemburu (iri), dengan alasan Ahmad al-Kabir lebih lama menjadi murid Imam Ibnu Khafif, menjalankan tugas-tugasnya dengan baik, banyak melakukan riyadlah dan mujahadah diri. 

Imam Ibnu Khafif mengetahui kecemburuan mereka dan berencana melakukan pengujian. Suatu hari Imam Ibnu Khafif berkata kepada Ahmad al-Kabir, “Bawalah unta itu ke atap Khanqah (ribat sufi).”

Sang Pencerah Muslim

Ahmad al-Kabir menjawab, “Wahai guru, bagaimana mungkin membawa unta seberat itu ke atap Khanqah dengan tenagaku yang lemah?”

“Jika begitu, kau tidak perlu melakukannya,” kata Imam Ibnu Khafif.

Kemudian Ibnu Khafif beralih kepada Ahmad al-Shaghir, memerintahkannya membawa unta dengan pundaknya naik ke atap Khanqah. Ahmad al-Shaghir bergegas berdiri, mengikat pinggangya dan menggulung lengan bajunya. Ia berlari menuju unta, berusaha mengangkatnya dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Melihat itu Imam Ibnu Khafif berkata, “Sudahlah, cukup. Tujuan dari perintahku telah menuai hasil.”

Lalu Ibnu Khafif berkata kepada sahabat-sahabat Ahmad al-Kabir:

“Aku sangat tahu bahwa manusia tidak akan mampu mengangkat unta. Tapi Ahmad al-Kabir telah masuk dari pintu keberatan dan penyangkalan, serta tidak menerima perintah yang kuberikan. Sedangkah Ahmad al-Shaghir, dengan sigap melaksanakan perintahku dan berusaha mengangkatnya sekuat tenaga. Apa yang ditampakkan zahirnya adalah tanda bagi keadaan batinnya.” (Fariduddin Attar, Tadzkirah al-Auliya’, alih bahasa Arab oleh Muhammad al-Ashiliy al-Wasthani al-Syafi’i (836 H), Damaskus: Darul Maktabi, 2009,hlm 665).

****

Kisah di atas selain bercerita tentang ketakziman seorang murid yang mematuhi gurunya, pun merupakan gambaran besar tentang bagaimana seharusnya hubungan hamba dengan Tuhannya. Ketika berhubungan dengan Tuhan, seorang hamba tidak perlu menanyakan motif Tuhan dalam memberikan cobaan, memerintahkan sesuatu atau melarang sesuatu. Serahkan semuanya kepada Tuhan. Apalagi Tuhan dengan jelas mengatakan (hadits qudsi), “Anâ ‘inda dzanni ‘abdî bî—Aku tergantung persangkaan hambaKu kepadaKu.”Hadits qudsi tersebut memberi kita pengetahuan agar kita berhati-hati dalam mempertanyakan motif Tuhan. Jangan sampai kita menyangka yang tidak-tidak kepadaNya.

Di sisi lain, Allah berfirman (Q.S. al-Baqarah [2]: 286): “lâ yukallifu Allah nafsan illâ wus’aha—Allah tidak akan membebaniseseorang di luar kemampuannya.” Ayat ini memiliki makna yang sangat luas dan dalam. Agar tidak sampai berburuk sangka kepada Allah, kita harus mengetahui salah satu makna ayat tersebut. Salah satu maknanya adalah, ketika seseorang mendapatkan ujian dari Allah, artinya Allah telah percaya dengan kemampuan orang tersebut menyelesaikannya, karena Allah tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hambaNya.Persoalannya terletak pada bagaimana kita menjaga kepercayaanNya itu.

Ahmad al-Shaghir, dalam hal ini, merupakan contoh yang baik. Ia melaksanakan perintah gurunya tanpa keraguan sedikit pun. Tidak peduli perintah itu masuk akal atau tidak. Dengan kecerdasannya, ia pasti tahu mengangkat unta sebesar itu ke atap Khanqah adalah tidak mungkin. Tapi, ketidak-mungkinan tidak mencegahnya untuk mematuhi perintah gurunya. Berbeda dengan Ahmad al-Kabir, pengetahuannya tentang ketidak-mungkinan itu mencegahnya untuk mematuhi perintah gurunya.

Hal ini tidak berbeda dengan Iblis yang merasa lebih tahu dari Allah. Perasaan lebih tahu itulah yang menghalanginya untuk mentaati perintah Allah ketika disuruh bersujud kepada Adam, selain merasa dirinya lebih mulia. Akan tetapi, jika diamati lebih dalam, dosa terbesar Iblis bukan kesombongan antarsesama makhluk (dirinya dengan Adam), melainkan dosa kesombongan mempertanyakan keputusan Allah yang menetapkan Adam lebih mulia darinya. Karena itu, ketika Iblis dinyatakan bersalah dan diusir dari surga, ia tidak berusaha memohon ampunan Allah, malah mengancam akan menyesatkan anak cucu Adam. Sementara Adam, ketika ia bersalah memakan buah khuldi, ia dan Hawa langsung memohon ampunan Allah dengan mengatakan (Q.S. al-A’raf [7]: 23):

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jikalau Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”

Oleh karena itu, kita harus meningkatkan kepatuhan kita kepada Allah, menyerahkan segalanya kepadaNya. Menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kita tidak perlu mempertanyakan keputusan Tuhan. Sebab, banyak sekali hal yang tidak ada jawabannya di dunia ini, seperti kita tidak bisa memilih dari rahim siapa kita lahir, tapi kita bisa memilih bagaimana cara kita menyikapi dan mensyukurinya. Toh, kita sudah terlanjur ada. Berbuat kebaikan dan kebajikan merupakan manifestasi terbaik dari keberadaan kita. Bukankah Imam Husein bin Manshur al-Hallaj pernah mengatakan:

? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Orang yang telah mengetahui hakikat Tauhid, akan musnah darinya pertanyaan semacam ‘kenapa’ dan ‘bagaimana’.” (Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi, Risalah al-Qusyairiyyah fi ‘Ilm al-Tashawwuf, Beirut: Darul Kutub, 2001, hlm 47).

Wallahu a’lam..

Muhammad Afiq Zahara, alumnus Pondok Pesantren al-Islah, Kaliketing, Doro, Pekalongan dan Pondok Pesantren Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Doa Sang Pencerah Muslim

Selasa, 15 Desember 2015

GP Ansor Sumberasih Berikan Pelatihan Service Dinamo

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Untuk memberikan bekal keterampilan dalam hal service dinamo, Pengurus Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo akan memberikan pelatihan service dinamo kepada segenap anggota sebagai bekal untuk menambah pendapatan keluarga.

Tidak hanya digelar di tingkat PAC, pelatihan service dinamo ini juga akan digelar di masing-masing ranting se PAC GP Ansor Kecamatan Sumberasih dengan mendatangkan instruktur yang sudah ahli dalam hal service dinamo. Selain itu juga ada instruktur yang berasal anggota PAC GP Ansor Sumberasih sendiri.

GP Ansor Sumberasih Berikan Pelatihan Service Dinamo (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Sumberasih Berikan Pelatihan Service Dinamo (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Sumberasih Berikan Pelatihan Service Dinamo

Terobosan baru yang akan dilakukan oleh pemuda Ansor Kecamatan Sumberasih tersebut disambut antusias oleh segenap pengurus Ansor hingga tingkat ranting. Pasalnya melalui pelatihan ini setidaknya pemuda Ansor dapat memiliki keterampilan dalam service dinamo.

Sang Pencerah Muslim

“Setidaknya setelah mengikuti pelatihan ini, pemuda Ansor bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan bukan tidak mungkin juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi orang lain,” ungkap Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo Edi Hariyanto.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Edi, selain sebagai terobosan baru bagi pemuda Ansor, pelatihan service dinamo yang akan dilakukan oleh PAC GP Ansor Kecamatan Sumberasih ini merupakan salah satu upaya bentuk kepedulian terhadap kaum nahdliyin dan sekaligus menjadi Lembaga Keterampilan dan Pelatihan (LKP) yang merupakan salah satu program dari GP Ansor pusat.

“Mudah-mudahan melalui pelatihan service dinamo, pemuda Ansor khususnya se PAC GP Ansor Kecamatan Sumberasih memiliki bekal untuk menciptakan lapangan pekerjaan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain,” harap Edi singkat.

Kontributor: Syamsul Akbar

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Kajian Islam, Fragmen Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 17 Oktober 2015

Korupsi di Atas Rp100 Miliar, Hukum Kita Jadi ‘Bego’

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menilai, pemerintah tidak serius dalam penegakan hukum. Menurutnya, hal itu tercermin dalam upaya pemberantasan korupsi yang masih terkesan tebang pilih, terutama pada kasus-kasus korupsi "kecil", sementara koruptor besar nyaris tak tersentuh sama sekali.

"Hukum kita kekuatannya hanya sampai Rp100 miliar saja. Lebih dari itu, hukum kita jadi pelo (gagap) dan bego," kata Hasyim kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (18/1). Hal itu dikatakannya usai bertemu mantan anggota DPRD Bontang Hamsyah MD yang mengaku menyesal telah mengkorupsi dana APBD Bontang, Kalimantan Timur.

Lebih dari itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur itu mengingatkan pemerintah agar tidak bermain-main dengan pemberantasan penyakit bangsa tersebut. "Saya ketuk hati pemerintah agar jangan bermain-main dalam pemberantasan korupsi. Kalau ditindak, ditindak semua. Kalau tidak, ya, dibina semua," tegasnya.

Korupsi di Atas Rp100 Miliar, Hukum Kita Jadi ‘Bego’ (Sumber Gambar : Nu Online)
Korupsi di Atas Rp100 Miliar, Hukum Kita Jadi ‘Bego’ (Sumber Gambar : Nu Online)

Korupsi di Atas Rp100 Miliar, Hukum Kita Jadi ‘Bego’

Selain itu, Hasyim menambahkan, gerakan pemberantasan korupsi juga jangan sampai salah sasaran. Lebih fatal lagi jika pihak yang melaporkan kasus korupsi yang ditangkap, sementara yang melakukan korupsi justru melenggang. Jangan sampai sebuah penegakan hukum menjadi kezaliman yang berbungkus keadilan.

Minta Nasihat

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, Hamsyah MD yang didampingi beberapa aktivis Bontang Corruption Watch menemui Hasyim dalam rangka meminta nasihat atas perbuatan yang ia lakukan. Ia mengaku insyaf dan berjanji akan mengembalikan semua uang hasil korupsi, kemudian bertobat kepada Allah dan akan menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib.

Di depan Hasyim, Hamsyah mengaku telah melakukan korupsi sewaktu menjadi anggota DPRD. Korupsi dilakukan tahun 2002, yakni korupsi uang asuransi Bumi Putera yang diambil dari pos keuangan pemda senilai Rp 74.900. Total uang yang dikorupsi 25 anggota DPRD dari jatah asuransi sebesar Rp 2 miliar. Uang tersebut diambil dari pos anggaran peningkatan kesejahteraan karyawan Pemerintah Kota Bontang.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, Hamsyah mengaku mendapat dana ‘terima kasih’ Rp50 juta pada 2004. Hamsyah mengaku gelisah sejak melaksanakan ibadah haji pada 2003 lalu. Dia menuturkan, saat melakukan wukuf di Mina, kegelisahan mulai muncul dan terasa sampai saat ini. Ia merasa uang yang telah dimakan bersama keluarga adalah uang haram dan sudah mendarah daging.

Sikapnya kemudian berubah dan memutuskan menemui Hasyim Muzadi dan meminta nasehat mengenai apa yang harus dilakukan. "Saya meski orang PDIP, tetapi jiwa saya NU," katanya.

Hamsyah tiba di PBNU dengan membawa poster besar bertuliskan "Koruptor Insyaf!!! Saya pelaku korupsi APBD Bontang Rp44,6 miliar. Kenapa KPK tidak tangkap saya? Kenapa KPK mandul? Silakan tangkap saya. Hamsyah MD, mantan anggota PPRD Bontang. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Jumat, 05 Desember 2014

Warga NU Jangan Mudah Terpancing Isu Miring

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Warga NU jangan mudah terpancing oleh isu-isu miring yang berkembang di media sosial (medsos). Setiap informasi harus dikaji dan dicari sumber asalnya agar tidak salah dalam menyimpulkan. Dengan berhati-hati, diharapkan warga NU bisa kuat sebagaimana warga yang lain yang ada di Indonesia.

Warga NU Jangan Mudah Terpancing Isu Miring (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga NU Jangan Mudah Terpancing Isu Miring (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga NU Jangan Mudah Terpancing Isu Miring

Hal tersebut disampaikan Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH Abdul Hadi Saifullah ketika menghadiri Daurah Kader Aswaja yang digelar MWCNU Kecamatan Wonomerto bekerja sama dengan Pengurus Cabang Aswaja NU Center (Asnuter) Kabupaten Probolinggo, Rabu (29/12) malam.

“Al Qur’an juga sudah menjelaskan bahwasanya jika datang seorang fasiq maka hendaklah bertabayyun. Dengan bertabayyun, maka kita akan mendapatkan klarifikasi yang jelas dan benar-benar valid sumbernya,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Kiai Abdul Hadi, sebagai umat Islam maka warga NU perlu memahami apa itu Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) sehingga tahu ciri-ciri akidah yang benar dengan demikian dapat membentengi diri dari aqidah-akidah yang menyimpang yang banyak bermunculan.

“Secara sederhana, ciri-ciri akidah yang benar adalah seorang yang beragama Islam, berpaham Ahlussunnah wal Jama’ah, mengikuti Asy’ariyah atau Maturidiyah, mengikuti ulama tasawuf (shufiyyah) dan mengikuti salah satu mazhab fiqih. Kelima ciri identitas itu harus ada dalam diri seseorang dan tidak boleh ada satu pun yang lepas darinya agar dapat mengikuti akidah yang benar,” jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Dalam kesempatan tersebut para pengurus NU juga digembleng dengan materi Sunnah wal Bid’ah oleh KH Masrur Nashor, Manhajuna fil Aqidah oleh Teguh Mahameru Zainul Hasan dan Hujjatuna Fil Figh oleh KH Zainullah Ghazali. Kegiatan ini diikuti seluruh jajaran pengurus MWCNU dan PRNU Kecamatan Wonomerto serta lembaga dan (badan otonom (banom).

Untuk memberikan feedback, pengurus NU juga diberikan kesempatan untuk bertanya. Bahkan kegiatan yang diagendakan selesai ba’da Isya’ tersebut tanpa terasa hingga jam 22.00 WIB. “Alhamdulillah, program yang dicanangkan PC Asnuter NU bersama MWCNU Wonomerto selesai dengan baik,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Nahdlatul, IMNU Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 22 Februari 2014

Mahasiswa Yogyakarta Hadirkan Buku Keteladanan Pengasuh Pesantren Annuqayah

Sumenep, Sang Pencerah Muslim. Para mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta turut memeriahkan acara silaturrahim alumni Pesantren Annuqayah di aula Syarqawi, Guluk-Guluk, Sumenep Madura, Sabtu (31/10). Mereka merupakan perwakilan dari Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Cabang Yogyakarta.

Mahasiswa Yogyakarta Hadirkan Buku Keteladanan Pengasuh Pesantren Annuqayah (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa Yogyakarta Hadirkan Buku Keteladanan Pengasuh Pesantren Annuqayah (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa Yogyakarta Hadirkan Buku Keteladanan Pengasuh Pesantren Annuqayah

Rinciannya, 3 dari perwakilan pengurus IAA Yogyakarta tersebut ialah Zian Faradis (ketua), Moh. Affan dan Faza Binal Alim; 2 orang penasehat IAA Yogyakarta Ruslani dan Haris.

Dalam kesempatan itu, mereka menghadirkan keteladanan pengasuh Pesantren Annuqayah alm KH A Warits Ilyas. Dua buku tersebut berjudul ‘Inspirator dan Guru Umat’ sebanyak 60 buah dengan harga Rp 25 ribu, sedangkan buku lainnya bertajuk ‘Oase Keteladanan KH Warits’ sebanyak 4 buku seharga Rp 35 ribu.

Sang Pencerah Muslim

"Penghasilannya buat IAA Press yang baru diprakarsai oleh IAA Yogyakarta," ujar Moh Affan.

Mengacu pada keteladanan Kiai Warits, lanjut Affan, pesantren secara umum dan Pesantren Annuqayah khususnya, harus menjadi lembaga Islam yang mampu memberikan solusi terdepan bagi kehidupan modern saat ini.

Sang Pencerah Muslim

"Tentunya dengan menjadi lembaga pendidikan Islam yang tidak terjebak pada pendikotomian ilmu: ilmu agama dan umum, seperti yang sudah ditulis Prof Dr Abd Ala (salah satu Kiai Annuqayah) dalam buku  Pembaharuan Pesantren," harap Affan.

Affan juga menerangkan, bahwa  alumni Annuqayaah banyak menjadi tokoh, pemikir, penyair, penulis, dosen, politisi, kiai, pengusaha, wartawan, dan sebagainya. “Mari berdayakan  sumberdaya manusia yang ada. Dan semoga Annuqayah menjadi lembaga yang terus merakyat," tukasnya. (Hairul Anam/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Selasa, 26 November 2013

Salah Kaprah Kebijakan Sekolah 5 Hari

Oleh Fathoni Ahmad

Setelah setahun wacana Full Day School melalui kebijakan 5 hari sekolah digulirkan oleh suksesor Anies Baswedan, Muhadjir Effendy pada Agustus 2016 lalu, kebijakan tersebut mencuat kembali. Bahkan kabarnya sudah menjadi keputusan untuk tahun ajaran baru 2017/2018. Dengan demikian, sekolah hanya berlangsung Senin hingga Jumat dengan tambahan jam pelajaran.

Salah Kaprah Kebijakan Sekolah 5 Hari (Sumber Gambar : Nu Online)
Salah Kaprah Kebijakan Sekolah 5 Hari (Sumber Gambar : Nu Online)

Salah Kaprah Kebijakan Sekolah 5 Hari

Reaksi atas kembali mencuatnya kebijakan tersebut ramai ditanggapi sejumlah kalangan. Tidak sedikit yang menolak kebijakan Mendikbud Muhadjir Effendy tersebut. Selain merampas hak interaksi anak di tengah-tengah komunitasnya, kebijakan ini juga dinilai srampangan karena tidak melalui kajian strategis dan mendalam. Agaknya, kebijakan pendidikan yang kerap berganti seiring dengan pergantian menteri hanya menjadi tradisi berinovasi semu. Karena pada tataran praktis, perangkat pendidikan di lapangan pun hanya bisa pasrah tak berdaya dengan setiap kebijakan baru.

Setelah me-refresh memori setahun lalu, penulis seketika teringat dengan pernyataan Muhadjir Effendy ketika hendak menggulirkan full day school. Dia mengatakan, “Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orang tua mereka masih belum pulang dari kerja," kata Muhadjir Effendy, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang setahun lalu.

Praktis, alasan sederhana di ataslah yang turut menggiring Muhadjir Effendy untuk menerapkan full day school melalui kebijakan sekolah 5 hari. Namun saat itu, kebijakan tersebut mendapat banyak penolakan dari masyarakat sehingga dia beralasan akan mengadakan kajian ulang yang hingga kini tidak jelas hasilnya. Tetapi, sekonyong-konyong kebijakan tersebut langsung dilontarkan akan diterapkan tahun ajaran baru 2017/2018. Nampak Muhadjir hanya memanfaatkan surutnya sikap kritis dan protes masyarakat sehingga setelah masyarakat lupa, dia dengan mudah langsung mengeksekusi kebijakan tanpa hasil kajiannya setahun lalu.

Dengan alasan sederhana Muhadjir Effendy setahun lalu di atas, penulis juga tidak membutuhkan alasan rumit dan kajian akademis yang terlalu ndakik-ndakik untuk mengatakan bahwa kebijakan sekolah 5 hari merupakan langkah yang salah kaprah. Penilaian ini bisa diurai dari setiap variabel pernyataan yang dilontarkan oleh Muhadjir Effendy di atas.

Sang Pencerah Muslim

?

Sang Pencerah Muslim

Pertama, soal karakter anak didik yang perlahan akan terbangun. Alasan ini seharusnya tidak keluar dari mulut seorang menteri pendidikan tanpa memperhatikan realitas sosial atas edukasi mandiri yang selama ini dilakukan oleh masyarakat melalui pendidikan agama (madrasah diniyah) di sore hari setelah pulang sekolah. Dengan menerapkan kurikulum keagamaan pada diri anak-anak, apakah keberadaan madrasah diniyah kurang membangun akhlak dan karakter?

?

Sebetulnya karakter anak seperti apa yang ada dibenak seorang Muhadjir Effendy? Jelas keberadaaan madrasah diniyah mampu menopang sekaligus mendukung program revolusi mental yang selama ini digembar-gemborkan Presiden Joko Widodo sebab kurikulum madrasah diniyah memperkuat karakter religiusitas. Praktik pendidikan keagamaan melalui madrasah diniyah ini juga memberikan kesempatan ruang edukasi yang lebih luas kepada anak. Anak tidak hanya monoton berinteraksi dengan guru dan teman-teman satu sekolah, tetapi juga bersosialisasi bersama beragam anak dengan berbagai latar belakang dan karakter di lingkungannya.

?

Apa yang ada di alam ideas Muhadjir Effendy sebetulnya bisa dipahami karena generasi muda saat ini mengalami krisis karakter. Sebab itu, hendaknya kebijakan sekolah 5 hari jangan makin menambah krisis tersebut karena anak didik dipaksa keluar dari akar sosial masyarakatnya dengan minim interaksi sosial karena hanya dikurung seharian di sekolah. Meminjam KH Abdurrahman Wahid (1940-2009), karakter bangsa akan terbangun jika mereka tidak tercerabut dari akar sosial masyarakatnya sendiri. Produk dari pendidikan semua akan kembali ke masyarakat. Sebab itu, akar sosial masyarakat dimana anak didik terlahir dan tinggal jangan sampai terampas dengan mengurungnya di sekolah.

Kedua, anak didik tidak menjadi liar di sekolah. Jika alasan ini yang menjadi energi pendorong Muhadjir Effendy untuk menerapkan kebijakan full day school, maka penulis pastikan anak didik akan semakin liar karena ruang interaksi mereka semakin terbatas. Logika sederhananya, siapa pun akan berontak jika ? ruang geraknya dibatasi. Filosofi simpel ini seharusnya tidak menjadikan sistem pendidikan bangsa Indonesia serumit seperti yang selama ini dirasakan, ganti menteri, ganti kebijakan, ganti kurikulum. Seolah menjadi aib tersendiri jika menjadi menteri pendidikan tetapi tidak menelorkan kebijakan baru.

Pemerintah harus sadar betul bahwa jutaan orang tua di Indonesia menggantungkan masa depan kebaikan anaknya pada pendidikan keagamaan yang mereka lakukan setiap sore seusai pulang sekolah. Saat ini rasio kejenuhan belajar siswa harus menjadi perhatian utama. Bukan sebaliknya, mengurangi hari karena beban kerja PNS atau ASN guru sudah cukup ketika waktu belajar hanya 5 hari. Tetapi ironisnya, hal itu dengan menambah jam belajar hingga sore hari, bukan meningkatkan kualitas pengajaran.

Penulis tidak akan membandingkan sistem pendidikan di negara maju seperti Finlandia yang hanya menerapkan waktu belajar 4-5 jam. Tetapi kualitas pendidikan di salah satu negara Skandinavia itu selalu bercokol di peringkat pertama dunia sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik. Poin penting yang mereka lakukan ialah dengan terus meningkatkan kualitas pendidikan, bukan menambah jam belajar karena konsekuensi pemadatan jam selama 5 hari yang hendak dilakukan Muhadjir Effendy tersebut.

Bukan full day school, tetapi full day education

Belajar dari Finlandia, seharusnya yang diterapkan bukan full day school tetapi full day education. Dengan konsep full day education, sistem yang akan berjalan ialah peningkatan mutu dan kualitas belajar, penulis tegaskan bukan menambah jam belajar seperti konsep full day school. Finlandia telah berhasil bagaimana membangun pendidikan dengan waktu yang singkat tetapi bermakna (meaningfull) karena mendidik secara penuh. Terminologi penuh di sini bukan waktu belajar yang ditambah, tetapi kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang makin berkualitas. Bahkan Finlandia menerapkan satu kali mata pelajaran, satu kali istirahat. Mereka sadar betul anak didik memerlukan jeda untuk mengkulminasi hasil belajar mereka di kelas.

Ketiga, sambil menunggu orang tua pulang kerja. Alasan ini seperti setengah hati dalam menerapkan kebijakan 5 hari sekolah. Nampak bukan alasan akademis karena jika menilik renungan seorang teoritikus pendidikan Ivan Illich, selain dididik dengan sistem klasikal (kelas), seorang anak juga terdidik oleh alam. Bahkan berangkat dari teori naturalisasi ini, Ivan Illich menolak sistem sekolah karena dinilai monoton dan tidak membuat anak berkembang sebab interaksi yang terbatas. Apalagi jika menerapkan sistem full day school sebagai sebuah kebijakan nasional.

Belajar tak cuma sekolah

Mewujudkan sebuah sistem dengan mengorbankan sistem yang berjalan dengan baik hanya akan menciptakan benturan sosial. Tentu yang akan menjadi korban anak didik sebagai subjek utama pembelajaran. Nampaknya setiap kebijakan pendidikan nasional hanya menempatkan mereka sebagai ‘kelinci percobaan’. Artinya bukan berangkat dari kebutuhan anak didik, tetapi lebih kepada sistem baru tanpa kajian mendalam.

Bukan menjadi persoalan jika kebijakan tersebut tidak berimbas pada sistem secara nasional. Sebaliknya, menjadi permasalahan jika keputusan tersebut menjadi sebuah kebijakan nasional. Di titik inilah intervensi pemerintah terhadap sistem pendidikan nasional sangat kental selama ini. Berangkat dari Finlandia, sekali lagi penulis hanya bisa mengungkap bahwa sistem pendidikan di sana jauh dari intervensi tangan-tangan pemerintah. Kebijakan pendidikan diserahkan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan anak. Pemerintah hanya memberikan rambu-rambu, teknis dan implementasi kurikulum diserahkan dan disusun oleh stakeholder pendidikan di lapangan.

Untuk membangun karkater anak dan menjadikan agar anak tidak menjadi liar, Indonesia mempunyai jutaan lembaga pendidikan keagamaan yang sejak era penjajahan hingga sekarang berkontribusi positif terhadap pembangunan moral dan karakter generasi bangsa. Data Kementarian Agama menjelaskan, Pondok Pesantren mencapai 13.904 lembaga, 3.201.582 santri, dan 322.328 ustadz; Madrasah Diniyah Takmiliyah mencapai 76.566 lembaga, 6.000.062 santri, dan 443.842 ustadz; Pendidikan Al-Qur’an (TKA, TPA, TQA): 134.860 lembaga, 7.356.830 santri, 620.256 ustadz. Total: 225.330 lembaga, 16.558.44 santri, dan 1.386.426 ustadz.

?

Data di atas belum mencakup pesantren yang didata oleh Nahdlatul Ulama (NU) yang mencapai lebih dari 30.000 pesantren di seluruh Indonesia. Dari data di atas, tidak terpungkiri bahwa selama ini anak didik menjadikan madrasah diniyah, TPA, dan TPQ sebagai sumber belajar agama setelah pulang sekolah. Kebijakan full day school 5 hari sekolah tentu akan menutup kesempatan anak didik memperdalam ilmu agama secara fokus dan khusus di lembaga-lembaga tersebut. Dengan kata lain, lembaga pendidikan keagamaan yang selama ini mampu membangun karakter bangsa tersebut juga berpotensi terbengkalai. Apakah itu yang diinginkan Mendikbud dan Pemerintah? Wallahu a’lam bisshowab.

Penulis adalah Pengajar di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Sholawat, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 03 Agustus 2013

Badan Sensor Film Harus Diperkuat

Surabaya, Sang Pencerah Muslim

Menyeruaknya tuntutan seputar penghapusan lembaga sensor film di Indonesia, membuat Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur kebakaran jenggot. Betapa bahaya tuntutan semacam itu bila dikabulkan.

Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH Miftahul Akhyar mengingatkan, adanya tuntutan untuk menghapuskan lembaga sensor itu merupakan salah satu bentuk perang opini.

Badan Sensor Film Harus Diperkuat (Sumber Gambar : Nu Online)
Badan Sensor Film Harus Diperkuat (Sumber Gambar : Nu Online)

Badan Sensor Film Harus Diperkuat

Ia mengharapkan agar umat Islam memperhatikan masalah itu. “Sebab kalau mereka menang, bisa lepas semua aturan-aturan yang ada. Mau jadi apa negara ini,” katanya saat ditemui Sang Pencerah Muslim di Kanwil NU Jatim pada Rabu (23/1) lalu.

Sang Pencerah Muslim

“Sekarang ini masih ada badan sensor saja kita bebas menikmati tayangan berbau kekerasan, pornografi, dan lainya. Apa jadinya kalau lembaga itu tidak ada,” lanjutnya.

Menurut pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Kedungtarukan Surabaya itu, bencana yang telah sekian banyak mengoyak negeri ini adalah akibat dari semakin jauhnya masyarakat dari kebenaran.

Sang Pencerah Muslim

"Masyarakat sudah terlanjur jauh dari agama dan kejujuran. Kini, malah muncul tuntutan semacam itu, yang malah akan membuka pintu bencana lebih besar lagi," katanya.

Kiai Miftah meyakini, sebagian kalangan yang menginginkan dihapuskannya lembaga sensor itu akibat otak mereka telah dicuci oleh para “juragan”. Menurutnya, setiap gerakan yang merusak keyakinan masyarakat, baik berupa narkoba, aliran sesat maupun penghapusan lembaga sensor, dipastikan ada juragan besar di belakangnya.

Merekalah yang mengatur dan membiayai gerakan itu. “Tujuannya agar Indonesia semakin mumet. Kalau sudah begitu akan mudah dikalahkan,” tandasnya.

Ada indikasi kesengajaan untuk memancing perkara peka semacam itu. Sebab penduduk muslim di Indonesia adalah terbesar di seluruh dunia, demikian juga ormas Islamnya, yang terbesar di seluruh dunia. Jika rusak Indonesia, maka rusak pula sebagian besar umat Islam di dunia.

Oleh karena itu, secara tegas Kiai Miftah mengambil sikap mengharapkan agar lembaga itu tetap dipertahankan. Keberadaannya sebagai filter budaya dan akhlak bangsa masih sangat dibutuhkan di negeri ini.

Bahkan tidak hanya itu, ia mengharap agar posisinya diperkuat dan kontrol semakin diperketat. “Kita harus menutup setiap pintu kemungkinan mereka memanfaatkan celah,” kata Kiai Miftah. (sbh)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Lomba, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock