Tampilkan postingan dengan label Habib. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Habib. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Agustus 2017

Ustadzah Amerika Ini Kenalkan Anak-anak Ajaran Imam Al-Ghazali

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Virginia Gray Henry, Pengajar Islam Klasik di Amerika Serikat memiliki perhatian terhadap pendidikan Islam anak-anak. Ia dan timnya menerbitkan buku-buku untuk anak-anak antara lain tentang hidup dan ajaran Imam Al-Ghazali. Selain itu ia juga menyusun buku amaliyah wudlu, berdoa dan shalat.

Ustadzah Amerika Ini Kenalkan Anak-anak Ajaran Imam Al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)
Ustadzah Amerika Ini Kenalkan Anak-anak Ajaran Imam Al-Ghazali (Sumber Gambar : Nu Online)

Ustadzah Amerika Ini Kenalkan Anak-anak Ajaran Imam Al-Ghazali

Hal itu disampaikannya di arena International Summit of Moderate Islamic Leaders (Isomil) atau pertemuan internasional para pemimpin Islam moderat di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (10/5).

Virginia menuturkan, penerbitan buku-buku tersebut? sebagai upaya membantu anak-anak mempelajari Sunah juga pengajaran Islam dari sisi hati (tasawuf). “Ini untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak bahwa dalam hidup ada kesempatan untuk membersihkan hati,” kata Virginia.

Sang Pencerah Muslim

Virginia juga melakukan pendekatan dari hati dengan anak-anak didiknya. Misalnya ia pernah mengajak anak-anak untuk pergi ke sebuah taman kota dan bertemu dengan seorang alim yang kemudian dijadikan guru oleh anak-anak tersebut. Orang alim itu memberikan contoh bahwa setiap ibadah yang dilakukan untuk bersikap ramah dan ajaran baik lainnya.

Menurutnya, harapan pengajaran Islam kepada anak-anak sangat besar. Dan di antara pendekatan pengajaran kepada mereka adalah melalui cerita-cerita dari buku-buku yang diterbitkan.

Sang Pencerah Muslim

Dalam forum Isomil, Virginia juga memutarkan film pendek yang menceritakan berubahnya situasi kepada kembalinya keyakinan? anak-anak. Anak-anak dapat merasakan keyakinan dan percaya dengan kehidupan spiritual dan bagaimana anak-anak tidak hanya hidup dalam ketakutan.

Virginia sendiri terinspirasi dengan kehidupan Imam Al-Ghazali sejak kecil tepatnya? pada tahun 1966. Salah satu yang Virginia ingat adalah ungkapan, “Saya hancur bila tidak melakukan apa pun.”

Oleh karena itu, Virginia melakukan kerjasama penerjemahan buku-buku yang ditulisnya dengan beberapa negara untuk menyebarkan ajaran Islam.

Menanggapi paparan Virginia, salah seorang Mustasyar PBNU KH Abdullah Syarwani mengatakan bahwa upaya Virginia sangat baik untuk membangun karakter. “Manusia harus dibimbing dengan akal dan rasionya,” kata mantan Duta Besar RI untuk Syiria ini.

KH Syarwani yakin dan percaya bahwa dalam menghadapi radikalisme dunia, umat Islam harus kuat, tidak boleh takut. Kejahatan dilawan dengan cara yang santun, berbasis moral dan spiritual yang kuat.

Selanjutnya KH Syarwani mengatakan, kerja sama umat Islam dunia akan menyatukan itu. “Persatuan itu merupaka upaya basyariah di antara kita,” ungkap KH Syarwani. (Kendi Setiawan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Habib Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 01 Juli 2017

Mendes Minta Dukungan NU dalam Pembangunan Desa

Jakarta,Sang Pencerah Muslim. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang baru dilantik Presiden Joko Widodo, Eko Putro Sandjojo bersilaturahim ke gedung PBNU, Jakarta, pada Jumat (5/8). Ia diterima Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Katib ‘Aam PBNU KH Yahya C. Staquf di lantai 3. ?

Mendes Minta Dukungan NU dalam Pembangunan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
Mendes Minta Dukungan NU dalam Pembangunan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

Mendes Minta Dukungan NU dalam Pembangunan Desa

Ia yang ditemani rombongan menyampaikan permintaan agar NU turut mendukung dan berpartisipasi dalam percepatan pembangunan daerah yang tertinggal. Hal itu karena Indonesia memiliki sekitar 70. 700 desa lebih sehingga harus bekerja sama dengan semua pihak.

Menurut dia, dari jumlah desa dengan jumlah seperti itu, hanya sekitar 2.000 yang bisa dikatakan desa maju. Sisanya desa berkembang dan desa tertinggal.

Sang Pencerah Muslim

Salah satu, untuk merangsang desa menjadi maju adalah menciptakan desa “tematik”. Artinya desa di Indonesia tidak seragam dalam menghasilkan produk. Ada desa yang nantinya di desain menghasilkan pertanian, perikanan, dan pariwisata. Misalnya di Karawang unggulannya padi di Lampung sebagian unggulannya jagung. ?

“Masing-masing desa ada ciri khasnya,” kata menteri yang baru saja diangkat Presiden menggantikan Marwan Ja’far belum lama ini.

Sang Pencerah Muslim

Menurut dia, dana 1 miliar rupiah itu, penggunaannya berbeda antara desa yang maju dan tertinggal. Uang tersebut untuk sebagian desa ada yang diarahkan memperbaiki infrastruktur, sementara yang lain untuk keterampilan penduduknya. Desa yang sudah infrastrukturnya akan didorong punya unit usaha seperti BPR yang bisa bekerja sama dengan BRI, BNI.

Pada kesempatan itu Kiai Said mengamini apa yang akan dijalankan kementerian tersebut. Tapi ia juga mengingatkan untuk memperhatikan desa-desa terluar atau desa perbatasan dengan negara lain. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Habib, Kyai Sang Pencerah Muslim

Jumat, 30 Juni 2017

Penguatan Identitas, NU Kota Malang Gelar Bedah Buku Pahlawan Santri

Malang, Sang Pencerah Muslim - Semarak konferensi Pengurus Cabang NU Kota Malang ditandai dengan beberapa agenda prakonferensi. Salah satu agenda yang diselenggarakan oleh panitia dari unsur Lakpesdam adalah membedah buku Pahlawan Santri, Tulang Punggung Pergerakan Nasional karya Munawir Aziz, salah satu pengurus LTN PBNU di Ruang Seminar Lantai 2 Perpustakaan Universitas Negeri Malang (UM), Rabu (5/6) pagi.

Tampak hadir berbagai kalangan baik dari internal NU, peneliti, akademisi, kalangan santri, dan mahasiswa. Seminar ini menghadirkan penulis buku dan Kepala Perpustakaan UM Prof. Dr. Djoko Saryono sebagai pembanding.

Penguatan Identitas, NU Kota Malang Gelar Bedah Buku Pahlawan Santri (Sumber Gambar : Nu Online)
Penguatan Identitas, NU Kota Malang Gelar Bedah Buku Pahlawan Santri (Sumber Gambar : Nu Online)

Penguatan Identitas, NU Kota Malang Gelar Bedah Buku Pahlawan Santri

Ketua PCNU Kota Malang Gus H Mujab Masyhudi mengatakan, acara semacam ini penting untuk mengambil hikmah dan mutiara terpendam dari para ulama Nusantara.

Sang Pencerah Muslim

"Membacanya akan mendapatkan mutiara-mutiara yang akan bermanfaat bagi para santri dan kalangan Nahdliyin. Agar kita memahami sanad-sanad keilmuan kita melalui wasilah para ulama terdahulu," kata alumni Pondok Lirboyo ini.

Sementara pihak UM yang diwakili oleh Kabiro BAKPIK UM H Amin Sidiq menyampaikan terima kasih karena UM dipercaya sebagai tempat acara rangkaian prakonferensi PCNU Kota Malang terlebih khusus bedah buku.

"UM selalu giat menyambut segala aktivitas yang bernuansa intelektual seperti bedah buku. Karenanya pihak UM sangat berterima kasih atas diselenggaranya kegiatan bedah buku yang di tulis oleh Munawir Aziz. Mudah-mudahan dapat menginspirasi kalangan muda dalam membangun dan mempertahankan negeri," imbuhnya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Munawir, buku ini merupakan puzzle dari sebuah perjalanan panjang negeri ini. Mereka, para peneliti dari luar, cenderung menggunakan perspektif outsider dalam menarasikan sejarah. Sehingga banyak narasi dan fakta yang terlewatkan. Buku ini mencoba mengisi kekosongan tersebut dengan menggunakan perspektif insider.

Setidaknya ada tiga komponen yang dibidik dalam buku ini, bagaimana santri dimaknai dalam konteks sejarah kebangsaan; simpul-simpul jejaring nama dan aksi dalam sejarah pergerakan nasional yang dilakukan oleh para kiai dan santri, dan sebagai umpan silang untuk para pemerhati khususnya santri agar memunculkan kiai-kiai yang layak sebagai pahlawan nasional, sebagai bentuk penegasan identitas kesantrian bahwa ia memiliki saham dalam perjuangan membangun santri.

Prof Dr Djoko Saryono mengatakan, terbitnya sebuah karya perlu disambut meriah. Kemudian merenungkannya dan perlu dilanjutkan dengan pengkajian-pengkajian berikutnya.

“Para pemikir Indonesia yang di dalamnya termasuk para kiai dan santri dalam sejarah adalah mereka yang memiliki lintas keilmuan yang sangat luar biasa," kata Djoko. (Irhamatul Jariyati/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul Ulama, Habib Sang Pencerah Muslim

Jumat, 16 Juni 2017

Indonesia Usulkan Tiga Langkah Penyelesaian Konflik Irak

Bogor, Sang Pencerah Muslim

Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengusulkan tiga langkah penyelesaian konflik berkepanjangan antarsekte Islam di Irak. "Langkah pertama adalah rekonsiliasi nasional, jika itu tercapai, kemudian langkah kedua adalah penarikan pasukan koalisi AS (Amerika Serikat, Red) untuk digantikan dengan pasukan koalisi baru dari negara muslim dan ketiga adalah rekonstruksi."

Pernyataan itu disampaikan Presiden Yudhoyono saat membuka Konferensi Internasional Pemimpin Umat Islam bagi Rekonsiliasi Irak di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (3/4) sore.

Dalam kesempatan itu Presiden Yudhoyono juga mengatakan bahwa para pemimpin umat Islam perlu mengambil peran yang lebih besar dalam penyelesaian konflik Irak.

Indonesia Usulkan Tiga Langkah Penyelesaian Konflik Irak (Sumber Gambar : Nu Online)
Indonesia Usulkan Tiga Langkah Penyelesaian Konflik Irak (Sumber Gambar : Nu Online)

Indonesia Usulkan Tiga Langkah Penyelesaian Konflik Irak

"Saat ini sebagian besar konflik dapat diselesaikan dengan `soft-power` (kekuatan lunak), `hard-power` (kekuatan keras) tidak lagi menyelesaikan permasalahan,... warga Irak memerlukan kenyamanan spiritual dan bimbingan dari pemimpinnya," kata Presiden.

Presiden menegaskan bahwa konflik di Irak saat ini adalah peperangan antara hati dan pikiran yang tidak dapat dimenangkan dengan senjata dan bom.

Menurut Presiden, para pemimpin umat Islam memiliki peran penting karena didengar oleh seluruh pengikutnya. "Banyak kasus konflik di masa lalu dapat terselesaikan karena keterlibatan para pemimpin umat," katanya.

Sang Pencerah Muslim

Untuk mencapai perdamaian jangka panjang diperlukan suatu kekuatan spiritual yang kuat sehingga peran pemimpin umat sangat penting. Oleh karena itu, Presiden mengatakan, dalam pertemuan tersebut, para ulama dapat saling bertukar pikiran untuk menciptakan rekonsiliasi dengan pemaaafan sebagai dasarnya.

"Kita memerlukan inisiatif yang nyata bagi dialog persaudaraan menuju perdamaian,... kita ada di persimpangan, semua ini sekarang krusial dan penting," kata Presiden.

Presiden menegaskan bahwa kewajiban untuk menemukan cara guna menciptakan perdamaian di Irak adalah tanggung jawab semua umat Islam karena persaudaraan antarumat Islam tidak mengenal batas negara.

Sang Pencerah Muslim

"Setiap muslim peduli dengan setiap kematian yang terjadi di Irak,...sebagai negara berpenduduk muslim besar Indonesia juga sangat peduli dengan itu," katanya.

Konflik sektarian di Irak yang terjadi pasca pendudukan AS pada 2003 telah mengakibatkan lebih dari 34 ribu warga Irak meninggal dan 37 ribu terluka serta 471 ribu tidak diketahui keberadaannya, hanya pada 2006. Aksi kekerasan yang terjadi telah mengikis tradisi toleransi beragama dan sikap saling menghormati.

Pertemuan Bogor, 3-4 April, melibatkan dua pihak kelompok Sunni dan Syiah se-dunia dari 9 negara, yaitu Iran, Irak, Mesir, Malaysia, Lebanon, Pakistan, Suriah, Turki, dan Indonesia. (mkf)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Bahtsul Masail, Internasional, Habib Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 03 Juni 2017

Kiswah Ramadhan, Aswaja NU Centre Probolinggo Layani Masalah Aqidah dan Syariah

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim - Pengurus Cabang Aswaja NU Center (Asnuter) Kabupaten Probolinggo bekerja sama dengan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kuripan membahas hubungan aqidah, syariah, dan akhlaq di Pendopo Kecamatan Kuripan, Sabtu (11/6) malam. Asnuter dalam Ramadhan ini tetap memberikan dampingan perihal keaswajaan kepada nahdliyin.

Kegiatan Kiswah Ramadhan ini diikuti oleh sekitar 100 orang terdiri atas pihak Forkopimka, pengurus MWCNU dan PRNU se-Kecamatan Kuripan, pengurus Asnuter, pengurus cabang lembaga dan badan otonom (banom) NU se-Kabupaten Probolinggo.

Kiswah Ramadhan, Aswaja NU Centre Probolinggo Layani Masalah Aqidah dan Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiswah Ramadhan, Aswaja NU Centre Probolinggo Layani Masalah Aqidah dan Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiswah Ramadhan, Aswaja NU Centre Probolinggo Layani Masalah Aqidah dan Syariah

Pembicara dalam kegiatan ini Ustadz Fathurrozi Amien, aktivis, dan pemerhati pendidikan, dan Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH. Abdul Hadi Saifullah selaku pembina Asnuter Kabupaten Probolinggo.

Sang Pencerah Muslim

Ketua Aswaja NU Center Kabupaten Probolinggo Teguh menyambut gembira kegiatan ini dengan harapan bisa memberikan warna bagi Nahdliyin untuk tetap kokoh dalam pelaksanaan aqidah dan syariah Islam sehingga mampu mewujudkan akhlaq mulia dalam kehidupannya sehari-hari.

“Di mana kesemuanya merupakan pengejawantahan iman, islam dan ihsan. Ketiganya tidak bisa dipisahkan satu dari yang lain. Karena antara aqidah, syari’ah dan akhlak selalu ada keterkaitan,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Teguh, aqidah merupakan pegangan seorang muslim dalam meyakini dan mengimani Allah SWT dan Islam. Syari’ah sebagai jalan, aturan dan tindakan konkret berupa ibadah kepada Allah SWT. Setelah meyakini dan terbentuknya aqidah yang benar. Sementara akhlaq merupakan perilaku, kebiasaan dan budi pekerti sebagai aplikasi aqidah dan syari’ah dalam kehidupan sehari-hari.

“Semoga kegiatan ini bisa menambah kokoh dan kuatnya keimanan dan keislaman kita serta mampu terwujud dalam ihsan yang kokoh,” harapnya.

Kegiatan ini juga diisi dengan sesi dialog dan tanya jawab yang dilakukan seputar tema yang sedang menjadi pembahasan. Dialog sendiri disambut dengan sangat antusias oleh seluruh pengurus NU baik MWCNU maupun PRNU se-Kecamatan Kuripan. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Budaya, Pondok Pesantren Sang Pencerah Muslim

Rabu, 26 April 2017

IPNU-IPPNU Pringsewu Gelar Diklatama

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim. Dewan Komando Cabang Corp Brigade Pembangunan (DKC CBP) IPNU dan Dewan Komando Cabang  Korp Pelajar Putri (DKC KPP) IPPNU Kabupaten Pringsewu Lampung mengadakan Pendidikan dan Latihan Pertama (Diklatama) di gedung NU Pringsewu, 15 -17 Februari 2013.

IPNU-IPPNU Pringsewu Gelar Diklatama (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Pringsewu Gelar Diklatama (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Pringsewu Gelar Diklatama

CBP-KPP merupakan Lembaga Semi Otonom IPNU-IPPNU, Keberadaan CBP dan KPP selain bertujuan sebagai wadah mengasah diri, memantapkan motivasi dan mengembangkan serta meningkatkan kreatifitas dan pergaulan.

CBP-KPP juga berfungsi sebagai gerbang kaderisasi atau perekrutan kader-kader yang memiliki potensi dibidangnya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. CBP-KPP  juga merupakan jembatan antara IPNU-IPPNU dengan masyarakat dan pemerintah serta menjadi pelopor penggerak program-program IPNU-IPPNU dalam mengabdikan diri kepada masyarakat, bangsa, dan Negara.

Sang Pencerah Muslim

Tugas CBP-KPP adalah melaksanakan kebijakan IPNU-IPPNU, berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasarakatan, pengembangan sumber daya alam dan lingkungan, serta berpartisipasi dalam terlaksananya pendampingan, penguatan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan.

CBP-KPP mempunyai tanggung jawab memantapkan dan memelihara keutuhan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama di semua tingkatan, dan turut serta memelihara keutuhan bangsa serta memelihara lingkungan agar terhindar dari kerusakan dan pengrusakan serta menjalankan peran sosial kemanusiaan.

Sang Pencerah Muslim

CBP-KPP memiliki visi untuk mengoptimalkan potensi dan meningkatkan kualitas kader IPNU-IPPNU yang berakhlakul karimah. Dan misi CBP-KPP adalah berpartisipasi aktif ikut membangun negara Republik Indonesia dengan mengibarkan panji-panji IPNU-IPPNU di setiap pengabdiannya dalam bidang kedisiplinan dan sosial kemanusiaan.

Keanggotaan CBP-KPP meliputi pelajar, santri, mahasiswa yang sesuai dengan PD/PRT IPNU-IPPNU dan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan tentang perekrutan anggota CBP-KPP.

Diklatama ini diikuti oleh 35 peserta yang berasal dari beberapa sekolah yang ada di kabupaten pringsewu, diantaranya MAN Pringsewu, MA Nurul Huda, MA Ma’arif, SMA Al-Munir, MA SMK Yasmida, SMA N 1 Banyumas. Dengan sasaran kegiatannya meliputi bidang Kepanduan, kepalang merahan, Pengabdian alam dan masyarakat.

Materi CBP-KPP meliputi antara lain Peraturan Baris Berbaris (PBB), Orientasi Alam Bebas, Pengelolaan Lingkungan, Sosiologi pedesaan/perkotaan, Komunikasi Masa, Pembangunan daerah, Ke-Pecinta Alam-an, Search and Rescue (SAR), Manajemen Penanggulangan bencana, dan Keprotokolan.

Acara tersebut di buka oleh Bapak Marzuki yang mewakili Bupati Pringsewu, dan dihadiri juga oleh Danramil Pringsewu, Ketua PCNU Kab. Pringsewu KH. Mahfudz Aly, Bpk. H. Taufik Qurrahim, S.Pd.I, Dewan Komando Wilayah CBP Prov. Lampung, DKC Kota Metro, DKC Kab. Tanggamus.

Redaktur     : A. Khoirul Anam

Kontributor : Muhammad Faizin

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Habib, Nusantara Sang Pencerah Muslim

Selasa, 14 Maret 2017

Sembilan Pakar Ekonomi Dilibatkan dalam Bidang Usaha Ansor Kaliori

Rembang, Sang Pencerah Muslim. Pengurus GP Ansor Kaliori kabupaten Rembang menggandeng 9 pakar ekonomi di kalangan GP Ansor untuk mengawal unit usaha yang tengah dikembangkan. Pihak pengurus berharap sembilan kader potensial ini dapat menggerakkan unit usaha yang tengah dirintis.

Demikian disampaikan Ketua GP Ansor Kaliori Jasmani kepada Sang Pencerah Muslim, Senin (5/10) pagi.

Sembilan Pakar Ekonomi Dilibatkan dalam Bidang Usaha Ansor Kaliori (Sumber Gambar : Nu Online)
Sembilan Pakar Ekonomi Dilibatkan dalam Bidang Usaha Ansor Kaliori (Sumber Gambar : Nu Online)

Sembilan Pakar Ekonomi Dilibatkan dalam Bidang Usaha Ansor Kaliori

Jalan ini ditempuh untuk menindaklanjuti gagasan Ansor Kaliori yang sedang menggagas ekonomi bagi anggota dan organisasi melalui program usaha.

Sang Pencerah Muslim

Jasmani menyampaikan, sembilan pakar ekonomi merupakan kader Ansor Kaliori. Mereka sengaja dilibatkan untuk memberikan gagasan dalam rangka perintisan usaha yang sudah mulai berjalan di internal Ansor Kaliori.

"Kami sengaja melibatkan semua kader kami yang memiliki latar belakang keahlian di bidang ekonomi. Karena itu, peran sembilan ahli itu mampu mengembangan dan menggerakkan ekonomi kader dan organisasi GP Ansor Kaliori.”

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu Abdul Rosyid, salah satu dari sembilan pakar ekonomi menilai langkah yang diambil Jasmani momentumnya sangat pas dan tepat. Hal itu dikarenakan belum adanya bidang usaha yang didirikan di kalangan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kaliori.

"Momentum yang diambil Ketua baru PAC Ansor saya rasa sangat tepat dan cermat dalam mengambil keputusan dan membaca peluang. Di kalangan MWCNU Kaliori baik lembaga, ataupun banom belum ada yang mendirikan sebuah usaha,” tambah Rosyid.

Ia berharap usaha yang dirintis didukung oleh segenap keluarga besar NU di Kecamatan Kaliori, terutama kader dan anggota GP Ansor di semua tingkatan. Sembilan nama yang dilibatkan antara lain Abdul Rosyid, Karjani, Suyono, M Majiin, Abdul Khamid, Bitting, Ahmad Romli, Jasmani, dan salah satu pengusaha senior Ramsani. (Ahmad Asmui/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib Sang Pencerah Muslim

Rabu, 01 Februari 2017

Penjelasan tentang Najis yang Dimaafkan dan yang Tak Dimaafkan

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali seorang Muslim bersinggungan dengan barang-barang yang dianggap oleh fiqih sebagai barang najis, yang apabila barang najis ini mengenai sesuatu yang dikenakannya akan berakibat hukum yang tidak sepele. Batalnya shalat dan menjadi najisnya air yang sebelumnya suci adalah sebagian dari akibat terkenanya barang najis.

Sejatinya tidak setiap apa yang terkena najis secara otimatis menjadi najis yang tak termaafkan. Di dalam fiqih madzhab Syafi’i ada beberapa barang najis yang masih bisa dimaafkan dan ada juga yang sama sekali tidak bisa dimaafkan. Dalam fiqih, najis yang bisa dimaafkan dikenal dengan istilah “ma’fu”.

Syekh Nawawi Banten di dalam kitabnya Kâsyifatus Sajâ memaparkan empat kategori najis dilihat dari segi bisa dan tidaknya najis tersebut dimaafkan. Beliau menuturkan sebagai berikut:

Penjelasan tentang Najis yang Dimaafkan dan yang Tak Dimaafkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Penjelasan tentang Najis yang Dimaafkan dan yang Tak Dimaafkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Penjelasan tentang Najis yang Dimaafkan dan yang Tak Dimaafkan

Pertama:

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

“Najis yang tidak dimaafkan baik ketika mengenai pakaian maupun ketika mengenai air.”

Termasuk najis dalam kategori ini adalah umumnya barang-barang najis yang dikenal secara umum oleh masyarakat. Seperti air kencing, kotoran manusia dan binatang, darah, bangkai dan lain sebagainya. Apabila najis-najis ini mengenai pakaian atau air maka tidak dimaafkan. Pakaiannya menjadi najis dan harus disucikan sebagaimana mestinya. Airnya juga menjadi air najis yang tidak dapat lagi digunakan untuk bersuci atau keperluan lain yang membutuhkan air suci.

Kedua:

? ? ? ?

“Najis yang dimaafkan baik ketika mengenai air maupun ketika mengenai pakaian.”

Yang masuk dalam kategori ini adalah najis yang sangat kecil sehingga tidak terlihat oleh mata yang normal. Sebagai contoh adalah ketika seseorang buang air kencing dengan tanpa benar-benar melepas pakaiannya bisa jadi ada cipratan dari air kencingnya yang sangat lembut yang tidak terlihat mata mengenai celana atau pakaian lain yang dikenakan. Bila pakaian ini digunakan untuk shalat maka shalatnya dianggap sah karena najis yang mengenai pakaiannya masuk pada kategori najis yang dimaafkan.





Ketiga:

? ? ? ? ? ? ?

“Najis yang dimaafkan ketika mengenai pakaian namun tidak dimaafkan ketika mengenai air.”

Barang najis yang masuk dalam kategori ini adalah darah dalam jumlah yang sedikit. Darah yang sedikit volumenya bila mengenai pakaian maka dimaafkan najisnya. Bila pakaian itu dipakai untuk shalat maka shalatnya masih dianggap sah. Sebaliknya bila darah ini mengenai air tidak bisa dimaafkan najisnya meski volumenya hanya sedikit. Air yang terkena darah ini bila volumenya kurang dari dua qullah dihukumi najis meski tidak ada sifat yang berubah, sedangkan bila volumenya memenuhi dua qullah atau lebih maka dihukumi najis bila ada sifatnya yang berubah. Dengan demikian air yang menjadi najis karena terkena darah yang sedikit ini tidak bisa digunakan untuk bersuci atau keperluan lain yang memerlukan air yang suci.

Lalu bagaimana ukuran darah bisa dianggap sedikit atau banyak? Syekh Syihab Ar-Romli seagaimana dikutip oleh Syekh Nawawi Banten menuturkan bahwa ukuran sedikit dan banyak itu berdasarkan adat kebiasaan. Noda yang mengenai sesuatu dan sulit untuk menghindarinya maka disebut sedikit. Yang lebih dari itu disebut banyak. Namun ada juga yang berpendapat bahwa yang disebut banyak itu seukuran genggaman tangan, seukuran lebih dari genggaman tangan, atau seukuran lebih dari satu kuku (lihat Muhammad Nawawi Al-Jawi, Kâsyifatus Sajâ [Jakarta: Darul Kutub Islamiyah, 2008], hal. 84).





Keempat:

? ? ? ? ? ? ?

“Najis yang dimaafkan ketika mengenai air namun tidak dimaafkan ketika mengenai pakaian.”

Yang termasuk dalam kategori ini adalah bangkai binatang yang tidak memiliki darah pada saat hidupnya. Seperti nyamuk, kecoak, semut, kutu rambut dan lain sebagainya. Bangkai binatang-binatang ini bila mengenai air dimaafkan najisnya. Namun bila mengenai pakaian maka tidak dimaafkan najisnya.

Sebagai contoh bila Anda melakukan shalat dan melihat di pakaian yang Anda kenakan ada semut yang mati maka shalat Anda batal bila tak segera membuang bangkai semut tersebut. Ini karena bangkai binatang yang tak berdarah tidak bisa dimaafkan najisnya bila mengenai pakaian.

Masalah ini perlu diketahui oleh setiap muslim mengingat sangat sering bersinggungan dalam kehiduan sehari-hari terlebih memberikan dampak pada sah tidaknya ibadah yang dilakukan. Wallahu a’lam. (Yazid Muttaqin)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib Sang Pencerah Muslim

Kamis, 26 Januari 2017

Festival Hadrah On The Street Probolinggo Semarakkan Malam Tahun Baru

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Sedikitnya 120 grup hadrah se-Kabupaten Probolinggo turut menyemarakkan malam tahun baru 2016. Peringatan ini diadakan sekaligus memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam kegiatan Festival Hadrah On The Street dan Semarak Sholawat Nabi Muhammad SAW yang digelar Pemkab Probolinggo, Kamis-Jum’at (31/12-1/1) dini hari.

Festival Hadrah On The Street Probolinggo Semarakkan Malam Tahun Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
Festival Hadrah On The Street Probolinggo Semarakkan Malam Tahun Baru (Sumber Gambar : Nu Online)

Festival Hadrah On The Street Probolinggo Semarakkan Malam Tahun Baru

Grup hadrah ini merupakan perwakilan dari Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), Kecamatan, Cabang Dinas Pendidikan, pesantren, sekolah, TPQ, dan madrasah diniyah (madin) se-Kabupaten Probolinggo. Setiap grup beranggota 20 orang.

Para peserta atau grup membawa alat hadrah, sound system, genset, dan becak. Mereka menabuh secara serempak hadrahnya sambil membaca shalawat Nabi Muhammad SAW dengan menempuh jarak 5 kilometer. Mereka mengambil titik mulai di Kantor Pemkab Probolinggo mulai pukul 19.00 WIB dan berakhir di SMP Hati Bilingual Boarding School (BBS) Jalan KH Aminuddin, Dusun Toroyan Desa Rangkang Kecamatan Kraksaan.

Sang Pencerah Muslim

Hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Probolinggo Hj Puput Tantriana Sari, Mustasyar PCNU Probolinggo H Hasan Aminuddin, H Muzammil Syafi’i dan H Aminurrohman dari Pasuruan, Habib Hasyim dari Malang, Ketua PCNU Probolinggo KH Abdul Hadi, Ketua PCNU Kota Kraksaan H Nasrullah A Suja’i serta para alim ulama dan habaib se-Kabupaten Probolinggo.

Sang Pencerah Muslim

Hj Puput Tantriana Sari mengungkapkan kegiatan ini digelar dengan tujuan mengajak generasi muda merayakan tahun baru dengan kegiatan positif.

“Selama ini perayaan malam pergantian tahun identik dengan kegiatan negatif seperti mabuk-mabukan dan kebut-kebutan di jalan. Semoga kegiatan ini bermanfaat dan ke depan kegiatan seperti akan istiqomah dilakukan setiap tahun,” katanya.

H Hasan Aminuddin mengungkapkan momentum pergantian tahun baru 2016 ini bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Karenanya, ukhuwah Islamiyah perlu dibangun bersama-sama sehingga tidak ada perbedaaan lagi di Probolinggo.

“Jadi momentumnya menyemarakkan tahun baru 2016 sekaligus memperingati kelahiran Baginda Rasulullah SAW. Marilah kita tingkatkan kualitas ibadah kita. Jika sudah datang waktunya shalat, maka kita harus langsung shalat. Dahulukan panggilan Allah SWT dan perbaiki hubungan dengan sesama manusia,” katanya.

Ia meminta agar masyarakat saat ini tidak banyak berdalil. Sebab generasi muda sekarang sudah pintar. Sehingga harus banyak memberikan contoh agar bisa ditiru dalam kehidupan sehari-hari.

“Saat ini masih banyak gesekan antarmasyarakat di Kabupaten Probolinggo. Salah satunya karena dipicu oleh isu santet. Kalau sakit bawa ke tenaga medis dan jangan mengaitkannya dengan isu santet. Saya malu, dikira nanti pemahaman ilmunya dangkal,” jelasnya.

Iring-iringan grup hadrah ini sempat membuat macet jalan nasional selama kurang hampir 1 jam. Semua kendaraan berjalan melambat dengan menggunakan satu jalur menjadi dua jalur. Meskipun demikian, aksi para grup hadrah ini memancing animo masyarakat untuk berduyun-duyun menyaksikan dari dekat dengan memenuhi kanan dan kiri jalan sepanjang rute yang dilaluinya.

Sesampainya di garis finish, peserta juga dihibur dengan penampilan musik gambus Suara Hati. Malam pergantian tahun ini ditandai dengan penabuhan drum secara bersama-sama dan diakhiri dengan pesta kembang api selama satu jam. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaNu, Habib, Santri Sang Pencerah Muslim

Jumat, 21 Oktober 2016

Ini Alasan Kiai Miftah Bagikan Buku Putih NU-PKI Kala Mantu

Surabaya, Sang Pencerah Muslim. Banyak yang terkejut saat hadir pada pesta pernikahan putri Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur KH Miftachul Akhyar Ahad (6/4) kemarin. Mengapa? Tuan rumah memberikan suvenir berupa buku "Benturan NU-PKI 1948-1965" kepada tamu undangan.

Sehari usai resepsi, Kiai Miftah, sapaan akrabnya, saat dikonfirmasi Sang Pencerah Muslim menandaskan bahwa ada sejumlah alasan mengapa mempersembahkan buku tersebut. "Para kiai Nahdlatul Ulama bisa membaca dan akhirnya tahu peristiwa sesungguhnya dari tragedi PKI," katanya melalui telepon selulernya, Senin pagi (7/4).

Ini Alasan Kiai Miftah Bagikan Buku Putih NU-PKI Kala Mantu (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Alasan Kiai Miftah Bagikan Buku Putih NU-PKI Kala Mantu (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Alasan Kiai Miftah Bagikan Buku Putih NU-PKI Kala Mantu

Buku itu juga akan bisa menjawab tuduhan sebagian kalangan yang telah menulis buku maupun liputan di media yang menyatakan bahwa kiai dan warga NU telah membunuh para pegiat PKI.

Sang Pencerah Muslim

"Karena kalau berbicara korban peristiwa PKI, justru jumlah warga dan kiai NU yang meninggal lebih banyak," tandas Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunah Surabaya ini. Akan tetapi fakta yang dikemukakan oleh simpatisan PKI justru sebaliknya.

Sang Pencerah Muslim

"Dengan membaca buku "Benturan NU-PKI 1948-1965" ini maka para pengurus NU akan sadar bahwa saat itu posisi para kiai sangat tersudut," lanjutnya.

Kiai Miftah sangat menyayangkan kalau fakta-fakta yang sebenarnya justru dihilangkan. "Yang sekarang muncul adalah pandangan bahwa para kiai dan ulama serta warga NU membunuh dengan membabi buta," ungkapnya.

Membaca buku ini, lanjut Kiai Miftah, akan memberikan pemahaman kepada para kiai khususnya anak cucu NU akan peristiwa yang sesungguhnya terjadi.

Kiai Miftah juga menandaskan bahwa dengan fakta yang mengemuka, tidak pada tempatnya kalau kemudian NU menyampaikan maaf atas peristiwa tahun 1948 dan 1965 tersebut. "Karena pengucapan maaf adalah pengakuan bahwa kita telah melakukan kesalahan," terang Kiai Miftah. Dan banyak kalangan berusaha dengan sejumlah argumen agar NU dan kiai berkenan menyampaikan maaf atas peristiwa tersebut. "Padahal itu dilakukan sebagai legitimasi atas kesalahan yang dilakukan para kiai dan ulama NU," katanya.

Kendati demikian Kiai Miftah sangat terbuka kalau antara elemen bangsa dilakukan rekonsiliasi. Hal itu tentu saja membutuhkan nilai-nilai kesadaran dengan menjaga agar peristiwa serupa tidak terulang. Kejadian kemanusiaan tersebut hendaknya menjadi bahan refleksi bagi semua kalangan agar tidak terulang.

"Mari kita kubur peristiwa yang telah lewat dengan menjadi anak bangsa yang bisa memberikan maslahah untuk umat," pungkas Kiai Miftah.

Buku "Benturan NU-PKI 1948-1965" berjumlah 208 halaman yang diterbitkan PBNU dan ditulis sejarawan NU yang juga Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Abdul Munim DZ, dengan editor Enceng Shobirin dan Adnan Anwar.

Buku ini menjadi suvenir pernikahan putri Kiai Miftah, Mauhibah Al-Luluiyah yang dipersunting Agus HM Syafiq putra dari KH Aniq Muhammadun dari Pati Jawa Tengah. Prosesi akad nikah dilangsungkan di mushalla pesantren setempat, Ahad (6/4). (Syaifullah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Warta, Habib Sang Pencerah Muslim

Senin, 01 Agustus 2016

Dua Orang Tionghoa dan Jimat NU

Jakarta, Sang Pencerah Muslim?



Seorang pria berwajah Tionghoa berdiri di hadapan lukisan Jimat NU karya Nabila Dewi Gayatri pada pameran tunggal bertajuk Sang Kekasih di Grand Sahid Jaya. Beberapa menit ia menatap lukisan tiga serangkai mulai dari kakek hingga cucu itu. Kemudian ia mengabadikan dirinya dengan lukisan itu dengan ponsel kamera dengan cara swafoto.?

Dua Orang Tionghoa dan Jimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Dua Orang Tionghoa dan Jimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Dua Orang Tionghoa dan Jimat NU

Ia mengaku tertarik kepada lukisan Jimat NU yang memuat wajah Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.?

Lebih khusus, ia mengaku tertarik kepada KH Wahid Hasyim dia adalah kiai yang berpikir dan bertindak mengedepankan persatuan bangsa dengan menyetujui menghilangkan 7 kata pada Piagam Jakarta: “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Meski ada khusus lukisan KH Wahid Hasyim, menurut pria yang tak mau menyebutkan namanya itu, pada Jimat NU, ada Hadratussyekh dan Gus Dur. Kakek dan cucu menjadi pelengkap pada lukisan itu.?

Sang Pencerah Muslim

Pada Sabtu, (13/5) seorang berwajah tionghoa berbeda, dengan tato di tangan kanannya, tertarik pada lukisan Gus Dur. Lukisan itu berukuran paling besar dari yang lain. Ia dipajang di bagian muka dari sudut pandang pengunjung bila masuk dari pintu depan.

Lukisan itu menurut pria yang mengaku tinggal di Kemang, Jakarta, menampilkan rona Gus Dur yang tersenyum renyah, dengan latar belakang merah-putih. Ia suka lukisan itu.?

Pameran lukisan wajah-wajah kiai bertajuk “Sang Kekasih” di Grand Sahid Jaya, Jakarta berakhir hari ini, Ahad (14/5). Pameran yang memajang 50 lukisan kiai-kiai Nusantara itu, dibuka Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Ubudiyah, Habib Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 04 Juli 2015

Khofifah: Sinergi Muslimat-Ansor, Strategis Berantas Narkoba

Bondowoso, Sang Pencerah Muslim

Muslimat Nahdlatul Ulama yang sudah memiliki Laskar Anti-Narkoba dan Gerakan Pemuda Ansor yang mendirikan Badan Ansor Anti-Narkoba (Baanar) diharapkan menjalin sinergi dalam upaya mencegah dan memberantas narkoba.

Demikian disampaikan Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa usai acara Deklarasi Baanar dan Pemuda-Santri Bondowoso Anti-Narkoba di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Desa Tansil Wetan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Sabtu (27/8) sore.

Khofifah: Sinergi Muslimat-Ansor, Strategis Berantas Narkoba (Sumber Gambar : Nu Online)
Khofifah: Sinergi Muslimat-Ansor, Strategis Berantas Narkoba (Sumber Gambar : Nu Online)

Khofifah: Sinergi Muslimat-Ansor, Strategis Berantas Narkoba

“Kalau di Muslimat Laskar Anti-Narkoba sudah keliling ke ranting-ranting, nah sekarang Ansor ini menyiapkan Badan Ansor Anti-Narkoba. Kalau ini bergerak bersama, dengan pesantren seluruh elemen lain, gerakan akan semakin massif,” ujar menteri sosial ini.

Sang Pencerah Muslim

Ia juga menjelaskan, untuk Kementerian Sosial tugas dalam konteks narkoba adalah rehabilitasi sosial, sementara rehabilitas medis menjadi domain Kementerian Kesehatan. Ia mengajak kepada masyarakat untuk melapor bila menemukan penyalahguna narkoba ke nomor pusat layanan 1500171. “Ini bebas pulsa, supaya konsultasinya bisa lebih leluasa, bisa dikomunikasikan tujuh hari 24 jam,” tuturnya.

Kepala Nasional Baanar Iddy Muzayyad dalam kesempatan itu mengucapkan terima kasih kepada Mensos Khofifah Indar Parawansa yang turut menyaksikan Deklarasi Badan Ansor Anti-Narkoba Bondowoso. Khofifah, katanya, adalah pembina dari Baanar itu sendiri.

Sang Pencerah Muslim

Acara deklarasi tersebut dikemas dengan penyematan pin Baanar kemudian dilanjutkan dengan penandatangan "Deklarasi Baanar, Pemuda dan Santri Anti-Narkoba. Berikutnya, pemberian santunan kepada yatim piatu dan lensia oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan pemutaran film bahaya narkoba.

Deklarasi ini dihadiri Wakil Bupati Bondowoso Salwa Arifin, Muspika dan Muspida Bondowoso, serta pengurus NU Bondowoso, segenap santriwan-santriwati Pondok Pesantren Mambaul Ulum, PKH se-Kabupaten Bondowoso, dan wali santri Pesantren Mambaul Ulum. (Ade Nurwahyudi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Habib, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Senin, 23 Maret 2015

Masjid Abah

Oleh A. Zakky Zulhazmi



Peristiwa itu terjadi semudah orang buang ingus. Namun semenjak peristiwa itu, aku merasa tak punya kekuatan lagi. Semua bermula saat kemarin malam Abah mengajakku makan di angkringan. Tidak seperti biasanya, apalagi kami pergi cuma berdua saja. Usai menikmati sebungkus sego kucing, Abah mengambil napas panjang.

Masjid Abah (Sumber Gambar : Nu Online)
Masjid Abah (Sumber Gambar : Nu Online)

Masjid Abah

“Nak, abah pengen cerita.”

Sang Pencerah Muslim

“Cerita apa, Bah?” aku menatap wajah abah dalam-dalam.

“Tapi kamu ndak boleh ketawa lho. Soalnya kamu pasti bakal mengira ini cerita konyol.” Nada bicara Abah agak kurang percaya diri.

“Iya deh, Bah. Memang cerita apa sih?”

Sang Pencerah Muslim

“Begini, Nak, jadi ketika Abah ketiduran di masjid kita kemarin siang, Abah bermimpi bertemu kakek.”

Abah diam sebentar. Menyalakan rokok kreteknya. Menghisap, menghembuskan asapnya, lalu melanjutkan cerita.

“Kakek yang di mimpi itu berpakaian serba hitam, menyampaikan pesan yang membuat Abah bimbang,” wajah Abah berubah serius.

“Pesan apa, Bah?”

“Kakek bilang, di bawah tiang paling tengah masjid kita itu ada sebilah keris warisan kakek yang seharusnya Abah simpan!”

Aku tercengang, tapi berusaha tetap tenang. Masjid Syuhada, yang dibangun tepat di samping rumahku itu, memang dulu Kakek yang membangun. Konstruksinya semua dari kayu Jati. Disangga sembilan tiang yang kokoh, Masjid Syuhada jadi kebanggaan keluarga kami. Mimpi aneh Abah mulai mengusikku.

“Abah percaya mimpi itu?”

“Itu masalahnya, Nak. Abah bingung, katanya mimpi itu bisa dari setan atau dari Allah ya?”

“Masak iya Allah nyuruh kita nyari keris di bawah tiang masjid, Bah? Mimpi dari setan kali itu, Bah.”

“Tapi, Abah merasa pesan Kakek itu sepertinya harus dituruti.”

“Lantas abah mau mencari keris itu? Mau merobohkan masjid?”

Tidak habis pikir aku, bagaimana bisa Abah termakan mimpi seperti itu. Kulihat wajah renta itu kian kuyu.

“Entahlah, Nak. Abah jadi tambah bingung. Sudah, ayo kita pulang aja.”

Di perjalanan pulang, kami saling diam. Sampai rumah aku tak kunjung memejamkan mata. Kenapa ya Abah bermimpi seperti itu? Jika mimpi itu benar, mengapa pula Kakek menanam keris di bawah tiang tengah masjid? Aku ketiduran gara-gara capai menduga-duga.

***

Kuperhatikan, akhir-akhir ini Abah jadi semakin sering tidur siang di masjid. Setelah salat zuhur, tanpa berganti pakaian Abah merebahkan badan di samping tiang tengah masjid. Ditiup angin yang berkesiur dari kebun singkong di utara masjid, Abah bak di-ninabobokan. Mungkin Abah berharap mimpinya tentang keris itu berlanjut. Aku belum berani bertanya lebih lanjut mengenai kebiasaan barunya.

Masjid Syuhada dibangun empat puluh tahun yang lalu. Saat itu aku belum lahir. Abah juga masih berusia belasan. Katanya, pohon jati yang ditanam Mbah Buyut di sehektar tanah belakang rumah jadi bahan baku utama pembangunan masjid. Diam-diam, sebenarnya aku menyimpan rasa bangga melihat masjid keluargaku ini. Masjid yang menyejukkan lagi kokoh.

Pertanyaan yang menggelanyutiku sekarang, bagaimana bisa hadir mimpi dalam tidur Abah untuk mengambil keris yang tertanam di bawah tiang masjid? Bukankah itu berarti akan merobohkan masjid atau minimal mencederai masjid. Abah juga pasti dianggap orang yang konyol dan jadi bahan tertawaan orang sekampung jika menuruti mimpi itu. Tiba-tiba aku jadi ingat Nabi Ibrahim yang diperintah Tuhan lewat mimpi untuk menyembelih Ismail. Namun pikiran itu kubuang jauh-jauh, Abah bukan nabi.

Sesaat lamunanku buyar oleh suara ketukan di pintu depan. Ada tamu sepertinya. Bergegas aku menyambangi pintu. Muncul sosok laki-laki berkemeja lengan panjang motif garis-garis, bercelana drill khaki. Rapi dan wangi. Aku belum pernah melihat dia sebelumnya di kampung ini.

“Benar ini rumah Abah Dahlan?” tanyanya sembari melempar seulas senyum.

“Iya benar.”

“Boleh saya bertemu beliau?”

“Mari, silakan masuk.”

Setelah kupanggil, Abah menemui laki-laki perlente itu. Sedang aku kembali masuk kamar. Dari kamarku yang terletak di samping ruang tamu, sayup-sayup aku mendengar percakapan Abah dengan tamu asing itu. Sekilas aku seperti mendengar kata-kata masjid, real estate, kompensasi dan harga pantas. Selebihnya aku tak bisa mendengar dengan jelas. Ada apa lagi ini? Aku jadi curiga.

***

Selepas salat maghrib, Abah tak langsung membaca Alquran seperti biasanya. Beliau memanggilku, duduk di serambi masjid. Tatapan mata Abah mengitari sekeliling masjid. Seolah tak satu pun sudut di masjid ini terlewatkan dari sapuan matanya. Bisa kutangkap gelagat resah yang sangat dari wajahnya.

“Ada apa, Bah? Apa masih memikirkan mimpi kemarin?”

“Bukan masalah itu saja, Nak,” Abah memandang lekat mataku, “tapi soal tamu Abah tadi siang?”

“Lalu?”

“Dia itu pengusaha kaya yang mau membangun real estate di daerah kita. Katanya daerah sini masih asri, masih terasa nuansa alaminya, pokoknya dia bilang tempat ini cocoklah kalau dibangun real estate.”

“Lalu apa masalahnya?”

“Orang itu mau membeli masjid kita, Nak. Dia bilang lahan-lahan penduduk di sekitar masjid sudah dibebaskan, tinggal masjid kita yang belum. Dia berani bayar dua ratus juta untuk masjid kita beserta tanahnya!” jelas Abah kepadaku.

Benar dugaanku. Ada yang tidak beres dari tamu itu.

“Jangan dijual, Bah. Semiskin apapun kita,” aku coba meyakinkan Abah.

“Memang benar, Nak. Tapi, dua ratus juta itu tidak sedikit lho, banyak banget itu. Dan pasti berguna sekali bagi keluarga kita. Apalagi keenam adikmu sudah masuk sekolah semua.”

“Abah, meskipun jamaah masjid ini tak pernah lebih dari dua saf, tapi masjid ini adalah warisan kakek. Walaupun anak-anak sekarang malas pergi TPA, tapi dulu orang-orang kampung belajar baca Alquran juga di sini.” Aku berusaha meyakinkan Abah. Kutatap wajahnyal lekat-lekat. Ia mendengus dan menarik nafas dalam-dalam.

“Apa artinya masjid jika tak punya jamaah, Nak. Jangan-jangan perintah kakek untuk mengambil keris itu adalah isyarat. Mungkin itu keris bertuah dan pembawa keberuntungan,” tatapan mata abah menerawang.

“Istighfar, Bah, istighfar.” Aku tak mampu menutupi kekhawatiranku.

Gubrak!

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari dalam masjid. Serempak aku dan abah menengok ke dalam.

Innalillahi…

Mbah Giyo, satu-satunya jamaah yang masih tinggal di masjid untuk nderes Alquran, tertimpa kipas angin. Kepalanya bersimbah darah. Mushaf tua warna cokelat lusuh terpangku di tangannya. Dan,? beliau duduk bersandar di tiang paling tengah. Tiang yang menurut mimpi Abah tersimpan keris pusaka di bawahnya.

***

Kampung kami gempar. Aku melihat dengan jelas warga mulai berdatangan ke masjid. Abah tampak merasa bersalah sekali. Kalau dicermati, memang di masjid itu tiap tiang terpasang kipas angin. Tapi entah bagaimana bisa kipas angin yang di tiang paling tengah yang jatuh. Tepat ketika ada orang di bawahnya lagi. Setelah dimandikan dan disalatkan, jenazah Mbah Giyo dimakamkan malam itu juga.

Keluarga Mbah Giyo pun tampak sedih, tapi raut wajah mereka menunjukkan kepasrahan. Mbah Giyo memang dikenal sebagai warga yang baik. Beliau tipikal pendiam, tapi cekatan ketika membantu warga yang sedang butuh bantuan. Untunglah dua orang anaknya sudah berkeluarga. Sehingga kepergian Mbah Giyo tak begitu jadi beban keluarga. Tapi, yang terjadi selanjutnya begitu menyedihkan.

Pada awalnya warga menganggap kematian Mbah Giyo ini sebagai musibah, bukan salah Abah. Akan tetapi, suara-suara sumbang mulai terdengar, menyalahkan, menghujat dan menuding Abah yang bukan-bukan. Abah pasrah saja mendengarnya. Untuk sedikit menebus rasa bersalahnya, Abah mengambil sebagian tabungannya sebagai santunan buat keluarga Mbah Giyo.

”Maut bisa datang kapan saja, Nak, di mana saja,” ujarnya.

***

Hari berikutnya, Ibu masuk rumah sakit. Berita kematian Mbah Giyo di masjid jadi beban pikiran beliau juga ternyata. Dokter berkata bahwa ibu harus diopname. Istirahat di rumah sakit lebih baik, kata dokter. Abah mengelus dada. Memikirkan biaya pengobatan. Sebagian tabungan sudah digunakan untuk santunan keluarga Mbah Giyo. Tapi bukan Abah namanya jika tidak memberikan yang terbaik bagi Ibu, cintanya.

Untung Abah tak bercerita perihal mimpinya kepada Ibu. Andaikata Abah bercerita, tak bisa dibayangkan kondisi Ibu sekarang ini. Tawaran untuk menjual masjid beserta tanahnya juga tak pernah diceritakan Abah kepada Ibu. Di mataku, Abah adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab, walau terkadang hatinya sering goyah.

***

Sore ini aku dan Abah menjaga ibu di rumah sakit. Waktu menunjukkan sudah hampir maghrib. Seketika, Lik Yoto, tetangga samping rumahku, datang tergopoh-gopoh dengan wajah pias.

“Abah Dahlan, anu Bah, em…itu Dik Bayu, Bah. Dik Bayu kakinya tertimpa bedug masjid!” Gugup sekali Lik Yoto menyampaikan kabar yang membuat seisi kamar tegang.

“Di mana dia sekarang?” Abah bereaksi cepat. Mulutku masih ternganga. Sedang ibu sesenggukan menahan tangis. Beliau semakin terkulai dan kehilangan kata. Lekas-lekas aku mengusap-usap pundak beliau, coba menenangkan.

“Di UGD, Bah,” Lik Yoto mukanya semakin kusut.

Kami pun langsung menuju ke sana. Saat melihat kondisi Dik Bayu kontan abah lunglai. Telapak kaki Dik Bayu sudah hapir putus, terpisah dengan mata kaki. Tangisnya tak henti-henti. Di samping telinganya, Abah membaca Alfatihah berulang kali sambil mengusap rambut Dik Bayu yang basah oleh keringat. Dokter dan para perawat bergerak tangkas.

Ketika masuk ruang operasi Abah sedikit tenang. Dokter mempersilakannya menunggu di luar. Abah menurut, beliau duduk di bangku panjang depan ruang operasi. Sesaat kemudian dokter menghampirinya, “Anak bapak harus diamputasi kakinya.”

Mata Abah berkunang-kunang.

Lik Yoto bercerita kalau tadi ketika TPA di masjid, Dik Bayu bermain di dekat bedug bersama temannya. Belajar iqro’ sudah dimulai, Dik Bayu masih asyik bermain. Tak jelas bagaimana mulanya, tiba-tiba saja tangisnya pecah mengagetkan orang-orang di masjid. Warga sekitar berdatangan dan membawanya ke rumah sakit. Abah mendengar cerita itu geleng-geleng kepala. Aku hanya bisa terdiam di sampingya. Mimpi Abah bertemu kakek serta tawaran dari pengembang real estate berkelebat di benakku.

***

Masjid pembawa sial. Itulah julukan bagi Masjid Syuhada saat ini. Dua musibah sudah terjadi. Dalam waktu yang tak berselang lama pula. Jamaah menurun drastis. TPA malah telah gulung tikar. Kepercayaan masyarakat desa terhadap hal-hal mistis mengalahkan akal sehat. Masjid warisan kakek itu benar-benar jadi simalakama. Tak dibongkar salah, dibongkar juga salah. Aku hanya bisa menerawang lorong sepi rumah sakit. Ibu dan Dik Bayu istirahat. Tinggal aku dan Abah terpekur di atas bangku. Napas Abah terdengar berat sekali.

“Masjid Syuhada akan Abah jual, Nak. Abah benar-benar butuh uang saat ini. Pengobatan ibu dan amputasi kaki adikmu butuh biaya yang tidak sedikit. Mungkin inilah tafsir mimpi Abah kemarin hari. Kita harus menjual masjid itu.”

“Abah yakin dengan keputusan ini?”

“Tabungan Abah sudah habis, Nak. Sejak dulu Abah berprinsip kita tak boleh pinjam uang walau sedikit. Tak ada pilihan lain. Toh, dari uang dua ratus juta itu kita bisa membeli tanah dan membangun masjid lagi.”

Aku menghela napas panjang. Tak lagi bisa berkata apapun.

***

Suasana pagi itu kalah cerah jika dibandingkan dengan wajah pengusaha yang baru saja menandatangani surat jual beli. Masjid Syuhada kini bukan lagi milik kami, melainkan miliknya. Dua hari berikutnya masjid dirobohkan. Rata dengan tanah.

Malam ini, dari jendela kamar aku menatap nanar tanah bekas masjidku dulu. Tiba-Tiba aku melihat sosok lelaki tua membawa cangkul. Menuju bagian tengah masjid. Mencari letak tiang paling tengah dulu berdiri. Tak salah lagi, itu Abah!

Perlahan gerimis turun lalu menjelma hujan. Abah terus saja menggali, terus menggali. Hujan semakin deras, deras sekali.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Berita, Cerita Sang Pencerah Muslim

Minggu, 08 Juni 2014

Mengenal Tompokan, Tradisi Khas Jember Sambut Idul Fitri

Jember, Sang Pencerah Muslim - Warga Kabupaten Jember, Jawa Timur masih mempertahankan? tradisi "tompokan" untuk menyambut? Idul Fitri. Tompokan adalah tradisi menyembelih seekor sapi atau lebih dan dagingnya dibagikan kepada anggota yang telah ikut arisan tompokan.

Tompokan berasal dari bahasa Madura yang artinya tumpukan. Maksudnya dengan ikut arisan tompokan, anggota dapat setumpuk daging komplet, yang terdiri dari daging, tulangan, hati, dan sebagainya menjadi satu tumpuk. Berat atau banyaknya daging yang didapat anggota sama, karena daging murninya ditimbang sebelum dibagi di masing-masing tumpukan.

Mengenal Tompokan, Tradisi Khas Jember Sambut Idul Fitri (Sumber Gambar : Nu Online)
Mengenal Tompokan, Tradisi Khas Jember Sambut Idul Fitri (Sumber Gambar : Nu Online)

Mengenal Tompokan, Tradisi Khas Jember Sambut Idul Fitri

Arisan tompokan itu awalnya hanya kegiatan sambilan dari arisan Yasinan atau sarwa’an (tahlilan). Di satu lingkungan biasanya digelar Yasian setiap malam Jumat, atau sarwa’an setiap malam Selasa. Kegiatan? Yasinan biasanya menetap di mushala. Sedangkan sarwa’an tempatnya bergilir di setiap rumah jamaah.

Sang Pencerah Muslim

“Nah di akhir acara biasanya ada tarikan iuran untuk arisan tompokan itu. Begitu seterusnya hingga mencapai jumlah tertentu i akhir tahun atau menjelang Ramadhan. Setelah uangnya terkumpul semua maka dibelikan sapi oleh ketua arisan.” ujar Ustadz? Misbahul Munir, pengurus Ranting NU Antirogo, Kecamatan Sumbersari kepada Sang Pencerah Muslim di Jember, Selasa (5/7).

Menurutnya, arisan tompokan cukup diminati karena jika dibandingkan dengan beli daging secara cash di pasar, sistem tompokan masih jauh lebih murah. Misalnya setiap anggota? tompokan, jumlah uang arisannya mencapai Rp. 350.000/tahun, ia bisa dapat daging? murni 2,5 kilogram. Belum daging serabutan lainnya.? “Jadi sampai saat ini tompokan masih diminati, apalagi sekarang daging begitu mahal,” tambah Ustadz Misbah.

Sang Pencerah Muslim

Sekedar diketahui, menjelang lebaran? harga daging sapi di Jember mencapai Rp120.000 hingga Rp130.000,- Sedangkan harga daging ayam? Rp50.000.

Dalam pengamatan Sang Pencerah Muslim,? sepanjang hari ini, cukup banyak warga yang mengikuti arisan tompokan. Sebab, sapi tompokan lumrah disembelih satu hari menjelang Lebaran. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib Sang Pencerah Muslim

Selasa, 25 Februari 2014

Ada Lagu Hubul Wathan di Pawai Hari Pandu Sedunia

Lebak, Sang Pencerah Muslim



Suasana Jasan Sampay, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, Banten malam itu Selasa (21/2) terasa berbeda. Ratusan remaja berbaju coklat muda, berjalan dalam barisan rapi dan panjang ke arah Pasar Sampany.?

Ada Lagu Hubul Wathan di Pawai Hari Pandu Sedunia (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Lagu Hubul Wathan di Pawai Hari Pandu Sedunia (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Lagu Hubul Wathan di Pawai Hari Pandu Sedunia

Tangan mereka memegang obor, sementara mulut mereka mendendangkan lagu-lagu dan yel-yel. Sangat terasa semangat yang ditebarkan oleh mereka.

Di antara kemeriahan itu, sayup-sayup terdengar suara sebuah lagu yang rasanya sudah sangat akrab di telinga. Saya pun meningkatkan perhatian kepada kata-kata syair lagu itu.



Sang Pencerah Muslim



Ya Lal Wathan Ya Lal Wathan Ya Lal Wathan

Sang Pencerah Muslim

Hubbul Wathan minal Iman

Wala Takun minal Hirman

Inhadlu Alal Wathan

Rupanya saya tak keliru. Lagu “Hubul Wathan” menjadi salah satu lagu yang dibawakan oleh peserta pawai, selain lagu kepramukaan dan lagu nasional lainnya.?

Yolanda Meidastari, siswa SMA Negeri 1 Warunggunung yang juga Pradana Puteri (Ketua Pramuka) di sekolah tersebut, mengatakan pawai tersebut diadakan dalam peringatan Hari Pandu Sedunia.

“Semangat yang ingin digerakkan melalui kegiatan ini adalah menumbuhkan rasa cinta terhadap Pramuka dan memeriahkan kelahiran Bapak Pandu Sedunia,” kata Yolanda.

Tidak kurang dari 560 anggota Pramuka sekolah-sekolah setingkat SMP dan SMA di Kecamatan Warunggunung dan Cikulur mengikuti pawai. Pawai dimulai dari Kecamatan Warunggunung ke Pasar Sampay dan kembali ke Kecamatan Warunggunung.

Selain melakukan pawai, malam itu mereka juga mengikuti pemaparan materi mengenai kepanduan dunia dan Indonesia, serta renungan kebangsaan.

Hari Pandu Sedunia yang diperingati setiap tanggal 22 Februari, mengacu kepada hari kelahiran Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden Powell. (Kendi Setiawan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ulama, Ahlussunnah, Habib Sang Pencerah Muslim

Jumat, 21 Februari 2014

Mensos Bagikan Sembako kepada Masyarakat Pra-Sejahtera

Sidoarjo, Sang Pencerah Muslim. Sebanyak 400 paket sembako dibagikan oleh Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa kepada masyarakat Pra Sejahtera di desa Kureksari Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Ahad (30/8).

Paket sembako tersebut terdiri dari beras, mie instan, kecap, susu, gula dan setiap paketnya seharga Rp 150 ribu. Paket sembako ini dibagikan Mensos kepada warga Kureksari secara gratis.

Mensos Bagikan Sembako kepada Masyarakat Pra-Sejahtera (Sumber Gambar : Nu Online)
Mensos Bagikan Sembako kepada Masyarakat Pra-Sejahtera (Sumber Gambar : Nu Online)

Mensos Bagikan Sembako kepada Masyarakat Pra-Sejahtera

"Ketika masyarakat mendengar ada kekeringan dan gagal panen, secara psikologis masyarakat Pra Sejahtera bisa terpengaruh. Maka dari itu, kami perlu membantu warga seperti ini," papar Khofifah.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu salah satu penerima paket sembako Siti Khotijah (53) mengaku sangat senang menerima sembako ini. "Kulo remen sanget angsal sembako iki, damel kebutuan dateng dalem (saya sangat senang menerima paket sembako ini untuk kebutuhan di rumah)," ucapnya.

Perlu diketahui bahwa pembagian paket sembako untuk keluarga Pra Sejahtera ini merupakan pembagian yang kedua. Sebelumnya, pembagian paket sembako juga dilakukan sebelum hari raya Idul Fitri kemarin. (Moh Kholidun/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Habib Sang Pencerah Muslim

Rabu, 10 Juli 2013

Ini Putusan Bahtsul Masail NU Jatim Soal Status Kewarganegaraan Teroris

Surabaya, Sang Pencerah Muslim - Selama dua hari (24-25/9), PWNU Jawa Timur menyelenggarakan Musyawarah Kerja III yang diselenggarakan di Graha Residen Surabaya. Masalah yang dibahas antara lain terkait status kewarganegaraan mereka yang pernah terlibat dalam gerakan teroris di sejumlah negara.

"Seiring maraknya terorisme global, tidak sedikit Warga Negara Indonesia yang menjadi simpatisan maupun aktif sebagai milisinya," kata KH Ahmad Asyhar Shofwan, Senin (25/9).

Ini Putusan Bahtsul Masail NU Jatim Soal Status Kewarganegaraan Teroris (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Putusan Bahtsul Masail NU Jatim Soal Status Kewarganegaraan Teroris (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Putusan Bahtsul Masail NU Jatim Soal Status Kewarganegaraan Teroris

Menurut Ketua Lembaga Bahtsul Masail NU Jatim tersebut, kenyataan ini kemudian memunculkan wacana pelepasan status kewarganegaraan orang-orang Indonesia yang terlibat gerakan teroris di luar negeri.

"Sebab, ketika para teroris mendapat kesempatan pulang ke Indonesia, mereka menularkan ideologinya kepada orang lain sehingga ideologi radikal dan ancaman aksi-aksi teror semakin nyata," katanya.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Terkait hal  ini, peserta bahtsul masail dari utusan PCNU se-Jatim memberikan sejumlah catatan."Pertama, pemerintah berkewajiban menjaga stabilitas keamanan negara, ketenteraman warga dan menjaganya dari berbagai hal yang mengancam," ungkapnya.

Oleh sebab itu, pemerintah wajib mengambil kebijakan yang paling maslahat bagi tercapainya tujuan itu, meskipun dengan melepas status kewarganegaraan teroris, lanjutnya.

Ketika ada dugaan kuat dengan berdasar data akurat bahwa seorang warga negara berpotensi besar mengancam stabilitas keamanan negara dan ketentraman warganya, maka pemerintah dapat mencabut status kewarganegaraannya. "Ini sebagai upaya terakhir untuk menghindari gangguan besar yang mungkin ditimbulkan," urainya.

Namun bagaimana kalau didapati  orang yang telah menyatakan diri lepas dari ikatan NKRI dan berbaiat mendukung terorisme, kemudian pulang ke Indonesia dengan alasan kekecewaan terhadap janji palsu kelompok teroris yang dikunjungi?

Terhadap masalah ini maka pemerintah tidak boleh menerimanya kembali sebagai warga negara. "Kecuali sudah dipastikan bahwa keberadaan yang bersangkutan tidak membahayakan stabilitas keamanan negara dan ketenteraman warga," pungkasnya.

Forum yang juga diikuti peserta dari beberapa pesantren di Jatim ini juga membahas masalah investasi PayTren yang tengah marak di masyarakat. Akan tetapi karena pihak PayTren belum bisa dihadirkan, masalah tersebut masih akan dibahas pada bahtsul masail berikutnya. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Jumat, 05 Oktober 2012

Ciptakan Wirausaha Baru, Ansor Probolinggo Entaskan Kemiskinan

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Saat ini Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Probolinggo terus berupaya untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi dengan menciptakan jiwa enterpreneur di kalangan para anggotanya. 

Hal ini tidak lain adalah sebagai langkah solutif dan inovatif demi membantu program pemerintah dalam mengentaskan angka kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Ciptakan Wirausaha Baru, Ansor Probolinggo Entaskan Kemiskinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ciptakan Wirausaha Baru, Ansor Probolinggo Entaskan Kemiskinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ciptakan Wirausaha Baru, Ansor Probolinggo Entaskan Kemiskinan

Hal tersebut disampaikan secara tegas oleh Ketua PC GP Ansor Kabupaten Probolinggo Muchlis, Jum’at (20/10) siang. Menurutnya, upaya penciptaan wirausaha baru dengan melibatkan kalangan pemuda Ansor sangat tepat di era perkembangan zaman saat ini. Terlebih peran pemuda sangat sentral dalam menopang kemajuan sentor ekonomi melalui pemberdayaan masyarakat.

“Kuncinya hanya satu, mau berusaha dan tidak malu atas apa yang dijalaninya. Sebab selama itu halal, maka usaha itu akan bernilai baik dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Wirausaha ini memang menjadi program utama dari GP Ansor. Selain modalnya tidak terlalu besar, peluang pasarnya juga sangat menjanjikan asalkan bisa dikelola dengan baik,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Muchlis, program kewirausahaan ini sangat penting seiring dengan tantangan bangsa ke depan dalam upaya memakmurkan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan dengan pertumbuhan ekonomi. “Pemuda Ansor akan berupaya untuk menggerakkan ekonomi kelompok dengan berwirausaha secara mandiri,” jelasnya.

Hingga saat ini jelas Muchlis, sudah banyak kader Ansor yang menggeluti dunia wirausaha mulai dari angkringan, bebek petelur, makanan ringan hingga kerajinan tangan. 

“Alhamdulillah, sahabat Ansor kini sudah banyak yang cerdas dengan memanfaatkan setiap peluang. Sehingga tidak heran jika para pemuda Ansor sudah banyak yang berkreasi dengan memanfaatkan potensi lingkungan masing-masing,” terangnya.

Sang Pencerah Muslim

Hanya saja Muchlis menegaskan bahwa untuk saat ini sebagian besar orientasi usaha yang digeluti para pemuda Ansor itu adalah berdagang. Karena berdagang ini modalnya tidak perlu terlalu besar dan prospek keuntungannya sudah jelas dan nyata.

“Para pemuda Ansor ini ingin mencontoh perjuangan Rasulullah SAW yang memiliki profesi sebagai pedagang tangguh. Tentunya agar usahanya lancar, para pemuda Ansor harus mengedepankan kejujuran dalam setiap usahanya. Sebab jika sudah tidak jujur, maka usahanya sulit untuk maju,” tegasnya.

Muchlis menambahkan bahwa menciptakan wirausaha baru di kalangan pemuda Ansor ini merupakan sebuah langkah konkret untuk mengentaskan angka kemiskinan. 

“Mudah-mudahan melalui tangan dingin pemuda ini, kami mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk mengurangi angka pengangguran dan mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Probolinggo,” harapnya. (Syamsul Akbar/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 05 November 2011

Bangun NU dengan Ikhlas dan Kesungguhan

Yogyakarta,Sang Pencerah Muslim. Rais Syuriah PWNU DIY KH Mas’ud Masduqi mengatakan, membangun gerakan di dalam NU harus dimulai dengan ikhlas dan kesungguhan. Tanpa itu, maka roda gerakan bisa mandek di tengah jalan. Dengan ikhlas dan kesungguhan, maka NU akan memberikan rahmat bagi semuanya. Inilah yang harus kita lakukan bersama.

Kiai Mas’ud juga menegaskan bahwa pengurus NU harus bergerak bersama dalam membawa pekerjaan besar, yakni Ahlussunnah wal-Jama’ah an-nahdliyah. Maka, penguatan internal organisasi setelah pelantikan tentunya kita tindak lanjuti bersama.

Bangun NU dengan Ikhlas dan Kesungguhan (Sumber Gambar : Nu Online)
Bangun NU dengan Ikhlas dan Kesungguhan (Sumber Gambar : Nu Online)

Bangun NU dengan Ikhlas dan Kesungguhan

“Semoga tugas NU ini bisa dilaksanakan dengan baik melalui lembaga-lembaga yang ada dengan penjelasann visi misi yang ada. Kita juga harus berkomunikasi dengan masyarakat dan itu dimulai dari diri kita sendiri. Kita juga harus memahami eksistensi ormas-ormas yang lain untuk bagaimana bersama menciptakan suasana Yogya yang kondusif dan ramah,” ungkapnya pada pelantikan PWNU DIY 2017-2022 di Gedung Multipurporse UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (26/01). ?

Sang Pencerah Muslim

Kiai Mas’ud juga menjelaskan bahwa pengurus NU itu harus amanah, mempunyai integritas yang tinggi, dan jangan mudah tergoda. Dakwah hari ini mempunyai tantangan yang kompleks, maka pengurus NU harus siap memberikan yang terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara.

“Tantangan kemasyarakatan sangat kompleks. Pengurus NU harus berdakwah yang bil hikmah, wa maudhotil hasanah, dan keteladanan-keteladanan. Yang kita inginkan bahwa kita dalam kerja NU ini tidak ada penonjolan pribadi-pribadi tapi inilah wajah kita, wajah NU,” pungkasnya. (Sibyan/Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Budaya, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Senin, 10 Oktober 2011

Manuver Politik dan Autentisitas Ramadhan Perspektif Maqashid Syariah

Oleh Nasrulloh Afandi



Ramadhan akan segera tiba, saya menemukan kliping tulisan berkualitas “Tuhan Itu Sama”, oleh Dr Mahfud MD” (Koran Sindo. Ramadhan,13/07/2013). Guru besar konstiusi itu menyatakan "Keberatannya jika aktivitas politik selama Ramadhan ditunda, karena politik juga bisa menjadi ibadah". Opini tersebut betul, namun kurang mengena. Ia sepihak dengan tidak melihat aspek-aspek lain yang berkaitan dengan autentisitas ibadah.?

Manuver Politik dan Autentisitas Ramadhan Perspektif Maqashid Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)
Manuver Politik dan Autentisitas Ramadhan Perspektif Maqashid Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)

Manuver Politik dan Autentisitas Ramadhan Perspektif Maqashid Syariah

Mengacu pada orientasi dan autentisitas ibadah, merespons opini tersebut, saya tertarik untuk menganalisa perspektif maqashid syariah, perlu disampaikan beberapa ulasan berikut:?

Pertama: Ramadhan Momentum Politik

Untuk pengantar wawasan, kita menengok Ramadhan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Memang selain momentum diturunkanya Al-Qur’an, juga terjadi banyak tragedi-tragedi politik berskala besar, tidak hanya sebatas manuver di atas meja diplomasi, ? tetapi politik fisik, bahkan pertumpahan darah di medan peperangan.?

Sang Pencerah Muslim

Perang Badar adalah tragedi politik paling besar yang terjadi di bulan Ramadhan pada jaman Nabi Muhammad, juga penaklukan kota Makkah. Termasuk persiapan perang Chondaq terjadi saat Ramadhan meskipun perangnya meletus pada bulan Syawal, selepas Ramadhan. Dan masih banyak berbagai peristiwa politik, di bulan yang umat Nabi Muhammad SAW sekarang ini diperintahkan untuk selalu menahan diri dan bersabar ini.?

Kenapa berperang di bulan Ramadhan? Hal perlu ditekankan adalah, di masa itu, meski di bulan Ramadhan, bermusuhan antara orang Mukmin pendukung Nabi Muhammad SAW, dan orang-orang kafir (harbi) yang membabi buta memusuhi dan ingin membinasakan Islam. Jadi ? adalah kewajiban orang Islam melakukan perlawanan.?

Sang Pencerah Muslim

Untuk tepat sasaran dalam mengkaji tragedi tersebut, kita analisis opini Imam Asy-Syatibi, sang bapak maqhosid syariah, dalam kitab al-Muwafaqot, magnum opus-nya. Hal itu adalah bagian dari dhorurotu al-khoms (lima asas pokok yang wajib dipertahankan); pertama, hifduzu ad-din (menjaga agama) kedua; hifdzu an-nafs (menjaga jiwa) ketiga; hifdzu an-nasl (menjaga nasab) keempat; hifdzu aql (menjaga akal) kelima; hifdzu al-mal (menjaga harta)?

Alhasil, terkait tragedi peperangan di masa Nabi Muhamad tersebut, terdapat dua unsur yang mewajibkan berperang meskipun saat bulan Ramadhan. Pertama, hifduzu ad-din (menjaga agama) dan kedua; hifdzu an-nafs (menjaga jiwa).?

Kedua: Bagaimana Politik dan Ramadhan Sekarang?

Bagaimana politik di Indonesia sekarang? Relevansinya dengan politik sekarang dalam konteks keutamaan puasa Ramadhan. Untuk di Indonesia, publik pun paham, para politisi dominan memperebutkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan keluarga masing-masing, maksimal hanya untuk golongannya. Juga berhadapan dengan sama-sama orang Islam, sama-sama sedang berpuasa Ramadhan pula.?

Perspektif fikih, para perebut kekuasaan pun di negeri ini, mayoritas –dimaksud tidak semuanya— saat bermain di gelanggang melanggar norma agama, identik dengan “jurus busuk”, ? janji-janji palsu, kebohongan publik, bahkan mayoritas mengamalkan jurus machiavellianisme alias politik menghalalkan segala cara, meski ada yang jujur tapi sangat sedikit. Kasusnya rawan dengan faktor-faktor yang menggerogoti kualitas dan autentisitas ibadah (puasa) seperti menggunjing, bersilat lidah, berburuk sangka, dan lainnya, tak jarang pula yang secara langsung bermain fisik, atau sebatas mengerahkan masa untuk bermain fisik. Kondisi semacam itu, jelas tidak mendukung untuk bisa meraih kesempurnaan beribadah puasa.?

Analisis ilmu mantiq: ”Di tengah kobaran api akan terbakar”. Sang aktor politisi yang amanah, jujur dan bijaksana pun, ketika sedang bermain di gelanggang, gempuran manuver lawan–lawannya, sering mengakibatkan “si jujur” terpancing dan membuatnya mengadakan serangan balik dengan cara “kasar” pula.?

Di sinilah akar masalahnya. Atau meminjam opini Syeikh Ahmad Muhammad Az-Zarqo, dalam kitab kaidah fikihnya: daf ‘u al-mafasid aula min jalbi al-masholich (menjauhi sesuatu yang berakibat kerusakan itu lebih didahulukan, daripada melakukan sesuatu yang akan mengakibatkan kebaikan).

Efek negatif berpolitik saat puasa Ramadhan sudah sangat jelas, sementara kebaikan berpolitik (saat Ramadhan) masih belum tentu, atau dalam istilah maqashid syariahnya, kebaikan dalam berpolitik saat berpuasa Ramadhan itu hanya sebatas asumsi (maqashid al- wahmiyah). ?

Jadi, alangkah lebih baiknya, untuk menggapai nilai autentisitas berpuasa, sementara politik dikurangi, atau dihentikan sementara, mengingat kurang sehatnya iklim politik yang (sedang) berjalan di Indonesia. Rehat sejenak (meski hanya satu bulan dalam setahun sekali) untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Dan kembali bisa leluasa untuk berlaga di medan politik pasca Idul Fitri nanti, dengan hati dan pikiran lebih Islami untuk bekal bermanuver di lahan “perjuangannya” itu.?

Ketiga: Manuver Politik dan Orientasi Ibadah

Sekecil apa pun unsur yang bertujuan untuk kebaikan, entah ucapan, tulisan dan lainya -- termasuk berpolitik-- maka sangat di anjurkan oleh agama (Islam) kapan dan dimanapun, apalagi di bulan Ramadhan ini dilipatgandakan pahalanya. Setiap perbuatan kebaikan adalah bagian dari ibadah. Dan tentu bukanlah ibadah jika “kebaikan” itu hanya politis, apalagi sebagai klaim belaka.?

Bagi sebagian golongan, politik adalah pekerjaan tetap, ladang mencari nafkah keluarga, hal itu memang sah-sah saja. Bahkan menjadi kewajiban bagi kepala keluarga yang memang berprofesi (mencari nafkah) di medan tersebut, selagi tidak melanggar norma islami (agama) dan konstitusi negara. Di sisi lain, setiap kebijakan pemerintah (yang sedang memimpin) untuk merealisasikannya, tentu tidak bisa lepas dari strategi dan pandangan politis, contoh kecil mau menaikkan harga BBM.?

Namun perlu diingat. Di bulan Ramadhan ini, frekuensi ibadah harus lebih banyak dibandingkan urusan lainnya. Memang tidak ada salahnya jika di bulan Ramadhan tetap beraktivitas politik secara aktif. Demi memperjuangkan kepentingan publik atau dalam maqashid syariah-nya disebut al- maslahath al- ammah (kepentingan publik) dengan catatan; jika memang yakin bahwa Ia akan mampu menyelamatkan kualitas puasanya saat bermanuver di medan berpolitis.?

Politik dalam Islam sangat dianjurkan, tetapi opini Imam al-Ghozali dalam Ihya Ulumuddin-nya, hukumnya tidak sampai pada fardu ’ain (kewajiban bagi setiap orang) paling banter sampai pada posisi fardu kifayah (cukup diwakili oleh sebagian orang) maka sudah menggugurkan kewajiban orang lainnya. Itu pun dalam tinjaun ushul fikh, masih perlu melihat I’lath (latar belakangnya) situasi dan kondisi, mendesak ke sana apa belum(?)

Dipastikan mampukah atau tidak untuk tampil memperjuangkan hak-hak rakyat secara jujur, adil dan bijaksana(?) Masih ada tidak orang lain yang lebih mampu –yang ini berat memang, introspeksi kualitas diri – (?) ? Atau malah justru sebaliknya, ikut terseret ranah koalisi kezaliman kepada rakyat dan negara(?) Jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka lebih baik alih profesi saja, “beribadah” mengabdikan diri pada bangsa dan negara sesuai spesifikasi kemampuan yang dimilikinya, di luar area politik.?

Keempat: Puasa dan Polusi Politik

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang sangat sensitif, gampang rusak hanya karena meluncur kalimat gunjingan dari mulut yang berpuasa, sehingga harus ekstra hati-hati dalam mengarungi ibadah puasa Ramadhan. Agar jangan sampai rusak, apalagi di “pagi buta” alias rawan godaan saat “jam kerja”.?

Dalam tinjauan ilmu ushul fikih-nya, siapa saja yang terlibat berurusan dengan orang-orang kurang bijaksana dan tidak amanah (politisi busuk) dalam kondisi berpuasa, maka akan sangat memungkinkan terkena jebakan ranjau, syad ad-dari’ah; posisi atau kondisi yang mengantarkan kepada sebuah kerusakan (mencemari Ibadah) Apalagi politik (meraih) Kekuasaan, yang tentunya rawan gesekan-gesekan dengan pihak lawan.

Lihatlah di kancah publik bangsa kita ini, paling gegap-gempita adalah aktivitas para politisi, sebelum Ramadhan, utamanya saat sedang berlangsungnya Ramadhan, bahkan sampai Ramadhan usai (Idul Fitri) segala macam manuver politik, pencitraan dilakukan oleh para pemburu kekuasaan untuk pencapaian target atau mempertahankan kekuasaanya. Menggunakan berbagai media online cetak, spanduk, baliho, dan media iklan lainnya, bukan hanya di kota –kota, tetapi juga di pelosok- pelosok desa seantero negeri. Mereka bersandiwara menjadi tokoh religius, dermawan atau lainnya, ? “menjual diri” agar “dibeli” oleh publik hanya dengan barter mengharapkan status; biar disebut tokoh ideal atau tokoh terbaik idola publik.?

Dalam tinjauan fikih, puasa sekedar menahan perut dari lapar dan dahaga itu cukup syah. Tetapi perlu diingat juga, dalam tinjauan tassawuf, Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin-nya, cukup moderat berpendapat, puasa semacam itu syah, tetapi hanya kelas paling bawah (shaum al- umum) yang dalam bahasa sehari-hari kita disebut “kelas ekonomi”.?

Untuk puasa lebih berkualitas, ? orang ? berpuasa juga hendaknya menjaga lisan, mata dan pendengaran dari kemaksiatan, itu adalah shaum al-khusus (puasa khusus) ? dalam bahasa sehari-hari kita disebut puasa “kelas bisnis”.?

Ada juga puasa yang sekaligus menjaga hati dan pikiran dari jangkitan fenomena prasangka tercela; ? itulah shaumu khusus al-khusus (puasa kelas orang-orang tertentu) puasa kelas tertinggi, atau dalam bahasa keseharian kita; puasa “kelas ekskutif”.?

Jadi, orang-orang yang elit di kancah politik itu, di bulan Ramadhan ini, mau pilih menjadi kelas apa, (orang) berpuasa kelas executive atau hanya puasa (orang) kelas ekonomi?





Penulis adalah peneliti ? maqashid syariah modern, Kepala Bagian Politik Yayasan Pondok Pesantren Asy- Syafi’iyyah Kedungwungu Krangkeng Indramayu Jabar

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Daerah, Lomba Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock