Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Oktober 2017

Shalawat NU Bergema di Bumi Atturmusi

Pacitan, Sang Pencerah Muslim. Tahun 26 Lahire NU ...

Shalawat NU Bergema di Bumi Atturmusi (Sumber Gambar : Nu Online)
Shalawat NU Bergema di Bumi Atturmusi (Sumber Gambar : Nu Online)

Shalawat NU Bergema di Bumi Atturmusi

Ijo Ijo Benderane NU ...

Gambar Jagad Simbule NU ...

Bintang Songo Lambange NU ...

Sang Pencerah Muslim

Syuriyah Ulamae NU ...

Tanfidziyah Pelaksana NU ...

GP Ansor Pemuda NU ...

Sang Pencerah Muslim

Fatayat Pemudi NU ...

Demikian Lantunan Shalawat NU yang dibawakan oleh Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf dari Kota Surakarta pada acara Keluarga Pondok Tremas Bersholawat, Selasa (26/3) malam di halaman Masjid Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Jawa Timur.

Malam itu, komplek Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan atau yang dikenal dengan sebutan “Atturmusi” dibanjiri ribuan Muslimin dari seantaro Pacitan dan sekitarnya. ?

Ribuan Syecher mania, sebutan untuk simpatisan Habib Syech, memadati halaman masjid, serambi masjid, bahkan ribuan jamaah memenuhi jalan sepanjang komplek Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan.

Turut hadir dalam acara tersebut para alim ulama dan habaib, diantarnya KH Fuad, Habib Dimyathi, KH Luqman Harist Dimyathi, Gus Karim (Solo) KH Zaenal Abidin (Trengalek), KH Umar Tumbu dan Kapolres Pacitan. Mereka ikut larut dalam bacaan sholawat dan qasidah yang didendangkan oleh Habib Syech.

Habib Syech bersama Jamiyyah Ababul Musthofa Madiun menyuguhkan sedikitnya 15 Sholawat. Tak lupa, Sholawat NU dikumandangkan di pesantren yang didirkan oleh KH Abdul Manan Pada tahun 1830 M tersebut.

Sholawat NU yang isinya terdiri dari syi’iran tentang NU dan amaliahnya ini termasuk salah satu lagu yang sangat saat ini sering dibawakan oleh Habib Syech dalam setiap gelaran sholawatnya. Dengan tujuan, panji panji NU semakin menyebar di seantaro polosok negeri.?

?

Redaktur ? ? : Mukafi Niam

Kontributor: Zaenal Faizin





Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita Sang Pencerah Muslim

Selasa, 24 Oktober 2017

LPBINU Gelar Rapat Pleno Evaluasi Program

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Pusat Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) mengadakan Rapat Pleno, Kamis (5/6), di Hotel Gren Alia Jakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan kapasitas dan tata kelola organisasi kelembagaan LPBINU.

Ketua panitia yang juga sekretaris PP LPBINU, Ja’farAmiruddin, mengatakan bahwa  kegiatan ini merupakan sarana evaluasi terhadap pelaksanaan rencana strategi (renstra) LPBINU 2010, baik dari sisi program, manajemen, dan kelembagaan LPBINU. Hasil rapat pleno rencananya akan disampaikan pada Rakernas LPBINU serta Munas dan Konbes NU 2014 pada Agustus mendatang.

LPBINU Gelar Rapat Pleno Evaluasi Program (Sumber Gambar : Nu Online)
LPBINU Gelar Rapat Pleno Evaluasi Program (Sumber Gambar : Nu Online)

LPBINU Gelar Rapat Pleno Evaluasi Program

Forum rapat dihadiri 46 pengurus LPBINU dan dibuka KH Abbas Mu’in, Ketua PBNU yang membidangi masalah Sosial Kemasyarakatan.  Pembicara dari ITS, Ir Imam Subchi  MT juga turut diundang  untuk  berbicara tentang teknologi pengolahan sampah.

Sang Pencerah Muslim

Secara kelembagaan, LPBINU telah memiliki perwakilannya di daerah, tercatat ada 7 PW LPBI NU dan 25 PC LPBI NU. Hasil pleno ini juga menjadi bahan  untuk  merancang kegiatan koordinasi nasional antara Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang LPBINU yang sudah terbentuk.

Sang Pencerah Muslim

Ketua PP LPBINU Ir. Avianto Muhtadi mengatakan, perkembangan isu  lingkungan  hidup dan bencana secara global saat ini adalah terkonsentrasi terhadap MDGs (Millenium Development Goals) yang  merupakan kesepakatan bangsa di dunia  untuk  mengurangi risiko dan meningkatkan perbaikan pembangunan.

Salah satu klausul MDGs adalah pelestarian  lingkungan  dan perngurangan risiko bencana, yang tertuang dalam dokumen HFA (Hyaogo Framework for Action for Disaster Reduction). HFA ini akan dievaluasi oleh UN ISDR (United Nation International Strategic or Disaster Reduction) melalui World Conference Disaster Risk Reduction (WCDRR) yang dilakukan setiap 15 tahun sekali.

“Alhamdulillah LPBINU ikut bagian dari proses ini. Namun demikian tidak semua hasil internasional baik penelitian, UN act, dan sebagainya diterima secara bulat-bulat, NU harus melakukan filterisasi yang disesuaikan dengan karakter dan sifat bangsa ini serta moral,” katanya.

Selain itu, katanya, NU harus mampu melakukan advokasi kebijakan  untuk  meningkatkan pembangunan, mengurangi risiko kerusakan  lingkungan  bahkan bencana. Menurutnya, hutang Indonesia dari tahun ke tahun selalu meningkat. Pada tahun 2013 hutang Indonesia adalah Rp 1.937 Triliun, yang meningkat Rp. 134 Triliun dari tahun 2012.

Pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang baik, katanya, dapat meningkatkan pemasukan APBN. “Lemahnya pengelolaan dampak kerusakan lingkungan, apalagi jika ada bencana bisa-bisa pembangunan yang ada bisa kembali ke titik nol dan hutang tidak akan pernah terbayar,” ujarnya. (Red: Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Jumat, 20 Oktober 2017

Kiai Betawi Ini Siap Maju di Muktamar Ke-33 NU

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Jadwal perhelatan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, masih lebih dari lima bulan lagi. Namun sejumlah nama sudah menyatakan siap maju dalam bursa pencalonan ketua umum pada forum tertinggi di NU tersebut.

Kiai Betawi Ini Siap Maju di Muktamar Ke-33 NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Betawi Ini Siap Maju di Muktamar Ke-33 NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Betawi Ini Siap Maju di Muktamar Ke-33 NU

Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta KH Zuhri Yaqub mengaku memiliki harapan untuk kemajuan Nahdlatul Ulama, baik di sektor ekonomi maupun penguatan kaderisasi umat. Ketika ditanya kesiapannya maju atau tidak pada Muktamar NU pada Agustus mendatang, sembari tersenyum ia menjawab, "Iya, saya mau maju, akan tetapi saya lebih mementingkan pengabdian saya kepada NU dan umat."

Menurut kiai kelahiran Tanah Betawi ini, yang terpenting saat ini adalah mengabdi kepada NU sebagaimana yang telah diperjuangkan para pendiri dan pejuang NU, juga memikirkan bagaimana agar warga NU bias lebih sejahtera.

Sang Pencerah Muslim

"Mengabdi untuk NU itu lebih penting bagi saya ketimbang maju pada Muktamar 2015. Untuk mengabdi, kita sudah diberikan contoh oleh pendiri dan pejuang NU, sekarang harus lebih memikirkan bagaimana warga NU lebih sejahtera," jelas Zuhri, di kediamannya di Jalan Duri Kosambi, Jakarta Barat, Selasa (17/2).

Sang Pencerah Muslim

Selain Zuhri, nama lain sudah lebih dahulu menyampaikan ke media terkait kesediaannya maju di Muktamar ke-33 NU, di antaranya Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj dan pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah).

Muktamar ke-33 NU yang bakal digelar di Jombang, 1-5 Agustus 2015, ini akan menjadi sejarah baru perhalatan akbar tersebut terselenggara di kabupaten kelahiran para pendiri NU. Dalam forum itu, para muktamirin diwacanakan akan menerapkan sistem Ahlul Halli wal Aqdi atau semacam tim formatur dalam proses penetapan pemimpin. (Junaidi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Tokoh, Bahtsul Masail Sang Pencerah Muslim

Minggu, 15 Oktober 2017

Kiai Ma’ruf: Lindungi Generasi Muda dari Ajaran Terorisme di Dunia Maya

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Media sosial maupun dunia maya telah terbukti menjadi sarana sangat efektif bagi kaum teroris menyebar ajaran radikalnya. Telah banyak orang tiba-tiba menjadi radikal dan jadi teroris hanya karena terpengaruh media. Mestinya hal itu diantisipasi, tetapi nyatanya terlambat.

Evaluasi itu disampaikan Rais Am PBNU KH Ma`ruf Amin ketika menyampaikan sambutan dalam Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya Bersama Media, OKP dan Ormas yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Hotel Millenium Jakarta, Rabu (22/3/2017) malam. ?

Kiai Ma’ruf: Lindungi Generasi Muda dari Ajaran Terorisme di Dunia Maya (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Ma’ruf: Lindungi Generasi Muda dari Ajaran Terorisme di Dunia Maya (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Ma’ruf: Lindungi Generasi Muda dari Ajaran Terorisme di Dunia Maya

"Kita telat mengantisipasi. Mereka lebih dulu," tutur Kiai Ma`ruf.

Upaya menangkal propaganda radikal terorisme, kata dia, harus menggunakan media sosial. Masyarakat terutama generasi mudanya harus dilindungi dari pengaruh ajaran terorisme yang disebar di dunia maya.

Sang Pencerah Muslim

Deradikalisasi, lanjutnya, perlu terus dilakukan untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar. Kebijakannya memakai prinsip lebih baik mencegah daripada mengobati. Tahapannya melalui peringatan. Namun apabila tidak bisa dicegah dan diperingatkan, maka penegakan hukum adalah solusinya.

"Prinsipnya menangkal terorisme adalah mencegah daripada mengobati. Namun apabila tidak bisa dicegah, ya apa boleh buat. Law enforcement," ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Di akhir sambutan Kiai Ma’ruf menyampaikan bahwa penggunaan bahasa dalam proses pencegahan pun mesti menyesuaikan, ulama memakai bahasa ulama, aparat menggunakan bahasa aparat, misalnya, dengan istilah turn back crime.

Ia mendorong adanya hasil dalam upaya meminimalisasi pengaruh radikal terorisme. "Mari kitakuatkan persatuan kita, kuatkan NKRI. NKRI adalah harga mati bagi ktia," pungkasnya menutup pidatonya. (Ichwan/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Bahtsul Masail, Cerita Sang Pencerah Muslim

Selasa, 10 Oktober 2017

Gubernur Sulsel Resmikan Auditorium Kampus NU

Makassar, Sang Pencerah Muslim. Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo menandatangani prasasti peresmian auditorium salah satu perguruan tinggi NU, Universitas Islam Makassar (UIM), di Makassar, Sabtu (17/1).

Gubernur Sulsel Resmikan Auditorium Kampus NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Gubernur Sulsel Resmikan Auditorium Kampus NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Gubernur Sulsel Resmikan Auditorium Kampus NU

Auditorium tersebut diberi nama “Drs. KH. Muhyiddin Zain", nama rektor pertama Universitas Al-Gazali yang sekarang dikenal dengan sebutan UIM ini. Acara peresmian gedung baru ini menjadi satu rangkaian dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang dipusatkan di auditorium setempat.

Sang Pencerah Muslim

Dalam prosesi peresmian Syahrul Yasin didampingi Rektor UIM Andi Majdah, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Numang, Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan Anregurutta Dr KH Sanusi Baco, Ketua Dewan Pengawas Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali Makassar Drs KH Abdurrahman.

Andi Majdah mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh komponen yang terlibat membantu pembangunan infrastruktur Universitas Islam Makassar. Segenap dukungan sangat berarti bagi kelancaran pembangunan ini.

Sang Pencerah Muslim

Ia menambahkan, dalam waktu dekat akan ada penandatanganan kesepakatan antara UIM dan Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan serta Kementerian Agama Sulawesi Selatan untuk meningkatkan kerja sama terkait pengembangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UIM dan pemenuhan tenaga pengajar di Sulawesi Selatan.

Tampak hadir Ustads M. Habiburrahman, penemu metode menghafal Al Quran Kauny Quantum Memory; para pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah PWNU Sulsel, Mustasyar NU, pengurus yayasan setempat, para pembantu rektor, dekan se-UIM, para ketua PCNU se-Sulsel, dan ribuan jamaah dari Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan. (Andy Muhammad Idris/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Amalan, Santri Sang Pencerah Muslim

Kamis, 31 Agustus 2017

Pelajar NU Kudus Aktifan 12 Ranting di Daerah Perkotaan

Kudus Sang Pencerah Muslim?

Di bulan Ramadhan ini Pimpinan Anak Cabang )PAC) Ikatan Pelajar NU bersama Ikatan Pelajar Putri NU kecamatan Kota Kudus mengadakan kegiatan Safari Ramadhan untuk meningkatkan silaturrahim antar pengurus anak cabang dan pengurus pimpinan ranting se-Kecamatan Kota Kudus.

Ketua PAC IPNU Kota Kudus Muhammad Tausiul Ilma (23), menjelaskan progam kerja ini adalah progam unggulan yang cukup rumit dijalankan. "Pengaktifan kembali di suatu ranting wilayah perkotaan sangatlah tidak mudah. Kita harus sowan satu persatu tokoh agama dan tokoh yang berpengaruh di desa ? setempat, cari beberapa orang penggerak, sehabis itu baru bisa action, " ungkapnya pada Sang Pencerah Muslim baru-baru ini.

Pelajar NU Kudus Aktifan 12 Ranting di Daerah Perkotaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Kudus Aktifan 12 Ranting di Daerah Perkotaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Kudus Aktifan 12 Ranting di Daerah Perkotaan

Dengan membawa rombongan, pengurus PAC terjun langsung untuk meremajaan kepengurusan dalam rangka mengaktifkan kembali ranting yang mulanya tidur atau vakum. Upaya tersebut dikemas dengan macam-macam kegiatan yang meliputi ngaji kitab, rapat anggota (reorganisasi) pimpinan ranting, dan pendampingan untuk pendirian atau pembentukan ranting yang belum terbentuk. Kemudian dilanjutkan buka puasa bersama.

Program ini diadakan pada 12 desa atau kelurahan, yang dimulai pada tanggal 5 Ramadhan lalu, diawali dari pimpinan ranting IPNU-IPPNU Desa Janggalan dan berakhir pada tanggal 28 Ramadhan.

Sang Pencerah Muslim

"Ada 12 ranting bermasalah dan berpotensi untuk diaktifkan kembali. Ramadhan ini juga harus aktif semua," tambahnya.

Setelah desa pertama, kemudian dilanjutkah ke PR. Damaran di TPQ Taisiril Murattilin Damaran, disusul Kauman, Kerjasan, Kajeksan, Krandon, Glantengan, Demangan, Kramat, Wergu Wetan, Langgardalem dan yang terakhir Ranting Demaan.

Adapun tempat pelaksanaanya langsung di desa masing-masing atau dengan sistem turun ke bawah (turba), adakalanya di gedung-gedung Musimat NU setempat, balai desa, sampai di rumah tokoh NU setempat.

"Alhamdulillah program ini telah terealisasi, tiga ranting terakhir ini akan dilaksanakan di PR. Wergu Wetan, PR. Glantengan dan PR. Demaan. Meskipun ini sudah mendekati Lebaran namun kami tetap semangat menjalankan program yang telah kami sepakati," ujar Khodijatus Surur ketua PAC IPPNU Kota Kudus. (Ade Ayu Tiara/Mukafi Niam)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Cerita,Attijani Sang Pencerah Muslim

Minggu, 30 Juli 2017

Lesbumi Tiris Barat Gemakan Darul Ulum Bershalawat

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Dalam rangka menyemarakkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Majelis Shalawat Habsyi Nahdliyin Divisi Hadrah Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Tiris Barat (Tiba) menggelar kegiatan Darul Ulum Bersholawat, Selasa (29/12) malam.

Lesbumi Tiris Barat Gemakan Darul Ulum Bershalawat (Sumber Gambar : Nu Online)
Lesbumi Tiris Barat Gemakan Darul Ulum Bershalawat (Sumber Gambar : Nu Online)

Lesbumi Tiris Barat Gemakan Darul Ulum Bershalawat

Kegiatan yang digelar bekerja sama dengan Yayasan Darul Barokah Desa Pedagangan Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo ini diikuti oleh seribu orang terdiri dari unsur masyarakat sekitar, pengurus Ranting NU dan pengurus MWCNU Tiba.

Dalam kegiatan tersebut, pra acara diisi dengan penampilan hadrah satu persatu dari anggota dari Majelis Sholawat Habsy Nahdliyin sebanyak 9 grup anggota. Acara tersebut dimulai dengan pembacaan Maulid Habsyi oleh para vokalis yang berada diatas pentas dan diakhiri dengan ceramah agama oleh KH Hasan Maulana, Nyai Hj Mutmainnah dan Rais Syuriyah MWCNU Tiba KH Zainul Muttaqin.

Sang Pencerah Muslim

Ketua Lesbumi MWCNU Tiba M Arifin menuturkan bahwa seni budaya Islami seperti hadrah Al Banjari harus memiliki kekuatan mobilisasi masa yang kuat se-Tiris Barat. “Hal itu tidak akan tercapai kecuali menggabungkan seluruh hadrah se-Tiba dalam sebuah Majelis Sholawat,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Arifin, Majelis Sholawat Habsyi Nahdliyin adalah perkumpulan beberapa grup hadrah di wilayah Tiris Barat. “Alhamdulillah, 9 grup hadrah yang menjadi anggota turut memeriahkan kegiatan. Salah satunya untuk menggelorakan pembacaan sholawat Nabi Muhammad SAW,” jelasnya.

Sementara Ketua MWCNU Tiba Imron Hamzah mengungkapkan, kegiatan ini digelar dengan tujuan untuk mengimbangi maraknya budaya yang berbau maksiat yang sedang merebak di wilayah Tiris Barat, seperti tayub sawer dan lain sebagainya. Sehingga bisa membentengi masyarakat, terutama generasi muda dari hal-hal negatif yang dapat merusak masa depannya.

“Semoga kegiatan ini bisa membudayakan dan mensyiarkan seni budaya yang bernilai ibadah pada seluruh masyarakat Tiris Barat, khususnya para pemuda. Sebab seni budaya hadrah bukan seni budaya murni melainkan masih ada nilai ibadah didalamnya,” katanya. (Syamsul Akbar/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita Sang Pencerah Muslim

Jumat, 28 Juli 2017

PBNU: HUT RI Momentum Mengejar Ketertinggalan Bangsa

Bangsa Indonesia akan menapaki usia 71 tahun sejak diproklamasikan kemerdekaannya tahun 1945. Tujuh belas Agustus dipilih oleh founding fathers bukan tanpa pertimbangan, mereka ingin membangun Indonesia dengan 17 rakaat sesuai dengan bilangan shalat sehari semalam.

Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asyari mengatakan, “Nasoinalisme dan agama bukanlah dua hal yang bertentangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama dan dan keduanya saling menguatkan”. Bung Karno suatu ketika juga mengatakan “Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan copie atau tiruan dari nasionalisme Barat, akan tetapi nasionalisme timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan”.

PBNU: HUT RI Momentum Mengejar Ketertinggalan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU: HUT RI Momentum Mengejar Ketertinggalan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU: HUT RI Momentum Mengejar Ketertinggalan Bangsa

Memasuki usia 71 tahun kemerdekaan Indonesia, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mencatat beberapa catatan reflektif kaiatannya dengan kondisi kebangsaan terkini:

Sang Pencerah Muslim

Momentum kemerdekaan ini hendaknya harus kita jadikan momentum untuk memperbaiki segala aspek kebangsaan dan ketertinggalan kemajuan dari segi apa pun terutama pada aspek kemandiran sebagai sebuah bangsa dan negara.

Sebagai negara maritim yang luas dua pertiga wilayahnya berupa lautan sudah menjadi sebuah keharusan untuk lebih meningkakan pendapatan sektor kelautuan. Pembangunan berbasis laut juga harus menjadi landasan pemerintah dalam mengambil setiap kebijakannya.

Sebagai negara agraris, Pada 2016 target produksi padi di seluruh Indonesia sebanyak 80,29 juta ton. Angka ini naik dari produksi tahun lalu yang mencapai 75,36 juta ton. Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 merilis data produksi beras Indonesia mencapai 73,17 juta ton. Perlu diingat bahwa produksi beras di Indonesia paling banyak dipengaruhi cuaca. Jika kondisi cuaca tidak stabil sebagaimana yang terjadi saat ini, maka produksi beras akan menurun. Pemerintah harus mulai mengkaji diversifikasi pangan.

Sang Pencerah Muslim

Dalam sektor ekonomi peringkat kemudahan berusaha di Indonesia masih tertinggal di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Dalam rilis hasil survei Ease of Doing Business (EoDB), Bank Dunia menempatkan Indonesia di posisi 109 dari 189 negara. Posisi Indonesia kalah telak dibandingkan Singapura yang menduduki peringkat satu, Malaysia 18, Thailand 49, Vietnam 90, dan Filipina 103.

Di luar itu semua, momentum 71 tahun kemerdekaan ini kita dikejutkan dengan sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan. Peristiwa penujukan seorang menteri yang diduga berkewarganegaraan asing sangat menggangu stabilitas politik dan semangat nasionalisme. Pemerintah dan juga terutama menteri terkait harus segera memperjelas status kewarganegaraanya dan sekaligus membeberkan kapada masyarakat luas. Langkah ini sangat perlu dilakukan agar publik tidak termakan isu dan kabar yang simpang siur serta tidak terjatuh dalam kubangan prasangka buruk yang dilarang oleh ajaran agama.

Merujuk pada Undang-undang Nomor 12 Tahun 2016 Pasal 23 (1) Warga negera Indonesia kehilangan kewarganegarannya jika yang bersangkutan: memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri. Dalam UU Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negera pada pasal BAB V Pasal 22 ayat (2) juga dijelaskan bahwa “untuk diangkat menjadi menteri, seorang harus memenuhi syarat: warga negara Indonesia.

Berpindah kewargangeraan adalah ujung akhir dari kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Olah karenanya, sebagai wujud serta ejawantah dari semangat nasionalisme dan loyalitas kepada Negara, setiap pejabat negara harus berkewarganegaraan Indonesia. Semangat nasionalisme itulah yang dari dahulu dibangun oleh founding fathers NKRI seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. M Hasyim Asyari, Wahid Hasyim dkk.

Merdeka!

Jakarta, 16 Agustus 2016

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Amalan Sang Pencerah Muslim

Senin, 26 Juni 2017

Sopir Bergelar SH, SE, ST

Pada suatu kesempatan di awal tahun 2000, Kang Kusnin diminta membantu panitia untuk distribusi surat undangan. Tepatnya pada acara Haul Pesantren Mambaul Hikam, Mantenan, Udanawu, Blitar.

Kebetulan saat itu Kang Kusnin masuk divisi kehumasan, sehingga pendistribusian undangan menjadi salah satu tugasnya.

Awalnya tidak ada yang nganjel. Hampir 2000 surat undangan tertata dengan baik plus by name and by addres.

Sopir Bergelar SH, SE, ST (Sumber Gambar : Nu Online)
Sopir Bergelar SH, SE, ST (Sumber Gambar : Nu Online)

Sopir Bergelar SH, SE, ST

Setelah surat dibagi per zona, Kang Kusnin merasa aneh dan sedikit bingung lantaran ada tiga undangan dengan nama sama; NUR. Cuma bagian akhir ada tambahan SH, SE dan ST.?

Kang Kusnin bersama teman-temannya berpikir itu singkatan gelar sarjana seperti kebanyakan undangan lain. Misal SH singkatan (Sarjana Hukum), SE (Sarjana Ekonomi) dan ST (Sarjana Teknik). Namun ternyata singkatan yang dimaksud tidak demikian.

Hal itu terungkap ketika Kang Kusnin menanyakan langsung kepada ketua panitia Gus Had. “Gus, nama Nur Sarjana Teknik dari Desa Bakung itu yang mana?’’?

Sang Pencerah Muslim

Dengan sedikit senyum, Gus Had mengatakan, “Nur ST itu tetangga sampean sendiri, Kang Nuryani. Rumahnya sebelah barat rumah sampean,” jawab Gus Had.

“Lo..Kang Nuryani kok di tulis Nur ST?” protes Kang Kusnin.

Dengan gayanya yang humoris, Gus Had menjelaskan, “Kang Nuryani itu kan setiap hari kerjanya sebagai sopir truk. Jadi untuk memudahkan data dan distribusi undangan Nuryani disingkat ST”.?

Gus Had pun melanjutkan, “Yang ditulis Nur SH itu namanya Kang Nur Iman. Nama dia disebut Nur SH karena dia sopir Haiece. Sementara Nur SE itu Nur Ihsan karena dia punya mobil Elep yang biasa nganter jamaah ta’lim ke mana-mana. Maka namanya ditambah Nur SE, singkatan sopir Elep”.

Mendapat penjelasan itu, Kang Kusnin bersama grembolannya langsung ketawa ngakak.”Sampean Gus, bisa aja,’’ sahut Kang Kusnin.

Sang Pencerah Muslim

”Lho, Ini dilakukan untuk memudahkan pengiriman undangan agar tidak tertukar. Karena kalau ketiganya ditulis Nur sopir saja. Bisa tertukar tidak sesuai dengan yang dimaksud,’’ jelas Gus Had.

Ternyata, penyebutan Nur SE, Nur SH dan Nur ST sampai sekarang ini masih berlaku. Manakala pesantren yang menjadi pusat Terekat Naqsabandiyah Qolidiyah Blitar Raya itu mengadakan kegiatan dan mengundang masyarakat sekitar, para santri dan panitia yang bertugas kirim surat pasti paham, siapa yang disebut ST, SH dan SE.





(Imam Kusnin Ahmad)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 20 Juni 2017

Undangan Terbuka, Silaturahim Kebangsaan di UGM Malam Ini

Yogyakarata, Sang Pencerah Muslim. Jaringan Islam Rahmatan lil ‘Alamin Universitas Gadjah Mada (UGM) berencana mengadakan halal bihalal dan tabligh akbar Silaturahim Kebangsaan bertema “Mewujudkan Dakwah Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin” di Masjid Kampus UGM, Kamiis (4/9) malam ini, pukul 19.00 WIB.

Kegiatan yang digagas sekelompok mahasiswa UGM dari kalangan Islam moderat ini bertujuan untuk menjunjung nilai-nilai Islam sebagai agama (ad-din) yang rahmatan lil ‘alamin. Acara yang pertama kali diadakan di Masjid Kampus UGM ini terbuka untuk umum dan gratis.

Undangan Terbuka, Silaturahim Kebangsaan di UGM Malam Ini (Sumber Gambar : Nu Online)
Undangan Terbuka, Silaturahim Kebangsaan di UGM Malam Ini (Sumber Gambar : Nu Online)

Undangan Terbuka, Silaturahim Kebangsaan di UGM Malam Ini

“Kegiatan ini juga berusaha mengembalikan wacana UGM sebagai Kampus Pancasila dan menjadi titik awal untuk mendakwahkan Islam yang sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia yang heterogen” kata Mukhanif Yasin Yusuf, salah satu penggagas.

Sang Pencerah Muslim

Kegiatan ini rencananya menghadirkan Alissa Wahid, putri almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Rektor UGM Prof Dr Pratikno, M.Soc. Di samping mengundang pula KH Muwafiq, ulama dan budayawan; serta Ahmad Hadidul Fahmi Lc, alumni tafsir dan ulumul qur’an Universitas Al Azhar, eks Ketua Lakpesdam PCINU Mesir. (Mukhanif YY/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim News, Cerita, Humor Islam Sang Pencerah Muslim

Jumat, 16 Juni 2017

Islam Berpotensi Wujudkan Perdamaian Dunia

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kedatangan Presiden AS Barack Obama sangat penting bagi kedua Negara. Setidaknya hubungan kedua negara baik dan ini harus berlangsung setara, saling memahami, saling memerlukan, dan bersifat tidak kooptatif, dominative dan eksploitatif. Obama harus memahami bahwa Indonesia sebagai Negara dengan muslim terbesar adalah potensi besar untuk terwujudnya perdamaian dunia.

Mengapa? “Karena dari Indonesia inilah nilai-nilai Islam yang cinta damai, moderat, toleran dan menjunjung tinggi keadilan dapat dikembangkan sebagai nilai universal yang memperkaya dunia kemanusiaan, humanisme,” tandas Ketua PBNU Slamet Effendy Yusuf pada Sang Pencerah Muslim di Jakarta, Senin (8/11).

Islam Berpotensi Wujudkan Perdamaian Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)
Islam Berpotensi Wujudkan Perdamaian Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)

Islam Berpotensi Wujudkan Perdamaian Dunia

Seandainya Obama mampir ke PBNU lanjut Slamet, maka PBNU bisa dialog lebih mendalam termasuk memberi masukan tentang keislaman model NU. NU juga bisa bicara banyak hal terkait sosial ekonomi dan keamanan dalam perspektif nahdliyyin.

Sang Pencerah Muslim

“NU di mana mayoritas warganya masih tertinggal secara ekonomi, pendidikan dan kesehatan, bisa membicarakan itu dengan Obama. Khususnya mendorong partisipasi perusahaan-perusahaan AS yang banyak menyedot sumber daya alam Indonesia ini untuk ikut mengatasi masalah-masalah warga NU itu,” ujarnya berharap.

Sang Pencerah Muslim

Yang pasti lanjut Slamet, PBNU bisa memanfaatkan AS untuk memahami banyak hal dengan perspektif lebih adil. Termasuk konflik Palestina, Iran, Irak, Afghanistan, dan Timur Tengah lainnya. Sebab, justru di situlah letaknya akar terorisme itu. Jadi, AS harus mendengar dari Islam moderat, Islam yang penuh toleransi seperti NU dan umumnya kaum muslim Indonesia.

Bahwa masih banyak ketidakadilan yang lahir dari kebijakan keamanan, maupun perdagangan dan ekonomi dunia (AS, PBB) yang perlu dikoreksi. Namun demikian Slamet berharap semoga Obama mampu menangkap dan memahami aspirasi tersebuti. “Sayang kedatangan Obama terlalu singkat di Indonesia,” tutur Slamet. (amf)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Cerita, Khutbah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 25 Mei 2017

Shalat Jumat di Macau

Jumat ialah hari yang istimewa. Banyak fadhilah di dalamnya, dari anjuran memperbanyak shalawat, kesempatan mendapatkan mustajabnya doa, sampai diampuninya dosa seseorang, dan masih banyak lagi. Bahkan siapa yang meninggal pada hari tersebut ada indikasi bahwa yang bersangkutan meninggal dalam husnul khatimah dan selamat dari siksa kubur.

Hari ketujuh Ramadhan tahun ini, Jumat (2/6) dibantu oleh google map, saya bersama Ustadz Syarif mencari masjid di Macau untuk melaksanakan shalat Jumat. Karena yang mengantarkan sepertinya telat, saya putuskan untuk berjalan karena waktu shalat Jumat yang tinggal 15 menit.

Shalat Jumat di Macau (Sumber Gambar : Nu Online)
Shalat Jumat di Macau (Sumber Gambar : Nu Online)

Shalat Jumat di Macau

Di tengah terik dan panasnya matahari, saya susuri jalan dan pertokoan yang berjajar rapi dengan tulisan-tulisan China yang tidak saya mengerti. Di bawah tulisan China itu, selalu ada kata dalam bahasa Portugis yang mendampingi.

"Akhirnya sampai juga," tutur batin sayadi depan masjid yang terletak di No. 4 Ramal Dos Mouros, wilayah dekat bendungan dan laut.

Masuklah saya ke dalam melalui pintu gerbang gapura yang bertuliskan "Macau Mosque and Cemetery" atau dalam bahasa Portugis berarti "Mesquita E Cemeterio De Macau". Di atasnya juga ada tulisan China dan Arab yang terlihat sudah using, lama tak dipugar. Saya lalu memahami masjid ini menggunakan empat bahasa.

Saya mengira Jumatan sudah di mulai. Tampak seorang bergamis berkebangsaan Pakistan, dan beberapa orang lain yang duduk santai di luar masjid. Rupanya Jumatan di sini baru di mulai sekitar jam setengah dua.

Sang Pencerah Muslim

?

Sambil menunggu jamaah yang lain, saya sempatkan untuk melihat pemakaman Muslim yang terdapat di sebelah kanan masjid. Tampak makam itu terdiri dari berbagai kebangsaan seperti India, Arab, Parsi, Gujarat dan China. Tak lupa saya kirimkan doa. Saya berpikir, bisa jadi melalui mereka itulah Islam bisa tumbuh dan terpelihara di kota bekas jajahan Portugis ini.

Bangunan "Macau Mosque and Cemetery" tidak terlalu besar. Ada empat jendela yang ada di sisi kanan dan kirinya. Yang menarik ialah masjid ini menyediakan peci yang terbuat dari plastic. Awalnya saya kira itu mangkuk. Begitu banyak yang mengambil dan memakainya. Barulah saya tahu kalau itu ialah peci. Letaknya sendiri ditumpuk di depan pintu masuk masjid. Jamaah sambil menunggu azan asyik berzikir dengan tasbih di tangan mereka masing-masing.

Setelah adzan berkumandng, Imam Yasir berkebangsaan Pakistan dengan jenggotnya yang menggelayut memberikan ceramah dalam bahasa Urdu kurang lebih 30 menit dari pukul 13:00-13:30. Setelah itu adzan kedua dan dilanjutkan dengan khutbah Jumat yang amat singkat dalam bahasa Arab.

Sang Pencerah Muslim

?

Usai itu kami semua shalat Jumat berjamaah. Ada pun jamaah sendiri terdiri dari banyak etnis dan bangsa, tak terkecuali beberapa imigran asal Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dalam komplek masjid juga terdapat kantor Islamic Association of Macau. Menurut informasi yang saya dapatkan, kantor ini selalu ramai pada hari Ahad karena buruh migran libur. Kesempatan itu digunakan sebagai ajang berkumpulnya komunitas-komunitas Muslim di Macau, baik melaksanakan pengajian atau event lainnya.

?

Umur Islam sendiri di sini bisa dilihat dari umur makam yang ada. Walaupun para pakar sejarah belum sepakat kapan pastinya, yang jelas Islam hadir sudah lebih dari seratus tahun.

Semoga Islam bisa terus bersinar dan memberikan pencerahan kepada masyarakat yang multikultural di Macau. Secara toleransi sudah amat baik, diharapkan masjid yang berdiri tahun 80-an ini terus menjadi embrio bagi lahirnya entitas Muslim di wilayah adminstrasi khusus China. Aamin Ya Rabbal alamin.

Saepuloh, pendakwah, ustad dari Tim Inti Dakwah dan Media (TIDIM) LDNU yang ditugaskan ke Macau.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pertandingan, Cerita, Khutbah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 30 April 2017

Buku Pengurus NU Jabar Dibedah di UIN Bandung

Bandung, Sang Pencerah Muslim. Himpunan Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadist Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung mengadakan bedah buku “Menulusuri Ruang Batin Al-Qur’an” karya salah seorang pengurus PWNU Jawa Barat Prof Dr Rosihon Anwar di auditorium Fakultas Ushuluddin, kampus setempat, , Jumat (30/5).

Buku Pengurus NU Jabar Dibedah di UIN Bandung (Sumber Gambar : Nu Online)
Buku Pengurus NU Jabar Dibedah di UIN Bandung (Sumber Gambar : Nu Online)

Buku Pengurus NU Jabar Dibedah di UIN Bandung

“Buku ini saya tulis untuk memahami Al-Qur’an yang biasanya hanya bergerak pada level lahir (tekstual, red), tetapi ini memahaminya pada level batin,” kata Rosihon yang juga Dekan Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung yang kini sudah menulis 40 buku.

Ia menyebutkan bahwa buku tersebut sebenarnya diterbitkan pada 2011 lalu oleh Penerbit Erlangga. Sebagai narasumber pembanding, dosen tafsir hadist, Dr Dadang Darmawan, menilai buku tersebut berasal dari salah satu disertasi terbaik yang disusun penulis ketika studi doktoral di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sang Pencerah Muslim

“Saya sarankan bagi para mahasiswa, khususnya Tafsir Hadits supaya membaca buku ini, karena mahasiswa dapat memahami bagaimana kerangka berpikir dari buku tersebut,” terang.

Sebelumnya, Jurusan Tafsir Hadist juga telah melaksanakan banyak kegiatan selama sepekan ini. Acaranya meliputi seminar, perlombaan, festival, bazar, inagurasi mahasiswa, dan bedah buku. (Muhammad Zidni Nafi/Mahbib)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Santri, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Jumat, 14 April 2017

AS Akan Sita 4 Masjid yang Diduga Milik Iran

New York, Sang Pencerah Muslim. Amerika Serikat (AS) AS telah melakukan langkah-langkah untuk menyita empat masjid di sana serta gedung pencakar langit Fifth Avenue. Bangunan-bangunan tersebut dimiliki oleh sebuah organisasi muslim yang telah lama diduga dikendalikan diam-diam oleh pemerintah Iran.



AS Akan Sita 4 Masjid yang Diduga Milik Iran (Sumber Gambar : Nu Online)
AS Akan Sita 4 Masjid yang Diduga Milik Iran (Sumber Gambar : Nu Online)

AS Akan Sita 4 Masjid yang Diduga Milik Iran

Para penuntut federal telah mengajukan gugatan sipil di pengadilan federal terhadap organisasi terkait Iran tersebut, Alavi Foundation. Tuntutan tersebut berisi penyitaan aset-aset senilai lebih dari US$ 500 juta.

Aset-aset tersebut mencakup sejumlah rekening bank, pusat-pusat kebudayaan Islam yang terdiri dari sekolah-sekolah dan masjid-masjid di New York City, Maryland, California dan Houston, serta lebih dari 40 hektar tanah di Virginia dan gedung perkantoran berlantai 36, Fifth Avenue di New York.

Sang Pencerah Muslim

Menurut para penuntut federal, Kamis (12/11), Alavi Foundation mengelola gedung Fifth Avenue atas nama pemerintah Iran dan bekerja sama dengan perusahaan yang dikenal sebagai Assa Corp, yang secara ilegal menyalurkan jutaan dolar hasil pendapatan rental kantor ke Bank Melli milik pemerintah Iran.

Bank Melli telah lama dituding AS memberikan dukungan pada program nuklir Iran, sehingga berurusan dengan bank tersebut dinilai merupakan tindakan ilegal.

Sang Pencerah Muslim

"Selama dua dekade, urusan-urusan Alavi Foundation telah dikendalikan oleh banyak pejabat Iran, termasuk duta besar Iran untuk PBB, sebagai pelanggaran atas serangkaian hukum Amerika," kata penuntut AS, Preet Bharara seperti dilansir Straits Times, Jumat (13/11).

Aksi penyitaan ini terjadi di tengah memanasnya hubungan AS-Iran atas isu program nuklir Iran menyusul penangkapan tiga warga AS di Iran atas tuduhan spionase. (nur)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Cerita Sang Pencerah Muslim

Selasa, 10 Januari 2017

Sukses Konfercab, Panitia Ziarahi Makam Wali dan Pendiri NU

Blitar, Sang Pencerah Muslim. Sukses menyelenggarakan Konferensi Cabang (Konfercab) NU Kabupaten Blitar, panitia mengadakan acara syukuran dengan cara ziarah ke makam para wali dan tokoh NU se Jawa Timur. 

Ziarah akan diawali dari Makam Pendiri NU, KH Hasyim Asy’ary, Tebuireng, Jombang, Sunan Derajat di Lamongan, Sunan Giri, di Gresik, Sunan Ampel di Ampel Surabaya dan ke Troloyo, Mojokerto. Ziarah akan dilaksanakan 8-9 Januari 2013.

Sukses Konfercab, Panitia Ziarahi Makam Wali dan Pendiri NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Sukses Konfercab, Panitia Ziarahi Makam Wali dan Pendiri NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Sukses Konfercab, Panitia Ziarahi Makam Wali dan Pendiri NU

Alhamdulillah. Kita telah berhasil melaksanakan tugas dengan baik. Baik penyelenggaraan maupun hasil,’’ ujar Ketua Panitia Drs Masduki, kepada Sang Pencerah Muslim, Kamis (3/1) pagi.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Masduki, keberhasilan panitia dalam melaksanakan tugas ini, tidak lepas dari kesungguhan dan keihlasan semua pihak untuk membantu lancarnya penyelenggaraan Konfecab NU tahun ke XVI, mulai dari panitia lokal, yakni keluarga besar Pesantren Mambaul Hikam Mantenan, Udanawu.

MWCNU Udanawu beserta  Banomnya, seluruh pengurus NU Kabupaten Blitar beserta Banomnya juga telah berpartisipasi mensukseskan Konfercab. Bantuan para donatur khususnyaPemda Kabupaten Blitar juga menjadi kunci sukses. “Keberhasilan ini merupakan keberhasil tim. Karena mendapat ridho Alloh SWT,’’ katanya. 

Sang Pencerah Muslim

Seperti diwartakan sebelumnya, PCNU Kabupaten Blitar telah berhasil menggelar Konfrensi Cabang NU Kabupaten Blitar ke XVI. Acaara berlangsung  pesantren Mambaul Hikam Mantenan Udanawu. Terpilihnya sebagai nahkoda baru organisasi keagamaan terbedar di tanah iar ini adalah KH Imam Sugrowardi sebagai rais syuriyah NU dan KH Masdain Rifai, sebagai ketua tanfidziyah NU.

Saat itu serangkaian acara dilakukan panitia untuk mendukung acara lima tahunan itu. Mulai dari halaqoh, bazaar ekonomi NU, pawai ta’aruf dan menghadirkan Habib Syech saat acara pembukaan.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Imam Kusnin

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Jadwal Kajian Sang Pencerah Muslim

Jumat, 21 Oktober 2016

Ini Alasan Kiai Miftah Bagikan Buku Putih NU-PKI Kala Mantu

Surabaya, Sang Pencerah Muslim. Banyak yang terkejut saat hadir pada pesta pernikahan putri Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur KH Miftachul Akhyar Ahad (6/4) kemarin. Mengapa? Tuan rumah memberikan suvenir berupa buku "Benturan NU-PKI 1948-1965" kepada tamu undangan.

Sehari usai resepsi, Kiai Miftah, sapaan akrabnya, saat dikonfirmasi Sang Pencerah Muslim menandaskan bahwa ada sejumlah alasan mengapa mempersembahkan buku tersebut. "Para kiai Nahdlatul Ulama bisa membaca dan akhirnya tahu peristiwa sesungguhnya dari tragedi PKI," katanya melalui telepon selulernya, Senin pagi (7/4).

Ini Alasan Kiai Miftah Bagikan Buku Putih NU-PKI Kala Mantu (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Alasan Kiai Miftah Bagikan Buku Putih NU-PKI Kala Mantu (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Alasan Kiai Miftah Bagikan Buku Putih NU-PKI Kala Mantu

Buku itu juga akan bisa menjawab tuduhan sebagian kalangan yang telah menulis buku maupun liputan di media yang menyatakan bahwa kiai dan warga NU telah membunuh para pegiat PKI.

Sang Pencerah Muslim

"Karena kalau berbicara korban peristiwa PKI, justru jumlah warga dan kiai NU yang meninggal lebih banyak," tandas Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunah Surabaya ini. Akan tetapi fakta yang dikemukakan oleh simpatisan PKI justru sebaliknya.

Sang Pencerah Muslim

"Dengan membaca buku "Benturan NU-PKI 1948-1965" ini maka para pengurus NU akan sadar bahwa saat itu posisi para kiai sangat tersudut," lanjutnya.

Kiai Miftah sangat menyayangkan kalau fakta-fakta yang sebenarnya justru dihilangkan. "Yang sekarang muncul adalah pandangan bahwa para kiai dan ulama serta warga NU membunuh dengan membabi buta," ungkapnya.

Membaca buku ini, lanjut Kiai Miftah, akan memberikan pemahaman kepada para kiai khususnya anak cucu NU akan peristiwa yang sesungguhnya terjadi.

Kiai Miftah juga menandaskan bahwa dengan fakta yang mengemuka, tidak pada tempatnya kalau kemudian NU menyampaikan maaf atas peristiwa tahun 1948 dan 1965 tersebut. "Karena pengucapan maaf adalah pengakuan bahwa kita telah melakukan kesalahan," terang Kiai Miftah. Dan banyak kalangan berusaha dengan sejumlah argumen agar NU dan kiai berkenan menyampaikan maaf atas peristiwa tersebut. "Padahal itu dilakukan sebagai legitimasi atas kesalahan yang dilakukan para kiai dan ulama NU," katanya.

Kendati demikian Kiai Miftah sangat terbuka kalau antara elemen bangsa dilakukan rekonsiliasi. Hal itu tentu saja membutuhkan nilai-nilai kesadaran dengan menjaga agar peristiwa serupa tidak terulang. Kejadian kemanusiaan tersebut hendaknya menjadi bahan refleksi bagi semua kalangan agar tidak terulang.

"Mari kita kubur peristiwa yang telah lewat dengan menjadi anak bangsa yang bisa memberikan maslahah untuk umat," pungkas Kiai Miftah.

Buku "Benturan NU-PKI 1948-1965" berjumlah 208 halaman yang diterbitkan PBNU dan ditulis sejarawan NU yang juga Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Abdul Munim DZ, dengan editor Enceng Shobirin dan Adnan Anwar.

Buku ini menjadi suvenir pernikahan putri Kiai Miftah, Mauhibah Al-Luluiyah yang dipersunting Agus HM Syafiq putra dari KH Aniq Muhammadun dari Pati Jawa Tengah. Prosesi akad nikah dilangsungkan di mushalla pesantren setempat, Ahad (6/4). (Syaifullah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Warta, Habib Sang Pencerah Muslim

Jumat, 30 September 2016

Ma’arif Bondowoso Kecam Tragedi Meninggalnya Guru di Sampang

Bondowoso, Sang Pencerah Muslim. Meninggalnya Ahmad Budi Cahyono, guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Torjun Sampang akibat dianiaya muridnya sendiri, menyisakan keprihatinan mendalam. Ini menunjukkan rendahnya karakter peserta didik. 

Ma’arif Bondowoso Kecam Tragedi Meninggalnya Guru di Sampang (Sumber Gambar : Nu Online)
Ma’arif Bondowoso Kecam Tragedi Meninggalnya Guru di Sampang (Sumber Gambar : Nu Online)

Ma’arif Bondowoso Kecam Tragedi Meninggalnya Guru di Sampang

Ketua Pengurus Cabang Lembaga Pendidikan Maarif NU Kabupaten Bondowoso Mohammad Marzuqi sangat menyayangkan serta mengecam keras kejadian tersebut. “Kejadian ini menunjukkan masih rendahnya karakter siswa,” katanya, Jumat (2/2).

Meskipun hal ini bersifat kasuistik, namun cukup memberikan gambaran kurang seriusnya sekolah menanamkan karakter kepada siswa, lanjutnya saat ditemui di kantor PCNU setempat.

Sang Pencerah Muslim

“Oleh karenanya ini pekerjaan rumah di dunia pendidikan dalam menanamkan karakter perlu digarap dengan serius,” tandasnya. Budi pekerti, tata krama, sopan santun dan segudang akhlak untuk membentuk karakter siswa sudah menjadi keniscayaan yang harus dilakukan sekolah secara terprogram dan massif, lanjutnya.

Sekolah harunya sebagai agen of change atau agen perubahan. Karenanya harus mampu mengubah masa depan generasi muda untuk kehidupan mendatang. “Karena  mereka adalah pengganti pemimpin bangsa dan diharapkan membangun negeri ini dengan karakter kuat sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat,” tandasnya.  

Marzuqi berharap kejadian di Sampang tidak terulang kembali. Karenanya sekolah dan madrasah dapat menciptakan budaya dan pembiasaan yang mampu mendorong serta mengembangkan pembentukan karakter siswa. “Di samping itu, setiap program pembelajaran di dalamnya sudah dimasukkan nilai karakter bangsa yang baik dan luhur,” pungkasnya. (Ade Nurwahyudi/Ibnu Nawawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Cerita Sang Pencerah Muslim

Senin, 14 Maret 2016

Habib Syekh Doakan Penyelenggaraan Ujian Nasional

Solo, Sang Pencerah Muslim. Pengasuh majelis Ahbabul Musthofa Solo, Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf mengajak ribuan jemaah yang diguyur hujan untuk mendoakan para pelajar SMA dan SMK yang tengah menyelesaikan soal Ujian Nasional.

Habib Syekh Doakan Penyelenggaraan Ujian Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Syekh Doakan Penyelenggaraan Ujian Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Syekh Doakan Penyelenggaraan Ujian Nasional

Ia berharap pengajian akbar Senin (14/4) malam memberikan keberkahan bagi semua.

Pada pengajian akbar di halaman parkir Pasar Burung Depok Solo, Habib Syekh menyampaikan, “Semoga para pelajar dapat mengerjakan UN dengan lancar dan mendapatkan nilai bagus.”

Sang Pencerah Muslim

Di sela kumandang sholawat yang diiringi tabuhan rebana, ia juga berpesan kepada para calon pemimpin yang terpilih dalam pemilu lalu dapat menjalankan tugas secara amanah.

Sang Pencerah Muslim

“Semoga sholawat bersama ini, menjadikan orang-orang tetap amanah dalam menjalankan tugas-tugasnya,” ujarnya. (Ajie Najmuddin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaSantri, Cerita, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Rabu, 13 Januari 2016

Fatayat Laksanakan Program Peduli HIV/AIDS

Kudus, Sang Pencerah Muslim

Pimpinan Fatayat NU Jawa Tengah bekerja sama Global Fund mengadakan program peduli  HIV/AIDS. Sebagai sasaran program diprioritaskan pada lima kota di Jawa Tengah yakni Brebes, Tegal, Pemalang, Demak dan Pati.

Fatayat Laksanakan Program Peduli  HIV/AIDS (Sumber Gambar : Nu Online)
Fatayat Laksanakan Program Peduli HIV/AIDS (Sumber Gambar : Nu Online)

Fatayat Laksanakan Program Peduli HIV/AIDS

Ketua PW Fatayat NU Jawa Tengah Khizanatur Rahmah mengatakan program ini merupakan bentuk kepeduliaan Global Fund (lembaga donor)  yang menggandeng Fatayat untuk pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya virus HIV/AIDS dan perempuan.

“Program ini akan dilaksanakan selama 2,5 tahun hingga 2016 nanti. Untuk mengawali, kami telah melakukan penelitian dan kajian di 5 kota tersebut,” ujarnya kepada Sang Pencerah Muslim di Kudus, Selasa (13/5).

Khizana menerangkan dari hasil penelitian itu diperoleh informasi yang sangat mengejutkan bahwa terdapat ibu rumah tangga terkena virus HIV/AID. Padahal ibu tersebut orang baik-baik dan tidak pernah berhubungan intim dengan orang lain.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

“Saya heran, orang (ibu) baik-baik kok bisa terkena AIDS Setelah diteliti ternyata suaminya suka ‘jajan’ di luar sehingga virus menular sampai pada istrinya,” tuturnya.

Temuan lainnya, daerah Pati dan Demak banyak yang mengalami perilaku biseks (lelaki suka lelaki) yang tinggi. Disaat tidak bersama istri, lelaki itu berhubungan sesama lelaki.

Biasanya lelaki yang berisiko tinggi ini, katanya, kebanyakan para sopir jarak jauh yang sering beristirahat dimana-mana dan berbeda tempatnya.

“Oleh karena itu kita berharap kader-kader Fatayat harus mewaspadai sehingga tidak tertular virus yang mematikan ini,” imbuhnya.

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor : Qomarul Adib

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Warta Sang Pencerah Muslim

Senin, 23 Maret 2015

Masjid Abah

Oleh A. Zakky Zulhazmi



Peristiwa itu terjadi semudah orang buang ingus. Namun semenjak peristiwa itu, aku merasa tak punya kekuatan lagi. Semua bermula saat kemarin malam Abah mengajakku makan di angkringan. Tidak seperti biasanya, apalagi kami pergi cuma berdua saja. Usai menikmati sebungkus sego kucing, Abah mengambil napas panjang.

Masjid Abah (Sumber Gambar : Nu Online)
Masjid Abah (Sumber Gambar : Nu Online)

Masjid Abah

“Nak, abah pengen cerita.”

Sang Pencerah Muslim

“Cerita apa, Bah?” aku menatap wajah abah dalam-dalam.

“Tapi kamu ndak boleh ketawa lho. Soalnya kamu pasti bakal mengira ini cerita konyol.” Nada bicara Abah agak kurang percaya diri.

“Iya deh, Bah. Memang cerita apa sih?”

Sang Pencerah Muslim

“Begini, Nak, jadi ketika Abah ketiduran di masjid kita kemarin siang, Abah bermimpi bertemu kakek.”

Abah diam sebentar. Menyalakan rokok kreteknya. Menghisap, menghembuskan asapnya, lalu melanjutkan cerita.

“Kakek yang di mimpi itu berpakaian serba hitam, menyampaikan pesan yang membuat Abah bimbang,” wajah Abah berubah serius.

“Pesan apa, Bah?”

“Kakek bilang, di bawah tiang paling tengah masjid kita itu ada sebilah keris warisan kakek yang seharusnya Abah simpan!”

Aku tercengang, tapi berusaha tetap tenang. Masjid Syuhada, yang dibangun tepat di samping rumahku itu, memang dulu Kakek yang membangun. Konstruksinya semua dari kayu Jati. Disangga sembilan tiang yang kokoh, Masjid Syuhada jadi kebanggaan keluarga kami. Mimpi aneh Abah mulai mengusikku.

“Abah percaya mimpi itu?”

“Itu masalahnya, Nak. Abah bingung, katanya mimpi itu bisa dari setan atau dari Allah ya?”

“Masak iya Allah nyuruh kita nyari keris di bawah tiang masjid, Bah? Mimpi dari setan kali itu, Bah.”

“Tapi, Abah merasa pesan Kakek itu sepertinya harus dituruti.”

“Lantas abah mau mencari keris itu? Mau merobohkan masjid?”

Tidak habis pikir aku, bagaimana bisa Abah termakan mimpi seperti itu. Kulihat wajah renta itu kian kuyu.

“Entahlah, Nak. Abah jadi tambah bingung. Sudah, ayo kita pulang aja.”

Di perjalanan pulang, kami saling diam. Sampai rumah aku tak kunjung memejamkan mata. Kenapa ya Abah bermimpi seperti itu? Jika mimpi itu benar, mengapa pula Kakek menanam keris di bawah tiang tengah masjid? Aku ketiduran gara-gara capai menduga-duga.

***

Kuperhatikan, akhir-akhir ini Abah jadi semakin sering tidur siang di masjid. Setelah salat zuhur, tanpa berganti pakaian Abah merebahkan badan di samping tiang tengah masjid. Ditiup angin yang berkesiur dari kebun singkong di utara masjid, Abah bak di-ninabobokan. Mungkin Abah berharap mimpinya tentang keris itu berlanjut. Aku belum berani bertanya lebih lanjut mengenai kebiasaan barunya.

Masjid Syuhada dibangun empat puluh tahun yang lalu. Saat itu aku belum lahir. Abah juga masih berusia belasan. Katanya, pohon jati yang ditanam Mbah Buyut di sehektar tanah belakang rumah jadi bahan baku utama pembangunan masjid. Diam-diam, sebenarnya aku menyimpan rasa bangga melihat masjid keluargaku ini. Masjid yang menyejukkan lagi kokoh.

Pertanyaan yang menggelanyutiku sekarang, bagaimana bisa hadir mimpi dalam tidur Abah untuk mengambil keris yang tertanam di bawah tiang masjid? Bukankah itu berarti akan merobohkan masjid atau minimal mencederai masjid. Abah juga pasti dianggap orang yang konyol dan jadi bahan tertawaan orang sekampung jika menuruti mimpi itu. Tiba-tiba aku jadi ingat Nabi Ibrahim yang diperintah Tuhan lewat mimpi untuk menyembelih Ismail. Namun pikiran itu kubuang jauh-jauh, Abah bukan nabi.

Sesaat lamunanku buyar oleh suara ketukan di pintu depan. Ada tamu sepertinya. Bergegas aku menyambangi pintu. Muncul sosok laki-laki berkemeja lengan panjang motif garis-garis, bercelana drill khaki. Rapi dan wangi. Aku belum pernah melihat dia sebelumnya di kampung ini.

“Benar ini rumah Abah Dahlan?” tanyanya sembari melempar seulas senyum.

“Iya benar.”

“Boleh saya bertemu beliau?”

“Mari, silakan masuk.”

Setelah kupanggil, Abah menemui laki-laki perlente itu. Sedang aku kembali masuk kamar. Dari kamarku yang terletak di samping ruang tamu, sayup-sayup aku mendengar percakapan Abah dengan tamu asing itu. Sekilas aku seperti mendengar kata-kata masjid, real estate, kompensasi dan harga pantas. Selebihnya aku tak bisa mendengar dengan jelas. Ada apa lagi ini? Aku jadi curiga.

***

Selepas salat maghrib, Abah tak langsung membaca Alquran seperti biasanya. Beliau memanggilku, duduk di serambi masjid. Tatapan mata Abah mengitari sekeliling masjid. Seolah tak satu pun sudut di masjid ini terlewatkan dari sapuan matanya. Bisa kutangkap gelagat resah yang sangat dari wajahnya.

“Ada apa, Bah? Apa masih memikirkan mimpi kemarin?”

“Bukan masalah itu saja, Nak,” Abah memandang lekat mataku, “tapi soal tamu Abah tadi siang?”

“Lalu?”

“Dia itu pengusaha kaya yang mau membangun real estate di daerah kita. Katanya daerah sini masih asri, masih terasa nuansa alaminya, pokoknya dia bilang tempat ini cocoklah kalau dibangun real estate.”

“Lalu apa masalahnya?”

“Orang itu mau membeli masjid kita, Nak. Dia bilang lahan-lahan penduduk di sekitar masjid sudah dibebaskan, tinggal masjid kita yang belum. Dia berani bayar dua ratus juta untuk masjid kita beserta tanahnya!” jelas Abah kepadaku.

Benar dugaanku. Ada yang tidak beres dari tamu itu.

“Jangan dijual, Bah. Semiskin apapun kita,” aku coba meyakinkan Abah.

“Memang benar, Nak. Tapi, dua ratus juta itu tidak sedikit lho, banyak banget itu. Dan pasti berguna sekali bagi keluarga kita. Apalagi keenam adikmu sudah masuk sekolah semua.”

“Abah, meskipun jamaah masjid ini tak pernah lebih dari dua saf, tapi masjid ini adalah warisan kakek. Walaupun anak-anak sekarang malas pergi TPA, tapi dulu orang-orang kampung belajar baca Alquran juga di sini.” Aku berusaha meyakinkan Abah. Kutatap wajahnyal lekat-lekat. Ia mendengus dan menarik nafas dalam-dalam.

“Apa artinya masjid jika tak punya jamaah, Nak. Jangan-jangan perintah kakek untuk mengambil keris itu adalah isyarat. Mungkin itu keris bertuah dan pembawa keberuntungan,” tatapan mata abah menerawang.

“Istighfar, Bah, istighfar.” Aku tak mampu menutupi kekhawatiranku.

Gubrak!

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari dalam masjid. Serempak aku dan abah menengok ke dalam.

Innalillahi…

Mbah Giyo, satu-satunya jamaah yang masih tinggal di masjid untuk nderes Alquran, tertimpa kipas angin. Kepalanya bersimbah darah. Mushaf tua warna cokelat lusuh terpangku di tangannya. Dan,? beliau duduk bersandar di tiang paling tengah. Tiang yang menurut mimpi Abah tersimpan keris pusaka di bawahnya.

***

Kampung kami gempar. Aku melihat dengan jelas warga mulai berdatangan ke masjid. Abah tampak merasa bersalah sekali. Kalau dicermati, memang di masjid itu tiap tiang terpasang kipas angin. Tapi entah bagaimana bisa kipas angin yang di tiang paling tengah yang jatuh. Tepat ketika ada orang di bawahnya lagi. Setelah dimandikan dan disalatkan, jenazah Mbah Giyo dimakamkan malam itu juga.

Keluarga Mbah Giyo pun tampak sedih, tapi raut wajah mereka menunjukkan kepasrahan. Mbah Giyo memang dikenal sebagai warga yang baik. Beliau tipikal pendiam, tapi cekatan ketika membantu warga yang sedang butuh bantuan. Untunglah dua orang anaknya sudah berkeluarga. Sehingga kepergian Mbah Giyo tak begitu jadi beban keluarga. Tapi, yang terjadi selanjutnya begitu menyedihkan.

Pada awalnya warga menganggap kematian Mbah Giyo ini sebagai musibah, bukan salah Abah. Akan tetapi, suara-suara sumbang mulai terdengar, menyalahkan, menghujat dan menuding Abah yang bukan-bukan. Abah pasrah saja mendengarnya. Untuk sedikit menebus rasa bersalahnya, Abah mengambil sebagian tabungannya sebagai santunan buat keluarga Mbah Giyo.

”Maut bisa datang kapan saja, Nak, di mana saja,” ujarnya.

***

Hari berikutnya, Ibu masuk rumah sakit. Berita kematian Mbah Giyo di masjid jadi beban pikiran beliau juga ternyata. Dokter berkata bahwa ibu harus diopname. Istirahat di rumah sakit lebih baik, kata dokter. Abah mengelus dada. Memikirkan biaya pengobatan. Sebagian tabungan sudah digunakan untuk santunan keluarga Mbah Giyo. Tapi bukan Abah namanya jika tidak memberikan yang terbaik bagi Ibu, cintanya.

Untung Abah tak bercerita perihal mimpinya kepada Ibu. Andaikata Abah bercerita, tak bisa dibayangkan kondisi Ibu sekarang ini. Tawaran untuk menjual masjid beserta tanahnya juga tak pernah diceritakan Abah kepada Ibu. Di mataku, Abah adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab, walau terkadang hatinya sering goyah.

***

Sore ini aku dan Abah menjaga ibu di rumah sakit. Waktu menunjukkan sudah hampir maghrib. Seketika, Lik Yoto, tetangga samping rumahku, datang tergopoh-gopoh dengan wajah pias.

“Abah Dahlan, anu Bah, em…itu Dik Bayu, Bah. Dik Bayu kakinya tertimpa bedug masjid!” Gugup sekali Lik Yoto menyampaikan kabar yang membuat seisi kamar tegang.

“Di mana dia sekarang?” Abah bereaksi cepat. Mulutku masih ternganga. Sedang ibu sesenggukan menahan tangis. Beliau semakin terkulai dan kehilangan kata. Lekas-lekas aku mengusap-usap pundak beliau, coba menenangkan.

“Di UGD, Bah,” Lik Yoto mukanya semakin kusut.

Kami pun langsung menuju ke sana. Saat melihat kondisi Dik Bayu kontan abah lunglai. Telapak kaki Dik Bayu sudah hapir putus, terpisah dengan mata kaki. Tangisnya tak henti-henti. Di samping telinganya, Abah membaca Alfatihah berulang kali sambil mengusap rambut Dik Bayu yang basah oleh keringat. Dokter dan para perawat bergerak tangkas.

Ketika masuk ruang operasi Abah sedikit tenang. Dokter mempersilakannya menunggu di luar. Abah menurut, beliau duduk di bangku panjang depan ruang operasi. Sesaat kemudian dokter menghampirinya, “Anak bapak harus diamputasi kakinya.”

Mata Abah berkunang-kunang.

Lik Yoto bercerita kalau tadi ketika TPA di masjid, Dik Bayu bermain di dekat bedug bersama temannya. Belajar iqro’ sudah dimulai, Dik Bayu masih asyik bermain. Tak jelas bagaimana mulanya, tiba-tiba saja tangisnya pecah mengagetkan orang-orang di masjid. Warga sekitar berdatangan dan membawanya ke rumah sakit. Abah mendengar cerita itu geleng-geleng kepala. Aku hanya bisa terdiam di sampingya. Mimpi Abah bertemu kakek serta tawaran dari pengembang real estate berkelebat di benakku.

***

Masjid pembawa sial. Itulah julukan bagi Masjid Syuhada saat ini. Dua musibah sudah terjadi. Dalam waktu yang tak berselang lama pula. Jamaah menurun drastis. TPA malah telah gulung tikar. Kepercayaan masyarakat desa terhadap hal-hal mistis mengalahkan akal sehat. Masjid warisan kakek itu benar-benar jadi simalakama. Tak dibongkar salah, dibongkar juga salah. Aku hanya bisa menerawang lorong sepi rumah sakit. Ibu dan Dik Bayu istirahat. Tinggal aku dan Abah terpekur di atas bangku. Napas Abah terdengar berat sekali.

“Masjid Syuhada akan Abah jual, Nak. Abah benar-benar butuh uang saat ini. Pengobatan ibu dan amputasi kaki adikmu butuh biaya yang tidak sedikit. Mungkin inilah tafsir mimpi Abah kemarin hari. Kita harus menjual masjid itu.”

“Abah yakin dengan keputusan ini?”

“Tabungan Abah sudah habis, Nak. Sejak dulu Abah berprinsip kita tak boleh pinjam uang walau sedikit. Tak ada pilihan lain. Toh, dari uang dua ratus juta itu kita bisa membeli tanah dan membangun masjid lagi.”

Aku menghela napas panjang. Tak lagi bisa berkata apapun.

***

Suasana pagi itu kalah cerah jika dibandingkan dengan wajah pengusaha yang baru saja menandatangani surat jual beli. Masjid Syuhada kini bukan lagi milik kami, melainkan miliknya. Dua hari berikutnya masjid dirobohkan. Rata dengan tanah.

Malam ini, dari jendela kamar aku menatap nanar tanah bekas masjidku dulu. Tiba-Tiba aku melihat sosok lelaki tua membawa cangkul. Menuju bagian tengah masjid. Mencari letak tiang paling tengah dulu berdiri. Tak salah lagi, itu Abah!

Perlahan gerimis turun lalu menjelma hujan. Abah terus saja menggali, terus menggali. Hujan semakin deras, deras sekali.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Berita, Cerita Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock