Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 Juni 2017

Sopir Bergelar SH, SE, ST

Pada suatu kesempatan di awal tahun 2000, Kang Kusnin diminta membantu panitia untuk distribusi surat undangan. Tepatnya pada acara Haul Pesantren Mambaul Hikam, Mantenan, Udanawu, Blitar.

Kebetulan saat itu Kang Kusnin masuk divisi kehumasan, sehingga pendistribusian undangan menjadi salah satu tugasnya.

Awalnya tidak ada yang nganjel. Hampir 2000 surat undangan tertata dengan baik plus by name and by addres.

Sopir Bergelar SH, SE, ST (Sumber Gambar : Nu Online)
Sopir Bergelar SH, SE, ST (Sumber Gambar : Nu Online)

Sopir Bergelar SH, SE, ST

Setelah surat dibagi per zona, Kang Kusnin merasa aneh dan sedikit bingung lantaran ada tiga undangan dengan nama sama; NUR. Cuma bagian akhir ada tambahan SH, SE dan ST.?

Kang Kusnin bersama teman-temannya berpikir itu singkatan gelar sarjana seperti kebanyakan undangan lain. Misal SH singkatan (Sarjana Hukum), SE (Sarjana Ekonomi) dan ST (Sarjana Teknik). Namun ternyata singkatan yang dimaksud tidak demikian.

Hal itu terungkap ketika Kang Kusnin menanyakan langsung kepada ketua panitia Gus Had. “Gus, nama Nur Sarjana Teknik dari Desa Bakung itu yang mana?’’?

Sang Pencerah Muslim

Dengan sedikit senyum, Gus Had mengatakan, “Nur ST itu tetangga sampean sendiri, Kang Nuryani. Rumahnya sebelah barat rumah sampean,” jawab Gus Had.

“Lo..Kang Nuryani kok di tulis Nur ST?” protes Kang Kusnin.

Dengan gayanya yang humoris, Gus Had menjelaskan, “Kang Nuryani itu kan setiap hari kerjanya sebagai sopir truk. Jadi untuk memudahkan data dan distribusi undangan Nuryani disingkat ST”.?

Gus Had pun melanjutkan, “Yang ditulis Nur SH itu namanya Kang Nur Iman. Nama dia disebut Nur SH karena dia sopir Haiece. Sementara Nur SE itu Nur Ihsan karena dia punya mobil Elep yang biasa nganter jamaah ta’lim ke mana-mana. Maka namanya ditambah Nur SE, singkatan sopir Elep”.

Mendapat penjelasan itu, Kang Kusnin bersama grembolannya langsung ketawa ngakak.”Sampean Gus, bisa aja,’’ sahut Kang Kusnin.

Sang Pencerah Muslim

”Lho, Ini dilakukan untuk memudahkan pengiriman undangan agar tidak tertukar. Karena kalau ketiganya ditulis Nur sopir saja. Bisa tertukar tidak sesuai dengan yang dimaksud,’’ jelas Gus Had.

Ternyata, penyebutan Nur SE, Nur SH dan Nur ST sampai sekarang ini masih berlaku. Manakala pesantren yang menjadi pusat Terekat Naqsabandiyah Qolidiyah Blitar Raya itu mengadakan kegiatan dan mengundang masyarakat sekitar, para santri dan panitia yang bertugas kirim surat pasti paham, siapa yang disebut ST, SH dan SE.





(Imam Kusnin Ahmad)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Cerita, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 20 April 2017

Miris Pergaulan Bebas, MUI Bojonegoro Siap Tingkatkan Dakwah

Bojonegoro, Sang Pencerah Muslim. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur Jauhari Hasan mengatakan, ajaran Islam melarang berhubungan suami istri tanpa akad pernikahan (zina). Bahkan, prilaku mengarah zina, seperti pergaulan bebas pun tidak dibolehkan.

Miris Pergaulan Bebas, MUI Bojonegoro Siap Tingkatkan Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)
Miris Pergaulan Bebas, MUI Bojonegoro Siap Tingkatkan Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)

Miris Pergaulan Bebas, MUI Bojonegoro Siap Tingkatkan Dakwah

Selain terlarang dalam agama, pergaulan bebas juga bisa menyebabkan penyakit HIV/AIDS. “Pergaulan bebas menyimpang dari syariat islam. MUI miris melihat pergaulan bebas yang semakin marak terjadi,” ujarnya kepada Sang Pencerah Muslim saat ditemui di masjid Agung Darussalam Bojonegoro, Rabu, (26/2).

Pria asal Kabupaten Tuban tersebut juga berpendapat, tidak mempersoalkan penggunaan kondom agar tidak terjangkit HIV/AIDS. Tapi jangan sampai perzinaan terjadi.

Sang Pencerah Muslim

“Jika sudah berkeluarga dengan pernikahan sah, karena suami atau istri terkena HIV/AIDS, diperkenankan menggunakan kondom agar tidak terjangkit penyakit berbahaya tersebut.

Ia menambahkan, untuk menyikapinya soal pergaulan bebas, MUI akan meningkatkan dakwah dan penyuluhan. “Solusinya sulit karena nafsu, tetapi kalau tidak dibentengi akan merusak umat. Apalagi MUI prihatin, remaja sekarang 90% pacaran menjurus perzinahan,” ucapnya.

Sang Pencerah Muslim

Guru MAN 2 Bojonegoro itu setiap mengajar, selalu memberikan motivasi kepada siswa-siswinya agar tidak pacaran. Serta memotivasi, untuk menjauhi pergaulan bebas.

Perhatian orang tua juga memberikan peran sentral dalam melakukan pengawasan pada anaknya, karena seorang anak juga menjadi tanggung jawab orang tua selain pihak sekolah. “MUI mengimbau kepada orang tua mengawasi putra-putri agar bertindak positif dan tidak melanggar aturan Allah,” imbuhnya. [M. Yazid/Abdullah Alawi]

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Berita Sang Pencerah Muslim

Senin, 01 Agustus 2016

Aksi Damai PMII Al-Ghozali Tolak UU Pilkada

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Kader PMII Al-Ghozali menggalang kekuatan mahasiswa dari pelbagai kampus dalam aksi demonstrasi di bundaran simpang 7 UNNES, Semarang, Senin (29/8). Dalam tuntutannya, mereka menolak UU Pilkada yang dinilai mencederai prinsip dasar demokrasi.

Aksi Damai PMII Al-Ghozali Tolak UU Pilkada (Sumber Gambar : Nu Online)
Aksi Damai PMII Al-Ghozali Tolak UU Pilkada (Sumber Gambar : Nu Online)

Aksi Damai PMII Al-Ghozali Tolak UU Pilkada

Dengan membawa atribut demonstrasi dengan pelbagai macam tuntutan dan kecaman. Mereka bergerak mengitari bundaran simpang 7 UNNES.

Koordinator aksi M Sutomo menuturkan, "Aksi demo yang dilakukan merupakan bentuk nyata mahasiswa untuk ikut andil dalam menolak UU Pilkada."

Sang Pencerah Muslim

Menurutnya, PMII sebagai organisasi pergerakan mesti terus menjaga kepekaan terhadap isu yang ada di Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

Aksi penolakan UU Pilkada ini akan berlanjut dengan penyelenggaraan istighotsah dalam rangka memperingati 7 hari kematian demokrasi di Indonesia pada Kamis, (2/10). (Sarwo Edi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Tokoh Sang Pencerah Muslim

Kamis, 12 Februari 2015

Terima Kunjungan Konjen AS, Gus Ali Jelaskan 4 Faktor Dominan Teror

Surabaya, Sang Pencerah Muslim

Mengapa gerakan teror mudah tersebar? Setidaknya ada 4 sebab yang paling dominan. KH Agus Ali Masyhuri mengurai hal tersebut saat menerima kunjungan Konsulat Jenderal Amerika Serikat (AS) di Surabaya, Kamis (28/1).

Terima Kunjungan Konjen AS, Gus Ali Jelaskan 4 Faktor Dominan Teror (Sumber Gambar : Nu Online)
Terima Kunjungan Konjen AS, Gus Ali Jelaskan 4 Faktor Dominan Teror (Sumber Gambar : Nu Online)

Terima Kunjungan Konjen AS, Gus Ali Jelaskan 4 Faktor Dominan Teror

"Penyebab utama bagi sumber dan berkembangnya pelaku teror di manapun adalah pertama adalah faktor kemiskinan. Sedangkan penyebab selanjutnya adalah kebodohan,” kata Gus Ali sapaan akrab KH Agus Ali Masyhuri.

Hal lain yang juga tidak kalah penting memberikan sumbangsih bagi kemunculan pelaku teror adalah karena mereka belajar agama tidak utuh. "Biasanya mereka belajar agama hanya sepenggal dan dari sumber yang tidak jelas dan berguru agama kepada pihak yang tidak jelas silsilah keilmuannya," ungkap Wakil Rais PWNU Jatim ini.

"Karena itu saya menjamin para santri yang belajar agama di pesantren tidak akan pernah melakukan tindakan teror," kata pengasuh Pondok Pesantren Bumi Shalawat Tulangan Sidoarjo ? ini. Gus Ali juga memastikan bahwa sejumlah pesantren memberikan pencerahan kepada para santri dengan pendekatan yang arif dalam menyikapi berbagai hal.

Sang Pencerah Muslim

Penjelasan ini disampaikan untuk menjawab pertanyaan dari staf Konjen AS terkait banyaknya anak muda yang terlibat gerakan teror termasuk ISIS, juga Gafatar atau Gerakan Fajar Nusantara. ? ?

Namun demikian, perkembangan teknologi informasi termasuk media sosial bagi Gus Ali juga merupakan tantangan yang harus dijawab kalangan pesantren. "Saya sendiri memberikan kesempatan kepada siapa saja yang ingin meminta penjelasan terkait masalah agama lewat twitter," katanya sembari menyebutkan alamat akun @gusali_bsh.

KH Anwar Iskandar yang juga hadir menimpali bahwa untuk menghadapi kelompok seperti ini tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan keamanan dan kekerasan. "Perlu peran civil society, termasuk di dalamnya adalah NU untuk diajak urun rembuk," kata Wakil Rais PWNU Jatim tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Konjen AS di Surabaya, Heather Variava berkunjung ke kantor PWNU Jawa Timur di Jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya, Kamis (28/1) siang. Mereka diterima KH Anwar Iskandar dan KH Agus Ali Masyhuri, H Shonhaji Sholeh dan H Ali Masud, KH Abdurrahman Navis (wakil ketua), Akh Muzakki (sekretaris), serta Riadi Ngasiran dari Majalah Aula. (Ibnu Nawawi/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pertandingan, Tokoh, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 11 Februari 2015

Hindari Penyusup, 27 Tim LSN Region 1 Jateng Duji Baca Qunut dan Shalawat Nariyah

Kendal, Sang Pencerah Muslim - Liga Santri Nusantara (LSN) Regional 1 Jawa Tengah dibuka di Lapangan Garuda Desa Sidorejo, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal, Ahad (3/9). Untuk memverifikasi pemain, pihak penyelenggara melakukan tes terhadap para pemain. Mereka diuji membaca doa qunut dan shalawat Nariyah.

Ujicoba ini sebagai upaya meminimalisasi adanya pemain yang bukan dari kalangan santri, yakni pemain bon.

Hindari Penyusup, 27 Tim LSN Region 1 Jateng Duji Baca Qunut dan Shalawat Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Hindari Penyusup, 27 Tim LSN Region 1 Jateng Duji Baca Qunut dan Shalawat Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)

Hindari Penyusup, 27 Tim LSN Region 1 Jateng Duji Baca Qunut dan Shalawat Nariyah

"Tapi semua tadi sudah bisa baca doa qunut dan shalawat Nariyah," kata Ketua Panitia Pelaksana LSN Regional 1 Jateng Sholahuddin Alahmadi.

Sholahuddin mengatakan, regional 1 Jateng diikuti oleh 27 tim yang terdiri atas 27 pondok pesantren. Zona Semarang Raya (Kota dan Kabupaten Semarang, Salatiga, Kendal) dibuka di Kendal yang diikuti 14 tim.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan zona Pati Raya (Demak, Kudus, Jepara, Pati, Rembang, BLora, Grobogan) terdiri atas 13 tim. Rencananya akan dibuka di Kabupaten Blora pada 15 September 2017 mendatang. Kick Off dilakukan oleh anggota DPR RI Alamuddin Dimyati Rais atau Gus Salam.

"Khusus untuk di zona Semarang Raya yang di Kendal, akan memperebutkan piala Gus Alam Cup," kata Sholahuddin.

Sang Pencerah Muslim

Koordinator LSN Regional Jateng Fahsin M Faal mengatakan, di beberapa regional sudah hampir menyelesaikan pertandingan dan menemukan juara region. Diharapkan, juara regional I Jateng akan bisa masuk putaran nasional dan menjadi juara nasional.

"Kalau tahun lalu di Stadion Maguwoharjo Sleman finalnya diwakili oleh Jateng dan DIY, dan untuk Jateng diwakili regional I Jateng saat itu Solo Raya, harapannya tahun ini regional 1 Jateng bisa masuk ke final lagi," katanya.

Menurutnya, ada semangat baru penyelenggaraan LSN tahun ini. Pelaksananya adalah Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) atau asosiasi pondok pesantren bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.

"Ini adalah putaran ketiga LSN. Harapan kita semua bahwa tahun ini adalah titik tolak jadi penyelenggaraan yang mandiri, profesional, berkualitas. Maka besar harapan tahun 2018 LSN sudah bisa diakui sebagai liga amatir resmi dari PSSI," katanya.

Jika sudah bisa mandiri, maka tahun depan ketika sudah masuk menjadi liga amatir PSSI maka potensi dari para santri ponpes sudah masuk database PSSI. "Bahkan mulai tahun ini, data para pemain sudah masuk database PSSI," ujarnya.

Harapannya, imbuh Fahsin, ke depan LSN bisa dikelola secara profesional sehingga potensi santri bisa berkembang. Jika tahun 2016 lalu ada peserta LSN dari Sulteng, Muhammad Raffly, yang mampu menembus skuad timnas U-19 asuhan pelatih Indra Syafri, tahun ini diharap lebih banyak lagi.

"Tahun ini harus bisa lebih banyak yang masuk," katanya.

Ketua RMI Jateng, KH Manzur Labib mengatakan, pihaknya berharap, jika pada tahun lalu yang masuk final adalah dari Jateng Region 1, maka tahun ini Region 1 mestinya juga bisa masuk ke final kembali.

Anggota DPR RI, Alamuddin Dimyati Rois atau Gus Salam, mengatakan bahwa saat ini santri sudah pernah ada yang jadi Presiden RI, Menteri, Anggota DPR RI, Kepala daerah, polisi, TNI, dan lain-lain. Sayangnya, dari banyaknya pemain sepakbola di Indonesia dan dunia, hanya segelintir yang dari santri.

"Maka kita berharap tahun ini separuh dari pemain nasional adalah dari santri, sebagai bukti bahwa santri serba bisa. Harapannya pemain dari regional 1 bisa muncul pemain seperti RonaldoM messi, sebab mereka yang tidak mondok saja bisa, masak santri yang mondok kok malah tidak bisa?" katanya.

Sementara itu, pada laga perdana adalah peserta dari Ponpes Al-Itqon Bugen Semarang (Al-Itqon FC) dengan Ponpes Ashabul Kahfi Polaman Mijen Semarang (Aska FC). (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Kajian Sang Pencerah Muslim

Kamis, 27 Maret 2014

Mendikbud Hapus Tiga Tokoh Penyebar Islam Kalsel sebagai Cagar Budaya

Banjarmasin,Sang Pencerah Muslim. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mencabut status 3 makam tokoh di Kalimantan Selatan sebagai cagar budaya. Ketiga makam tersebut adalah Datu Abulung di Martapura (Kabupaten Banjar), Datu Sanggul di Tapin, dan makam Datu Tumpang Talu di Kandangan.

Mendikbud Hapus Tiga Tokoh Penyebar Islam Kalsel sebagai Cagar Budaya (Sumber Gambar : Nu Online)
Mendikbud Hapus Tiga Tokoh Penyebar Islam Kalsel sebagai Cagar Budaya (Sumber Gambar : Nu Online)

Mendikbud Hapus Tiga Tokoh Penyebar Islam Kalsel sebagai Cagar Budaya

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan menyesalkan langkah Mendikbud. PWNU menilai mereka mereka adalah tokoh-tokoh terhormat, penyebar Islam, bahkan pejuang republik.

Bagi PWNU, mereka adalah tokoh-tokoh berani yang menolak dan melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Jasa-jasa mereka sangat besar untuk republik ini. Karena itu dulu pantas jika makamnya masuk cagar budaya.

Sang Pencerah Muslim

“Aneh sekali, setelah bertahun-tahun sudah masuk sebagai cagar budaya, kok baru sekarang malah dicabut?” ujar Sekretaris PWNU Kalimantan Selatan H. Nasrullah AR melalui siaran pers Ahad (6/8).

Jika alasan pencabutan status cagar budaya itu karena berubah desain dari bentuk asal, kata dia, itu sama sekali tidak relevan. Sebab penghargaan ketiga makam itu sebagai cagar budaya bukan karena desainnya, melainkan karena ketokohannya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut dia, bukti ketokohan mereka, sampai hari ini ketiga datu itu terus meningkat. Terbukti kunjungan umat selalu ramai setiap harinya. Bagi masyarakat Banjar khususnya, dan Kalimantan pada umumnya, ketiga tokoh itu sangat dihormati.

“Bagi kami, langkah Mendikbud itu, seperti menyepelekan ketokohan ketiganya. Tokoh idola warga Banjar,” lanjutnya.

Ia berharap Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, melalui Gubernur dan DPRD Kalimantan Selatan menolak sikap Mendikbud itu. Sebab, bagaimanapun, langkah Menteri itu cenderung menyepelekan khazanah budaya yang selama disanjung dan hormati. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 01 Maret 2014

PCNU Pamekasan Dorong Santri Aktif di Dunia Maya

Pamekasan, Sang Pencerah Muslim



Perang pemikiran di Indonesia tampaknya lebih masif di dunia maya. Media-media massa dalam wujud online bertebaran, ditopang dengan penggunaan media sosial (medsos) semacam Twitter, Facebook, Instagram, dan sejenisnya yang dilakukan secara agresif dan terencana.

PCNU Pamekasan Dorong Santri Aktif di Dunia Maya (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Pamekasan Dorong Santri Aktif di Dunia Maya (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Pamekasan Dorong Santri Aktif di Dunia Maya

"Untuk itu, para pemuda santri mesti kreatif dan aktif. Tidak hanya di dunia nyata, tapi juga terlibat dalam perang pemikiran di dunia maya," tegas Ketua PCNU Pamekasan KHR Taufiq Hasyim saat memberi sambutan dalam pembukaan Kopdar Netizen di Pesantren Sabilul Ihsan, Teja Barat, Kecamatan/Kabupaten Pamekasan, Ahad (5/3).

Kegiatan yang diikuti puluhan pemuda dan santri di Kabupaten Pamekasan tersebut dipelopori oleh LTNNU dan Lakpesdam PCNU Kabupaten Pamekasan. Dalam pembukaannya, dilangsungkan seminar bertemakan "Sosiologi dan Peta Media Sosial dalam Ghazwatul Fikr di Indonesia".

Dalam kesempatan itu, Kiai Taufiq menambahkan, keaktifan di dunia maya tidak cukup tanpa ditopang dengan kreativitas yang tinggi. Termasuk, penguasaan terhadap keterampilan jurnalistik.

"Kami sangat bangga dengan kegiatan ini. Harapannya, melalui Kopdar Netizen, nanti lahir kader-kader NU andal yang dapat mewarnai pemikiran positif di dunia maya dan nyata lewat karya-karyanya yang mencerahkan," tukas Pengasuh Pesantren Sumber Anom, Palengaan, Pamekasan tersebut.

Sang Pencerah Muslim

Kopdar Netizen PCNU Pamekasan berlangsung sehari. Panitia membagi peserta ke dalam kelas jurnalistik santri An-Nahdliyyah dan kelas medsos Netizen NU. Hasilnya, mereka siap membuat buletin An Nahdiyah dan mencetak buku biografi tokoh ulama pesantren. (Hairul Anam/Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Lomba Sang Pencerah Muslim

Jumat, 06 Desember 2013

Nasib Tokoh-tokoh NU

Oleh Hamzah Sahal



Saya telat baca-baca tulisan Mahbub Djunaidi. 10 tahun lamanya di Jogja, 1996-2006, nyaris tidak pernah telingaku mendengar dengan baik nama Mahbub Djunaidi. Saya yakin, teman-teman seangkatan saya pun demikian. Hanya kalau hari Ahad, saat Kompas muat esai-esai dari penulis-penulis beken, nama Mahbub sesekali diingat.

Nasib Tokoh-tokoh NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Nasib Tokoh-tokoh NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Nasib Tokoh-tokoh NU

Dalam pelatihan-pelatihan menulis esai, nama yang tidak pernah absent disebut hanya GM! Nama Mahbub yang tulisannya dipuja GM, justru gaib. Seingatku, perpustakaan di LKiS pun, di mana lima tahun lebih saya berada, tidak menyimpan buku-buku Mahbub.

Sang Pencerah Muslim

Baru tahun 2006, setelah di Jakarta, saya sering mendengar nama Mahbub Djunaidi. Dari situlah saya mulai mencari-cari bukunya. Orang yang mengenalkanku secara mendalam tentang Mahbub adalah M. Said Budairy, kolega di Duta Masyarakat, bersama-sama mendirikan PMII, dan sama-sama berani mengkritisi Gus Dur. Gus Dur sendiri sangat takdim pada keduanya.

Di sela-sela memburu dan mengobrolkan tulisan-tulisan Mahbub Djunaidi, saya sesekali berpikir nakal, "Apa saya salah pergaulan di Jogja?"

Sang Pencerah Muslim

Jawabnya tentu saja tidak! Saya di Jogja 10 tahun berada di lingkungan nomor 1. Saya kenal baik dengan aktivis NU yang meskipun perannya di Jogja, namun dekat sekali dengan orang-orang Jakarta yang perannya nasional. Tentu saja saya mengenal kiai-kiai yang tersebar di pesantren yang menjadi tempat ampiran, sowan, dan kegiatan orang NU Jakarta.

Lalu apa problemnya sehingga nama Mahbub yang begitu sentral di NU tidak dikenal publiknya sendiri?

Saya tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu. Saya hanya ngenes tokoh sesentral Mahbub mudah dilupakan. Sudah beruntung nama beliau terpatri di gedung PB PMII, Salemba Jakarta Pusat. Ratusan, bahkan ribuan tokoh nasional NU, hendak kita abadikan dengan cara apa?

Menulis buku adalah salah satunya. Sudah banyak ikhtiar menulis buku tokoh-tokoh NU. Dulu kita mengenal Yayasan Saifuddin Zuhri, Pustaka Indonesia Satu, dan penerbit-penerbit di lingkungan NU, atau media-media seperti majalah, tabloid, koran, dari tingkat pesantren hingga nasional, berjasa dalam memposisikan tokoh-tokoh kita.

Belakangan PBNU menyajikan Ensiklopedia NU. Ini penting sekali untuk "mengkonservasi" orang-orang yang hidupnya dihabiskan untuk NU. Hari ini, Sang Pencerah Muslim adalah media yang paling berjasa memperkenalkan tokoh-tokoh NU secara istiqomah.

Pustaka Tebuireng dari Pesantren Tebuireng Jombang juga harus disebut untuk konteks sekarang. Mereka, para santri, mendapat transferan energi dari pengasuhnya, Gus Shalah, untuk menerbitkan biografi-biografi tokoh NU yang dilupakan. Gus Shalah adalah salah satu pendiri Pustaka Indonesia Satu, yang banyak menerbitkan biografi tokoh-tokoh (tapi yang belum ditulis dan diterbitkan jauh lebih banyak).

Namun menerbitkan buku hari ini susahnya setengah mati. Buatnya susah, cetaknya mahal, sedikit yang beli. Belum lagi, kita hari ini defisit penulis. Tidak banyak hari ini anak muda yang berteriak ingin jadi penulis. Mengapa? Nasib tidak jelas. Mereka banyak yang terlunta-lunta, bingung, seperti anak ayam ditinggal ibunya kawin.

Anda harus tahu, jumlah penulis NU yang dikader tahun 1980 dan 1990 lebih banyak jumlahnya daripada penulis yang dikader tahun 2000an. Tidak percaya? Buktikan sendiri!

Penulis adalah Koordinator Divisi Media dan Data RMI PBNU



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 09 Juli 2013

Dubes Baru Amerika Ucapkan Selamat Harlah NU Ke-91

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R Donovam berkunjung ke kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (2/2) sore. Ia diterima langsung Ketum PBNU KH Said Aql Siroj di ruanganya.

“Saya tahu kemarin Nahdlatul Ulama memperingati hari lahir. Karena itu saya mengucapkan selamat hari lahir yang ke-91,” kata dubes yang mengaku baru tinggal di Indonesia selama sekitar dua bulan ini membuka pembicaraan.

Dubes Baru Amerika Ucapkan Selamat Harlah NU Ke-91 (Sumber Gambar : Nu Online)
Dubes Baru Amerika Ucapkan Selamat Harlah NU Ke-91 (Sumber Gambar : Nu Online)

Dubes Baru Amerika Ucapkan Selamat Harlah NU Ke-91

Joseph baru saja menggantikan dubes Amerika sebelumnya, Robert Orris Blake Junior yang telah mengakhiri masa tugasnya di Indonesia. Sebelumnya, Joseph menjabat sebagai Direktur Institut AS di Taiwan yang telah berdiri sejak 2014.

Sang Pencerah Muslim

Dalam pertemuan tersebut, ia mengatakan sangat terkesan dengan umat Islam di Indonesia ketika pertama kali mulai menyapa masyarakat di sini. Joseph bercerita, sebelumnya dirinya disambut dengan ramah saat mengunjungi sebuah pesantren di Jawa Tengah Januari lalu.

Joseph mengajak NU untuk menjalin kemitraan dengan pihaknya khususnya di bidang toleransi dan pendidikan. “Ada tujuh ribu pelajar asal Indonesia yang kini sedang belajar di Amerika Serikat. Ini naik tujuh persen. Saya berharap jumlah tersebut terus meningkat,” tuturnya.

Sang Pencerah Muslim

Kiai Said menyambut baik tawaran itu dan menyarankan agar banyak warga pesantren yang bisa belajar ke negara berjuluk “Negeri Paman Sam” ini. Sebelumnya ia menyampaikan kritik terhadap presiden baru Amerika Donald Trump yang terkesan menggeneralisisasi Islam dengan label negatif.

Kiai asal Cirebon ini lantas mengenalkan Islam Nusantara yang secara garis besar meyakini bahwa budaya dan agama memiliki hubungan sinergis. “Budaya menjadi infrastruktur agama. Dengan tradisi lokal, Islam di Indonesia menjadi kuat dan tak tercerabut dari masyarakat,” jelasnya.

Joseph yang datang bersama rombongan juga disambut hangat oleh Sekjen PBNU H Helmy Faishal Zaini, Bendum PBNU H Bina Suhendra, Ketu PBNU H Marsudi Syuhud, Ketua PBNU Robikin Emhas, dan sejumlah pengurus lain. (Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 25 Juni 2013

Ini Dia Cikal Bakal Terorisme dan Radikalisme

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Kombes Pol Rikwanto menyebut cikal bakal dari terorisme dan radikalisme adalah ketiadaan sikap toleransi terhadap sesama. Dalam seminar nasional yang diselenggarakan PP IPPNU, Rikwanto mengatakan, dari sikap intoleransi ini pada tingkat ekstremnya melahirkan paham radikal dan paham terror.

“Cikal bakal radikalisme itu dimulai dari intoleransi,” kata Rikwanto dalam seminar bertajuk Youth: Terorism dan Tolerance di Pusat Kebudayaan Amerika, Lantai 3 Gedung Pacific Place, Jakarta Kamis, (14/4).

Ini Dia Cikal Bakal Terorisme dan Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Dia Cikal Bakal Terorisme dan Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Dia Cikal Bakal Terorisme dan Radikalisme

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa salah satu cara para teroris melakukan kaderisasi adalah cuci otak. Menurutnya, ada oknum-oknum tertentu yang mengintai dan mengawasi orang yang dianggap memiliki potensi dan kecenderungan untuk bergabung bersama kelompok radikal.

Sang Pencerah Muslim

“Jadi dari intoleransi, radikalisme kemudian muncul terorisme. Inilah problematika bangsa kita,” jelasnya.

Terorisme, lanjut Rikwanto, memiliki dampak besar antara lain merosotnya kewibawaan negara, melemahnya sendi perekonomian, dan merebaknya intoleransi dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Sang Pencerah Muslim

“Menurut ahli-ahli di luar negeri, seharusnya Indonesia sudah terpecah belah. Negara Papua sendiri, Sulawesi sendiri, Sumatera sendiri. Kita tidak pecah karena masih ada orang-orang baik di kita dan Tuhan belum meridhai, tapi potensi untuk pecah besar sekali kita,” kata laki-laki yang pernah menjabat sebagai Kapolres Klaten tersebut.

Sementara narasumber lainnya H As’ad Said Ali menilai bahwa gerakan terorisme dan radikalisme bukanlah masalah agama, tapi masalah politik. “Ada pesantren menjadi tempat terorisme itu salah. Karena pesantren NU, Muhammadiyah, Persis dan lainnya itu tidak ada yang mengajari santri (untuk menjadi) teroris,” ungkapnya.

As’ad mengatakan bahwa ada permasalahan yang lebih besar yaitu intoleransi. “Terorisme sebenarnya masalahnya lebih kecil, ada masalah yang lebih besar yaitu hancurnya toleransi,” jelas mantan Wakil Kepala BIN ini.

“Pertama memang terorisme harus dihancurkan lebih dulu. Kedua, kelompok yang berpaham radikal. Tidak semua yang radikal pakai teroris, tapi (menggunakan jalan) politik. Inilah mereka yang menghendaki negara di luar Pancasila. Ini yang bikin radikal,” lanjutnya.

Untuk meredam itu semua, As’ad? mengajak masyarakat Indonesia untuk kembali pada nilai-nilai keindonesiaan, Pancasila, dan Islam moderat. (Muchlishon Rochmat/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pertandingan, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 02 Mei 2013

PBNU-Iran Bersinergi Redakan Konflik Timteng

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pemerintah Republik Islam Iran sepakat menjalin kerjasama untuk meredakan konflik di Timur Tengah, khususnya konflik antara Syiah-Sunni. Keduanya bertekat akan memperkecil jurang pemisah antara Sunni dan Syiah dalam ikatan ukhuwwah Islamiah (persaudaraan umat Islam).

Demikian disampaikan Hasyim di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (6/3). Kesepakatan kerjasama itu merupakan buah pertemuan antara Ketua Hasyim dengan Ketua Mahkamah Agung Iran Syeikh Ayatulah Syahroudi di Teheran, Iran, Sabtu (3/3) lalu.

PBNU-Iran Bersinergi Redakan Konflik Timteng (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU-Iran Bersinergi Redakan Konflik Timteng (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU-Iran Bersinergi Redakan Konflik Timteng

Hasyim sengaja berkunjung ke negara berpenduduk penganut Syiah terbesar di dunia itu dalam rangka mencari solusi konflik di Timur Tengah.

Hasyim yang juga Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu menyampaikan ide dan gagasan serta dukungan pemerintah Indonesia terhadap program nuklir Iran untuk kepentingan damai. ”Saya sampaikan, bahwa NU, Parlemen dan Pemerintah Indonesia mendukung hak Iran untuk menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai,” tuturnya.

Soal konflik Irak, sebagai pemimpin organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, Hasyim meminta kesediaan Iran untuk menggunakan pengaruhnya yang kuat untuk meredakan kekerasan yang terus memanas itu. Permintaan itu, katanya, ditanggapi positif Ayatullah Shahroudi. ”Itu (permintaan, Red) disambut baik oleh Ayatulah Shahroudi,” jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Untuk menindaklanjuti kesepakatan kerjasama itu, lanjut Hasyim, Ayatullah Syahroudi merencanakan kunjungan ke Indonesia pada 8 Maret mendatang. Ia akan melakukan pertemuan dengan para ulama dan tokoh NU untuk menyerap ide dan gagasan NU terkait konflik Timur Tengah. Upaya tersebut diyakini akan sangat membantu penyelesaian konflik antarsekte di kalangan Islam.

”Selain itu, NU melalui Pemerintah RI akan melakukan kerjasama ekonomi keumatan,” kata Hasyim yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Malang, Jawa Timur itu.

Sang Pencerah Muslim

Setelah bertemu Ayatullah Shahroudi, Hasyim melakukan pertemuan dengan Ayatullah Ali Tashkhiri, Rektor Universitas Pendekatan Mazhab (Taqribu Mazahib) yang juga penasehat Presiden Iran, serta Ketua Parlemen Iran Gholam Ali Hadad Adel. Dalam pertemuan itu, kedua tokoh sependapat bahwa krisis dan kekerasan di Irak merupakan akumulasi dari banyak faktor yang sangat kompleks.

Faktor-faktor kekerasan di Irak itu, antara lain, agresi Amerika Serikat yang sejak awal ingin menghancurkan kekuasaan Saddam Hussein dan budaya serta kekuatan Irak, sisa-sisa kekuatan lama Saddam Hussein, balas dendam dari kelompok yang selama ini ditekan, kelompok kriminal yang melakukan bisnis bencana dan operasi intelijen negara asing yang menyalakan pertikaian.

“Itu diperparah dengan kemampuan pemerintah boneka yang tidak memadai dan ada kecenderungan berpihak kemiskinan luar biasa yang melahirkan kekerasan,” kata Presiden World Conference on Religiom for Peace itu.

Selanjutnya, kata Hasyim, masalah keruwetan itu sengaja dikamuflasekan sebagai pertentangan antara Sunni dan Syiah oleh para agresor untuk menutupi kejahatan mereka. ”Sesungguhnya itu semua dilakukannya karena para agressor ingin menang secara gratis,” jelasnya.

Pertemukan Syiah-Sunni

Lebih lanjut, Hasyim menyatakan, kunjungannya ke Iran tersebut merupakan upaya untuk mempertemukan tokoh-tokoh Islam dunia dalam konferensi ulama-ulama besar terbatas Timur Tengah dan Asia Tenggara di Jakarta dalam waktu dekat. Hasyim sebagai penggagas dalam konferensi itu, sementara pemerintah Indonesia sebagai penyelenggaranya.

Para tokoh tertinggi Syiah dan Sunni, terutama yang berasal dari Irak dipastikan akan hadir dalam konferensi tersebut. Konferensi itu sangat strategis untuk mengetahui siapa sesungguhnya yang bermain di Irak sehingga kekerasan demi kekerasan terus terjadi. ”Jadi, nanti akan dapat diketehui siapa yang bermain setelah ‘sarung tangan’ pengacau diambil,” pungkasnya.

Sebelum ke Iran, Hasyim mengadakan pertemuan dengan Ketua Rabithah Alam Islami Syeikh Abdurrahman Al Ilfani di Konsulat Jenderal RI Jeddah. Dalam pertemuan tersebut, ketua tokoh juga berbicara soal konflik Palestina, Libanon dan Irak. Syeikh Abdurrahman Al Ilfani menyatakan kesediaannya untuk datang ke Indonesia untuk memenuhi undangan Indonesia dalam konferensi ulama-ulama besar terbatas Timur Tengah dan Asia Tenggara di Jakarta. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 16 Maret 2013

270 Pengurus Ranting NU Ikuti Workshop Managemen Organisasi

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Sedikitnya 270 orang pengurus ranting Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari empat kecamatan yaitu Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kraksaan, MWCNU Pajarakan, MWC NU Krejengan dan MWC NU Besuk, Senin (7/1) mengikuti kegiatan workshop managemen organisasi dan pemahaman tentang Aswaja di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MA NU) Kraksaan.

270 Pengurus Ranting NU Ikuti Workshop Managemen Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
270 Pengurus Ranting NU Ikuti Workshop Managemen Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

270 Pengurus Ranting NU Ikuti Workshop Managemen Organisasi

Kegiatan yang digagas oleh Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Kraksaan ini merupakan agenda rutin yang akan digelar di 13 MWC NU se PCNU Kraksaan selama bulan Januari 2013. Setiap Ahad, kegiatan ini diikuti oleh pengurus ranting NU dari 4 (empat ) MWC NU.

Dalam workshop ini, PC Lakpesdam NU Kraksaan mendatangkan dua orang pemateri. Mereka adalah Musafik selaku pengurus Aswaja Center Probolinggo dengan materi terkait keaswajaan dan Anas Naskhin yang menyampaikan materi terkait organisasi dan managemen ke-NU-an yakni mengupas seputar kontribusi NU dalam kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sang Pencerah Muslim

Hadir dalam workshop ini Ketua Tanfidziyah PCNU Kraksaan H. Nasrullah Ahmad Suja’i beserta segenap pengurus dan Ketua PC Lakpesdam NU Kraksaan Drs. Bahar MM beserta segenap pengurus.

Sang Pencerah Muslim

Koordinator Departemen Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) SDM pada PC Lakpesdam NU Kraksaan Muslimin Saba’ mengungkapkan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penguatan tentang managemen organisasi NU terutama terkait administrasi dan surat menyurat oleh pengurus NU baik yang berada di tingkat MWC maupun ranting.

“Selama ini penyusunan administrasi maupun surat menyurat yang dilakukan pengurus NU sudah sangat bagus. Namun semua itu masih perlu ditingkatkan lagi. Oleh karenanya kami mencoba melakukan penguatan dan pemantapan agar lebih baik,” ungkapnya.

Muslimin yang memimpin langsung proses pelaksanaan pelatihan juga memberikan buku panduan administrasi (surat-menyurat) yang menjadi rujukan adminitrasi pengurus NU. Tidak hanya itu, dalam kesempatan tersebut juga dilakukan pemahaman tentang keaswajaan yang merupakan ruh dari perjuangan para ulama NU.

Peserta workshop terlihat sangat antusias dalam mengikuti acara tersebut. Hal ini dibuktikan dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan dengan sangat kritis kepada kedua pemateri.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Syamsul Akbar

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Sejarah, PonPes Sang Pencerah Muslim

Senin, 03 Desember 2012

PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Maraknya kasus pelecehan, pemerkosaan, kekerasan, dan pengkerdilan atas perempuan yang tak kunjung usai di negeri ini membuat kader-kader perempuan PMII UIN Sunan Kalijaga merasa resah dan tergerak ingin melakukan gerakan baru, yang salah satunya dengan media seni.

PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance

Berangkat dari fakta itulah, Gerakan Gender Transformatif (Gerget) yang merupakan Lokus Perempuan PMII Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan drama musik teatrikal Women Arts Performance for Indonesia, yang akan dilaksanakan pada 27 Desember di Gedung Societet Militer Taman Budaya Yogyakarta (TBY) seperti dalam release yang dikirimkan ke Sang Pencerah Muslim.

Acara ini akan menampilkan puluhan kader perempuan PMII dengan berbagai model tarian dan drama yang menggambarkan potret perempuan dengan dinamika persoalannya. 

Sang Pencerah Muslim

Acara ini bertujuan agar perempuan, khususnya kader-kader PMII mempunyai kepedulian terhadap nasib perempuan yang masih jauh dari keadilan dan sebagai upaya meneruskan perjuangan tokoh perempuan terdahulu yang telah berjuang untuk mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan.

Harapannya, memalui media seni ini dapat memberikan spirit baru bagi generasi perempuan muda saat ini dalam menghadapi tatanan sosial yang ada, selain itu dengan adanya pementasan ini juga diharapkan bisa melestarikan sebagian kecil dari kekayaan kebudayaan bangsa di tengah-tengah kepungan gaya hidup budaya barat.

Sang Pencerah Muslim

Redaktur: Mukafi Niam

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Sejarah, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 28 November 2012

Di Pasar Tumpah Tegalgubug, Pelajar NU Cirebon Galang Bantuan Longsor

Cirebon, Sang Pencerah Muslim. Puluhan pelajar NU kabupaten Cirebon mengadakan aksi galang dana peduli untuk korban bencana tanah longsor di Banjarnegara. Dalam menggalang dana, mereka memanfaatkan momentum keramaian pasaran sekali sepekan di Pasar Tegalgubug, Arjawinagun, Cirebon, Selasa, (23/12).

Di Pasar Tumpah Tegalgubug, Pelajar NU Cirebon Galang Bantuan Longsor (Sumber Gambar : Nu Online)
Di Pasar Tumpah Tegalgubug, Pelajar NU Cirebon Galang Bantuan Longsor (Sumber Gambar : Nu Online)

Di Pasar Tumpah Tegalgubug, Pelajar NU Cirebon Galang Bantuan Longsor

Dalam aksinya, mereka turun bersama dengan kader-kader IPNU SMK Plus Al-Hilal Arjawinangun. Aksi ini mendapat sambutan positif dari warga sekitar.

“Alhamdulillah kegiatan ini mendapat apresiasi positif dari warga. Warga sangat antusias berkontribusi membantu korban longsor di Banjarnegara,” kata Ketua PK IPNU SMK Al-Hilal Abdul Muiz Ali, koordinator aksi penggalangan dana.

Sang Pencerah Muslim

Ketua IPNU Cirebon Ahmad Imam Baehaqi mengatakan, aksi galang dana ini merupakan wujud kepedulian pelajar NU untuk korban bencana tanah longsor di Banjarnegara. "Kami turut berbelasungkawa terhadap keluarga korban. Aksi galang dana ini sebagai rasa solidaritas kami terhadap sesama manusia," kata Imam.

Hal senada disampaikan oleh pengurus IPNU lainnya M Mu’min. Menurut Mu’min, aksi ini penting sebagai wujud kepekaan pelajar NU terhadap kepedulian sosial dan kemanusiaan. “Bagi saya ini merupakan satu bentuk bakti kita kepada masyarakat,” ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Aksi penggalangan dana ini berhasil mengumpulkan dana bantuan sebanyak Rp. 1.577.500,- yang segera disalurkan ke Banjarnegara. (Ayub Al-Ansori/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Sholawat, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Senin, 09 Juli 2012

Polarisasi Anak Bangsa yang Semakin Memprihatinkan

Perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara belakangan ini menunjukkan situasi yang memprihatinkan yang mana masyarakat terbelah dalam dua pandangan yang dikotomis. Ada kelompok yang menganggap salah apa saja yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan di sisi lain ada yang mendukung pemerintah mati-matian. Berbagai berita yang menjelek-jelekkan pemerintah disebarkan dari grup ke grup media sosial dengan mudahnya. Kelompok seberangnya merespon dengan membuat opini negatif atas lawannya. Media sosial dan dunia maya pun menjadi hiruk-pikuk dengan cacian dan makian. Sementara itu, jika pemerintah bertindak benar, kelompok oposan diam saja atau bahkan mencari sudut pandang negatif dari tindakan tersebut.

Yang lebih celaka lagi, mereka menciptakan kesan bahwa pemerintah bersikap zalim terhadap umat Islam, semantara di sisi lain pemerintah dianggap mengakomodasi kepentingan PKI. Mereka membangun sentimen keagamaan tertentu untuk merawat sikap oposan ini. Jika informasi seperti itu setiap hari secara terus-menerus disebarkan kepada masyarakat umum yang kurang kritis, rawa sekali berubah menjadi sebuah “kebenaran”. Padahal, ada kepentingan besar yang sengaja didesain untuk menciptakan kondisi tertentu guna mendelegitimasi pemerintahan, sekalipun hal tersebut merugikan kepentingan bersama.

Polarisasi Anak Bangsa yang Semakin Memprihatinkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Polarisasi Anak Bangsa yang Semakin Memprihatinkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Polarisasi Anak Bangsa yang Semakin Memprihatinkan

Jika ditelusuri lebih dalam ke belakang, kelompok-kelompok antipemerintah tersebut sebagian merupakan orang yang kalah dalam pertarungan politik pada 2014 lalu. Mereka ingin memelihara dukungan yang secara emosional sudah terbentuk untuk kepentingan politik tahun 2019. Dengan merawat sikap oposisi terhadap pemerintah, maka suara mereka bisa dimanfaatkan lagi untuk pertarungan selanjutnya.

Sang Pencerah Muslim

Ada pula yang merasa, pemerintah saat ini kurang memberi ruang kepada kelompok umat Islam tertentu. Mereka merasa, pemerintah bersikap keras, tidak sebagaimana pemerintahan periode sebelumnya. Apa yang dilakukan pemerintah saat ini adalah menjaga ideologi negara, yaitu Pancasila. Ada sekelompok kecil umat Islam yang ingin mengubah dasar negara dengan sistem khilafah atau ideologi transnasional lainnya. Tentu saja, pemerintah memiliki kewajiban menjaga kelangsungan NKRI yang merupakan hasil konsensus dari para pendiri bangsa yang latar belakangnya beraneka ragam.

Mempertahankan eksistensi NKRI dengan menghalangi tumbuh suburnya aliran-aliran radikal yang mengatasnamakan Islam tidak dapat disamakan dengan memusuhi Islam. Sejumlah UU seperti UU Haji, UU Zakat, UU Halal, dan berbagai peraturan pemerintah lainnya mengakomodasi kepentingan umat Islam sebagai pemeluk agama mayoritas di Indonesia.

Apa yang dilakukan oleh pemerintah tentu saja tidak sepenuhnya benar. Ungkapan kekuasaan rawan terhadap penyalahgunaan mengajarkan kita untuk selalu mengawasi perilaku pemerintah. Persoalan seperti korupsi, birokrasi yang lamban, penegakan hukum yang lemah, dan ketimpangan sosial merupakan sebagian masalah yang saat ini belum terselesaikan. Mungkin dari zaman Indonesia merdeka hingga sekarang. Siapa pun presidennya akan menghadapi persoalan tersebut.  Yang harus kita lakukan adalah mengapresiasi kerja-kerja baik yang sudah dilakukan oleh pemerintah, sementara di sisi yang lain harus mengawasi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh para pejabat yang sedang berkuasa.

Sang Pencerah Muslim

Nahdlatul Ulama dalam berbagai kesempatan menegaskan, bukan bagian dari pemerintah atau koalisi dan bukan juga oposisi. NU mendukung jika kebijakan pemerintah memberi manfaat bagi masyarakat, tetapi NU juga akan mengingatkan pemerintah jika beleid yang dikeluarkan merugikan masyarakat. Dalam hal kebijakan sekolah lima hari, NU menentang habis-habisan. Sementara di satu sisi, NU mendukung Perpu ormas sebagai upaya untuk mengekang tumbuh suburnya organisasi radikal yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi yang mereka usung.

Kehidupan berbangsa dan bernegara memang memerlukan kedewasaan. Kekalahan dalam kontestasi politik adalah hal yang lumrah. Toh ada kesempatan dalam lima tahun berikutnya untuk bertarung kembali. Tetapi jangan sampai rakyat dikorbankan demi kepentingan politik sekelompok kecil orang dengan merusak tatanan bernegara.

Sebagai bangsa yang masih berproses, mengingat latar belakangnya yang sangat beragam, upaya untuk menyamakan visi dalam bernegara harus terus dibangun. Polarisasi-polarisasi yang terjadi saat ini merenggangkan kembali ikatan berbangsa. Bung Karno meminta nasihat Mbah Wahab atau KH Wahab Chasbullah ketika menyadari adanya polarisasi antara kelompok setelah kemerdekaan RI. Mbah Wahab menyarankan diadakannya halal bihalal, atau silaturahim seusai Lebaran, yang kini menjadi tradisi di Indonesia. Upaya-upaya serupa untuk membangun komunikasi antarkomponen bangsa harus terus dilakukan supaya ketika ada kesalahpahaman segera bisa dijelaskan duduk perkaranya. (Ahmad Mukafi Niam)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, AlaSantri, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 03 Juni 2011

Gus Mus Berkisah atas Pertemuannya dengan Quraish Shihab

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Keluarga KH Ahmad Mustofa Bisri mendapat kunjungan mufassir tersohor Indonesia Prof HM. Quraish Shihab, Sabtu (24/12). Gus Mus mengungkapkan kegembiraanya mendapat kunjungan Quraish Shihab dan keluarganya.

Di tengah obrolan, Gus Mus bertanya kepada Fathi, salah seorang cucu Prof. Quraish Shihab, "Engkau memanggil apa kepada kakekmu ini?" tanya Gus Mus. Riwayat ini dia tuliskan di akun facebook miliknya, Senin (26/12).

Gus Mus Berkisah atas Pertemuannya dengan Quraish Shihab (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus Berkisah atas Pertemuannya dengan Quraish Shihab (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus Berkisah atas Pertemuannya dengan Quraish Shihab

"Kami memanggilnya Habiib," jawab Fathi. Gus Mus pun bertanya kepada cucunya, Eqtada Bil Hadi Muhammad, "Engkau tahu artinya habiib?" Cucunya yang pemalu itu hanya senyum-senyum. “Aku pun menjelaskan bahwa habiib itu artinya kekasih,” jelas Gus Mus.

"Habiib itu," tiba-tiba Mufassir kita yang sedang dibicarakan panggilannya itu menukas, "Mengikuti wazan faiil yang bisa bermakna faa il, bisa bermakna ma f uul. Jadi, habiib itu seharusnya dikasihi dan mengasihi. Tidak hanya mau dikasihi saja, tapi tidak mau mengasihi," terang Prof Quraish.

“Dan aku bersaksi saudaraku yang alim ini memang Habiib yang mengasihi. Tidak hanya dikasihi. Maka aku sedih ketika ada yang sengaja memlesetkan pengajiannya tentang apa yang bisa memasukkan orang ke sorga,” ujar Gus Mus.

Sang Pencerah Muslim

Dan pemlesetan itu, lanjutnya, di sosmed tersebar --disebarkan orang-orang awam yang tidak ngaji dan tidak terbiasa tabayun-- menjadi fitnah. “Bukan menyedihi saudaraku yang pasti tidak mempersoalkan hal itu. Tapi terutama aku kasihan kepada mereka yang hanya karena kebencian buta, menyebarkan fitnah,” tutur Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini.

“Maka ketika berulang kali aku membaca orang menghujat penulis se-abrek buku keislaman ini dengan berdasarkan fitnah tersebut, akhirnya aku terpaksa menjawab salah satunya dengan menjelaskan ucapan dengan konteks yang sebenarnya,” imbuh Gus Mus.

Mudah-mudahan kebencian belum sampai menutup hati dan akal mereka, sehingga bisa memahami duduk perkaranya.

Jawabanku kutulis menjawab komentar akun Haris/Sana Sune yang "berkomentar" di statusnya Nadirsyah Hosen tentang Habib Quraish. Ini:

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? "? ? ? ? ? " ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ... ? ? ?

? ? : ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Mufassir Prof Dr KH Quraish Shihab sedang menerangkan hadits sahih ini (Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim) yang intinya Rasulullah SAW bersabda, "Tak ada seorang pun yang amalnya bisa memasukkannya ke dalam sorga." Sahabat-sahabat pun bertanya, "Tidak juga paduka ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab, "Tidak juga aku, kecuali Allah melimpahiku dengan Anugerah dan Rahmat-Nya.

“Aku gagal paham mengapa ada orang yang mengaku muslim sengaja mengedit dan memlesetkan ucapan orang alim yang sedang menjelaskan hadis Rasulullah SAW dan ada orang-orang yang mengaku umat Muhammad menyebarkan fitnah keji begitu tanpa tabayyun dan konfirmasi,” ucap Gus Mus.

“Aku terpaksa menanggapi ini, karena sudah sering aku dengar orang yang termakan fitnah begini seperti saudara Haris/Sana Sine ini. Kasihan kalau nanti dihisab di Hari Qiyamat dan tidak bisa menjawab. Naudzu billahi min dzalik. Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua,” tutupnya.

(Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Islam, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 17 Maret 2010

Zakat Berperan Penting Wujudkan Kesejahteraan Umat

Brebes, Sang Pencerah Muslim. Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Brebes KH Chusnan Zein meminta semua pihak untuk peduli terhadap kewajiban membayar zakat. Hal ini penting dilakukan guna percepatan penanggulangan kemiskinan, terutama di Kabupaten Brebes.

Hal tersebut dikatakan Ketua Baznas saat Sosialisasi program Baznas dengan Kepala KUA, Tokoh Agama dan Ketua Takmir Masjid se-Kabupaten Brebes di Kantor Baznas, Jalan Ahmad Yani Brebes, Kamis (7/4).

Zakat Berperan Penting Wujudkan Kesejahteraan Umat (Sumber Gambar : Nu Online)
Zakat Berperan Penting Wujudkan Kesejahteraan Umat (Sumber Gambar : Nu Online)

Zakat Berperan Penting Wujudkan Kesejahteraan Umat

Masyarakat Brebes yang mayoritas Islam, lanjut Kiai Chusnan, akan cepat mencapai kesejahteraan bila kepedulian terhadap kewajiban membayar zakat ditunaikan. Selama ini, kita masih sedikit ‘eman-eman’ bukan karena faktor keimanan belaka, tetapi karena berbagai faktor. “Saya sendiri belum meneliti perihal masih enggannya masyarakat menyalurkan zakat lewat amil zakat,” ungkapnya.?

Potensi umat, kata Kiai Zein, jauh lebih besar bila diberdayakan dengan penuh kesungguhan. Tentunya, perlu mendapat bantuan dari seluruh pihak untuk mewujudkan masyarakat yang sadar zakat melalui baznas. “Kami bertekad mewujudkan Baznas Kabupaten Brebes sebagai lembaga yang amanah, professional dan transparan,” ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Chusnan menjelaskan, selama ini kesadaran yang tinggi untuk berzakat lewat Baznas baru dari kalangan PNS. Itu pun masih berkisar 9 persen. Hal ini terjadi karena sosialisasi dan pengumpul ditingkatan masyarakat belum maksimal. “Kalau dari kalangan PNS, penghimpunan zakatnya agak mudah karena melalui bendahara di masing-masing instansi,” ucapnya.?

Sosialisasi disampaikan terkait dibentuknya kepengurusan baru periode 2015-2020. Dalam program unggulannya, antara lain akan mengadakan pendataan dan pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ), pemetaan dan pengembangan kuantitas dan kualitas mustahik, potensi zakat produktif, pemenuhan sarana prasarana, membangun kepercayaan muzaki, membangun sinergitas kerja dengan unsur terkait, dan meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan dengan audit internal dan eksternal.

Senada disampaikan Bupati Brebes Hj Idza Priyanti yang disampaikan Kepala Bagian Perekonomian Setda Brebes Daan Susanto. Dia mengaakan bahwa masyarakat masih memandang zakat itu masih sebagai urusan pribadi masing-masing umat. Sehingga yang menyalurkan zakat lewat Baznas masih belum signifikan dari jumlah umat Islam di Kabupaten Brebes.?

Bupati juga mengingatkan untuk tidak terkecoh dengan lembaga yang mengumpulkan zakat karena ditengarai pertanggungjawabannya tidak maksimal. “Kita sudah memiliki badan resmi yang mengelola Zakat, Infak dan Sodaqoh yakni Baznas Kabupaten Brebes. Sehingga masyarakat muslim sudah seharusnya menyalurkan ke badan resmi pemerintah,” tandasnya. (Wasdiun/Fathoni)?

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Sejarah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 01 Desember 2009

Radikalisme Muncul Karena Lemahnya Pemahaman Agama

Kudus, Sang Pencerah Muslim? . Gerakan radikalisme sesungguhnya telah berlangsung sejak lama dan ? bukan sebuah gerakan yang muncul begitu saja, akan tetapi memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi faktor pendorong. Radikalisme di kalangan masyarakat bisa muncul karena banyak hal. Salah satunya adalah karena lemahnya pemahaman agama.?

Demikian disampaikan oleh KH Dian Nafi, Pengasuh Pondok Pesantren Windan Surakarta dalam kegiatan Halaqoh Kebangsaan bagi Mubaligh dan Pengasuh Pondok Pesantren di Ponpes Darul Falah, Jekulo Kudus Jateng, Selasa (7/7) yang digagas oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jateng dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Radikalisme Muncul Karena Lemahnya Pemahaman Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
Radikalisme Muncul Karena Lemahnya Pemahaman Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

Radikalisme Muncul Karena Lemahnya Pemahaman Agama

“Umat yang lemah dari segi pemahaman agama biasanya mudah tergiur dengan bujukan material untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama,” jelasnya di hadapan 265 peserta halaqoh dari wilayah eks Karsidenan Pati.

Sang Pencerah Muslim

Disinilah, tambah Kiai Nafi, peran mubaligh dan pondok pesantren sangat strategis dalam pencegahan merebaknya ajaran radikal di kalangan masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

Lebih lanjut, Dian Nafi menjelaskan pondok pesantren memiliki daya dukung kesejarahan untuk mengamalkan dan mengembangkan visi moderatisme Islam di Indonesia. Pola sikap toleran menjadi nafas pondok pesantren sehari-hari. Visi moderatisme dan toleransi itu terutama berteladankan pada Walisongo di dalam menyebarkan dakwah di kalangan masyarakat Nusantara. Visi moderatisme dan toleransi pondok pesantren juga didorong oleh mandatnya untuk menyiapkan para santri agar dapat hidup bermartabat di ruang publik tempat hidup masyarakat majemuk.?

Untuk itu menurut Dian Nafi pondok pesantren sejak awal berbagi ranah dengan masyarakat adat, masyarakat pekerja, dan masyarakat yang mengelola urusan publik untuk bersama-sama memajukan kehidupan rakyat. Dalam pilihan itu peran-peran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan, keilmuan, kepelatihan, pemberdayaan masyarakat, bimbingan keagamaan dan simpul budaya memberinya kekuatan untuk membantu masyarakat agar mudah menyerap prinsip Islam rahmatan li al-‘âlamîn.?

“Krisis pendidikan di dunia sekarang ini sebagian besar berakar pada cara kita mengajar anak-anak. Dengan potensi yang sangat besar ini, pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tersebar merata dan luas di seluruh pelosok tanah air memiliki peran yang amat penting dan strategis dalam pencegahan terorisme. Fakta sejarah yang tidak terbantahkan dalam perjalanan bangsa ini, pesantren memiliki fungsi tidak hanya sebagai lembaga pendidikan tetapi juga sebagai lembaga pencerahan yang menjaga kedamaian dan kerukunan umat,” ungkapnya.

Sementara itu Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidillah Sodaqoh yang juga menjadi narasumber mengingatkan pentingnya memahami sejarah masuknya Islam di tanah air. Termasuk memahami cara Walisongo dalam mengislamkan masyarakat Jawa. Walisongo menyampaikan ajaran Islam melakukannya dengan beragam cara bagaimana supaya ajaran Islam di terima di tengah-tengah ? masyarakat.?

“Walisongo ? dalam berdakwah ? banyak banyak melakukan kompromi-kompromi. Tentu dengan model temporer, bukan paten, dan bisa di sesuaikan dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Sehingga tujuan mengajarkan dan mengamalkan Islam yang yang rahmatan lil alamin dapat tercapai,” ujarnya.

Halaqoh yang mengambil tema Reaktualisasi Dakwah Walisongo Menuju Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamain juga menghadirkan narasumber lain yakni Dr H Muhayya akademisi UIN Walisongo, Ustadz Abdurrahman Ayyub, mantan anggota Jamaah Islamiyah dan Kepala Kemenag Provinsi Jateng Drs H Ahmadi. (Muslihudin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Warta, News Sang Pencerah Muslim

Senin, 09 Februari 2009

PBNU Perlu Program Tangkal Budaya Asing

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Merosotnya moralitas bangsa ? dan masuknya budaya asing yang bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia harus mendapat perhatian khusus oleh PBNU. Perhatian tersebut akan terlihat dari program-program kerja yang dihasil selama berlangsungnya Muktamar NU yang berlangsung di Jombang awal Agustus 2015 ini.?

Hal itu mengemukakan pada sidang Komisi Program Muktamar ke-33 NU yang berlangsung di Pondok Pesantaren Darul Ulum, Rejoso, Jombang, Selasa (4/8) siang. Sidang Komisi dipimpin Ketua Sidang Komisi Program Arifin Junaidi yang juga ? Ketua PP LP Maarif, ? dihadiri lebih kurang 450 peserta utusan dari PW, PC dan PCINU.?

Pengurus PCNU Kota Palembang Musawir mengungkapkan, perlu program menangkal budaya asing maupun yang tumbuh dari Indonesia yang merusak nilai-nilai moral anak bangsa. ? Tayangan ? film dan sinetron di sejumlah televisi swasta nasional banyak yang tidak mendidik, bahkan mengajarkan nilai-nilai tak bermoral.?

PBNU Perlu Program Tangkal Budaya Asing (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Perlu Program Tangkal Budaya Asing (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Perlu Program Tangkal Budaya Asing

"Untuk itu, bagaimana PBNU hadir dengan program yang mampu menangkal budaya dari ? tayangan-tayangan televisi tersebut. Karena Tayangan tersebut masuk ke kamar-kamar ? anak-anak di seluruh pelosok negeri," tambah Musawir.?

Seiring dengan itu, Imran dari PC Bandung mempersoalkan belum tergambarnya program PBNU terkait penyalahgunaan narkoba, merosotnya moralitas, perzinaan, kebebasan pergaulan, dampak IT (informasi teknologi). Dengan adanya program tersebut, berarti PBNU ? peduli dengan ? bangsa ini.?

Sang Pencerah Muslim

"Karena masalah penyalahgunaan narkoba, moralitas, perzinaan, pergaulan bebas dan dampak negatif IT bisa menghancurkan bangsa ini," katanya.?

Mayoritas warga NU berada di daerah ? pinggiran. Mereka dikuasai oleh ? media televisi, tapi ? bukan media milik NU dan bernuansa NU. Untuk itu, harus ada media (televisi) yang bisa dijadikan sarana komunikasi dari pusat hingga ranting. Media IT satu-satunya cara membangun kekuatan NU ke depan, tambahnya.?

Sang Pencerah Muslim

Ahmad Jaelani dari PCNU Lampung Tengah, Propinsi Lampung mengungkapkan kalau Wahabi dulu ada di Timur Tengah, tapi sekarang sudah banyak ada di Indonesia. Kehadirannya ? sudah meresahkan masyarakat di Indonesia. Untuk itu, sangat penting mengirimkan buku-buku aswaja dan amaliah NU ke daerah-daerah. Kalau pun ada di PCNU buku tersebut, tapi lebih indah kalau PBNU yang mengirimkan ke PCNU sehingga seragam seluruh Indonesia.?

Ahmad Jaelani juga mengusulkan, PBNU tidak hanya memperbanyak buku-buku bernuansa NU dari berbagai sisi. Alasannya, mayoritas warga NU tidak gemar membaca buku. Jadi VCD ini penting bagi warga NU yang tidak gemar membaca. ? VCD amaliah dan dalil-dalil dari ? amaliah NU dalam bentuk VCD bisa disaksikan berulang-ulang sampai pendengarnya paham. Langkah awal bisa mencetak sejuta VCD yang disebar ke berbagai wilayah dan cabang di Indonesia. (Armaidi Tanjung/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Bahtsul Masail Sang Pencerah Muslim

Selasa, 01 Mei 2007

Grand Syekh Al Azhar Puji Indonesia Atas Kemampuan Jaga Harmoni

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Grand Syekh Al Azhar Prof Dr Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb memuji Indonesia yang mampu menjaga harmoni dalam perbedaan. Menurutnya, Indonesia berhasil mengelola perbedaan pandangan keagamaan dan itu tidak terlepas dari peran para ulama.

“Itu tidak terlepas dari kiprah para ulama yang dapat bermusyawarah dalam menyelesaikan perbedaan. Ikhtilaf (perbedaan) adalah rahmat,” terang Syekh Ath-Thayeb dalam pertemuan dengan sejumlah ulama dan tokoh cendekiawan Muslim di kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Senin (22/02). Hadir juga dalam kesempatan ini, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Dubes negara sahabat. Demikian dikutip dari laman kemenag.go.id.

Grand Syekh Al Azhar Puji Indonesia Atas Kemampuan Jaga Harmoni (Sumber Gambar : Nu Online)
Grand Syekh Al Azhar Puji Indonesia Atas Kemampuan Jaga Harmoni (Sumber Gambar : Nu Online)

Grand Syekh Al Azhar Puji Indonesia Atas Kemampuan Jaga Harmoni

Menurut Syekh Ath-Thayeb yang juga Ketua Majelis Hukama, perbedaan merupakan sunnatullah. Perbedaan dalam Islam bahkan sudah terjadi sejak zaman Nabi. Syekh Ath-Thayeb lalu mencontohkan tentang shalat. Menurutnya, para sahabat belajar shalat dari Rasulullah Saw. Namun, faktanya ada beberapa perbedaan kaifiyat (tata cara) shalat yang sampai kepada umat Muhammad. “Untuk yang syar’i (prinsip) tidak ada perbedaan. Tapi untuk yang furu’iyah (cabang-cabang keagamaan) terjadi perbedaan pendapat,” terangnya.

Perbedaan itu, lanjut Grand Syekh, mulai dari mengangkat kedua tangan saat takbiratul ikhram. Ada pendapat yang hanya sampai depan dada, ada yang berpendapat sampai dua telinga. Demikian juga perbedaan dalam bacaan Al-Fatihah, Maliki tidak didahului Basmalah, sementara Syafii harus.

Terkait hal ini, Grand Syekh menghargai peran MUI yang dapat menghimpun banyak ulama dari beragam ormas dan pemikiran yang berbeda. Menurutnya, MUI menjadi modal besar bagi upaya  menyatukan umat Islam dan memberikan penyadaran kepada umat Islam agar tidak mudah terprovokasi.

Sang Pencerah Muslim

Grand Syekh menegaskan bahwa perbedaan para ulama adalah rahmat. “Yasurruni an yakhtalifa ashhabu Rasulillah (perbedaan di antara sahabat Rasulullah menyenangkan buatku),” tutur Syekh Ath-Thayeb mengutip pernyataan Malik bin Abdul Aziz.

Sang Pencerah Muslim

Dalam keragaman pandangan dan pemahaman, Grand Syekh mengingatkan bahwa umat Islam tidak boleh terjebak pada klaim kebenaran. “La taqul ana wahdy ash-shahih wa ghairii khatha’un (Janganlah kamu mengatakan hanya saya saja yang benar, lainnya salah),” tegas Syekh Ath-Thayeb sembari menyampaikan harapannya agar MUI dapat menjelaskan cara pandang dalam menyikapi perbedaan ini kepada umat Islam di Indonesia.

Sebelumnya, Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin menyampaikan terima kasih atas kunjungan Grand Syekh Al Azhar ke Indonesia, khususnya ke kantor MUI. KH Ma’ruf berharap kunjungan ini akan dapat memperkuat dakwah Islam dan mempererat persaudaraan Indonesia dan Mesir.

Kepada Syekh Ath-Thayeb dan rombongan Majelis Hukama, KH Ma’ruf menjelaskan bahwa Indonesia adalah bangsa dengan beribu pulau serta beragam suku dan agama. Menurutnya, ada 6 agama resmi, yaitu: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Dalam agama Islam, lanjut KH Ma’ruf, mayoritas Indonesia berakidah Ahlussunah wal Jamaah dan berpedoman pada beberapa madzhab dalam ibadah dan muamalah.

Dijelaskan juga bahwa di Indonesia terdapat beberapa ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, Mathlaul Anwar, Al Wasliyah dan lainnya. Meski setiap ormas mempunyai tujuan dan cara pandang masing-masing dalam mencapai tujuannya, namun antara satu dan lainnya saling menghargai dan terhimpun dalam MUI. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Ahlussunnah, Quote Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock