Tampilkan postingan dengan label Ahlussunnah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ahlussunnah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 Juli 2017

Mendes Minta Dukungan NU dalam Pembangunan Desa

Jakarta,Sang Pencerah Muslim. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang baru dilantik Presiden Joko Widodo, Eko Putro Sandjojo bersilaturahim ke gedung PBNU, Jakarta, pada Jumat (5/8). Ia diterima Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Katib ‘Aam PBNU KH Yahya C. Staquf di lantai 3. ?

Mendes Minta Dukungan NU dalam Pembangunan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
Mendes Minta Dukungan NU dalam Pembangunan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

Mendes Minta Dukungan NU dalam Pembangunan Desa

Ia yang ditemani rombongan menyampaikan permintaan agar NU turut mendukung dan berpartisipasi dalam percepatan pembangunan daerah yang tertinggal. Hal itu karena Indonesia memiliki sekitar 70. 700 desa lebih sehingga harus bekerja sama dengan semua pihak.

Menurut dia, dari jumlah desa dengan jumlah seperti itu, hanya sekitar 2.000 yang bisa dikatakan desa maju. Sisanya desa berkembang dan desa tertinggal.

Sang Pencerah Muslim

Salah satu, untuk merangsang desa menjadi maju adalah menciptakan desa “tematik”. Artinya desa di Indonesia tidak seragam dalam menghasilkan produk. Ada desa yang nantinya di desain menghasilkan pertanian, perikanan, dan pariwisata. Misalnya di Karawang unggulannya padi di Lampung sebagian unggulannya jagung. ?

“Masing-masing desa ada ciri khasnya,” kata menteri yang baru saja diangkat Presiden menggantikan Marwan Ja’far belum lama ini.

Sang Pencerah Muslim

Menurut dia, dana 1 miliar rupiah itu, penggunaannya berbeda antara desa yang maju dan tertinggal. Uang tersebut untuk sebagian desa ada yang diarahkan memperbaiki infrastruktur, sementara yang lain untuk keterampilan penduduknya. Desa yang sudah infrastrukturnya akan didorong punya unit usaha seperti BPR yang bisa bekerja sama dengan BRI, BNI.

Pada kesempatan itu Kiai Said mengamini apa yang akan dijalankan kementerian tersebut. Tapi ia juga mengingatkan untuk memperhatikan desa-desa terluar atau desa perbatasan dengan negara lain. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Habib, Kyai Sang Pencerah Muslim

Selasa, 27 Juni 2017

Bulan Puasa Ini, Pesantren Nurul Burhany Ngaji Tafsir Al Ibriz

Demak, Sang Pencerah Muslim. Pondok Pesantren Nurul Burhany merupakan pondok khusus putri Cabang dari Pondok Pesantren Futuhiyyah yang berada di Jalan Suburan Mranggen Demak. Selain menghafal al Qur’an, para santri di sini juga mengaji kitab-kitab salaf.

Pada Ramadhan kali ini Pesantren Nurul Burhany menerapkan jadwal kegiatan khusus, yakni “pengajian kilatan” dengan target mengkhatamkan kitab dan waktunya juga lebih banyak dibanding waktu kegiatan harian biasa. Di antara kitab yang dikaji adalah tafsir Al Ibriz karya ulama Nusantara asal Rembang, Jawa Tengah, KH Bisri Mustofa.

Bulan Puasa Ini, Pesantren Nurul Burhany Ngaji Tafsir Al Ibriz (Sumber Gambar : Nu Online)
Bulan Puasa Ini, Pesantren Nurul Burhany Ngaji Tafsir Al Ibriz (Sumber Gambar : Nu Online)

Bulan Puasa Ini, Pesantren Nurul Burhany Ngaji Tafsir Al Ibriz

Pengajian tafsr karya ayah Pj Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri itu diampu langsung oleh pengasuh pesantren, KH Helmi Wafa Mahsuni tiap ba’da sembahyang shubuh. Jadwal pengajian lainnya, antara lain, waktu dhuha mengaji kitab “Subulul Huda Warrosyad”, ba’da shalat Dhuhur mengaji kitab “Fiqhush Shiyam”, usai shalat Ashar mengaji kitab “Risalah Sairatur Rasul”, setelah shalat maghrib mengaji kitab “Jami’ul Hikayat”, dan  setelah Isya’ para santri melakukan setoran hafalan al-Qur’an kepada pembina.

Sang Pencerah Muslim

Kegiatan pengajian Ramadhan atau puasanan ini tidak hanya diikuti oleh santri yang tetap Pesantren Nurul Burhany, tetapi juga diikuti oleh santri yang hanya ikut puasanan pada bulan Ramadhan.

Sang Pencerah Muslim

Menurut KH Helmi Wafa Mahsuni, pengajian Ramadhan ini menjadi agenda tahunan. Tujuannya agar pada bulan yang penuh berkah ini, para santri dapat mengisi waktunya dengan kegiatan pengajian secara maksimal.

Pengajian Ramadhan ini dilaksanakan sampai tanggal 17 Ramadhan, kemudian malam 17 Ramadhan, ditutup dengan khataman kitab beserta Peringatan Nuzulul Qur’an. (Abdus Shomad/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Makam, Santri Sang Pencerah Muslim

Jumat, 17 Maret 2017

Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Lebih dari seribu 1000 warga NU di Hongkong mengeluarkan iuran secara sukarela untuk penyelenggaraan konferensi perdana Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Hongkong. Mereka dengan bergairah merogoh kocek untuk mendukung kelangsungan forum yang diadakan di di Gedung KJRI lantai 2F Ruang Ramayana.

“Lebih dari seribu orang menyumbang. Setiap orang mengeluarkan uang sebesar 10 dolar Hongkong,” kata Mustasyar PCINU Hongkong H Nabil Harun kepada Sang Pencerah Muslim di Jakarta, Selasa (19/1) sore.

Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU

Warga NU di Hongkong yang berjumlah sekitar 150.000 orang datang ke lokasi konferensi untuk menyaksikan jalannya forum, Ahad (17/1) siang. Karena Gedung KJRI yang menjadi arena konferensi hanya menampung 300 orang, sebagian dari mereka terpaksa kembali ke kediaman masing-masing.

Satu dolar Hongkong setara dengan kisaran Rp.1.700-1.800. Gerakan kepedulian seperti ini diharapkan menginspirasi PCINU lainnya, kata Nabil.

Sang Pencerah Muslim

Ia berharap warga NU di Hongkong terus melanjutkan tradisi gotong royong seperti ini. (Alhafiz K)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Anti Hoax, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 08 Desember 2016

Band “Santri” Bergenre Rock Akan Ramaikan Panggung Musik Tanah Air

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Grup band pendatang baru “Santri” bakal meramaikan dunia musik tanah air. Mengusung aliran musik bergenre rock, band yang sudah malang-melintang di Indonesia dan Singapura ini bakal mempromosikan album pertama mereka, ‘Love Story”.

Band ini dibentuk berawal dari sebuah  minat dan hobi yang sama serta ingin menjadi orang yang dapat memberi manfaat bagi sesama. Hingga akhirnya, anak-anak Musholla Al Barokah, di bawah bimbingan dan arahan H Bachruddin membentuk sebuah grup band, yang oleh KH Gus Ali Masyhuri (Pemilik Klinik Moral ‘Bumi Shalawat’ Sidoarjo Jawa Timur) diberi nama Santri.

Band “Santri” Bergenre Rock Akan Ramaikan Panggung Musik Tanah Air (Sumber Gambar : Nu Online)
Band “Santri” Bergenre Rock Akan Ramaikan Panggung Musik Tanah Air (Sumber Gambar : Nu Online)

Band “Santri” Bergenre Rock Akan Ramaikan Panggung Musik Tanah Air

Personil yang ada pada saat ini, kata dia, sebenarnya bukan pendatang baru di dunia musik. Karena, masing-masing dari personilnya sering terlibat bermain di berbagai café di Jakarta serta event-event yang diadakan beberapa company di Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

Album “Love Story” ini merupakan debutan sebagai band. Dalam lagu pertama mereka memilih karakter lagu dengan sound yang megah dan memasukkan nuansa orchestra, akustik guitar sampai permainan piano dan biola yang inovatif berjudul “BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM” menampilkan karakter religius dengan sentuhan rock dan orchestra yang menarik secara aransemen.

Sang Pencerah Muslim

Begitu juga lagu berjudul padaMu jua dan sementara ini Santrisendiri lagi buat lagu tentang kebangsaan yang inspirasi diambil dari tokoh-tokoh besar NU dan tokoh Negarawan yang berjudul Ksatriaku dan Titik Temu

Awalnya Santri beranggotakan Meidy (Vocal), Emy (Lead Guitar), Nicko (Rhytm Guitar), Adi (Bass), Bogie (Drum). Mereka memulai penampilannya pada acara konser musik di Monas, Jakarta yang disponsori salah satu produsen gula terbesar di Indonesia.

Setelah beberapa kali Santri mengalami bongkar pasang personil, akhirnya pada awal tahun 2012 terbentuklah Formasi Santri Band seperti saat ini, yaitu Meidy (Vocal); Emy (Lead Guitar); Ferdin “Roy” (Drum); Erwin (Bass Guitar) dan Ilham (Keyboard).

Lalu pada awal tahun 2013 Santri pun akhirnya dikontrak dan diproduseri label asal Singapura Minaret Pictures.

Manager Santri, Arip Prie menambahkan lagu-lagu Santri yang ada pada pada album Love Story baru akan beredar terbatas di pasar musik Singapura dan Malaysia. Namun, pecinta music Indonesia dapat mendownload dan menikmati lagu-lagu Santri melalui media online seperti www.cdbaby.com , itunes , www.soundcloud.com , www.amazon.com , google play, yang dapat diakses melalui internet. (Red: Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Lomba, Tegal Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 26 November 2016

IPNU-IPPNU Buka Puasa dan Tarawih bersama Jamaah Ahmadiyah

Wonosobo, Sang Pencerah Muslim

Sejumlah pemuda yang tergabung dalam organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kecamatan Watumalang, Wonosobo, Jawa Tengah, Ahad (19/6), menggelar acara buka puasa dan tarawih bersama jamaah Ahmadiyah di Masjid Al-Mubarok Dusun Sumber, Desa Lumajang, Kecamatan Watumalang yang merupakan basis terbesar jamaah Ahmadiyah di Kabupaten Wonosobo.

IPNU-IPPNU Buka Puasa dan Tarawih bersama Jamaah Ahmadiyah (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Buka Puasa dan Tarawih bersama Jamaah Ahmadiyah (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Buka Puasa dan Tarawih bersama Jamaah Ahmadiyah

Ketua Pengurus Takmir Masjid Al-Mubarok Satoto, yang mewakili jamaah Ahmadiyah memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh kader IPNU-IPPNU Watumalang tersebut. Ia mengaku bangga bahwa kader IPNU-IPPNU mau menjaga silaturahim dengan umat Islam lain meskipun mempunyai perbedaan secara ideologis. Selain itu, ia juga memuji Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam yang memegang erat nilai-nilai toleransi.

"Dalam keadaan bangsa Indonesia yang sedang dilanda krisis moral ini, kami merasa bangga memiliki Nahdlatul Ulama yang merupakan ormas Islam yang sangat toleran terhadap kelompok lain, bukan hanya dalam internal Islam saja. Akan tetapi kepada umat agama lain," tambahnya.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, M. Sairin, senior IPNU Watumalang, mengungkapkan bahwa acara tersebut merupakan upaya untuk menjaga tali silaturahim dan kesatuan serta persatuan umat Islam yang akhir-akhir ini banyak diwarnai dengan perpecahan.

Sang Pencerah Muslim

"Dengan acara ini kami berharap kerukunan antarumat Islam selalu terjaga, perbedaan bukanlah alasan untuk saling berpecah-belah. Saling menghargai perbedaan adalah hal yang sangat penting untuk selalu dilakukan," tuturnya.

Bukan hanya itu, dalam acara tersebut IPNU-IPPNU Kecamatan Watumalang memberikan sejumlah Al-Quran kepada Masjid Al-Mubarok sebagai kenang-kenangan yang diharapkan dapat dipergunakan untuk kemanfaatan jamaah Ahmadiyah di sana. Acara tersebut ditutup dengan taushiyah yang disampaikan Ketua Tanfidziyah MWCNU Watumalang Kiai Mansyur. Ia menekankan pentingnya bersyukur kepada Allah dan hikmah di balik bulan Ramadhan.

Acara buka dan tarawih bersama tersebut merupakan rangkaian kegiatan Ramadhan yang secara rutin dilakukan oleh IPNU-IPPNU Kecamatan Watumalamg yang selanjutnya akan disusul dengan kegiatan serupa serta santunan anak yatim di daerah Watumalang pada Sabtu (25/6), sebagai acara puncak dari rangkaian kegiatan tersebut. (Bujang Fajar Al-fatih/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Humor Islam, Syariah, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 23 Agustus 2016

UPZISNU Pacarpeluk Bantu Biaya Persalinan Warga Pemegang KPS

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Untuk pertama kalinya Unit Pengelola Zakat Infak Sedekah Nahdlatul Ulama (UPZISNU) Pacarpeluk, Jombang, Jawa Timur menyalurkan santunan persalinan kepada warga pemilik Kartu Pacarpeluk Sehat (KPS), Senin (30/10). 

UPZISNU Pacarpeluk Bantu Biaya Persalinan Warga Pemegang KPS (Sumber Gambar : Nu Online)
UPZISNU Pacarpeluk Bantu Biaya Persalinan Warga Pemegang KPS (Sumber Gambar : Nu Online)

UPZISNU Pacarpeluk Bantu Biaya Persalinan Warga Pemegang KPS

Santunan diberikan kepada Anik Farida, warga Dusun Soko Etan. Anik menjalani persalinan secara normal dan berlangsung lancar di RSU Ploso. Anak yang dilahirkan Anik selamat.

Santunan diberikan oleh Pengurus UPZISNU Pacarpeluk di kediamannya oleh Bendahara UPZISNU Pacarpeluk, Etty Sumarni, didampingi sekretaris Miftahul Faizin, dan tim fundraising Sri Utami.

Penyaluran ini sebagai komitmen UPZISNU Pacarpeluk dengan mewujudkan melalui berbagi program penyaluran dari Gerakan Pacarpeluk Bersedekah yang dikelola oleh UPZISNU Pacarpeluk. 

“Kami berkomitmen mengelola kaleng koin sedekah untuk mengupayakan kesejahteraan masyarakat, khususnya kaum dluafa,” ucap Nine Adien Maulana, Ketua PRNU Pacarpeluk.

Sang Pencerah Muslim

UPZISNU Pacarpeluk merupakan salah satu unit pengelola ZIS di bawah NU Care-LAZISNU Kabupaten Jombang. (Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 03 Juni 2016

Kiai Said: Kokohkan Islam Moderat untuk Perdamaian

Jambi, Sang Pencerah Muslim. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Siroj, menegaskan pentingnya menguatkan nilai-nilai Islam moderat di Indonesia. Pesan ini ditegaskan Kiai Said pada agenda pengajian Haul 3 Kiai Jambi (Syaikh Majid al-Jambi, Kiai Ibrahim Majid, dan Kiai Qadir Ibrahim) di Pesantren Asad di Jambi, Rabu (29/11/2017).

Kiai Said: Kokohkan Islam Moderat untuk Perdamaian (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Said: Kokohkan Islam Moderat untuk Perdamaian (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Said: Kokohkan Islam Moderat untuk Perdamaian

Hadir dalam agenda ini, Pengasuh Pesantren Asad KH Najmi Qadir,  Ketua Umum Pagar Nusa M. Nabil Haroen, Wasekjen PBNU H Suwadi D. Pranoto, Bendahara Pagar Nusa, Indrawan Husairi, Ketua NU Care-LAZISNU Syamsul Huda, Gubernur Jambi Zumi Zola, serta sesepuh NU dan pesantren di Jambi.

Dalam ceramahnya, Kiai Said menegaskan pentingnya menyebarkan nilai-nilai Islam Nusantara di ranah internasional dan media sosial. "Islam Nusantara bukan aliran, bukan agama baru, tapi khashaish, mumayyizaat, tipologi. Ini yang harus dipahami secara mendalam," jelas Kiai Said.  

Dalam pandangan Kiai Said, penting untuk merawat budaya sebagai pondasi dakwah keislaman. "Islam Nusantara itu Islam yang dibangun dari sendi-sendi budaya. Budaya negeri ini, bukan budaya Arab, tapi budaya Nusantara," terang Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta.

Sang Pencerah Muslim

"Saya di Arab tiga belas tahun, pulang membawa empat anak. Tapi yang saya bawa pulang itu ilmu, bukan simbol-simbol budaya. Demikian pula Prof Quraish Shihab, Prof Aqil Munawar, dan Kiai Mustofa Bisri. Semuanya bawa ilmu, tidak ada yang mengimpor budaya Arab ke negeri ini," ungkapnya.

Kiai Said berpesan agar warga muslim negeri ini mencintai tanah air. "Mari kita cintai negeri ini. Mari kita kuatkan Islam dan nasionalisme kita. Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk mengusir orang-orang yang bikin gaduh, bikin rusuh di Madinah," jelasnya.

Lebih lanjut, Kiai Said mendorong pemimpin daerah tegas terhadap pelaku kerusahan, kelompok teroris. "Untuk sekarang, para pemimpin daerah, silakan usir para pengusik dan perusuh bangsa. Usir ideologinya, kalau orangnya silakan masuk NU, silakan masuk Muhammadiyah, masuk Persis, dan ormas Islam moderat lainnya," tegas Kiai Said. 

KH Najmi, pengasuh pesantren Asad Jambi, mengungkapkan pentingnya meneladani kiai-kiai untuk masa depan santri. "Syekh Majid al-Jambi, Kiai Ibrahim Majid, dan Kiai Qadir Ibrahim, merupakan teladan bagi pengembangan keilmuan dan akhlak santri," ungkapnya. 

Sang Pencerah Muslim

Pesantren Asad Jambi, didirikan oleh Kiai Majid al-Jambi, yang diteruskan oleh Kiai Ibrahim Majid dan Kiai Qadir Ibrahim. Kiai Majid al-Jambi, merupakan penasihat keagamaan Sultan Thaha, Kasultanan Jambi. Pada masa kolonial, Kiai Majid pernah diutus Sultan Jambi ke Kasultanan Ottoman di Turki, untuk melawan pasukan kolonial di Hindia Belanda. 

Pada kesempatan ini, Ketua Umum Pagar Nusa, M. Nabil Haroen, mengkonsolidasi pasukan inti Pagar Nusa di Jambi. "Kalau kita mau keras, itu harus punya keris, seperti pernyataan Kiai Wahab Chasbullah. Pasukan inti Pagar Nusa untuk mengabdi dan mengawal kiai, mengkampanyekan Islam Nusantara," jelas Nabil. 

Dalam kesempatan ini, Direktur NU Care-LAZISNU,  Syamsul Huda juga menyerahkan bantuan untuk perbaikan infrastrukur pesantren Asad Jambi. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Amalan, Ahlussunnah, Olahraga Sang Pencerah Muslim

Jumat, 10 Juli 2015

Kesebelasan Pengahafal Al-Qur’an

Anak muda duduk berjajar sila setengah lingkaran. Jumlahnya sebelas. Masing-masing menghadapi recal yang di atasnya terbuka kitab suci Al-Quran. Mereka lalu membaca bersama-sama Surat Ath-Thariq. Sekonyong-konyong bacaan mereka berhenti. Pasalnya ada bunyi satu ketukan. Mereka mengulang satu kalimat. Jika ketukan berbunyi lagi, kembali mereka mengulang.

Sebelas anak itu sedang diperiksa bacaannya, mulai makhorijul huruf, panjang pendeknya bacaan, dan waqafnya. Jika ada yang tak beres, maka ketukan itu berbunyi. Sumbernya dari tangan Ustadz Ramdani yang duduk bersandar ke sebuah tiang di tengah majelis ta’lim di hadapan mereka.

Kesebelasan Pengahafal Al-Qur’an (Sumber Gambar : Nu Online)
Kesebelasan Pengahafal Al-Qur’an (Sumber Gambar : Nu Online)

Kesebelasan Pengahafal Al-Qur’an

Pemeriksaan bacaan itu rutin dilakukan tiap malam, kecuali malam Jumat. Tiap malam membaca satu surat pada juz 30. Ketika sampai surat An-Nas, esoknya mereka akan memulai lagi dari ‘amma yatasyalun demi menjaga hafalan juz terakhir tersebut. Begitu putaran waktu sebelas anak yang dilakukan selepas isya di majelis ta’lim Al-Guroba, Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten.

Sang Pencerah Muslim

Mereka tidak hanya diperiksa bacaan, tapi juga menghafalnya. Pagi selepas Subuh, mereka akan setor beberapa ayat ke Ustad Ramdani. Siang, selepas dhuhur, mengulang hafalan. Sore setor. Maghrib mengulang. Kemudian ketemu isya lagi, diperiksa bacaan juz 30.

Pada ashar dan maghrib, mereka harus menyatu dengan santri kalong. Waktu ashar, sekitar 40an anak datang ke majelis itu. Rata-rata usia mereka 10 tahun ke bawah. Mereka akan belajar membaca Iqra di berbagai tingkatan, menghafal doa-doa, ayat-ayat pendek, serta Ratib Haddad.

Sang Pencerah Muslim

Selepas magrib, sekitar 50an anak datang lagi ke masjid itu. Kali ini usia mereka 10 tahun ke atas sampai usia kelas 3 SMA. Mereka juga belajar membaca Al-Quran dan menghafalnya. Sebelum dihafal, mereka diberi tahu dulu cara membacanya.

Cara mengaji di majelis itu adalah, sekitar tiga anak maju dengan Al-Qurannya masing-masing ke hadapan Ramdani. Kemudian membacakaan ayat masing-masing secara bersamaan. Bisa saja mereka membaca ayat berbeda karena capaian ketiganya berbeda. Masing-masing membacakannya sampai tiga ayat. Anak yang tidak dikoreksi, dia akan segera mundur. Sementara yang belum lancar, akan tetap di situ sampai bisa. Setelah bisa, dia akan mundur juga digantikan yang lain. Terus begitu. Ramdani menyimak semuanya dengan cermat dan benar. Ia memejamkan mata, sesekali buku tangannya mengetuk recal, jika bacaan sang anak meleset.

“Bapak itu aneh, ngantuk aja tahu kalau bacaan saya salah. Padahal ia menyimak bacaan tiga orang,” ujar Syahrul, salah seorang santri.

Ramdani adalah sedikit ustad yang hafal Al-Qur’an 30 juz di luar kepala. Bahkan Iqra saja hafal karena saking seringnya mengajar. Kemudian menyimak bacaan anak-anak seperti dengan feeling saja. “Yang salah itu anak mana saya nggak tahu,” katanya, “tapi telinga saya merasakan ada yang salah baca,” lanjutnya.  

Sementara membagi konsentrasi, fokus ketiga anak dengan bacaan berbeda, menurut dia karena sering dilakukan dan dalam waktu lama, bertahun-tahun. “Siapa pun bisa kalau sering dan lama melakukannya,” katanya.

Menghafal dari depan dan Belakang

Kesebalasan anak itu adalah mereka yang tidur di pondok yang didirikan Ramdani. Ia menamainya dengan Bustanu Musyaqil Qur’an. Di situ cuma tiga kamar kamar kecil. Di antara mereka ada yang masih sekolah formal, hanya mengaji, dan mengaji sambil bekerja. Makan dan minum ditanggung Ramdani. Bahkan di antara mereka, yang yatim piatu, disedikan uang jajannya.

Santri-santri itu penghafal Al-Qur’an itu dibagi dua kelompok. Bagi yang hanya ngaji, memulai menghafal dari juz 1 ke belakang. Sementara yang masih sekolah dan bekerja dari juz 30 mundur. Capaian tertinggi santri yang cuma menghafal atas nama Syahrurramadhan. Anak Betawi itu sudah hafal 21 juz. Sementara yang masih sekolah atas nama Ilman Fernando Chaniago. Di bawahnya ada Fajri, anak Prubalingga yang hafal 10 juz. Anak keturunan Sumatera Barat yang sekarang duduk di kelas 1 SMA tersebut hafal 6 juz dari juz 30 ke juz 24.

“Awalnya ngaji aja nggak mau. Dianterin orang tuanya ke sini, nggak ngaji, nggak apa, nangis mulu,” kata Ramdani mengisahkan Ilman yang masuk masuk tahun 2012.

Sekali waktu ada orang tua yang menceritakan nilai anaknya di sekolah jelek. “Santai saja. Kita lihat perubahannya. Nanti kalau dia sudah tahu caranya menghafal akan berubah,” jawab Ramdani .

Jawaban Ramdani tidak omong kosong. Sekarang banyak anak yang ngaji di situ menduduki ranking satu di kelasnya. Bisa dipastikan anak-anak majelis di berada dalam 10 besar di tingkatannya masing-masing. Termasuk Syahrul waktu sekolah, ia tak lepas dari ranking 2 atau 3. Sementara ranking 1 juga dari majelis itu. “Kalau sudah tahu metodenya menghafal ya begitu,” katanya.

Keberhasilan Ramdani juga ditunjukkan pada sebelas anak itu. Selain Syahrul 21 Juz, ada Fajriyanto 10 juz, Ilman 6 juz,  Ilham 4 juz, Akbar, Afwan, dan Alfin  juz dua, Rayan dua juz.  Sementara Bakti dan yuda baru mulai menghafal. Serta puluhan anak yang sudah menghafal doa-doa, surat pendek, dan Ratib Haddad.   

Keberhasilan itu didapat karena keseriusan dari dua belah pihak, Ramdani dan santri-santrinya. Terutama tekun menghafal dan disiplin jadwal. Sebetulnya, jadwal itu longgar dan bisa dikatakan berbeda. Misalnya, Syahrul hari Senin pagi setoran, siang ngulang, sore hafalan. Maghrib membantu mengajar ngaji tak lebih dari 4 sampai 5 orang.

Mulanya dari Radio

Ramdani, pria kelahiran Cileduk, Jakarta 1976 tersebut mengaku berasal dari keluarga pedagang. Hampir semua saudaranya berprofesi itu. Selepas SD tiba-tiba saja dia ingin mondok, ia nyantri sambil sekolah tingkat SMP di salah satu pesantren di Kebon Jeruk, Jakarta Barat di bawah asuhan KH Dasuki Adnan. Pesantren itu bergaya salafi modern.

Menurut dia, mulanya minat ke pondok pesantren karena pas kecil sekitar tahun 80an, tiap pagi ayahnya mendengar ceramah-ceramah agama di radio atau lagu-lagu kasidah dan gambus. Suatu ketika ayahnya pernah bilang, “jadi penceramah dan guru ngaji itu enak. Tidak kerja.”

Minatnya pada ilmu agama, selepas SMP, ia lanjutkan nyantri sambil sekolah di Pesantren Darut Tafsir, Bogor, Jawa Barat, di bawah Asuhan KH Istikhori Abdarurohman. Selepas lulus, ia balik lagi ke rumah. “Nganggur, kerja nggak, kuliah juga nggak,” katanya.

Kemudian ia memaksa orang tuanya untuk melanjutkan mondok. Padahal waktu itu juga ayahnya meminta untu kuliah. Tapi ia bersikeras untuk mondok lagi. Kali ini ingin ke pesantren hafalan Al-Qur’an.

Akhirnya pada tahun 1995, ia diberi ongkos 200 ribu oleh orang tuanya. Tujuannya kota Demak, Jawa Tengah. Kota itu ia tuju bukan tak berdasar, melainkan atas keterangan gurunya semasa di Darut Tafsir. Di daerah tersebut, konon ada pesantren khusus menghafal Al-Quran. Namanya pesantren Bustanu Musyakil Quran, taman pencinta A-Qur’an di bawah asuhan KH Harir Muhammad.

Di situlah ia kemudian membaca Al-Quran bin nadhar selama 6 bulan. Ketika akan melanjutkan menghafal Al-Quran, ia disuruh pulang dulu, diminta kiainya untuk meminta izin orang tua memulai menghafal Al-Qur’an. “Karena udah terpaksa orang tua memberikan izin. Saya ingin dikuliahkan sama orang tua sampai S3,” terangnya.

Soal izin orang tua ini, ia terapkan juga di majelisnya. Anak harus diantar orang tuanya. Jika anaknya bolos, orang tuanya akan dipanggil, ditanya keseriusan mengaji di situ. Jika tidak serius, anak itu diminta pidah ke majelis lain. Itu ia lakukan supaya tidak meracuni temannya yang lain. Tidak mencontohkan untuk bolos dan sebagai peringatan bagi yang lain supaya serius.

Pada tahun 2002 ia menikah dengan gadis kelahiran Desa Binong. Di situ ia mengajar sekolah formal di yayasan pendidikan milik mertuanya. Di tengah aktivitasnya, ia tetap merawat hafalannya. Bercita-cita juga ingin membangun majelis sendiri untuk prnghafal Al-Quran. “Orang yang hafal itu berharap ada yang hafal dari dirinya sendiri,” katanya.

Karena, kata dia, mengajarkan baca Al-Qur’an dan membimbing orang lain menghafalkannya, pahala akan mengalir terus.

Untuk mewujudkan cita-citanya itu, pada tahun 2010, ia berhenti total dari aktivitas mengajar di sekolah formal. Ia membangun majelis di atas tanah miliknya. Kemudian tahun 2011 mulai membangun pondok 3 kamar.  

Kepada anak-anak yang mengaji ia menyusupkan cerita-cerita serta keutamaan penghafal Al-Qur’an, mulai dari hadits nabi serta qaul-qaul ulama. “Sering ngasih motivasi dan bercerita keutamaan orang-orang menghafal Al-Quran,” kata Syahrul. “Nanti penghafal AL-Qur’an berhak mensyafaati 10 orang keluarganya di akhirat. Waduh banyak juga ya. Itu ingat terus sampai sekarang,” lanjut santri generasi pertama tersebut.  

Ia terpesona motivasi itu karena berdasar cerita orang tuanya, leluhurnya jauh dari agama. Ada yang seumur-umur tidak shalat. ”Motivasi itu sangat luar biasa banget bagi saya. Saya ingin meneyelamatkan keluarga,” katanya. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Kajian, Pertandingan Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 17 Januari 2015

LDNU Brebes Siap Gelar Pelatihan Dai

Brebes, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Brebes akan menggelar Pendidikan Kader Da’I (PKD) tingkat kabupaten. Pelatihan digelar untuk memperluas wawasan dan cakarawala pemikiran serta memenuhi dai daiyah di berbagai daerah.

“Boleh dibilang, NU gudangnya dai-daiyah. Tetapi perlu dididik lebih lanjut agar dalam penyampaian dakwah selalu rahmatan lil alamin,” demikian disampaikan Ketua PC LDNU Brebes KH Agus Mudrik Khaelani usai rapat panitia kegiatan tersebut di gedung PCNU Brebes, Senin (5/12).

.

LDNU Brebes Siap Gelar Pelatihan Dai (Sumber Gambar : Nu Online)
LDNU Brebes Siap Gelar Pelatihan Dai (Sumber Gambar : Nu Online)

LDNU Brebes Siap Gelar Pelatihan Dai

Sebab, lanjutnya, dakwah yang rahmatan lil alamin akan menyejukan dan mampu meneguhkan komitmen terhadap keutuhan NKRI. “Karakter dai Muda NU, harus toleran dan mengenal jatidiri organisasi dengan selalu membangun sinergitas bersama seluruh elemen bangsa,” tandasnya.

NU tetap komitmen menjalankan dakwah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran demi mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Mensyiarkan Islam sebagai agama kebaikan, bukan agama perusak, yang membawa rahmatan lil alamin. Lewat PKD akan ditekankan bahwa Islam bukan agama teroris.

“Seorang mukmin, tidaklah hanya dibalut dengan simbol-simbol, tetapi iman seseorang harus disempurnakan dengan amal ibadah yang baik, serta perilaku yang terpuji,” ucap Gus Mudrik, panggilan akrab Agus Mudrik Khaelani.

Sang Pencerah Muslim

PKD, kata Gus Mudrik, bakal digelar 11-12 Desember 2016 di gedung NU dengan peserta 150 orang lebih. Mereka berasal dari perwakilan 17 PAC LDNU masing masing 6 orang, pengurus PC LDNU dan utusan LDNU dari kabupaten tetangga.?

Sang Pencerah Muslim

Pelatihan, sambung Gus Mudrik, peserta diberi bekal berupa teori dan praktik. Pembekalan utama dari Ketua LD PBNU KH Wafiudin, Ketua PW LDNU Jawa Tengah KH Sam’ani S MA, Ketua PCNU Brebes KH Athoillah Syatori.

Pada pertemuan tersebut pelatihan diputuskan bertema "Optimalisasi peran Dai NU dalam pemantapan Ahlussunah wal-Jamaah dan peningkatan spiritualitas para dai NU di Kabupaten Brebes".Dalam kesempatan tersebut, dia juga membagi tugas kepanitiaan dan cheking kemantapan masing masing peserta, termasuk partisipasi dari peserta di luar kabupaten Brebes. (Wasdiun/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Quote, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 26 Oktober 2014

Jadi Tuan Rumah, Pemkot Kediri Sambut Baik LSN Regional Jatim II

Kediri, Sang Pencerah Muslim. Kickoff Liga Santri Nusantara (LSN) Regional Jatim II resmi dibuka Asisten Pemerintahan dan Kesra Mandung Sulaksono di Lapangan Sepak Bola Brawijaya Kediri, Rabu (24/8). Regional Jatim II meliputi Kediri, Jombang, Malang, Batu, Nganjuk, Blitar, dan Tulungangung.

Kota Kediri mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Region II Jawa Timur dalam gelaran LSN 2016 yang digelar mulai 24-31 Agustus. Dalam kompetisi ini akan ada 17 tim yang berlaga.?

Dalam sambutanya, Mandung mengatakan Pemerintah Kota Kediri mengapresiasi digelarnya Liga Santri ini. "Ini merupakan suatu dorongan bagi dunia sepak bola. Dalam kompetisi ini banyak santri-santri berbakat dalam dunia sepak bola yang bermunculan," ujarnya.

Jadi Tuan Rumah, Pemkot Kediri Sambut Baik LSN Regional Jatim II (Sumber Gambar : Nu Online)
Jadi Tuan Rumah, Pemkot Kediri Sambut Baik LSN Regional Jatim II (Sumber Gambar : Nu Online)

Jadi Tuan Rumah, Pemkot Kediri Sambut Baik LSN Regional Jatim II

Lebih lanjut, Mandung menambahkan agar dalam pertandingan ini para pemain tetap menjaga sportifitas. "Junjung dan jaga terus sportifitas. Untuk para pemain yang sedang tidak bertanding kalian bisa jalan-jalan untuk mengunjungi beberapa tempat di Kota Kediri," imbuhnya.

Sang Pencerah Muslim

Mandung mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah mempercayai Kota Kediri menjadi tuan rumah pada pelaksanaan Liga Santri Nusantara regional Jatim II ini. "Kota Kediri menjadi tuan rumah Liga Santri Nusantara regional Jatim II ini terasa istimewa. Sebab, kompetisi ini merupakan kali pertama bagi Kota Kediri menjadi pelaksana," ungkapnya.

Lelaki yang menduduki posisi Kesra di Pemkot Kediri ini menambahkan, demi menyambut baik kepercayaan Kemenpora terhadap Kota Kediri dalam pelaksanaan LSN Regional Jatim II, Pemkot Kediri akan berusaha keras untuk suksesnya liga santri ini, "Sebagai tuan rumah yang baik, Pemkot Kediri akan berusaha keras demi terciptanya liga yang kompetitif dan sportif," jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Mandung yang mewakili Walikota Kediri juga berharap pelaksanaan LSN bisa dimaksimalkan oleh pesantren untuk menghasilkan pemain sepak bola yang mumpuni . Dengan demikian, ke depan Timnas Indonesia tidak akan pernah kekurangan pemain berbakat untuk membela nama bangsa dan negara.





Hadir dalam Kickoff LSN ini para Pengasuh Pondok Pesantren Kota Kediri, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, serta Manajer Persik Kediri. (Red-Zunus). Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Meme Islam, Ahlussunnah, Sunnah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 07 Mei 2014

Sambut Konfercab NU, IPNU-IPPNU Probolinggo Gelar Makesta

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Dalam rangka menyambut Konferensi Cabang (Konfercab) NU Kabupaten Probolinggo, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Probolinggo serentak menggelar Masa Kesetiaan Anggota (Makesta), Jum’at dan Sabtu (3-4/10).

Makesta yang diikuti peserta pelajar tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA perwakilan anak cabang dan komisariat se-Kabupaten Probolinggo ini dihadiri oleh segenap jajaran pengurus PC IPNU-IPPNU Kabupaten Probolinggo. Bahkan hadir pula perwakilan pengurus dari PCNU Kabupaten Probolinggo.

Sambut Konfercab NU, IPNU-IPPNU Probolinggo Gelar Makesta (Sumber Gambar : Nu Online)
Sambut Konfercab NU, IPNU-IPPNU Probolinggo Gelar Makesta (Sumber Gambar : Nu Online)

Sambut Konfercab NU, IPNU-IPPNU Probolinggo Gelar Makesta

Ketua PC IPPNU Kabupaten Probolinggo Lika Kurniawati mengungkapkan, selain untuk menyambut Konfercab NU Probolinggo, Makesta ini merupakan salah satu upaya IPNU-IPPNU untuk ikut serta dalam pembangunan karakter generasi muda bangsa di tengah-tengah banyaknya paham baru diluar NU yang sudah mulai menyerang generasi muda NU.

Sang Pencerah Muslim

”Intinya kami ingin mencetak kader muda NU yang professional dan militan yang mampu menjalankan roda organisasi dengan baik dengan harapan para kader NU tetap berpegang teguh pada tuntunan Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) dan amaliah-amaliah ulama NU,” ujarnya.

Lika menjelaskan bahwa makesta ini digelar dengan tujuan agar dapat menjaring para kader NU dari kalangan pelajar baik putra maupun putri supaya mau belajar dan bertaqwa dalam sebuah organisasi yang tergabung dalam wadah ikatan IPNU-IPPNU.

Sang Pencerah Muslim

“Melalui makesta ini diharapkan para kader muda NU dapat memperdalam dan memperkokoh kembali aqidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) sebagai langkah nyata dalam melakukan pengkaderan dalam organisasi NU. Inilah salah satu bentuk aplikasi organisasi yang dapat kami lakukan. Sebab suatu saat, mereka yang akan menggantikan kami dalam membesarkan IPNU-IPPNU di Kabupaten Probolinggo,” jelasnya.

Dalam Makesta, para kader muda NU ini diberikan beberapa materi mulai dari Aswaja, Kepemimpinan, Ke-NU-an, Ke-IPNU-an, Ke-IPPNU-an, Keorganisasian, Leadership, Management Diri dan Administrasi serta Organisasi. (Syamsul Akbar/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Islam, Ahlussunnah, Kyai Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 22 Maret 2014

Di Makassar, NU Kaji Islam Nusantara dan Strategi Internasionalisasi

Makassar, Sang Pencerah Muslim. Acara Pra-Muktamar Ke-33 NU terus berlanjut setelah dua pekan lalu diselenggarakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rabu (22/4), giliran Makassar menjadi tuan rumah dengan materi pembahasan seputar Islam Nusantara.

Tema Islam Nusantara pernah didiskusikan di Jakarta 10 April lalu bersama Komunitas Gusdurian sebagai bagian dari rangkaian acara menyambut Muktamar Ke-33 NU pada Agustus mendatang di Jombang, Jawa Timur, yang mengusung tema “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”.

Di Makassar, NU Kaji Islam Nusantara dan Strategi Internasionalisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Di Makassar, NU Kaji Islam Nusantara dan Strategi Internasionalisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Di Makassar, NU Kaji Islam Nusantara dan Strategi Internasionalisasi

Berdasarkan undangan yang disebar panitia, diskusi pra-muktamar di Makassar yang bakal digelar sehari penuh ini dibagi dalam dua sesi dengan dua pokok kajian, yakni “NU dan Kekayaan Khazanah Islam Nusantara” dan “Strategi Internasionalisasi NU sebagai Khazanah Islam Nusantara”.

Sang Pencerah Muslim

Beberapa narasumber yang bakal hadir antara lain pakar ushul fiqh yang juga Katib Syuriah PBNU KH Afifuddin Muhajir, guru besar filologi Islam UIN Jakarta Oman Fathurrahman, sejarawan Agus Sunyoto, pakar tasawuf KH Mustafa Mas’ud, Prof DR Azhar Ibrahim Alwee dari National University of Singapore, dan Rais Syuriah PWNU Sulsel Anregurutta Sanusi Baco.

Sang Pencerah Muslim

Pejabat Rais Aam PBNU KH A Mustofa Bisri, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, dan? Gubernur Sulsel H Syahrul Yasin Limpo juga dijadwalkan mengisi acara para acara pembukaan.

Sejumlah tamu dari berbagai cabang NU di wilayah Indonesia bagian timur, juga rombongan dari PBNU, telah melakukan registrasi di lokasi acara, di Wisma Haji Sudiang Makassar, Sulawesi Selatan, sejak Selasa (21/3) ini. Mereka akan bermalam hingga acara selesai, Kamis nanti. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Meme Islam, Ahlussunnah, Pertandingan Sang Pencerah Muslim

Selasa, 25 Februari 2014

Ada Lagu Hubul Wathan di Pawai Hari Pandu Sedunia

Lebak, Sang Pencerah Muslim



Suasana Jasan Sampay, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, Banten malam itu Selasa (21/2) terasa berbeda. Ratusan remaja berbaju coklat muda, berjalan dalam barisan rapi dan panjang ke arah Pasar Sampany.?

Ada Lagu Hubul Wathan di Pawai Hari Pandu Sedunia (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Lagu Hubul Wathan di Pawai Hari Pandu Sedunia (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Lagu Hubul Wathan di Pawai Hari Pandu Sedunia

Tangan mereka memegang obor, sementara mulut mereka mendendangkan lagu-lagu dan yel-yel. Sangat terasa semangat yang ditebarkan oleh mereka.

Di antara kemeriahan itu, sayup-sayup terdengar suara sebuah lagu yang rasanya sudah sangat akrab di telinga. Saya pun meningkatkan perhatian kepada kata-kata syair lagu itu.



Sang Pencerah Muslim



Ya Lal Wathan Ya Lal Wathan Ya Lal Wathan

Sang Pencerah Muslim

Hubbul Wathan minal Iman

Wala Takun minal Hirman

Inhadlu Alal Wathan

Rupanya saya tak keliru. Lagu “Hubul Wathan” menjadi salah satu lagu yang dibawakan oleh peserta pawai, selain lagu kepramukaan dan lagu nasional lainnya.?

Yolanda Meidastari, siswa SMA Negeri 1 Warunggunung yang juga Pradana Puteri (Ketua Pramuka) di sekolah tersebut, mengatakan pawai tersebut diadakan dalam peringatan Hari Pandu Sedunia.

“Semangat yang ingin digerakkan melalui kegiatan ini adalah menumbuhkan rasa cinta terhadap Pramuka dan memeriahkan kelahiran Bapak Pandu Sedunia,” kata Yolanda.

Tidak kurang dari 560 anggota Pramuka sekolah-sekolah setingkat SMP dan SMA di Kecamatan Warunggunung dan Cikulur mengikuti pawai. Pawai dimulai dari Kecamatan Warunggunung ke Pasar Sampay dan kembali ke Kecamatan Warunggunung.

Selain melakukan pawai, malam itu mereka juga mengikuti pemaparan materi mengenai kepanduan dunia dan Indonesia, serta renungan kebangsaan.

Hari Pandu Sedunia yang diperingati setiap tanggal 22 Februari, mengacu kepada hari kelahiran Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden Powell. (Kendi Setiawan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ulama, Ahlussunnah, Habib Sang Pencerah Muslim

Selasa, 15 Oktober 2013

Pengurus LP Maarif Kudus Ini Berprestasi di Tingkat Nasional

Kudus, Sang Pencerah Muslim. Setelah menyandang Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) berprestasi tingkat Jawa Tengah, Pengurus Lembaga Pendidikan Maarif  NU Kudus Noor Yadi maju pada seleksi serupa di tingkat Nasional, 14-16 Nopember lalu. Dalam seleksi di Hotel Soll Marina Serpong Banten itu, Noor Yadi yang juga kepala MIN Kudus sukses meraih juara ketiga di bawah peserta asal Sulawesi Tengah dan DIY.

Pengurus LP Maarif Kudus Ini Berprestasi di Tingkat Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Pengurus LP Maarif Kudus Ini Berprestasi di Tingkat Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Pengurus LP Maarif Kudus Ini Berprestasi di Tingkat Nasional

Ia menuturkan pemilihan kepala MI berprestasi tahun 2014 ini diadakan oleh kementerian agama dengan peserta perwakilan kepala MI dari provinsi seluruh Indonesia. ""Kebetulan saya mewakili Jawa tengah dan alhamdulillah masuk nominasi juara ketiga," katanya kepada Sang Pencerah Muslim, Sabtu (22/11).

Ia mengatakan penilaian juara berdasarkan hasil presentasi makalah karya ilmiah dan wawancara di hadapan dewan juri dari kalangan akademisi.  Dalam tingkat Nasional itu, pihaknya memaparkan makalah yang sama berjudul "The profile and improve quality madrasah in MI NU Basyirul Anam Kudus  (profile dan upaya meningkatkan mutu madrasah di MI NU Basyirul Anam Kudus).

Sang Pencerah Muslim

Usai meraih juara ketiga Kepala MI berprestasi tingkat Nasional ini, Yadi  berupaya selalu memacu diri untuk selalu belajar, mengevaluasi kekurangan, meningkatkan dan menjaga mutu madrasah.

"Saya juga mendorong teman sejawat memeranan diri sesuai tupoksimasing demi keberhasilan dan kualiatas pendidikan madrasah," tandasnya.

Sang Pencerah Muslim

Atas keberhasilannya itu, Yadi mendapat sertifikat penghargaan, piala dan uang pembinaan yang diserahkan oleh Dirjen Kemenag RI H.Nur Kholis Setiawan. (Qomarul Adib/Anam)

Foto : Noor Yadi saat menerima piagam dan piala yang diserahkan Dirjen Kemenag H.Nur Kholis Setiawan.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah, Pahlawan, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Senin, 07 Oktober 2013

Santri Windan Meriahkan Harlah NU dengan Manasik Haji

Sukoharjo, Sang Pencerah Muslim. Memperingati Hari Lahir (harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-91 Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan melaksanakan kegiatan manasik haji. Kegiatan tersebut diikuti sekitar 50 santri selama dua hari, Sabtu-Ahad (28-29/1).

Santri Windan Meriahkan Harlah NU dengan Manasik Haji (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri Windan Meriahkan Harlah NU dengan Manasik Haji (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri Windan Meriahkan Harlah NU dengan Manasik Haji

Menurut salah satu panitia kegiatan, Radina Qisma, kegiatan manasik dibagi menjadi dua sesi. Pada hari pertama kegiatan berupa pemaparan materi-materi oleh para alumni pondok,

“Materi yang disampaikan berupa tata cara dalam haji dan umroh, serta adab ziarah Madinah dan makam Rasulullah SAW,” terang Qisma.

Sang Pencerah Muslim

Dalam kesempatan tersebut, Pengasuh pondok KH M. Dian Nafi juga ikut memaparkan materi? fiqh haji, hikmah haji dan umroh serta memberi semangat kepada santri supaya punya tekad baik menunaikan ibadah haji.

Menurut Kiai Dian, yang juga Wakil Rais Syuriah PWNU Jateng, kegiatan manasik ini dirasa perlu bagi santri. “Kegiatan manasik haji ini bertujuan untuk memupuk kesiapan santri saat ibadah haji kelak.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, pada hari kedua, praktik? manasik haji di hari kedua dilaksanakan di Asrama Haji Donohudan Boyolali. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Syariah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 23 Mei 2013

Fathur Rahim, Kitab Karya Sultan Idrus Buton

Ini adalah gambar halaman sampul dari kitab “Fathur Rahîm fî Tauhîd Rabbil ‘Arsyil ‘Adhîm”, dalam versi manuskrip (makhthûth) dan versi edisi teksnya (muhaqqaq), karangan seorang ulama besar Nusantara yang juga Sultan Buton ke-28, yaitu Syekh Muhammad ‘Idrûs ibn Syekh Badr al-Dîn al-Buthûnî, (dikenal dengan Syekh Idrus Buton, w. 1851 M).

Kitab “Fathur Rahîm” menghimpun kajian intisari ajaran agama Islam, mulai dari ajaran tauhid, fiqih, dan tasawuf, termasuk di dalamnya adalah adab berzikir, keutamaan bacaan-bacaan zikir, keutamaan membaca shalawat atas Nabi Muhammad, keutamaan ilmu pengetahuan, para ulama, para penuntutnya, dan orang-orang yang hidup dalam kecintaan atas ilmu.

Fathur Rahim, Kitab Karya Sultan Idrus Buton (Sumber Gambar : Nu Online)
Fathur Rahim, Kitab Karya Sultan Idrus Buton (Sumber Gambar : Nu Online)

Fathur Rahim, Kitab Karya Sultan Idrus Buton

Syekh Idrus Buton menulis dalam kata pengantarnya;

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?, ? ? ? ? ? ? ? ?.

(Maka berkatalah seorang hamba yang fakir nan hina, yang mengakui akan segala dosa dan kesalahan, Muhammad Idrus Qâimuddîn putra dari [Sultan] Badruddîn dari Buton, semoga Allah berkenan mengampuninya, kedua orang tuanya, guru-gurunya, dan semua orang Muslim. [Ammâ ba’du]. Ini adalah sebuah ringkasan dalam ilmu akidah, dari rukun-rukun iman dan islam, juga dalam menerangkan keutamaan kalimat-kalimat dzikir yang indah dan lainnya, adab berzikir yang aku dapatkan dari para guruku yang agung, juga dalam menerangkan keutamaan memperbanyak bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW di setiap masa di siang dan malam, juga dalam menerangkan keutamaan ilmu, para ulama, para penuntut, dan orang-orang yang mencintai ilmu dan ahlinya …)

Sang Pencerah Muslim

Manuskrip kitab ini sekarang tersimpan di Buton dan menjadi koleksi Abdul Mulku Zahari Buton (lihat “Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari”, disunting oleh Achadiati Ikram dkk dan diterbitkan oleh Manassa-YOI di Jakarta pada tahun 2002). Manuskrip ini kemudian didigitalisasi oleh British Library dan menjadi koleksi digital perpustakan tersebut dengan nomor kode EAP212/2/8.

Manuskrip kitab “Fathur Rahîm” tersebut kemudian ditahqiq oleh al-Fadhil al-Muhaqqiq Abu Sabiq Supriyanto Kudus pada tahun 2016 silam. Jumlah keseluruhan kitab “Fathur Rahîm” versi manuskrip setebal 20 halaman, dan dalam versi tahqiqan menjadi 57 halaman, termasuk di dalamnya pengantar pentahqiq dan biografi Syekh Idrus Buton.

Tidak ada kolofon yang menginformasikan kapan dan dimana karya ini diselesaikan. Namun kemungkinan besar karya ini ditulis di Buton, pada rentang kurun masa antara tahun 1824—1851 M. Rentang waktu tersebut merupakan masa menjabatnya Syekh Idrus sebagai Sultan Buton ke-28. Ini baru sebatas pengandaian, bisa jadi titimangsa penulisan karya ini adalah sebelum masa tersebut.

Syekh Sultan Idrus Buton diperkirakan lahir pada tahun 1784 M. Perkiraan ini menimbang ketika dilantik sebagai Sultan Buton ke-28, Syekh Idrus berusia 40 tahun. Ayah beliau adalah Sultan Badruddîn, Sultan Buton ke-27. Sementara kakeknya adalah Sultan Qôimuddîn al-Kabîr, yang merupakan Sultan Buton ke-24.

Idrus kecil tumbuh dalam lingkungan aristokrasi istana Kesultanan Buton, sekaligus dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan keislaman yang kental. Pada lingkungan keluarganya itu, dan di Madrasah Kesultanan Buton, Idrus kecil telah menghafal Al-Qur’an sejak kecil dan belajar ilmu-ilmu keislaman dasar.

Hingga paruh kedua abad ke-19 M, Kesultanan Buton tercatat sebagai salah satu kekuatan politik dan ekonomi terbesar di wilayah timur kepulauan Nusantara, selain Kesultanan Ternate dan Tidore, Kesultanan Bone, Kesultanan Bacan, Kesultanan Banjar, Kesultanan Sulu, termasuk kesultanan-kesultanan di kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), seperti Kesultanan Bima, Kesultanan Sumbawa, dan lain-lain.

Ketika masih menjadi pengaran, Idris Buton diamanahi ayahandanya untuk menjadi pemimpin pasukan Kesultanan Buton dalam sebuah perang laut besar di perairan Buton, melawan para perompak dan bajak laut. Pada perang naval tersebut, Pangeran Idris Buton membuktikan kecakapannya sebagai pemimpin, dan pasukannya berhasil mengahalkan sekelompok perompak dan bajak laut tersebut.

Pada tahun 1824, Syekh Idrus dilantik sebagai Sultan Buton ke-28 menggantikan ayahandanya. Beliau pun menyandang gelar Sultan Qôimuddîn Muhammad Idrus ibn Sultan Badruddîn ibn Sultan Qôimuddîn al-Kabir. Beliau menjadi Sultan Buton hingga wafat pada tahun 1851.

Ada banyak proyek reformasi yang dilakukan oleh Sultan Idrus Buton ketika memimpin kesultanan, di antaranya adalah mereformasi undang-undang system tata negara kesultanannya. Selain itu, Sultan Idris Buton juga dikenal sebagai penguasa yang mencintai ilmu pengetahuan, menegakkan hukum dengan adil, mencintai rakyatnya, dan menghormati ulama. Beliau juga dikenal sebagai figure sultan yang ulama, dan ulama yang sultan. Kecenderungan keilmuan sang sultan adalah fiqih dan tasawuf.

Di antara guru-guru utama Syekh Idrus Buton adalah kakeknya sendiri, yaitu Syekh Sultan Qôimuddîn al-Kabîr (w. 1788), juga Syekh Muhammad Sunbul al-Makkî (w. ?), seorang ulama besar Makkah yang datang ke Kesultanan Buton dan mengajar di sana.

Besar kemungkinan Syekh Idrus Buton juga menjadi murid Syekh ‘Abd al-Shamad ibn ‘Abd al-Rahmân al-Jâwî al-Falambânî (dikenal dengan Syekh Abdul Shamad Palembang, w. 1832), kutub utama Nusantara pada zamannya. Hal ini diindikasikan dari banyaknya koleksi kitab-kitab karangan Syekh Abdul Shamad Palembang yang menjadi bacaan dan milik Syekh Idrus Buton.

Genealogi intelektual dan transmisi keilmuan (sanad) Syekh Idrus Buton juga menyambung kepada Syekh Muhammad ibn ‘Abd al-Karîm Sammân al-Madanî (w. 1775), guru utama Syekh Abdul Shamad Palembang, lewat jalur Syekh Muhammad ibn Sumbul al-Makkî.

Sanad keilmuan Syekh dari Idris Buton tersebut tergambar sebagai berikut; Syekh Idris Buton dari Syekh Muhammmad ibn ‘Abd al-Karîm dari Syekh Muhammad Sumbul al-Makkî dari Syekh ‘Abd dari Syekh Musthafâ ibn Kamâluddîn al-Bakrî dari Sammân al-Madanî dari Syekh ‘Alî Effendî dari Syekh Musthafâ Effendî al-Adrânarî dari al-Lathîf dari Syekh dari Syekh ‘Umar al-Fuâdî dari Syekh Ismâ’îl al-Jarûnî dari al-Qarâbisyî dari Syekh dari Syekh Halabî al-Sulthânî al-Aqrânî dari Khalîluddîn al-Tawaqqu’î dari Syekh dari Syekh Abû Zakariyyâ al-Syirwanî dari Muhammad al-Anjânî dari Syekh ‘Umar dari Syekh Marâm al-Khalwatî dari Syekh ‘Izzuddîn dari Shadaruddîn dari Syekh Abû Ishâq Ibrâhîm dari Syekh Akhâ Muhammad al-Bilsî dari al-Khalwatî dari Syekh Syihâbuyddîn dari Syekh Rukdunnîn al-Ahrâwî dari al-Kailânî dari Syekh Quthbuddîn al-Abhârî dari Syekh Rukduddîn al-Najjâsî dari al-Thabrîsyî dari Syekh ‘Umar al-Bakrî dari Syekh ‘Abd al-Qâhir Dhiyâuddîn al-Surhâwardî dari? Syekh Junaid dari Syekh Minsyâ al-Nûrî dari Syekh Muhammad al-Dânirî dari? Syekh dari Syekh Ma’rûf al-Karkhî dari Syekh Sirrî al-Siqthî dari al-Baghdâdî? dari Syekh al-Hasan al-Bashrî dari Syekh Habîb al-A’jamî dari Dâwud al-Tâbî? Rasûlullâh SAW. dari Sahabat ‘Ali ibn Abî Thâlib KRW. ?

Syekh Idris Buton meninggalkan banyak karya, baik dalam bidang teologi, yurisprudensi islam, tata negara, dan tasawuf. Mayoritas karya-karya ini ditulis dalam bahasa Arab. Di antara karya-karya tersebut adalah; (1) Raudhah al-Ikhwân fî ‘Ibâdah al-Rahmân, (2) Tahsîn al-Awlâd fî Thâ’ah Rabb al-‘Ibâd, (3) Dhiyâ al-Anwâr fî Tashfiyyah al-Akdâr, (4) Mu’nisah al-Qulûb fî Dzikr wa Musyâhadah ‘Allâm al-Ghuyûb, (5) Tanqiyyah al-Qulûb fî Ma’rifah ‘Allâm al-Ghuyûb, (6) Kasyf al-Hijâb fî Murâqabah al-Wahhâb, (7) Mushbâh al-Râjîn fî Dzikr al-Shalâh wa al-Salâm ‘alâ al-Nabî Syafî’ al-Mudznibîn, (8) Fathur Rahîm fî Tauhîd Rabb al-‘Arys al-‘Adhîm, (9) Durrah al-Ahkâm, (10) Sabîl al-Salâm ilâ Bulûgh al-Marâm, dan lain-lain.

Syekh Idris Buton wafat pada tahun 1851 dan memiliki tiga orang putera, yaitu (1) Sultan Muhammad Isa Buton, (2) Syekh Abdul Hadi Buton, dan (3) Sultan Muhammad Salleh Buton.

A. Ginanjar Sya’ban, khadim Pusat Kajian Islam Nusantara (PKIN) Pascasarjana Islam Nusantara UNU Indonesia, Jakarta



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Senin, 30 April 2012

Fatayat NU Lasem Gelar Konferensi Cabang

Lasem, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Fatayat NU Lasem menggelar Konferensi Cabang yang diselenggarakan di Gedung LP Ma’arif NU Lasem Jl. Sunan Bonang Km 1 o. 87, Ahad, 16 Juni 2013. 

Acara dihadiri delegasi dari seluruh Pimpinan Ranting se-Lasem.  Hadir dalam pembukaan Ketua Wakil Bupati Rembang H Abdul Hafidz, PCNU Lasem, PW Fatayat NU Jateng Khizanaturromah, PC Muslimat NU Lasem, PC IPNU-IPPNU Lasem, MWC NU Lasem, Organisasi Wanita Rembang, Istri Ketua DPRD Rembang, para sesepuh Cabang Lasem dan para tamu undangan lainya.

Fatayat NU Lasem Gelar Konferensi Cabang (Sumber Gambar : Nu Online)
Fatayat NU Lasem Gelar Konferensi Cabang (Sumber Gambar : Nu Online)

Fatayat NU Lasem Gelar Konferensi Cabang

Dalam pembukaan tersebut Ketua Fatayat NU Lasem Hj Durrorun Nafisah menyampaikan telah banyak kegiatan yang dilaksanakan selama 5 tahun kepemimpinan, terutama yang berhubungan dengan pemberdayaan perempuan, meliputi penguatan kemandirian  ekonomi dengan meningkatkan kewirausahaan perempuan, modernisasi pengelolaan keuangan organisasi dalam bentuk koperasi bersama dan lainnya.

Sang Pencerah Muslim

“Kami berharap landasan yang telah kita buat bersama dapat lebih ditingkatkan agar peran Fatayat semakin dalam dirasakan oleh masyarakat, makin mandiri, sejahtera, kompetitif, dengan tidak meninggalkan nilai-nilai akhlak mulia dan aswaja. Apakah gunanya sebuah kesuksesan, jika hanya meresahkan mesyarakat dan kurang dirasakan manfaatnya,” katanya.

PW Fatayat NU Jateng menyampaikan terdapat dua tugas penting yang harus dijalankan, pertama, Fatayat NU merupakan kader yang akan meneruskan perjuangan NU, kedua Fatayat NU merupakan organisasi agama, sebagai  gerakan perempuan yang bisa mengentaskan masalah perempuan di Indonesia khususnya di Lasem, diantaranya diskriminasi dalam pelayanan publik, masalah reproduksi/kesehatan dan lain sebagainya. Kader Muda Fatayat mempunyai kewajiban mengentaskan masalah-masalah tersebut.

Sang Pencerah Muslim

“Dalam Fatayat kita mencari saudara bukan mencari musuh,” katanya.

PCNU Juga menyampaikan bahwa tradisi NU seperti tahlil, manaqib, shalawat akan terus berkembang bilamana Fatayat NU juga menjalankannya, dan intinya orang NU harus kenal NU.

Wakil Bupait Rembang. Abdul Hafidz yang sekaligus membuka acara memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas peran yang telah telah dijalankan Fatayat NU Lasem,

“Ambillah peran yang bisa mensinergikan program Fatayat,” katanya.

Selain itu PC Fatayat NU juga memberikan apresiasi khusus kepada seluruh PAC Fatayat NU se-cabang Lasem bagi yang mempunyai prestasi, diantaranya prestasi administrasi terbaik, rekrutmen anggota terbaik dan partisipan terbaik.

Dalam konferensi kali ini, Hj, Durrotun Nafisah terpilih menjadi ketua untuk yang kedua kalinya. Karena tidak ada calon lain, maka pemilihan ketua dilakukan secara aklamasi.

Redaktur     : Mukafi Niam

Kontributor : Akhmad Sayuti

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 22 April 2012

NU dan Nasionalisme Baru

Oleh Syaiful Arif

Sebagai organisasi yang lekat dengan komitmen kebangsaan, Nahdlatul Ulama (NU) tak lepas membawa spirit ini, salah satunya tersirat pada Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur Agustus 2015 lalu. Pertanyaannya, seberapa kontekstual spirit tersebut menghadapi absurditas politik di negeri yang tak juga lepas dari kesemuan demokrasi?

Di manakah spirit kebangsaan pada Muktamar ke-33 NU kemarin? Tentu dalam koherensi logis dari tema muktamar: Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia. Nilai kebangsaan menjadi koherensi dari corak kultural Islam Nusantara. Bagaimana penjelasannya?

Mark Woodward dalam Java, Indonesia and Islam menemukan koherensi ini, dalam keterkaitan antara "Islam kebudayaan" dan "Islam kebangsaan". Koherensi ini ia temukan dalam hubungan antara pribumisasi budaya dan kontekstualisasi politik. Artinya, pribumisasi Islam ke dalam budaya menjadi conditio sine qua non bagi kontekstualisasi Islam ke dalam sistem politik modern (Woodward, 2011:67).

NU dan Nasionalisme Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
NU dan Nasionalisme Baru (Sumber Gambar : Nu Online)

NU dan Nasionalisme Baru

Islam Nusantara, yang merupakan realitas historis-kultural, hasil pribumisasi Islam ke dalam budaya Nusantara, menyediakan kondisi kultural bagi terbentuknya nasionalisme NU. Ini terjadi karena pribumisasi -manifestasi ajaran Islam melalui budaya lokal- telah meleraikan ketegangan agama dan budaya, yang tidak dialami oleh puritanisme Islam. Bagi yang terakhir ini, agama senantiasa dibenturkan dengan budaya, sehingga melahirkan perjuangan simbolis: penegaran simbol Islam atas budaya dan sistem politik liyan.

Bagi NU yang telah meleraikan ketegangan antara agama dan budaya; perjuangan Islam menjadi substantif. Maka syariat Islampun didekati terutama dari tujuan (maqashid al-syariah) dan prinsip dasarnya (mabadi al-syariah). Inti nilainya terdapat pada kemaslahatan serta moderatisme (wasathiyyah) yang memungkinkan NU mewujudkan cita bukan dari idealisme, melainkan realisme. Artinya, dalam mewujudkan tujuan syariah, kaum tradisionalis ini berangkat dari realitas, baik realitas budaya maupun kenegaraan Indonesia. Ini yang membentuk Islam Nusantara yang menjadi basis-struktur bagi supra-struktur Islam Indonesia.

Dengan demikian, wacana Islam Nusantara menandai proses kembali ke akar nasionalisme NU karena corak kebangsaan organisasi ini dibentuk oleh pendekatan dakwahnya yang bersifat sosio-kultural. "Yang kultural" ini berbasis pada corak keislaman Nusantara.

Sang Pencerah Muslim

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan bagus mendefinisikan corak sosio-kultural NU ini. Menurutnya, gerakan NU bersifat sosial karena ia menginginkan perubahan struktur sosial menuju masyarakat berkeadilan. Hanya saja, berbeda dengan gerakan sosio-politik yang memakai strategi politik (pendirian Negara Islam), NU menggunakan strategi kultural melalui dua langkah. Pertama, pemijakan atas nilai-nilai budaya masyarakat. Kedua, menggunakan modal budaya masyarakat terutama komunitas, lembaga dan asiosiasi kulturalnya. Hal ini dilakukan Gus Dur melalui gerakan pengembangan masyarakat berbasis pesantren dekade 1980. Dalam hal ini, pesantren adalah modal budaya masyarakat yang dijadikan basis pengembangan ekonomi berdasar nilai-nilai Islam yang berkembang di pesantren.

Pengembangan masyarakat melalui pesantren ini lebih mempertanyakan struktur politik yang timpang, daripada bentuk negara NKRI. Oleh karenanya, lawan strukturalnya adalah pembangunan developmentalistik Orde Baru, bukannya negara republik yang hendak diganti dengan Negara Islam.

Fase Nasionalisme

Sang Pencerah Muslim

Seperti diketahui, nasionalisme NU memang dibentuk di dalam muktamar atau Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama. Pertama, pengakuan wilayah Nusantara sebagai dar al-Islam (wilayah Islam) pada Muktamar ke-11 di Banjarmasin (1936).

Ini mafhum diketahui, di mana NU menetapkan wilayah Nusantara yang saat itu dikuasai pemerintah kolonial Belanda, sebagai dar al-Islam. Pemaknaan dar al-Islam bukan sebagai negara Islam (daulah Islamiyyah), melainkan wilayah Islam, telah menumbuhkan nasionalisme karena NU mengakui Nusantara sebagai tanah kaum Muslim. Karena status keislaman ini, Hadlratus Syeikh Hasyim Asyari mengeluarkan Resolusi Jihad pada Oktober 1945. Membela tanah air dari penjajahan, fardlu ain hukumnya.

Kedua, afirmasi atas pembentukan negara-bangsa (nation-state) Indonesia, bukan negara Islam. Ini terjadi pada keterlibatan Kiai Wahid Hasyim pada Sidang BPUPKI-PPKI 1945. Ketiga, penahbisan Presiden Republik Indonesia (RI) sebagai pemimpin dalam keadaan darurat yang memiliki otoritas (waly al-amri al-dlaruri bi al-syaukah) melalui Munas Alim Ulama di Cipanas (1954). Disebut darurat, karena presiden RI tidak sepenuhnya sah menurut fikih Sunni, sebab tidak memenuhi syarat sebagai khalifah dunia Islam. Namun secara konstitusional, ia memiliki kekuasaan sehingga sah menerapkan syariah Islam, terutama penunjukan wali hakim dalam pernikahan Muslim. Melalui penahbisan ini, pemerintah RI sah secara syari.

Keempat, pembelaan Demokrasi Pancasila sebagai pilihan otentik dibanding Demokrasì Terpimpin, liberal dan komunis pada Muktamar ke-24 di Bandung (1967). Kelima, penerimaan atas Pancasila pada Munas Alim Ulama di Situbondo (1983). Serta keenam, Maklumat Penyelamatan NKRI dan Pancasila dari fundamentalisme agama dan pasar pada Harlah ke-85 NU (2011).

Sosio-Nasionalisme

Hanya saja segenap fase kebangsaan ini terhenti pada legitimasi Islam atas nasionalisme dalam rangka bentuk negara. Hal ini bisa dipahami sebab NU berkepentingan menjaga NKRI dari delegitimasi radikalisme Islam. Akan tetapi di masa ketika reformasi politik telah berjalan meninggalkan nasionalisme paska-kolonial; nasionalisme NU perlu diperbarui demi demokratisasi yang makin substantif. Untuk hal ini perlu dilakukan beberapa hal.

Pertama, pendalaman nasionalisme menuju apa yang Soekarno sebut sebagai sosio-nasionalisme. Dalam kerangka ini, nasionalisme bukan hanya pembelaan atas bangunan negara-bangsa. Melainkan perwujudan tujuan pendirian negara yang oleh Pancasila diarahkan menuju keadilan sosial.

Kedua, transformasi pemikiran politik Sunni klasik, menuju politik NU yang berpijak pada konsep politik kontemporer. Ini sebenarnya potensial, sebab pendekatan maqashid al-syariah menempatkan politik sebagai res publica (kebaikan publik). Dengan potensi ini, pemikiran politik NU sejajar dengan teori republikanisme, yang membangkitkan kembali ontologi politik di tengah demokrasi prosedural manipulatif.

Pada titik ini, Muktamar ke-33 kemarin sebenarnya menawarkan warna baru dalam tradisi demokrasi melalui pemilihan Rais Aam berdasarkan musyawarah dewan ulama tertinggi (ahlul halli wal aqdi). Ini dilakukan untuk menghindari politisasi yang terjadi dalam pemungutan suara (voting). Dengan demikian, NU telah mengawali transformasi demokrasi dari majoritarianisme kepada syura (musyawarah). Satu hal yang diidealkan oleh prinsip permusyawaratan Pancasila.

Hanya saja warna baru demokrasi di kalangan nahdliyin ini akan terhenti pada pemilihan pemimpin (nashb al-imamah), jika tidak dibarengi dengan pendalaman nasionalisme di atas. Dua agenda mendasar menanti. Pertama, penguatan etos kewarganegaraan, terutama di kalangan umat Islam. Kedua, radikalisasi demokrasi dalam bentuk penguatan demokrasi partisipatoris menuju perwujudan res publica. Jika tidak, nasionalisme NU hanya terhenti di mimbar dakwah, namun abai dengan ketidakadilan struktural yang menjadi nasib keseharian negeri ini.

 

* Penulis adalah Dosen Pascasarjana Islam Nusantara STAINU Jakarta

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh, Ahlussunnah, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 18 Maret 2012

GP Ansor Desak Presiden Evaluasi Kinerja Menteri Pertanian

Jakarta, Sang Pencerah Muslim



Ketua Bidang Pertanian, Kedaulatan Pangan dan ESDM Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Adhe Musa Said prihatin melihat nasib petani yang cenderung tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu.?

Hal tersebut disampaikan Adhe Musa Said di Kantor GP Ansor, Jakarta, pada Diskusi Refleksi Akhir Tahun Gerakan Pemuda Ansor dalam menyikapi kebijakan Kementerian Pertanian Selasa, (19/12).

GP Ansor Desak Presiden Evaluasi Kinerja Menteri Pertanian (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Desak Presiden Evaluasi Kinerja Menteri Pertanian (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Desak Presiden Evaluasi Kinerja Menteri Pertanian

Menurutnya, kinerja Kementerian Pertanian jauh dari harapan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejah teraan petani.?

“Kementerian Pertanian era Jokowi-JK terkesan hanya meneruskan kebijakan pemerintahan sebelumnya, yang berputar-putat pada wilayah yang sama dan tidak membawa dampak signifikan pada perubahan wajah pertanian tanah air, maupun kesejahteraan petani," terang Adhe.?

Sang Pencerah Muslim

Ia menilai, sektor pertanian memiliki peran strategis dalam menopang pembangunan perekonomian nasional jika pemerintah memiliki konsen yang tinggi pada wilayah ini. Tapi ia melihat, pemerintah lewat Kementerian Pertanian terkesan tidak serius untuk memacu sektor pertanian.

"Pemerintahan saat ini tidak serius mengurusi pertanian. Lihat saja tidak ada kebijakan Kementerian Pertanian yang mengupayakan penyediaan lahan yang subur lewat pupuk yang baik, penyediaan benih yang bagus, dan penyediaan pasar untuk menampung hasil pertanian dengan baik pula agar petani sejahtera. Bahkan yang terjadi petani malah mulai kehilangan generasi, karena sektor ini dianggap tidak menjamin dalam memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga," papar Adhe.?

Adhe menyesalkan, kebijakan Kementerian Pertanian terlihat hanya fokus pada tiga komoditi seperti padi, jagung dan kedelai semata. Sedangkan bumi Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi tinggi namun tidak tersentuh dan cenderung terabaikan.?

Sang Pencerah Muslim

"Jika hanya fokus pada tiga komoditi pertanian semata, ya jangan heran jika Indonesia akan terus dibanjiri impor komoditi pertanian dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri," lanjut Adhe.?

Ia menambahkan, pemerintah seharusnya sadar, lebih dari 60 persen produsen pangan di negara ini adalah petani kecil yang memiliki luas lahan di bawah 1 hektar. Jika pemerintah tidak memikirkan ini, petani yang memiliki lahan terbatas hanya menjadi penonton program bagi-bagi benih dan pupuk yang nilainya trilyunan rupiah. Ia khawatir, program pupuk bersubsidi senilai Rp 30,063 triliun akan membuka peluang untuk penyelewengan. Begitu juga dengan pengadaan mesin pertanian Rp 360 miliar pra panen dan Rp 8,32 miliar pasca panen, berpotensi salah sasaran. Serta pencetakan sawah Rp 1,76 triliun yang menyebabkan kerusakan ekologis.

"Menteri Pertanian hanya meneruskan kebijakan menteri pertanian sebelumnya yang selalu menihilkan peran petani untuk menggeser pola produksi pertanian dari orientasi subsisten ke bisnis," kata Adhe. Ade menghimbau, sebaiknya kembalikan pola konsolidasi petani cukup sampai kelompok tani. Pemerintah harus mengevaluasi diri, jika dianggap tidak layak sebaiknya Presiden melakukan reshufle Menteri Pertanian.?

"Mengurusi pertanian tidak boleh terkesan main-main. Jika tidak dapat menjalankan amanat Presiden Jokowi yang tercantum dalam visi nawacita, sebaiknya Presiden mengganti Menteri Pertanian dengan figur baru yang memiliki visi lebih baik untuk pertanian," tutup Adhe. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Tegal Sang Pencerah Muslim

Jumat, 07 Oktober 2011

Lomba Esai NU-santara 2015 Masuk Tahap Penjurian

Bogor, Sang Pencerah Muslim. Gelaran acara Nahdlatul Ulama-Science and Cultural Art Olympiad (NU-santara) 2015 yang diadakan KMNU Nasional makin mendekati acara puncak. Beberapa perlombaan yang digelar telah masuk tahap penjurian, salah satu di antaranya adalah lomba esai yang pendaftarannya sudah ditutup pada 2 Oktober lalu. 

Lomba Esai NU-santara 2015 Masuk Tahap Penjurian (Sumber Gambar : Nu Online)
Lomba Esai NU-santara 2015 Masuk Tahap Penjurian (Sumber Gambar : Nu Online)

Lomba Esai NU-santara 2015 Masuk Tahap Penjurian

Lomba esai NU-santara 2015 diikuti oleh mahasiswa dari 10 PTN/PTS di Indonesia. Pendaftar lomba esai NU-santara 2015 ini berasal dari berbagai universitas di Jawa Barat, Jakarta, sampai Jawa Tengah.

Umam selaku ketua panitia mengharapkan kader-kader muda NU khususnya mahasiswa dapat memberikan sumbangsih bagi dunia kepenulisan dan keilmuan di Indonesia, selain itu kegiatan ini bertujuan untuk mengapresiasi prestasi para mahasiswa Nahdlatul Ulama.

Sang Pencerah Muslim

Tema Lomba Esai NU-santara 2015 adalah “Akselerasi Kemajuan Indonesia Melalui Iptek yang Selaras dengan Kearifan Lokal”. Tema tersebut diikuti beberapa subtema tentang inovasi pengelolaan komoditas lokal untuk mewujudkan ketahanan pangan, inovasi lingkungan untuk penanggulangan pencemaran, sumber energi terbarukan untuk mencegah krisis energi, dan peningkatan sistem pembelajaran untuk memajukan pendidikan di Indonesia. 

Sang Pencerah Muslim

Saat ini, lomba esai telah masuk pada tahap penjurian. Juri lomba esai NU-santara 2015 ini antara lain Savic Ali (Pimred NU-Online), Syarif Nurhidayat SH, MH (Dosen Fakultas Hukum UII) dan Anfasul Marom S.HI, MA (Dosen UIN Sunan Kalijaga). 

Tiga besar lomba esai akan diumumkan pada 9 Oktober 2015 di website nu-santara.kmnu.or.id dan akan diundang untuk menerima penganugerahan juara 1, 2, dan 3 di Seminar Budaya dan Kontempelasi Budaya pada tanggal 18 Oktober 2015 di Auditorium Toyib Hadiwijaya Institut Pertanian Bogor. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pahlawan, Ahlussunnah, Nasional Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock