Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Agustus 2017

Wapres: Ulama Salah Berikan Fatwa, Agama Jadi Dasar Radikalisme

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan, jika ulama salah memberikan fatwa dalam berdakwah, bukan tidak mungkin agama bisa menjadi dasar atau alasan radikalisme. Akibatnya, aksi kekerasan dan perusakan tak dapat dihindarkan.

Wapres mengatakan hal itu saat membuka Musyawarah Kubro Nasional Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu?tabaroh An-Nahdliyyah (Jatman) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Sabtu (28/6).

Wapres: Ulama Salah Berikan Fatwa, Agama Jadi Dasar Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)
Wapres: Ulama Salah Berikan Fatwa, Agama Jadi Dasar Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)

Wapres: Ulama Salah Berikan Fatwa, Agama Jadi Dasar Radikalisme

Menurut Wapres, agama dapat menjadi alat pemersatu bangsa. Tapi, hal itu akan terjadi jika ajaran agama dipahami dengan baik oleh para umatnya. Tidak demikian bila yang terjadi justru sebaliknya.

Sang Pencerah Muslim

"Kita lihat suasana di berbagai tempat, karena alasan agama menjadi radikal. Orang menghukum dengan paham duniawi," terang Wapres di hadapan sekira 500 ulama ahli tarekat Nahdlatul Ulama (NU) itu.

Ia meminta agar para tokoh alim ulama bisa meredam kemungkinan munculnya aksi kekerasan dengan memberikan pemahaman yang baik tentang agama dengan cara yang benar.

Sang Pencerah Muslim

Ulama tarekat, menurut Mantan Mustasyar PWNU Sulawesi Selatan ini memiliki keseimbangan dalam pengelolaan hati, akal dan perbuatan.

"Dalam musyawarah ini, mari kita amalkan thariqah (tarekat) bagi hubungan sesama manusia dengan cara yang islah dan damai. Ini fungsi pertemuan ini, bagaimana cara menyebarkan ajaran dengan baik," tegas Wapres.

Jatman merupakan satu-satunya organisasi yang bisa menyatukan tarekat di dunia. Di negara-negara lain, tarekat berdiri sendiri-sendiri berdasarkan aliran yang dianutnya.

“Para ulama dari Maroko dan Tunisia pada bertanya, kok, bisa menyatukan Naqsabandiyah dan Tijaniyah. Di sana semuanya berdiri sendiri-sendiri,” kata Ketua Panitia Pelaksana acara tersebut, KH Yusuf Khumaidi, beberapa waktu lalu.

Keberadaan Jatman, telah menginspirasi para penganut tarekat di sejumlah negara di Timur Tengah untuk membuat organisasi yang sama. Mereka telah bertemu dengan Rais Aam Jatman Habib Lutfi bin Ali bin Yahya untuk mengetahui konsep pengorganisasian jamaah tarekat.

“Kita juga berupaya mengembangkan jaringan ini ke luar negeri yang akan dibahas dalam munas ini,” ujarnya.

Tarekat yang tergabung dalam Jatman meliputi tarekat muktabarah yang mencakup sebanyak 40 aliran tarekat yang para mursyidnya memiliki garis keturunan dengan Rasulullah. Tarekat ini dianggap sesuai ajaran Islam, bukan merupakan aliran sinkretisme dengan budaya lokal. (okz/mkf/rif)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Anti Hoax, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 21 Juli 2017

Ada Indikasi Surat Penipuan, Kemnaker Imbau Masyarakat Hati-hati

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Baru-baru ini beredar surat yang mengatasnakaman pejabat Kemnaker yang isinya berupa undangan bimbingan teknis pemberian bantuan peralatan pelatihan tahun 2018.

Kemnaker menyatakan surat tersebut adalah penipuan. Demikian rilis yang Sang Pencerah Muslim terima, Selasa (21/11).

Ada Indikasi Surat Penipuan, Kemnaker Imbau Masyarakat Hati-hati (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Indikasi Surat Penipuan, Kemnaker Imbau Masyarakat Hati-hati (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Indikasi Surat Penipuan, Kemnaker Imbau Masyarakat Hati-hati

Sehubungan dengan hal tersebut, Kemnaker mengimbau kepada masyarakat apabila menerima Surat Undangan yang berindikasi penipuan tersebut agar melaporkan, melakukan klarifikasi dan konfirmasi kepada Kementerian Ketenagakerjaan.? (Red: Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Budaya, Lomba Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Minggu, 04 Juni 2017

Pondok Pesantren dan Sanad Keilmuan Islam Nusantara

Pondok Pesantren dalam pendidikan Islam sejak zaman dahulu mempunyai peran signifikan. Belakangan ini di tengah tantangan global, sekurangnya pesantren mempunyai peran penting pada tiga hal.

Pertama, untuk pendidikan agama/akhlak (tafaqquh fiddin); kedua, penguatan agama dan bahasa Asing (modern); ketiga, persiapan kompetisi global dengan dunia Barat (Islam dan sains).?

Pondok Pesantren dan Sanad Keilmuan Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
Pondok Pesantren dan Sanad Keilmuan Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

Pondok Pesantren dan Sanad Keilmuan Islam Nusantara

Satu hal yang acapkali dilupakan orang tua atau wali para santri/peserta didik adalah sanad (jaringan) keilmuan dalam pendidikan (pembelajaran) Islam hingga sebuah pesantren itu masih tetap berdiri dan berlangsung. Tentu saja, hal itu hanya berlaku bagi pesantren yang berusia cukup tua.

Berkaitan dengan itu, penulis punya pengalaman menarik, yang penulis temukan pada saat ikut dalam rombongan kegiatan Anjangsana Islam Nusantara Program Pascasarjana Magister STAINU Jakarta pada 23-28 Januari 2016 di Pulau Jawa.?

Khususnya ketika silaturahim di beberapa pondok pesantren, yaitu di Kanzus Shalawat Pekalongan (Habib Luthfi), At-Taufiqy Wonopringgo Pekalongan (Kiai Taufiq), Kaliwungu Kendal (Kiai Dimyati Rois), Raudlatut Thalibin Rembang (Kiai Mustofa Bisri/Gus Mus), Al-Anwar Rembang (Kiai Maemun Zubair, Mbah Mun), Amanatul Ummah Pacet Mojokerto (Kiai Asep Saifuddin Chalim), Tebuireng (Gus Sholah) dan Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (Kiai Nadjib Abdul Qadir).

Sang Pencerah Muslim

Dari pesantren-pesantren di atas, semuanya mempunyai silsilah (sanad) keilmuan yang jelas dengan ulama-ulama di Nusantara, wabil khusus keterkaitannya dengan para pendiri Nahdlatul Ulama. Tulisan tangan atau naskah kuno juga menjadi bukti lain dari sanad keilmuan tersebut.?

Sebagai contoh salah satunya, pesantren Amanatul Ummah milik Kiai Asep Saifuddin Chalim. Sebelum mendirikan pesantren yang sangat modern dari sisi pengelolaan dan materi pendidikannya, Kiai Asep ini adalah salah satu putra Kiai Abdul Chalim Leuwimunding Majalengka, Jawa Barat, Kiai Chalim pernah nyantri dengan Hadlratussyekh Hasyim Asy’ari dan berguru kepada Kiai Wahab Hasbullah.

Pesantren Amanatul Ummah adalah di antara sedikit pesantren NU yang telah mendesain sejak awal untuk menyongsong peradaban pendidikan global dengan tetap pada tradisi NU, mulai dari Aswaja hingga keindonesiaan-nya. Tradisi tahqiq (filologis) juga dikenalkan sejak dini, hampir setiap hari oleh para pengasuhnya.?

Oleh karena itu, apabila para alumninya yang telah belajar di perguruan tinggi ternama di Indonesia seperti UGM, UI, UNDIP, UIN, maupun di Eropa, Amerika, Asia, Timur Tengah, dan negara-negara lain, sudah dapat dipastikan mempunyai jalur sanad keilmuana Islam Nusantara. Hal itu tidak perlu diragukan lagi.

Sang Pencerah Muslim

Sanad keilmuan melalui pesantren semacam itu sangat penting saat ini di tengah budaya pragmatisme umat yang hanya belajar melalui google tanpa mau belajar langsung dengan para kiai atau guru yang mempunyai sanad keilmuan yang tersambung dengan Nabi Muhammad SAW.?

Di situlah salah satu pentingnya memilih pesantren yang mempunyai sanad keilmuan yang jelas, bukan semata-mata hanya untuk kepentingan kompetisi global, tetapi juga tafaqquh fiddin tetap dijaga.

Mahrus EL-Mawa, Wakil Ketua PP LP Maarif NU, Koordinator Diklat Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Jakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Budaya Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 03 Juni 2017

Kiswah Ramadhan, Aswaja NU Centre Probolinggo Layani Masalah Aqidah dan Syariah

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim - Pengurus Cabang Aswaja NU Center (Asnuter) Kabupaten Probolinggo bekerja sama dengan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kuripan membahas hubungan aqidah, syariah, dan akhlaq di Pendopo Kecamatan Kuripan, Sabtu (11/6) malam. Asnuter dalam Ramadhan ini tetap memberikan dampingan perihal keaswajaan kepada nahdliyin.

Kegiatan Kiswah Ramadhan ini diikuti oleh sekitar 100 orang terdiri atas pihak Forkopimka, pengurus MWCNU dan PRNU se-Kecamatan Kuripan, pengurus Asnuter, pengurus cabang lembaga dan badan otonom (banom) NU se-Kabupaten Probolinggo.

Kiswah Ramadhan, Aswaja NU Centre Probolinggo Layani Masalah Aqidah dan Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiswah Ramadhan, Aswaja NU Centre Probolinggo Layani Masalah Aqidah dan Syariah (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiswah Ramadhan, Aswaja NU Centre Probolinggo Layani Masalah Aqidah dan Syariah

Pembicara dalam kegiatan ini Ustadz Fathurrozi Amien, aktivis, dan pemerhati pendidikan, dan Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH. Abdul Hadi Saifullah selaku pembina Asnuter Kabupaten Probolinggo.

Sang Pencerah Muslim

Ketua Aswaja NU Center Kabupaten Probolinggo Teguh menyambut gembira kegiatan ini dengan harapan bisa memberikan warna bagi Nahdliyin untuk tetap kokoh dalam pelaksanaan aqidah dan syariah Islam sehingga mampu mewujudkan akhlaq mulia dalam kehidupannya sehari-hari.

“Di mana kesemuanya merupakan pengejawantahan iman, islam dan ihsan. Ketiganya tidak bisa dipisahkan satu dari yang lain. Karena antara aqidah, syari’ah dan akhlak selalu ada keterkaitan,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Teguh, aqidah merupakan pegangan seorang muslim dalam meyakini dan mengimani Allah SWT dan Islam. Syari’ah sebagai jalan, aturan dan tindakan konkret berupa ibadah kepada Allah SWT. Setelah meyakini dan terbentuknya aqidah yang benar. Sementara akhlaq merupakan perilaku, kebiasaan dan budi pekerti sebagai aplikasi aqidah dan syari’ah dalam kehidupan sehari-hari.

“Semoga kegiatan ini bisa menambah kokoh dan kuatnya keimanan dan keislaman kita serta mampu terwujud dalam ihsan yang kokoh,” harapnya.

Kegiatan ini juga diisi dengan sesi dialog dan tanya jawab yang dilakukan seputar tema yang sedang menjadi pembahasan. Dialog sendiri disambut dengan sangat antusias oleh seluruh pengurus NU baik MWCNU maupun PRNU se-Kecamatan Kuripan. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Budaya, Pondok Pesantren Sang Pencerah Muslim

Rabu, 31 Mei 2017

Gus Dur: Indonesia Takut pada AS Soal Sanksi Iran

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyesalkan sikap dukungan pemerintah Indonesia atas sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) terhadap Iran. Menurutnya, sikap tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Indoensia takut pada Amerika Serikat (AS).

Gimana mau konsisten kalau masih takut sama ndoro (Jawa: majikan). Indonesia itu takut sama ndoro-nya (Amerika Serikat, Red),” kata Gus Dur kepada wartawan usai menerima kunjungan anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta (27/3)

Pemerintah Indonesia bersama 15 anggota DK PBB lainnya menyepakati rancangan resolusi yang dirumuskan Inggris, Prancis dan Jerman. DK PBB melalui Resolusi 1747 yang disepakati pada Ahad (25/3) lalu itu menjatuhkan sanski pada Iran terkait program nuklirnya.

Gus Dur: Indonesia Takut pada AS Soal Sanksi Iran (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur: Indonesia Takut pada AS Soal Sanksi Iran (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur: Indonesia Takut pada AS Soal Sanksi Iran

Resolusi itu memperluas sanksi atas Iran yang ditetapkan pada Desember 2006 dalam Resolusi 1737. Di antara isi Resolusi 1747 adalah larangan secara menyeluruh ekspor senjata Iran maupun pembatasan penjualan senjata ke Iran. Isi resolusi juga membekukan aset milik 28 lembaga atau perorangan yang berhubungan dengan program nuklir dan rudal Iran.

Iran juga dibatasi untuk memperoleh bantuan keuangan. DK PBB memberi batas waktu 60 hari setelah resolusi agar Iran menghentikan program nuklirnya. Jika diabaikan, DK PBB bisa mengambil langkah yang lebih pantas berupa sanksi ekonomi, bukan militer.

Ditambahkan Gus Dur, selain takut pada AS, sikap pemerintah Indonesia yang mendukung penjatuhan sanksi tersebut juga merupakan bentuk ketidakkonsistenan. Karena, saat Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad berkunjung ke Indonesia pada 2006 silam, pemerintah dan rakyat Indonesia mendukung penuh pengayaan uranium di negeri Kaum Mullah itu.

Sang Pencerah Muslim

Dengan demikian, imbuh mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu, nama baik Indonesia di mata dunia internasional, khususnya negara-negara Islam, akan hancur. Indonesia, ujarnya, tak akan dihormati oleh bangsa lain akibat ketidakkonsistenan tersebut.

Sang Pencerah Muslim

“Indonesia tidak punya sikap konsisten. Kalau begitu, Indonesia tidak akan dihormati orang (negara dan bangsa) lain. Kehormatan itu kuncinya kan konsistensi sikap,” pungkas Ketua Umum Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa itu.

Oleh karena itu, ia sangat mendukung jika ada wacana dari DPR yang akan melakukan interpelasi kepada pemerintah dalam persoalan dukungan sanksi DK PBB pada Iran. “Kalau mau interpelasi, mestinya tidak hanya soal Iran, tapi semua soal,” tandasnya. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Budaya Sang Pencerah Muslim

Minggu, 29 Januari 2017

Khotbah Berisi Hujatan dan Provokasi Bukan Ajaran Islam

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi mengamati khotbah Juma’t bernada hujatan terhadap suatu kelompok tertentu bukan hal baru. Hanya saja Kiai Masdar menyayangkan, frekuensi khotbah yang bertentangan dengan semangat khotbah itu sendiri, semakin meningkat belakangan ini.

Khotbah Berisi Hujatan dan Provokasi Bukan Ajaran Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Khotbah Berisi Hujatan dan Provokasi Bukan Ajaran Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Khotbah Berisi Hujatan dan Provokasi Bukan Ajaran Islam

“Khotbah Jum’at yang berisi provokasi terhadap umat, bukan hal baru itu. Dari dulu ada memang beberapa khotib yang menyampaikan hasutan-hasutan. Semua itu bertentangan dengan ajaran Islam,” kata Kiai Masdar kepada Sang Pencerah Muslim, Jumat, (9/1) siang.

Kiai Masdar lalu menyebutkan sejumlah tugas para khotib dalam berkhotbah. Menurutnya, kewajiban mereka yang paling mendasar sekali ialah mengerti syarat untuk menjadi seorang khotib. Berikutnya, mereka mesti memahami betul rukun dan hal-hal yang membatalkan khotbah.

Sang Pencerah Muslim

“Setelah itu, tugas para khotib memberikan penyadaran kepada umat, menyebarkan bibit-bibit perdamaian. Ajaklah umat kepada hal-hal positif. Jangan sampai menyulut kebencian atau konflik. Ini sudah di luar jalur,” tegas Kiai Masdar.

Ketika ditanya perihal intrupsi terhadap khotbah berisi hujatan, Kiai Masdar menyatakan, “Intrupsi itu memang kurang lazim di kalangan masyarakat kita.” Baiknya ditegur dengan baik selepas sembahyang Jumat.

Sang Pencerah Muslim

Pernyataan Kiai Masdar ini merupakan tanggapan terhadap isu intrupsi khotbah yang kini ramai diperbincangkan di media massa. Isu ini mengemuka ketika diangkat Sang Pencerah Muslim dalam rubrik Bahtsul Masail pada akhir Juli 2014 lalu. Baca selengkapnya di alamat situs Sang Pencerah Muslim http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,59-id,53576-lang,id-c,bahtsul+masail-t,Bolehkah+Menginterupsi+Khutbah+Jum%E2%80%99at+-.phpx. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Kyai Sang Pencerah Muslim

Kamis, 12 Januari 2017

Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud

Oleh Amin Mudzakkir

Belakangan ini politik Indonesia diramaikan oleh kontroversi Perppu Nomor 2/2017 tentang organisasi kemasyarakatan. Beberapa kalangan menolaknya karena dianggap mengancam kebebasan, namun beberapa kalangan lainnya mendukung total. Di antara organisasi masyarakat sipil yang paling lantang menyuarakan dukungannya adalah Nahdlatul Ulama (NU).

Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud (Sumber Gambar : Nu Online)
Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud (Sumber Gambar : Nu Online)

Membaca Kepentingan NU di Balik Polemik Perppu dan Permendibud

Bagi NU, Perppu tersebut penting diterbitkan mengingat urgensinya. Intoleransi keagamaan sudah sangat mengkhawatirkan dan negara selama ini justru terlihat membiarkan. NU melihat negara membutuhkan justifikasi baru agar lebih tegas menggunakan kewenangannya.

Sang Pencerah Muslim

Akan tetapi, tidak lama setelah dukungan itu, NU menolak Permendikbud Nomor 23/2017 tentang hari sekolah. Aturan ini, yang pada tataran publik dikenal sebagai isu full day school, dianggap tidak perlu, apalagi jika diberlakukan secara nasional. Lebih dari itu, aturan tersebut mengancam eksistensi madrasah diniyyah yang banyak kebetulan dikelola oleh warga NU.

Bagaimana kita memahami perilaku NU tersebut? Mengapa mereka bisa mendukung satu kebijakan dan menolak kebijakan lainnya secara serentak? Apa prinsip utama politik mereka?



Bukan Pragmatisme


Sang Pencerah Muslim

Beberapa kalangan melihat perilaku NU sebagai pragmatis, bahkan oportunis. Mereka menuduh NU merupakan organisasi masyarakat Islam yang tidak mempunyai prinsip dalam politik. NU dianggap hanya ikut siapa pun yang berkuasa sejauh menguntungkan dirinya.

Penilaian terhadap NU tersebut jelas keliru. Jika melihat masalahnya secara lebih historis, kita akan segera melihat bahwa perilaku NU selalu didasarkan pada prinsip kebangsaan dan keumatan. NU tidak memisahkan keduanya, tetapi justru berusaha digandengkan dalam satu ikatan.

Prinsip kebangsaan menjadikan nasionalisme sebagai kerangka pokok. Sejalan dengan sekularisme, prinsip ini menganggap bangsa sebagai kolektivitas tertinggi dalam hierarki kenegaraan. Komunitas kultural, termasuk umat, diminta untuk mengintegrasikan diri ke dalam bangsa.

Sementara itu, prinsip keumatan menjadikan agama sebagai dasar dalam memahami realitas. Berbeda dengan sekularisme, prinsip ini percaya agama dan politik tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah sebuah kesatuan.

Masalahnya, kedua prinsip tersebut sering berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya sejarah politik Indonesia mengenal adanya dikotomi antara kelompok nasionalis dan agama (Islam) yang? pada posisi saling berseberangan. Ini muncul, misalnya, dalam debat perumusan dasar negara pada tahun 1945.

Dikotomi tersebut mewariskan prasangka. Seolah-olah kelompok nasionalis tidak religius dan, sebaliknya, seakan-akan kelompok agama tidak nasionalis. Prangsangka ini mewarnai konflik politik Indonesia hingga akhir-akhir ini, termasuk dalam Pilkada Jakarta 2017.



Melampaui Dikotomi


Bagi NU, bangsa dan umat tidak perlu dipisahkan, meski bisa dibedakan. Keduanya membentuk prinsip kembar yang bisa dijadikan patokan negara Indonesia yang multikultural. Persis karena alasan ini NU mendukung perppu tentang ormas, sambil pada saat yang sama menolak permendikbud tentang hari sekolah.

Di tengah gejala intoleransi keagamaan yang semakin meningkat, kehadiran negara sangat dibutuhkan. Secara normatif negara bahkan mempunyai kewenangan menggunakan kekerasan untuk menyelamatkan kehidupan bersama dari kerusakan. Di negara-negara demokrasi, kewenangan tersebut diterjemahkan ke dalam suatu prosedur yang bertanggung jawab.

Berdasarkan pemahaman tersebut, pembubaran organisasi masyarakat yang mengancam keselamatan kehidupan bersama adalah sah. Dalam hal ini, Hizbut Tahrir Indonesia dinilai NU adalah ancaman. Mereka tidak hanya bertujuan mendirikan khilafah? atau negara Islam, tetapi juga menimbulkan perpecahan di lapangan keagamaan. Mereka cenderung mengkafirkan kelompok Islam lainnya, termasuk NU, yang tidak sepaham. Ditinjau dari prinsip kebangsaan dan keumatan, HTI bermasalah.

Sementara itu, permendikbud tentang hari sekolah awalnya merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2017 tentang guru. Dalam kebijakan ini, guru mempunyai beban kerja 40 jam per minggu. Beban ini kemudian diterjemahkan ke dalam beban hari sekolah. Sejujurnya hal ini sangat terkait dengan aspek praktis pembangunan, yaitu pencairan anggaran.

Jadi masalahnya bukan NU versus Muhammadiyah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, yang bersalah dari Muhammadiyah hanya menjalankan peraturan pemerintah. Dia sendiri telah berulang kali menegaskan agar keputusannya dijalankan secara kontekstual. Permendikbud hari sekolah bukan untuk menghancurkan madrasah diniyyah.

Akan tetapi, kenyataan berkata lain. Di daerah-daerah, karena ingin mudah, aturan menteri tersebut dipahami secara tekstual. Beberapa pemerintah lokal mengatakan tidak akan mencairkan anggaran bagi sekolah-sekolah yang tidak memenuhi peraturan tersebut.

Tentu saja NU protes. Para pengelola madrasah diniyah pada umumnya dikelola oleh warga NU terancam bubar. Anak-anak tidak bisa lagi menghadiri madrasah diniyyah karena waktunya tersita di sekolah. Padahal bagi mereka madrasah diniyyah adalah identitas yang tidak mudah dikonversi ke dalam bentuk kegiatan sekolah.

Lebih dari itu, NU menilai bahwa intoleransi keagamaan justru terjadi di sekolah-sekolah umum. Para aktivis Islam radikal, seperti HTI, telah merekrut anggotanya sejak jenjang SMA. Oleh karena itu, semakin lama anak-anak belajar di sekolah, kemungkinan mereka terpapar oleh pemahaman keagamaan yang intoleran semakin besar. Berdasarkan ini NU menganggap permendikbud tentang hari sekolah tidak bisa dibenarkan. Sekali lagi dalam kasus ini NU menggunakan prinsip kebangsaan dan keumatan secara bersamaan.

Dengan demikian sekarang jelas bahwa motivasi dan tujuan politik NU bukan mendukung atau menolak kebijakan pemerintah. Di balik dukungan atau penolakan terdapat dua prinsip pokok, yaitu prinsip kebangsaan dan keumatan. Keduanya adalah panduan normatif untuk melindungi bangsa Indonesia dan umat Islam dari kerusakan.

Penulis adalah Intelektual muda NU, peneliti pada Pusat Penelitian Sumber Daya Regional-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2SDR-LIPI), Jakarta. ?



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nahdlatul, Pendidikan, Budaya Sang Pencerah Muslim

Rabu, 02 November 2016

Selama Ramadhan, Pesantren Tremas Kirimkan 104 Santri Dakwah ke Desa

Pacitan, Sang Pencerah Muslim - Selama bulan Ramadhan, Pesantren Tremas Kabupaten Pacitan menerjunkan sedikitnya 104 santri. Mereka merupakan santri lulusan Madrasah Aliyah Salafiyah Muadalah yang diwisuda sepekan lalu (27/5). Mereka akan melaksanakan tugas wajib Dakwah Bil Hal selama satu bulan penuh.

Mereka disebar ke tiap desa di seluruh wilayah kecamatan di Pacitan dan beberapa daerah di Wonogiri seperti Giritontro, Pracimantoro, Paranggupito, Baturetno, Karangtengah, dan Ngadirojo. Satu santri menempati satu masjid atau mushala. Mereka akan berdakwah di tempat-tempat terpencil yang masih minus pengetahuan agamanya.

Selama Ramadhan, Pesantren Tremas Kirimkan 104 Santri Dakwah ke Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
Selama Ramadhan, Pesantren Tremas Kirimkan 104 Santri Dakwah ke Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

Selama Ramadhan, Pesantren Tremas Kirimkan 104 Santri Dakwah ke Desa

Rais Ma’hadiyah Pesantren Tremas KH Achid Turmudzi mengatakan, para santri dakwah bil hal telah dibekali dengan berbagai keilmuan dan kemampuan sehingga mereka benar-benar siap diterjunkan untuk belajar bermasyarat.

“Karena itu anak-anak harus siap mental. Kepada siapapun harus siap mental. Jangan menjadi orang yang minder,” pesan Kiai Achid saat acara pelepasan program dakwah bil hal, Sabtu (4/6) pagi.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Selama di daerah, mereka akan menjalankan tugas antara lain menjadi imam shalat lima waktu, tarawih, memberikan ceramah dan pengajian, mengurus pelaksanaan zakat fitrah dan bersosialisasi dengan masyarakat. Mereka juga akan melayani pertanyaan masyarakat perihal permasalahan agama.

Lebih luas Kiai Achid mengatakan, melalui program dakwah bil hal ini para santri membawa dua buah misi dari pesantren Tremas, yaitu misi belajar bermasyarakat dan misi mengenalkan dunia pesantren kepada masyarakat luas.

“Selain belajar bermasyarakat, kalian harus ikut menyuarakan dan mengajak kepada masyarakat untuk lebih mengenal pesantren. Kalian harus mendorong masyarakat untuk memasukkan putra-putrinya ke pesantren,” katanya.

Selama berada di tempat Dakwah Bil Hal, pesan Kiai Achid, para santri harus tetap menjaga nama baik pesantren Tremas, dengan selalu bertutur kata yang baik dan berakhlak yang baik.

“Kalau kalian bisa mengajak satu orang saja untuk menjadi baik, maka itu merupakan tiket bagi kalian, dan itu merupakan sebuah keberhasilan,” pungkasnya.

Ketua Panitia Ustadz Joko Margiono mengatakan, program Dakwah bil Hal dimulai sejak tanggal 28 Sya’ban hingga tanggal 2 Syawwal 1437 H. Selama berada di tempat dakwah para santri diminta untuk aktif berkomunikasi dengan tuan rumah dan koordinator masing-masing wilayah dakwah.

“Pesan kami, selalu berkomunikasi yang baik. Sebab mereka belum sepenuhnya mengenal kalian,” jelasnya.

Program wajib Dakwah Bil Hal bagi lulusan pesantren Tremas telah dilakukan sejak awal tahun 2000. Program itu sebagai wahana melatih santri agar kelak dapat benar-benar siap terjun dan mengabdi kepada masyarakat di daerah asal masing-masing.

Tantangan yang sering dihadapi santri antara lain, mereka ditempatkan di sebuah desa yang letak geografisnya jauh dari keramaian, dan? kurangnya sarana transportasi serta komunikasi yang memadai. Namun demikian mereka harus tetap siap menghadapinya. (Zaenal Faizin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya Sang Pencerah Muslim

Kamis, 13 Oktober 2016

Kiai Hasyim Lentur Bergaul dan Teguh Pendirian

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Pagi hari, Kamis (16/3) Bangsa? Indonesia berkabung. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam KH Hayim Muzadi menghadap ke hadirat Allah SWT. Banyak orang segera teringat akan keluasan pergaulannya dan keteguhannya dalam pendirian.

“Bangsa ini kehilangan ulama besar, saya juga sungguh satu duka yang mendalam,” kata Ketua MPR Zulkifli Hasan saat takziyah ke kediaman Almaghfurlah Kiai Hasyim di Depok, Kamis (16/3).

Kiai Hasyim Lentur Bergaul dan Teguh Pendirian (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Hasyim Lentur Bergaul dan Teguh Pendirian (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Hasyim Lentur Bergaul dan Teguh Pendirian

Zulkifli mengaku kenal dekat dengan Kiai Hasyim. Menurutnya, Kiai Hasyim merupakan sosok negarawan, kiai besar, dan punya ilmu pengetahuaan yang luas luas.

Sang Pencerah Muslim

“Bangsa ini kehilangan seorang ulama, negarawan yang cerminan dari perilaku pengamalan nilai-nilai luhur keindonesiaan kita itu ada di almarhum Kiai Hasyim Muzadi. Kiai yang mempersatukan, toleran, luas pergaulannya, tapi teguh dalam pendirian,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Ia menceritakan ungkapan Kiai Hasyim yang sampai hari ini masih diingatnya. Menurutnya, Kiai Hasyim sering bilang, “Yang beda, jangan disama-samakan. Yang sama, jangan dibeda-bedakan.”

Sebagai negarawan, kiai yang pernah diamanahi sebagai Ketum PBNU periode 1999-2010 meninggalkan pelajaran yang sangat berharaga buat masyarakat Indonesia.

“Menjaga keragaman, menjaga persatuan, seorang negarawan mementingkan kepentingan Indonesia, merah putih nomor satu daripada kepentingan golongan, kelompok dan lain-lain,” pungkasnya. (Husni Sahal/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Budaya Sang Pencerah Muslim

Senin, 11 Juli 2016

Jaringan Santri Tidak Terhenti Saat Lulus

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Para ulama dalan penerus estafet perjuangan pana nabi dan santri adalah penerus estafet pejuangan para ulama. Hubungan para ulama dengan santri-santrinya tidak terhenti ketika para santri lulus dan melanjutkan jenjang kehidupan selanjutnya.?

Jaringan Santri Tidak Terhenti Saat Lulus (Sumber Gambar : Nu Online)
Jaringan Santri Tidak Terhenti Saat Lulus (Sumber Gambar : Nu Online)

Jaringan Santri Tidak Terhenti Saat Lulus

Para santri dapat terus berkomunikasi dengan guru-gurunya meskipun mereka telah menempuh jenjang pendidikan selanjutnya atau terlibat dalam proses kehidupan berikutnya. Para santri yang sudah menetap di tempat-tempat baru tetap merupakan perpanjangan tangan dari lembaga madrasah atau pesantren awalnya saat remaja.

Demikian dinyatakan ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus KH Em. Nadjib Hassan saat memberikan wejangan kepada ratusan alumni Madrasah Qudsiyyah se-Jabodetabek dan sekitarnya dalam acara Roadshow Satu Abad Qudsiyyah, Ahad (22/5). Menurut Nadjib, para santri tidak boleh lepas dari dua tanggung jawab sekaligus, yakni kepada masyarakat sekitar tempat tinggalnya dan lembaga pendidikan asalnya.?

“Ilmu yang diperoleh para santri selama belajar di madrasah adalah bekal untuk mengabdi di masyarakat. Bekal ini bukan modal yang terputus, setiap saat santri dapat datang ke madrasahnya dan bertemu dengan para gurunya untuk men-charge ulang ilmunya atau sharing pengalaman dengan para guru dan adik-adik angkatannya,” tutur Nadjib yang juga Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.

Dalam kaitan dengan sanad keilmuan, menurut Nadjib para santri harus yakin bahwa ilmu yang mereka dapatkan di madrasah dan mereka sebarkan kepada masyarakat adalah ilmu-ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ilmu yang mereka dapatkan bersumber dari para ulama dengan reputasi dan kredibilatas yang tersambung hingga Nabi Muhammad SAW.

Sang Pencerah Muslim

“Walisongo mendidik generasi ulama yang menjunjung tinggi kebenaran ilmiah. Para santri ? yang sudah menjadi ulama terus saling bersilaturrahim bukan sekedar untuk berbasa-basi semata, lebih dari itu mereka saling berguru dan mentashih ilmunya. Ada ulama yang ahli tafsir bersedia berguru tentang ilmu arudh kepada ulama lain yang dulunya adalah muridnya,” papar Nadjib yang juga Alumni UIN Yogyakarta ini mencontohkan.?

Sang Pencerah Muslim

Dengan demikian, lanjut Nadjib, jaringan keilmuan para ulama di Nusantara ini saling bersambung dan terus berkembang melalui transfer pengetahuan dan sharing pengalaman. Sehingga jaringan ulama-santri ini mewujud ? dan terus berkembang menjadi kekuatan utama dalam mewujudkan tatanan masyarakat Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia.

Madrasah Qudsiyah Menara Kudus menggelar roadshow peringatan Satu Abad Qudsiyyah di enam propinsi pulau Jawa selama tiga bulan. Kegiatan ini diselenggarakan dan diikuti oleh para alumni Madrasah Qudsiyyah yang sekarang berbadan hukum Yayasan pendidikan Islam Qudsiyyah di setiap lokasinya. Akhir pekan ini, roadshow diselenggarakan di Jabodetabek dan sekitarnya dengan dihadiri oleh para guru dan pengurus Yayasan seperti KH Em. Nadjib Hassan, KH Halim Mahfudh Asnawi, KH Fatkhurrahman BA dan KH Ihsan dan M. Rikza Chamami dari perwakilan alumni Qudsiyyah Semarang. (Syaifullah Amin)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Olahraga, Bahtsul Masail Sang Pencerah Muslim

Minggu, 10 Januari 2016

PKC PMII Kalbar Galang Dana bagi Korban Banjir

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Banjir di akhir tahun yang kerap melanda Kalimantan mendorong PKC PMII Kalimantan Barat dan DPD PPMI (Purna Karya Muda Indonesia) menggalang dana bagi korban. Korban banjir di sejumlah daerah di Kalbar masih membutuhkan uluran tangan semua pihak.

PKC PMII Kalbar Galang Dana bagi Korban Banjir (Sumber Gambar : Nu Online)
PKC PMII Kalbar Galang Dana bagi Korban Banjir (Sumber Gambar : Nu Online)

PKC PMII Kalbar Galang Dana bagi Korban Banjir

“Tahun ini terutama kabupaten Pontianak dan kabupaten Landak digenangi air. Karena, curah hujan yang tinggi belakangan ini,” ujar Ketua PKC PMII Kalbar Ali Fauzi dalam pers rilisnya, Kamis (12/12).

Ali Fauzi mengatakan, selain curah hujan tinggi banjir yang melanda juga disebabkan perusakan lingkungan yang selama ini berlangsung. Akibat kejahatan oknum itu, warga Kalbar terutama di dua kabupaten itu menanggung imbasnya.

Sang Pencerah Muslim

“Banjir bahkan menelan korban jiwa di Landak karena korban kedinginan setelah mengevakuasi keluarganya,” tambah Ketua DPD PPMI Kalbar Umar faruq.

Sang Pencerah Muslim

DPD PPMI Kalbar telah menghimbau kepada pengurus cabang-cabang PPMI sekalimantan untuk ikut menggalang dana di daerahnya masing-masing.

Dana yang terkumpul akan disalurkan ke DPD untuk kemudian disalurkan ke korban bencana, tandas Umar Faruq. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Amalan, Budaya, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 19 September 2015

22 Titik Kegiatan Safari Ramadhan PCNU Pringsewu Sukses Dilaksanakan

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim. Pada Ramadhan 1437 H ini PCNU Kabupaten Pringsewu berhasil menggelar Safari Ramadhan di 22 lokasi di 9 Kecamatan yang ada di Bumi Secancanan Bersenyum Manis ini. Hal tersebut disampaikan Ketua Tanfidziyyah PCNU Pringsewu H. Taufiqurrahim dalam Acara Penutupan Rangkaian Safari Ramadhan yang dipusatkan di Gedung NU Pringsewu, Ahad (4/7).

22 Titik Kegiatan Safari Ramadhan PCNU Pringsewu Sukses Dilaksanakan (Sumber Gambar : Nu Online)
22 Titik Kegiatan Safari Ramadhan PCNU Pringsewu Sukses Dilaksanakan (Sumber Gambar : Nu Online)

22 Titik Kegiatan Safari Ramadhan PCNU Pringsewu Sukses Dilaksanakan

Taufiq menjelaskan bahwa Safari Ramadhan pada tahun ini difokuskan untuk penguatan organisasi dan amaliyyah Ahlussunnah wal Jamaah bagi para pengurus NU di tingkatan MWC Kecamatan dan Ranting Pekon . "Kegiatan ini terdiri dari dua Gelombang. Gelombang pertama untuk jajaran pengurus Tanfidziyyah dan Gelombang kedua untuk Syuriyah," katanya.

Khusus pada gelombang Kedua yang dilaksanakan mulai pertengahan Ramadhan, Materi safari Ramadhan diisi juga dengan Sosialisasi Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Pringsewu. "Dalam sosialisasi tersebut juga dilakukan tanya jawab seputar Fiqh Zakat yang dipandu oleh Lembaga Bahtsul Masail PWNU Lampung," ujarnya.

Selain Safari di 9 MWC NU Kecamatan, PCNU juga mengadakan Jihad Sore atau Ngaji Ahad Sore yang merupakan rangkaian dari Safari Ramadhan di Gedung NU sebanyak 4 kali. "Jihad sore ini merupakan Kegiatan Rutin yang biasanya dilakukan pada pagi hari. Khusus pada Ramadhan kita laksanakan pada sore hari yang dilanjutkan dengan Buka Puasa Bersama dan Shalat Maghrib Berjamaah," tambahnya.

Taufiq berharap Kegiatan ini akan meningkatkan pemahaman dan kesemangatan para pengurus dilevel MWC dan Ranting untuk terus berkhidmah di Jamiyyah Nahdlatul Ulama. " Kita juga berharap Kegiatan Safari Ramadhan pada tahun mendatang akan lebih berkualitas sehingga berpengaruh signifikan terhadap perkembangan organisasi," harapnya.

Sang Pencerah Muslim

Hadir pada acara penutupan tersebut Mustasyar PCNU Pringsewu KH Sujadi, Ketua MUI Kabupaten Pringsewu KH Hambali Segenap Pengurus PCNU, MWC NU, Badan Otonom dan Lembaga se Kabupaten Pringsewu. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Nasional Sang Pencerah Muslim

Selasa, 30 Desember 2014

Agama belum Serius Dilibatkan dalam Penanganan Lingkungan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim menjadi persoalan dan keprihatinan bersama. Persoalan ini tidak bisa diatasi oleh pemerintah saja, tetapi harus melibatkan seluruh komponen.  

Agama belum Serius Dilibatkan dalam Penanganan Lingkungan (Sumber Gambar : Nu Online)
Agama belum Serius Dilibatkan dalam Penanganan Lingkungan (Sumber Gambar : Nu Online)

Agama belum Serius Dilibatkan dalam Penanganan Lingkungan

Sayangnya  agama belum dilibatkan secara serius dalam penanganan isu lingkungan secara internasional. Agama hanya dijadikan bagian kecil yang tidak penting dalam menumbuhkan kesadaran menjaga lingkungan, padahal terdapat nilai-nilai penting dalam agama yang memerintahkan penganutnya menjaga lingkungan.

Hal ini disampaikan oleh ustadz Nasrullah Jasam dalam acara Semiloka Peran Komunitas Agama dalam Memelihara Lingkungan, di Jakarta, Rabu (19/12). 

Sang Pencerah Muslim

“Berbagai kesepakatan internasional terkait masalah lingkungan hanya berupa solusi materi, tidak pernah kesepakatan tersebut menyinggung pentingnya agama dalam menanamkan nilai-nilai akhlak dan memberikan peran aktif dalam penjagaan lingkungan,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Islam dengan tegas memerintahkan umatnya untuk menjaga dan memelihara lingkungan, bahkan dalam situasi perang sekalipun seperti tidak boleh menebang pepohonan demi menjaga lingkungan, bukan untuk memberi peluang kepada musuh untuk memperkuat diri dengan pepohonan. Rasulullah juga melarang buang hajat besar ataupun kecil di tempat mengalirnya air dan tempat tumbuhnya pepohonan karena tempat tersebut sering digunakan untuk berteduh.

Dalam konteks modern, juga terdapat kerusakan yang sebenarnya tidak tampak secara inderawi, tetapi dampaknya lebih dahsyat, seperti terjadinya radiasi dan polusi. 

Penganut agama, masih melihat ketaatan hanya sebatas ibadah mahdhoh atau ibadah yang ditujukan kepada Allah, sedangkan persoalan lain seperti kesadaran menjaga lingkungan, belum dianggap menjadi bagian penting dalam kehidupan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sultonul Huda dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU). Agama hanya menjadi bagian kecil dalam penanggulangan bencana seperti memberikan trauma healing kepada korban bencana agar hatinya lebih tenang. Agama hanya dianggap menyangkut aspek batiniah, padahal agama juga bermanfaat untuk memcahkan berbagai persoalan sosial, yang sebagian menjadi akar dari persoalan berbagai bencana tersebut.

Ketua LPBI NU Avianto Muhtadi menyatakan persoalan yang terjadi dalam pengelolaan lingkungan karena implementasi. Belum ada koordinasi yang bagus diantara lembaga-lembaga pemerintah. Untuk penanganan bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjadi leading sektornya, tetapi koordinasi dengan kementerian lain tidak bisa berjalan dengan baik.

LPBI NU sendiri menjalankan program mulai dari advokasi sebelum terjadinya bencana sampai dengan pengelolaan pasca bencana. 

Penulis: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Aswaja, Budaya, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Minggu, 20 Oktober 2013

Balada Gratifikasi Importasi

Aneka Krisis 2012 adalah pelajaran yang telah disajikan oleh garam, beras, gula, jagung, kedelai dan sapi. Melalui fakta pembangunan yang terang benderang, segala targeting indah potensi swasembada susunan kabinet KIB-II, telah dicederai sendiri oleh KIB-II.

Bunuh diri terjadi melalui beragam kebijakan kontradiktif, yang tidak sekedar bermakna kontraproduktif, tetapi bermakna penggembosan dengan modus pemikiran yang nyaris seragam, mulai degaramisasi sampai desapinisasi.?

Balada Gratifikasi Importasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Balada Gratifikasi Importasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Balada Gratifikasi Importasi

Memasuki 2013 membawa kenangan bahwa Bangsa Agraris Indonesia sepertinya tidak pernah lepas dari krisis pangan. Blunder kebijakan, atau lebih tepatnya pembijakan importasi, terjadi silih berganti bagai sebuah audisi campursari. Pembijakan itupun berpotensi melahirkan balada gratifikasi importasi yang nggegirisi ketika ternyata dikapling-kapling sebagai ATM politisi dan birokrasi. Pembijakan importasi menyajikan banyak indikasi bahwa urusan pangan RI sarat demoralisasi.?

Memasuki 2013 membawa kenangan bahwa Bangsa Agraris Indonesia sepertinya tidak pernah lepas dari krisis pangan. Blunder kebijakan, atau lebih tepatnya pembijakan importasi, terjadi silih berganti bagai sebuah audisi campursari. Pembijakan itupun berpotensi melahirkan balada gratifikasi importasi yang nggegirisi ketika ternyata dikapling-kapling sebagai ATM politisi dan birokrasi. Pembijakan importasi menyajikan banyak indikasi bahwa urusan pangan RI sarat demoralisasi.?

Sang Pencerah Muslim

Demoralisasi Pembijakan Importasi

Disebut demoralisasi karena jelas bahwa degaramisasi sampai desapinisasi, sepenuhnya terjadi akibat: (i) inkonsistensi kebijakan yang disebutkan, yaitu target pembangunan yang digembosi sendiri; (ii) keseluruhan pengingkaran pembangunan dimaksud, nyaris terjadi seragam: keputusan KIB-II yang didikte segelintir nekolim, komprador, yaitu segelintir orang yang menjadi kepanjangan tangan pemanfaatkan RI.

Sang Pencerah Muslim

Faktanya? Madura kebanjiran garam import, surplus beras tetapi import, penghapusan cukai kedele import, tebu rakyat kebanjiran gula mentah import, jagung berbasis benih import, dan membengkaknya lagi kuota sapi import. Kemudahan importasi diputuskan bukan sekedar berbasis penawaran-permintaan, tetapi berbasis pesanan dan tekanan komprador. Maraknya kisruh pangan pokok, diramaikan pula oleh krisis abadi importasi sejumlah produk horti hari-hari ini. Legitimasi semua balada pembijakan itu adalah fakta dan data pasar sulapan yang mudah direkayasa. ?

Importasi memang urusan dagang biasa akibat beda harga yang hakekatnya halal. ? Dalam proses bernegara dan hubungan antar negara, importasi berpotensi moral hazard, kebejatan kebijakan yang terjadi karena berkait dengan konsesi dan lisensi untuk bisa meraup rejeki dari beda harga dalam importasi. Rente ekonomi yang luar biasa tinggi dalam importasi, mengakibatkan makin berharganya konsesi dan lisensi. Tidak berlebihan kalau urusan keduanya disiasati para importir dan komprador dengan kekuatan uang, politik dan kekuasaan untuk menjinakkan pengatur importasi.?

Krisis telah terjadi melalui penjinakan dengan dukungan rekayasa pasar, mobilisasi pelaku ekonomi, menggerakkan pekerja dan pelaku usaha tingkat basis, gratifikasi birokrasi dan politisi, bahkan sampai rekayasan legislasi. Itulah modus pembenaran importasi. Kalau hari ini terungkap gratifikasi importasi daging sapi, sebenarnya barulah sebuah fakta mini yang teramat kecil, sebagai upeti atas konsesi sekitar 10 persen saja dalam importasi sapi. Bagaimana yang 90 persen importasi sapi?

Bagaimana pula dengan komoditas pangan lainnya? Realitasnya, importasi komoditas lain ini tidak kalah jumlahnya dengan importasi daging sapi yang hanya 85.000 ton. ? Statistik importasi menunjukkan bahwa importasi beras 2011 mencapai hampir 2 juta ton dan 2012 mencapai 1,3 juta ton, importasi kedele yang setahunnya mencapai 1,6 juta ton, dan importasi garam yang tempoh hari sampai 65 persen dari total konsumsi dalam negeri. Gejalanya, mirip dengan urusan benih jagung, industri gula rafinasi dan gula mentah, gandum dan terigu, dan puluhan horti, yang terperangkap hobi importasi yang super memprihatinkan bagi pembangunan sektor pangan dalam negeri.?

Keprihatinan PBNU ?

Sebagai pemilik konsesi NKRI, sungguh masuk akal ketika PBNU memperkarakan ini dalam berbagai pembijakan importasi karena menilai bahwa demoralisasi telah terjadi, dan setidaknya berada tiga tingkatan: (i) kemunafikan: karena program pembangunan yang digembosi sendiri; (ii) ketidakadilan: basis penggembosan pembangunan adalah syahwat rejeki importasi; dan (iii) krisis kemashlatan: kesejahteraan ummat tani dikebiri, padahal justru merupakan tugas utama Pemimpin.

Kecuali tingginya potensi demoraliasi atau moral hazard yang telah disampaikan, tidak kalah pentingnya adalah krisis kerangka pikir yang jangka pendek dan sangat parsial. Persoalan tata-niaga pangan adalah urusan jangka panjang, berkenaan dengan kepentingan bangsa dan kedaulatan-kemandirian, serta berimplikasi multidimensi. Selama ini pemikiran tentang imoportasi selalu insidental dan finansial semata.

Keputusan importasi seharusnya tidak berdimensi tunggal dengan potensi syahwat rente. Ketika faktanya ada beda, maka adalah tugas Negara untuk menjawab: mengapa terjadi disparitas harga. Bukan justru ikut mengambil manfaat pribadi dan kelompok, melalui jual diri kewenangan dan kekuasaan pengaturan importasi. Beda harga bukan semata isu finansial karena dalam perbedaan tsb ada pengaruh: subsidi-proteksi, kebijakan tataniaga, kebijakan fiskal dan moneter, kebijakan legal, dsb.

Dalam keprihatinan importasi, sudah waktunya PBNU mendesak Pemerintah bahwasanya urusan importasi pangan bukan sekedar finansial dan insidental, karena berkaitan dengan kemashlahatan, kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi PBNU, dalam sebutir pangan terdapat urusan politik dan sosial, urusan kedaulatan, urusan hak asasi, urusan keadilan, dan bahkan urusan spiritualitas.?

Untuk tidak menjadi semakin politisnya gratifikasi daging sapi, sudah waktunya pula PBNU sebagai pengawal moral terdepan NKRI, mendesak dilakukannya auditing lebih menyeluruh oleh KPK terhadap pembijakan importasi untuk semua komoditi. Indikasi teoritis dan implementatifnya sudah super jelas. Hanya fakta legalnya yang sembunyi.

PBNU sebagai pengawal NKRI, pasti tidak akan pernah membiarkan urusan pangan NKRI ini terkontaminisasi rente, syahwat, dan aneka gratifikasi... na’udzu billaaah...?

* Ketua PBNU, guru besar Pertanian UGM

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, Nusantara, Budaya Sang Pencerah Muslim

Senin, 19 Agustus 2013

Banser Melaya Bersihkan Monumen Bersejarah Perjuangan I Gusti Ngurah Rai

Jembrana, Sang Pencerah Muslim?



Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali melakukan bakti sosial di Monumen Perjuangan Operasi Lintas Laut Jawa-Bali di Kawasan Taman Nasional Bali Barat, Jumat (24/3).

Banser Melaya Bersihkan Monumen Bersejarah Perjuangan I Gusti Ngurah Rai (Sumber Gambar : Nu Online)
Banser Melaya Bersihkan Monumen Bersejarah Perjuangan I Gusti Ngurah Rai (Sumber Gambar : Nu Online)

Banser Melaya Bersihkan Monumen Bersejarah Perjuangan I Gusti Ngurah Rai

Turut andil pada aksi sosial bersih-bersih yang dimulai pukul 07.00 WITA itu dari unsur TNI, Polri, Tagana Jembrana dan Dinas Sosial Kabupaten Jembrana.

Kasatkoryon Banser Kecamatan Melaya, Ipan, mengatakan, area monumen bersejarah itu terkesan kurang perawatan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya rumput-rumput liar yang tumbuh berserakan disekitar monumen.

“Bisa jadi ini karena faktor lokasi monumen yang berada di tengah hutan sehingga sulit untuk selalu dipantau,” ujarnya.

Padahal menurut Ipan, area monumen ini sangat berpotensi sebagai wahana edukasi sejarah kepada masyarakat terutama para pelajar jika dikelola dan dikembangkan dengan baik.?

Sang Pencerah Muslim

“Hanya saja harus diakui, masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya ke tempat wahana hiburan ketimbang mengunjungi lokasi bersejarah, seperti monumen ini,” ungkapnya menyayangkan.

Untuk diketahui, monumen ini dibangun untuk mengenang pertempuran laut pertama RI pasca-Proklamasi Kemerdekaan RI. Hal itu terjadi pada tahun 1946 ketika sebelumnya pahlawan nasional kebanggaan rakyat Bali, I Gusti Ngurah Rai meminta bantuan pasukan dari Jawa untuk sama-sama menghadapi pasukan Belanda yang mendarat di Bali.

Sang Pencerah Muslim

Kendati memenangkan pertempuran laut, tpai dari pihak rakyat Bali banyak korban berguguran, baik saat bertempur di laut, maupun pasukan yang gugur di darat saat membantu bergerilya bersama I Gusti Ngurah Rai. (Abraham Iboy/Abdullah Alawi)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya Sang Pencerah Muslim

Rabu, 27 Maret 2013

Dandim 0411 Gelar Doa Kemerdekaan di Pesantren Walisongo

Lampung Tengah, Sang Pencerah Muslim - Ratusan santri dan ratusan Tentara Nasional Indonesia di bawah Komando Dandim 0411 Kabupaten Lampung Tengah mengikuti upacara penurunan bendera di Pesantren Walisongo, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Lampung Tengah. Mereka juga menggelar doa kebangsaan di pesantren tersebut, Kamis (17/8) sore.

Ada yang berbeda  pada upacara penurunan bendera dalam Hari Ulang Tahun Ke-72 Republik Indonesia tahun ini di halaman Pesantren Walisongo. Peserta upacara tidak hanya para santri pesantren setempat tetapi tampak hadir pula seratusan lebih pasukan TNI anggota Dandim 0411 Kabupaten Lampung Tengah.

Dandim 0411 Gelar Doa Kemerdekaan di Pesantren Walisongo (Sumber Gambar : Nu Online)
Dandim 0411 Gelar Doa Kemerdekaan di Pesantren Walisongo (Sumber Gambar : Nu Online)

Dandim 0411 Gelar Doa Kemerdekaan di Pesantren Walisongo

Pengasuh Pesantren Walisongo Kiai Syaikhul Ulum Syuhada di sela-sela sebelum upacara penurunan bendera menyampaikan, agenda ini dilaksanakan sebagai bentuk kerja sama pesantren dan militer, Polres Lampung Tengah, MWCNU Bumi Ratu Nuban untuk terus memupuk rasa nasionalisme di kalangan santri dan aparatur negara dalam hal ini TNI dan Polri.

Sang Pencerah Muslim

“Mari kita kirimkan hadiah surat Al-Fatihah untuk Komanadan Dandim Lampung Tengah dan Kapolres Lampung Tengah semoga para prajurit, anggotanya senantiasa diberi kekuatan, kesehatan dalam mengemban tugas negara menjaga ketertiban, keamanan masyarakat Indonesia,” kata alumnus Fakultas Tarbiyah IAIM NU Kota Metro Lampung ini.

Inspektur upacara penurunan bendera adalah Dandim 0411 Lampung Tengah Letkol Janjang Kurniawan. Selepas shalat magrib berjamaah mereka makam tumpeng bersama.

Sang Pencerah Muslim

Upacara penurunan bendera di Pesantren Walisongo Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah dihadiri Pengasuh Pesantren Walisongo Kiai Syaikhul Ulum Suhada, Ketua MUI Lampung Tengah H Mutawalli, Ketua GP Ansor Lampung Tengah Saryono, jajaran pengurus MWCNU Bumi Ratu Nuban, para santri Walisongo, pengurus harian Satkorcab Banser Lampung Tengah, Dandim 0411 Lampung Tengah Letkol Janjang Kurniawan, Kapolres Lampung Tengah AKBP Purwanto Puji Suttan, para anggota TNI Dandim 0411 Lampung Tengah, dan masyarakat sekitar. (Akhmad Syarief Kurniawan/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Budaya, Lomba Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 05 November 2011

Bangun NU dengan Ikhlas dan Kesungguhan

Yogyakarta,Sang Pencerah Muslim. Rais Syuriah PWNU DIY KH Mas’ud Masduqi mengatakan, membangun gerakan di dalam NU harus dimulai dengan ikhlas dan kesungguhan. Tanpa itu, maka roda gerakan bisa mandek di tengah jalan. Dengan ikhlas dan kesungguhan, maka NU akan memberikan rahmat bagi semuanya. Inilah yang harus kita lakukan bersama.

Kiai Mas’ud juga menegaskan bahwa pengurus NU harus bergerak bersama dalam membawa pekerjaan besar, yakni Ahlussunnah wal-Jama’ah an-nahdliyah. Maka, penguatan internal organisasi setelah pelantikan tentunya kita tindak lanjuti bersama.

Bangun NU dengan Ikhlas dan Kesungguhan (Sumber Gambar : Nu Online)
Bangun NU dengan Ikhlas dan Kesungguhan (Sumber Gambar : Nu Online)

Bangun NU dengan Ikhlas dan Kesungguhan

“Semoga tugas NU ini bisa dilaksanakan dengan baik melalui lembaga-lembaga yang ada dengan penjelasann visi misi yang ada. Kita juga harus berkomunikasi dengan masyarakat dan itu dimulai dari diri kita sendiri. Kita juga harus memahami eksistensi ormas-ormas yang lain untuk bagaimana bersama menciptakan suasana Yogya yang kondusif dan ramah,” ungkapnya pada pelantikan PWNU DIY 2017-2022 di Gedung Multipurporse UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (26/01). ?

Sang Pencerah Muslim

Kiai Mas’ud juga menjelaskan bahwa pengurus NU itu harus amanah, mempunyai integritas yang tinggi, dan jangan mudah tergoda. Dakwah hari ini mempunyai tantangan yang kompleks, maka pengurus NU harus siap memberikan yang terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara.

“Tantangan kemasyarakatan sangat kompleks. Pengurus NU harus berdakwah yang bil hikmah, wa maudhotil hasanah, dan keteladanan-keteladanan. Yang kita inginkan bahwa kita dalam kerja NU ini tidak ada penonjolan pribadi-pribadi tapi inilah wajah kita, wajah NU,” pungkasnya. (Sibyan/Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Budaya, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Kamis, 13 Oktober 2011

PBNU: Tak Semua Kader Harus Berjuang Lewat Politik

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj memberikan apresiasi kepada Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) yang ingin menggerakkan berbagai sektor di lingkungan NU. Niat ISNU ini ditunjukkan dalam struktur kepengurusan ISNU yang merepresentasikan empat ‘gerbong besar’ yakni ilmuan, birokrasi, pengusaha dan pekerja sosial.

“Memang tidak semua tidak semua orang harus berjuang melalui partai politik,” kata Said Aqil saat memberikan taushiyah dalam acara pelantikan Pengurus Pusat ISNU periode 2012-2017 di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (24/4) malam.

PBNU: Tak Semua Kader Harus Berjuang Lewat Politik (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU: Tak Semua Kader Harus Berjuang Lewat Politik (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU: Tak Semua Kader Harus Berjuang Lewat Politik

Ia membuka ruang interpretasi yang lebih luas mengenai Surat At-Taubah ayat 122, “Seharusnya tidak semua orang Mukmin pergi ke medan perang” dengan menyatakan bahwa tidak semua orang harus berjuang melalui politik.

Sang Pencerah Muslim

“Perjuangan melalui ilmu pengetahuan, melalui dunia profesi untuk membangun peradaban juga sangat penting, yaitu berjuang membangun masyarakat dan membangun bangsa,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Ditambahkan, NU mempunyai tugas berat untuk menegakkan ukhuwah wathoniyah atau solidaritas kebangsaan agar menjadi kebangsaan yang religius, mengingat kemerosotan kondisi bangsa Indonesia dewasa ini. NU ikut prihatin dan berjuang sekuat tenaga untuk membangun kembali Indonesia.

Ketua Umum PP ISNU Ali Masykur Musa sebelumnya menyampaikan, pihaknya memanggil para sarsana NU yang menggeluti berbagai bidang untuk kembali merapat ke NU.

“ISNU memanggil para sarjana NU untuk pulang, pulang, dan pulang ke pangkuan Nahdlatul Ulama untuk bersama-sama membangun NU dan komunitas Nahdliyin, serta bersama-sama membangun bangsa,” katanya.

Penulis: A. Khoirul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pertandingan, Budaya, Kyai Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 30 Juli 2011

Sudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama (2-habis)

Pertemuan antara Hasan Gipo dengan Kiai Wahab serta kiai lainnya makin intensif. Ia kemudian terlibat aktif dalam pendirian Nahdlatul Wathan (1914), walaupun tidak tercatat sebagai pengurus. Selanjutnya ia juga menjadi peserta diskusi dalam forum Taswirul Afkar (1916).

Karena itu pengetahuannya sangat teruji, dan kemapuan berargumentasinya sangat memukau. Selain itu ia juga telah aktif terlibat dalam Nahdlatut Tujjar (1918) yang memang bidangnya. Dalam forum semacam itu ia berkenalan dengan ulama lainnya makin intensif seperti Kiai Hasyim Asy’ari dan beberapa kiai besar lainnya di Jawa  yang telah lama menjadin pershabatan dengan keluarga Ampel itu.

Bahkan ketika para ulama membentuk Komite Hejaz dan akan mengirimkan utusan ke Makah, sumbangan Hasan Gipo juga sangat besar, karena dialah yang mempelopori penghimpunan dana dan ia sendiri pun menyumbang sangat besar. Atas prestasinya yang banyak memberikan sumbangan, dan memiliki kecakapan teknis dalam menangani administrasi organisasi serta penggalangan dana masyarakat.

Sudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama (2-habis) (Sumber Gambar : Nu Online)
Sudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama (2-habis) (Sumber Gambar : Nu Online)

Sudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama (2-habis)

Karena itu ketika Nahdlatul Ulama berdiri, dalam sebuah pertemuan terbatas yang dipimpin Kiai Wahab Hasbullah di kawasan Bubutan Surabaya itu ia langsung ditunjuk sebagai Hoftbestoor (Pengurus Besar) NU sebagai Ketua Tanfidziyah  dan usul itu langsung disetujui oleh Kiai Hasyim Asy’ari yang sebelumnya sudah sangat mengenal Hasan Gipo serta latar belakang keluarganya.

Walau sebagai pengurus NU bisnisnya tetap berkembang, bahkan kemudian juga dikembangkan ke sektor properti, ia banyak memiliki perumahan, pertokoan dan pergudangan yang ini kemudian disewakan, saat itu kebutuhan terhadap sarana bisnis tinggi, karena itu tingkat hunian propertinya juga tinggi, sehingga keuntungan yang diperoleh dari sini juga tinggi, sehingga ia bisa menyumbang banyak ke NU, baik ketika Muktamar maupun untuk sosialisasi dan pengembangan NU ke daerah-daerah lain, sehingga bisa dilihat NU berkembang sangat cepat dari Surabaya, pada tahun kedua telah menyebar di Jawa Tengah, bahkan pada tahun kelima telah menyebar ke Jawa Barat, bahkan ke Kalimantan dan Singapura.

Seperti dilukiskan Saifuddin Zuhri, yang menggabarkan Hasan Gipo sebagai sosok yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga gagah secara fisik, karena itu ketika terjadi perdebatan tentang masalah teologi antara Kiai Wahab Hasbullah dengan Muso yang ateis itu bisa mengganti kedudukan Kiai Wahab yang bosan menghadapi Muso yang hanya bisa debat kusir tanpa nalar dan tanpa hujjah yang benar. Maka dengan gagah berani ia  melakukan  debat dengan Muso tokoh PKI yang dikenal sebagai Singa podium itu ditaklukkan. Setiap argeumennya bisa dipatahkan, sehingga alumni Moskwo dan anak didik Lenin itu keteteran. Tidak hanya itu Arek Suroboyo ini juga berani menantang Muso berkelahi secara fisik. Anehnya Muso yang biasanya brangasan itu tidak berani menghadapi tantangan Hasan Gipo.

Sang Pencerah Muslim

Selain menguasai ilmu agama, setiap orang pesantren selalu menguasai ilmu kanuragan, sebab ini bagian dari tradisi pesantren, dan tampaknya Hasan Gipo juga memiliki ilmu ini, itu yang membuat Muso ngeri menghadapi. Hasan Gipo. Jabatan ketua Tanfidziyah itu dipegang Hasan Gipo selama dua masa jabatan, baru pada Muktamar NU Ketiga 1929 di Semarang ia digantikan oleh KH. Noor sebagai ketua Tanfidziyah yang baru juga berasal dari Surabaya. Selanjutnya pada Muktamar NU ke 12 tahun 1937 di Malang kemudian KH Noor digantikan oleh KH Mahfud Shiddiq, kakak kandung KH Ahmad Shiddiq. 

Pada periode awal ini, NU memang banyak diikuti oleh para pengusaha, selain Hasan Gipo ada beberapa pengusaha besar yang masuk ke NU yaitu Haji Burhan Gresik. Ia memiliki pabrik kulit dan persewaan rumah dan gudang. Kemudian adalagi pengusaha besar Haji Abdul Kahar Kawatan Surabaya, yang menguasai perdagangan pertanian di Jawa Timur. Kemudian ada H. Jassin, seorang pemilik pabrik garmen yang khusus diekspor ke India dan Pakistan. Mereka semuanya pernah aktif terlibat aktif dalam Nahdlatut Tujjar, maka ketika NU berdiri secara otomatis mereka bergabung ke NU. Dengan demikian NU bisa berdiri mandiri tanpa bantuan dari kolonial, sehingga bebas menentukan gerak organisasinya dan mengatur pendidikan pesantren yang diselenggarakannya.

Pada periode awal ini selain menggiatkan bidang pendidikan, maka NU sangat peduli dengan usaha pengembangan ekonomi dengan membentuk berbagai syirkah. Usaha impor sepeda dari Eropa dirintis sejak tahun 1935, karena untuk mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri, dan tentunya sangat dibutuhkan sebagai sarana transportasi warga NU dalam mengembangkan jamiyah.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu juga dibentuk badan pengimpor gerabah dan barang kebutuhan lainnya dari Jepang. Usaha itu terus dikembangkan, kemudian NU juga mulai masuk lebih serius dalam bidang industri percetakan dan lain sebaginya. Atas inisiatif para kiai dan para tujjar yang ada dalam tubuh NU itu pergerakan NU semakin gencar, sehingga dalam waku singkat menjadi organisasi besar.

Selain bisnis yang bersifat kolektif para pengurus NU sejak dari Kiai Hasyim Asy’ari, termasuk Kiai Wahab Hasbullah. Kiai As’ad Syamsul Arifin, Kiai Bisri, Kiai Muslih Purwokerto, semuanya mempunyai usaha sendiri-sendiri. Usaha itu dibangun selain untuk memenuhi ekonomi keluarga yang terpenting bisa menjadi kemandirian agar tidak minta bantuan pada pemerintah kolonial Belanda. Jajaran pimpinan NU terdiri dari orang-orang independen, tidak ada yang menggantungkan ekonominya pada birokrasi kolonial.

Karena itu sejak masa kemerdekaan kemandirian kiai dan NU tetap terjaga, karena memiliki kemandirian secara ekonomi. Pembangunan ekonomi di sini ditempatkan sebagai strategi politik untuk menjaga kemandirian dan kebebasan warga dari ketergantungan dan tekanan dari penjajah. 

Setelah tidak lagi menjadi Ketua Tanfidziyah PBNU, Hasan Gipo kembali mengembangkan bisnisnya, hingga semakin besar. Sebagian hasil keuntungannya tetap disumbangkan pada NU dan pesantren. Sebab pada masa rintisan NU membutuhkan banyak dana, apalagi saat itu Muktamar dilaksanakan setiap tahun, maka sudah pasti Hasan Gipo tergerak untuk membantu pendanan Muktamar NU setiap kali diselenggarakan, baik di Surabaya maupun di luar Jawa.

Aktivitas Hasan Gipo terus dilanjutkan hingga menjelang wafatnya  pada tahun 1934, kemudian dimakamkan di kompleks pemakaman Sunan Ampel dalam pemakaman khusus keluarga Sagipoddin. Ia mempunyai tiga orang anak, yang kemudian melanjutkan usaha bisnisnya dan sekaligus sebagai penerus dinasti Gipo yang masih terus aktif hingga saat ini.

 

Abdul Munim DZ

(Disadur dari beberapa sumber dan hasil wawancara dengan H. Musa Jassin, salah seorang anggota Bani Gipo, yang tinggal di Kawatan Surabaya) 

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Hikmah, Berita Sang Pencerah Muslim

Kamis, 30 September 2010

Cemarkan Nama Baik NU, PCNU Bogor Resmi Laporkan ANNAS ke Polisi

Bogor, Sang Pencerah Muslim. Pencatutan logo NU yang dilakukan oleh Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Bogor Raya dalam deklarasinya pada Ahad (22/11) membuat nama baik NU sebagai organisasi moderat yang menghormati perbedaan tercemar. Sebab itu, NU Bogor yang diketuai oleh Dr Ir H Ifan Haryanto, MSc resmi melaporkan Mohammad Nur Sukma (Ketua ANNAS Bogor Raya) dan Athian Ali M Da’i (Ketua Umum ANNAS) kepada Polres Kota Bogor, Senin (23/11).

Dalam isi laporannya, Ifan Haryanto menegaskan, bahwa PCNU Kota Bogor sama sekali tidak terkait atau terlibat dalam deklarasi ANNAS Bogor raya.

Cemarkan Nama Baik NU, PCNU Bogor Resmi Laporkan ANNAS ke Polisi (Sumber Gambar : Nu Online)
Cemarkan Nama Baik NU, PCNU Bogor Resmi Laporkan ANNAS ke Polisi (Sumber Gambar : Nu Online)

Cemarkan Nama Baik NU, PCNU Bogor Resmi Laporkan ANNAS ke Polisi

“Pencatutan logo NU bisa memberi kesan kepada masyarakat, bahwa NU mendukung deklarasi tersebut. Di sinilah PCNU Kota Bogor merasa difitnah melalui melalui tulisan sehingga membuat perasaan tidak enak pada organisasi kami terhadap masyarakat,” ujar Ifan seperti tertulis di dalam laporan kepolisian, Senin (23/11).

Sang Pencerah Muslim

Berikut isi laporan PCNU Kota Bogor kepada Polres Kota Bogor terkait tindak pidana pencemaran nama baik NU yang dilakukan oleh ANNAS Bogor Raya:

Sang Pencerah Muslim

1. Terkait edaran/undangan Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Bogor Raya yang dilaksanakan pada Hari Minggu 22 November 2015, bersama ini kami PCNU Kota Bogor menyatakan tidak terkait/terlibat dalam acara dimaksud.

2. Sehubungan dengan adanya selebaran undangan Deklarasi ANNAS Bogor Raya yang mana mencantumkan logo NU sehingga tercipta kesan pada masyarakat bahwa PCNU Kota Bogor terkait atau terlibat dalam acara tersebut, bersama ini PCNU Kota Bogor menyatakan merasa difitnah  melalui tulisan dan membuat perasaan tidak enak pada organisasi kami.

3. Atas dasar kejadian diatas, kami PCNU Kota Bogor melaporkan tindakan yang patut diduga sebagai tindak pidana pencemaran nama baik, fitnah melalui tulisan, dan membuat perasaaan tidak enak yang dilakukan oleh: 1) Sdr Mohammad Nur Sukma (Ketua ANNAS Bogor Raya) dan 2) Sdr Athian Ali M Da’i (Ketua Umum ANNAS) kepada Polres Kota Bogor tanggal 23 November 2015 pukul 08.00 WIB.

4. Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Seperti diinformasikan, dalam kegiatannya di berbagai daerah, ANNAS kerap mencatut NU secara organisasi terlibat dalam sejumlah aksi intoleransi. Dalam aksi deklarasi anti Syiah di Masjid Agung At-Taqwa Balikpapan pada Maret 2015 lalu, organisasi yang diketuai tokoh Wahabi KH Athian Ali Dai ini juga melakukan hal yang sama. PCNU setempat menegaskan menolak kegiatan tersebut.

Sebagai ormas berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah, dalam berbagai forum, NU berulang kali menyatakan tak sepaham dengan Syiah. Hanya saja, perbedaan pendapat tersebut tak mesti diekspresikan dengan jalan memusuhi. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Khutbah, Budaya Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock