Tampilkan postingan dengan label Halaqoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Halaqoh. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Agustus 2017

Aceh Nyatakan Siap Jadi Tuan Rumah Kongres GP Ansor

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Aceh menyatakan kesiapan diri sebagai tuan rumah pelaksanaan Kongres GP Ansor XV pada April 2016 nanti. Kesiapan itu disampaikan Ketua GP Ansor Aceh Samsul B Ibrahim dalam Konferensi Besar GP Ansor ke-XIX di Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (14/10/2014).

“Saya pikir ini bisa menjadi momentum istimewa bagi Aceh. Belum pernah dalam sejarah Ansor dan Nahdlatul Ulama, acara-acara besar digelar di Aceh. Padahal secara historis, kependudukan, dan geografis, Aceh merupakan pusat pergerakan Ahlussunah wal Jamaah. Persoalannya belum terorganisir dengan baik,” ujar Samsul dalam siaran pers.

Aceh Nyatakan Siap Jadi Tuan Rumah Kongres GP Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)
Aceh Nyatakan Siap Jadi Tuan Rumah Kongres GP Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)

Aceh Nyatakan Siap Jadi Tuan Rumah Kongres GP Ansor

“Di lain hal, ini adalah pertaruhan Aceh di kancah nasional karena biasanya Presiden Indonesia ? akan hadir membuka acara tersebut. Dan kesempatan ini juga dapat menjadi momentum untuk mempromosikan Aceh sebagai daerah yang aman baik untuk kunjungan kerja, wisata, maupun investasi. Kami yakin Pemerintah Aceh akan mendukung kegiatan ini,” tambahnya lagi.

Sang Pencerah Muslim

Diakui Samsul, proses legitimasi penunjukkan Aceh sebagai tuan rumah memang tidak mudah. Dalam konferensi besar itu sendiri, sedikitnya lima provinsi lain juga ikut menawarkan diri sebagai tuan rumah. Kelima daerah tersebut yakni Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Papua.

Sang Pencerah Muslim

Penunjukkan tuan rumah pastinya ditentukan oleh indikator-indikator tertentu yang akan ditetapkan oleh PP GP Ansor. Indikator tersebut tidak saja berupa kesiapan PW Ansor Aceh dan ke-23 Pengurus Cabang GP Ansor Aceh, melainkan juga dukungan infrastruktur, transportasi, dan yang paling penting adalah dukungan masyarakat dan Pemerintah Aceh sendiri. Ditambahkannya lagi, pelaksanaan Kongres GP Ansor merupakan acara yang sangat besar. Sedikitnya saja, 10.000 warga Nahdliyin bakal terlibat. Artinya jika Aceh ditetapkan sebagai tuan rumah, kunjungan pendatang sebesar itu akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Aceh.?

Tidak hanya itu, Samsul menyebutkan pelaksanaan Kongres GP Ansor selalu dihadiri oleh pejabat Pemerintah Pusat. Kongres GP Ansor selalu dihadiri oleh Presiden dan Wakil Presiden. “Bahkan pihak kementerian dan kedutaan besar juga akan hadir. Jadi sangat bagus bagi Aceh. 10.000 pengunjung itu tidak sedikit lho dan mereka akan berada di Aceh selama satu minggu,” jelas Samsul.

Merespon hal itu, Sekretaris Jenderal PP GP Ansor, M Aqil Irham membenarkan pihaknya akan menentukan indicator-indikator tertentu untuk memilih tuan rumah Kongres Ansor pada 2016 nanti. Dalam konferensi besar itu sendiri, beberapa indicator-indikator penentuan tuan rumah sudah dibicarakan. Sebut saja misalnya seperti kesiapan struktur pengurus wilayah hingga level ranting dan anak cabang. “Termasuk dukungan dana dari pemerintah daerah, karena sifat pendanaan kegiatan ini komposisinya 40 persen dari tuan rumah dan 60 persen dari pusat sendiri,” katanya. Dia berharap, para Ketua PW Ansor yang sudah mengusulkan diri sebagai tuan rumah dapat mengajukan proposal pengajuan tuan rumah secara tertulis dalam waktu dekat. “Paling tidak sampai Januari 2015. Nanti akan kita verifikasi kelayakannya,” tukas Aqil.

Dukungan PW Ansor se-Sumatera

Berkaitan dengan tawaran Aceh sebagai tuan rumah, seluruh PW Ansor se-Sumatera dalam Konferensi Besar Ansor di Purwakarta memberikan apresiasi yang tinggi. Ketua PW Ansor Sumatera Barat Rusli Intan Sati menyebutkan tawaran Samsul dinilai sebagai masukan yang konstruktif dalam mengonsolidasi warga Nahdliyin di Sumatera. Selain itu, sejarah Aceh sebagai daerah yang telah berkontribusi besar dalam pembangunan Indonesia mulai dari era penjajahan hingga reformasi patut menjadi perhatian semua pihak.

“Kami sepakat dengan tawaran itu. Aceh merupakan bagian dari NKRI yang harus dikawal dengan baik. GP Ansor harus mampu menancapkan merah putih di titik nol kilometer Indonesia. Jadi, Kongres Ansor pada April 2016 nanti bakal jadi momentum yang tepat,” ujar Rusli Intan Sati, Ketua PW Ansor Sumatera Barat.

Selain Sumatera Barat, Ketua PW Ansor Kepulauan Riau Baru Rochim juga menyambut baik tawaran Sahabat Samsul. Pelaksanaan Kongres pada 2016 nanti harus menjadi momentum untuk mendukung optimalisasi konsolidasi warga Nahdliyin, khususnya di daerah-daerah di Sumatera. Lagipula di lain hal, dia melihat pasca musibah gempa dan tsunami, proses pembangunan di Aceh menunjukkan trend yang cukup positif. Dari segi infrastruktur, Aceh dinilai mengalami kemajuan yang cukup pesat. Ketersedian transportasi udara berskala internasional, lintasan jalur darat yang memadai dan penginapan yang layak cukup menjadi alasan mengapa Aceh tepat menjadi tuan rumah Kongres Ansor. “Kami mendukung sepenuhnya Aceh sebagai tuan rumah Kongres Ansor pada 2016 nanti,” tandasnya.

Untuk diketahui, Selain Sumatera Barat dan Kepulaian Riau, sejumlah PW Ansor lainnya seperti Riau, Bangka Belitung, dan Bengkulu juga merekomendaskan Aceh sebagai tuan rumah. Mereka berharap PP GP Ansor dapat mengamini aspirasi tersebut. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Ubudiyah, Doa Sang Pencerah Muslim

Rabu, 05 Juli 2017

KH Sya’roni Ahmadi Terangkan Kisah Rasulullah Haulkan Sahabatnya

Jepara, Sang Pencerah Muslim. Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi menegaskan, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mendukung tardisi haul yang dilaksanakan setiap tahun itu. Kiai Sya’roni lalu mengutip sebuah riwayat yang disebutkan di Syarah Naqil Balaghah halaman 399.

KH Sya’roni Ahmadi Terangkan Kisah Rasulullah Haulkan Sahabatnya (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Sya’roni Ahmadi Terangkan Kisah Rasulullah Haulkan Sahabatnya (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Sya’roni Ahmadi Terangkan Kisah Rasulullah Haulkan Sahabatnya

Demikian disampaikan Kiai Sya’roni dalam tahlil umum haul Ke-1 KH Mudloffar Fatkhurrohman di maqbarah Mbah Brungut desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan, Jepara, Selasa (27/10) sore.

Sesuai penjelasan Imam Al-Waqidi dalam kitab itu, setahun sekali Nabi menziarahi 70 sahabat yang ikut serta dalam perang termasuk sahabat Hamzah. Dari kediaman ke maqbarah, jarak tempuhnya kira-kira 6 km. Juga saat itu belum ada kendaraan laiknya mobil yang ada hanya himar dan onta.

Sang Pencerah Muslim

Saat memasuki makam kiai kharismatik asal Kudus itu menjelaskan, Nabi berdoa. “Assalamualaikum bima shabartum fani’ma uqbaddar,” ujar Kiai Sya’roni di hadapan ratusan jamaah.

Doa yang diucapkan kanjeng Nabi itu merupakan harapan ahli kubur menerima nikmat agung yakni ditempatkan Allah di taman surga.

Sang Pencerah Muslim

Ia menambahkan orang yang meninggal jasadnya dimasukkan ke kuburan sedangkan nyawanya berada di alam kubur. Kiai yang terbilang murah senyum itu mengajak jamaah untuk membedakan alam kubur dan kuburan.

Kuburan dijelaskannya ialah alam dunia. Sementara alam kubur ialah alam yang berbeda. Meski alamnya berbeda dengan kita tetapi mereka yang ada di alam kubur mendengar kita.

Berkenaan dengan itu, ia menyontohkan, menjelang wafatnya istri Muhammad, Siti Khadijah Nabi ingin titip salam kepada 3 perempuan. Mendengar kabar itu Khadijah yang mengalami sakaratul maut di usia 65 tahun tidak lantas meninggal sebelum menerima penjelasan dari Nabi.

Kelak, sesuai keterangan Nabi ketiga perempuan yakni Siti Maryam, Siti Asiah dan Ummu Kulsum akan dinikahi Nabi. Dinikahinya ketiga perempuan tersebut lantaran mereka masih menyandang status “perawan”.

“Maryam dan Ummu Kulsum jelas masih perawan. Sedangkan Siti Asiah yang merupakan istri dari Firaun setiap kali berhubungan dengan dia sosok asiah diganti dengan kambing. Alhasil Asiah masih perawan,” imbuh kiai Sya’roni.

Setelah mengetahui ketiga perempuan tersebut akan menjadi maru (bahasa Sunda) yang arti perempuan lain yang akan menjadi istri, Khadijah pun meninggal dunia. Semua tentang alam kubur, di Al-Quran sebut kiai Sya’roni temaktub dalam Surat Tahrim.

Jika ada masyarakat awam yang menyatakan dinikahinya tiga perempuan itu Nabi dikatakan bejo, beruntung masih menurut kiai hal itu perlu ditampik. “Yang bejo bukan Nabi Muhammad tetapi ketiga perempuan tersebut,” paparnya meluruskan anggapan masyarakat.

Di akhir mauidhoh Kiai Sya’roni Ahmadi mengungkapkan cara “menolong” orang yang sudah berada di alam kubur. “Dengan membacakannya istighfar serta tahlil,” pungkasnya mengakhiri mauidloh hasanah. (Syaiful Mustaqim/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Pondok Pesantren, AlaSantri Sang Pencerah Muslim

Kamis, 29 Juni 2017

LFNU Undang Masyarakat Ikuti Pelatihan Hisab-Rukyat

Jakarta, Sang Pencerah Muslim

Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) mengajak masyarakat secara umum untuk mengikuti Pelatihan Hisab-Rukyat yang digelar di Masjid an-Nahdlah yang terletak di lantai dasar gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (1/5) mendatang.

Kegiatan yang rutin diselenggarakan tiap Rabu minggu pertama saban bulan ini dimulai setelah sembahyang maghrib dari pukul 18.30 sampai 21.00 WIB. Pelatihan Hisab-Rukyat menargetkan, peserta dapat menguasai beragam materi seputar penentuan awal bulan hijriyah, waktu shalat, arah kiblat, dan peristiwa gerhana.

LFNU Undang Masyarakat Ikuti Pelatihan Hisab-Rukyat (Sumber Gambar : Nu Online)
LFNU Undang Masyarakat Ikuti Pelatihan Hisab-Rukyat (Sumber Gambar : Nu Online)

LFNU Undang Masyarakat Ikuti Pelatihan Hisab-Rukyat

Seorang staf LFNU, Maftuhin, mengungkapkan, Rabu nanti pemateri akan datang dari Subdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag RI yang akan mengulas hisab-rukyat penentuan arah kiblat.

”Peserta juga akan diajarkan tentang cara hitung dan praktik sampai bisa. Rencananya, peserta akan mendapatkan buku secara gratis,” ujarnya.

LFNU mengadakan pelatihan gratis ini secara perdana pada April 2013. Dalam kesempatan ini, Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag RI KH Ahmad Izzuddin, yang juga pengurus PP LFNU, memberikan pengenalan umum mengenai ilmu falak, hisab dan rukyat.

Sang Pencerah Muslim

Izzuddin mengatakan, ilmu falak merupakan pengetahuan yang langka. Meskipun, dalam menunjang ibadah umat Islam, urgensi disiplin ini tak terelakkan.

Untuk registrasi, peserta dapat datang ke sekretariat PP LFNU di gedung PBNU, lantai 4, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, atau menghubungi (021) 31909735.

 

Penulis: Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Kamis, 25 Mei 2017

Tingkatkan Produktivitas, Ibu Rumah Tangga Dirikan Teras Pintar Sahabat

Jember, Sang Pencerah Muslim. Tidak ada kata terlambat dalam menimba ilmu. Para ibu di kawasan perumahan ini malah menjadikan teras rumah untuk belajar banyak hal. Kegiatan sampingan di antara rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Komunitas ini menjadi wadah untuk meningkatkan produktivitas para ibu rumah tangga.

"Komunitas ini kami namakan dengan Teras Pintar Sahabat atau TPS. Dinamakan dengan teras pintar karena memanfaatkan bagian teras rumah untuk berkumpul dan belajar,” kata Siti Waqiah kepada Sang Pencerah Muslim, Jumat, (13/11).

Tingkatkan Produktivitas, Ibu Rumah Tangga Dirikan Teras Pintar Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)
Tingkatkan Produktivitas, Ibu Rumah Tangga Dirikan Teras Pintar Sahabat (Sumber Gambar : Nu Online)

Tingkatkan Produktivitas, Ibu Rumah Tangga Dirikan Teras Pintar Sahabat

Sementara ada sekitar 20 ibu rumah tangga perumahan Dharma Alam, kawasan Sempusari, Kaliwates, Jember Jawa Timur yang sudah bergabung. "Mereka adalah ibu rumah tangga di kawasan ini yang mencoba berbagi waktu dari rutinitas harian," kata alumnus IAIN Jember ini.

Sang Pencerah Muslim

Ide awal pendirian TPS yang didirikan 20 Mei 2015 ini karena para ibu merasa memiliki waktu longgar setelah rutinitas rumah tangga. "Karena tidak semua perempuan di kawasan ini adalah wanita karir, sehingga waktunya lumayan cukup untuk belajar," ungkapnya.

TPS memberikan kesempatan kepada para ibu untuk belajar berbagai persoalan. "Untuk minggu kemarin kami mendiskusikan kesehatan reproduksi dan minggu depan akan membuka teras pintar anak," kata ibu tiga anak ini.

Sang Pencerah Muslim

Baginya, komunitas ini sangat baik bagi para ibu untuk meng-upgrade pengetahuan dan keterampilan saat sekolah maupun kuliah dulu. "Banyak keterampilan dan pengetahuan yang lepas dan tidak digunakan saat menjadi ibu rumah tangga. Sehingga dengan TPS ini akan banyak pengetahuan yang disampaikan dan dibagi kepada anggota,” ucapnya

Dia menjelaskan, tidak semata kegiatan ilmiah yang diselenggarakan. Ada juga keterampilan yang disampaikan dalam latihan bersama seperti masalah kuliner, tutorial jilbab, make up, dan sebagainya. Bahkan pendalaman agama seperti membaca al-Quran telah disiapkan untuk pertemuan berikutnya.

Ia memimpikan kalau TPS bisa melakukan kegiatan dengan ajeg (konsisten) dan rutin, maka materi soal pemantapan aqidah juga bisa disampaikan. "Apalagi penceramah dan ustadz cukup banyak yang bisa diajak bergabung, baik dari IAIN maupun pesantren sekitar," terangnya.

Diharapkan dengan keberadaan TPS ini, para ibu tidak semata mengisi waktu dengan kegiatan kurang produktif seperti menonton televisi. "Menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan dan membutuhkan energi luar biasa untuk menjalani rutinitas," katanya. Dengan sejumlah kegiatan di TPS, lanjutnya, akan ada pilihan bagi mereka untuk menjadi lebih pintar lantaran mendapatkan masukan dari banyak kalangan. Bahkan mereka bisa saling berbagi pengalaman menghadapi anak dan mengatur rumah tangganya.

TPS sangat terbuka kepada berbagai pihak yang berkenan untuk berbagi ilmu. "Hal ini tentu demi kebaikan dan peningkatan sumber daya perempuan yang menjadikan rumah tangga sebagai pilihan pengabdian,” pungkas mantan aktivis PMII ini. (Ibnu Nawawi/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Minggu, 14 Mei 2017

NU Luar Pulau Jawa Butuh Perhatian Lebih dari PBNU

Jombang, Sang Pencerah Muslim . Kehadiran? PBNU ke berbagai cabang yang berada di luar Pulau Jawa sangat dibutuhkan untuk mempercepat penguatan NU, baik di sisi pemahaman Islam Ahlussunah wal Jamaah maupun struktur organisasi. Selama ini, masih banyak pengurus cabang NU di daerah yang merasakan kurang mendapat sentuhan dari PBNU.

?

NU Luar Pulau Jawa Butuh Perhatian Lebih dari PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Luar Pulau Jawa Butuh Perhatian Lebih dari PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Luar Pulau Jawa Butuh Perhatian Lebih dari PBNU

Hal itu diungkapkan Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, H. Tarmidzi kepada Sang Pencerah Muslim, Ahad (2/8) malam, di sela-sela menunggu lanjutan sidang pleno pembahasan tata tertib Muktamar ke-33 NU, di alun-alun, Jombang, Jawa Timur.

Menurut Tarmidzi, dengan seringnya pengurus PBNU turun ke cabang-cabang NU, selain memperkuat organisasi NU di tingkat cabang, juga menumbuhkan semangat ber-NU di tingkat MWC hingga ranting.

Sang Pencerah Muslim

?

"Siapa pun yang terpilih memimpin PBNU lima tahun ke depan, harus lebih sering turun ke bawah (cabang). Jika sering PBNU turun ke bawah, turut memperkuat pemahaman Ahlussunnah Waljamaah," kata Tarmidzi yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bengkulu Tengah.

Sang Pencerah Muslim

?

Untuk itu, kata Tarmidzi, para muktamirin harus jeli memilih pemimpin PBNU periode 2015-2020. Jangan mau? hanya dengan kepentingan sesaat dan iming-iming tertentu, memilih pemimpin PBNU ke depan.

"Kita berharap pemimpin PBNU terpilih makin sering berkunjung ke cabang-cabang. Terutama cabang-cabang yang minus kondisinya," kata Tarmidzi, tamatan Pesantren Denanyar, Jombang tahun 1977 ini.

?

Tarmidzi yang sudah tujuh tahun (dua periode) mengemban amanah sebagai Ketua PCNU di Bengkulu Tengah, belum pernah dikunjungi PBNU, kecuali hanya sampai di tingkat wilayah (provinsi). Tarmidzi mengakui, saat ini PCNU yang dipimpinnya terus berbenahi diri. Dari 10 kecamatan, sudah memiliki 9 MWC.

"Cabang yang dikunjungi PBNU pastilah senang dan dapat mendorong semangat ber-NU, baik di kalangan pengurus sendiri maupun warga nahdiyin," kata Tarmidzi yang? 22? tahun sebagai Kepala KUA di Propinsi Bengkulu ini. (Armaidi Tanjung/Mahbib)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Kamis, 16 Februari 2017

GP Ansor Boyolali Bantu Warga Korban Banjir di Sukoharjo

Boyolali, Sang Pencerah Muslim


Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Boyolali, menyerahkan sejumlah bantuan untuk korban banjir di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Penyerahan bantuan tersebut langsung dilakukan secara simbolis oleh Ketua PC GP Ansor dan Kasatkorcab Banser Boyolali, kepada perwakilan Ansor-Banser setempat yang ikut menjadi relawan.

Kepada Sang Pencerah Muslim, Ketua PC GP Ansor Boyolali, Choiruddin Ahmad, mengatakan pemberian bantuan terwujud dari upaya bersama dari para kader Ansor dan Banser di Boyolali. “Semoga dapat meringankan beban mereka yang tertimpa musibah," ujar Choiruddin, Sabtu (24/12).

GP Ansor Boyolali Bantu Warga Korban Banjir di Sukoharjo (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Boyolali Bantu Warga Korban Banjir di Sukoharjo (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Boyolali Bantu Warga Korban Banjir di Sukoharjo

Bantuan yang diberikan kepada masyarakat ini merupakan partisipasi dan bantuan, dari seluruh sahabat Ansor, termasuk dari Anak Cabang. “Sebagian dari mereka bahkan ada yang mengadakan aksi sosial untuk penggalangan dana bagi para korban banjir ini,” kata dia.

Choiruddin menambahkan, dana yang terkumpul kemudian dibelikan sembako untuk diserahkan kepada korban banjir.

"Kami harap masyarakat tak melihat jumlah bantuan yang kami berikan, tapi ketulusan dan kepedulian kami," tuturnya. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Jadwal Kajian, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Senin, 07 November 2016

PBNU dan Sejumlah Ormas Islam Beri Masukan ke Presiden

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sejumlah organisasi masyarakat Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam menyampaikan sejumlah masukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di bidang upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika, pemberantasan korupsi dan pencegahan aksi terorisme.

"Untuk masalah narkotika kami meminta agar gembong-gembong narkotika yang telah menjalani proses hukum dan mendapat hukuman mati segera di hukum mati sesuai keputusan pengadilan," kata Ketua Umum PBNU Said Agil Siroj saat diterima Presiden bersama-sama pimpinan ormas Islam lainnya di Kantor Presiden Jakarta, Kamis sore.

PBNU dan Sejumlah Ormas Islam Beri Masukan ke Presiden (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU dan Sejumlah Ormas Islam Beri Masukan ke Presiden (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU dan Sejumlah Ormas Islam Beri Masukan ke Presiden

Sementara itu untuk pemberantasan korupsi, selain meminta agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak melakukan tebang pilih dan juga hakim pengadilan tindak pidana korupsi memberikan putusan hukum yang membuat efek jera bagi koruptor dengan pemiskinan koruptor namun juga meminta partai politik dan pimpinan DPR agar memecat anggota yang terbukti melakukan korupsi.

Sang Pencerah Muslim

"Kami meminta pada partai politik dan DPR untuk memecat anggota yang melakukan korupsi dan putusan di pengadilan tipikor yang memiskinkan koruptor," katanya.

Sementara itu terkait pencegahan tindak terorisme, LPOI meminta agar pemerintah mencegah segala aksi terorisme.

Sang Pencerah Muslim

"Kami juga meminta pada Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agama untuk meninjau yayasan-yayasan dari luar negeri dan kami akan membantu bila dimintai masukan," katanya.

Sementara itu dalam pertemuan yang berlangsung mulai pukul 16.20 WIB tersebut, Presiden menyambut baik pertemuan silaturahim tersebut dan menghargai masukan-masukan yang diberikan.

Kepala Negara juga mengatakan peran para pemimpin agama dalam mendorong umat untuk bersikap toleran dan menghindari kekerasan sangat penting.

Pimpinan ormas Islam yang tergabung dalam LPOI adalah Nahdlatul Ulama (NU), Persis, Al-Irsyad al-Islamiyah, al-Ittihadiyah, Matlaul Anwar, Ar-Rabithah al-Alawiyah, al-Washliyah, Az-Zikra, Syarikat Islam Indonesia, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), IKADI, Perti, dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).?

Sementara Presiden didampingi oleh Mensesneg Sudi Silalahi dan Seskab Dipo Alam.

Redaktur: Mukafi Niam

Sumber ? : Antara

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, Warta, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Selasa, 07 Juni 2016

Melawan Narasi ISIS

Oleh Azis Anwar Fachrudin?



Bagaimana melawan ISIS secara kultural agar upaya mencegah berkembangnya bibit-bibit kekerasan dan terorisme atas nama agama bukan hanya agenda pemerintah tapi juga publik secara umum? Jawabannya tak lain adalah dengan mengidentifikasi ideologi dan melawan narasi yang dibangun ISIS. Dalam hal ini, ada dua jenis narasi ISIS yang patut diidentifikasi: narasi ideologis dan narasi politis.

Ideologi penting karena ia punya kontribusi sepertiga, kalau bukan malah setengah, dari faktor yang? berkontribusi terhadap kemunculan ISIS. Dalam studi agama dan kekerasan (religious violence), biasanya dikaji tiga faktor yang ketika terakumulasi akan membuat (pemeluk) agama mengalami “radikalisasi” dan rentan memilih jalan kekerasan: (1) ideologi; (2) sosial-ekonomi-psikologi; dan (3) faktor yang dikembangkan dalam teori gerakan sosial, yaitu “struktur kesempatan politik” (political opportunity structure).

Melawan Narasi ISIS (Sumber Gambar : Nu Online)
Melawan Narasi ISIS (Sumber Gambar : Nu Online)

Melawan Narasi ISIS

Hanya saja, dalam kasus ISIS faktor kedua tampaknya kurang begitu berpengaruh—meski tak berarti tak ada sama sekali. Banyak pasukan asing ISIS justru berasal dari Eropa, yang jauh lebih banyak jumlahnya jika dibanding Indonesia. Tak sedikit pula dari mereka yang bergabung dengan ISIS justru berasal dari kalangan menengah bahkan kaum muda terdidik. Artinya, mereka yang bergabung ini bukan dari kelas sosial marginal atau ekonomi bawah.

Karena itu, di samping ideologi, faktor lain yang kuat berpengaruh adalah struktur kesempatan politik. Analisis tentang ini bertesis bahwa pilihan untuk mendukung dan/atau melakukan kekerasan sangat bergantung pada gelanggang aksi (“repertoire”) yang dikondisikan oleh konteks politik setempat. ISIS bisa tumbuh subur karena diamplifikasi konteks politik tempat lahirnya: rezim Suriah yang represif (setidaknya bagi kaum pemberontak/oposisi), rezim Irak yang dipandang loyalis Saddam dan beberapa kelompok Sunni sebagai sektarian, dan kondisi politik setempat yang kacau-balau (chaotic) sebagai imbas dari fenomena yang disebut “Musim Semi Arab” (ar-Rabi’ al-‘Arabiy). Tamsilnya kira-kira seperti pegas: semakin suatu rezim politik menekan kuat ke bawah, daya balik ke atas untuk memberontak semakin kuat dan pilihan untuk melakukan kekerasan semakin terjustifikasi.

Sang Pencerah Muslim

Hal yang terakhir ini turut menjadi penjelesan mengapa pasokan jihadis ISIS dari Indonesia, sebagai negara (relatif) demokratis dengan penduduk Muslim terbesar sedunia, sebenarnya sangat sedikit bila dibanding negara-negara mayoritas Muslim lainnya. Penjelasan inilah yang belum lama diangkat dan diulas dalam “Why are so few Indonesians joining the Islamic State” (www.theatlantic.com).

Mengamini penjelasan ini, semakin suatu rezim represif dan kondisi politik kacau-balau, potensi untuk munculnya ISIS dan gerakan serupa semakin besar. Karen itu, Indonesia selayaknya menjaga alam demokrasi agar aspirasi bisa tersalurkan melalui jalan yang beradab dengan, tentu saja, tetap menjaga kekuatan pengawal keamanan dan keterjaminan kebebasan sipil.



Wahhabisme dan Qutbisme

Terkait perlawanan terhadap narasi ideologis, hal pertama yang jelas teridentifikasi dari ISIS adalah akar teologisnya. Secara teologis, sulit untuk menampik bahwa ISIS merupakan percabangan (ramification) dari Wahhabisme. Ini sangat jelas, terutama bila melihat beberapa selebaran (baik pamflet atau booklet) yang dipublikasikan ISIS sendiri.

Sang Pencerah Muslim

Salah satu pamflet ISIS yang menjadi semacam manifesto teologisnya, yakni? Hadzihi ‘Aqidatuna wa Hadza Manhajuna (Ini Akidah Kami dan Ini Jalan Kami), menunjukkan indikasi kuat ke arah itu: kebencian terhadap kuburan, patung (yang dianggap berhala), praktik-praktik tradisional (yang dianggap syirik), pemerintahan yang mengadopsi sistem politik sekuler (yang disebut thaghut) dan, tak kalah penting, Syiah (yang diangap kafir). Ini semua karakter tipikal—meski tak seluruhnya—Wahhabisme. Agaknya tak berlebihan kalau dikatakan bahwa ‘DNA’ Wahhabisme memang anti-Syiah, sehingga di mana Wahhabisme tumbuh subur, narasi anti-Syiah akan menguat.

Namun ISIS bukan semata Wahhabisme. Dalam ranah teologi-politik, ISIS adalah racikan antara Wahhabisme dan Qutbisme. Yang terakhir ini terkenal dengan ide tentang “jahiliyah modern” dan dipancangkan dasarnya oleh Sayyid Qutb, figur yang acap disebut meradikalkan satu faksi dalam Jama’ah al-Ikhwan al-Muslimin dan membidani gerakan ‘salafi-jihadi’ seperti al-Qaeda. Qutbisme membagi dunia menjadi dua saja: negara Islam (darul-Islam) dan negara kafir (darul-kufr). Dengan pondasi Qutbisme ini ISIS bercita-cita mendirikan khilafah global, melintasi sekat-sekat negara modern, dan mendeklarasikan perang kepada siapapun selainnya.

Hal yang terakhir ini juga terindikasi kuat dari salah satu booklet ISIS yang berjudul Muqarrar fit-Tauhid (Buku Daras Tauhid). Satu konsep kunci dalam booklet ini adalah ideologi “nawaqidh al-Islam” (hal-hal yang membatalkan keislaman), yang berisi 10 poin, yang jika seorang Muslim menyentuh satu saja dari 10 poin itu maka dia otomatis kafir, auto-murtad, dan karena itu layak diperangi. Satu catatan penting dalam hal ini: Muhammad ibn Abdil Wahhab, pengasas Wahhabisme itu, punya risalah kecil dengan judul yang sama, “Nawaqidh al-Islam”, yang 10 poin isinya diadopsi dengan sedikit modifikasi oleh ISIS—di samping juga risalah kecil berjudul “Masa’il Jahiliyyah”, yang dipublikasikan ISIS dengan subjudul yang mengarahkan makna “jahiliah” di situ kepada “jahiliah kontemporer” (jahiliyyah al-‘ashr), yakni apalagi kalau bukan ide-ide sekuler seperti demokrasi, HAM, dll. Di antara yang bisa masuk dalam 10 poin itu ialah: para penghina Islam dan Nabi Muhammad (ingat kasus Charlie Hebdo di Perancis), para pemimpin yang mengadopsi ideologi sekuler (dan karena itu masuk dalam kategori darul-kufr), dan Syiah-Rafidhah (dengan dakwaan klasik: mencaci para Sahabat Nabi).

Ideologi “pembatal keislaman” inilah yang pada gilirannya membuat ISIS membuat distingsi antara “musuh jauh” (al-‘aduww al-ba’id) dan “musuh dekat” (al-‘aduww al-qarib)—di sinilah signifikansi Qutbisme. Musuh jauh adalah yang sejak awal sudah ‘kafir’ (bagi ISIS semua non-Muslim adalah kafir). Musuh dekat adalah Muslim yang menyentuh salah satu poin “pembatal keislaman” itu. Distingsi ini turut menjelaskan mengapa mayoritas korban ISIS justru adalah Muslim, yakni karena dianggap sebagai musuh dekat.

Kategorisasi “musuh dekat”-“musuh jauh” dapat ditemukan muasalnya, antara lain, dari buku kecil berjudul “Al-Jihad: al-Faridhah al-Ghaibah” (Jihad: Kewajiban yang Hilang) ditulis Muhammad Abdus-Salam Faraj, otak serangan asasinasi Presiden Mesir Anwar Sadat pada 1981. Narasi yang dibangun di buku kecil itu berupa analogi, seraya mengutip fatwa Ibn Taimiyyah, dengan rezim Tartar (Mongol) yang telah menginvasi dan meluluhlantakkan Baghdad dan dianggap menjajah umat Islam pada abad pertengahan lalu. Fatwa Ibn Taimiyah saat itu kurang lebih ialah siapapun yang mengaku Muslim tapi berdamai atau mengungkapkan dukungan (muwalah) terhadap rezim Tartar, maka dia hakikatnya zindiq dan layak diperangi. Dengan analogi ini, Presiden Sadat dianggap kafir karena telah melakukan perjanjian damai Camp David dengan Israel,? yang disamakan belaka dengan mereka yang ber-muwalah pada rezim Tartar di zaman Ibn Taimiyah. Karena inilah lalu Presiden Sadat dibunuh oleh Khalid Islambouli dari kelompok al-Jihad al-Islamiy. Abdus-Salam Faraj, ideolog al-Jihad al-Islamiy, terinsipirasi kuat oleh Sayyid Qutb, dan karena inilah apa yang disebut “salafi-jihadisme” kerap ternisbahkan padanya dan disebut pula Qutbisme.

Demikianlah ringkasan substansi ideologi ISIS—lebih jauh, Anda bisa menelusurinya dengan melacak tokoh-tokoh di atas serta tulisan-tulisannya. Setiap narasi keislaman yang mengacu ke ideologi itu adalah indikator yang potensial menjadi lahan persemaian ISIS.

Sektarianisme

Secara politis, narasi yang dikembangkan ISIS adalah mengeksploitasi kasus Timur Tengah, terutama di Suriah, yang dibingkai sebagai perang Sunni-Syiah. Narasinya: rezim Assad adalah representasi kejahatan Syiah dan ISIS adalah pejuang pembela Sunni. Kekacauan politik di Suriah dinarasikan ISIS dengan bungkus sektarian untuk mendapat simpati massa Muslim dari gerakan-gerakan lain yang memiliki kecenderung politik yang sama dengan ISIS: menjatuhkan rezim Assad. Framing seperti inilah yang diimpor ke mana-mana, tak terkecuali ke Indonesia.

Ideologi “takfiri” dan jihadisme ala ISIS bisa tumbuh subur ketika lahan sektarianisme “permusuhan abadi Sunni-Syiah” sudah disemai terlebih dahulu. Metode semacam ini cukup terkonfirmasi bila kita membaca antara lain buku Idarah al-Tawahhusy (Manajemen Brutalisme), karya orang yang menyebut dirinya Abu Bakar Naji, yang menjadi panduan strategis ISIS untuk masuk ke lahan baru. Tahapannya secara ringkas: kobarkan kekacuan politik (terutama di kawasan yang rezimnya lemah), buat umat Islam merasa terkepung, lalu datang sebagai ‘penyelamat’. Dalam konteks hari ini, salah satu isu yang paling gampang untuk mengobarkan chaos di kawasan mayoritas Muslim tapi rezimnya lemah adalah isu sektarianisme. Di Indonesia, hal ini sudah terjadi, meski eskalasinya belum—dan semoga tidak sampai—separah di Timur Tengah; yakni dengan adanya satu-dua pemerintah lokal yang jatuh ke dalam kubangan politik sektarian.



Begitulah dua narasi utama ISIS, secara ideologis (Wahhabisme dan Qutbisme) dan politis (sektarianisme). Melawan ISIS secara kultural, baik oleh ormas keislaman moderat maupun masyarakat Indonesia secara umum, bisa dimulai dengan mengidentifikasi kemudian melawan narasi itu. Langkah pertama antara lain dengan memperkuat narasi tandingan sebagai antidote-nya, yakni narasi anti sektarianisme, yang bisa dilakukan antara lain dengan memperkuat upaya pendekatan (taqrib) Sunni-Syiah. Kalau terwujud, ini bisa menjadi narasi tandingan dengan pesan kultural yang kuat. Tapi kalau tidak, dan malah memilih memanas-manasi sengketa sektarian yang sudah berusia berabad-abad ini, bibit “ISIS-isme” masih mendapat lahan subur untuk ditanami.?



Mahasiswa S2 Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Minggu, 20 Desember 2015

Sururi Pimpin PW Pergunu Jawa Timur

Mojokerto, Sang Pencerah Muslim - Konferensi Wilayah Pergunu Jawa Timur berjalan dengan lancar dan sukses. Beberapa sidang seperti sidang komisi dan pleno hampir tidak ada suara penolakan. Laporan pertanggungjawaban yang rawan akan kegaduhan hingga penolakan, terlihat dan terdengar sepi.

Itulah kondisi Konferwil Pergunu Jawa Timur yang dilaksanakan di Pesantren Amanatul Ummah, Mojokerto, Sabtu-Ahad (5–6/8).

Sururi Pimpin PW Pergunu Jawa Timur (Sumber Gambar : Nu Online)
Sururi Pimpin PW Pergunu Jawa Timur (Sumber Gambar : Nu Online)

Sururi Pimpin PW Pergunu Jawa Timur

Dengan bergilir, sebanyak 33 cabang yang memiliki suara sah memilih Ketua Pergunu Jatim 2017-2022. Sesuai dengan tatib pasal 15 ayat 2 menyebutkan bakal calon ketua ditetapkan sebagai calon sekurang-kurangnya didukung oleh 9 suara yang sah.

Dari enam bakal calon yang muncul, hanya satu yang lolos dan memenuhi syarat meraih 9 suara atau lebih. H Sururi meraih 20 suara dan ditetapkan sebagai ketua terpilih secara aklamasi.

Sang Pencerah Muslim

"Ini adalah amanah yang harus saya emban. Dengan ucapan bismillah saya bersedia menjadi Ketua Pergunu Jatim," kata Sururi saat diminta kesediaannya oleh pimpinan sidang.

Sang Pencerah Muslim

"Semoga konferwil ini menjadi awal kebangkitan Pergunu Jawa Timur. Konsolidasi organisasi akan terus dilakukan. Bertekad menjadikan para guru professional dan memetakan potensi guru atau dosen," pungkas Sururi, disambut tepuk tangan oleh para peserta.

Sebagai pembantu untuk menyusun pengurus, konferwil membentuk tim formatur yang terdiri atas enam zona. Dan ditambah dari unsur pimpinan pusat serta ketua demisioner.

"Ketua tim formatur ketua terpilih, sesuai dengan pasal 16 ayat 1, penyusunan pengurus selambat-lambatnya 60 hari terhitung sejak pelaksanaan konferwil," tegas pimpinan sidang. (Rof Maulana/Alhafiz K)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 28 Maret 2015

Bahtsul Masail Nasional di Yogyakarta Dimulai

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Pembahasan masalah-masalah kegamaan atau Bahtsul Masail Diniyah Nasional PBNU yang diselenggarakan di pesantren Sunan pandanaran, dimulai sejak Selasa (2/7) siang kemarin.

Bahtsul Masail Nasional di Yogyakarta Dimulai (Sumber Gambar : Nu Online)
Bahtsul Masail Nasional di Yogyakarta Dimulai (Sumber Gambar : Nu Online)

Bahtsul Masail Nasional di Yogyakarta Dimulai

“Saya pribadi senang berkenaan dengan pesantren sunan pandanaran dijadikan sebagai tempat bahsul masial. para ulama-ulama, kiai-kiai datang dari Indonesia berkenaan memberikan berkah pada pesantren kami,” kata KH. Mu’tashim Billah, pengasuh Pesantren Pandanaran.

Senada dengan KH. Mu’tashim Billah, KH Zulfa Mustafa, ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU juga mengungkapkan kegembiraannya atas terselenggaranya Bahtsul Masail di Pesantren Pandanaran.

Sang Pencerah Muslim

“Jika Kiai Mu’tashim tadi mengatakan senang, LBM PBNU malah lebih bahagia lagi. Karena amanah PBNU bisa dilaksanakan di Pesantren Pandanaran ini,” ujar KH Zulfa Mustafa.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, KH Zulfa Mustafa juga menyinggung tentang bahsul masail sebagai ruhnya NU.  “Banyak kiai-kiai yang bilang, bahwa NU ya pesantren dan pesantren ya Bahsul Masail. Bisa dikatakan bahwa memang Bahsul Masail adalah ruhnya NU,” ungkanya dengan menggebu-nggebu.

Sementara itu, KH Ahmad Ishomudin, Rais Syuryiah PBNU, dalam sambutannya memaparkan tentang fungsi Bahsul Masail.

“Ada beberapa hal yang menjadi fungsi dari Bahtsul Masail. Pertama, fungsi ilmiah, karena tidak ada pendapat yang dikeluarkan tanpa lmu, tanpa landasan dan tanpa rujukan. Kedua, fungsi silaturrahmi, karena setiap bahsul masail itu bisa mengukuhkan kembali hubungan-hubungan yang sempat terputus. Ketiga, fungsi konsolidasi. Dan terakhir, menjelang pilpres 2014, Bahsul masail barangkali bisa berfungsi siasat,” Ujar KH Ishomudin panjang lebar.

Acara yang akan berlangsung selama dua hari tersebut, dihadiri oleh para kiai dari perwakilan seluruh Indonesia. Materi yang akan dibahas dalam acara tersebut, antara lain, tentang tindak pidana pencucian uang, outsourcing dalam perspektif Islam, mekanisme fiqhiy biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH), dan badal thawaf ifadhah. 

Redaktur   : A. Khoirul Anam

Kontributor: Rokhim 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Selasa, 02 Desember 2014

Wapres: Tumbuhkan Minat Baca, ke Pesantren Saja

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Diakui atau tidak, pondok pesantren telah sejak lama mengajarkan serta membudayakan minat baca dan belajar. Tak hanya itu. Tradisi menulis pun seakan telah menjadi tradisi di lembaga pendidikan tradisional khas Indonesia itu.

Tak berlebihan jika Wakil Presiden Jusuf Kalla menyarankan agar sistem pendidikan dan tradisi membaca serta menulis di pesantren patut dijadikan contoh. Karena, menurutnya, seminar-seminar bertema pengembangan minat membaca kerap diadakan, namun belum banyak menghasilkan minat belajar bagi para siswa.

"Kalau mau belajar soal bagaimana mengharuskan membaca, nggak perlu ke luar negeri, pergi saja ke pesantren," ujar Wapres Kalla saat membuka Seminar Nasional bertajuk “Sosialisasi Pengembangan Budaya Minat Baca dan Pembinaan Perpustakaan Nasional” di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (12/7).

Wapres: Tumbuhkan Minat Baca, ke Pesantren Saja (Sumber Gambar : Nu Online)
Wapres: Tumbuhkan Minat Baca, ke Pesantren Saja (Sumber Gambar : Nu Online)

Wapres: Tumbuhkan Minat Baca, ke Pesantren Saja

Di pesantren, tutur Wapres Kalla, para santri, tiap hari wajib membaca kitab-kitab kuning dengan penuh khusyuk, tentang materi-materi keagamaan ataupun sastra. Hal itulah yang merupakan dasar bagi pengembangan minat baca di pesantren.

"Bahkan sambil terkantuk-kantuk, santri tetap baca. Mereka nurut (patuh) pada ustad, ustad nurut pada kiai, kiai nurut pada kiai khos-nya. Pak Mendiknas (Menteri Pendidikan Nasional, red) harus jadi kiai khos-nya," ujar Wapres Kalla disambut tawa peserta seminar, termasuk Mendiknas Bambang Sudibyo.

Sang Pencerah Muslim

Ia mengungkapkan, sebaiknya Mendiknas membuat aturan mengenai keharusan untuk membaca. Para siswa diwajibkan untuk membaca dan mengetahui pelajaran-pelajaran yang harus dia ketahui dari buku, bukan sekadar menumbuhkan minat membaca.

"Kalau minat saja, kalau anaknya tidak mau, bagaimana. Yang penting itu harus membaca, karena dari keharusan akan menjadi kebiasaan," tandasnya.

Karena itu, Wapres berharap, seminar yang diadakan Departemen Pendidikan Nasional itu tidak hanya membicarakan pentingnya membaca, tapi bagaimana membuat aturan soal keharusan membaca. (rif/dtc)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim AlaNu, Halaqoh, Humor Islam Sang Pencerah Muslim

Minggu, 25 Mei 2014

Karya Ulama Nusantara Diusulkan Jadi Bahan Ajar di Madrasah dan Perguruan Tinggi Islam

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Puslitbang Lektur dan Khazanah Keislaman yang bernaung di bawah Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama berencana menindaklanjuti hasil inventarisasi karya ulama Nusantara. Pihak Puslitbang mengusulkan sejumlah instansi dan lembaga terkait untuk membahas kemungkinan karya ulama Nusantara itu sebagai bahan ajar di madrasah-madarasah dan perguruan tinggi Islam.

Demikian disampaikan Kabid Lektur dan Keagamaan Fakhriati dalam seminar inventarisasi karya pemuka dan tokoh agama Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama di Bekasi sejak Rabu-Jumat (23-25/11).

Karya Ulama Nusantara Diusulkan Jadi Bahan Ajar di Madrasah dan Perguruan Tinggi Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Karya Ulama Nusantara Diusulkan Jadi Bahan Ajar di Madrasah dan Perguruan Tinggi Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Karya Ulama Nusantara Diusulkan Jadi Bahan Ajar di Madrasah dan Perguruan Tinggi Islam

Puslitbang Lektur dan Khazanah Keislaman Kemenag RI menggelar sosialisasi hasil inventarisasi karya ulama di Banda Aceh,Tapak Tuan dan Padang, Purwakarta, Cirebon, dan Madura.

Ketika ditanya perihal tindak lanjut inventarisasi ini, Fakhriati mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan sosialisasi lebih massif atas karya ulama yang telah didigitalisasi di lembaga pendidikan seperti madrasah dan perguruan tinggi Islam di Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

“Kami akan mendorong dirjen lain yang menangani langsung madrasah dan perguruan tinggi Islam untuk menjadikan karya-karya itu sebagai bahan ajar. Memang pertanyaan selanjutnya adalah apa tindakan ke depan setelah inventarisasi,” kata Fakhriati.

Sang Pencerah Muslim

Menurutnya, digitalisasi ini tidak akan bermakna banyak ketika tidak ada masyarakat atau pelajar yang membacanya. Ia juga menganjurkan kepada segenap akademisi untuk melakukan pengembangan pemikiran ulama melalui karya-karya ulama untuk pemikiran Islam ke depan. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, IMNU, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Jumat, 30 November 2012

Gali Semangat Juang, Muslimat Jombang Sowan ke Para Sesepuh

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Untuk menumbuhkan semangat berkhidmat kepada organisasi, sejumlah pengurus harian Pimpinan Cabang Muslimat NU Jombang, Jawa Timur, bersilaturrahmi ke para sesepuh perempuan NU yang aktif berjuang di Muslimat tempo dulu.

"Apa yang kami lakukan sekarang sebenarnya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kiprah pendahulu," kata Ketua PC Muslimat NU Jombang Hj Aisyah Muhammad di sela-sela kunjungan tersebut, Senin (3/3).

Gali Semangat Juang, Muslimat Jombang Sowan ke Para Sesepuh (Sumber Gambar : Nu Online)
Gali Semangat Juang, Muslimat Jombang Sowan ke Para Sesepuh (Sumber Gambar : Nu Online)

Gali Semangat Juang, Muslimat Jombang Sowan ke Para Sesepuh

Bagi cucu KH Abdul Wahab Chasbullah ini, semangat para aktivis Muslimat periode awal sangat luar biasa. "Dengan keterbatasan sarana yang ada ditambah kesibukan sebagai perempuan di rumah maupun profesi lain, masih menyempatkan untuk berkhidmat bagi umat," katanya.

Sang Pencerah Muslim

Karena itu untuk mengenang perjalanan dan kiprah mereka, para pengurus melakukan silaturahim. "Besar harapan hal ini akan memberkan spirit bagi perjuangan kami para penerus untuk tidak capek dalam berbuat demi umat," ungkapnya.

Dalam kegiatan ini sejumlah pengurus harian turut serta. Mereka bersilaturahim ke Amah, salah seorang aktivis Muslimat NU di Kecamatan Mojowarno. "Kami juga mengunjungi Hj Fatimah yang juga aktivis Muslimat pada zamannya di Kecamatan Jogoroto," katanya.

Sang Pencerah Muslim

Tidak jarang para pengurus harus meneteskan air mata ketika para sesepuh menceritakan kiprah mereka saat mengabdi. "Hal ini menambah keyakinan kami bahwa melayani umat adalah ibadah tak ternilai," kata Bu Is, sapaan akrabnya.

Para sesepuh mengingatkan agar aktivis muda sekarang untuk terus dibimbing dan diajak peduli dengan kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan warga. "Kalau tidak mereka, siapa lagi yang akan meneruskan dakwah ini," kata Bu Is menirukan wejangan sesepuh. (Syaifullah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Cerita, Fragmen Sang Pencerah Muslim

Minggu, 28 Oktober 2012

Mendes Marwan Harap Forum Bahtsul Masail Bahas Persoalan Desa

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Sebagai salah satu tradisi intelektual keagamaan yang hidup di tengah masyarakat Muslim nusantara, Bahtsul Masail diharapkan bisa mengawal arah perjalanan bangsa agar tidak keluar dari cita-cita reformasi dalam mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar berharap Bahtsul Masail yang sudah menjadi tradisi di kalangan kaum Nahdliyin, tidak hanya terbatas pada pembahasan masalah ubudiyah (peribadatan) saja, akan tetapi juga membahas masalah-masalah kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.

Mendes Marwan Harap Forum Bahtsul Masail Bahas Persoalan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
Mendes Marwan Harap Forum Bahtsul Masail Bahas Persoalan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

Mendes Marwan Harap Forum Bahtsul Masail Bahas Persoalan Desa

"Forum Bahtsul Masail harus bisa bersinergi dengan pemerintah untuk membahas berbagai masalah aktual yang berdampak pada kesejahteraan rakyat," ujar Menteri Marwan dalam sambutannya saat membuka forum Bahtsul Masail di Pondok Pesantren Denanya, Jombang, Sabtu (4/4).

Sang Pencerah Muslim

Dengan membahas berbagai permasalahan yang aktual, Menteri Marwan yang juga sebagai warga Nahdliyin, berharap pelaksanaan program pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa menjadi salah satu pembahasan dalam forum Bahtsul Masail tersebut.

Sang Pencerah Muslim

"Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, untuk dibahas apakah materi dan substansinya ? sudah cukup atau masih perlu penyempurnaan dalam berbagai aspeknya," ujar Menteri Marwan.

Menurut politisi PKB tersebut, keikutsertaan Ulama dan Pondok Pesantren dalam mengawasi penggunaan dana desa untuk pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa, penting untuk dibahas bagaimana hukumnya.

"Dalam hal ini, saya berharap para Kiai dan Pengasuh Pesantren ikut mendukung dan berperan serta dalam pelaksanaan program ini yang akan dikelola langsung oleh Pemerintah Desa bersama masyarakat desa," imbuhnya.

Dengan hadirnya Kementerian Desa yang fokus dan lokusnya adalah masyarakat yang ada di perdesaan, Menteri Marwan, berharap program ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi warga NU dan Pesantren."Dengan mayoritas warga NU yang hidup di perdesaan saya berharap program ini bisa meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya bersama warga desa lainnya," tandasnya. Red: mukafi niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Minggu, 18 Maret 2012

Ribuan Jamaah Hadiri Haul KH Baedlowi Lasem

Rembang, Sang Pencerah Muslim. Ribuan jamaah dari pelbagai daerah menghadiri acara haul KH Baedlowi bin Abdul Aziz yang Ke-42, Ahad sore (2/9).?

Ribuan Jamaah Hadiri Haul KH Baedlowi Lasem (Sumber Gambar : Nu Online)
Ribuan Jamaah Hadiri Haul KH Baedlowi Lasem (Sumber Gambar : Nu Online)

Ribuan Jamaah Hadiri Haul KH Baedlowi Lasem

Haul yang digelar di pelataran Pondok Pesantren Al-Wahdah, Sumbergirang, Lasem-Rembang, Jawa Tengah, itu juga dihadiri sejumlah kiai. Diantaranya Mustasyar PBNU, KH Maemoen Zuber Sarang. Hadir pula Wakil Bupati Rembang, H Abdul Hafidz.

Dalam tausiyahnya, KH Maemoen Zuber mengatakan, bahwa KH Baedlowi merupakan penyebar tarekat Syattariyyah.?

Sang Pencerah Muslim

"Tarekat ini merupakan salah satu tarekat terpenting dalam proses islamisasi di Indonesia. Dzikir yang diajarkan oleh tarekat ini sangat cocok untuk orang awam," kata Mbah Maemun.

Sang Pencerah Muslim

”Mbah Baedlowi, ikut mengembangkan tarekat syattariyyah,” lanjut Mbah Maemoen, yang juga menantu KH Baedlowi.

Pada bagian lain, Mbah Maemoen menjelaskan hubungan antara orang yang hidup dengan orang yang sudah meninggal ibarat hubungan antara pengikal benang dengan layang-layang. "Dimana, orang hidup itu ibarat pengikal benang, sedangkan orang yang sudah meninggal ibarat layang-layang."

"Layang-layang bisa dinaikkan dengan mengendorkan benang dari pengikal benangnya. Sebaliknya, layang-layang bisa diturunkan atau dijatuhkan dengan menarik benang dari pengikal benangnya," jelasnya.

Orang yang masih hidup di dunia, lanjut Mbah Moen, bisa menaikkan arwah orang yang sudah meninggal. Sebaliknya, orang yang masih hidup juga bisa menurunkan arwah orang yang sudah meninggal.

”Jadi, meski sudah meninggal, masih ada hubungan dengan orang yang masih hidup,” tambahnya. ? ? ? ?

Dalam sejarah, KH Baedlowi memiliki peran yang cukup besar khususnya dalam upaya mempertahankan keutuhan NKRI. Salah satunya, beliau mengusulkan agar Presiden RI saat itu, Ir Soekarno diberikan gelar waliyyul al-amri ad-dharuri bi as-asyukah.?

Usulan KH Baedlowi itu terkait dengan munculnya persoalan politik di tanah air yang mempertanyakan sah tidaknya posisi Ir Soekarno sebagai presiden di Indonesia.

Akhirnya, usulan KH Baedlowi dibawa ke forum muktamar NU pada tahun 1947 di Madiun yang memutuskan bahwa Ir Soekarno adalah Kepala Negara Republik Indonesia sebagai waliyyu al-amri ad-dharuri bi as-syaukah. Artinya, pemegang pemerintahan yang bersifat darurat dengan kekuatan dan kekuasaan.

Selain KH Baedlowi bin Abdul Aziz, sejumlah masyayikh juga ikut dihauli. Antara lain Ny Hj Halimah bin Shiddiq, Ny Hj Hamdanah binti Ahmad Ke-31, KH Cholil bin Abdullah Umar Ke-13, dan Ny Hj Shofiyatun binti Abdubullah Sajjad Ke-13.

Selain itu, ada Ny Hj Roudloh binti Baedlowi, Kiai Abdul Bar bin Baedlowi, Ny Hj Afwah binti Baedlowi, Kiai Abdul Quddus bin Baedlowi, KH Abdul Halim bin Baedlowi Ny Hj Saudah binti Baedlowi, Ny Hj Fahimah binti Baedlowi, dan segenap sesepuh dan keluarga besar Pesantren Al-Wahdah, Lasem-Rembang.

Redaktur : Hamzah Sahal

Pengirim ? : Sholihin Hasan

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Fragmen, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Rabu, 14 Maret 2012

GP Ansor Sumenep Bedah Buku "Pesantren: Nalar dan Tradisi"

Sumenep, Sang Pencerah Muslim - Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Sumenep Madura, Jawa Timur, membedah buku bertemakan pesantren, Sabtu (2/4). Bertempat di aula PKPRI Sumenep, acara tersebut berlangsung 3 jam mulai dari pukul 14.00-17.00 WIB.

Buku yang dibedah berjudul Pesantren; Nalar dan Tradisi karya tokoh muda NU Jawa Timur, Gus Baddrut Tamam. Tampak hadir Ketua PCNU Sumemep KH Pandji Taufiq, Ketua PC GP Ansor M Muhri Zaen, penulis buku, 23 pengurus PC Ansor, dan 65 pengurus dari 22 PAC Ansor se Kabupaten Sumenep. Serta, beberapa pengasuh pesantren di Sumenep.

GP Ansor Sumenep Bedah Buku Pesantren: Nalar dan Tradisi (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Sumenep Bedah Buku Pesantren: Nalar dan Tradisi (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Sumenep Bedah Buku "Pesantren: Nalar dan Tradisi"

Akademisi NU Sumenep Dr Rahbini, tampil sebagai pembanding. Rahbini mengaku senang dan bangga punya kader NU seperti Gus Baddrut karena dia tergolong santri yang aktivis. "Di tengah kesibukannya, masih sempat menelurkan pikiran cerdasnya untuk kemudian diterbitkan dalam bentuk buku," tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Gus Baddrut berbicara tentang nilai-nilai pesantren harusnya terus kita sandang di mana pun dan jadi apa pun kita. "Oleh sebab itu, kita mesti selalu beretika, santun, dan bersahaja.Santri juga harus siap menghadapi berbagai problem sosial kemasyarakatan," tegas pria yang kini menjabat Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa DPRD Jawa Timur.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Dalam sambutannya, Ketua PC GP Ansor Sumenep M Muhri Zaen menegaskan, bedah buku ini adalah rangkaian dalam memeriahkan harlah GP Ansor ke-82. Pihaknya berharap dengan membedah buku kepesaantrenan, peserta bisa mengikuti para pejuang yang sekaligus pengasuh/ pendiri pesantren yang mempunyai jasa besar terhadap bangsa ini.

"Pesantren lah yang berperan besar dan bersemangat luar biasa dalam hal ikut andil dalam memerdekakan serta mendidik umat dalam segala aspek kehidupan," tandasnya. (Hairul Anam/Mahbib)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tegal, AlaSantri, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Selasa, 07 Juni 2011

Ansor Sidoarjo Antisipasi Konflik Rohingya agar Tak Merembet ke Persoalan Agama

Sidoarjo, Sang Pencerah Muslim. Aksi kekerasan yang menimpa warga Muslim di Rohingya Myanmar, mendapatkan perhatian dari semua pihak tak terkecuali Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Sidoarjo.

Ansor Sidoarjo Antisipasi Konflik Rohingya agar Tak Merembet ke Persoalan Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Sidoarjo Antisipasi Konflik Rohingya agar Tak Merembet ke Persoalan Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor Sidoarjo Antisipasi Konflik Rohingya agar Tak Merembet ke Persoalan Agama

Ansor Sidoarjo meminta pemerintah untuk melakukan diplomasi baik diplomasi bilateral dengan PBB, negara berkepentingan sekaligus melakukan intervensi politik luar negeri dengan pemerintah Myanmar, agar menghentikan kebiadaban dan kekejaman ini.

"PC GP Ansor Sidoarjo akan melakukan langkah-langkah kongkrit untuk membantu masyarakat Muslim Rohingya, sekaligus mengantisipasi konflik ini menjadi konflik agama yang merembet keluar jauh dari akar masalahnya. Apalagi kalau hal ini tidak diantisipasi akan berpotensi terjadi konflik horisontal yang mengancam kerukunan umat beragama di negeri ini," kata Ketua PC GP Ansor Sidoarjo, H Rizza Ali Faizin kepada Sang Pencerah Muslim, Senin (4/9).

Rizza menginstruksikan kepada seluruh kader untuk mengumpulkan bantuan sosial dalam bentuk apapun. Dalam hal ini pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan PCNU Sidoarjo dan banom, untuk disalurkan lewat lembaga resmi NU.

Sang Pencerah Muslim

Tak hanya itu saja, lanjut Rizza, Ansor Sidoarjo juga mengutuk keras kebiadan dan kekejaman tersebut. Pihaknya akan melakukan dialog dan pendekatan antarumat beragama agar konflik itu tidak dibaca sebagai konflik agama semata yang kemudian akan mengancam keharmonisan, kedamaian serta kerukunan umat beragama di Indonesia khususnya di Sidoarjo.

"Kami akan mengikuti dan melaksanakan intruksi resmi panglima besar, dalam hal ini Ketua Umum PP GP Ansor pusat. Sebagai Panglima Grasroot Pemegang Pasukan ormas Islam terbesar di Indonesia, Ansor Sidoarjo mengharap agar masyarakat khususnya kader Ansor dan Banser tidak kalap dan gegabah," tegasnya.

Sang Pencerah Muslim

Rizaa menegaskan, gencarnya gerakan dan kampanye keperihatinan untuk membantu umat Muslim Rohingya yang menjadi korban kebiadaban rezim yang memakai simbol dan idiom salah satu agama, Ansor Sidoarjo menilai bahwa untuk memberangkatkan pasukan jihad perang ke Myanmar belum saatnya. Karena masyarakat Rohingya tidak butuh perang, melainkan butuh solusi hidup dan perdamaian.

"Kita mengimbau kepada seluruh kader untuk berdoa agar saudara kita (Muslim Rohingya) diberi kekuatan, ketabahan serta diberi jalan terbaik oleh Allah," pinta Rizza. (Moh Kholidun/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, Fragmen, Santri Sang Pencerah Muslim

Selasa, 14 Oktober 2008

Rajin Ibadah tapi Merugi, Kenapa?

Khutbah I

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? "? ? ? ? ? ? ? ?. ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Rajin Ibadah tapi Merugi, Kenapa? (Sumber Gambar : Nu Online)
Rajin Ibadah tapi Merugi, Kenapa? (Sumber Gambar : Nu Online)

Rajin Ibadah tapi Merugi, Kenapa?

Hadirin, Jamaah Jumah yang berbahagia

Sang Pencerah Muslim

Pada kesempatan kali ini, saya berwasiat kepada diri saya pribadi dan hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah Taala dengan selalu berusaha menjalankan perintahNya serta selalu berusaha menjauhi segala hal yang dilarang olehNya. Dengan begitu kita akan memperoleh kebahagian, keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat kelak. amin.

Hadirin, hafidhakumullah,

Sang Pencerah Muslim

Kita sekarang sedang hidup di zaman yang serba diliputi fitnah dalam segala aspek. Fitnah yang dimaksud di sini adalah ujian-ujian yang tidak tingan. Manusia satu melukai manusia yang lain. Sesama manusia saling mencederai. Sesama muslim, menyakiti. Menyakiti tidak terbatas pada luka tubuh yang lahir, namun luka hati. Banyak orang yang mengoyak ketenteraman saudaranya.

Jauh-jauh hari, empat belas abad silam, Rasulullah SAW mengingatkan tentang singgungan ketentraman kehidupan bersama sebagai berikut:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? (? ? - (? 1 / ? 15)

Pemeluk agama Islam adalah orang yang orang-orang muslim lainnya menjadi selamat dari (perbuatan buruk) lisan dan tangannya. Sedangkan orang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah.

Ada pula hadits shahih yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik dari Rasulullah SAW bersabda

? ? ? ?

“Orang yang beriman adalah orang di mana manusia lain merasa aman darinya.”

Dari kedua hadits di atas, setidaknya kita dapat mengambil pemahaman, bahwa baik antara definisi orang muslim maupun mukmin mempunyai dasar aspek yang sama. Selain mereka harus memenuhi kewajiban menjaga hubungan vertikal (hablun min Allah), juga harus menjaga baik hubungan horizontal (hablun min annas) dengan sebaik mungkin.

Artinya, sebaik apa pun dia melakukan ibadah mahdlah, namun jika dia selalu merugikan orang lain, mengecewakan sesama, menyakiti oran-orang di sekitarnya, maka iman Islamnya orang itu belum sempurna. Sehebat apa pun orang beribadah, jika ia merugikan orang, berarti ia termasuk orang yang rugi.

Ada sebuah hadits yang diriwayatkan dalam shahih muslim. Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat:

? ? ?

"Tahukah kalian, siapa orang yang merugi itu?" Tanya Nabi.

Para sahabat lalu menjawab:

? ? ? ? ? ? ? ?

“Orang yang merugi di antara kita adalah orang yang tak mempunyai dirham (uang) dan tidak mempunyai harta benda.”

Mendengar jawaban demikian, Rasulullah kemudian menjelaskan:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Sesungguhnya orang yang merugi adalah dari umatku adalah orang yang datang besok pada hari kiamat, sedang ia membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala zakat.”

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Namun ia juga datang dengan amalan mencaci ini, menuduh ini, makan hartanya orang ini, mengalirkan darahnya orang ini, memukul orang ini.”

? ? ? ? ? ? ? ?

“Nah, kemudian pahala kebaikan orang yang ini pun akan diberikan kepada orang yang ini, orang yang ini pahalanya diberikan kepada orang ini.”

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Apabila pahalanya yang dibuat menebus sudah habis, dosa dari orang yang dizalimi akan diberikan kepada orang ini. Lalu, dimasukkanlah ia ke dalam api neraka.”

Hadirin!

Hadits di atas jelas menjelaskan bahwa kita tidak boleh sembrono dalam hubungan kepada siapa saja. Jangan-jangan ibadah malam kita, puasa kita, sedekah kita ataupun apa pun amal yang sudah capai kila jalankan, susah payah kita kumpulkan di dunia, akhirnya kita tidak dapat mengunduhnya di akhirat kelak. Hanya gara-gara habis dibuat menebus kesalahan-kesalahan kepada saudara kita. Naudzu billah min dzalik.

Rasulullah memberikan istilah orang yang mempunyai model seperti di atas dengan sebutan orang yang merugi. Maksud rugi, karena dia menanam, namun tidak mengunduh.

Hadirin, hafidhakumullah,

Selain dalam hadits, pada Al-Quran juga banyak dijelaskan tentang bagaimana kita perlu menjaga harmoni dengan baik serta harus kita rawat sejak dari alam pikiran kita, hingga aksi dunia nyata.

Menjaga kebaikan dari alam pikiran ini tampak dari ayat firman Allah SWT

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Hujarat: 12)

Ayat lain menyebutkan:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ... ?

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al Baqarah: 264)

Serta masih banyak keterangan lain yang menyatakan di mana kita dilarang menyakiti atau merampas hak orang lain dengan tanpa jalan yang dibenarkan oleh syariat Islam. Hal ini cukup berbahaya bagi keberlangsungan kita di hari kiamat kelak.

Dalam era media sosial seperti sekarang ini, orang sangat mudah mengumpat, mencaci, mencibir, melontarkan kalimat sampah serapah dengan tanpa tatap muka secara langsung atau bahkan kepada orang yang belum dan tidak akan pernah bertemu sama sekali di dunia ini. Tapi kita perlu waspada dan hati-hati, jangan-jangan orang yang dulunya kita hina di medsos, di akhirat, ia menjadi ganjalan yang menghalangi kita masuk surga, naudzu billah min dzalik.

Mari kita mawas diri, instrospeksi diri kita masing-masing. Sejak dalam pikiran, kita jangan berburuk sangka, dalam mulut jangan berkata yang menyakiti orang lain, tangan, mata, kaki dan anggota kita, mari kita berusaha menjaganya dari menyakiti sesama supaya kita hidup bermasyarakat yang baik dalam bingkai harmoni yang terawat.

Mari kita ingat, bagaimanapun mereka adalah saudara kita yang perlu kita jaga bersama supaya kita kuat dan tidak mudah roboh.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman merupakan saudara. Perbaikilah kalian antara saudara kalian. Dan bertakwalah supaya kalian dibelaskasihani.

Hadirin ....

Kesimpulan yang dapat kita ambil pada kesempatan kali ini adalah pertama, kita, selain dituntut untuk berhubungan baik kepada Allah, kita juga harus memperbaiki hubungan antarsesama. Kedua, orang ahli ibadah, jika selalu merugikan orang lain, baik merugikan melalui lisan atau tindakan, mulai dari mencaci, mencuri, dan lain sebagainya, jika di dunia ini tidak diselesaikan, pada hari kiamat kelak, ia akan dimintai perhitungan oleh Allah SWT. Jangan-jangan itu bisa menjadikan rugi dari tanaman amal baik kita selama di dunia.

Semoga kita dan keluarga kita benar-benar dijaga oleh Allah SWT, amin ya rabbal alamin.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ?.

Khutbah II

? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? : ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ! ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

(Ahmad Mundzir)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaSantri, Halaqoh, Kyai Sang Pencerah Muslim

Jumat, 05 September 2008

Mendikbud Nyanyi Lagu Nasida Ria di Kongres Muslimat NU

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - “Dilangit ada matahari//Bersinar menerangi bumi//Dilangit ada matahari //Bersinar menerangi bumi//Cahayanya yang tajam//Menembus kegelapan//Menerangi Seluruh alam.”

Suara gemuruh memenuhi ruang Kongres Ke-17 Muslimat Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Jumat (25/11) begitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy berada di atas panggung. Muhadjir menyanyikan lagu “Nabi Muhammad Mataharinya Dunia” yang dipopulerkan grup musik Nasidaria.

Mendikbud Nyanyi Lagu Nasida Ria di Kongres Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Mendikbud Nyanyi Lagu Nasida Ria di Kongres Muslimat NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Mendikbud Nyanyi Lagu Nasida Ria di Kongres Muslimat NU

Lirik lagu tersebut dilantunkan sampai tuntas dan diikuti ribuan ibu-ibu yang memadati ruangan kongres. Tepuk tangan pun membahana. Muhadjir menyanyikannya sebelum menjadi narasumber pada sesi diskusi soal pendidikan. Menurutnya, simbol matahari dan dunia dalam lagu itu mewakili dua ormas Islam, yakni Muhammadiyah dan NU.

Dalam kesempatan ini, Mendikbud mengisi materi bertema “Kebijakan Kemendikbud RI dalam membentuk Akhlak Mulia melalui Penguatan Kurikulum dan Peningkatan Kualitas Guru”. Ia menjelaskan tentang orientasi kebijakan pendidikan pemerintah era Presiden Joko Widodo yang menekankan pendidikan karakter.

Sang Pencerah Muslim

Muhadjir menerangkan bahwa persentase materi pendidikan karakter untuk jenjang sekolah dasar sebesar 70 persen sementara untuk jenjang sekolah menengah pertama sebesar 60 persen. Melalui cara ini, Pemerintah berharap budi pekerti seperti cinta tanah air, kejujuran, penghargaan terhadap prestasi, dan sejenisnya dapat tertanam sejak dini.

“Di Kemendikbud ada P3K, Program Penguatan Pendidikan Karakter, yang kemudian diplesetkan wartawan dengan full day school,” ujar mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Sang Pencerah Muslim

Muhadjir berbicara singkat dalam forum dengan alasan akan memenuhi undangan Presiden. Diskusi dilanjutkan dengan paparan narasumber lain, di antaranya Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Ella Yulaelawati. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Halaqoh, IMNU, Aswaja Sang Pencerah Muslim

Rabu, 15 November 2006

Santriwati Pesantren Darul Lughah Ngaji dan Praktik Jurnalistik

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim - Puluhan santriwati Pondok Pesantren Darul Lughah wal Karomah di Kelurahan Sidomukti Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo mendapatkan pendidikan jurnalistik, Kamis (27/4) siang. Pendidikan di ruang serbaguna pesantren setempat ini hanya diikuti oleh santriwati yang ditunjuk oleh pesantren.

Peserta dipersiapkan sebagai garda terdepan dalam pengelola informasi dan juru dakwah bil IT (Informasi Teknologi).

Santriwati Pesantren Darul Lughah Ngaji dan Praktik Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)
Santriwati Pesantren Darul Lughah Ngaji dan Praktik Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)

Santriwati Pesantren Darul Lughah Ngaji dan Praktik Jurnalistik

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Lughah wal Karomah Hasan Baharun mengatakan, pendidikan jurnalistik bagi santri ini bertujuan untuk mencetak santri yang memiliki kompetensi di bidang jurnalistik dan juru dakwah melalui IT.

“Harapannya santri bisa menjadi penyeimbang informasi yang akurat dan benar di beberapa media sosial (medsos),” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Hasan, sudah saatnya santri Darul Lughah wal Karomah melek teknologi dengan cara menyampaikan informasi yang benar dan tepat di tengah maraknya berita-berita hoax.

Sang Pencerah Muslim

Dalam kegiatan ini, santri dilatih untuk menulis sebuah berita yang langsung diposting di website pesantren dengan laman www.ppdarullughahwalkaromah.net. “Sehingga apa yang dilakukan di lingkungan pesantren bisa diketahui secara luas,” tegasnya.

Hadir sebagai pemateri Nurahman. Menurutnya, santri harus melek internet dan harus mampu melawan arus informasi dan berita yang simpang siur (hoax).

“Untuk menyaingi itu semua, maka santri harus dibekali dengan IT. Berdakwah melalui IT dan mengcounter informasi dengan IT,” katanya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock