Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Oktober 2017

Grand Syekh Al-Azhar Kunjungi Indonesia

Jakarta, Sang Pencerah Muslim



Indonesia akan menerima kunjungan Grand Syekh Al-Azhar Prof Dr Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb ? beserta ? Majelis Hukama Al Muslimin, sebuah organisasi internasional independen, yang saat ini diketuai olehnya. Rombongan ini dijadwalkan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Ahad (21/02) malam, dan akan disambut oleh ? Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Pelaksana Tugas Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran (LPMA) yang juga Sekjen Ikatan Alumni Al Azhar Indonesia (IAAI), Muchlis M Hanafi mengatakan, kunjungan ini sangat penting dalam rangka mempererat hubungan antara kedua negara, terutama di bidang pendidikan, kebudayaan, dan dakwah keagamaan. “Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia,” terang Muchlis, Ahad (21/02) sebagaimana dikutip dari laman kemenag.go.id.

Grand Syekh Al-Azhar Kunjungi Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Grand Syekh Al-Azhar Kunjungi Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Grand Syekh Al-Azhar Kunjungi Indonesia

Kunjungan Grand Syekh Al Azhar ini juga penting dalam mempererat hubungan antara masyarakat Muslim Indonesia dengan Al-Azhar. Menurut Muchlis, dalam konstitusi Mesir, Al-Azhar merupakan lembaga keislaman yang bersifat independen dan memiliki kewenangan melaksanakan seluruh kegiatan keislaman. Al-Azhar merupakan rujukan utama dalam ilmu keagamaan dan urusan keislaman yang bertanggung jawab melaksanakan dakwah serta menyebarkan ilmu keagamaan dan Bahasa Arab di Mesir dan dunia internasional.?

“Syekh Al-Azhar bersifat independen, tidak bisa dijatuhkan dan pemilihannya dilakukan oleh Dewan Ulama Besar yang diatur undang-undang,” jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Muchlis mencatat bahwa sejak abad ke-19 (1850-an), sudah ada mahasiswa Indonesia ? yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang didirikan oleh Dinasti Fatimiyah pada 969 M ini. “Saat ini, sekitar 4000 an mahasiswa Indonesia sedang belajar di sana dengan beasiswa Al-Azhar,” tuturnya.

Signifikansi lainnya dari kunjungan ini, kata Muchlis, adalah karena Al-Azhar merupakan pilar penting dalam menyebarkan pemahaman Islam moderat. Peran Al-Azhar bagi penyebaran Islam yang moderat di Indonesia perlu didorong dan diperkuat.?

Sang Pencerah Muslim

Kunjungan Ahmad Ath-Thayyeb selaku Grand Syekh Al-Azhar kali ini adalah yang pertama ke Asia Tenggara. Dari Indonesia, Grand Syekh akan menyampaikan pesan-pesan dan seruan ? perdamaian dan kemanusiaan ? untuk dunia.?

Profil Syekh Ahmad Ath-Thayyeb

Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb al-Asy’ari, al-Maliki, al-Khalwati. Al-Asy’ari adalah mazhab akidahnya, Maliki mazhab fikihnya, dan Khalwati tarekat Sufi tempatnya bernaung. ? Beliau lahir di Qena, Mesir, pada tahun 1946. Silsilah nasabnya sampai kepada Hasan bin Ali bin Abu Thalib.?

Jabatan yang diemban saat ini adalah al-Imam al-Akbar (Imam Terbesar) Syaikh Al-Azhar (dalam bahasa selain Arab biasa disebut Grand Syaikh); pimpinan tertinggi institusi Al-Azhar, Mesir sejak 2010, menggantikan ? Almarhum Prof Dr Muhammad Sayyid Thanthawi. Jabatan ini penetapannya berdasarkan keputusan presiden, dengan masa jabatan seumur hidup. Menurut aturan protokol, jabatan ini setara ? perdana menteri. Sejak 2014, beliau juga dipercaya memimpin Majelis Hukama’ al-Muslimin, sebuah organisasi internasional independen yang menghimpun para tokoh ulama lintas negara, berhaluan moderat, dan bertujuan mengukuhkan perdamaian di dunia Islam.?

Sebelum menjadi Syaikh al-Azhar, Syekh ath-Thayyeb menjabat sebagai: Rektor Universitas Al Azhar (2003 – 2010), ? Mufti Negara (2002 – 2003), Anggota Lembaga Riset al-Azhar, Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah, ? dan ? Anggota Dewan Tertinggi Tarekat Sufi. ? Beliau juag tercatat sebagai dekan Fakultas Studi Islam di Aswan dan Fakultas Teologi Universitas Islam Internasional di Pakistan, serta ? mengajar di universitas-universitas di Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hadits, Berita, Anti Hoax Sang Pencerah Muslim

Minggu, 01 Oktober 2017

Meletakkan Pondasi Pengelolaan Tanah Wakaf di Indonesia

Oleh Ahmad Yahya

Wakaf merupakan perbuatan hukum yang suci dan mulia, artinya selama barang yang diwakafkan dapat dimanfaatkan, pahalanya akan tetap mengalir, meskipun si wakif  telah meninggal dunia. Wakaf secara signifikan menyumbangkan pertumbuhan budaya dan intelektual, dan berperan positif dalam menegakkan keadilan sosial, serta mendorong mereka yang kaya untuk mendirikan wakaf. 

Catatan sejarah, wakaf terbukti mampu menyejahterakan umat secara umum. Hanya saja perwakafan di Indonesia masih belum maksimal dalam mencapai spirit yang disyariatkan wakaf, padahal potensi wakaf di Indonesia luar biasa. Hal ini banyak faktor yang terdistorsi, diantaranya pemahaman masyarakat akan wakaf, manajeman wakaf, harta yang diwakafkan dan nadzir. 

Meletakkan Pondasi Pengelolaan Tanah Wakaf di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Meletakkan Pondasi Pengelolaan Tanah Wakaf di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Meletakkan Pondasi Pengelolaan Tanah Wakaf di Indonesia

Untuk itu perlu perubahan paradigma pengelolaaan wakaf secara profesional dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam UU No. 41 Tahun 2004 pasal 5 fungsi wakaf adalah mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis. Harta benda wakaf digunakan untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum. 

Secara umum, ada beberapa macam sifat permasalahan yang berkaitan sengeketa tanah wakaf, antara lain; pertama masalah yang menyangkut prioritas dapat ditetapkan sebagai pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak atau atas tanah yang belum ada haknya. 

Sang Pencerah Muslim

Kedua, bantahan terhadap sesuatu alasan hak atau bukti perolehan yang digunakan sebagai dasar pemberian hak. Ketiga, kekeliruan atau kesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan yang kurang atau tidak benar. Keempat, sengketa atau masalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial.

 

Sang Pencerah Muslim

Konflik pertanahan sesungguhnya merupakan bentuk ekstrim dan keras dari persaingan. Secara makro, sumber konflik bersifat struktural misalnya beragam kesenjangan. Secara mikro, sumber koflik dapat timbul karena adanya perbedaan atau benturan nilai, perbedaan tafsir mengenai informasi, data atau gambaran obyektif kondisi pertanahan setempat, atau benturan kepentingan ekonomi, yang terlihat pada kesenjangan struktur pemilikan dan penguasaan tanah.

Dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, pada pasal 1 dinyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif, untuk memisahkan dan menyerahkan sebagian harta benda miliknya, untuk dimanfaatkan selamanya, atau untuk jangka waktu tertentu, sesuai dengan kepentingannya, guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Adanya perkembangan lembaga perwakafan tanah milik, yang berkembang di Indonesia, mengilhami perancang UUPA di mana salah satu pasal dalam UUPA, yang mengatur khusus mengenai Perwakafan Tanah Milik ini, yaitu Pasal 49 yang berbunyi sebagai berikut: Pertama  Hak milik tanah benda-benda keagamaan dan sosial, sepanjang dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan, dan sosial diakui dan dilindungi. 

Kedua Badan-badan tersebut dijamin pula, akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan usahanya, dalam bidang keagamaan dan sosial. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya, sebagai dimaksud dalam Pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai langsung oleh negara dengan hak pakai. Ketiga Perwakafan tanah milik dilindungi, dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Mengacu pada ketentuan yang termaktub dalam Pasal 49 UUPA di atas. Maka, ini merupakan pengakuan secara yuridis formal keberadaan perwakafan tanah milik oleh negara sehingga telah disejajarkan dengan hak-hak yang terdapat dalam UUPA lainnya, misalnya Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai.

 

Kegunaan tanah wakaf adalah sebagaimana fungsi wakaf pada umumnya, yaitu untuk kemaslahatan umat, namun secara khusus UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf mengatur bahwa peruntukan tanah wakaf adalah tergantung pada ikrar wakaf yang dibuat. Ikrar wakaf merupakan pengucapan sah yang diucapkan secara ikhlas untuk menyerahkan hartanya yang akan dipergunakan di jalan Allah. 

Hal pokok yang sering menimbulkan permasalahan perwakafan dalam praktik adalah masih banyaknya wakaf tanah yang tidak ditindaklanjuti dengan pembuatan akta ikrar wakaf. Pelaksanaan wakaf yang terjadi masih banyak yang dilakukan secara agamis atau mendasarkan pada rasa saling percaya. 

Kondisi ini, pada akhirnya menjadikan tanah yang diwakafkan tidak memiliki dasar hukum, sehingga apabila dikemudian hari terjadi permasalahan mengenai kepemilikan tanah wakaf penyelesaiannya akan menemui kesulitan, khususnya dalam hal pembuktian. 

Hal lain yang sering menimbulkan permasalahan dalam praktik wakaf di Indonesia adalah dimintanya kembali tanah wakaf oleh ahli waris wakif dan tanah wakaf dikuasai secara turun temurun oleh Nadzir yang penggunaannya menyimpang dari akad wakaf.  Dalam praktik sering didengar dan dilihat adanya tanah wakaf yang diminta kembali oleh ahli waris wakif setelah wakif tersebut meninggal dunia. 

Dan lagi, salah satu penghambat pemberdayaan wakaf di Indonesia adalah pertama masalah pemahaman masyarakat tentang hukum wakaf, kedua pengelolaan dan manajemen wakaf setengah hati, ketiga benda yang diwakafkan dan nazhir. 

Kenyataan adanya berbagai problem terkait dengan sengketa dan pengelolaan tanah wakaf yang terjadi di tengah masyarakat harus di urus dan diselesaikan secara bijak dan benar. Agar supaya tujuan dari adanya wakaf itu sendiri dapat terjaga kesuciannya dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. 

Beberapa solusi untuk meletakkan pondasi pengelolaan tanah wakaf dari berbagai hal yang tidak diinginkan adalah; pertama melakukan pemberdayaan wakaf secara produktif. Kedua, Badan Wakaf Indonesia melaksanakan pembinaaan dan pemberdayaan kepada para pengelola wakaf secara intens. 

Ketiga, melakukan penegakan hukum dalam pengelolaan wakaf secara prioritas. Keempat melakukan pengawasan dan pendataan terhadap harta wakaf. Kelima adanya i’tikad baik untuk memberi atau mengurus tanah wakaf. Keenam memaksimalkan peran dan fungsi KUA sebagai wakil pemerintah di daerah dalam pembinaan dan penyuluhan di bidang perwakafan. 

Memahamkan akan pentingya pengelolaan tanah wakaf secara profesional adalah sebuah cita-cita mulia yang harus selalu didengungkan, karena tanah wakaf merupakan aset untuk pemberdayakan dan pengembangan ummat dalam berbagai bidang, dan untuk itu tanah wakaf harus dimanfaatkan secara optimal, agar terwujud  masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Wallahu A’lam.

Penulis adalah Pegiat Lingkar Study Kajian Ilmu Hukum, tinggal di Kota Semarang.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Berita, Olahraga Sang Pencerah Muslim

Selasa, 12 September 2017

Aktivis Pramuka Buntet Pesantren Bersihkan Makam Pahlawan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Sejumlah siswa dari Madrasah Buntet Pesantren yang tergabung dalam ekstrakurikuler Pramuka membersihkan Makam Pahlawan Kemerdekaan, Maqbaroh Gajah Ngambung Buntet Pesantren, Ahad (27/3). Pelajar MTs NU Putra 1, MTs NU Putra 2, MANU Putra, dan SMK NU Mekanika tampak bahu-membahu dengan sejumlah tentara dari Komando Rayon Militer (Koramil) Astanajapura dan Pramuka Saka Wira Kartika mengumpulkan sampah daun di halaman makam.

Danramil Astanajapura Wahyudi mengatakan, kegiatan ini diadakan dalam rangka mengenalkan siswa atau santri bahwa di dekat madrasah dan pondoknya ada pemakaman orang-orang yang telah rela berkorban demi kemerdekaan Indonesia.

Aktivis Pramuka Buntet Pesantren Bersihkan Makam Pahlawan (Sumber Gambar : Nu Online)
Aktivis Pramuka Buntet Pesantren Bersihkan Makam Pahlawan (Sumber Gambar : Nu Online)

Aktivis Pramuka Buntet Pesantren Bersihkan Makam Pahlawan

“Tanpa mereka kita tidak akan mampu menikmati kemerdekaan, tidak akan bisa belajar dan menuntut ilmu dengan tenang,” tambahnya.

Sang Pencerah Muslim

Program ini juga dimaksudkan dalam rangka menyambut para tamu Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren yang akan dilangsungkan kurang dari 2 pekan lagi. Kita menghormati para tamu yang akan datang mendoakan para pahlawan kita semua, ujar Wahyudi.

Sang Pencerah Muslim

Para pahlawan juga berkorban untuk kita dengan ikhlas. Kini giliran kita berkorban sedikit demi mereka dengan ikhlas juga, kata salah seorang tentara.

Meski harus bergumul dengan sampah, tanah becek, dan bermandikan peluh, para anggota pramuka tampak semangat dan riang. Sementara para sejumlah tentara yang mendampingi mereka menyegarkan suasana bersih-bersih dengan beberapa humor. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Humor Islam, Berita, Tokoh Sang Pencerah Muslim

Minggu, 03 September 2017

Pernyataan Sikap LKNU Terkait Tudingan Dukung LGBT

Bismillahirahmanirahim

Menyikapi isu dan tudingan menyusul pernyataan sikap Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tertanggal 22 Februari 2016 tentang penolakan terhadap praktik dan gerakan Lesbian, Gay, Biseksuall, dan Transgender, kami pengurus Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) merasa perlu menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:

Pernyataan Sikap LKNU Terkait Tudingan Dukung LGBT (Sumber Gambar : Nu Online)
Pernyataan Sikap LKNU Terkait Tudingan Dukung LGBT (Sumber Gambar : Nu Online)

Pernyataan Sikap LKNU Terkait Tudingan Dukung LGBT

1. Bahwa LKNU sebagai lembaga di bawah nanungan PBNU tunduk dan taat pada sikap dan Ketputusan PBNU, termasuk di dalamnya terkait dengan sikap yang menyatakan bahwa LGBT merupakan perilaku yang mengingkari fitrah manusia.

2. Bahwa benar pada beberapa tahun terakhir, LKNU menjadi salah satu mmitra program Global Fund untuk penanggulangan Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Kami perlu menjeslakan bahwa kemitraan program ini dijalankan dalam konteks penanggulangan. Dalam program ini, upaya-upaya pencegahan dan pendampingan dilakukan LKNU terhadap komunitas dampingannya, termasuk di dalamnya Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Sang Pencerah Muslim

3. Pelaksanaan Program Penanggulangan HIV/AIDS yang didanai oleh Global Fund, dikelola LKNU dan diperuntukkan sepenuhnya kepada mereka yang menjadi sasaran program.

Sang Pencerah Muslim

4. Bahwa dalam penyelenggaraan program tersebut, sebagai upaya duntuk melakukan pencegahan dan pendampingan LKNU juga berinteraksi dengna komunitas mana pun. Pemahaman akan prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal menjadi landasan LKNU untuk tidak membatasi interaksi dengan kelompok atau komunitas tertentu.

5. Bahwa LKNU sama sekali tidak masuk dan atau melibatkan diri dalam agenda-agenda kampanye dan propaganda untuk memperjuangkan pengakuan eksistensi LGBT.

6. LKNU meminta kepada semua pihak untuk tidak mempolitisir dan memanfaatkan kerja sama yang dibangun LKNU untuk kepentingn-kepentingan tertentu, selain kepentingan kesehatan.

7. LKNU bersedia bersama mitra meninjau ulang butir kesepatakan program yang bersumber dana hibah Global Fund dengan mengacu pada sikap resmi PBNU

Demikian pernyataan sikap ini sebagai informasi dan media untuk saling tabayun.

Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thorieq

Wasaalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh



Jakarta, 05 Maret 2016

Hisyam Said Budairy, MSc ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? dr. Citra Fitri Agustina, SpKJ

Ketua? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Sekretatris



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita Sang Pencerah Muslim

Jumat, 18 Agustus 2017

Dari Situbondo ke Banyuwangi

Situbondo, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Situbondo, menggelar Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda), di aula PCNU Situbondo, Sabtu, (23/2).

Dari Situbondo ke Banyuwangi (Sumber Gambar : Nu Online)
Dari Situbondo ke Banyuwangi (Sumber Gambar : Nu Online)

Dari Situbondo ke Banyuwangi

Rapimda tersebut dalam rangka konsolidasi dan koordinasi para imam, khotib, dan ta’mir masjid dengan tema “Mewujudkann masjid sebagai pusat pemberdayaan umat”. Kegiatan tersebut diikuti 200 orang peserta dari  17 kecamatan.

Dalam sambutannya, KH Fauzan Masruri mengatakan warga NU harus mewaspadai kelompo-kelompok yang terang-terang bergerilya merebut masjid di kantong-kantong NU.

Sang Pencerah Muslim

“Hal itu dikarenakan mesjid adalah sumber umat,” katanya.

Ia mengimbau kepada peserta untuk mengikuti Rapimda sampai usai supaya tahu bagaimana cara mempertahankan masjid dan pengelolaannya.  

Sang Pencerah Muslim

Rapimda tersebut dibuka Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F. MAsudi, difasilitasi PP LTM NU bekerjasama dengan PT Sinde Budi Sentosa. Setelah dilaksanakan di Situbondo, besok Ahad (24/2), akan digelar di Kabupaten Banyuwangi.

 

Penulis: Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Bahtsul Masail, Pondok Pesantren, Berita Sang Pencerah Muslim

Minggu, 30 Juli 2017

Kompetisi Film Pendek Dokumenter Diluncurkan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Dalam rangka Muktamar ke-33 NU yang akan digelar di Jombang, 1-3 Agustus mendatang, panitia menggelar lomba film pendek dokumenter. Pendaftaran dibuka hingga 10 Juli 2015, dengan total hadiah 45 juta rupiah.

Kompetisi Film Pendek Dokumenter Diluncurkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Kompetisi Film Pendek Dokumenter Diluncurkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Kompetisi Film Pendek Dokumenter Diluncurkan

Menurut Ketua Muktamar ke-33 NU H Imam Aziz acara lomba tersebut merupakan upaya penting untuk membangkitkan film di kalangan NU, terutama anak muda.

“Ini membangkitkan nostalgia bagaimana organisasi NU, tidak hanya mengakomodasi, tapi mendorong dan menjadi pelaku gerak budaya di indonesia,” katanya pada peluncuran dengan tajuk “Peluncuran Kompetisi Film Pendek Dokumenter dan 100 Hari Wafat Alex Komang” di gedung PBNU, Jakarta, (27/5).

Sang Pencerah Muslim

Ia menjelaskan, pada muktamar ke-33 nanti, NU mengemban tema yang berat, yaitu meneguhkan Islam Nusantara untuk peradaban Indonesia dan dunia.

Islam Nusantara, menurut dia, adalah islam yang melakukan “ekstraksi”, mengambil saripati dan kemudian disesuaikan dengan keadaan di mana dia tumbuh. Islam di Aceh, Sunda, Jawa, Kalimantan, Tidore memiliki warnanya sendiri.

Sang Pencerah Muslim

Menurut dia, saat ini NU belum mampu melakukan koneksi intens ke budaya-budaya itu secara maksimal. Karenanya dengan mengapresiasi film ini, adalah peran NU yang merasa berkawijaban mempertahankan dan menyebarluaskan hal itu.

Ia merasa sangat senang jika kompetisi tersebut diikuti anak-anak muda NU baik di sekolah umum maupun di pesantren.

Bagi yang ingin mengikuti kompetisi tersebut, sila kunjungi situs resmi Muktamar ke-33 NU http://muktamar.nu.or.id/lomba-film-pendek/. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Humor Islam, AlaSantri, Berita Sang Pencerah Muslim

Rabu, 17 Mei 2017

Kenapa Kiai Muchit Muzadi Cinta NU sampai Akhir Hayat?

Jember, Sang Pencerah Muslim. Ternyata KH Abdul Muchit Muzadi adalah sosok yang sangat patuh pada KH Hasyim Asy’ari. Hal ini bisa dilihat dari komitmennya yang begitu tinggi dalam membela dan membesarkan NU, organisasi yang didirikan gurunya itu.

Demikian diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, KH Azaim Ibrahimy saat bertaushiyah di pengajian umum dan doa bersama menyambut? tahun baru Islam yang digandeng dengan memperingati 1 tahun wafatnya Kiai Muchit di Masjid Sunan Kalijaga, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, Sabtu malam (30/9).

Kenapa Kiai Muchit Muzadi Cinta NU sampai Akhir Hayat? (Sumber Gambar : Nu Online)
Kenapa Kiai Muchit Muzadi Cinta NU sampai Akhir Hayat? (Sumber Gambar : Nu Online)

Kenapa Kiai Muchit Muzadi Cinta NU sampai Akhir Hayat?

Menurut Kiai Azaim, pengabdian Mbah Muchit di NU tak lepas dari ketaatannya kepada sang guru yang juga pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari. Ia mencintau NU sampai akhir hayatnya. “Beliau menjaga dan memelihara warisan gurunya, yaitu NU,” tukasnya.

Ia menambahkan, pengabdiannya yang tulus itu membuat Mbah Muchit cukup dikenal sebagai tokoh NU yang mumpuni dan memberi warna dalam sejarah perjalanan NU. Bahkan orang menyebutnya sebagai pakar khittah NU.

Dikatakan Kiai Azaim, Mbah Muchit dan Kiai Ahmad Shiddiq adalah satu paket dalam mengabdi dan memperjuangkan NU. Ketika NU mendapat ujian, keduanya bisa memberi jawaban yang memuaskan.

Sang Pencerah Muslim

Ujian tersebut misalnya berupa munculnya tuduhan bahwa Pancasila tidak sesuai dengan Islam. “Ketika itu, dalam Muktamar NU ke-27, NU adalah satu-satunya ormas yang menerima Pancasila sebagai asas negara. Dan itu tak lepas dari peran keduanya,” jelas Kiai Azaim.

Sementara itu, KH Hasyim Muzadi dalam wejangannya lebih banyak menyinggung soal umat Islam secara global. Menurutnya, dewasa ini nasib umat Islam di seluruh dunia mengalami keprihatinan yang luar biasa.

Ia lalu menyebut konflik yang terjadi di negara-negara Timur Tengah. Mereka berperang dengan sesama umat Islam. Yang tidak berperang, harus mengungsi, dan mereka pun terombang-ambing di tengah laut.

“Yang mengerikan, mereka saling bunuh, bahkan untuk itu mereka sampai mendatangkan orang dari luar. Itu semua adalah perbuatan orang-orang yang tidak suka dengan Islam. Mudah-mudah ini tidak sampai terjadi di Indonesia. Karenanya, kita harus berjuang dan membentengi diri dengan iman,” ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Acara tersebut juga dihadiri Rais Syuriyah PCNU Jember? KH Muhyiddin Abdusshomad, Rektor Universitas Jember Muhammad Hasan, sejumlah tokoh dan pengurus NU, dan tentu saja masyarakat sekitar yang memenuhi masjid. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Hadits, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Jumat, 05 Mei 2017

Perbedaan Tujuan Pendidikan Agama di Indonesia dengan Negara Lain

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pendidikan Agama di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa disamping menumbuhkan keterampilan ilmu pengetahuan. Itulah yang membedakan fungsi dan tujuan pendidikan agama di Indonesia dengan negara-negara lain di Timur Tengah, Eropa, dan Amerika.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Prof Dr Phil H Kamaruddin Amin, Senin (10/8) di Kantor Kemenag RI Jl Lapangan Banteng, Jakarta Pusat saat jumpa pers mengenai perhelatan Pentas PAI Nasional VII 2015.

Perbedaan Tujuan Pendidikan Agama di Indonesia dengan Negara Lain (Sumber Gambar : Nu Online)
Perbedaan Tujuan Pendidikan Agama di Indonesia dengan Negara Lain (Sumber Gambar : Nu Online)

Perbedaan Tujuan Pendidikan Agama di Indonesia dengan Negara Lain

Kamaruddin menjelaskan, bahwa di negara-negara Eropa dan Amerika, pendidikan agama hanya sebagai instrumen menciptakan kohesi sosial. Sedangkan di negara-negara Timur Tengah, pendidikan agama untuk membentuk manusia yang shaleh.

Sang Pencerah Muslim

“Di Indonesia, pendidikan agama mempunyai tujuan kedua-duanya. Selain untuk menciptakan manusia-manusia berilmu pengetahuan dan menumbuhkan kohesi sosial, artinya mewujudkan keseimbangan kehidupan di tengah masyarakat, pendidikan agama di Indonesia juga untuk membentuk manusia yang shaleh,” terangnya didampingi Direktur Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Dr H Amin Haedari.

Sang Pencerah Muslim

Manusia yang shaleh pun, lanjutnya, bukan hanya shaleh secara spiritual, tetapi pendidikan agama di Indonesia juga berupaya menciptakan manusia yang shaleh secara sosial dan moral.

“Sehingga dengan demikian, pemahaman pendidikan agama tersebut, akan membentuk generasi bangsa  yang bisa menghargai perbedaan, tradisi, dan budaya, bersikap moderat, demokratis, inklusif (open minded, red), dan damai,” paparnya.

Dengan mencanangkan pengajaran Islam damai di sekolah, Kamaruddin berharap melalui gelaran Pentas PAI Nasional ketujuh ini, pendidikan dan pengajaran PAI di sekolah agar lebih menarik lagi sehingga memotivasi siswa belajar agama. “Pemahaman Islam damai harus kita wujudkan, karena potensi radikalisme di sekolah-sekolah tetap ada,” tegasnya.

Tahun 2015 ini, Kemenag RI melalui Ditjen Pendis menyelenggarakan Pentas PAI VII bertajuk ‘Sportif Berkompetisi, Raih Prestasi, Bumikan PAI’. Kegiatan ini berlangsung pada 10-14 Agustus 2015 di Asrama Haji Embarkasi Bekasi Jawa Barat.

Kegiatan ini akan diikuti oleh 1000 peserta hasil seleksi tingkat nasional yang terdiri dari siswa SD, SMP, SMA, dan SMK dari 33 Provinsi. Adapun jenis kreativitas lomba yang dikompetisikan adalah Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ), Lomba Pidato PAI (LPP), Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ), Lomba Cerdas Cermat PAI (LCP), Lomba Kaligrafi Islam (LKI), Lomba Seni Nasyid (LSN), Lomba Debat PAI (LDP), dan Lomba Kreasi Busana (LKB). (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita Sang Pencerah Muslim

Kamis, 20 April 2017

Miris Pergaulan Bebas, MUI Bojonegoro Siap Tingkatkan Dakwah

Bojonegoro, Sang Pencerah Muslim. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur Jauhari Hasan mengatakan, ajaran Islam melarang berhubungan suami istri tanpa akad pernikahan (zina). Bahkan, prilaku mengarah zina, seperti pergaulan bebas pun tidak dibolehkan.

Miris Pergaulan Bebas, MUI Bojonegoro Siap Tingkatkan Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)
Miris Pergaulan Bebas, MUI Bojonegoro Siap Tingkatkan Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)

Miris Pergaulan Bebas, MUI Bojonegoro Siap Tingkatkan Dakwah

Selain terlarang dalam agama, pergaulan bebas juga bisa menyebabkan penyakit HIV/AIDS. “Pergaulan bebas menyimpang dari syariat islam. MUI miris melihat pergaulan bebas yang semakin marak terjadi,” ujarnya kepada Sang Pencerah Muslim saat ditemui di masjid Agung Darussalam Bojonegoro, Rabu, (26/2).

Pria asal Kabupaten Tuban tersebut juga berpendapat, tidak mempersoalkan penggunaan kondom agar tidak terjangkit HIV/AIDS. Tapi jangan sampai perzinaan terjadi.

Sang Pencerah Muslim

“Jika sudah berkeluarga dengan pernikahan sah, karena suami atau istri terkena HIV/AIDS, diperkenankan menggunakan kondom agar tidak terjangkit penyakit berbahaya tersebut.

Ia menambahkan, untuk menyikapinya soal pergaulan bebas, MUI akan meningkatkan dakwah dan penyuluhan. “Solusinya sulit karena nafsu, tetapi kalau tidak dibentengi akan merusak umat. Apalagi MUI prihatin, remaja sekarang 90% pacaran menjurus perzinahan,” ucapnya.

Sang Pencerah Muslim

Guru MAN 2 Bojonegoro itu setiap mengajar, selalu memberikan motivasi kepada siswa-siswinya agar tidak pacaran. Serta memotivasi, untuk menjauhi pergaulan bebas.

Perhatian orang tua juga memberikan peran sentral dalam melakukan pengawasan pada anaknya, karena seorang anak juga menjadi tanggung jawab orang tua selain pihak sekolah. “MUI mengimbau kepada orang tua mengawasi putra-putri agar bertindak positif dan tidak melanggar aturan Allah,” imbuhnya. [M. Yazid/Abdullah Alawi]

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Berita Sang Pencerah Muslim

Selasa, 11 April 2017

Kiai-Pejabat-TNI-Polri Bersama dalam Bershalawat

Bantul, Sang Pencerah Muslim. Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf melantunkan gema shalawat yang diiringi hadroh gabungan santri Pesantren Krapyak, Yogyakarta.? Suara bergemuruh menyambut kedatangan Nabi Muhammad. Para kiai, pejabat, TNI, Polri dan masyarakat pun hanyut.

Inilah sebagian rekaman acara shalawatan yang digelar Pesantren Al-Munawwir Krapyak, TNI, dan Kapolda DIY dalam acara yang bertajuk “Doa Bersama untuk Indonesia, Kamis (28/3) lalu.?

Kiai-Pejabat-TNI-Polri Bersama dalam Bershalawat (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai-Pejabat-TNI-Polri Bersama dalam Bershalawat (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai-Pejabat-TNI-Polri Bersama dalam Bershalawat

Acara ini dihadiri Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, Habib Luthfi bin Ali bin Yahya (Rois Aam Jam’iyyah Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah), Habib Husein Sleman, KH. R. Najib Abdul Qodir, KH. Haedar Muhaimin, Sri Paduka Pakualam IX (Wakil Gubernur DIY), Kapolda DIY, Danrem DIY, Polres Bantul, dan seluruh jajaran Polri dan TNI.?

Sang Pencerah Muslim

Lautan shalawat menjadi pemersatu semua kalangan untuk duduk bersama ditemani rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Ini ditegaskan oleh Habib Syech. Bagi beliau, shalawat menjadikan bangsa ini tentram, teduh, nyaman dan rukun. Dengan shalawat, cinta damai dan kedamaian akan terus hadir di muka bumi. Dengan shalawat pula, TNI, Polri, santri dan masyarakat bersatu untuk menjaga negeri ini.?

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, Kapolda DIY, Brigjen Pol. Drs. Sabar Rahardja mengajak warga Yogya untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Polri, katanya, akan menjadi teman dan partner masyarakat dalam menjaga ketertiban. Konflik sosial yang terjadi baru-baru, lanjutnya, menjadi tugas Polri untuk menyelesaikan.?

“Tentu saja saja Polri minta bantuan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Khususnya para santri dan pesantren yang perannya sangat besar menjaga keharmonisan warga,” tegasnya.?

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Rokhim Bangkit

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Amalan, Makam Sang Pencerah Muslim

Jumat, 10 Maret 2017

Gus Mus: Pelihara Kalbu dengan Pendekatan Spiritual

Magelang, Sang Pencerah Muslim. Baik atau buruknya kehidupan manusia sangat bergantung pada kalbu yang menjadi pusat energi cahaya bagi manusia. Semakin besar energi itu, kian besar pula cahaya yang nampak. Sehingga akan memunculkan aura.

“Untuk memelihara kalbu diperlukan pendekatan spiritual yang baik terhadap Sang Pencipta melalui solawat, zikir, salat berjamaah dan ibadah lain,” kata KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibib, Rembang, Jawa Tengah, Senin (9/4) kemarin.

Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Mertoyudan, ia mengupas kehidupan Nabi yang menjadi teladan. Terutama dalam kehidupan sehari-hari, tidak membeda-bedakan orang, tetapi selalu menghormati setiap orang.

Gus Mus: Pelihara Kalbu dengan Pendekatan Spiritual (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus: Pelihara Kalbu dengan Pendekatan Spiritual (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus: Pelihara Kalbu dengan Pendekatan Spiritual

Menurut Habib Lufti, Ketua Umum Jamiyah Thoreqoh Muktabaroh An Nahdliyah Indonesia, Nabi memberikan teladan kepada umat untuk bersatu tanpa membedakan ras, suku, bahasa. Semua itu bermuara pada kesejahteraan dan keadilan.

Pada kesempatan itu ia mengingatkan, agar umat Islam di Indonesia lebih banyak bersyukur, karena negeri ini bisa merdeka melalui perjuangan para pahlawan, ulama dan syuhada (pejuang sahid).

Sang Pencerah Muslim

“Hal ini harus disyukuri dengan melakukan kebaikan terhadap semua manuaia, seperti ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhamamd SAW melalui para Wali Sembilan. Bagaimana menerapkan ajaran Islam itu dengan menyentuh seluruh kehidupan manusia, baik ekonomi, sosial maupun budaya,” tuturnya.

Bupati Magelang Ir H Singgih Sanyoto mengatakan, persoalan bangsa tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan rasional. Pendekatan spiritual memiliki peran yang sangat penting. “Manusia hanya berusaha. Keberhasilannya, tergantung pada kemurahan Sang Pencipta,” ujarnya.

Kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tugas fungsi pemerintah yang harus dilakukan, pengaturan. Yakni membuat ketentuan yang didasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk kepentingan yang lebih luas. (gpa/man)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Berita Sang Pencerah Muslim

Minggu, 01 Januari 2017

GP Ansor: Kerukunan Implementasi Ajaran Agama

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor H Yaqut Cholil Qumas di Jakarta, Jumat 23 (12/12) menegaskan, kerukunan adalah bentuk implementasi ajaran agama bagi pemeluknya. Sehingga, seluruh kader pemuda Nahdlatul Ulama (NU) harus berkomitmen menjaga Bhinneka Tunggal Ika.

“Kemanusiaan dalam rangka hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam bingkai keragaman dan kebhinekaan yang ada di Indonesia harus terus dijaga. Itu komitmen Gerakan Pemuda Ansor,” ujar pria yang karib dipanggil Gus Yaqut itu didampingi Kepala Satuan Koordinasi Banser H Alfa Isnaeni. ?

GP Ansor: Kerukunan Implementasi Ajaran Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor: Kerukunan Implementasi Ajaran Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor: Kerukunan Implementasi Ajaran Agama

Karena itu, kata dia menambahkan, jika ada permintaan dari gereja atau panitia Natal dan polisi membolehkan, maka Banser akan membantu pengamanan.

Pernyataan tersebut juga disampaikan Gus Yaqut, Kamis (22/12) saat menghadiri haul ke-16 Riyanto, anggota Banser Mojokerto, Jawa Timur yang gugur terkena bom saat bertugas membantu pengamanan Natal di Gereja Eben Haezer, 24 Desember 2000.

Sang Pencerah Muslim

“Beragama tidak dibuktikan dari busana, tapi beragama harus kita buktikan dari kerukunan sesama,” tegasnya.

Sang Pencerah Muslim

Haul? ke-16 Riyanto bertema “Pejuang Kerukunan Antar Agama” dihadiri kader Ansor Jawa Timur, umat dan tokoh lintas agama seperti Ketua Umum Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Agus Susanto dan pendeta Rudy Sanusi Wijaya dengan sejumlah kegiatan, seperti napak tilas di Gereja Eben Heizer di Jalan Kartini, Kota Mojokerto, rumah keluarga di Lingkungan Prajurit Kulon Gang Baru hingga ke makam Riyanto. (Gatot Arifianto/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Berita Sang Pencerah Muslim

Selasa, 20 September 2016

PCNU Kota Tangerang Selatan Lantik Pengurus Baru

Tangerang Selatan, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Tangerang Selatan (PCNU Tangsel) dilantik di gedung serbaguna Universitas Terbuka Jl Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (24/5). Pelantikan bertema “Memperkokoh Aswaja dan membumikan Islam Nusantara.”

Pelantikan tersebut berdasarkan Surat Keputusan PBNU yang dibacakan Katib Syuriah Banten KH Zainuddin Abdullah yang juga pengasuh Pesantren Jamiyyah al-Islamiyah. Usai dilantik, para pengurus baru dibaiat Wakil Rais Syuriah PWNU Banten KH Maimun Ali.

PCNU Kota Tangerang Selatan Lantik Pengurus Baru (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Kota Tangerang Selatan Lantik Pengurus Baru (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Kota Tangerang Selatan Lantik Pengurus Baru

Dalam sambutannya, Ketua Tanfidziyah PCNU Tangsel HM Thohir menyampaikan, pelantikan ini dilaksanakan bersamaan santunan yatim piatu, musyawarah kerja, dan orasi budaya oleh KH Maimun Ali.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Thohir, NU struktural yang biasanya dikenal dengan istilah Jam’iyyah seperti wujudnya hierarki kepengurusan mulai tingkat pusat hingga kepengurusan cabang di kabupaten/kota, majelis wakil cabang di kecamatan dan ranting di desa/kelurahan. Bahkan, pengurus yang sehari-hari bersentuhan dengan jama’ah yang berada di lapisan paling bawah yaitu anak ranting NU.

“Sementara, NU Kultural yang biasa kita sebut NU Jama’ah sebagaimana yang kita lihat, rasakan dan alami di perkampungan, di mushalla-mushalla juga rumah-rumah yang secara tradisional membiasakan amaliah berupa yasinan, tahlilan, selametan tiga hari, tujuh hari, semuanya adalah NU kultural,” ujar Thohir.

Sang Pencerah Muslim

Baik NU struktural maupun kultural, lanjut Thohir, sama-sama penting. Sebab, NU struktural tanpa NU kultural terasa kering lantaran minim sentuhan nuansa kebudayaan religiusitas. Demikian juga, NU kultural dengan segala jenis dan model amaliah tradisional tanpa NU struktural sungguh rawan.

“Sebab, berbagai serangan dari pihak luar dengan mudahnya menilai sesat amaliah yang lakukan oleh kelompok kultural ini. Oleh karena itu, terintegrasinya NU struktural dan kultural harus terus dipertahankan dan dijaga kesinambungannya,” tegas Thohir.

Jadi Pionir

Sementara itu, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany dalam sambutannya mengharapkan NU Tangsel menjadi pionir dalam mempersempit gerakan-gerakan radikalisme dan terorisme yang tidak sesuai dengan iklim dan budaya Islam Indonesia.Kepada pengurus NU demisioner, Airin menyampaikan ucapan terimakasih atas kerjasamanya selama ini. Sementara kepada pengurus baru ia memberi selamat atas pelantikan tersebut.

“Secara khusus, kami juga mengucapkan selamat kepada Bapak KH Munhadi Mushlih selaku Rais Syuriyah dan Bapak HM Thohir sebagai Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Tangerang Selatan. Semoga sukses membawa PCNU menjadi lebih maju lima tahun mendatang,” ujar Airin disambut tepuk tangan hadirin.

Selain Walikota Tangsel beserta jajarannya, hadir pula dalam acara tersebut para alim ulama dan pengasuh pesantren se-Tangsel, Kepala Kesbangpolinmas Kota Tangsel H Salman Alfarisi, Anggota DPRD Prov Banten Suryadi Hendarman, mantan Walikota yang juga mustasyar PCNU Tangsel HM Shaleh MT, Anggota FPKB DPR RI Siti Masrifah, dan para pengurus Fatayat NU, GP Ansor, IPNU, IPPNU Tangsel serta tokoh masyarakat lainnya. (Musthofa Asrori/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaNu, News, Berita Sang Pencerah Muslim

Kamis, 08 September 2016

PMII Miris Situasi Nasional

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia merasa miris dengan situasi nasional dewasa ini. Terutama perilaku pemimpin negeri ini mulai eksekutif, legislatif hingga yudikatif; masih jauh dari harapan masyarakat.

PMII Miris Situasi Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Miris Situasi Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Miris Situasi Nasional

Menurut Ketua Umum Pengurus Besar PMII, Addin Jauharudin hal itu disebabkan banyak pengelola negeri ini yang tidak memiliki kapasitas, integritas, dan bahkan moralitas.

Hal itu, sambung Addin, menyebabkan masyarakat acuh terhadap partai politik, acuh terhadap hukum, “Menyebabkan konflik sosial masyarakat dan rebutan sumber daya alam.”

Sang Pencerah Muslim

Hal itu dikatakan Addin pada pidato peringatan Hari Lahir ke-53 PMII bertema "Harmoni untuk Keutuhan NKRI" bertempat di Graha Mahbub Djunaidi Jl. Salemba Tengah No 57 A, Jakarta Pusat, pada Rabu, (17/4).

Addin kemudian mengimbau supaya PMII dari Sabang sampai Merauke harus merespon situasi masyarakat setempat. Harus bergerak, berkontribusi untuk bangsa Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

Ia juga mengingatkan supaya organisasi yang didirikan 17 April 1960 tersebut, jangan mengabaikan dunia akademik. Anggota PMII harus bisa menyelesaikan jenjang S1, S2, dan S3. Mengedepankan kembali kekuatan pemikiran. Dan jangan meninggalkan dunia tulis-menulis.

“Kita harus kembali ke kampus,” katanya.

Kemudian, sambung Addin, PMII harus menyumbangkan ide-ide pemikiran untuk mempertahankan keutuhan Republik Indenesia.

?

Penulis: Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita Sang Pencerah Muslim

Minggu, 26 Juni 2016

Mimpi Perpustakaan Besar NU

Oleh: Ahmad Naufa Kh. F.

Allah itu Maha Bidah (badius samaawaati wal ardl). Manusia diciptakan diantaranya untuk banyak mereproduksi bidah, yaitu pemikiran-pemikiran baru, penemuan-penemuan baru dengan instrumen pengetahuan dan riset. Hal itu diperlukan sebagai tanggung jawab ideologis manusia atas Tuhan, yaitu khalifah fi al-ard.

Islam sebagai agama yang ditutunkan Allah tidak hanya mengajarkan tentang ubudiyah, tetapi juga muamalah. Kesalehan tidak hanya diukur secara personal, namun juga sosial. Kesalehan sosial, menuntut manusia untuk menciptakan produk pemikiran, penemuan, dan berbagai bidah yang bisa menjawab problematika keummatan.

Mimpi Perpustakaan Besar NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Mimpi Perpustakaan Besar NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Mimpi Perpustakaan Besar NU

Pertanyaannya kemudian, mengapa kejayaan intelektual, saintis dan filosofis abad pertengahan kini seakan hilang tak terwariskan? Inilah pertanyaan sulit yang sampai kini seakan tak terpecahkan.

Sang Pencerah Muslim

Ayat-ayat dihafal, namun seakan kehilangan konteks dan relevansinya dalam menjawab realitas zaman. Padahal, hampir semua umat Islam hafal dan selalu berdoa: "Rabbana aatina fid dunya hasanah, wa fi al-aakhirati chasanah wa qiena adzabannar". Namun, pemaknaan dan improvisasi ayat tersebut seakan langsung dipotong kepada "fi al-aakhirati hasanah", dengan melewati "fiddunya hasanah".

Umat Islam Nusantara juga punya jargon: "al-muhafaadlatu ala al-qaadimi as-shaalih wa al-akhdlu bi al-jadid al-ashlah", melestarikan nilai lama yang baik dan mengambil nilai baru yang lebih baik lagi". Namun demikian, melestarikan nilai lama yang baik yang masih mendominasi, belum banyak bengambil nilai-nilai baru, apalagi memunculkan dan menggagas nilai dan penemuan baru.

Sang Pencerah Muslim

Pasca-runtuhnya "negara-negara Islam" di Timur Tengah karena perang saudara, seyogyanya Indonesia menjadi pusat pengembangan pengetahuan muslim dunia. Hal ini bisa dicapai dengan meninggalkan problem khilafiyah-receh yang selama ini melekat dalam wacana dan menjadi arus-utama dinamika umat Islam Indonesia.

Produktivitas Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang banyak memberi solusi dan meciptakan bid’ah bermanfaat harus dikembalikan dengan kekuatan semangat membangun pengetahuan. Di masa Bani Abbasiyah, semangat juga dimiliki oleh seorang Khalifah bernama Al-Rasyid dengan membuat Baitul Hikmah yaitu Rumah Pustaka dan mengantarkan pada masa keemasan Islam (the golden of Islam) pada masa Al-Makmun. Para cendikiawan dan inetelektual muslim yang menterjemahkan tulisan-tulisan filsuf Yunani, Romawi kedalam bahasa arab mendapat penghargaan yang sangat tinggi dari Al-Makmun.

Mendirikan Perpustakaan Besar

Salah satu kekuatan Islam terbesar dunia, Nahdlatul Ulama sebenarnya mulai bergerak ke arah itu: kemajuan teknologi dan sains. Hal ini ditandai dengan gencarnya pembangunan universitas dan sekolah dilingkungan NU. Namun demikian, pergerakan itu masih relatif lambat, jika dilihat dari fakultas atau prodi yang yang dibuka masih banyak berkutat soal agama dalam arti yang sempit. NU perlu menggagas jurusan-jurusan ilmu eksak yang ke depan diharapkan mampu menjawab realitas dan problematika keummatan.

Selain itu, akan sangat menarik dan mengagumkan, jika NU memilki perpustakaan besar yang menyajikan pelbagai referensi pengetahuan secara komprehensif. Organisasi sebesar NU, sepertinya sudah saatnya memiliki itu, sebagai upaya membangun “Baitul Hikmah” yang baru.? Pengadaan dan penerjemahan buku dari yang lokal sampai dunia, klasik sampai kontemporer, islam sampai pelbagai agama, khususnya ilmu-ilmu eksakta yang akan banyak membantu penelitian dan pengembangan intelektual.

Perpustakaan besar itu akan menjadi “Baitul Hikmah” ala Al-Rasyid di Indonesia yang mendewasakan pengetahuan, menghasilkan berbagai penemuan dan rujukan referensi-referensi yang bisa diakses siapa saja. Seperti kita tahu, perkembangan dunia Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat ketika abad pertengahan dengan ilmu pengetahuan. Baitul Hikmah telah mendorong perubahan yang sangat luar biasa di dunia Islam, seperti Ilmu Mantik, kedokteran, Fisika, ilmu sosial-humaniora dll.

Dengan pengupayaan perpustakaan itu, usaha untuk mengembalikan kejayaan Islam abad pertengahan ke masa sekarang, atau menjadikan Islam Nusantara sebagai rujukan Islam dunia, setapak-demi setapak kemudian akan menemukan momentumnya. Ini bukanlah wacana yang muluk-muluk, mengingat kepustakaan yang dimiliki berbagai lembaga pendidikan formal baik dilingkungan NU maupun pesantren masih sangat minim. Setidaknya, ada perpustakaan besar yang mampu menjadi pusat pengetahuan warga Nahndliyyin khususnya, masyarakat pada umumnya dan bahkan dunia.

Dengan nahkoda Ketua Umum hasil Muktamar ke-33 di Jombang KH Said Aqil Siroj, yang berjanji akan fokus pada visi pengembangan kualitas umat, pengembanngunan ekonomi dan tidak akan ikut-campur dalam urusan politik praktis, sepertinya wacana pembangunan perpustakaan besar bukanlah hal yang muluk-muluk. Semoga, mimpi itu kelak akan terwujud, syukur-syukur sudah berdiri megah ketika NU memasuki satu abad: tahun 2026. Jika itu terwujud, tentu akan menjadi sejarah dan kado terindah.

Ahmad Naufa Khoirul Faizun, Santri Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo, Wakil Ketua PW IPNU Jawa Tengah.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita Sang Pencerah Muslim

Rabu, 30 Maret 2016

NU Jatim Terima Bantuan Dua Ambulance Canggih

Surabaya, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU)? Jawa Timur, Selasa (30/60, menerima dua unit armada ambulance dari Perusahaan Gas Negara atau PGN. Bantuan ini merupakan realisasi dari memorandum of understanding (MoU) yang ditandatangani kedua belah pihak pada pertengahan Maret lalu.

NU Jatim Terima Bantuan Dua Ambulance Canggih (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Jatim Terima Bantuan Dua Ambulance Canggih (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Jatim Terima Bantuan Dua Ambulance Canggih

"Pemberian dua unit armada ini sebagai realisasi pemberian bantuan dana CSR atau corporate social responsibility tahap pertama dari PGN kepada PWNU Jatim," kata Bendahara PWNU Jatim M Qodri, ST, Selasa siang. Selanjutnya, akan ada bantuan serupa namun dengan peruntukan berbeda, lanjutnya.

?

Dua armada tersebut akan diberikan kepada PCNU Kabupaten Lamongan dan PCNU Kabupaten Pasuruan. "Kelebihan? dari ambulance tersebut adalah dari kelengkapan alat medis, serta kecanggihan armada," ungkapnya.

?

Sang Pencerah Muslim

Pak Qodri, sapaan akrabnya, mengemukakan bahwa kerja sama dengan PGN akan diupayakan bisa berkelanjutan sebagaimana nota kesepahaman yang telah diteken. "Ada sejumlahlah program yang dapat ditindaklanjuti dari kerja sama ini yakni pendidikan, ekonomi, UMKM atau usaha kecil, dakwah dan juga kesehatan," katanya.

?

Bagi kepengurusan NU di kabupaten dan kota di Jawa Timur dapat melayangkan pengajuan kerja sama untuk sejumlah program tersebut. "Silakan mengajukan permohonan kepada PWNU Jawa Timur untuk kami teruskan kepada pihak PGN," terang Pak Qodri.

Sang Pencerah Muslim

?

Bantuan armada diserahkan oleh Direktur PGN, Bapak Djoko Saputro dan diterima pimpinan PWNU Jatim. (Syaifullah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Humor Islam, Quote, Berita Sang Pencerah Muslim

Jumat, 25 Maret 2016

Jelang Muktamar NU, Sejumlah Tokoh IKA-PMII Rapatkan Barisan

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sejumlah tokoh Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII) bertemu dalam acara buka bersama di Hotel Bidakara Jakarta Selatan, Ahad (28/6). Selain membahas program IKA-PMII, pertemuan dimanfaatkan untuk membicarakan beberapa hal terkait pelaksanaan Muktamar NU di Jombang, Agustus mendatang.

Ketua Umum Pengurus Besar IKA-PMII Achmad Muqowam berharap para kader PMII berkontribusi dalam membangun NU ke depan. “Bulan Syawal (Muktamar) adalah momentum bagi kita untuk berkontribusi bagi NU,” katanya.

Jelang Muktamar NU, Sejumlah Tokoh IKA-PMII Rapatkan Barisan (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang Muktamar NU, Sejumlah Tokoh IKA-PMII Rapatkan Barisan (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang Muktamar NU, Sejumlah Tokoh IKA-PMII Rapatkan Barisan

Buka bersama itu dihadiri sejumlah tokoh IKA-PMII antara lain KH Nuril Huda (pendiri PMII), KH Ahmad Bagdja dan KH Masyhuri Malik (Dewan Pembina), Enceng Shobirin, Imdadun Rahmat, dan Adnan Anwar (Wasekjen PBNU), Hanif Dakhiri (Sekjen IKA-PMII yang juga Menteri Tenaga Kerja), dan Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama).

Sang Pencerah Muslim

Sejumlah tokoh IKA-PMII yang aktif di partai politik juga hadir, antara lain Ahmad Mubarok (Partai Demokrat), Abdul Kadir Karding (Sekjen DPP PKB) dan Arvin Hakim Thoha (DPR RI PKB), Idrus Marham (Sekjen DPP Golkar), dan Endin Sofihara (PPP).

Sang Pencerah Muslim

Beberapa mantan Ketua Umum PB PMII dan para aulumni yang yang aktif di pemerintahan, badan otonom NU, ormas dan berbagai profesi juga hadir, antara antara lain Ali Masykur Musa, Nusron Wahid, Yahya Ma’shum, Wahidah Syuaib, Mustofa Zuhad, Masrur Ainun Najih, Eman Hermawan, Amir Ma’ruf, Zaini Rahman, Idi Muzayad, Rodli Kailani, Luluk Nur Hamidah, Ucok Sky Khadafi, Daniel Zuhron, Eem Marzuhis, serta ratusan alumni dan kader PMII meramaikan acara.

Ketua Dewan Pembina IKA-PMII Achmad Bagja mengatakan, momentum muktamar tidak bisa dilewatkan begitu saja oleh para alumni PMII. Sebagian besar alumni PMII telah aktif di NU dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah, serta aktif di berbaagai perangkat NU baik di lembaga, lajnah maupun badan otonom di bawah NU.

“Muktamar tidak sekedar rutinitas. Berbagai perkembangan menjelang muktamar perlu respon serius. Ini sudah ada iklim yang tidak baik menjelang muktmar, padahal yang ngurus juga alumni PMII semua. Kita harus menciptakan suasana lebih kondusif agar muktamar lebih produktif dan menghasilkan gagasan besar. Kita tidak berbicarakepentingan orang perorang atau kelompok, tetapi cita-cita besar NU,” katanya.

Pendiri PMII KH Nuril Huda menyampaikan taushiyah menjelang buka bersama yang dianjutkan ramah tamah dan pertemuan informal di areal Hotel Bidakara. (A. Khoirul Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah, Berita, Pertandingan Sang Pencerah Muslim

Senin, 23 Maret 2015

Masjid Abah

Oleh A. Zakky Zulhazmi



Peristiwa itu terjadi semudah orang buang ingus. Namun semenjak peristiwa itu, aku merasa tak punya kekuatan lagi. Semua bermula saat kemarin malam Abah mengajakku makan di angkringan. Tidak seperti biasanya, apalagi kami pergi cuma berdua saja. Usai menikmati sebungkus sego kucing, Abah mengambil napas panjang.

Masjid Abah (Sumber Gambar : Nu Online)
Masjid Abah (Sumber Gambar : Nu Online)

Masjid Abah

“Nak, abah pengen cerita.”

Sang Pencerah Muslim

“Cerita apa, Bah?” aku menatap wajah abah dalam-dalam.

“Tapi kamu ndak boleh ketawa lho. Soalnya kamu pasti bakal mengira ini cerita konyol.” Nada bicara Abah agak kurang percaya diri.

“Iya deh, Bah. Memang cerita apa sih?”

Sang Pencerah Muslim

“Begini, Nak, jadi ketika Abah ketiduran di masjid kita kemarin siang, Abah bermimpi bertemu kakek.”

Abah diam sebentar. Menyalakan rokok kreteknya. Menghisap, menghembuskan asapnya, lalu melanjutkan cerita.

“Kakek yang di mimpi itu berpakaian serba hitam, menyampaikan pesan yang membuat Abah bimbang,” wajah Abah berubah serius.

“Pesan apa, Bah?”

“Kakek bilang, di bawah tiang paling tengah masjid kita itu ada sebilah keris warisan kakek yang seharusnya Abah simpan!”

Aku tercengang, tapi berusaha tetap tenang. Masjid Syuhada, yang dibangun tepat di samping rumahku itu, memang dulu Kakek yang membangun. Konstruksinya semua dari kayu Jati. Disangga sembilan tiang yang kokoh, Masjid Syuhada jadi kebanggaan keluarga kami. Mimpi aneh Abah mulai mengusikku.

“Abah percaya mimpi itu?”

“Itu masalahnya, Nak. Abah bingung, katanya mimpi itu bisa dari setan atau dari Allah ya?”

“Masak iya Allah nyuruh kita nyari keris di bawah tiang masjid, Bah? Mimpi dari setan kali itu, Bah.”

“Tapi, Abah merasa pesan Kakek itu sepertinya harus dituruti.”

“Lantas abah mau mencari keris itu? Mau merobohkan masjid?”

Tidak habis pikir aku, bagaimana bisa Abah termakan mimpi seperti itu. Kulihat wajah renta itu kian kuyu.

“Entahlah, Nak. Abah jadi tambah bingung. Sudah, ayo kita pulang aja.”

Di perjalanan pulang, kami saling diam. Sampai rumah aku tak kunjung memejamkan mata. Kenapa ya Abah bermimpi seperti itu? Jika mimpi itu benar, mengapa pula Kakek menanam keris di bawah tiang tengah masjid? Aku ketiduran gara-gara capai menduga-duga.

***

Kuperhatikan, akhir-akhir ini Abah jadi semakin sering tidur siang di masjid. Setelah salat zuhur, tanpa berganti pakaian Abah merebahkan badan di samping tiang tengah masjid. Ditiup angin yang berkesiur dari kebun singkong di utara masjid, Abah bak di-ninabobokan. Mungkin Abah berharap mimpinya tentang keris itu berlanjut. Aku belum berani bertanya lebih lanjut mengenai kebiasaan barunya.

Masjid Syuhada dibangun empat puluh tahun yang lalu. Saat itu aku belum lahir. Abah juga masih berusia belasan. Katanya, pohon jati yang ditanam Mbah Buyut di sehektar tanah belakang rumah jadi bahan baku utama pembangunan masjid. Diam-diam, sebenarnya aku menyimpan rasa bangga melihat masjid keluargaku ini. Masjid yang menyejukkan lagi kokoh.

Pertanyaan yang menggelanyutiku sekarang, bagaimana bisa hadir mimpi dalam tidur Abah untuk mengambil keris yang tertanam di bawah tiang masjid? Bukankah itu berarti akan merobohkan masjid atau minimal mencederai masjid. Abah juga pasti dianggap orang yang konyol dan jadi bahan tertawaan orang sekampung jika menuruti mimpi itu. Tiba-tiba aku jadi ingat Nabi Ibrahim yang diperintah Tuhan lewat mimpi untuk menyembelih Ismail. Namun pikiran itu kubuang jauh-jauh, Abah bukan nabi.

Sesaat lamunanku buyar oleh suara ketukan di pintu depan. Ada tamu sepertinya. Bergegas aku menyambangi pintu. Muncul sosok laki-laki berkemeja lengan panjang motif garis-garis, bercelana drill khaki. Rapi dan wangi. Aku belum pernah melihat dia sebelumnya di kampung ini.

“Benar ini rumah Abah Dahlan?” tanyanya sembari melempar seulas senyum.

“Iya benar.”

“Boleh saya bertemu beliau?”

“Mari, silakan masuk.”

Setelah kupanggil, Abah menemui laki-laki perlente itu. Sedang aku kembali masuk kamar. Dari kamarku yang terletak di samping ruang tamu, sayup-sayup aku mendengar percakapan Abah dengan tamu asing itu. Sekilas aku seperti mendengar kata-kata masjid, real estate, kompensasi dan harga pantas. Selebihnya aku tak bisa mendengar dengan jelas. Ada apa lagi ini? Aku jadi curiga.

***

Selepas salat maghrib, Abah tak langsung membaca Alquran seperti biasanya. Beliau memanggilku, duduk di serambi masjid. Tatapan mata Abah mengitari sekeliling masjid. Seolah tak satu pun sudut di masjid ini terlewatkan dari sapuan matanya. Bisa kutangkap gelagat resah yang sangat dari wajahnya.

“Ada apa, Bah? Apa masih memikirkan mimpi kemarin?”

“Bukan masalah itu saja, Nak,” Abah memandang lekat mataku, “tapi soal tamu Abah tadi siang?”

“Lalu?”

“Dia itu pengusaha kaya yang mau membangun real estate di daerah kita. Katanya daerah sini masih asri, masih terasa nuansa alaminya, pokoknya dia bilang tempat ini cocoklah kalau dibangun real estate.”

“Lalu apa masalahnya?”

“Orang itu mau membeli masjid kita, Nak. Dia bilang lahan-lahan penduduk di sekitar masjid sudah dibebaskan, tinggal masjid kita yang belum. Dia berani bayar dua ratus juta untuk masjid kita beserta tanahnya!” jelas Abah kepadaku.

Benar dugaanku. Ada yang tidak beres dari tamu itu.

“Jangan dijual, Bah. Semiskin apapun kita,” aku coba meyakinkan Abah.

“Memang benar, Nak. Tapi, dua ratus juta itu tidak sedikit lho, banyak banget itu. Dan pasti berguna sekali bagi keluarga kita. Apalagi keenam adikmu sudah masuk sekolah semua.”

“Abah, meskipun jamaah masjid ini tak pernah lebih dari dua saf, tapi masjid ini adalah warisan kakek. Walaupun anak-anak sekarang malas pergi TPA, tapi dulu orang-orang kampung belajar baca Alquran juga di sini.” Aku berusaha meyakinkan Abah. Kutatap wajahnyal lekat-lekat. Ia mendengus dan menarik nafas dalam-dalam.

“Apa artinya masjid jika tak punya jamaah, Nak. Jangan-jangan perintah kakek untuk mengambil keris itu adalah isyarat. Mungkin itu keris bertuah dan pembawa keberuntungan,” tatapan mata abah menerawang.

“Istighfar, Bah, istighfar.” Aku tak mampu menutupi kekhawatiranku.

Gubrak!

Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari dalam masjid. Serempak aku dan abah menengok ke dalam.

Innalillahi…

Mbah Giyo, satu-satunya jamaah yang masih tinggal di masjid untuk nderes Alquran, tertimpa kipas angin. Kepalanya bersimbah darah. Mushaf tua warna cokelat lusuh terpangku di tangannya. Dan,? beliau duduk bersandar di tiang paling tengah. Tiang yang menurut mimpi Abah tersimpan keris pusaka di bawahnya.

***

Kampung kami gempar. Aku melihat dengan jelas warga mulai berdatangan ke masjid. Abah tampak merasa bersalah sekali. Kalau dicermati, memang di masjid itu tiap tiang terpasang kipas angin. Tapi entah bagaimana bisa kipas angin yang di tiang paling tengah yang jatuh. Tepat ketika ada orang di bawahnya lagi. Setelah dimandikan dan disalatkan, jenazah Mbah Giyo dimakamkan malam itu juga.

Keluarga Mbah Giyo pun tampak sedih, tapi raut wajah mereka menunjukkan kepasrahan. Mbah Giyo memang dikenal sebagai warga yang baik. Beliau tipikal pendiam, tapi cekatan ketika membantu warga yang sedang butuh bantuan. Untunglah dua orang anaknya sudah berkeluarga. Sehingga kepergian Mbah Giyo tak begitu jadi beban keluarga. Tapi, yang terjadi selanjutnya begitu menyedihkan.

Pada awalnya warga menganggap kematian Mbah Giyo ini sebagai musibah, bukan salah Abah. Akan tetapi, suara-suara sumbang mulai terdengar, menyalahkan, menghujat dan menuding Abah yang bukan-bukan. Abah pasrah saja mendengarnya. Untuk sedikit menebus rasa bersalahnya, Abah mengambil sebagian tabungannya sebagai santunan buat keluarga Mbah Giyo.

”Maut bisa datang kapan saja, Nak, di mana saja,” ujarnya.

***

Hari berikutnya, Ibu masuk rumah sakit. Berita kematian Mbah Giyo di masjid jadi beban pikiran beliau juga ternyata. Dokter berkata bahwa ibu harus diopname. Istirahat di rumah sakit lebih baik, kata dokter. Abah mengelus dada. Memikirkan biaya pengobatan. Sebagian tabungan sudah digunakan untuk santunan keluarga Mbah Giyo. Tapi bukan Abah namanya jika tidak memberikan yang terbaik bagi Ibu, cintanya.

Untung Abah tak bercerita perihal mimpinya kepada Ibu. Andaikata Abah bercerita, tak bisa dibayangkan kondisi Ibu sekarang ini. Tawaran untuk menjual masjid beserta tanahnya juga tak pernah diceritakan Abah kepada Ibu. Di mataku, Abah adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab, walau terkadang hatinya sering goyah.

***

Sore ini aku dan Abah menjaga ibu di rumah sakit. Waktu menunjukkan sudah hampir maghrib. Seketika, Lik Yoto, tetangga samping rumahku, datang tergopoh-gopoh dengan wajah pias.

“Abah Dahlan, anu Bah, em…itu Dik Bayu, Bah. Dik Bayu kakinya tertimpa bedug masjid!” Gugup sekali Lik Yoto menyampaikan kabar yang membuat seisi kamar tegang.

“Di mana dia sekarang?” Abah bereaksi cepat. Mulutku masih ternganga. Sedang ibu sesenggukan menahan tangis. Beliau semakin terkulai dan kehilangan kata. Lekas-lekas aku mengusap-usap pundak beliau, coba menenangkan.

“Di UGD, Bah,” Lik Yoto mukanya semakin kusut.

Kami pun langsung menuju ke sana. Saat melihat kondisi Dik Bayu kontan abah lunglai. Telapak kaki Dik Bayu sudah hapir putus, terpisah dengan mata kaki. Tangisnya tak henti-henti. Di samping telinganya, Abah membaca Alfatihah berulang kali sambil mengusap rambut Dik Bayu yang basah oleh keringat. Dokter dan para perawat bergerak tangkas.

Ketika masuk ruang operasi Abah sedikit tenang. Dokter mempersilakannya menunggu di luar. Abah menurut, beliau duduk di bangku panjang depan ruang operasi. Sesaat kemudian dokter menghampirinya, “Anak bapak harus diamputasi kakinya.”

Mata Abah berkunang-kunang.

Lik Yoto bercerita kalau tadi ketika TPA di masjid, Dik Bayu bermain di dekat bedug bersama temannya. Belajar iqro’ sudah dimulai, Dik Bayu masih asyik bermain. Tak jelas bagaimana mulanya, tiba-tiba saja tangisnya pecah mengagetkan orang-orang di masjid. Warga sekitar berdatangan dan membawanya ke rumah sakit. Abah mendengar cerita itu geleng-geleng kepala. Aku hanya bisa terdiam di sampingya. Mimpi Abah bertemu kakek serta tawaran dari pengembang real estate berkelebat di benakku.

***

Masjid pembawa sial. Itulah julukan bagi Masjid Syuhada saat ini. Dua musibah sudah terjadi. Dalam waktu yang tak berselang lama pula. Jamaah menurun drastis. TPA malah telah gulung tikar. Kepercayaan masyarakat desa terhadap hal-hal mistis mengalahkan akal sehat. Masjid warisan kakek itu benar-benar jadi simalakama. Tak dibongkar salah, dibongkar juga salah. Aku hanya bisa menerawang lorong sepi rumah sakit. Ibu dan Dik Bayu istirahat. Tinggal aku dan Abah terpekur di atas bangku. Napas Abah terdengar berat sekali.

“Masjid Syuhada akan Abah jual, Nak. Abah benar-benar butuh uang saat ini. Pengobatan ibu dan amputasi kaki adikmu butuh biaya yang tidak sedikit. Mungkin inilah tafsir mimpi Abah kemarin hari. Kita harus menjual masjid itu.”

“Abah yakin dengan keputusan ini?”

“Tabungan Abah sudah habis, Nak. Sejak dulu Abah berprinsip kita tak boleh pinjam uang walau sedikit. Tak ada pilihan lain. Toh, dari uang dua ratus juta itu kita bisa membeli tanah dan membangun masjid lagi.”

Aku menghela napas panjang. Tak lagi bisa berkata apapun.

***

Suasana pagi itu kalah cerah jika dibandingkan dengan wajah pengusaha yang baru saja menandatangani surat jual beli. Masjid Syuhada kini bukan lagi milik kami, melainkan miliknya. Dua hari berikutnya masjid dirobohkan. Rata dengan tanah.

Malam ini, dari jendela kamar aku menatap nanar tanah bekas masjidku dulu. Tiba-Tiba aku melihat sosok lelaki tua membawa cangkul. Menuju bagian tengah masjid. Mencari letak tiang paling tengah dulu berdiri. Tak salah lagi, itu Abah!

Perlahan gerimis turun lalu menjelma hujan. Abah terus saja menggali, terus menggali. Hujan semakin deras, deras sekali.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Berita, Cerita Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 17 Januari 2015

LDNU Brebes Siap Gelar Pelatihan Dai

Brebes, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Brebes akan menggelar Pendidikan Kader Da’I (PKD) tingkat kabupaten. Pelatihan digelar untuk memperluas wawasan dan cakarawala pemikiran serta memenuhi dai daiyah di berbagai daerah.

“Boleh dibilang, NU gudangnya dai-daiyah. Tetapi perlu dididik lebih lanjut agar dalam penyampaian dakwah selalu rahmatan lil alamin,” demikian disampaikan Ketua PC LDNU Brebes KH Agus Mudrik Khaelani usai rapat panitia kegiatan tersebut di gedung PCNU Brebes, Senin (5/12).

.

LDNU Brebes Siap Gelar Pelatihan Dai (Sumber Gambar : Nu Online)
LDNU Brebes Siap Gelar Pelatihan Dai (Sumber Gambar : Nu Online)

LDNU Brebes Siap Gelar Pelatihan Dai

Sebab, lanjutnya, dakwah yang rahmatan lil alamin akan menyejukan dan mampu meneguhkan komitmen terhadap keutuhan NKRI. “Karakter dai Muda NU, harus toleran dan mengenal jatidiri organisasi dengan selalu membangun sinergitas bersama seluruh elemen bangsa,” tandasnya.

NU tetap komitmen menjalankan dakwah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran demi mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Mensyiarkan Islam sebagai agama kebaikan, bukan agama perusak, yang membawa rahmatan lil alamin. Lewat PKD akan ditekankan bahwa Islam bukan agama teroris.

“Seorang mukmin, tidaklah hanya dibalut dengan simbol-simbol, tetapi iman seseorang harus disempurnakan dengan amal ibadah yang baik, serta perilaku yang terpuji,” ucap Gus Mudrik, panggilan akrab Agus Mudrik Khaelani.

Sang Pencerah Muslim

PKD, kata Gus Mudrik, bakal digelar 11-12 Desember 2016 di gedung NU dengan peserta 150 orang lebih. Mereka berasal dari perwakilan 17 PAC LDNU masing masing 6 orang, pengurus PC LDNU dan utusan LDNU dari kabupaten tetangga.?

Sang Pencerah Muslim

Pelatihan, sambung Gus Mudrik, peserta diberi bekal berupa teori dan praktik. Pembekalan utama dari Ketua LD PBNU KH Wafiudin, Ketua PW LDNU Jawa Tengah KH Sam’ani S MA, Ketua PCNU Brebes KH Athoillah Syatori.

Pada pertemuan tersebut pelatihan diputuskan bertema "Optimalisasi peran Dai NU dalam pemantapan Ahlussunah wal-Jamaah dan peningkatan spiritualitas para dai NU di Kabupaten Brebes".Dalam kesempatan tersebut, dia juga membagi tugas kepanitiaan dan cheking kemantapan masing masing peserta, termasuk partisipasi dari peserta di luar kabupaten Brebes. (Wasdiun/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Quote, Ahlussunnah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 06 Desember 2014

9000 Pelajar Sidoarjo Ikuti Istighotsah Jelang UN

Sidoarjo,? Sang Pencerah Muslim. Sekitar 9000 siswa sekolah menengah atas (SMA/MA/SMK) se-Kabupaten Sidoarjo mengikuti istighotsah atau doa bersama yang diselenggarakan Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Sidoarjo.

9000 Pelajar Sidoarjo Ikuti Istighotsah Jelang UN (Sumber Gambar : Nu Online)
9000 Pelajar Sidoarjo Ikuti Istighotsah Jelang UN (Sumber Gambar : Nu Online)

9000 Pelajar Sidoarjo Ikuti Istighotsah Jelang UN

Kegiatan yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan BKPBMI Sidoarjo ini berlangsung di Masjid Agung Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (9/4).

Mereka berdoa bersama-bersama memohon kepada Allah SWT semoga di dalam menghadapi/melaksanakan Ujian Nasional yang akan diselenggarakan pada Mei mendatang diberikan kemudahan, kelancaran, dan mendapatkan predikat lulus 100 persen.

Sang Pencerah Muslim

Ketua IPNU Sidoarjo M Syaikhul Maarif mengatakan bahwa doa bersama ini rutin diselenggarakan setiap tahunnya. Untuk tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Tahun lalu doa bersama tingkat MTs/SMP dan tingkat MA/SMK dijadikan satu. Akan tetapi tahun ini dijadikan dua gelombang yakni MTs/SMP, Rabu (8/4) dan MA/SMA/SMK, Kamis (9/4).

"Maka dari itu panitia meminta supaya dijadikan dua gelombang. Alhamdulillah pesertanya melebihi target. Padahal undangan yang kami sebesar ke sekolah sekitar 5000. Tapi yang hadir pada doa bersma ini sekitar 9000 siswa/i," terang Syaikhul Maarif.

Sang Pencerah Muslim

Tanti salah satu siswi kelas XII dari Madrasah Aliyah Al-Fudlola Porong Sidoarjo mengaku sangat senang bisa mengikuti kegiatan doa bersama yang diadakan oleh IPNU-IPPNU Sidoarjo ini. Dirinya juga berharap pada saat mengikuti ujian nasional nantinya bisa lulus serta bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

"Mudah-mudahan saya dan semua siswa khususnya yang mengikuti ujian nasional bisa lulus. Semoga setelah kita mengikuti doa bersama ini tidak berhenti hanya di sini saja(Masjid Agung-Red). Akan tetapi di rumah kita juga perlu memperbanyak doa serta belajar dengan giat supaya keinginan kita semua ini mendapatkan ridho dari Allah sehingga semuanya lulus tanpa terkecuali," pungkasnya. (Moh Kholidun/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock