Tampilkan postingan dengan label Meme Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Meme Islam. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 September 2017

Bantuan Produktif LAZISNU Juga Hadir di Kota Depok

Depok, Sang Pencerah Muslim. Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) kembali menyalurkan bantuan produktif. Kali ini giliran para pengusaha mikro yang tergabung kedalam pengajian-pengajian yang di Kota Depok, Jawa Barat. Sebanyak 20 orang yang sebagian besar adalah pedagang mendapatkan tambahan modal usaha.

Hal ini menjadi bagian dari program pemberdayaan ekonomi mikro LAZISNU bernama “NUPreneur”. Ketua Pengurus Cabang NU (PCNU) Depok H Raden Salamun Adiningrat mengatakan, saat ini di kota-kota besar ada kecenderungan NU semakin terlupakan, hal ini seiring dengan menjamurnya organisas-organisasi Islam di masyarakat.

Bantuan Produktif LAZISNU Juga Hadir di Kota Depok (Sumber Gambar : Nu Online)
Bantuan Produktif LAZISNU Juga Hadir di Kota Depok (Sumber Gambar : Nu Online)

Bantuan Produktif LAZISNU Juga Hadir di Kota Depok

Sementara itu, lanjutnya, problem masyarakat yang semakin kompleks perlu segera dijawab, termasuk di sektor perekonomian. Oleh karena itu, kata Salamun, peran LAZISNU melalui program tersebut merupakan bukti keberpihakan NU kepada pembangunan ekonomi rakyat. Dengan program NUPreneur, diharapkan akan semakin mengokohkan kembali peran NU di masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

Bantuan tersebut diserahkan melalui Koperasi Syirkah Bangun Persada pada 26 Maret kemarin. Mujahid, mewakili Koperasi Syirkah Bangun Persada, menyampaikan terima kasih atas kepercayaan LAZISNU kepada pihaknya.

Mujahid juga berpesan agar para penerima bantuan (mustahiq) memegang amanah bahwa dana untuk modal usaha mereka dan bukan untuk keperluan yang tidak produktif. Dengan demikian maka diharapkan usaha para mustahiq semakin maju. Semakin tinggi tingkat produktivitas, semakin besar pula peluang pengentasan kemiskinan itu dapat terwujud.

Sang Pencerah Muslim

“Sebetulnya bisa saja zakat itu hanya diberikan begitu saja kepada para mustahiq toh itu merupakan hak mereka juga, namun jika demikian maka tentu ada kecenderungan para penerima menganggap zakat tersebut hanya sebatas karitas (pemberian) semata dan tujuan pemberdayaan tentu tidak akan tercapai,” katanya.

Dengan program bantuan produktif melalui koperasi, maka penyalurannya akan semakin sistematis. Penyaluran dana zakat itu oleh koperasi dibuat skema menjadi produk Qordhul Hasan, yaitu produk pembiayaan kebajikan dalam bentuk modal usaha. Para penerima akan mengembalikan dana tersebut tanpa adanya tambahan (ziyadah/bunga/bagi hasil) sedikit pun. Hanya saja disarankan adanya infaq. Dana itupun dapat dipinjam kembali oleh penerima yang sama, atau penerima yang lain yang tentunya yang masuk kategori mustahiq zakat.

Sementara itu bagi koperasi syariah, masuknya dana zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf tidak dapat diakui sebagai pendapatan koperasi. Pengelolaannya pun harus terpisah dengan dana komersial lainnya. Saat ini koperasi memiliki karyawan yang semuanya adalah lulusan STAINU, ditambah dua orang mahasiswa Perbankan Syariah STAINU yang sedang Praktik Kerja Lapangan. (Red: Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Rabu, 06 September 2017

Mantan Anggota JI: Nama Boleh Lenyap, Gerilya Tetap Jalan

Padang, Sang Pencerah Muslim. Mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas mengungkapkan, kegiatan JI tak bisa hilang begitu saja, menyusul kriminalisasi kelompok garis keras ini oleh pemerintah dan masyarakat. Nama JI mungkin lenyap dari peredaran tapi gerilya mereka akan terus menjalar dengan berbagai rupa.

Nasir menyampaikan hal itu di sela acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Lembaga Ta’mir Masjid (LTMNU) Region II PWNU Sumbar, Riau, Kepri, dan Jambi, yang digelar di Padang, Sumbar, 30 Juni-1 Juli 2012. Menurutnya, hingga kini kegiatan jaringan bawah tanah JI masih dirasakan tetap aktif meskipun dengan menggunakan nama organisasi yang baru.

Mantan Anggota JI: Nama Boleh Lenyap, Gerilya Tetap Jalan (Sumber Gambar : Nu Online)
Mantan Anggota JI: Nama Boleh Lenyap, Gerilya Tetap Jalan (Sumber Gambar : Nu Online)

Mantan Anggota JI: Nama Boleh Lenyap, Gerilya Tetap Jalan

“Bila nama JI sudah tak lagi mendapatkan tempat di masyarakat, maka mereka membentuk organisasi baru dengan nama baru tapi anggotanya tetap dan tujuannya juga sama,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Hal ini dikarenakan, keseluruhan gerakan mereka ditopang oleh fanatisme ideologi yang sangat mengakar. Keyakinan tetang status kafir Negara Kesatuan Republik Indonesia menguatkan tekad mereka untuk melakukan pemberontakan dengan berbagai cara.

Hadir dalam Rapimnas untuk empat propinsi ini, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, mantan aktivis Negara Islam Indonesia (NII) Sukanto, perwakilan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), perwakilan Gubernur Sumbar, sejumlah kader muda NU, dan beberapa organisasi sayap NU.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Ketua Pengurus Pusat LTMNU, Rapimnas bertema “Wujudkan Masjid sebagai Pusat Peradaban Umat” ini salah satunya dalam rangka pencerahan umat berbasis tempat ibadah. Sebagai pusat ritual keseharian umat Islam, masjid mesti terlindungi dari masuknya ideologi yang dapat mengancam kemaslahatan dan keharmonisan masyarakat.

“Kita semua menyadari, benih-benih kekerasan dan terorisme atas nama agama sudah meyusup ke dalam masjid. Karena itu, LTMNU punya tanggung jawab menyelesaikan hal itu,” ujarnya.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis ? : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pertandingan, Meme Islam, Bahtsul Masail Sang Pencerah Muslim

Selasa, 05 September 2017

Lakpesdam PBNU Jelaskan Hate Speech dan Unsur-Unsurnya

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU, H Rumadi Ahmad menjelaskan tentang hate speech dan unsur-unsurnya.

Lakpesdam PBNU Jelaskan Hate Speech dan Unsur-Unsurnya (Sumber Gambar : Nu Online)
Lakpesdam PBNU Jelaskan Hate Speech dan Unsur-Unsurnya (Sumber Gambar : Nu Online)

Lakpesdam PBNU Jelaskan Hate Speech dan Unsur-Unsurnya

Menurut Rumadi, kata hate yang berarti rasa benci itu terkait dengan emosi yang kuat di dalam seseorang baik penghinaan, permusuhan, atau kebencian terhadap seseorang atau kelompok yang dijadikan target karena mereka memiliki karakterisktik tertentu yang yang tidak disukai orang itu.

Demikian dikatakan Rumadi pada Focus Discussion Group (FGD) yang diselenggarakan Panitia Komisi Bahtsul Masail Qonuniyah Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes NU) tentang Ujaran Kebencian dalam Berdakwah di lantai lima, gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (27/10).

Sementara speech sendiri, katanya melanjutkan, terkait dengan ekspresi, yakni ekspresi berpendapat atau mengemukakan ide menggunakan beberapa medium, baik pidato, video, poster atau yang lain. 

Sang Pencerah Muslim

“Jadi hate speech bisa disalurkan dengan menggunakan berbagai macam medium yang di situ ada emosi kebenciannya,” jelasnya.

Ia pun mengemukakan lima unsur yang terdapat pada hate speech atau siar kebencian.

Pertama, ada niat. Menurut Rumadi, untuk melakukan siar kebencian itu pasti seseorang sudah punya niat untuk melakuka permusuhan atau membenci kepada orang atau kelompok yang dibencinya.

Kedua, ada orang atau kelompok yang menjadi target kebenciannya. Dikatakan hate speech, katanya,baik dilakukan individu atau kelompok, baik basisnya karena ras, agama atau orientasi seksual tertentu jika ada targetnya.

Sang Pencerah Muslim

Ketiga, bentuk ekspresi kebencian dan permusuhan yang dilakukan melalui berbagai medium. Keempat, menyebarkan , mengajak atau mempromosikan kebencian kepada orang atau kelompok lain karena alasan-alasan tertentu.

“Jadi disitu ada upaya dakwah, ada upaya untuk mnegajak supaya memusushi orang (atau kelompok) tertentu,” katanya.

Kelima, menghasut kekerasan, diskriminasi, atau permusuhan terhadap seseorang individu atau kelompok. Keenam, tindakan yang dilakukan itu potensial (bahkan nyata-nyata) menimbulkan dampak berupa adanya permusuhan, bahkan tindak kekerasan kepada pihak lain yang menjadi sasaran kebencian.

Selain Rumadi, hadir juga menjadi pembicara Wakil Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU) KH Abdul Moqsith Ghozali, dan Direktorat Tindak Pidana Siber Kepolisian Republik Indonesia (RI) Kombes Fadil Imron.

Hadir pula pada kegiatan yang dimoderaotri Mahbub Maafi ini, Ketua PBNU H Robikin Emhas, Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) periode 2010-2020 KH Zaky Mubarok, Sekretaris LBM NU Sarmidi Hasni, Alissa Wahid, Katib Syuriah KH Mujib Qulyubi, dan lain-lain. (Husni Sahal/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Meme Islam, Anti Hoax Sang Pencerah Muslim

Gus Mus: Dunia Jangan Jadi Tujuan Hidup

Rembang, Sang Pencerah Muslim. Wong saiki seneng ngopeni urusan amal-amal sak durunge mati, lali amal-amal ba’dane mati (Orang sekarang suka mengurusi urusan amal-amal sebelum mati, lupa dengan amal-amal setelah mati).

Gus Mus: Dunia Jangan Jadi Tujuan Hidup (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus: Dunia Jangan Jadi Tujuan Hidup (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus: Dunia Jangan Jadi Tujuan Hidup

Demikian disampaikan KH A Mustofa Bisri saat mengisi pengajian pasanan kitab Riyadhus Shalihin, di Pondok Pesantren Raoudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, Jumat malam (5/07).

Terkait masalah kelalaian manusia akan akhirat, kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menjelaskan bahwa dunia adalah salah satu hal yang dapat membuat orang lupa kepada Allah, bahkan sampai berlebihan mencintai dunia.

Sang Pencerah Muslim

Bagi Gus Mus, sekarang banyak pejabat memiliki mobil dan uang melimpah, tapi masih saja melakukan korupsi. Ada pula masyarakat yang mengaku sebagai orang miskin sehingga ketika ada bantuan-bantuan ia datang.

Sang Pencerah Muslim

Gus Mus menyindir orang seperti itu sebagai orang fakir karena masih ‘butuh’ dengan memakan uang rakyat. “Itu akar masalahnya, karena pada rebutan dunia bukan rebutan surga,” ujar kiai yang sudah banyak menerbitkan buku tentang keislaman, kumpulan esai, puisi, cerpen dan humor ini.

Gus Mus membenarkan bahwa mencintai persoalan duniawi sangat menyakitkan hati,  bahkan sebagai sumber keterpurukan Indonesia. “Makanya,  dunia dipandang apa adanya, jangan jadi tujuan hidup,” pesannya.

Dicontohkan, kiai zaman dahulu mampu bertakwa dengan sangat sungguh-sungguh, walaupun pekerjaannya hanya petani. Hidupnya makmur karena dicukupi Allah. “Coba takwa, nanti dapat rizki yang tidak terduga-duga,” tuturnya dalam pengajian yang dihadiri ratusan santri dan masyarakat umum.

Untuk itu, Rais Aam PBNU ini berpesan supaya meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Takwa memang sangat sulit, karena harus melaksanakan semua perintah Allah, dan meninggalkan semua larangan Allah. “Berjalan menuju Allah ibarat berjalan di atas jalan yang banyak ranjaunya,” tambahnya.

“Makanya mintalah kepada Allah supaya diberi petunjuk, ketaqwaan, kehormatan diri, dan tidak butuh dengan dunia lagi,” tegas pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin ini.

Selama pengajian kitab Ramadhan ini, Gus Mus membacakan empat kitab, yakni Kimiyaus Sa’adah, Idhatun Nasyiin, Burdah Al-Bushiry, dan Riyadhus Shalihin. Khusus kitab Riyadhus Shalihin yang dilaksanakan usai shalat tarawih, dalam beberapa kesempatan kemarin, selalu ramai dihadiri masyarakat sekitar. Pengajian Riyadhus Shalihin ini juga bisa disimak secara online di Radio NU dengan mengklik radio.nu.or.id. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Minggu, 27 Agustus 2017

Muslimat-Fatayat NU Gelar Pawai Mobil Hias

Pekalongan, Sang Pencerah Muslim. Ada banyak cara memperingati hari kelahiran Raden Ajeng (RA) Kartini yang jatuh tanggal 21 April 2013. Jika dahulu anak anak sekolah pada tanggal ini berpakaian model kebaya dengan rambut disanggul kemudian baris di halaman sekolah dengan menggelar berbagai lomba, kini bentuk peringatan dilakukan dengan beragam cara. 

Untuk menghidupkan semangat perjuangan Kartini, Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat Nahdlatul Ulama Pekalongan Barat, Ahad kemarin (21/4) menggelar acara besar-besaran berupa pawai mobil hias bekerjasama dengan PAC Muslimat NU keliling Kota Pekalongan.

Muslimat-Fatayat NU Gelar Pawai Mobil Hias (Sumber Gambar : Nu Online)
Muslimat-Fatayat NU Gelar Pawai Mobil Hias (Sumber Gambar : Nu Online)

Muslimat-Fatayat NU Gelar Pawai Mobil Hias

Acara yang dipusatkan di Gedung Aswaja Jalan Sriwijaya 2 diikuti oleh seluruh Pimpinan Ranting yang diisi dengan anak anak yang baru saja selesai dikhitan dan ibu-ibu dengan berpakaian ala Ibu Kartini. 

Sambutan yang cukup meriah tambak sekali menjelang pemberangkatan mobil pawai, apalagi dibarisan terdepan dikawal Marching Band dari MTs Hidayatul Athfal (Hifal) Kota Pekalongan dan raungan mobil Lalu Lintas Polres Pekalongan Kota menambah kesemarakan acara Peringatan Hari Kartini yang dikemas bersamaan dengan Harlah Fatayat dan Muslimat NU.

Sang Pencerah Muslim

Ketua PAC Fatayat NU Pekalongan Barat Hj. Khusnul Khotimah kepada Sang Pencerah Muslim mengatakan, kegiatan peringatan Hari Kartini untuk tahun ini sengaja diperingati dengan cara yang berbeda untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kaum perempuan juga bisa menggelar aktifitas dengan meneladani nilai perjuangan yang telah dilakukan kaum ibu.

“Perjuangan Ibu Kartini telah menginspirasi kaum perempuan yang bernaung di panji Nahdlatul Ulama untuk bisa berkiprah lebih banyak untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara Republik Indonesia tercinta,” ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Dikatakan, lahirnya Fatayat NU dan Muslimat NU dikancah perjuangan melalui jalur organisasi adalah bukti keinginan yang cukup kuat untuk mengangkat derajat kaum perempuan, dan peran ini dapat dijalankan dengan baik.

Acara peringatan Hari kartini di Gedung Aswaja ditandai selain pawai mobil hias juga diisi dengan khitanan massal yang diikuti oleh 34 peserta, bazar murah, donor darah, pentas seni kasidah dan pembagian hadiah dari berbagai lomba yang telah dilaksanakan. 

 

Redaktur   : Mukafi Niam

Kontributor: Abdul Muiz P

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pondok Pesantren, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Senin, 31 Juli 2017

Ada Ajaran HTI di Soal Ujian Akhir Semester MAN?

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sebuah foto soal ujian akhir semester ganjil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cilegon beredar di media sosial, Kamis (3/12). Daftar pertanyaan dan pilihan jawaban dalam lembar soal terbitan Kementerian Agama melalui Kelompok Kerja Madrasah Aliyah (KKMA) ini mengejutkan sejumlah pihak lantaran dinilai mengarah pada ajaran Hizbut Tahrir Indonesa (HTI).

Kepala lembar soal itu menunjukkan bahwa soal merupakan bagian dari ujian mata pelajaran fiqih, diperuntukkan bagi kelas XII IPA/IPS, dan dilaksanakan mulai pukul 07.15 WIB sampai 08.45 WIB pada Kamis, 3 Desember 2015.

Abdulloh Hamid salah seorang yang menemukan foto lembar soal ujian untuk tahun ajaran 2015/2016 itu mengaku kaget. Menurutnya, keanehan tak hanya ada pada materi seputar khilafah dan khalifah, melainkan pula pada cara memaparkan butir pertanyaan dengan tema serupa secara berturut-turut hingga memenuhi satu halaman soal.

Ada Ajaran HTI di Soal Ujian Akhir Semester MAN? (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Ajaran HTI di Soal Ujian Akhir Semester MAN? (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Ajaran HTI di Soal Ujian Akhir Semester MAN?

Ajaran HTI yang dikenal menolak Pancasila dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dinilai telah masuk dalam ajaran sekolah. “Enggak bener ini,” kata salah seorang pengurus Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) PBNU sembari menunjukkan gambar selembar foto kertas ujian tersebut kepada Sang Pencerah Muslim, Kamis (3/12) malam.

Berikut kutipan selengkapnya teks soal yang kontroversial yang terpampang dalam selembar kertas itu:

Sang Pencerah Muslim

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1.? ? ? Secara etimologi kata “khilafah” berarti pengganti, sedangkan menurut istilah adalah...

Sang Pencerah Muslim

Struktur pemerintahan yang pelaksanaannya diatur berdasarkan UUD 1945 Struktur pemerintahan yang pelaksanaannya diatur berdasarkan syari’at Islam Struktur pemerintahan yang pelaksanaannya diatur berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Struktur pemerintahan yang pelaksanaannya diatur berdasarkan kekuasaan pemerintah Struktur pemerintahan yang pelaksanaannya diatur berdasarkan keadilan dan musyawarah

2.? ? ? Salah satu dalil yang berhubungan dengan tujuan khilafah adalah...

QS. Saba’: 15? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? QS. An-Nisa’: 59 AQ. Al-Imran: 103 QS. Qaaf: 43 QS. Asy-Syu’ara’: 38

3.? ? ? Perhatikan pernyataan di bawah ini!

Taat kepada Allah dan Rasul-Nya Memiliki kecerdasan akal fikiran serta berpengetahuan yang luas Terciptanya suasana beragama dalam berbagai aspek kehidupan ummat Terwujudnya kehidupan masyarakat yang adil, makmur dan sentosa Mewujudkan dasar-dasar khilafah dalam seluruh aspek kehidupan ummat Islam Dari pernyataan di atas yang termasuk tujuan khilafah adalah.... Dari pernyataan di atas yang termasuk tujuan khilafah adalah....

1-2-3? ? ? ? 2-3-4 3-4-5 1-3-5 2-4-5

4.? ? ? Kriteria yang wajib dimiliki oleh seorang khalifah, kecuali...

Memiliki kekuasaan mutlak? ? ? Memiliki kecerdasan akal fikiran ? ? ? ? ? ? Taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Berakhlak mulia Merupakan pilihan rakyat

5.? ? ? Perbedaan khilafah dan khalifah adalah...

Khilafah adalah orang yang memimpin, sedangkan khalifah adalah pemerintahannya Khilafah adalah pemerintahannya, sedangkan khilifah adalah orang yang memimpin Khilafah adalah bentuk pemerintahan yang ilegal, sedang khalifah adalah pemerintahan yang sah

(Red: Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Meme Islam, Amalan, RMI NU Sang Pencerah Muslim

Kamis, 06 Juli 2017

Sosok Gus Mus di Mata Santri-santrinya

Rembang, Sang Pencerah Muslim. Membicarakan sosok KH A Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus memang tidak ada habisnya. Banyak yang mengenalnya sebagai tokoh yang serba bisa. Tidak sedikit pula komentar dari berbagai kalangan tentang Rais Am PBNU ini. Lalu bagaimana pandangan para santri di pesantren asuhannya?

Menurut salah satu santri, Muhammad Amin Zainuddin, Abah Mus—sebutan KH Ahmad Mustofa Bisri dari santri-santri di pesantrennya—adalah kiai yang demokratis, tidak menuntut santrinya supaya menjadi seperti dirinya, dan tidak pula memaksakan kepada santrinya untuk melakukan atau menjadi ini itu.

Sosok Gus Mus di Mata Santri-santrinya (Sumber Gambar : Nu Online)
Sosok Gus Mus di Mata Santri-santrinya (Sumber Gambar : Nu Online)

Sosok Gus Mus di Mata Santri-santrinya

Wayahe ngaji yo ngaji, wayahe bal-balan yo bal-balan (Waktunya mengaji ya mengaji, waktunya bermain sepak bola ya sepak bola),” ungkap Lurah Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Rembang, Kamis (3/7).

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, tambah Zainuddin, wibawa Abah Mus di mata santri tidak membuat santri menjadi takut, malah santri menjadi santai tetapi tetap mengedepankan ta’dhim.

Sang Pencerah Muslim

Zainuddin juga mengungkapkan, Gus Mus adalah kiai yang menyukai sepak bola. “Saat pengajian kitab beliau pernah bercerita, dahulu ketika masih muda sempat bermain bola untuk PSIM Jogjakarta,” katanya sambil tersenyum.

Berbeda dengan pandangan Arsyad Siddiq santri pasanan asal Lamongan, Jawa Timur, ia mengakui kalau dirinya Ramadhan ini nyantri karena diajak teman. Selain itu ia mengikuti mengaji pasanan di pesantren asuhan Gus Mus untuk mencari barokah, menghilangkan kebodohan serta mencari pengalaman belajar di pesantren.

Salah satu hal yang membuat kagum Arsyad adalah penyampaian keterangan dalam setiap pengajian kitab. “Cara berbicara dan pengajarannya mempunyai ciri khas, metode memberi penalarannya mudah dimengerti,” ujarnya kepada Sang Pencerah Muslim.

Sementara itu, Adib santri asli Rembang mengungkapkan, “Paling aku seneng ketika mengajar, beliau menerangkan alur kata-katanya itu enak dan mudah dipahami. Apalagi ketika cedak (dekat) sama Abah Mus hawane ayem, enak.”

Ia juga membenarkan pandangan banyak orang bahwa Gus Mus merupakan tokoh multitalenta, sebagai kiai, budayawan, juga penulis. “Walaupun banyak pandangan di luar sana tentang Gus Mus, tetapi bagi kami beliau tetap sebagai pengasuh kami di pesantren,” terang laki-laki yang sudah nyantri sejak tahun 2003 hingga sekarang.

Pandangan lain diungkapkan Haerul Anwar. Ia mengagumi Gus Mus salah satunya karena karena Gus Mus seorang tokoh yang humoris.

“Di samping itu, beliau orangnya bebas bergaul dan tidak membeda-beda agama. Pantas jika beliau disebut sebagai ulama, seniman, budayawan, karena adalah sosok untuk kemasyarakatan,” terang santri asal Subang, Jawa Barat. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Humor Islam, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Senin, 26 Juni 2017

Kisah Perdebatan Dua Ulama Top NU soal Hakim Perempuan

KH A Wahid Hasyim saat menjadi Menteri Agama telah membuka pintu secara administratif perempuan untuk bisa menjadi hakim, namun landasan fiqh-nya belum sempat dirumuskan. Di sana-sini masih banyak penolakan para alim ulama akan status dan kedudukan perempuan sebagai hakim di Pengadilan Agama.

Jumhur ulama dari mazhab Syafii, Hanbali dan Maliki tidak membolehkan. Imam Abu Hanifah membolehkan dalam kasus di luar hudud dan qisas. Ibn Jarir al-Thabari membolehkan secara mutlak. Pendapat mana yang mau dipilih?

Kisah Perdebatan Dua Ulama Top NU soal Hakim Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)
Kisah Perdebatan Dua Ulama Top NU soal Hakim Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)

Kisah Perdebatan Dua Ulama Top NU soal Hakim Perempuan

Maka terjadilah Bahtsul Masail para ulama top di lingkungan Nahdlatul Ulama. Pandangan para ulama NU mengerucut pada dua blok besar: mereka yang mengikuti pandangan KH Marus Ali dari Pesantren Lirboyo, dan mereka yang mengikuti pandangan Prof KH Ibrahim Hosen (Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat dan Rektor Institut Ilmu Al-Quran Jakarta). Kiai Mahrus tidak membolehkan dengan mengikuti jumhur sedangkan Abahku membolehkan dengan mengikuti pendapat Hanafi dan Thabari. Sebagai catatan, pendapat Hanafi dan Thabari bisa digabungkan karena yurisdiksi Peradilan Agama di Indonesia terbatas pada masalah akhwalus syakhsiyah dan tidak masuk wilayah jinayah.

Perdebatan kedua kubu sangat panas dengan masing-masing mengeluarkan argumentasi dan rujukannya. Akhirnya diskusi diskors untuk makan siang dan shalat zuhur. Di saat itulah Abah mendekati Kiai Mahrus Ali dan melancarkan jurus diplomasinya. Abah berkata: "Pak Kiai, sebelum saya berangkat sekolah ke al-Azhar Kairo, saya belajar khusus kepada Kiai Abbas di Buntet". Kiai Mahrus langsung bangun dari kursinya dan memeluk Abah, "Kiai Abbas itu Waliyullah, beliau paman saya!"

Sang Pencerah Muslim

Setelah dialog tersebut sesi diskusi segera dibuka kembali. Kiai Mahrus mengangkat tangannya: "Diskusi tidak perlu dilanjutkan, sudah selesai, saya setuju perempuan boleh menjadi hakim", maka terdengarlah surat al-Fatihah dibacakan bersama. Para kiai yang lain keheranan apa yang terjadi mengapa perdebatan panas sebelumnya langsung hilang?

Sang Pencerah Muslim

Abah saya belakangan menjelaskan kepada saya saat mengenang Kiai Mahrus Ali. Sambil berkaca-kaca Abah berkata: "Kiai Mahrus Ali itu ulama besar. Beliau paham perbedaan mazhab. Beliau hanya ingin diyakinkan bahwa Abah sudah menghitung dampak dari memilih mazhab Hanafi dan Thabari untuk masalah ini. Ketika disampaikan bahwa Abah santri kesayangan dari Kiai Abbas Buntet, Kiai Mahrus Ali seketika menjadi yakin bahwa seorang santri Buntet dibawah bimbingan langsung Kiai Abbas akan tahu bahwa fatwa itu tidak boleh sembarangan dikeluarkan. Kiai Abbas memang waliyullah."

Abah kemudian bercerita hubungan eratnya dengan Kiai Mahrus. Kiai Mahrus menanyakan perkembangan Institut Ilmu al-Quran (IIQ) bahkan meng-ijazahi shalawat untuk kelangsungannya. Belakangan saat Muktamar NU di Pesantren Lirboyo 1999 saya sowan ke rumah Kiai Kafabihi Mahrus, putra Kiai Mahrus. Beliau memeluk saya dan berkata, "Abah saya (Kiai Mahrus) pesan: Kiai yang alim soal ushul al-fiqh itu Prof KH Ibrahim Hosen".

Begitulah para Kiai NU. Mereka tahu argumen masing-masing. Mereka saling mencintai dan memghormati. Tinggal kita saja generasi berikutnya yang harus melanjutkan nilai-nilai yang para masyayikh sudah ajarkan kepada kita. Kalau sekarang anda melihat banyak perempuan yang menjadi hakim di Pengadilan Agama, ingatlah dengan kisah ini: semuanya dimulai dari diskusi para ulama kami.

Lahumul fatihah ....

Nadirsyah Hosen, Rais Syuriyah PCI Nahdlatul Ulama Australia - New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Mei 2017

PCNU Banyuwangi Sebut Jumlah Fantastis Hewan Kurban Nahdliyin Tahun Ini

Banyuwangi, Sang Pencerah Muslim - Hari raya Idul Adha tahun ini, warga NU cukup antusias dalam berkurban. Menurut tabulasi yang dilakukan oleh PCNU, jumlah kurban warga NU di seluruh Banyuwangi berdasarkan data terakhir mencapai 15.952 ekor dengan rincian 2.194 ekor sapi, 13.642 kambing, dan 166 ekor domba.

"Data ini kita dapat dari laporan masing-masing ranting NU ke MWCNU di masing-masing kecamatan. Kemudian, dilaporkan ke PCNU Banyuwangi untuk ditabulasi," kata Wakil Sekretaris PCNU Banyuwangi Haikal Kafili yang bertugas melakukan pendataan.

PCNU Banyuwangi Sebut Jumlah Fantastis Hewan Kurban Nahdliyin Tahun Ini (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Banyuwangi Sebut Jumlah Fantastis Hewan Kurban Nahdliyin Tahun Ini (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Banyuwangi Sebut Jumlah Fantastis Hewan Kurban Nahdliyin Tahun Ini

Kurban-kurban ini selain disalurkan langsung melalui pengurus NU juga disalurkan melalui takmir masjid, mushalla, dan TPQ di bawah naungan NU. "Ini data akumulatif dari seluruh kurban, baik yang disalurkan oleh pengurus NU, maupun di lembaga-lembaga lain di bawah naungan NU Banyuwangi," imbuh Haikal.

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu, Ketua PCNU Banyuwangi KH Masykur Ali menilai geliat warga NU untuk berkurban merupakan panggilan ilahiah sekaligus panggilan sosial untuk berbagi dengan masyarakat yang kurang mampu.

"Selain itu, kurban merupakan napak tilas keteladanan, ketulusan hati dan ketakwaan Nabi Ibrahim AS dalam mematuhi perintah Allah SWT," ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Kiai Masykur menegaskan, segala sesuatu yang dimiliki manusia merupakan titipan. "Oleh karena itu dalam konteks kehidupan sosial kita mesti ikhlas berbagi dengan kaum yang kurang beruntung," pungkasnya. (Ay-Noe/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Rabu, 17 Mei 2017

Kenapa Kiai Muchit Muzadi Cinta NU sampai Akhir Hayat?

Jember, Sang Pencerah Muslim. Ternyata KH Abdul Muchit Muzadi adalah sosok yang sangat patuh pada KH Hasyim Asy’ari. Hal ini bisa dilihat dari komitmennya yang begitu tinggi dalam membela dan membesarkan NU, organisasi yang didirikan gurunya itu.

Demikian diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, KH Azaim Ibrahimy saat bertaushiyah di pengajian umum dan doa bersama menyambut? tahun baru Islam yang digandeng dengan memperingati 1 tahun wafatnya Kiai Muchit di Masjid Sunan Kalijaga, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, Sabtu malam (30/9).

Kenapa Kiai Muchit Muzadi Cinta NU sampai Akhir Hayat? (Sumber Gambar : Nu Online)
Kenapa Kiai Muchit Muzadi Cinta NU sampai Akhir Hayat? (Sumber Gambar : Nu Online)

Kenapa Kiai Muchit Muzadi Cinta NU sampai Akhir Hayat?

Menurut Kiai Azaim, pengabdian Mbah Muchit di NU tak lepas dari ketaatannya kepada sang guru yang juga pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari. Ia mencintau NU sampai akhir hayatnya. “Beliau menjaga dan memelihara warisan gurunya, yaitu NU,” tukasnya.

Ia menambahkan, pengabdiannya yang tulus itu membuat Mbah Muchit cukup dikenal sebagai tokoh NU yang mumpuni dan memberi warna dalam sejarah perjalanan NU. Bahkan orang menyebutnya sebagai pakar khittah NU.

Dikatakan Kiai Azaim, Mbah Muchit dan Kiai Ahmad Shiddiq adalah satu paket dalam mengabdi dan memperjuangkan NU. Ketika NU mendapat ujian, keduanya bisa memberi jawaban yang memuaskan.

Sang Pencerah Muslim

Ujian tersebut misalnya berupa munculnya tuduhan bahwa Pancasila tidak sesuai dengan Islam. “Ketika itu, dalam Muktamar NU ke-27, NU adalah satu-satunya ormas yang menerima Pancasila sebagai asas negara. Dan itu tak lepas dari peran keduanya,” jelas Kiai Azaim.

Sementara itu, KH Hasyim Muzadi dalam wejangannya lebih banyak menyinggung soal umat Islam secara global. Menurutnya, dewasa ini nasib umat Islam di seluruh dunia mengalami keprihatinan yang luar biasa.

Ia lalu menyebut konflik yang terjadi di negara-negara Timur Tengah. Mereka berperang dengan sesama umat Islam. Yang tidak berperang, harus mengungsi, dan mereka pun terombang-ambing di tengah laut.

“Yang mengerikan, mereka saling bunuh, bahkan untuk itu mereka sampai mendatangkan orang dari luar. Itu semua adalah perbuatan orang-orang yang tidak suka dengan Islam. Mudah-mudah ini tidak sampai terjadi di Indonesia. Karenanya, kita harus berjuang dan membentengi diri dengan iman,” ungkapnya.

Sang Pencerah Muslim

Acara tersebut juga dihadiri Rais Syuriyah PCNU Jember? KH Muhyiddin Abdusshomad, Rektor Universitas Jember Muhammad Hasan, sejumlah tokoh dan pengurus NU, dan tentu saja masyarakat sekitar yang memenuhi masjid. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Hadits, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 25 Maret 2017

Warga Jember, Ikutilah Jalan Santai Santri 5 November 2017

Jember, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang GP Ansor Jember, Jawa Timur menginisiasi Jalan Sehat Santri. Kegiatan untuk memeriahkan Hari Santri Nasional 2017 tersebut dijadwalkan Ahad, 5 November 2017 mulai pukul 06.00 WIB, berpusat di Alun-alun Kabupaten Jember.

Saat ini persiapan telah seratus persen rampung dan tinggal menunggu hari H nya. Pantauan Sang Pencerah Muslim, Rabu (1/11) hari ini tampak panitia sibuk melayani para pendaftar dari berbagai kalangan.

Warga Jember, Ikutilah Jalan Santai Santri 5 November 2017 (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga Jember, Ikutilah Jalan Santai Santri 5 November 2017 (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga Jember, Ikutilah Jalan Santai Santri 5 November 2017

“Diperkirakan JSS diikuti 30 ribu lebih peserta baik santri dari pondok pesantren atau lembaga pendidikan maupun masyarakat umum,” ungkap H Kholidi Zaini, salah satu panitia pelaksana.

Kholidi menyebut, yang unik dari kegiatan rutin tahunan ini mewajibkan pesertanya memakai busana muslim.

"Syaratnya bersarung bagi para peserta putra dan berbusana muslimah untuk peserta putri,” ujar Kholidi.

Sang Pencerah Muslim

Syarat pemakaian sarungan bagi peserta putra karena sarungan sudah menjadi identitas santri terlebih bagi warga Nahdliyin dan merupakan salah satu kearifan budaya lokal. 

“Di samping itu, kegiatan ini mudah-mudahan menjadi semakin mengeratkan kebersamaan dan persatuan antarsesama anak bangsa, khususnya warga masyarakat Kabupaten Jember,” papar Kholidi.

Sang Pencerah Muslim

Untuk menjadi peserta JSS, tidak dipungut biaya pendaftaran. Meskipun gratis, peserta berpeluang mendapatkan puluhan hadiah utama dan ratusan hadiah menarik lainnya.

Jalan Sehat Santri terlaksana berkat kerjasama dengan PCNU Jember, SBA Institute dan dukungan banom NU.

Masyarakat yang berminat mengikuti kegiatan, dapat mendaftarkan diri di Kantor PC GP Jember, Jl.Danau Toba No.1 Tegalgede Sumbersari Jember. Pendaftaran dibuka pukul 09.00-15.00.

Berikut syarat dan ketentuan pendaftaran:

1. Membawa fotokopi KTP/SIM/Kartu Pelajar/Mahasiswa/Kartu Santri untuk ditukar dengan 1 Kupon JSS.

2. Peserta utk 1 keluarga membawa fotokopi KK untuk ditukar dengan Kupon JSS.

3. Peserta dari lembaga/Pondok pesantren membawa surat rekomendasi dari pengurus/pengasuh untuk ditukar dengan Kupon JSS.

(Red: Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Nasional, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Rabu, 01 Maret 2017

Aceh dan Maluku Dukung Perjuangan Petani Urutsewu

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Tampilnya berbagai kelompok kesenian yang tergabung dalam Aliansi Budaya untuk Masyarakat Urutsewu adalah model yang jarang terjadi dalam konteks kesenian dan konflik agraria di Indonesia dewasa ini.

Aceh dan Maluku Dukung Perjuangan Petani Urutsewu (Sumber Gambar : Nu Online)
Aceh dan Maluku Dukung Perjuangan Petani Urutsewu (Sumber Gambar : Nu Online)

Aceh dan Maluku Dukung Perjuangan Petani Urutsewu

Pada malam penggalangan dana yang sudah dilangsungkan sebanyak empat kali di Yogyakarta, berbagai kelompok seni seperti teater, sanggar tari, sanggar rupa seni, dan sastra, bahu-membahu memobilisir sumberdaya dari masyarakat Yogyakarta untuk membiayai Arak-Arakan Budaya yang akan diadakan di Urutsewu, Kebumen, 16 April 2014.

Dari berbagai jenis kesenian itu, melihat lebih jauh keterlibatan kelompok tari adalah hal yang sangat menarik. Dua di antara tarian yang tampil dalam acara solidaritas budaya itu adalah Tari Saman dari Aceh dan Tari Cakalele dari Maluku.

Sang Pencerah Muslim

Orang Aceh memiliki sejarah konflik yang panjang. Tari Saman biasanya ditampilkan oleh masyarakat Aceh dalam berbagai upacara adat. Dalam berbagai kesempatan, Tari Saman juga dipakai oleh pemerintah Indonesia untuk mengkonstruksi citra Indonesia di panggung global. Bahkan pada masa Aceh masih menjadi Daerah Operasi Militer (DOM), Tari Saman pernah dipakai oleh militer sebagai alat untuk melakukan pendekatan terhadap masyarakat.

Sang Pencerah Muslim

Menyimak sejarah Tari Saman seperti di atas, Rachmi Diyah Larasati, pengajar di Jurusan Theatre Arts and Dance di University of Minnesota Minneapolis, menilai bahwa keterlibatan Tari Saman dalam acara Solidaritas Budaya untuk Masyarakat Urutsewu adalah hal yang lebih bermakna ketimbang penghargaan internasional yang justru menjauhkan Tari Saman dari konteks tari itu sendiri.

“Fungsi Tari Saman di sini menjadi sumber aliansi ketubuhan estetik praktik. Ketika Saman dikooptasi militer, ia telah menjadi siimbol/representasi militer, dengan keterlibatan ini maka ia menjadi representasi rakyat yang berkeinginan memediasi penindasan yang dalam konteks Urutsewu dipelopori oleh militer,” demikian komentar Rachmi.

Sementar Tari Cakalele memiliki cerita lain. Menurut Muhammad Ismul Azham, salah seorang penari dari Sanggar Nusantara yang ikut berpartisipasi dalam Tari Cakalele yang ditampilkan, sejak dulu bagi orang Maluku, Tari Cakalele merupakan tarian perlawanan atas penjajahan.

Ikat kepala berwarna merah yang dipakai para penari, demikian Ismul yang juga Presidium Forum Mahasiswa Sula Yogyakarta (FORMSY) Maluku Utara ini, melambangkan keberanian dan kepahlawanan. Dalam konteks Solidaritas Budaya untuk Masyrakat Urutsewu, kehadiran Tari Cakalele juga memiliki semangat yang sama yaitu sebagai simbol perlawanan atas pengklaiman tanah Petani di Urutsewu. Sementara teriakan keras para penari menjadi simbol protes terhadap sistem pemerintahan yang tidak memihak pada rakyat.

Konflik tanah di Urutsewu adalah konflik panjang yang masih berlangsung hingga sekarang. Suasana konflik semakin memanas belakangan ini karena pada akhir 2013 yang lalu TNI AD mengklaim tanah rakyat dan memagarnya untuk dijadikan sebagai lapangan tembak militer.

“Ini adalah tindakan semena-mena dari aparat kemanan. Pemagaran sepihak yang tidak beradab. TNI yang seharusnya bertugas menjadi ‘satpam’ penjaga untuk menyediakan keamanan bagi warga, sekarang justru berbalik memakan rakyat. Pemerintah harus menarik TNI dari Urutsewu,” tanggap Heru Prasetia dari Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumberdaya Alam mengenai konflik tanah ini. (Bosman Batubara/Abdullah Alawi)

?

Keterangan gambar: Penari Cakalele dalam Acara Penggalagan Dana Solidaritas Budaya untuk Masyarakat Urutsewu

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nusantara, IMNU, Meme Islam Sang Pencerah Muslim

Senin, 09 Januari 2017

Kunjungan Ulama ke Israel Tidak Produktif

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ketua PBNU Masykuri Abdillah menganggap kunjungan sebanyak lima orang ulama ke Israel awal Desember lalu dalam mengupayakan perdamaian merupakan hal yang tidak produktif karena dilakukan secara sporadis dan tidak secara terencana.

“Mengupayakan perdamaian tidak bisa dilakukan sendirian, ini siapa yang mengundang dan apa agendanya,” ungkapnya mempertanyakan detail program ini yang tidak jelas.

Ia menilai kunjungan tersebut hanya jalan-jalan karena tokoh-tokoh yang mengikuti acara tersebut tidak dapat dianggap mewakili organisasi Islam di Indonesia. Abdul A’la, dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya bukanlah pengurus NU dan tidak mendapatkan rekomendasi. Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyatakan tak tahu menahu perihal kunjungan tersebut.

Kunjungan Ulama ke Israel Tidak Produktif (Sumber Gambar : Nu Online)
Kunjungan Ulama ke Israel Tidak Produktif (Sumber Gambar : Nu Online)

Kunjungan Ulama ke Israel Tidak Produktif

Demikian pula Ketua PW Muhammadiyah Jatim Syafiq Mughni juga bukan pengurus pusat yang bisa dianggap mewakili organisasi. PP Muhammadiyah dikabarkan juga akan meminta penjelasan mengenai kunjungan tersebut.

Mantan Wakil Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini tak menampik upaya para ulama dalam menciptakan perdamaian antara Palestina dan Israel sebagai bagian dari second track diplomation. Menurutnya, banyak juga ulama Yahudi yang tidak sepakat dengan cara-cara kekerasan dalam mengatasi konflik.

“Kedua ulama dari Palestina dan Israel bisa bertemu, tapi ditempat yang netral sehingga tidak dianggap memihak satu kelompok,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia seharusnya mengambil peran penting ini. Dikatakannya pemikiran mengupayakan perdamaian ini juga sudah dilakukan oleh NU, namun sejauh ini belum ada tindak lanjut.

Mengupayakan perdamaian dengan dialog antar ulama ini dianggap lebih mudah karena jika melalui diplomasi politik, prosedurnya tidak gampang, karena banyak faktor politik yang terkait, termasuk jika mengundang Israel, pemerintah Indonesia dianggap mengakui keberadaannya padahal selama ini belum ada pengakuan secara resmi.

Namun demikian, semuanya harus dilakukan dengan hati-hati dan melalui sosialisasi untuk meyakinkan agar tidak timbul kontraversi. “Meskipun kita ikhlas dalam upaya menciptakan perdamaian, tetapi akan selalu timbul berbagai pertanyaan,” paparnya.

Kunjungan delegasi perdamaian yang berada di Isreal selama sepekan ini diberitakan oleh harian Jerusalem Post pada 8 Desember 2007 untuk bertemu dengan Shimon Peres atas sponsor Simon Wiesenthal Center dan the LibForAll Foundation.

Sang Pencerah Muslim

Jerussalem Post menulis Abdul A’la dan Syafiq Mugni menghadiahi Peres sebuah kipa, kopiah Yahudi, yang bertuliskan Shalom dalam huruf Ibrani dan Latin, serta Kedamaian dalam bahasa Indonesia.

Kepada, Peres Abdul Ala mengatakan bahwa di Indonesia masih ada kelompok kecil ekstremis Muslim. Sementara Syafiq menyatakan masih ada kelompok Muslim di Indonesia yang menentang demokrasi. (mkf)



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Meme Islam, Nasional, Kajian Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock