Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Ketua PBNU Masykuri Abdillah menganggap kunjungan sebanyak lima orang ulama ke Israel awal Desember lalu dalam mengupayakan perdamaian merupakan hal yang tidak produktif karena dilakukan secara sporadis dan tidak secara terencana.
“Mengupayakan perdamaian tidak bisa dilakukan sendirian, ini siapa yang mengundang dan apa agendanya,” ungkapnya mempertanyakan detail program ini yang tidak jelas.
Ia menilai kunjungan tersebut hanya jalan-jalan karena tokoh-tokoh yang mengikuti acara tersebut tidak dapat dianggap mewakili organisasi Islam di Indonesia. Abdul A’la, dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya bukanlah pengurus NU dan tidak mendapatkan rekomendasi. Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyatakan tak tahu menahu perihal kunjungan tersebut.
Kunjungan Ulama ke Israel Tidak Produktif (Sumber Gambar : Nu Online) |
Kunjungan Ulama ke Israel Tidak Produktif
Demikian pula Ketua PW Muhammadiyah Jatim Syafiq Mughni juga bukan pengurus pusat yang bisa dianggap mewakili organisasi. PP Muhammadiyah dikabarkan juga akan meminta penjelasan mengenai kunjungan tersebut.Mantan Wakil Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini tak menampik upaya para ulama dalam menciptakan perdamaian antara Palestina dan Israel sebagai bagian dari second track diplomation. Menurutnya, banyak juga ulama Yahudi yang tidak sepakat dengan cara-cara kekerasan dalam mengatasi konflik.
“Kedua ulama dari Palestina dan Israel bisa bertemu, tapi ditempat yang netral sehingga tidak dianggap memihak satu kelompok,” katanya.
Sang Pencerah Muslim
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia seharusnya mengambil peran penting ini. Dikatakannya pemikiran mengupayakan perdamaian ini juga sudah dilakukan oleh NU, namun sejauh ini belum ada tindak lanjut.Mengupayakan perdamaian dengan dialog antar ulama ini dianggap lebih mudah karena jika melalui diplomasi politik, prosedurnya tidak gampang, karena banyak faktor politik yang terkait, termasuk jika mengundang Israel, pemerintah Indonesia dianggap mengakui keberadaannya padahal selama ini belum ada pengakuan secara resmi.
Namun demikian, semuanya harus dilakukan dengan hati-hati dan melalui sosialisasi untuk meyakinkan agar tidak timbul kontraversi. “Meskipun kita ikhlas dalam upaya menciptakan perdamaian, tetapi akan selalu timbul berbagai pertanyaan,” paparnya.
Kunjungan delegasi perdamaian yang berada di Isreal selama sepekan ini diberitakan oleh harian Jerusalem Post pada 8 Desember 2007 untuk bertemu dengan Shimon Peres atas sponsor Simon Wiesenthal Center dan the LibForAll Foundation.
Sang Pencerah Muslim
Jerussalem Post menulis Abdul A’la dan Syafiq Mugni menghadiahi Peres sebuah kipa, kopiah Yahudi, yang bertuliskan Shalom dalam huruf Ibrani dan Latin, serta Kedamaian dalam bahasa Indonesia.Kepada, Peres Abdul Ala mengatakan bahwa di Indonesia masih ada kelompok kecil ekstremis Muslim. Sementara Syafiq menyatakan masih ada kelompok Muslim di Indonesia yang menentang demokrasi. (mkf)
Dari Nu Online: nu.or.id
Sang Pencerah Muslim Meme Islam, Nasional, Kajian Sang Pencerah Muslim