Tampilkan postingan dengan label Makam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makam. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Januari 2018

Jangan Pernah Menimbun

Kebutuhan manusia hidup akan makanan, minuman dan hal-hal yang menjadi kebutuhan setiap saat senantiasa harus bisa ia dapatkan dan ia peroleh, semisal saja beras yang menjadi kosumsi harian atau jenis makanan pokok yang lainnya. dikarenakan menjadi makanan pokok maka ia harus mendapatkannya meskipun dengan harga yang mahal.

Kelangkaan yang terjadi bukan hanya pada makanan pokok saja, melainkan jenis kebutuhan yang lain, seperti baru-baru ini kelangkaan gas elpiji, BBM, dan barang-barang yang lain. Kelangkaan ini sering dimanfaatkan oleh oknum usil yang sengaja menimbun barang, lalu disaat kelangkaan muncul ia akan menjual barang yang telah ia timbun dengan harga mahal, tidak seperti harga dipasaran, bahkan terkadang meningkat dua kali lipat dari harga biasanya.

Penimbunan ini tidak dibenarkan oleh Syara’ dikarenakan menimbulkan kemadharatan bagi orang lain, seseorang yang menimbun gas elpiji misalnya untuk maksud mendapatkan keuntungan lebih dari kelangkaan tersebut sangat tidak dibenarkan oleh syara’. Karena sebagaimana kita tahu gas elpiji merupakan salah satu jenis kebutuhan yang sangat fital, untuk memasak.

Jangan Pernah Menimbun (Sumber Gambar : Nu Online)
Jangan Pernah Menimbun (Sumber Gambar : Nu Online)

Jangan Pernah Menimbun

Dalam Islam telah dijelaskan akan larangan seseorang menimbun suatu barang sehingga mengakibatkan kelangkaan, lalu ia mengambil kesempatan tersebut dengan menaikkan harga barang yang diatas harga biasanya. Dalam Islam dikenal dengan istilah “IHTIKAR”, yaitu membeli barang (jenis apapun) lalu ia timbun sehingga terjadilah kelangkaan di pasaran yang mengakibatkan harga barang tersebut sangat mahal. Hadits Nabi yang diriwatkan oleh Ma’mar Bin Abdillah, Nabi bersabda:

? ? ? ?

Orang yang melakukan “IHTIKAR” adalah orang yang salah.

Sang Pencerah Muslim

Hadits ini memberi penjelasan akan larangan menimbun barang apapun, yang mengakibatkan kemadhorotan bagi orang lain, karena tidak disebutkan barang apa yang dimaksud oleh Nabi, maka secara umum mencakup jenis barang apapaun. Hanya saja ada hadits lain yang menyebutkan bahwa, yang dimaksud “barang yang ditimbun” adalah jenis makanan, yang menjadi kebutuhan pokok manusia.

Sebagian ulama’ mengkhususkan makanan pokok, sebagian mengatakan barang apapun seperti pakaian dan emas, ada juga yang mengatakan setiap barang yang ketika ditimbun bisa menyebabkan kemadharatan bagi orang.

Dalam hal ini, kelangkaan yang terjadi disekitar kita adalah kebutuhan sehari-hari dan mengakibatkan kemadharatan, mencakup jenis sembako, minyak gas dan jenis yang lain. Barang siapa yang menimbun barang apapun khususnya kebutuhan pokok maka tidak diperbolehkan oleh syara’, sedangkan larangan dari syara’ secara umum adalah haram, maka menimbun barang atau kebutuhan pokok hukumnya adalah haram. (Pen. Fuad H/ Red. Ulil H)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Makam, Budaya, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Kamis, 04 Januari 2018

Nuzulul Qur’an Hakekatnya Introspeksi Diri

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim



Peringatan Nuzulul Qur’an pada hakekatnya adalah ingin mengajak untuk introspeksi bersama-sama. Apakah ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an masih menghiasi dalam kesibukan kesehariannya di dunia ini.

Nuzulul Qur’an Hakekatnya Introspeksi Diri (Sumber Gambar : Nu Online)
Nuzulul Qur’an Hakekatnya Introspeksi Diri (Sumber Gambar : Nu Online)

Nuzulul Qur’an Hakekatnya Introspeksi Diri

Hal tersebut ditegaskan oleh Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo H. Hasan Aminuddin dalam peringatan Nuzulul Qur’an 1438 H yang digelar oleh Polres Probolinggo di Masjid Amaanullah Mapolres Probolinggo, Selasa (20/6) malam.

“Pernahkah kita dengan alat komunikasi yang canggih mengisi Al-Qur’an dalam handphone. Pernahkah dalam sholat satu ayat dibaca. Kegiatan ini mengajak kita yang lupa dan lalai tatlala disibukkan oleh tugas masing-masing. Meskipun satu ayat setidaknya bisa mengamalkan di lingkungannva,” katanya

Dengan kegiatan ini jelas Hasan, setidaknya polisi ini mampu mengamalkan ayat Al-Qur’an sesuai tupoksinya. Kalau tidak mampu secara finansial setidaknya bisa bermanfaat bagi masyarakat. “Di tengah-tengah fragmatisme yang sulit ini, saya ingin memberikan solusi. Cukup dengan tersenyum, seorang polisi sudha memberikan manfaat,” jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Hasan menegaskan bahwa peran dan tugas ibu-ibu selaku istri polisi memang dibutuhkan. “Belailah kasih sayang suaminya dengan doa. Karena doa itu Insya Allah tugas suami masing-masing cukup berat. Sebab kamtibmas menjadi indikator keberhasilan polisi,” tegasnya.

Lebih lanjut Hasan menerangkan bahwa sesuai dengan kewenangan polisi, banyak lahan yang dapat dilakukan untuk berbuat baik kepada masyarakat di Kabupaten Probolinggo. “Terima kasih karena situasi kamtinmas di ? Kabupaten Probolinggo cukup kondusif,” ungkapnya.

Hasan menambahkan bahwa tantangan ke depan bagaimana seorang polisi mampu beramar makruf nahi mungkar. Yang jelas untuk meniadakan sama sekali tidak mungkin. “Setelah saya melihat secara seksama, kemungkaran di zaman ini banyak dilakukan oleh anak muda. Berbeda dengan dulu yang banyak dilakukan oleh orang tua karena alasan ekonomi. Mengurai kemungkanan bukan hanya tugas polisi tetapi juga semua elemen masyarakat,” pungkasnya.

Peringatan Nuzulul Qur’an ini dihadiri oleh Wakil Rais PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar, Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara Syarifuddin beserta segenap jajaran, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton KH Zuhri Zaini, Ketua FKUB Kabupaten Probolinggo KH Idrus Ali, Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo KH Abdul Hadi Saifullah dan sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Makam, Anti Hoax, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Jumat, 22 Desember 2017

NU Surabaya Deklarasikan “Semangat Jum’at”

Surabaya, Sang Pencerah Muslim



Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya, Jawa Timur, mendeklarasikan kegiatan bertajuk "Semangat Jum’at" untuk menggiatkan kembali aktivitas amal saleh setiap Jum’at.

NU Surabaya Deklarasikan “Semangat Jum’at” (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Surabaya Deklarasikan “Semangat Jum’at” (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Surabaya Deklarasikan “Semangat Jum’at”

"Sesuai petunjuk Rasulullah SAW, Jum’at adalah hari yang mulia sehingga beraktivitas diutamakan pada hari itu," kata Ketua PCNU Surabaya Achmad Muhibbin Zuhri di sela deklarasi di Stadion Gelora 10 Nopember Surabaya, Jum’at.

Sang Pencerah Muslim

Menurut dia, keutamaan Jum’at yang besar tersebut menuntut umat Islam dan warga NU memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk berbagai kegiatan kemaslahatan umat dan bersilaturahim dengan berbagai pihak.

"Karena itulah kami mengajak seluruh masyarakat, khususnya umat Islam, untuk berkegiatan positif pada hari Jum’at," ujarnya.

Ia mengatakan "Semangat Jum’at" NU Surabaya nantinya tidak dalam bentuk silaturahim saja, namun juga berbagai kegiatan sosial di antaranya donor darah, gerakan bersih masjid, sedekah, pemberian bantuan, santunan anak yatim dan fakir miskin serta kegiatan lainnya.

Sang Pencerah Muslim

"Intinya, mari menggelar kegiatan membantu meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia, khususnya di Surabaya ini," katanya.

Sementara itu, deklarasi "Semangat Jum’at" ditandai dengan pertandingan persahabatan sepak bola menggunakan sarung antara PCNU Surabaya dan Persebaya "All Star" yang menampilkan mantan-mantan pesepak bola Persebaya.

Turut meramaikan sepak bola sarung, mantan pemain Persebaya antara lain penjaga gawang Endra Prasetya, Bejo Sugiantoro, Mat Halil, Anang Makruf, Reonald Pieter, dan Yusuf Ekodono, Ibnu Grahan.

Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Ketua DPRD Surabaya Masduki Toha dan anggota DPRD Surabaya Camelia Habibah serta sejumlah pejabat Pemkot setempat. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Lomba, Makam, Syariah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 17 Desember 2017

Kebakaran Pasar Klewer, Duka Nahdliyyin Solo

Solo, Sang Pencerah Muslim. Bagi warga Solo, Jawa Tengah, Pasar Klewer yang terletak di sebelah selatan Masjid Agung tidak sekadar menjadi simbol kota. Tapi, di salah satu pusat batik terbesar se-Asia Tenggara itu menjadi tumpuan hidup ribuan orang mulai hulu hingga hilir, dari proses pembuatan kain hingga riuhnya suasana di kios-kios batik.

Kebakaran Pasar Klewer, Duka Nahdliyyin Solo (Sumber Gambar : Nu Online)
Kebakaran Pasar Klewer, Duka Nahdliyyin Solo (Sumber Gambar : Nu Online)

Kebakaran Pasar Klewer, Duka Nahdliyyin Solo

Maka, musibah kebakaran yang melanda Pasar Klewer, Sabtu (27/12) malam, menjadi musibah bagi banyak orang, yang termasuk di dalamnya warga Nahdliyin. Sebagai catatan, basis warga NU di Kota Solo yakni di daerah Laweyan dan Kauman, dua nama tempat yang banyak dihuni para pengusaha dan pedagang batik.

Seorang teman penulis, yang enggan disebut namanya, mengungkapkan dari beberapa kios batik yang ia miliki, selain untuk sumber mata pencaharian juga sebagian keuntungannya ia gunakan untuk mendukung jalannya TPQ dan pengajian di kampungnya.

Sang Pencerah Muslim

“Kios keluarga kami diperkirakan ludes dilalap si jago merah, semoga kami diberi ketabahan dan bisa bangkit kembali,” ungkapnya, sesaat setelah terjadi kebakaran.

Sang Pencerah Muslim

Petugas pemadam kebakaran (Damkar) yang dikerahkan untuk memadamkan api, pun tidak sanggup untuk menyelamatkan 2.300 kios yang sudah terlanjur dilalap si jago merah.

Saat berita ini ditulis, belum ada kepastian penyebab terjadinya kebakaran. Pihak kepolisan baru menduga, kebakaran yang terjadi di Pasar Klewer disebabkan adanya korsleting listrik di salah satu kios lantai 2. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Makam Sang Pencerah Muslim

Jumat, 08 Desember 2017

Menolong Tanpa Memandang Agama

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pemanfaatan masjid, gereja, wihara, pura, klenteng sebagai tempat pengungsian para korban bencana alam semestinya dilihat sebagai keinginan para pengelolanya  untuk menolong  maupun berbuat kebaikan. Tujuan baik itu tidak sepatutnya dicurigai sebagai upaya mengubah keyakinan agama para pengungsi. Sebaliknya, sudah semestinya diapresiasi sebagai bentuk kepedulian umat beragama kepada para korban bencana. 



Menolong Tanpa Memandang Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
Menolong Tanpa Memandang Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

Menolong Tanpa Memandang Agama

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Imam Azis kepada Sang Pencerah Muslim, di Jakarta, Jumat, 12 November 2010. Pendapat itu disampaikan menanggapi peristiwa pemindahan puluhan pengungsi korban bencana Merapi yang beragama Islam dari Gereja Ganjuran atas permintaan belasan orang yang mengenakan baju terusan panjang dan surban pada Senin, (8/11). Diduga tuntutan disampaikan karena khawatir para pengungsi muslim pindah agama.

Kedatangan belasan orang yang mengenakan baju terusan panjang dan surban ke Gereja Ganjuran itu pada akhirnya mengundang kehadiran dari Sri Sultan Hamengkubuwono X, beserta Permaisrui GKR Hemas. Dalam pertemuan antara perwakilan pengungsi dan kelompok massa bersurban itu, selaku mediator, Sri Sultan meminta para pengungsi memahami situasi dan memilih untuk pindah dari Gereja Ganjuran. Para pengungsi

Sang Pencerah Muslim

muslim akhirnya mengalah demi mengikuti keinginan kelompok massa  dan saran Sultan pindah ke Bangsal Rumah Dinas Bupati Bantul, pada Selasa (9/11).

Sang Pencerah Muslim

Permintaan tersebut dinilai sejumlah kalangan berlebihan. Sebab, langkah Gereja Ganjuran membukakan pintu bagi puluhan pengungsi asal Cangkringan yang meminta tempat berteduh sementara akibat letusan dasyat Merapi pada  Jumat (5/11) sebagai wajar. Namun, sekelompok massa bersurban tersebut justru mendatangi  gereja, memaksa pengungsi pindah tempat.

“Dalam situasi darurat, seharusnya semua pihak tidak perlu mempersoalkan siapa yang menolong, atau siapa yang ditolong. Kewajiban orang pertamakali adalah menyelamatkan nyawa dan keamanan dari rasa takut ,” kata mantan Direktur Lembaga Penerbitan  LKIS Yogyakarta ini.

Langkah Gereja Ganjuran memberi tempat berteduh bagi pengungsi, tambah Imam Azis, sudah lumrah. "Itu kewajiban kemanusiaan, tidak pandang agama apapun, “ imbuh salah seorang Ketua PBNU ini. Sementara, bagi pengungsi, pemilihan Gereja Ganjuran sebagai tempat pengungsian, juga masuk akal, lantaran gereja yang terletak di  desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro berjarak relatif aman, sekitar 40 kilometer dari puncak Merapi.  

Reputasi Baik

Dengan pendapatnya itu, Imam Azis merasa aneh dengan langkah pemindahan paksa para pengungsi muslim dari gereja hanya karena curiga akan diubah agamanya. “Tidak semudah itu orang mengubah agamanya. Karena gereja, masjid, dan bangunan publik lain memang menjadi tujuan orang-orang yang sedang mencari perlindungan,” terang Imam Azis.

Menurut alumni IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, penilaiannya itu bukan asal. “Saya tahu Gereja Ganjuran sudah punya reputasi baik dalam penanganan tanggap darurat, dalam peristiwa Gempa Bumi 2006 di Yogyakarta. Saat itu tidak ada usaha pengalihan akidah. Mereka memiliki etika bersama, yakni kemanusiaan,” tandas Imam Azis. (abd)        

   

   

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Makam, Kiai Sang Pencerah Muslim

Kamis, 07 Desember 2017

Kampanye SARA Rusak Kerukunan Masyarakat

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kampanye politik menjelang pemilihan umum presiden pada Juli mendatang tak hanya diisi dengan narsisme capres-cawapres yang maju, tapi juga diwarnai upaya menjatuhkan pasangan saingan lewat isu sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan, isu SARA mencuat karena ada pihak yang tak percaya diri dengan pasangan yang diusung. Menurutnya, isu SARA sangat sensitif di masyarakat dan bisa memicu konflik horizontal yang selama ini telah lama hidup rukun dan damai. Apalagi rata-rata pendidikan masyarakat Indonesia masih cukup rendah.

Kampanye SARA Rusak Kerukunan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)
Kampanye SARA Rusak Kerukunan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)

Kampanye SARA Rusak Kerukunan Masyarakat

"Jangan menghalalkan segala cara untuk menang," terang Khofifah, Rabu (11/6), di Jakarta.

Sang Pencerah Muslim

Mantan menteri pemberdayaan perempuan dan kepala BKKBN era Gus Dur ini menambahkan, segenap tokoh Indonesia yang moderat telah berusaha agar bangsa Indonesia yang berbeda bisa hidup berdampingan. "Karena itu, jangan hanya karena pilpres tatanan masyarakat yang baik itu menjadi rusak," tandasnya.

Sang Pencerah Muslim

Khofifah mengajak semua yang turut dalam kontestasi pilpres untuk menghindari cara-cara distruktif yang bisa merusak demokrasi itu sendiri. Apalagi kedua pasangan telah berjanji akan bertarung dengan adil.

"Siap menang dan siap kalah itu berarti harus siap bersaing secara fair. Tidak membuat suasana politik dengan isu SARA dan menghindari kecurangan pemilu," papar mantan ketua umum korps PMII putri (Kopri) ini. (Ahmad Millah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Sunnah, Makam, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 05 Desember 2017

Jadikan Kiai sebagai Imam dalam Praktik Beragama di Tengah Masyarakat

Pacitan, Sang Pencerah Muslim

Koordinator Nasional Gerakan Ayo Mondok, KH Luqman Harits Dimyathi menyatakan, pesantren turut bertanggung jawab pada praktik keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat. Pesantren sebagai pewaris ajaran para ulama diakui sebagai pihak yang diserahi tanggung jawab dalam kehidupan beragama di tengah masyarakat.

Jadikan Kiai sebagai Imam dalam Praktik Beragama di Tengah Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)
Jadikan Kiai sebagai Imam dalam Praktik Beragama di Tengah Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)

Jadikan Kiai sebagai Imam dalam Praktik Beragama di Tengah Masyarakat

Hal itu disampaikannya pada acara pengajian umum Bakti Santri Ikatan Pelajar Pacitan Pondok Tremas (IPPAPONMAS) bersama dengan masyarakat Desa Jatimalang, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Selasa malam (19/1).

Katib Syuriyah PBNU itu mengatakan, pesantren memiliki tugas mengajak masyarakat untuk menjalankan praktik keagamaan yang benar yang sesuai dengan ajaran Ahlusunnah wal Jamaah. Ini sesuai dengan karakter pesantren sebagai risalah rahmatan lil alamin.

"Para kiai, pengasuh pesantren, oleh Allah SWT nanti akan dimintai pertanggungjawaban, sejauh mana pesantren mampu menjaga pengikut Ahlusunnah wal Jamaah dari keterperosokan akhlak dan perilaku keagamaan yang ekstrem," tuturnya.

Sang Pencerah Muslim

Oleh sebab itu, pengasuh Pesantren Tremas Pacitan ini mengajak masyarakat dalam melakukan praktik keagamaan agar tidak jauh dari cara beragama dan bermuamalah seperti yang diajarkan oleh para kiai di pesantren. Bila di tengah masyarakat dijumpai persoalan seputar masalah keagamaan, masyarakat dapat meminta penjelasan kepada para santri atau pada kiai di lingkungan pesantren.

"Mari kita jadikan para kiai, pengasuh pesantren sebagai imam dalam praktik beragama kita," jelasnya.

Melalui gerakan Nasional Ayo Mondok, Kiai Luqman juga mendorong masyarakat untuk menjadikan pesantren sebagai pilihan utama dalam menuntut ilmu. "Minimal satu dari putra-putri kita untuk dikirim belajar ke pesantren. Pesantren mana saja, semuanya baik. agar sanad keilmuan dan praktik beragama kita tidak terputus dan terus bersambung hingga Rasulullah SAW,” pungkasnya.

Para santri Pondok Tremas yang berasal dari Kabupaten Pacitan tiap tahun rutin menggelar kegiatan Bakti Santri IPPAPONMAS di tengah masyarakat. Sebagai upaya mendekatkan dan mengenalkan ajaran nilai-nilai kepesantrenan pada masyarakat.

Berbagai kegiatan dilakukan pada Bakti Santri ini, seperti Dakwah bil Hal, Pengajian umum, Semaan Al-Quran, Lomba-lomba, Kerja Bakti membersihkan lingkungan dan Pentas seni bersama masyarakat. (Zaenal Faizin/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Makam, Anti Hoax, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock