Tampilkan postingan dengan label Fragmen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fragmen. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 Januari 2018

Teror Meningkat, Perhimpunan Pelajar Indonesia Turki Minta WNI Jauhi Keramaian

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Menyusul serangan bom bunuh diri yang menyebabkan sedikitnya 37 korban jiwa di pusat kota Ankara, Kizilay, pada 18.45 waktu bagian Turki, Ahad (13/3), Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki mengimbau 769 Warga Negara Indonesia (WNI) dari kalangan pelajar untuk meningkatkan kewaspadaan.

Asosiasi pelajar Turki asal Indonesia ini juga menyeru para pelajar asal Indoensia yang tersebar lebih di 20 kota untuk meningkatkan komunikasi sesama pelajar.

Teror Meningkat, Perhimpunan Pelajar Indonesia Turki Minta WNI Jauhi Keramaian (Sumber Gambar : Nu Online)
Teror Meningkat, Perhimpunan Pelajar Indonesia Turki Minta WNI Jauhi Keramaian (Sumber Gambar : Nu Online)

Teror Meningkat, Perhimpunan Pelajar Indonesia Turki Minta WNI Jauhi Keramaian

“WNI (pelajar) bukan menjadi target sarangan teroris. Meskipun demikian pelajar bisa saja menjadi korban salah sasaran. Untuk itu diharapkan terutama kepada seluruh pelajar di Turki untuk berhati-hati dan menjauh dari tempat keramaian,” kata Ketua Umum PPI Turi Azwir Nazar, Senin (14/3).

Mengutip pernyataan Menteri Kesehatan Turki Mehmet Müezzino?lu, Senin (14/3) pagi, media NTV melaporkan bahwa bom mobil menyerang bus transportasi publik di Kizilay, jantung kota Ankara pada Ahad (13/3) kemarin. Serangan ini mengakibatkan 37 orang tewas, 15 kritis dan 71 luka-luka. Sebanyak 27 orang tewas di tempat saat kejadian. Sejauh ini tidak ada laporan ada WNI yang menjadi korban.

Sang Pencerah Muslim

Laporan ini juga menyebutkan bahwa satu orang pelaku sudah teridentifikasi. Pemerintah Turki menyebut pelaku adalah organisasi teroris PKK (Kurdistan Worker Party).

Sang Pencerah Muslim

Berdasarkan data yang ada, PPI Turki mencatat sejak Oktober 2015 serangan bom di Ankara sudah terjadi tiga kali. Pertama 10 Oktober 2015 yang dilakukan ISIS dengan menewaskan 103 orang. Kemudian pada 17 Februari 2016 menewaskan 29 orang yang menyerang mobil militer. Ketiga adalah serangan bom mobil Ahad kemarin, 13 Maret 2016.

Berdasarkan tren yang ada dengan peta geopolitik Turki serta stabilitas keamanan kawasan serangan teror semacam ini bisa jadi bukan yang terakhir. Untuk itu pihak PPI Turki mengharapkan terutama seluruh elemen (Pelajar, KBRI, dan Pemerintah RI) memberi perhatian lebih besar dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa saja menimpa pelajar atau WNI.

Pihak PPI Turki sebagai representasi organisasi pelajar Indonesia akan mengambil langkah strategis untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan seluruh PPI wilayah dan organisasi kemitraan dengan membentuk Jaringan komunikasi bersama.

Selain itu pihak PPI terus mengintensifkan komunikasi dengan KBRI Ankara serta otoritas terkait di Turki. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Fragmen, AlaNu, Tegal Sang Pencerah Muslim

Jumat, 12 Januari 2018

Pendidikan Perempuan Masih Tergadaikan

Oleh Liazul Khalifah

Pendidikan dipercaya sebagai salah satu motor penggerak perubahan sosial. Pendidiakan perempuan adalah investasi masa depan bangsa. Bagaimana tidak? Karena dalam diri seorang perempuanlah fungsi al-ummu madrasatul’ ula bagi putra-utrinya. Ibu adalah lembaga pendidikan pertama bagi setiap generasinya, bahkan pendidikan itu sebaiknya sudah terbina ketika anak tersebut masih dalam kandungan.

Pendidikan Perempuan Masih Tergadaikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pendidikan Perempuan Masih Tergadaikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pendidikan Perempuan Masih Tergadaikan

Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa pendidikan bagi perempuan berdampak pula terhadap meningkatnya pendidikan anak. Setiap satu tahun penambahan waktu ibu di bangku sekolah berdampak terhadap penambahan 0.32 tahun pendidikan anak (UN Women, 2015). Logikanya perempuan yang berpendidikan paham pentingnya pendidikan dan saat menjadi ibu ia akan menjadi pendukung utama pendidikan anak-anaknya. Diperkuat pula oleh ungkapan Dr. Ben Hamel dari UMC Nijmegen Netherlands bahwa faktor genetik penyumbang kecerdasan anak adalah kromosom X dari ibunya, jadi sudah wajib hukumnya bagi kita (perempuan) untuk terus belajar, terdidik, dan berpendidikan agar memiliki kecerdasan optimal (IQ, EQ, dan SQ), karena dari rahim permpuanlah nantinya penerus bangsa sekalipun akan ditentukan.

Tingkat pendidiakan perempuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas kesehatan anak, kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia di 25 negara berkembang, Gender Equality and The Millennium Development Goal (2003) memperlihatkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan tingginya angka buta huruf pada ibu berdampak langsung pada gizi buruk dan rendahnya kualitas pengasuhan terhadap anak.

Sang Pencerah Muslim

Penelitian ini juga menunjukkan temuan dari 25 negara berkembang, dimana perempuan yang tinggal di bangku sekolah satu hingga tiga tahun lebih lama mampu menurunkan 15 persen angka kematian anak, sedangkan jangka waktu pendidikan yang sama bagi ayah menurunkan hanya 6 persen angka kematian anak. Hal ini menunjukkan bahwa betapa krusialnya peran perempuan terhadap pendidikan bahkan keselamatan anak. Tentunya pendidikan yang dimaksud saat tidak terbatas hanya sekadar melek aksara saja, namun cakupan pendidikan yang dimiliki perempuan masa kini begitu luas dan kompleks.

Sang Pencerah Muslim

Karena, dalam proses maluai dari kesehatan pra nikah, pra kehamilan, kehamilan dan pasca kehamilan bahkan pengasuhan anakpun perempuan akan banyak dihadapkan dengana berbagai banyak persoalan dan tantangan, sehingga secara tidaklangsung disinilah perempuan dituntut mampu menjawab segala persoalan yang diahadapi, belum lagi dengan persoalan lain seperti pentingnya peran gizi, sanitasi dan hygiene yang baik bagi kesehatan dirinya dan anaknya.

Pendidikan bagi perempuan juga berdampak langsung terhadap penurunan angka kematian ibu hingga 66 persen atau sama dengan menyelamatkan nyawa 189.000 ibu (UN Women, 2015). Logikanya semakin lama perempuan duduk di bangku sekolah berdampak pada semakin meningkatkan usia pernikahan, yang berarti pula mengurangi resiko kematian akibat hamil dan melahirkan terlalu muda dan terlalu sering.

Pendidikan perempuan juga berdampak pada penurunan angka perceraian, dalam penelitian yang dilakukan oleh Asniar Khumas Fakultas Psikologi UGM 2012 yang dilakukan terhadap 197 subjek disimpulkan bahwa model penjelasan intense cerai perempuan dipengaruhi daya tarik negative hubungan perkawinan , yaitu mengalami kekerasan dalm rumah tangga, suami tidak bertanggung jawab dan menghadapi suami tidak setia. factor tidak langsung yang turut berkontribusi terhadap intensi cerai berdasarkan model yang fit adalah factor pendidiakan, semakin tinggi tingkat pendidiakn seorang istri, intense cerai semakin rendah.

Pendidikan perempuan dengan posisi peluang pekerjaan, perkembangan yang terjadi saat ini persaingan kerja semakin ketat sehingga banyak terjadi kompetisi di dalamnya dengan kualifikasi persyaratan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Perusahaan memilih kompetensi keilmuan, skill apa yang dibutuhkan untuk memperkerjakan tenaga barunya. Isu kesetaraan gender tidak cukup jika hanya mendorong perempuan keranah public, tapi bagaimana menjawab tantangan saat ini ketika perempuan sudah banyak bekerja.

Namun, posisi di dunia kerja pun masih menghawatirkan karena yang terjadi mayoritas perempuan hanya sebagai buruh dengan gaji yang begitu menghawatirkan, bisa dibilang “Keluar Kandang Sinnga Masuk Kandang Macan”. Hal ini terjadi karena level pendidikan mempengaruhi atau berbanding lurus dengan level posisi di dunia kerja, sehingga perlu kita dorong perempuan tidak cukup hanya lulus SMA, tapi bagaimana caranya kita mendorong untuk melanjutkan jenjang pendidikan S1, S2 bahkan S3 ataupun seterusnya.

Di sinilah salah satu fungsi strategis KOPRI (Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri) yang merupakan wadah husus perempuan PMII yang fokus dalam persoalan perempuan untuk menjawab tantangan hari ini dengan sumberdaya KOPRI PMII Cabang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke bisa menjadi modal utama sebagai motor penggerak.

Penulis adalah kandidat ketua umum Pengurus Besar Korps PMII Putri (Kopri) 2017-2019



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Makam, Kajian, Fragmen Sang Pencerah Muslim

Minggu, 31 Desember 2017

Habib Husein Sebut Tidak Semua Amalan Diterima Allah, Kecuali Shalawat

Cirebon, Sang Pencerah Muslim?

Dalam rangka menjaga tradisi dan menyemarakkan syiar Islam rahmatan lil alamin, Pimpinan Cabang GP Ansor Kabupaten Cirebon bekerja sama dengan PT Djarum mengadakan rangkaian tour shalawat ke sepuluh tempat di kabupaten itu.

Tour shalawat kedelapan didakan di Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, bekerja sama dengan Majelis Ta’lim dan Shalawat Madinah Ar Rasul pimpinan Habib Husein bin Hud bin Yahya, Jumat (10 /11)

Habib Husein Sebut Tidak Semua Amalan Diterima Allah, Kecuali Shalawat (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Husein Sebut Tidak Semua Amalan Diterima Allah, Kecuali Shalawat (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Husein Sebut Tidak Semua Amalan Diterima Allah, Kecuali Shalawat

Dalam ceramahnya, Habib Husein bin Hud bin Yahya mengatakan, tidak semua amalan (aktivitas ibadah) diterima Allah SWT, kecuali shalawat. Shalawat pasti dijamin diterima Allah SWT.

Itulah salah satu keutamaan dan keistimewaan shalawat dibanding ibadah lainya. Keistimewaan lain, sebagaimana dikatakan H. Ujang Busthomi, Ketua Ansor Kabupaten Cirebon. Diceritakan dari gurunya, Kiai Ishak al-Hafisz, barangsiapa setiap selesai shalat fardu, istiqamah membaca shalawat (shalla ala Nabi Muhammad) sebanyak 100 kali, sebelum kakinya bergerak (beranjak dari shalat), kelak di saat sakaratul maut Rasulullah SAW akan hadir.

Sang Pencerah Muslim

Bahkan, kata Habib Ahmad Tholib bin Yahya, ketua Rijalul Ansor Kabupaten Cirebon, ada sejumlah orang memiliki kemampuan khusus bisa mengetahui seseorang sering membaca shalawat atau tidak, cukup hanya melihat wajahnya. “Kemampuan seperti Ini juga salah satu keistimewaan shalawat,” ujarnya

Acara shalawat yang dihadiri ratusan pemuda Ansor, Banser, juga masyarakat umum ini, ditutup sambutan oleh H.Nuruzzaman, selaku pengurus GP Ansor Pusat. Menurutnya, sampai kapan pun Ansor dan Banser tetap komitmen dan setia menjaga NKRI.

“Siapa pun yang akan mengganti ideologi Pancasila, mengubah UUD 45 dan mengganggu NKRI, maka akan berhadapan dengan Ansor dan Banser,” pungkasnya. (Jamal/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Ubudiyah, Tegal, Fragmen Sang Pencerah Muslim

Minggu, 24 Desember 2017

Ali Masykur Musa: Di Era Milenial, Tantangan NU Sangat Berat

Banyuwangi, Sang Pencerah Muslim. Perubahan zaman yang demikian cepat dan di luar prediksi banyak kalangan harus disikapi dengan bijak. Salah satunya lewat mencari formula agar keberadaan Nahdlatul Ulama bisa lestari dengan tidak semata bangga atas jumlah warga yang demikian banyak.

Ali Masykur Musa: Di Era Milenial, Tantangan NU Sangat Berat (Sumber Gambar : Nu Online)
Ali Masykur Musa: Di Era Milenial, Tantangan NU Sangat Berat (Sumber Gambar : Nu Online)

Ali Masykur Musa: Di Era Milenial, Tantangan NU Sangat Berat

"Kita sudah memasuki era milenial, karenanya gerakan dan khidmat NU juga harus menyesuaikan diri dengan tantangan yang ada," kata Ali Masykur Musa, Sabtu (4/11).  

Ali Masykur yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) mengingatkan hal tersebut pada diskusi panel yang diselenggarakan di Pendopo Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan sebagai pembuka pada Konferensi Wilayah ISNU Jatim yang berlangsung sejak hari ini hingga besok.

Di era milenial itu, ada kecenderungan anak muda tidak lagi gemar membaca. "Karenanya dakwah NU, termasuk di dalamnya para sarjananya juga harus mengikuti zaman yang telah berubah tersebut," katanya di hadapan para fungsionaris ISNU se-Jawa Timur.

Sang Pencerah Muslim

Menurut mantan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII tersebut, strategi gerakan dakwah milenial menjadi pilihan yang tidak dapat dihindarkan. "Bila tidak, maka jangan harap NU akan memiliki peran di kemudian hari," tandasnya.

"Sudah saatnya kita meninggalkan kebanggaan hanya lantaran memiliki jamaah yang besar, tapi peranannya kecil," pesannya. Termasuk kebanggaan dengan identitas kultural seperti shalawatan, terbangan, manakiban dan sejenisnya.

Sang Pencerah Muslim

Bagi pria yang tampil bersama Ahmad Suaedy tersebut, di sinilah tantangan berat yang dihadapi NU. "Menjadi warga NU, termasuk di dalamnya ISNU sangatlah berat," ungkapnya. Karenanya, bagaimana dakwah di era milenial harus segera dirumuskan, lanjutnya.

Yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana menghadirkan NU tidak semata dalam halaqah atau perkumpulan. "Saatnya NU juga menonjol dalam harakah atau gerakan, dan ini yang lemah di NU," tegasnya.

Tantangan berat lainnya khususnya ketika NU berhadapan dengan mahasiswa. "Saat ini banyak mahasiswa yang lebih memilih gerakan radikal. Karenanya menghadirkan NU dengan tantangan milenial seperti ini sebagai tantangan utama," sergahnya.

Kendati demikian, bekas anggota Badan Pemeriksa Keuangan tersebut menyerahkan formula terbaik dalam menjawab tantangan yang ada. "Silakan diputuskan apa langkah terbaik yang bisa dilakukan para sarjana pada sidang-sidang yang dilaksanakan saat forum konferensi kali ini," katanya.

PW ISNU Jatim menyelenggarakan konferesi yang diselenggarakan 4 hingga 5 Nofember. Pembukaan dilangsungkan di Pendopo Kabupaten Banyuwangi, sedangkan sejumlah sidang diselenggarakan di Gedung Balai Diklat kota setempat. (Ibnu Nawawi/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Fragmen, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Rabu, 20 Desember 2017

Prof Zahro: Kitab Fiqih Bukan Sakral

Surabaya, Sang Pencerah Muslim
Guru besar IAIN Sunan Ampel Surabaya Prof DR H Ahmad Zahro MA berpendapat, kitab fiqih (hukum Islam) yang ditulis para ulama pada ratusan tahun silam bukanlah kitab yang sakral (suci).

"Kitab fiqih itu produk manusia yang mempunyai keterbatasan waktu dan perkembangan peradaban manusia, karena itu kitab fiqih boleh dipakai asal kontekstual," katanya di Surabaya, Jumat.

Terkait pidato pengukuhan dirinya sebagai guru besar Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya pada 30 Juli, ia mencontohkan, zakat dan haji yang diajarkan kitab fiqih sudah banyak yang tidak kontekstual.

"Kalau tidak kontekstual ya harus dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Hadits. Dalam kitab fiqih, zakat diberlakukan untuk padi, kambing, dan sapi, padahal obyek pertanian dan peternakan sekarang banyak," katanya.

Oleh karena itu, kata dosen yang juga mengajar di Pesantren Tambakberas Jombang, Pesantren Darul Ulum Jombang, dan sebuah pesantren di Nganjuk itu, zakat yang diajarkan dalam kitab fiqih perlu dikontekstualkan.

"Kalau hanya padi, sapi, dan kambing yang boleh zakat, padahal sekarang ada ikan tambak, cengkeh, tebu, ternak lebah, dan obyek pertanian atau peternakan yang lebih besar hasilnya, maka petani miskin yang boleh zakat, sedangkan petani atau peternak kaya tidak," katanya.

Untuk masalah haji, katanya, juga perlu direformasi karena miqot (memulai) haji dengan pakaian ihrom yang diajarkan kitab fiqih adalah di tempat berkumpul manusia pada zaman Nabi Muhammad SAW.

"Padahal, lapangan atau pelabuhan pada zaman nabi sekarang sudah tidak ada dan jika dipaksakan tentu orang yang berhaji harus menempuh jarak yang jauh. Mestinya, miqot dapat dilakukan di bandara King Abdul Azis di Jeddah," katanya.

Menurut dia, miqot haji di bandara Jeddah itu sudah diberlakukan PBNU yang mewakili kalangan pesantren, tapi apa yang ditempuh PBNU itu harus diberlakukan untuk materi hukum Islam lainnya.

"Apa yang saya gagas mungkin akan banyak ditentang para ulama tua, karena saya sudah pernah diprotes KH Masduqi Mahfudh (Rois Syuriah PWNU Jatim), padahal apa yang saya lakukan lebih memiliki rujukan fiqih," katanya.

Ia menambahkan desakralisasi kitab fiqih yang tetap merujuk kitab fiqih terlebih dulu, kemudian dialihkan ke Al-Qur’an dan Hadits merupakan cara yang aman dibanding dengan cara-cara anak muda NU seperti Ulil Abshar Abdalla di JIL (Jaringan Islam Liberal).

"Kalau Ulil Absar dengan JIL itu kurang memiliki metodologi fiqih, sedangkan gagasan saya lebih hati-hati. Selain itu, kalau gagasan saya tidak dipahami maka fenomena JIL justru akan lebih meledak dan berbahaya," katanya.

Dalam kesempatan itu, Profesor Zahro menegaskan bahwa gagasan desakralisasi kitab fiqih (bukan desakralisasi fiqih) itu merupakan hasil penelitian atas 507 keputusan Lajnah Bahsul Masail (Lembaga Kajian Agama) PWNU Jatim yang tercatat 428 keputusan bersifat fiqih  dengan 362 keputusan diantaranya merujuk kitab fiqih yang minimal  berusia 200 tahn, bahkan ada kitab fiqih berusia 900 tahun masih dipakai rujukan.(ant/mkf)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim IMNU, Fragmen Sang Pencerah Muslim

Prof Zahro: Kitab Fiqih Bukan Sakral (Sumber Gambar : Nu Online)
Prof Zahro: Kitab Fiqih Bukan Sakral (Sumber Gambar : Nu Online)

Prof Zahro: Kitab Fiqih Bukan Sakral

Jumat, 15 Desember 2017

Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi

Batam, Sang Pencerah Muslim. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia NU di Asrama Haji Batam diakhiri dengan pembacaan Deklarasi Lakpesdam, Kamis (16/4) sore.

Rakernas berlangsung sejak Selasa (14/4) yang diikuti oleh 70 Pengurus Cabang Lakpesdam NU dari 21 provinsi di Indonesia. Rakernas ditutup oleh Sekretaris PWNU Kepulauan Riau Muhammad Zainuddin.

Berikut ini bunyi deklarasi yang dibacakan oleh Sekretaris PW Lakpesdam NU Kepulauan Riau Abdul Jamil:

Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi

?

DEKLARASI RAKERNAS LAKPESDAM NU

Sang Pencerah Muslim

Asrama Haji Batam, 14-16 April 2015

Lakpesdam NU sebagai lembaga pelaksana PBNU dalam bidang kajian dan pengembangan sumber daya manusia diberi mandat untuk melaksanakan kaderisasi dan pemberdayaan, kajian strategis dalam lingkungan NU. Mandat ini dihadapkan pada tantangan-tantangan ke depan yang semakin kompkeks. Liberalisasi ekonomi dan perdagangan bebas di tingkat ASEAN yang telah merambah bangsa, tak terkecuali warga Nahdliyyin, masalah-masalah keagamaan yang dihadapi komunitas Nahdliyyin dan Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) dari kelompok-kelompok intoleran dan radikal, hingga berlakunya UU Desa telah meneguhkan Khittah Lakspedam NU sebagai organisasi pengkaderan dan pengkajian dan pemberdayaan yang berkiprah di tengah masyarakat bawah dalam bidang keagamaan dan sosial (diniyah ijtima’iyyah). Oleh karena itu, Lakpesdam NU seluruh Indonesia mendeklarasikan:

Lakpesdam NU menyatakan komitmennya untuk memposisikan sebagai garda depan pengkaderan NU dengan mengukuhkan Lakpesdam NU sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat sekaligus sebagai pusat kajian strategis ke-Aswaja-an dan ke-NU-an untuk mengawal Indonesia yang berdaulat dan bermartabat demi tercapainya kesejahteraan dan kemaslahatan bangsa. Lakpesdam NU berupaya menggerakkan organisasi NU dimulai dari bawah, dari tingkat ranting dan desa-desa untuk melaksanakan agenda-agenda NU dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang sosial-kemasyarakan dan kebangsaan. Lakpesdam NU menyatakan kesungguhan tekad untuk memperkukuh komitmen kebangsaan yang berorientasi pada kemaslahatan umat (faqih fi mashalih al-khalq) untuk memperkuat relasi masyarakat warga terhadap kepentingan berbagai pihak. Lakpesdam NU dituntut untuk menjaga kewaspadaan, membangun kepeloporan, menumbuhkan harapan, dan menjadi pemberi inspirasi dan solusi dalam mengatasi masalah-masalah agama, sosial dan ekonomi yang dihadapi masyarakat, sekaligus mampu mempengaruhi masyarakat untuk menumbuhkan etos kerja dan semangat yang tinggi dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya, baik di bidang material maupun spiritual, untuk mencapai keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara dimensi ruhiyah dan waqi’iyah. Lakpesdam NU bertekad menyiapkan kader-kader yang mengawal negara agar merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam upaya membangun harmoni sosial yang selaras dengan pencapaian harkat kemanusiaan yang sesungguhnya dalam rangka peneguhan nilai-nilai tawassuth (moderat) dan tasamuh (toleran). Lakpesdam NU bergerak untuk mobilisasi potensi kader dan warga dalam rangka penyiapan posisi-posisi strategis untuk pencapaian politik kebangsaan yang berdaulat dan bermartabat. Lakpesdam NU berkomitmen kembai ke desa dengan bergerak memperkuat kapasitas masyarakat desa demi pencapaian nilai-nilai luhur kebersamaan dalam rangka membangun dan mensejahterakan masyarakat desa yang bermartabat,berdaulat, dan berkeadilan. Batam, 16 April 2015

Sang Pencerah Muslim

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Fragmen, Sholawat, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Selasa, 28 November 2017

Tiap Tahun, Habib Luthfi Bantu Amankan Arus Mudik Lebaran

Pekalongan, Sang Pencerah Muslim. Setiap tahun, Rais Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlith Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdliyah (JATMAN), Habib Luthfi bin Yahya selalu memantau sekaligus ikut serta mengamankan arus lalu lintas mudik lebaran.

Demikian disampaikan salah seorang putera Habib Luthfi, Habib Bahaudin usai mengikuti ayahnya memantau arus mudik di Pos Penjagaan Lalu Lintas THR Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (4/7) malam.

Tiap Tahun, Habib Luthfi Bantu Amankan Arus Mudik Lebaran (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiap Tahun, Habib Luthfi Bantu Amankan Arus Mudik Lebaran (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiap Tahun, Habib Luthfi Bantu Amankan Arus Mudik Lebaran

"Setiap tahun Abah (Habib Luthfi) selalu ikut mengawasi dan mengatur lalu lintas, beliau melakukan demikian setiap H-3 lebaran sampai malam lebaran H-1," kata Habib Bahaudin.

Ditambahkannya, pemudik yang melewati jalur pekalongan tidak banyak yang tahu bahwa Habib Luthfi turun ke lapangan untuk mengamankan lalu lintas karena saat di lapangan Habib Luthfi selalu memakai kostum petugas keamanan.

Sang Pencerah Muslim

"Saat ikut mengurai kemacetan, tidak semua orang tahu bahwa beliau itu adalah Habib Luthfi, karena beliau nyamar jadi petugas," imbuhnya.

Diceritakannya, saat melihat Habib Luthfi ikut mengamankan lalu lintas arus mudik lebaran, Habib Bahaudin merasa terenyuh hatinya karena melihat ayahnya yang usianya sudah lanjut namun memiliki kepedulian sosial yang luar biasa.

"Saya kira sangat jarang sekali yang seperti Abah, seorang ulama dan hukama rela turun ke jalan ikut mengamankan arus mudik Lebaran, semoga ulama, hukama atau kiai bisa mencontoh beliau," harapnya. (Aiz Luthfi-Azmat Maula/Fathoni)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nusantara, Fragmen Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock