Tampilkan postingan dengan label Daerah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Daerah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 Maret 2018

Santri dan Potensi Islam Progresif di Indonesia

Oleh: Ahmad Khoiri*

22 Oktober merupakan momentum euforia kaum pesantren atau yang lumrahnya disebut kaum sarungan. Euforia tersebut termanifestasikan dalam pelbagai kegiatan yang dilakukan pesantren, kirab santri merupakan salah satu di antaranya. Tetapi ada yang lebih penting dari sekadar kegiatan seremonial tersebut, yaitu bahwa sebenarnya santri memiliki potensi untuk menjadi Muslim yang progresif, tidak kaku, lebih-lebih di Indonesia dengan masyarakat pluralnya.

Santri dan Potensi Islam Progresif di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri dan Potensi Islam Progresif di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri dan Potensi Islam Progresif di Indonesia

Islam progresif menawarkan sebuah metode ber-Islam yang menekankan pada terciptanya keadilan sosial, kesetaraan gender dan pluralisme keagamaan. Setidaknya itu yang dapat dipahami tentang pemaknaan “progresif” menurut Omid Safi (What is Progressive Islam?: 2005).

Keadilan sosial sebagai makna pertama progresif, menekankan spirit kembali kepada pesan moral al-Qur’an untuk berbuat adil sebagaimana dalam surah al-Maidah [5]: 8 dan al-Nahl [16]: 90. Meskipun dalam surah terakhir ini tuntutan keadilan oleh Allah Swt. seringkali ditafsirkan eksklusif untuk antar Muslim saja, bukan dengan orang yang dilabeli kafir, berlandaskan penafsiran secara emosional-ideologis terhadap beberapa ayat lain, di antaranya surah al-Taubah [9]: 73 dan 123, al-Fath [48]: 29 dan al-Tahrim [66]: 9.

Kesetaraan gender, sebagai manifestasi kedua progresivitas Islam, meskipun di Indonesia masih tidak mendapatkan posisinya secara utuh, namun juga termasuk dalam spirit al-Qur’an. Dapat kita tilik misalkan dalam persoalan poligami. Fazlur Rahman (w. 1988) melalui teori gerak ganda interpretasi (double movement) mengedepankan aspek legal-moral ketika memahami ayat tentang poligami. Penekanan aspek legal-moral dalam teori Rahman ini jauh lebih objektif memahami ayat ketimbang interpretasi klasik yang tidak jarang bernuansa ideologis susio-kultural mufasir terdahulu yang tak lagi dapat dikontekstualisasikan.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan manifestasi ketiga, yakni pluralisme keagamaan, merupakan hal yang tidak dapat dihindari di Indonesia. Penduduk dari pelbagai ras, suku bahkan agama menjadikan sikap inklusif keberagamaan sebuah alternatif yang niscaya. Di samping itu sebenarnya keragaman tersebut tetap berada dalam koridor Allah, sunnatullah. Dengan demikian maka menentang pluralitas tidak saja menyalahi sunnatullah yang telah diterangkan al-Qur’an, tetapi juga mencederai koridor Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Sebagai masyarakat yang pemahaman keagamaannya lebih baik daripada mereka yang non-santri, maka di sinilah santri memegang peran. Sikap “progresif” yang sebenarnya linear dengan statusnya sebagai kaum agamis mesti mendapat perhatian yang lebih serius.

Menarik dicatat bahwa di sisi lain, santri juga berpotensi menjadi kaum ekstremis dengan proyek takfiri-nya. Ini tidak dapat disangkal, karena literatur keagamaan yang diajarkan di pesantren lebih cenderung kepada pemahaman keagamaan pemikir salaf yang terdapat dalam kitab kuning. Predikat paradoks bagi penyandang status “santri” kemudian menjadi kegelisahan tersendiri dalam konteks masa depan Indonesia. Problematika ini kemudian menemukan pemecahannya dengan adanya pendidikan keagamaan yang mengedepankan sikap moderat, atau yang umumnya diistilahkan dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), baik dalam nomenklatur STAIN, IAIN maupun UIN.

Umumnya, meskipun tidak secara keseluruhan, dapat dibuat generalisasi bahwa para mahasiswa di kampus PTAI tersebut adalah mereka yang concern-nya terhadap kajian keislaman lebih mendominasi.Dalam hal ini, para santri ada di antara mereka. Meski derasnya arus pemikiran progresif yang diusung PTAI mendapat reaksi yang serius oleh Hartono Abdul Jaiz dengan publikasi bukunya, Ada Pemurtadan di IAIN (2005), namun reaksi agresif tersebut sama sekali tidak berdasar dan tidak berbobot akademis, tetapi lebih memprioritaskan aspek emosionalnya. Dengan dalih mempertahankan Islam yang dianggapnya telah diobok-obok kaum progresif-liberal, Hartono mengeluarkan sanggahan-sanggahan yang seringkali tidak beretika, hingga akhirnya ia juga mendapat tanggapan setimpal oleh Nur Kholis Setiawan, santri alumni Pesantren Tebu Ireng, Jombang, dan sarjana doktoral Bonn University, Jerman.

Sang Pencerah Muslim

Keberadaan pemikir-pemikir progresif seperti Nur Kholis, dan tokoh lain seperti Ulil Abshar Abdalla yang kontroversial dengan JIL-nya beberapa tahun silam, megindikasikan bahwa potensi santri dengan kemampuannya mengkaji literatur-literatur bahasa Arab jauh lebih baik daripada mereka yang tidak pernah belajar di pesantren. Kita telah melihat bahwa kebanyakan para pemuda yang tergabung dalam kelompok-kelompok keagamaan ekstremis, adalah mereka yang pemahaman keagamaannya di bawah rata-rata. Doktrin yang terkesan agamis mudah sekali menjadikan mereka bertindak ceroboh, karena mereka tidak pernah mengerti duduk persoalan yang dihadapinya. Mereka telah menjadi sasaran empuk Muslim golongan kanan dalam melancarkan aksinya yang seringkali beriklim politis.

Kesadaran pengetahuan (al-wa’y al-‘ilm) dapat dilacak bahkan dalam khazanah turats klasik. Menurut Nur Kholis Setiawan (2008: 5) yang tidak bisa melacak hal tersebut hanyalah orang-orang narrow minded alias tidak memiliki bekal pengetahuan yang memadai. Bagi Nur Kholis, justru khazanah intelektual klasik/turats-lah yang menjadi pijakan revitalisasi semangat terbukanya pintu ijtihad (2008: 17). Oleh karena turats didominasi literatur berbahasa Arab, maka sekali lagi, potensi santri untuk memahami turats memberikannya peluang memahami pemikiran keagamaan (al-fikr al-diniy) secara kaffah, ekstensif, yang dengan alat bantu (istimdad) ilmu humaniora yang telah dipelajarinya di PTAI pada akhirnya akan melahirkan sikap progresif. Pemikiran progresif tersebut akan menjadi sebuah upaya depolitisasi Islam dan menghindari pensakralan pemikiran keagamaan (taqdis al-fikr al-diniy).Santri dengan pemikiran progresifnya, dengan demikian, akan memeran kiprah yang besar dalam menjadikan Indonesia yang berkeadilan dan sejahtera.

*

Penulis adalah mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IQT) di STAIN Pamekasan, Alumni Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pamekasan, Madura.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim AlaNu, Daerah Sang Pencerah Muslim

Senin, 12 Februari 2018

Pesan Menpora Saat Lepas Peserta Pawai Ta’aruf Munas dan Konbes NU

Mataram, Sang Pencerah Muslim. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi ikut melepas peserta pawai ta’aruf Munas dan Konbes NU di hadapan sekitar 15.000 nahdliyin, Rabu (22/11) di depan Islamic Center Lombok, NTB.

Pesan Menpora Saat Lepas Peserta Pawai Ta’aruf Munas dan Konbes NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesan Menpora Saat Lepas Peserta Pawai Ta’aruf Munas dan Konbes NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesan Menpora Saat Lepas Peserta Pawai Ta’aruf Munas dan Konbes NU

Dalam sambutannya, Menpora sebagai perwakilan pemerintah untuk mendampingi para pemuda dalam pawai tersebut berpesan, para pemuda NU harus mengikuti jejak pemikiran para pendiri NU.

“Keberpihakan NU dalam mengayomi dan memberi kemaslahatan umat betul-betul saya terapkan dalam setiap kebijakan Kemenpora,” jelas Imam Nahrawi.

Ia memberi contoh ketika atlet biasa menerima penghargaan atas prestasinya. Penghargaan tersebut juga ia berikan dengan setara kepada para atlet difabel yang menorehkan prestasi serupa.

“Ini bukti bahwa ajaran para kiai dan ulama NU turut memberikan perubahan berharga dalam setiap kehidupan berbangsa dan bernegara,” tuturnya.

Sang Pencerah Muslim

Imam mengungkap, ketika Liga Santri Nusantara berjalan sukses, kini Kemenpora sedang menggodok sejumlah program, seperti Pekan Olahraga Perempuan.?

Selain itu, Kemenpora juga sedang mengajukan ke FIFA terkait tradisi cium tangan pemain kepada wasit. Di lokal Indonesia, membaca doa sebelum bermain juga ditekankan kepada para pemain.

Sang Pencerah Muslim

“Minimal membaca Al-Fatihah,” ujar Menpora. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tegal, Daerah, Cerita Sang Pencerah Muslim

Senin, 05 Februari 2018

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan

Jombang, Sang Pencerah Muslim. Sekitar 40 penulis potensial bertemu di Pesantren Al-Aziziyah Denanyar Jombang Jawa Timur, Sabtu (21/12). Kegiatan ini dikemas dalam acara temu wicara dan menghadirkan pembicara yakni Ahmad Baso, KH Aziz Masyhuri, Prof Dr KH Imam Suprayogo serta Sulaimaniyah Turki.

Dalam paparannya, Ahmad Baso tidak bisa menyembunyikan keprihatinan lantaran sangat terbatasnya karya ulama Nusantara yang diterbitkan.?

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Minimnya Terbitan Karya Ulama Nusantara Jadi Keprihatinan

"Kita prihatin karena masih belum banyak kitab ulama Nusantara yang diterbitkan karena berbagai hal, katanya. "Padahal dulu ulama kita jadi rujukan di Haramain," lanjut penulis buku NU Studies ini.

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan Kiai Aziz Masyhuri mengharapkan kegiatan di pesantren yang diasuhnya mampu menumbuhkan semangat menulis. Bahkan khusus untuk kegiatan temu wicara, kiai produktif ini mengharapkan bisa terselenggara lebih besar.?

Sang Pencerah Muslim

"Kita berkumpul di sini semoga bisa menjadi awal mengumpulkan para penulis muslim nusantara dan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara nasional tahun depan," katanya.

Rektor UIN Maliki, Prof Dr KH Imam Suprayogo mengingatkan bahwa kesadaran membuat tulisan dan menata koleksi buku telah tumbuh di kalangan non sunni.?

"Selain kelompok Wahhabi, juga ada kelompok syiah yang demikian ? luar biasa," terangnya. Dalam keseharian, mereka menerjemahkan karya-karya ulama syiah.?

"Saya beberapa kali ke Iran dan mengunjungi perpustakaan di samping Imam Ali Rido," akunya. Luas perpustakaan itu sampai tiga hektar. "Kalau kita mencari buku, maka yang melayani adalah robot," katanya. Tidak itu saja, ? koleksi kitab, buku, majalah dan sejenisnya bisa sampai 2.500.000 judul," katanya penuh rasa kagum.?

Sekedar membandingkan, perpustakaan modern adalah Dha yang berada di Iran serta ? di Deft, Belanda. Kelebihan di sana pelayanannya ? luar biasa.?

Prof Imam juga mengatakan bahwa tugas seorang imam di syiah adalah menulis. Setelah itu seluruh karya para imam itu diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan disebarkan.?

"Makanya, agar anak-anak kita tidak menjadi wahhabi dan syiah, ayo menulis," tantangnya. "Semakin produktif, semakin baik!" lanjutnya.?

Imam Suprayogo yang juga salah seorang Rais PWNU Jatim ini.bahkan menyatakan bersyukur karena sudah mengawali tradisi menulis ini. Setidaknya, kini ia telah menulis 2100 makalah dan artikel. Ia juga menerbitkan ? 20 judul buku.?

"Setiap hari bakda shubuh saya minimal menulis 4 halaman tanpa berhenti," katanya. ?

"Nah saya membayangkan seandainya kita semua menulis rutin seperti ini dan terus kontinyu, maka akan ? luar biasa hasilnya!" Katanya Karena dalam pandangannya, keilmuan orang-orang Indonesia juga bagus.?

Karena itu Prof Imam sangat mengapresiasi upaya dari KH Aziz Masyhuri untuk mengumpulkan para penulis dan harus dilanjutkan. "Ini tradisi halaqah yang harus terus dipertahankan," tukasnya. (syaifullah/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Warta, Daerah, Halaqoh Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan lemahnya proteksi pemerintah terhadap para petani lokal. Hal itu terlihat dari mudahnya pemerintah untuk membuka keran impor bagi sejumlah komoditi pangan, seperti garam, kedelai, beras, dan daging sapi.?

PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Sesalkan Pemerintah Disetir Importir

"Yang memprihatinkan, kabinet ? kok bisa disetir oleh komprador. ? Kami sangat menyesalkan ? bagaimana kabinet mengambil keputusan dipengaruhi oleh beberapa orang komprador. Produktifitas lokal diabaikan sehingga kesannya kualitas pertanian dan peternakan lokal rendah agar ada alasan untuk mengimpor. Mayoritas korbannya adalah masyarakat kecil di kampung-kampung," tandas Ketua PBNU Prof KH Maksum Machfudz, dalam konferensi pers tentang rencana kerjasama Komite Garam PBNU dengan PT Garuda Food dalam meningkatkan produksi garam rakyat, di Gedung PBNU, Kamis (22/11).

Prof Maksum mengatakan, ? PBNU mendukung dengan sangat serius langkah-langkah yang dilakukan oleh Komite Garam, dalam meningkatkan kualitas dan produktifitas serta pemasaran garam rakyat yang diproduksi oleh Asosiasi Petani Garam Nusantara (Aspegnu).

Sang Pencerah Muslim

"PBNU mendukung, karena ini menjadi ? problem masyarakat luas. PBNU dibentuk untuk memoderasi masyarakat di segala bidang, termasuk di bidang ekonomi dan politik. Kita mendesak pemerintah agar menciptakan iklim ekonomi yang berkeadilan, dan jauh dari kenakalan," tandasnya.

Tentang rencana kerjasama Aspegnu, Komite Garam PBNU dengan PT Garuda Food, Machfoud berharap bisa menjadi solusi bagi problem pangan di negeri ini, sekaligus juga menjadi percontohan bagi pemerintah, bahwa sejatinya, produksi lokal pun bisa bersaing jika diperhatikan dan diberi pembinaan.

"Dari kasus garam ini, kita mulai perbaikan. Kasus garam ini menjadi uji coba, ? agar mengetuk rekan-rekan di kabinet bahwa banyak masyarakat kecil yang harus didampingi. Mereka tak harus dimanjakan, hanya diperlukan kebijakan dan sentuhan kecil agar mereka mampu berkembang," ujarnya.?

Sang Pencerah Muslim

Ia menguraikan sejumlah masalah pangan di negeri ini adalah bagian dari desain segelintir importir pangan, yang ingin mengambil keuntungan dengan membunuh produksi para petani dan peternak lokal.?

"Garam dari tahun lalu belum selesai. Garam belum selesai disusul masalah beras. Kita gembar-gembor swasembada beras, tapi pemerintah impor terus. Kemudian swasembada kedelai juga diserang krisis. Krisis ini dibuat oleh kartel importer yang memanfaatkan psikologi massa. Jagung, ? gula juga tinggal menunggu bom waktu. Gula diancam kebanjiran gula rafinasi. Ditambahlagi oleh krisis daging sapi," paparnya.

Ditambahkan, berbagai problem pangan itu sengaja diciptakan oleh sejumlah pengusaha dengan memainkan pasar, menimbun bahkan melenyapkan sejumlah komoditi pangan dari pasaran, sehingga harga-harga melambung naik, lalu mendesak pemerintah untuk meningkatkan jumlah impor bahkan menghapuskan bea cukai impor pangan.?

"Negara ini tak bisa diharapkan, kecuali komitmen bersama dari berbagai elemen ? masyarakat. Kita tak mau dikadalin terus oleh komponen bangsa tertentu yang ingin mengambil keuntungan ? dari impor. Ini bukan suudzon. ? Ini persoalan konspirasi, kongkalikong Negara dengan komprador, agar memelihara rendahnya kualitas lokal, untuk melegalkan impor pangan," tandasnya.

Ia menyesalkan sikap abai pemerintah terhadap petani dan peternak lokal, juga upaya liberalisasi ekonomi pangan yang dilakukan pemerintah. Padahal, kata Machfoud, negara-negara maju seperti Amerika saja melakukan proteksi ketat terhadap produksi pangan lokal.

"Keterbatasan tekhnologi petani sangat sulit dijangkau oleh masyarakat. Di Amerika petani mendapat subsidi pemerintah, di kita perhatian pemerintah rendah. Negara-negara maju masih keberatan menurunkan subsidinya pada pertanian. Tapi Negara kita malah bergaya menghapus subsidi untuk petani lokal dan membuka keran impor selebar-lebarnya," katanya.?

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Abdel Malik

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pendidikan, Daerah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 11 Januari 2018

200 Imam Masjid Cirebon Konsolidasi, Tangkal Radikalisme

Cirebon, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Lembaga Tamir Masjid NU (LTMNU) Kabupaten Cirebon menggelar Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) di Pesantren Muallimin-Muallimat Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (5/1). Semangatnya antara lain, usaha keras memerangi radikalisme.

200 Imam Masjid Cirebon Konsolidasi, Tangkal Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)
200 Imam Masjid Cirebon Konsolidasi, Tangkal Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)

200 Imam Masjid Cirebon Konsolidasi, Tangkal Radikalisme

Rapat koordinasi dan konsolidasi ini dihadiri oleh sedikitnya 200 pengurus tamir dan imam masjid dari 40 kecamatan se-Kabupaten Cirebon. Dalam kesempatan ini, peserta juga dibekali sejumlah materi seputar pemberdayaan masjid.

Wakil Ketua Pengurus Wilayah NU Provinsi Jawa Barat Fuad Ali mengaku prihatin dengan aksi bom bunuh diri dalam sebuah masjid yang pernah terjadi di Kota Cirebon. Rapimda ini dinilai penting untuk menumpas akar radikalisme dari tingkat masjid.

Sang Pencerah Muslim

"Selama ini masjid belum mempunyai manajemen yang kuat untuk mengoptimalkan perannya," ujarnya saat memberi sambutan.

Sang Pencerah Muslim

Secara resmi, acara dibuka oleh Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Masudi. Turut hadir pula, Katib Syuriyah PBNU KH Musthofa Aqil Siroj, Ketua PP LTMNU KH Abdul Manan A Ghani, dan segenap jajaran pengurus cabang NU Cirebon.

Rapimda LTMNU yang mendapat dukungan dari PT Sinde Budi Sentosa ini adalah tindak lanjut amanat Rapat Pimpinan LTMNU se-Jawa Barat yang diselenggarakan di Bandung, Maret 2012 lalu. Menurut jadwal, Rapimda gabungan Kabupaten Majalengka-Kota Cirebon dimulai besok.

Redaktur: Mukafi Niam

Penulis    : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pertandingan, Aswaja, Daerah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 02 Januari 2018

Hidupkan Lahan Tidur, Fatayat NU Karanganyar Luncurkan Gerakan Wanita Tani

Karanganyar, Sang Pencerah Muslim - Pimpinan Cabang Fatayat NU Kabupaten Karanganyar meluncurkan Kelompok Tani Wanita (KWT) Jasmin Fatayat di Masjid Jami Al-Ikhlas Pulesari Desa Bakalan Kecamatan Jumapolo? Kabupaten Karanganyar, Ahad (22/1). Dengan gerakan ini Fatayat NU mencoba menggugah para pemudi NU untuk memanfaatkan lahan tidur di sekitar mereka.

Ketua Fatayat NU Karanganyar Sri Lestari mengatakan, peluncuran Wanita Jasmine ini digagas karena melihat situasi generasi? perempuan muda NU akhir-akhir ini sering lupa dengan lingkungan sekitar.

Hidupkan Lahan Tidur, Fatayat NU Karanganyar Luncurkan Gerakan Wanita Tani (Sumber Gambar : Nu Online)
Hidupkan Lahan Tidur, Fatayat NU Karanganyar Luncurkan Gerakan Wanita Tani (Sumber Gambar : Nu Online)

Hidupkan Lahan Tidur, Fatayat NU Karanganyar Luncurkan Gerakan Wanita Tani

"Kaum Mudi NU dalam hal ini Fatayat NU akhir-akhir ini sebagian terlena dengan gadget, media sosial, dan lain sebagainya, sehingga garapan utama yaitu pemberdayaan lingkungan sekitar sering terabaikan" ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Untuk itu, tambah Sri, kita mencoba untuk? mengenal lingkungan sekitar dengan memanfaatkan lahan tanah yang ada untuk bertani, karena Karanganyar khususnya di Kecamatan Bakalan masih memiliki lahan kosong? yang cukup luas.

"Dalam kegiatan tersebut, yang tergabung dalam KTW sebanyat 35 orang yang berasal dari Desa Bakalan dan nantinya orang-orang tersebut menanam pohon jambu dan delima hijau dengan bekerja sama dengan Balai latihan Kerja (BLK) Kabupaten Karanganyar," jelasnya.

Sang Pencerah Muslim

Ia berharap dengan adanya KTW ini berkembang dan perempuan muda NU dapat lebih terampil, selain itu juga bisa menambah pendapatan untuk anggota dan organisasi. (Ahmad Rosyidi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Daerah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 31 Desember 2017

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award

Jakarta, Sang Pencerah Muslim -

Ketika media massa tertentu dan media sosial dewasa ini dipenuhi ujaran kebencian dan ruang yang seringkali dimanfaatkan pelaku intoleran, PW GP Ansor Sulawesi Selatan (Sulsel) justru mendapatkan penghargaan sebagai organisasi perdamaian.?

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award (Sumber Gambar : Nu Online)
Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award (Sumber Gambar : Nu Online)

Keren! Ansor Sulsel Raih Police Honorary Award

Penghargaan Police Honorary Award sebagai organisasi penebar perdamaian tersebut diserahkan Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Anton Charliyan kepada Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Selatan Muh Tonang Cawidu, Senin (7/11).?

“Penghargaan tersebut merupakan berkah ijtihad dan sikap komando tertinggi nasional GP Ansor dan Banser dalam memberi arahan pada seluruh Ansor Banser Indonesia,” ujar Tonang melalui Bidang Kaderisasi Kebanseran Sulsel Masud Shaleh, saat dihubungi Sang Pencerah Muslim, Senin (7/11).

Atas penghargaan tersebut, Tonang selanjutnya menyampaikan selamat untuk Ketua Umum PP GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas dan Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni.

“Selamat juga untuk sahabat Ansor seluruh Indonesia,” imbuh Masud yang juga Kepala Satuan Khusus Protokoler Satkornas Banser itu pula.?

Sang Pencerah Muslim

Police Honorary Award diberikan bagi para tokoh masyarakat dan organisai massa dan kepemudaan yang selama ini memberikan dedikasi demi terciptanya perdamaian.

Sang Pencerah Muslim

Penghargaan itu adalah penghargaan istimewa dari polisi kepada yang menerima penghargaan itu.

"Sehingga diberikan penghormatan Khusus oleh Kapolda sebelum penyerahan piagam perhargaan itu," kata dia.?

Kasatkornas Banser H Alfa Isnaeni mengucapkan selamat dan bangga atas prestasi tersebut. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Daerah, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock