Tampilkan postingan dengan label Sholawat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sholawat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Desember 2017

Sekolah Lima Hari di Jateng Dinilai Bisa Rusak Budaya Religi

Semarang, Sang Pencerah Muslim

Kebijakan Sekolah Lima Hari yang dicanangkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dinilai para ulama akan merusak budaya religi yang telah tertanam kuat di masyarakat Jateng.? Budaya religi masyarakat Jateng adalah bercorak pedesaan dan mayoritas masih peduli pada moralitas anak-anaknya.

Wujud peduli pada pendidikan moral itu, para orang tua yang prihatin atas minimnya pendidikan agama di sekolah formal, memasukkan anaknya ke madrasah diniyah atau Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) di sore hari. Bahkan banyak yang mendorong anaknya mengaji di pesantren sejak sore hingga malam hari, meski tidak mondok 24 jam di pesantren.

Sekolah Lima Hari di Jateng Dinilai Bisa Rusak Budaya Religi (Sumber Gambar : Nu Online)
Sekolah Lima Hari di Jateng Dinilai Bisa Rusak Budaya Religi (Sumber Gambar : Nu Online)

Sekolah Lima Hari di Jateng Dinilai Bisa Rusak Budaya Religi

Jika kebijakan Gubernur Jateng yang sekarang dalam tahap uji coba itu benar-benar diberlakukan, maka para murid sekolah formal akan kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan agama dan moral. Padahal itu adalah hak konstitusional peserta didik yang selama ini tidak pernah bisa dipenuhi negara melalui sistem pendidikan nasionalnya.

Jika murid sekolah pulang sore, hingga jam 17 sampai rumah, kemungkinan besar sudah kelelahan. Itu artinya, hilang kesempatan untuk mengaji di malam ? hari. Terlebih malam hari harus belajar menggarap Pekerjaan Rumah (PR) dan sebagainya.

Hal itu mengemuka dalam Halaqoh Ulama bertema "Plus-minus Kebijakan 5 Hari Sekolah di Jawa Tengah" yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng di Kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Kamis (26/11).

Para ulama menyatakan keberatan terhadap kebijakan Gubernur Jateng yang dituangkan dalam Surat Edaran nomor 420/006752/2015. Para utusan MUI daerah mendorong MUI Jateng agar bersikap tegas menolak kebijakan tersebut atas pertimbangan kemaslahatan umat.

Sang Pencerah Muslim

Tegas Menolak

Narasumber dalam Halqoh Ulama, Ketua Pengurus Pusat Rabithah Maahid Islamiyyah NU (RMI NU; asosisasi pesantren NU) Jateng KH Abdul Ghoffar Rozien tegas menolak kebijakan tersebut. Ia menyatakan, kepuitusan gubernur Jateng tersebut tidak didasari studi dan kajian yang? memadai sehingga tidak mencerminkan kebutuhan riil masyarakat Jateng.

Sang Pencerah Muslim

Disebutkannya, alasan Ganjar Pranowo yang mengatakan akan meningkatkan kualitas hubungan? orang tua dan anak di hari Sabtu dan Minggu, tidak bisa diterima nalar karena mayoritas orang tua di Jateng masih beraktivitas di hari Sabtu dan Minggu.? Justru kekosongan rumah di saat orang tua tidak ada di hari libur sekolah, menurut Gus Rozien, panggilan akrabnya, berpotensi menimbulkan perilaku negatif yang tidak terkontrol.

"Marilah jujur, para siswa sekolah kita itu semakin banyak yang rusak moralnya. Miris kita kalau mengetahui di setiap malam Valentine Day, semua apotek dan toko kehabisan stok kondom," tuturnya sedih.

Pernyataan Rozien didukung para peserta Halaqoh. Setiap Rozin memaparkan argumennya tentang penolakan itu, disambut tepuk tangan hadirin. Beberapa ketua MUI daerah yang mendapat kesempatan bicara, meminta agar MUI Jateng mengeluarkan sikap tegas menolak.

Argumen paling banyak disampaikan adalah pesantren, madrasah diniyah (Madin) dan taman pendidika al-Quran (TPQ) yang telah ada puluhan tahun, bahkan sudah ada sejak Islam masuk Indonesia, akan tutup karena tiada kesempatan anak-anak mengenyam pendidikan agama di sore hari di lembaga pendidikan keagamaan tersebut.

"Madin dan TPQ akan gulung tikar. Bukan soal tutupnya yang menyedihkan, tapi tiadanya kesempatan anak-anak kita mendapat pendidikan moral agama. Mau jadi apa mereka nanti?" tutur Kasi Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Jateng Mustasit yang juga anggota MUI itu.

Disebutkan Rozien, satu-satunya benteng moral masyarakat adalah pendidikan agama, dan itu didapat secara maksimal di Madin dan pesantren, yang umumnya diselenggarakan pada sore hari. Pemberlakukan surat edaran gubernut, jelas dia, telah mengancam keberlangsungan lebih dari 11 ribu madrasah diniyyah di Jateng dengan ratusan ribu santri.

Pengasuh Ponpes Maslakul Huda Kajen Pati ini menegaskan, libur sekolah di hari Sabtu dan Minggu, perlu ditimbang lagi manfaat dan mudharat (kerugian) nya. Jika tidak diisi dengan kegiatan produktif, maka tidak ada manfaatnya. Kebijakan? tersebut hanya cocok jika diterapkan di kota Metropolitan semisal Jakarta.

Dukungan penolakan disampaikan MUI Grobogan. Di forum tersebut, Sekretaris Umum MUI Grobogan HM Mahbub Ulil Albab meminta agar MUI Jateng tegas menolak kebijakan lima hari sekolah.

Ia mengaku prihatin mengapa pemerintah yang jelas-jelas telah melanggar konstitusi, tidak mampu memberi pendidikan agama? yang cukup sesuai amanah konstitusi, malah akan mematikan Madin? dan TPQ yang sudah puluhan tahun menutupi kesalahan dan kekurangan pemerintah tersebut.

"Pemerintah sudah tidak bisa memenuhi amanah konstitusi memberi pendidikan agama kepada anak sekolah. Buktinya pelajaran agama cuma dua jam seminggu. Jangan ditambah dengan menutup akses siswa ke madrasah diniyah," tuturnya.

Diminta Beradaptasi

Meski dinamika dalam Halaqoh cenderung menolak, namun dua narasumber menyatakan mendukung. Ketua Dewan Penasehat MUI Jateng Ali Mufiz mengajak masayrakat untuk mengambil hikmah atas kebijakan gubernur tersebut. Ia mengajak para guru Madin dan TPQ untuk menyesuaikan diri dengan membuka Sekolah Ahad, Sekolah Alternatif, Sekolah Tematik Agama, atau semacamnya.

Mantan Gubernur Jateng ini bahkan mempersilakan Gubernur Jateng menerapkan kebijakan tersebut untuk semua sekolah. Tidak hanya untuk SMA dan SMK, melainkan juga sekalian ke SMP dan SD. Agar semua anak pulang sore hari dengan masuk lima hari sekolah.

"Sekalian diterapkan untuk semua jenjang sekolah saja. Kita menyesuaikan diri dan mengambil hikmah dari kebijakan Pak Gubernur. Toh masyarakat akan memilih pendidikan untuk anak-anaknya," tuturnya seraya menyatakan bahwa Kabupaten Sragen meminta penerapan sekolah lima hari untuk SD sampai SLTA.

Narasumber lain, Rektor Unissula Anis Malik Toha menyatakan dukungannya dengan mengatakan bahwa kebijakan Gubernur Jateng membuka peluang bagi madrasah dan TPQ untuk berimprovisasi dan inovasi. Namun ia tidak merinci seperti apa wujud improvisasi dan inovasi tersebut bagi Madin dan TPQ.

Dalam makalahnya ia hanya menuliskan, perlunya diversifikasi pendidikan diniyah secara inovatif, lalu ada formalisasi pendidikan diniyah sebagai sistem pendidikan alternatif di semua level. Lalu ada reformulasi kurikulum.

Anis menyebut madrasah diniyah sebagai tempat pendidikan agama, itu terjebak pada hegemoni budaya asing yang mendikotomikan ilmu umum dan ilmu agama. Maka konsepsi seperti itu harus diubah.

Namun pernyataannya ini diprotes Mahbub dari Grobogan. Menurutnya, menyalahkan madrasah sebagai korban hegemoni asing itu kurang bijaksana. Ia menyebut perlunya formalisasi pendidikan diniyyah sebagai sistem pendidikan alternatif di semua level.

"Madrasah itu sudah ada sejak Islam masuk di Indonesia. Menyatakan Madin terjebak hegemoni asing itu kurang bijaksana," tutur Mahbub disambut tepuk tangan hadirin.

Ketua PP RMI NU Abdul Ghoffar Rozien sendiri dalam tanggapanya mengatakan, meminta madrasah menyesuaikan diri dari kebijakan gubernur Jateng itu ibarat ada orang sudah merebut rumah, lalu disuruh membuat rumah baru.

Hingga kini, kebijakan Gubernur tersebut telah ditolak oleh beberapa Pemda. Yakni Surakarta, Kendal, Pekalongan, dan Kabupaten Semarang Serta Boyolali, Temanggung, dan Batang dan Rembang.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah Nur Hadi Amiyanto yang hadir sebagai narasumber menjelaskan, kebijakan tersebut baru sebatas uji coba di SMA dan SMK negeri. Setelah satu semester akan dievaluasi. Ia mempersilakan masyarakat termasuk ulama memberi masukan dan pihaknya akan membahasnya secara mendalam.

"Kebijakan ini masih uji coba. Akan kami evaluasi setelah satu semester," tuturnya.

Pemerintah Justru yang Ikut Asing

Menanggapi kebijakan Gubernur Jateng ini, seorang alumni Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Dawam Muallim menguraikan, dulu pada zaman Wali Songo, pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang berbasis padepokan dan pondok pesantren. Pendidikan di padepokan biasanya menitikberatkan pada pengajaran ilmu silat dan bela diri serta ilmu budi pekerti, sedangkan pendidikan di pondok pesantren biasanya juga mengajarkan ilmu silat dan bela diri namun lebih dominan pada pengajaran ilmu-ilmu agama.

Ia melanjutkan, pendidikan model seperti itu berlanjut hingga zaman Belanda, dan kebanyakan laskar perebut kemerdekaan didominasi para pendekar dan para kiai yang dibantu oleh para santri.

Belanda pun selalu kewalahan menghadapi mereka, sehingga Belanda harus memeras otak untuk menghilangkan pendidikan berbasis pondok pesantren dan padepokan. Maka Belanda membuat pendidikan tandingan yang berbasis ilmu-ilmu duniawi, namun saat itu para kyai mengharamkan penduduk pribumi belajar di sekolah Belanda.

"Penduduk pribumi saat itu masih banyak yang taat kepada fatwa kiai, sehingga selama ratusan tahun sekolahan Belanda masih sepi dari penduduk pribumi," ujar ustadz yang kini mendirikan pesantren di Kalimantan ini.

Lebih lanjut ia mengatakan, ketika Belanda masih kalah sama fatwa kiai, akhirnya penjajah melarang para bupati dan wedana menerima pegawai selain dari lulusan sekolahan Belanda.? Hal itu dilawan lagi oleh kiai dengan mengeluarkan fatwa haram bagi santri dan anak cucu kiai menjadi pegawai.

"Namun lambat laun, sekolah Belanda itu akhirnya laku juga, yang pada akhirnya mampu mengalahkan pendidikan pesantren dan padepokan.? Dan sekarang guru yang dianggap sah oleh pemerintah Indonesia adalah para guru sekolah model Belanda, sungguh kenyataan yang sangat menyedihkan," pungkasnya. (Ichwan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Habib, IMNU Sang Pencerah Muslim

Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi

Batam, Sang Pencerah Muslim. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia NU di Asrama Haji Batam diakhiri dengan pembacaan Deklarasi Lakpesdam, Kamis (16/4) sore.

Rakernas berlangsung sejak Selasa (14/4) yang diikuti oleh 70 Pengurus Cabang Lakpesdam NU dari 21 provinsi di Indonesia. Rakernas ditutup oleh Sekretaris PWNU Kepulauan Riau Muhammad Zainuddin.

Berikut ini bunyi deklarasi yang dibacakan oleh Sekretaris PW Lakpesdam NU Kepulauan Riau Abdul Jamil:

Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Rakernas V Lakpesdam Diakhiri dengan Pembacaan Deklarasi

?

DEKLARASI RAKERNAS LAKPESDAM NU

Sang Pencerah Muslim

Asrama Haji Batam, 14-16 April 2015

Lakpesdam NU sebagai lembaga pelaksana PBNU dalam bidang kajian dan pengembangan sumber daya manusia diberi mandat untuk melaksanakan kaderisasi dan pemberdayaan, kajian strategis dalam lingkungan NU. Mandat ini dihadapkan pada tantangan-tantangan ke depan yang semakin kompkeks. Liberalisasi ekonomi dan perdagangan bebas di tingkat ASEAN yang telah merambah bangsa, tak terkecuali warga Nahdliyyin, masalah-masalah keagamaan yang dihadapi komunitas Nahdliyyin dan Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) dari kelompok-kelompok intoleran dan radikal, hingga berlakunya UU Desa telah meneguhkan Khittah Lakspedam NU sebagai organisasi pengkaderan dan pengkajian dan pemberdayaan yang berkiprah di tengah masyarakat bawah dalam bidang keagamaan dan sosial (diniyah ijtima’iyyah). Oleh karena itu, Lakpesdam NU seluruh Indonesia mendeklarasikan:

Lakpesdam NU menyatakan komitmennya untuk memposisikan sebagai garda depan pengkaderan NU dengan mengukuhkan Lakpesdam NU sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat sekaligus sebagai pusat kajian strategis ke-Aswaja-an dan ke-NU-an untuk mengawal Indonesia yang berdaulat dan bermartabat demi tercapainya kesejahteraan dan kemaslahatan bangsa. Lakpesdam NU berupaya menggerakkan organisasi NU dimulai dari bawah, dari tingkat ranting dan desa-desa untuk melaksanakan agenda-agenda NU dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang sosial-kemasyarakan dan kebangsaan. Lakpesdam NU menyatakan kesungguhan tekad untuk memperkukuh komitmen kebangsaan yang berorientasi pada kemaslahatan umat (faqih fi mashalih al-khalq) untuk memperkuat relasi masyarakat warga terhadap kepentingan berbagai pihak. Lakpesdam NU dituntut untuk menjaga kewaspadaan, membangun kepeloporan, menumbuhkan harapan, dan menjadi pemberi inspirasi dan solusi dalam mengatasi masalah-masalah agama, sosial dan ekonomi yang dihadapi masyarakat, sekaligus mampu mempengaruhi masyarakat untuk menumbuhkan etos kerja dan semangat yang tinggi dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya, baik di bidang material maupun spiritual, untuk mencapai keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara dimensi ruhiyah dan waqi’iyah. Lakpesdam NU bertekad menyiapkan kader-kader yang mengawal negara agar merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam upaya membangun harmoni sosial yang selaras dengan pencapaian harkat kemanusiaan yang sesungguhnya dalam rangka peneguhan nilai-nilai tawassuth (moderat) dan tasamuh (toleran). Lakpesdam NU bergerak untuk mobilisasi potensi kader dan warga dalam rangka penyiapan posisi-posisi strategis untuk pencapaian politik kebangsaan yang berdaulat dan bermartabat. Lakpesdam NU berkomitmen kembai ke desa dengan bergerak memperkuat kapasitas masyarakat desa demi pencapaian nilai-nilai luhur kebersamaan dalam rangka membangun dan mensejahterakan masyarakat desa yang bermartabat,berdaulat, dan berkeadilan. Batam, 16 April 2015

Sang Pencerah Muslim

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Fragmen, Sholawat, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Senin, 11 Desember 2017

Gusdurian Yogya Gelar Kelas Pemikiran Gus Dur Ketiga

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Forum Gusdurian Yogyakarta kembali mengadakan kelas pemikiran Gus Dur yang ketigaselama dua hari pada Sabtu dan akan berakhir Ahad 25-26 Oktober. Kelas pemikiran Gus Dur ini diadakan di Yayasan LKiS Yogyakarta.

Gusdurian Yogya Gelar Kelas Pemikiran Gus Dur Ketiga (Sumber Gambar : Nu Online)
Gusdurian Yogya Gelar Kelas Pemikiran Gus Dur Ketiga (Sumber Gambar : Nu Online)

Gusdurian Yogya Gelar Kelas Pemikiran Gus Dur Ketiga

Ketua Panitia Kelas Pemikiran Gus Dur, Sarjoko, mengatakan kelas ini kembali diadakan untuk mengenalkan pemikiran Gus Dur lebih mendalam. “Pemikiran-pemikiran Gus Dur sangat banyak. Dengan forum ini kita akan menggali lebih dalam, mulai tentang politik, ekonomi, keislaman,” katanya.

Lebih lanjut, Sarjoko menjelaskan bahwa kelas pemikiran Gus Dur ini merupakan awal dari kita mengkaji pemikiran Gus Dur. "Kegiatan ini insya Allah berkah karena dengan kreativitas panitia untuk mengadakan acara ini," tambahnya.

Sang Pencerah Muslim

Seknas Gusdurian, Alissa Wahid mengatakan bahwa Gus Dur tidak terkenal dengan pemikiran-pemikirannya saja. Ia juga terkenal karena sepak terjangnya. "Gus Dur terkenal dengan kerendahan hati, beliau tidak pernah mengambil ilmu begitu saja,” ungkapnya.

Putri sulung Gus Dur tersebut menambahkan, ayahnya mengambil ilmu dari mana-mana, tapi kemudian diolah dan menggunakan ilmu itu.

Sang Pencerah Muslim

Kelas pemikiran  tersebut dibuka Alissa Wahid yang sekaligus memberikan materi. Selain dia, pemateri lain adalah Hairus Salim HS, Gaffar Karim, Nur Khalik Ridwan, dan Heru Prasetyo. (Nur Solikhin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pondok Pesantren, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Selasa, 28 November 2017

Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar

Majalengka, Sang Pencerah Muslim. Pimpinan Cabang Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PC PSNU) Pagar Nusa Kabupaten Majalengka menggelar latihan rutin bagi pelajar di Majalengka untuk belajar seni bela diri NU. 

Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagar Nusa Majalengka Rutin Latih Pelajar

Kegiatan kali ini bertempat di halaman Balai Desa Banjaransari, Cikijing, Majalengka, Selasa (10/2) pagi dan diikuti oleh 30 siswa sekolah dasar di wilayah Kecamatan Cikijing.

Maman Rais Ketua Pagar Nusa Majalengka mengatakan, agenda ini dilaksanakan setiap hari selasa untuk SD, sabtu untuk SMP, dan ahad untuk SMA tiap seminggu sekali.

Sang Pencerah Muslim

"Memang kegiatan ini sudah berjalan selama 4 bulan dan baru fokus menggarap Kecamatan Cikijing untuk mengenalkan seni bela diri NU pada pelajar," ujar Maman disela-sela melatih.

Maman menambahkan, garapannya ini baru sebatas melatih anak-anak usia pelajar, belum menggarap ke level mahasiswa dan kecamatan-kecamatan lain.

Sang Pencerah Muslim

Ia berharap, kedepan unit kegiatan mahasiswa perguruan tinggi di Majalengka bisa bekerjasama dengan PMII Majalengka karena baru kader IPNU dan IPPNU yang menyatakan siap berlatih pencak silat.

“Kami juga berharap, PCNU Majalengka dan pihak pemerintah daerah bisa membantu memfasilitasi kami untuk menyosialisasikan kegiatan ini pada masyarakat,” harapnya. (Aris Prayuda/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Kyai, Aswaja Sang Pencerah Muslim

Kamis, 23 November 2017

LTNNU Sumedang Cetak Wartawan untuk Penuhi Undangan Liputan

Sumedang, Sang Pencerah Muslim. Ketua Lembaga Talif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kabupaten Sumedang Ayi Abdul Kohar mengatakan, kegiatan NU di Sumedang dari tingkat ranting sampai tingkat cabang, akhir-akhir ini sangat banyak. Hal itu belum terhitung  kegiatan lembaga dan banom NU yang sering berbarengan.

“Semua panitia kegiatan tersebut suka minta kepada pengurus LTNNU Sumedang untuk diliput dan dibuatkan berita kegiatannya supaya masuk website PCNU Sumedang dan media-media lokal,” katanya pada pembukaan Pelatihan Jurnalistik di aula PCNU pada Kamis (11/5) yang diikuti 20 anak muda NU.  

LTNNU Sumedang Cetak Wartawan untuk Penuhi Undangan Liputan (Sumber Gambar : Nu Online)
LTNNU Sumedang Cetak Wartawan untuk Penuhi Undangan Liputan (Sumber Gambar : Nu Online)

LTNNU Sumedang Cetak Wartawan untuk Penuhi Undangan Liputan

LTNNU Sumedang, kata dia, mempunyai tugas mengelola website PCNU, sering kerepotan memenuhi undangan liputan tersebut. Karena wartawannya masih sedikit.

Sang Pencerah Muslim

“Mengingat hal tersebut, LTNNU Sumedang merasa sangat perlu mencetak kader yang bisa menulis berita,” lanjutnya.  

Sang Pencerah Muslim

Atas dasar pertimbangan itulah, lanjut Ayi, LTNNU Sumedang melaksanakan pelaatihan jurnalistik selama dua hari Kamis-Jumat (11-12/5) dengan menghadirkan salah seorang Sang Pencerah Muslim, untuk berlatih bersama anak muda NU.

Sementara itu, Wakil Ketua PCNU Sumedang Cucu Suhayat berharap pelatihan itu bisa  menghasilkan output yang luarbisa dalam peningkatan kapasitas SDM para jurnalis di PCNU Sumedang.

“Ke depannya tidak hanya berita kegiatan NU saja yang ditulis, tapi pemikiran-pemikiran ulama NU Sumedang bisa ditulis juga,” pintanya.  (Red: Abdullah Alawi)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Khutbah, Sholawat Sang Pencerah Muslim

Jumat, 17 November 2017

Kisah Hadratus Syekh Tak Cukup 2 Jam

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Kisah hidup dan perjuangan Rais Akbar NU Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari tak mungkin cukup difilmkan 2 jam. Di film “Sang Kyai” hanya bercerita frgmen hidupnya dari tahun 1942 sampai 1947.

Hal itu dikatakan sutradara film “Sang Kyai”, Rako Priyanto dalam dialog bersama Artis dan pemutaran trailer film “Sang Kyai”, di Ngeban Resto, Jl. Manggis No. 77 Nologaten, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jum’at (17/5).

Kisah Hadratus Syekh Tak Cukup 2 Jam (Sumber Gambar : Nu Online)
Kisah Hadratus Syekh Tak Cukup 2 Jam (Sumber Gambar : Nu Online)

Kisah Hadratus Syekh Tak Cukup 2 Jam

Rako menceritakan, Mbah Hasyim (sapaan akrab KH Hasyim Asy’ari, red.) sangat luar biasa, “Ketokohan beliau tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga terkenal sampai luar negeri,” tandasnya kagum.

Sang Pencerah Muslim

Ia menambahkan, isi film “Sang Kyai” tersebut, ada satu dialog antara agama dan nasionalisme, karena keduanya tidak bisa dipisahkan, “Dalam Pancasila sila pertama, kita dapat mengetahui bahwa antara agama dan nasionalisme tidak dapat dipisahkan,” tambahnya.

Sang Pencerah Muslim

Rako juga menceritakan bahwa keterlibatan pengabdian Mbah Hasyim dengan masyarakat sangat luar biasa. Itu semua karena kedalaman ilmunya, “Peran beliau sangat besar misalnya Resolusi Jihad pada masa 10 November.”

Maka, sambung Rako, kalau biografi Mbah Hasyim dijadikan film berdurasi 2 jam, tidak akan cukup. Bahkan kalau dibuat sinetron, bisa sampai 200-an episode.

Pertemuan Artis “Sang Kiai” dan pemutaran trailer film tersebut diadakan komunitas Gadjah Wong dan Lesbumi NU. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian peringatan harlah ke-90 NU yang diadakan PWNU DIY.

Redaktur? ? ? ? ? : Abdullah Alawi

Kontributor? : Solikhin dan Dwi

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kiai, Sholawat, Ubudiyah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 14 November 2017

Jika RUU KPK Disetujui, Koruptor Bernyanyi, Rakyat Menangis

Way Kanan, Sang Pencerah Muslim. Wakil Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung, Widyo Kuncoro menilai, Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (RUU KPK) tidak sejalan dengan asa masyarakat yang menginginkan bangsa Indonesia bebas dari korupsi.

"Dalam sejumlah survei, KPK masih dipercaya dan menjadi tumpuan masyarakat dalam pemberantasan korupsi dibanding lembaga? lain. Survei M Qodari juga menyatakan kepercayaan masyarakat terhadap kejaksaan dan kepolisian sangat rendah. Masyarakat masih lebih mempercayai KPK sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi. Jadi wajar jika rakyat harus bersatu menolak RUU KPK karena melemahkan lembaga anti rasuah itu," ujarnya di Blambangan Umpu, Jumat (9/10).

Jika RUU KPK Disetujui, Koruptor Bernyanyi, Rakyat Menangis (Sumber Gambar : Nu Online)
Jika RUU KPK Disetujui, Koruptor Bernyanyi, Rakyat Menangis (Sumber Gambar : Nu Online)

Jika RUU KPK Disetujui, Koruptor Bernyanyi, Rakyat Menangis

Menurut dia, pembatasan usia KPK 12 tahun tidak bisa dipahami sebagai upaya mempercepat pemberantasan korupsi dalam tempo sesingkat-singkatnya. "Sebagai rakyat, kami jelas tidak merasa tidak diwakili dengan Dewan Perwakilan Rakyat yang menghendaki RUU KPK. Kami sebagai rakyat menginginkan KPK diperkuat," paparnya.

Sang Pencerah Muslim

Widyo menegaskan, dalam RUU KPK banyak hal-hal yang membuat masyarakat pesimistis tentang kelanjutan pemberantasan korupsi. "Kami sangat tidak setuju termasuk hak dalam melakukan penyadapan dan penyitaan yang harus mendapat persetujuan pengadilan dulu. Dengan hal semacam itu, koruptor nantinya pasti akan bermain dicelah-celah aturan-aturan itu dengan segala macam cara mereka," tuturnya lagi.

Sang Pencerah Muslim

Terkait dengan persoalan pembatasan penanganan perkara dengan kerugian negara Rp50 miliar dari sebelumnya Rp1 miliar, Widyo menegaskan korupsi jelas ukurannya, tidak hanya sekedar jumlah.

Untuk diketahui, sejak tahun 2004 hingga semester I tahun 2015, KPK berhasil menghelat penyelidikan 705 perkara, penyidikan 427 perkara, penuntutan 350 perkara, inkrah (berkekuatan hukum tetap) 297 perkara, dan eksekusi 313 perkara.

Inisiator revisi UU KPK tercatat 45 anggota DPR, dengan rincian 15 orang dari Fraksi PDIP, 11 orang dari Nasional Demokrat, sembilan orang dari Golkar, lima orang dari Partai Persatuan Pembangunan, tiga orang dari Hanura, dan dua orang dari Partai Kebangkitan Bangsa.

"Jika revisi ini disetujui, koruptor bernyanyi dan rakyat menangis," demikian Widyo Kuncoro. (Syuhud Tsaqafi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Sholawat, Tegal Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock