Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 Januari 2018

Kiai Manan: Kembalikan Masjid sebagai Pusat Peradaban

Gorontalo, Sang Pencerah Muslim. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani menjelaskan, pada zaman Nabi Muhammad masjid memiliki fungsi yang sangat strategis yaitu sebagai pusat peradaban.

“Kita harus melakukan revitalisasi masjid agar menjadi pusat peradaban,” kata Kiai Manan Kiai Manan dalam acara Pelatihan Pemuda Pelopor bertemakan Revitalisasi Peran dan Fungsi Masjid sebagai Benteng Kedaulatan dan Pemakmuran NKRI yang diselenggarakan di Masjid Agung Baiturrahman Limboto Gorontalo, Senin (4/12).

Kiai Manan: Kembalikan Masjid sebagai Pusat Peradaban (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Manan: Kembalikan Masjid sebagai Pusat Peradaban (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Manan: Kembalikan Masjid sebagai Pusat Peradaban

Dulu masjid bukan hanya tempat untuk menjalankan salat dan ritual-ritual agama lainnya, namun masjid menjadi tempat penyebaran agama Islam, tempat berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar, tempat dimana Nabi Muhammad mengader pemuda. 

“Pelatihan perang juga dilakukan di depan masjid,” ucapnya.

Kiai Manan menambahkan, pada era Nabi Muhammad masjid juga dijadikan sebagai tempat untuk memotivasi agar sahabat-sahabatnya hidup sejahtera dan berkecukupan. Untuk itu, ia meminta umat Islam agar memakmurkan masjid dan menjadikannya sebagai pusat peradaban.  

Sang Pencerah Muslim

Pentingnya Masjid

Kiai Manan mengatakan, masjid memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah peradaban umat Islam. Masjid juga menjadi penanda penyebaran Islam seperti Masjid Quba dibangun Nabi Muhammad di tengah-tengah ia berhijrah ke Madinah. Sesampai di Madinah, Nabi membangun Masjid Nabawi. Begitupun dengan apa yang dilakukan para wali dan ulama. Mereka membangun masjid dimanapun mereka mendakwahkan Islam.

“Ketika Islam disebarkan di suatu tempat, maka dibangun lah masjid,” jelasnya. 

Sang Pencerah Muslim

Bahkan, imbuh Kiai Manan, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari berpendapat bahwa membangun masjid itu hukumnya fardlu kifayah. Jika tidak ada yang membangun masjid, maka semua umat Islam berdosa semua di tempat itu. Karena masjid menjadi tempat dimana umat Islam beribadah kepada Allah.

“Menurut Mbah Hasyim Asy’ari, membangun masjid itu fardlu kifayah supaya Allah itu dhahir,” terangnya. (Muchlishon Rochmat) 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh, PonPes, Cerita Sang Pencerah Muslim

Minggu, 14 Januari 2018

LTMI Santuni Janda dan Yatim Piatu

Jakarta, Sang Pencerah Muslim
PP Lembaga Ta’mir Majid Indonesia (LTMI), salah satu perangkat PBNU yang mengurusi pengelolaan masjid memberikan santunan pada 50 janda tua dan 50 anak yatim yang selama ini menjadi binaannya di Masjid Baitul Amin Jl. Swasembada 39 Jakarta Utara yang merupakan bagian dari program “Masjid peduli kaum dhua’fa”.

Paket sembako berisi beras, minyak goreng, baju koko dan gula pasir tersebut dibagikan dalam acara buka bersama pada Jum’at 21 Oktober. Sejumlah pengurus LTMI dari wilayah maupun cabang setempat juga turun menghadiri acara tersebut.

Saifuddin Asmara, salah satu pengurus LTMI mengungkapkan bahwa bantuan tersebut merupakan upaya untuk meringankan kaum dhuafa dan mereka yang kurang beruntung yang jumlahnya terus meningkat pasca kenaikan harga BBM.

Masjid Baitul Amin merupakan masjid binaan LTMI sejak beberapa tahun terakhir, didirkan 15 tahun yang lalu hanya berupa musholla kecil, akhirnya dikembangkan menjadi masjid yang cukup megah dan menarik.

LTMI berencana memperluas jaringan dan mengistiqomahkan kegiatan “masjid peduli kaum dhua’fa” menjadi project public service berbasis masjid yang tidak hanya itu, akan tetapi juga pada tingkat pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan dan lainnya. Kegiatan tersebut akan dirintis di beberapa masjid se-Jabotabek.(mkf)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh, Lomba Sang Pencerah Muslim

LTMI Santuni Janda dan Yatim Piatu (Sumber Gambar : Nu Online)
LTMI Santuni Janda dan Yatim Piatu (Sumber Gambar : Nu Online)

LTMI Santuni Janda dan Yatim Piatu

Minggu, 10 Desember 2017

LKSB Bahas Hubungan Indonesia dan Malaysia

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Hubungan Indonesia dan Malaysia kerap terganggu karena persengketaan wilayah, tenaga kerja Indonesia yang bekerja di negeri malaysia dan klaim budaya. Permasalahan tersebut sudah ditangani kedua belah pihak, tapi sering muncul kembali di lain waktu.

Menurut Direktur Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) Abdul Ghopur hal itu diesebabkan persoalan diselesaikan dengan formal dan seremonial. “Penyelesaian masalah tidak sampai ke akar rumput,” katanya selepas diskusi Informal Cultural Meeting bertema Persepsi Pemuda Indonesia terhadap Hubungan Indonesia Malaysia di gedung PBNU, Jakarta, Selasa (26/8).

LKSB Bahas Hubungan Indonesia dan Malaysia (Sumber Gambar : Nu Online)
LKSB Bahas Hubungan Indonesia dan Malaysia (Sumber Gambar : Nu Online)

LKSB Bahas Hubungan Indonesia dan Malaysia

Ghofur berpendapat, penyelesaian itu harus diselesaikan melalui people to people dengan pendekatan dialogis, membangun persepsi bersama karena kita sama-sama saudara serumpun. “Pemerintah tidak bisa bergerak tanpa kemitraan dengan masyarakatnya. Di sisi lain Indonesia dan Malaysia itu satu rumpun,” katanya.

Sang Pencerah Muslim

Ia berharap Pemerintah Republik Indonsia mau mendukung peran-peran yang dilakukan seperti LKSB. Di Malaysia, menurut Ghofur sudah dilakukan melalui semacam Kemenpora-nya. “Sudah saatnya pemerintah kedua negara memberikan perhatian untuk pertemuan kebudayaan,” ungkapnya.? ?

Hadir pada diskusi tersebut perwakilan dari Malaysia, yaitu Prof Shaharuddin Badruddin dan Prof Mohammad Nor Othman, serta Prof Mazlan Che Soh. Ketiganya dari Universitas IT Mara Malaysia. Hadir pula berbagai komponen, mulai dari PMII, PMKRI, HMI, Gerak Api, perwakilan Universitas Indonesia, Universitas Pertahanan, Universitas At-Thawalib, Intermestc Review, dan aktivis 98.

Sang Pencerah Muslim

LKSB merupakan lembaga kajian dan konsultasi yang concern dengan persoalan-persoalan strategis bangsa; sosial politik, ekonomi, Sumber Daya Alam (SDA), pertahanan keamanan, hubungan internasional hukum dan HAM, agama dan budaya dan lain-lain.

Lembaga ini mendedikasikan karya-karyanya untuk perubahan yang berkeadaban bagi masa depan rakyat dan pemerintahan Indonesia. LKSB adalah organisasi bervisi kebangsaan dan bermisi kemanusiaan serta bertujuan kerakyatan. Ia adalah organisasi non-pemerintah, non-keagamaan dan bersifat semi-profit. (Abdulllah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh Sang Pencerah Muslim

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Observasi Gerakan Filantropi LAZISNU Bantul

Bantul, Sang Pencerah Muslim. Tiga mahasiswa Jurusan Ekonomi Perbankan Syariah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melakukan kunjungan ke kantor NU Care-LAZISNU Kabupaten Bantul, DIY, Sabtu (23/12). Ketiganya adalah Lale Yomi Safitri Rista Dwi Cahyawati dan Yunita Ratna D.C. 

Lale Yomi Safitri yang juga Ketua Tim dalam kunjungan tersebut mengatakan kunjungan dilakukan untuk observasi terhadap lembaga berbasis filantropi dan pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat.

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Observasi Gerakan Filantropi LAZISNU Bantul (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Observasi Gerakan Filantropi LAZISNU Bantul (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Observasi Gerakan Filantropi LAZISNU Bantul

“Kami melihat potensi tersebut berkaitan dengan NU Care-LAZISNU Kabupaten Bantul. Hal ini bagian dari tugas kampus UMY,” kata Yomi.

Adapun observasi dilakukan di Kecamatan Sewon yang sudah memiliki klinik hasil dari UPZIS MWCNU Sewon serta UPZIS MWCNU Piyungan yang juga sudah memiliki mobil ambulans dari hasil Kotak Infak Nahdlatul Ulama (Koin NU).

Direktur NU Care-LAZISNU Kabupaten Bantul, Rustam Nawawi mengatakan dukungannya atas kunjungan observasi tersebut.

Sang Pencerah Muslim

“Kami mendukung penuh dan memfasilitasi kebutuhan tim observasi yang dilakukan mahasiswa dari UMY yang ingin mengenal filantropi yang digerakkan NU Care-LAZISNU Kabupaten,” kata pria yang juga ustadz itu. 

Sang Pencerah Muslim

Ia menyebutkan sebagaimana sejarah mencatat gerakan  filantropi pertama kali pada tahun 1918 yang dipelopori oleh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, dan KH Masykur  dengan menggalang 40 pengusaha. 

“Mereka kemudian membentuk organisasi bernama Nahdlatut Tujjar. Sedangkan keberadaan kami (NU Care-LAZISNU Bantul) zaman now hanya wajah baru dari gerakan filantropi yang sudah dipelopori  para pendiri NU zaman dahulu tersebut,” lanjut dia. 

Disebutkan, NU Care-LAZISNU Bantul intensif melakukan sosialisasi filantropi melalui berbagia cara baik secara langsung di masyarakat dengan pengajian di majelis taklim, pengajian remaja dan dongeng maupun cerita Islami di TPA berbagai daerah.

Sosialisasi juga dilakukan melalui media cetak, seperti saat memaksimalkan program GOZAK (Jemput Zakat, Infak dan Sedekah).

“Dana yang terkumpul digunakan untuk program santunan anak yatim, pengobatan, sampai pemberian hewan ternak berupa kambing, serta bakti sosial. Harapannya masyarakat dapat merasakan manfaat

filantropi yang bisa membangun kemandirian ummat,” pungkas Ustadz Rustam. (Red: Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh Sang Pencerah Muslim

Jumat, 08 Desember 2017

Bagaimana Memahami Hadits Berdasarkan Illatnya?

Hadist adalah kalam nabi yang berisi perintah dan larangan atau yang semakna dengan keduanya sehingga dalam kajian hadist perintah dan larangan tersebut tidak bisa dilepaskan dari illat. Karena dengan illat, hukum dari sebuah hadist dapat dipahami secara benar, begitupun juga dengan hukum yang lain dapat diqiyaskan dengan illat dari hadist tersebut.

Imam Al-Amidi dalam kitabnya Al-Ihkam Fi Usulil Ahkam mendefinisikan illat sebagai berikut.

Bagaimana Memahami Hadits Berdasarkan Illatnya? (Sumber Gambar : Nu Online)
Bagaimana Memahami Hadits Berdasarkan Illatnya? (Sumber Gambar : Nu Online)

Bagaimana Memahami Hadits Berdasarkan Illatnya?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Artinya, “Sifat lahir yang membuat suatu hukum dapat diketahui atau penyebab dari ada dan tidak adanya suatu hukum.”

Illat yang dimaksud di sini bukanlah illat dalam ilmu Musthalahul Hadist atau yang disebut illat/muallal, melainkan illat yang dimaksud adalah illat dalam kajian Ushul Fikih.

Sang Pencerah Muslim

Adapun dalam pembagiannya, illat dibagi menjadi dua. Pertama, illatul manshushah, yakni adanya illat ini berdasarkan hal-hal yang telah tertulis dalam Al-Qur’an dan hadist. Kedua, illatul mustanbathah, yaitu illat yang dihasilkan oleh para mujtahid melalui proses ijtihadnya.

Menurut KH Ali Mustafa Yaqub dalam kitab At-Thuruqus Shahihah fi Fahmis Sunnatin Nabawiyyah, secara umum illatul manshushah tidak akan menyebabkan perbedaan pendapat di antara para ulama. Hal ini berbeda dengan illatul mustanbatah dikarenakan tidak disebutkan secara gamblang illatnya dalam badan nash.

Pertama, contoh illatul manshushah dalam hadits bisa kita lihat dari hadits riwayat Bukhari tentang minuman yang memabukkan.

? ? ? ? ?

Artinya, “Setiap minuman yang memabukkan adalah haram.”

Atau dari riwayat  Muslim dan Abu Dawud.

? ? ? ? ? ?

Artinya, “Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap yang memabukkan adalah haram.”

Juga dari riwayat Abu Dawud.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Setiap yang memabukkan adalah haram. Minuman yang ketika banyak kadarnya haram, maka seisi telapak tanganpun haram.”

Dari dua hadits di atas bisa disimpulkan bahwa dalam hal ini, yang menjadi illat adalah memabukkan. Semua ulama sepakat akan hal ini, mengingat illat dalam hadits tersebut adalah illat yang manshushah.

Tetapi terkadang para ulama berbeda pendapat terkait illatul manshushah jika ada perbedaan riwayat dalam hadist tersebut. Sebagian ulama terkadang menggunakan hadits yang menyebutkan illatnya. Sedangkan ulama yang lain menggunakan hadist yang tidak menyebutkan illatnya.

Misalnya dalam hadits terkait menyerupai kaum musyrik berikut ini.

? ? ? ? ? ?

Artinya, “Berpenampilanlah berbeda dari kaum musyrik, cukurlah kumis dan biarkanlah jenggot.”

Kalau kita hanya mengacu pada hadits tersebut seolah-olah cukup jelas bahwa yang menjadi illat adalah berbeda dengan kaum musyrik, yang pada saat itu mereka memelihara kumis sehingga dianjurkan untuk mencukur kumis agar berbeda.

Tetapi ada juga hadits lain tanpa menyebutkan kata “berbeda dari kaum musyrik” sehingga ada sebagian ulama yang mewajibkan menumbuhkan jenggot dan mencukur kumis. Bahkan hadits tersebut menurut As-Suyuthi adalah sahih.

? ? ? ?

Artinya, “Cukurlah kumis dan biarkanlah jenggot.”

Inilah yang kami maksud, walaupun illatnya manshusah tetapi ulama berbeda pendapat karena berbeda periwayatan. Maka dari itu dalam menggunakan hadits tidak dianjurkan untuk menggunakan hadits yang sepotong-potong. Diharuskan mentakhrij agar mendapatkan riwayat hadits secara komprehensif.

Kedua, contoh illatul mustanbathah.

? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Janganlah sekali-kali seorang shalat ashar kecuali di Bani Quraizah.”

Dalam memahami hadits di atas ada dua pendapat yang berbeda di kalangan para sahabat, yakni  ahluz zhahir dan ashabur ra‘yi wal qiyas.

Ahluz zhahir meyakini bahwa pemahaman dari hadist tersebut adalah bahwa shalat ashar harus diakhirkan dan dilaksanakan di Bani Quraizhah karena mereka melihat zhahirnya lafal hadist.

Sedangkan menurut ashabur ra‘yi wal qiyas, mereka tetap harus shalat ashar di jalan karena waktu ashar akan habis ketika sudah sampai di Bani Quraidzah. Mereka melihat makna atau tujuan dari hadits tersebut adalah agar mereka segera sampai di Bani Quraizhah.

Dari beberapa penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa memahami illat dalam hadits adalah sebuah komponen yang tidak bisa dipisahkan dari fiqhul hadits (memahami hadits). Ketidakmampuan dan kedangkalan dalam mengetahui illat dapat membuat seseorang menjadi konservatif, tekstualis, dan kejumudan dalam memahami hadits. Wallahu a‘lam. (Muhammad Alvin Nur Choironi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh, Pendidikan Sang Pencerah Muslim

Minggu, 03 Desember 2017

Perjuangan Mbah Hasyim Membangun Gerakan Filantropi

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Gerakan filantropi pertama kali dilakukan pada tahun 1918 oleh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri,dan KH Masykur ? dengan menggalang 40 pengusaha. Mereka kemudian membentuk organisasi bernama Nahdlatut Tujjar.?

“Pada saat itu masyarakat sangat antusias untuk mengumpulkan dana. Karena para kiai bergerak, sehingga terkumpul dana cukup besar. Gerakan filantropi nusantara yang digerakkan oleh para kiai mampu menarik para banker,” kata Ketua PBNU HM Sulthon Fatoni saat mengisi seminar nasioanl bertema Filantropi Islam Nusantara yang diselenggarakan oleh NU Care-LAZISNU di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (2/2).

Perjuangan Mbah Hasyim Membangun Gerakan Filantropi (Sumber Gambar : Nu Online)
Perjuangan Mbah Hasyim Membangun Gerakan Filantropi (Sumber Gambar : Nu Online)

Perjuangan Mbah Hasyim Membangun Gerakan Filantropi

Seiring berjalannya waktu, gerakan yang dihimpun oleh para kiai tersebut tercium Belanda, sehingga pihak Belanda memberlakukan peraturan tentang koperasi yang harus berizin dengan mengenakan biaya yang sangat mahal. Di samping standar dan persyaratan lain yang harus dipenuhi.?

Para kiai tidak mampu memenuhi persyaratan, termasuk dana minimal yang harus disetor ke pihak Belanda. Gerakan filantropi Nahdlatut Tujjar pada akhirnya tenggelam.

“Gerakan filantropi koperasi saat itu memang yang harus dirambah, karena zakat, sedekah, dan infaq sudah jalan,” katanya.?

Sang Pencerah Muslim

Selanjutnya di awal tahun 1920, Mbah Hasyim mengutus Kiai Wahab menemui Kiai Nawawi Sidogiri untuk berkonsultasi tentang pendirian organisasi Nahdlatul Ulama (NU).?

Dari pertemuan itu, para kiai berkumpul di Masjid Jami’ Kota Pasuruan kemudian terbesit ayat Al Qur’an Lamasjidun Ussisa ‘alat Taqwa.

Sang Pencerah Muslim

“Jadi perkumpulan NU, perkumpulan para kiai kita sepakat asalkan gerakan perkumpulan ini nanti tidak berbasiskan finansial, tidak bermisi profit. Maka lahir NU,” terangnya.?

Sebagaimana ditegaskan Mbah Hasim dalam Risalah Ahlussunnah Waljamah tahun 1928 bahwa NU adalah organasiasi yang bermisi memberikan keadilan, memberikan perlindungan, meningkatkan kualitas hidup, dan mendorong agar masyarakat makmur.

“Gedung yang kita tempati ini (Gedung PBNU), bukan dari bisnis, tapi gedung ini dibangun dengan semangat filantropi. Semuanya terlibat, kaya, miskin, muslim, dan non muslim di era Gus Dur,” terang pria yang juga menjabat sebagai wakil rektor II Unusia ini. (Husni Sahal/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh, Ubudiyah Sang Pencerah Muslim

Rabu, 29 November 2017

Kiai Maruf Amin: Bangsa Indonesia Seperti Keluarga

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Tak hanya keluarga idaman yang diharapkan menjadi sakinah, dengan modal rahmah dan mawaddah, akan tetapi juga negara Indonesia tercinta, bahkan bangsa-bangsa di dunia. Hal ini menjelaskan, bangsa Indonesia seperti halnya keluarga.

Kiai Maruf Amin: Bangsa Indonesia Seperti Keluarga (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Maruf Amin: Bangsa Indonesia Seperti Keluarga (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Maruf Amin: Bangsa Indonesia Seperti Keluarga

Demikian disampaikan Rais Aam PBNU KH. Makruf Amin dalam pembukaan Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya bersama OKP dan Ormas, Rabu (22/3) di Jakarta.

Untuk mencapai Indonesia yang sakinah itu, lanjut Ketua Umum MUI Pusat ini, umat Islam perlu persatuan dengan modal tiga ukhuwah yang selama ini sudah menjadi pegangan NU, yakni persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyyah); persaudaraan sesama warga Indonesia (ukhuwah wathaniyyah), dan; persaudaraan sesama manusia (ukhuwah insaniyyah).?

"Dalam konteks Indonesia, kita semua warga negara ini seperti tubuh yang satu. Harus merasa sakit ketika elemen lain disakiti," harapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Makruf juga berharap agar media ikut mendukung dan mengampanyekan pemberitaan yang informatif, konstruktif dan jauh dari hoax, fitnah dan kebencian.

Sang Pencerah Muslim

"Kalau awak media sudah dikumpulkan begini, berarti dunia maya kan sudah parah," tegasnya.

Berdasarkan laporan panitia, acara yang digelar di Hotel Millenium, Tanah Abang, Jakarta Pusat, ini diikuti ratusan pegiat dunia maya dan media sosial dari berbagai daerah dan akan berlangsung sampai Jumat (24/3) depan. (Ahmad Naufa/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Tokoh Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock