Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Februari 2018

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng

Jember, Sang Pencerah Muslim

Puncak acara Harlah NU ke-82 di tingkat Kabupaten diselenggarakan dengan sederhana di aula PCNU, Jl. Imam Bonjol, Kaliwates, Sabtu (26/1) lalu. Acaranya hanya diisi dengan istighotsah dan tausiyah dari beberapa kiai.

Undangannya juga terbatas, yaitu para petinggi PCNU dan para pengurus MWC NU. Yang menarik, tumpengnya diperoleh dari urunan beberapa pengurus MWCNU, dan beberapa diantaranya disumbang DPC PKB Jember.

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)
Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)

Para Pengurus NU Jember Urunan Tumpeng

Dalam thausiyahnya, Katib Syuriah PCNU Jember, KH. Abdullah Syamsul Arifin menegaskan, dengan bertambahnya usia, NU harus semakin dewasa dan lebih kreatif lagi dalam memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat. Demikian juga dalam menyikapi perkembangan politik, NU dituntut lebih dewasa.

Sang Pencerah Muslim

“Artinya, silahkan warga NU berpolitik di partai apa saja, tapi jangan sampai mengorbankan kerukunan”, katanya.

Sang Pencerah Muslim

Menurut Gus A’ab –sapaan akrabnya— politik itu hanya urusan lima menit, yaitu ketika warga masuk ke bilik pencoblosan. Karena hanya lima menit, maka sangat rugi jika urusan politik membuat persaudaraan kocar-kacir. “Rugi kita kalau perkawanan rusak gara-gara yang lima menit itu”, terangnya.

Diakuinya, ghirah politik warga NU sangat besar, sehingga di mana-mana politikus NU selalu mewarnai kegiatan politik di berbagai levelnya. Agar tidak terjadi pertentangan politik, maka warga NU di tiap-tiap tingkatan, bisa menyesuaikan dengan kondisi politik di daerah masing-masing.

“Kalau di suatu kecamtan, banyak warga NU yang mendukung partai B, maka struktural NU daerah tersebut, juga bisa mengikuti, sehingga kondusif,” terangnya.

Gus A’ab menambahkan, NU tidak melarang warganya untuk  beraktifitas di partai politik apapun. Namun NU secara kelembagaan, tidak boleh berpolitik. Tapi kecenderungan politik memang tidak bisa dibantah.

“Kemana arah kecenderungan itu, tergantung siapa yang  lebih peduli kepada NU. Kalau orang lain baik kepada kita,  mengapa kita tidak baik kepada mereka. Ini ‘kan sangat normatif,” tegasnya. (ary).Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ahlussunnah, Pahlawan, News Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 03 Februari 2018

Refleksi Harlah Ke-61: Idealisme IPNU Memudar?

Oleh Cakra Pramudhita

“Tjita2 daripada Ikatan Peladjar Nahdlatul ’Ulama’ jalah membentuk manusia jang berilmu, tetapi bukan manusia calon kasta elite di dalam masjarakat, Tidak. Kita menginginkan masjarakat jang berilmu. Tetapi jang dekat dengan masjarakat. Oknum jang berbuat karena ilmunya. Dan berilmu tetapi jang mau berbuat dan beramal. Sungguh akan merupakan malapetaka jang amat besar baik negara dipimpin oleh orang-orang jang tidak berilmu. Kita tidak menjandarkan semata-mata kepada kariere, lebih2 kariere dengan kekosongan ilmu dan bekal dalam kepala (Pidato resmi KH.Tholchah Mansoer.”

(Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU) pada Muktamar IV, 1961 di Yogyakarta)

 

Refleksi Harlah Ke-61: Idealisme IPNU Memudar? (Sumber Gambar : Nu Online)
Refleksi Harlah Ke-61: Idealisme IPNU Memudar? (Sumber Gambar : Nu Online)

Refleksi Harlah Ke-61: Idealisme IPNU Memudar?

Pada 24 Februari 2015, IPNU menapaki tahun ke-61. Para pendirinya, mungkin tidak pernah menyangka organisasi yang semula hanya dibawah naungan LP Ma’arif dan kemudian menjadi underbouw Nahdlatul Ulama (NU) dapat bertahan dan menggeliat melintasi kerasnya perubahan. Dipaksa oleh keadaan politik, banyak organisasi kepemudaan, pelajar, dan kemahasiswaan yang berdiri sebelum maupun pada masa Orde Lama (Orla) bertumbangan.

Deskripsi dan usulan perubahan dari penulis mudah-mudahan mampu memaksa kita untuk mere-institusionalisasi dirinya. Jika tidak, mudah-mudahan selalu muncul gagasan alternatif dari kader-kader lain yang bisa menjadi common platform bagi pengembangan institusi yang memiliki kemampuan adaptif terhadap tantangan terkini dengan diferensiasi karakteristik yang khas. Jika tidak ada sama sekali agenda berupa gagasan dan langkah konkret dalam mereorganisasi maka secara otomatis eksistensi dan peran IPNU akan terus memudar.

Membaca Masa Kini

Sang Pencerah Muslim

Adapun bagi IPNU yang telah menginjak usia 61 tahun, jika diumpamakan dengan usia manusia, IPNU sekarang adalah orang yang biasanya sedang berusaha meningkatkan ibadah formalnya agar terhindar dari siksa api neraka jelang tutup usia. Tentu saja, perumpamaan usia serta kecenderungan antara institusi dan orang memang kurang tepat. Tapi, sebagaimana halnya mahluk hidup, institusi juga bisa lahir dan mati. Dalam konteks itu, penulis ingin memberikan penekanan bahwa kondisi IPNU saat ini nyaris seperti orang tua sekarat yang sudah tidak lagi produktif meskipun masih dapat memberi manfaat bagi orang lain. Kalau mau jujur, kondisi seperti itu tercermin di pengurus tingkat nasional saat ini. Mereka memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya mengingat mereka adalah produk dari sistem kaderisasi dan sistem institusi. Pun sebaliknya, mereka juga tidak bisa dibenarkan karena mereka adalah pemilik otoritas tertinggi dari hirarki IPNU yang mengabaikan mandat institusi.

Beruntung PP IPNU masih belum bisa menghadirkan dirinya sebagai organisasi kader, sehingga kondisi di tingkat nasional tidak terlalu berdampak signifikan pada cabang-cabang, anak cabang, dan ranting, karena sebagian kecil pengurus-pengurus IPNU di daerah masih sangat produktif dan bahkan berhasil melakukan terobosan-terobosan meskipun tidak ada lagi kepemimpinan di tingkat nasional. Sebagian yang lain masih berkutat dengan tindakan minimalis yakni hanya berusaha sebatas mempertahankan eksistensi IPNU di daerahnya tanpa rencana strategis yang jelas. Ada juga perekayasaan eksistensi hanya ketika perhelatan Konfercab, Konferwil, atau Kongres akan digelar. Dua yang terakhir adalah cara-cara survival ala IPNU yang masih terus mentradisi. Kondisi seperti itu tentu saja tidak berdiri sendiri, melainkan sebuah keberlanjutan atau akibat dari rentang proses periode sebelumnya.

Mengapa dampak dari apa yang terjadi di level nasional tidak terlalu signifikan pada daerah? Adanya sistem yang sudah lama corrupt (rusak) menyebabkan terjadinya patologi institusi, mulai dari atas hingga bawah. Sedikit sekali pengurus yang memiliki konsistensi terhadap tujuan, nilai, produk konstitusi, dan panduan kaderisasi IPNU Sebagian besar hanya menjadikan IPNU sebagai stepping stone atau eskalator dalam berkarir post - IPNU dan bahkan keberadaan sebagai pengurus dianggap sebagai profesi. Karena itulah, semuanya masih bisa berjalan secara otonom sesuai dengan mindset pengurusnya masing-masing. Relasi antar jenjang pengurus tidak lebih dari selembar SK pengurus.

Sang Pencerah Muslim

Tantangan eksternal IPNU

Pertama, setting situasi politik saat ini berbeda dengan masa lalu. Transisi demokrasi saat ini masih terjadi tetapi semakin mendekati ke arah konsolidasi demokrasi. Fenomena ini bisa dilihat dengan semakin adapatifnya elemen-elemen demokrasi dengan tata politik demokrasi. Meskipun kita masih meragukan, partai politik saat ini tengah dipaksa untuk berubah secara bertahap. Upaya pemberantasan korupsi, meskipun masih menyimpan banyak masalah, terus berjalan secara pasti dan membuat ilusi ketakutan di kalangan birokrasi dan jabatan politik non karir yang umumnya dihuni elite dari partai politik. Kecurigaan-kecurigaan publik yang distimulasi oleh transparansi mendesakkan berjalannya secara efektif dan efisien (mantra capitalism) institusi-institusi di bawah negara.

Kedua, setting gerakan sosial. Gerakan sosial ala pelajar - mahasiswa sudah digantikan oleh gerakan interest group dari organisasi berbasis profesi atau kepentingan. Berbicara isu perburuhan maka kelompok-kelompok berbasis buruhlah yang paling mengerti setiap isu yang terkait dengan dunia perburuhan. Pun demikian dengan isu-isu kepentingan lainnya, misalkan untuk berbicara isu korupsi maka ICW atau TII yang dianggap lebih memiliki kapasitas karena ditunjang oleh sumber daya yang andal dan infrastruktur yang cukup memadai untuk mengumpulkan dan mengolah data. Hal ini juga terjadi di isu lingkungan di mana Walhi, WWF, atau Green Peace dianggap lebih capable. Isu keagamaan juga lebih banyak didorong oleh kelompok sosial berbentuk LSM atau Ormas. Hal ini terjadi di hampir seluruh isu-isu yang terkait dengan dinamika sosial, politik, ekonomi, dan budaya di mana selalu muncul kelompok yang memiliki fokus isu.

IPNU sebagai organisasi kader

Berulang kali disampaikan di berbagai ruang pengkaderan bahwa organisasi hampir selalu didikotomikan ke dalam organisasi massa atau kader, organisasi profesional atau voluntarian, dan organisasi tradisional atau modern. Prinsip-prinsip dasar antara bentuk, isi, dan sifat tersebut nyaris tidak bisa disatukan. Meskipun bisa, akan selalu memunculkan kontradiksi di dalamnya. IPNU harus berani memilih tipologi atau karakteristik yang jelas karena sesungguhnya berada di grayscale area seperti saat ini tidak selalu nyaman dan baik. Sepanjang pengetahuan penulis, terdapat dua ciri yang khas melekat di dalam organisasi kader: disiplin terhadap nilai dan disiplin terhadap institusi kepemimpinan (struktur). Dua bentuk kedisiplinan ini tidak bisa ditawar. Menegasikan salah satunya hanya akan membuat institusi menjadi pincang, menciptakan ketidakteraturan (disorder), dan menimbulkan kerapuhan. Di manapun ada institusi kader maka kedua kedisiplinan ini selalu melekat.

Jika kita ingin melongok sedikit ke dalam ritus, maka institusi kader yang efektif bisa terefleksi di dalam sholat berjama’ah. Di dalam sholat berjama’ah, seseorang bisa menjadi imam karena memiiliki syarat khusus (special conditions) yang berbeda dengan syarat yang juga dimiliki oleh bilal, muadzin, makmum, bahkan pemukul beduk. Oleh karena syarat ini terbatas dipenuhi dalam sebuah situasi yang demikian maka tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama memainkan peran yang dilakoni dalam sebuah momentum sholat berjama’ah.

Maksud dari analogi di atas adalah bahwa setiap anggota terdiferensiasi dalam kapasitas yang berbeda. Untuk mencapai kapasitas tertentu tiap anggota harus melakukan upgrading level. Dalam proses ini, institusi berkewajiban memberikan kesempatan dan tahapan proses yang sama bagi semua anggota untuk dapat melakukannya. Itulah yang dinamakan kaderisasi. Seorang imam akan terus dipatuhi perintahnya selama memiliki kesesuaian dengan tata cara dan aturan sholat. Bila melenceng dari tata cara dan aturan sholat maka barisan (makmum) dapat memberikan kritik secara terbatas dan teratur. Oleh karena imam seorang manusia, maka keimaman seseorang dapat batal dan digantikan oleh makmum yang memiliki kapasitas yang mendekati kapasitas imam.

Barisan yang berada tepat dibelakang imam, terutama yang berada persis di belakang imam, adalah juga orang yang telah siap menjadi seorang imam manakala kondisi yang tidak diharapkan mendera sang imam, termasuk intervensi secara kasar dari luar. Ada keberlanjutan untuk tetap mengokohkan dan mempertahankan kondisi tersebut untuk tetap berusaha sampai pada tujuan bersama.

Di dalam organisasi kader, kepentingan individu telah termanifestasi menjadi kepentingan institusi. Munculnya ruang konflik yang mengakibatkan disintegrasi institusi terjadi karena interpretasi atas nilai dan perilaku elite atau pengurus organisasi dalam hal ini tetap dimungkinkan. Namun, kemungkinan tadi menjadi sangat kecil jika saja kepemimpinan sebagai sebuah faktor krusial di dalam organisasi dapat berjalan secara baik. Pada dasarnya pemimpin memiliki otoritas untuk memilih berbagai opsi strategi. Strategi dan taktik yang digunakan dapat dinilai baik manakala output-nya sesuai dengan tujuan organisasi.

Sudahkan IPNU menjadi organisasi kader?

Sebelum sampai kepada pilihan tadi, mari kita mencoba menengok realitas yang ada di IPNU sehingga mudah-mudahan terdapat sedikit kesamaan persepsi atau bahkan konklusi. Meskipun, dari situ saja akan memunculkan kemungkinan opsi perubahan yang berbeda di benak kepala kader. Di berbagai kesempatan ketika berinteraksi dalam kegiatan kaderisasi formal maupun non formal di Surabaya maupun di daerah lain, kita akan dikejutkan dengan realitas yang cukup “membingungkan”. Kebingungan tersebut bermula dari lontaran sebuah pertanyaan bagi kita bersama: “ apakah tujuan IPNU berdasarkan dari apa yang tercantum di Anggaran Dasar?” Mayoritas dari mereka yang ditanya umumnya tidak mampu menyebutkan tujuan IPNU. Belum lagi kalau ditanyakan apakah ideology IPNU, mayoritas mengalami kebingungan apakah ideology IPNU adalah Pancasila atau Aswaja, kedua-duanya atau salah satunya. Atau bahkan, bukan keduanya.

Di lain kesempatan, kita yang ada dalam kepengurusan ini mungkin akan bertanya, “apakah kita sudah menjadi organisasi kader?”. Dipastikan seluruhnya menjawab bahwa IPNU merupakan organisasi kader. Mereka berargumentasi ada proses kaderisasi formal yang dilakukan oleh institusi. Hanya sebatas itu. Kalau mau jujur, berdasarkan pengamatan menghadiri banyak kegiatan kaderisasi formal, kegiatan kaderisasi formal benar-benar hanya merupakan formalitas. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar pendapat tersebut.

Pertama, kegiatan kaderisasi formal masih baru dilihat sebagai prosedur teknis belaka yang ditujukan untuk memenuhi keabsahan pengurus di mata PD/PRT. Untuk hal ini, tidak aneh jika terjadi penyimpangan terhadap standar materi atau kurikulum maupun format kaderisasi yang seharusnya dijadikan acuan.

Kedua, kegiatan kaderisasi formal masih diproyeksikan untuk meningkatkan prestise pengurus semata dengan indikator jika secara kuantitas diikuti oleh banyak peserta tanpa mempetimbangkan kualitas pengetahuan dan proses yang sudah dilalui peserta sebelum kegiatan. Walhasil, ketika materi kaderisasi disampaikan, akibat disparitas pengetahuan dan proses, praktis hanya dalam persentase yang cukup kecil yang dapat mengikuti alur materi secara baik.

Ketiga, bagi peserta kegiatan kaderisasi formal, keikutsertaan dan sertifikat kelulusan menjadi prioritas agar dapat digunakan sebagai syarat untuk berkarir dalam jenjang berikutnya. Dari beberapa alasan tadi, maka sangat wajar kemudian banyak pengurus, untuk ini saya sangat yakin, tidak mengetahui tujuan IPNU, (mungkin juga termasuk saya), serta strategi untuk mencapainya. Hal ini juga masih ditambah pada minimnya pemahaman terhadap nilai-nilai dasar yang menjadi pilar untuk bergerak.    

Untuk menjadi institusi kader yang efektif maka perlu memiliki disiplin terhadap kepemimpinan. Aturan main yang sudah jelas harus dapat dipatuhi. Kepemimpinan bukan penghias hasil konferensi tetapi juga dilihat sebagai mandat organisasi. Sejauh sang pemimpin masih berjalan sesuai koridor dan menjalankan kebijakan untuk mencapai tujuan organisasi maka ia harus ditaati. Sanksi organisasi bukan hanya pelengkap peraturan organisasi. Sanksi diberlakukan bagi mereka yang mengabaikan kebijakan organisasi atau dalam hal ini direpresentasikan oleh pemimpin.

Dari pengamatan selama ini, selain kepemimpinan juga ada format struktur yang harus dibenahi. Format PP, PW, dan PC yang ada saat ini tidak memungkinkan organisasi kita menjadi organisasi kader. Untuk mencapainya, format yang memungkinkan harus ditunjang dengan kerangka operasional berupa tugas pokok dan fungsi yang sistematik dan jelas. PP masih menjadi organisasi yang terlalu besar (periode 2012 - 2015 terdiri dari 120-an personel) di mana kerangka strukturnya dibentuk dengan hanya melihat faktor pengakomodasian atau rekomendasi pesanan dan belum pada kapasitas personal serta kebutuhan institusi. Walhasil, terlalu banyak tumpang tindih fungsi sehingga malah kerap kali menyebabkan disfungsi. PC pun juga demikian, di mana kerangka strukturnya dibentuk dengan hanya melihat faktor pengakomodasian atau rekomendasi pesanan dan belum pada kapasitas personal serta kebutuhan institusi.

Jika kaderisasi telah berjalan secara baik di mana tujuan organisasi telah tercapai maka operasionalisasi konsepsi kader dapat di perluas. Rencana dan kebijakan strategis jangka panjang di dalam ruang yang lebih besar baik di masyarakat dan negara dapat dilakukan di level institusi alumni. Istilah kader pun kemudian dapat dimaknai sebagai seseorang yang menjadi pengabdi, pejuang, dan pelayan dalam spektrum apapun yang menjalani tindakannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di IPNU meskipun sudah tidak lagi mempunyai ikatan institusional dengan IPNU.

Almarhum KH.Tolchah Mansoer dan para founding fathers IPNU mendirikan IPNU bukan untuk bertengger di menara gading dan menjadikan para pengurus dan kadernya sebagai “manusia calon kasta elite”. IPNU dilahirkan untuk membumi dalam masyarakat, menjadi bagian dari dan mendampingi masyarakat bawah, serta terlibat dalam berbagai penyelesaian masalah untuk membangun kemasalahan publik.

Kini, IPNU sudah diambang pintu untuk tampil persis seperti yang dikhawatirkan oleh KH Tolchah Mansoer, yaitu menjadi ”kasta-kasta elite”, jauh dari masyarakat dan tidak terlibat dalam pergumulan sosial dan penyelesaian berbagai persoalan nyata yang dihadapi masyarakat. Bahkan perilaku para pengurusnya lebih suka tampil sebagai kelas-kelas elite yang jauh dari masyarakat alit, namun gila citra. Ketiadaan kerja advokasi dan pendampingan masyarakat, setidaknya masyarakat pelajar, oleh IPNU pada beberapa dekade terakhir menunjukkan realitas ini. 

Kini, 61 tahun sudah IPNU berkhidmah untuk Indonesia. Catatan di atas hanya merupakan upaya melakukan debunking (penelanjangan atau pembongkaran) agar ada upaya koreksi dan perbaikan bersama dari semua unsur di IPNU dalam momentum Hari Lahirnya yang ke 61 hari ini.

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Thariq

 

Cakra Pramudhita, pengurus PC IPNU Kota Surabaya

 

 

 

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News Sang Pencerah Muslim

Rabu, 31 Januari 2018

LTMNU: Bersihkan Masjid dari Kampanye Hitam

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Pusat Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) mengimbau seluruh masjid di Indonesia untuk menjaga netralitas fungsinya sebagai tempat ibadah dan pemberdayaan umat menjelang pemilihan umum presiden 2014.

“Masjid adalah tempat yang netral. Tidak boleh dibuat kampanye. Karena masjid merupakan tempat berkumpulnya jamaah dari berbagai macam golongan dan aspirasinya bermacam-macam,” ujar Ketua PP LTMNU KH Abdul Manan A Ghani di Jakarta, Jumat (13/6).

LTMNU: Bersihkan Masjid dari Kampanye Hitam (Sumber Gambar : Nu Online)
LTMNU: Bersihkan Masjid dari Kampanye Hitam (Sumber Gambar : Nu Online)

LTMNU: Bersihkan Masjid dari Kampanye Hitam

Manan juga menyayangkan adanya kampanye hitam bernuansa SARA yang dikumandangkan melalui tempat ibadah umat Islam ini. Menurutnya, pengurus masjid semestinya dapat mencegah hal tersebut melalui penyeleksian khotib atau dai yang ada di sana.

Sang Pencerah Muslim

“Tidak ada contoh dari Nabi untuk memusuhi golongan lain, apalagi black campaign (kampanye hitam). Masak orang yang benar-benar Islam, benar-benar haji, diplesetkan sebaliknya. Tidak benar itu,” tuturnya.

Sang Pencerah Muslim

Kalaupun masjid menjadi tempat pembicaraan politik, lanjut Manan, materi yang disampaikan mestinya bersifat normatif saja, tidak menyudutkan atau mendukung salah satu pihak. “Mungkin mengenalkan bahwa tasharruful imam alar ra’iyyah manuthun bil mashlahah (kebijakan pemimpin tergantung pada kemaslahatan umat). Yang begini tidak apa-apa,” paparnya.

Manan tidak menampik fungsi lain masjid di luar sebagai tempat shalat. Menurutnya masjid bisa menjadi sarana pengembangan dakwah, pendidikan, bahkan ekonomi, namun bukan politik praktis. “Mending pengurus masjid menyiapkan bagaimana memakmurkan masjid menghadapi Ramadhan, daripada harus kampanye hitam,” katanya. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018

Zakat Harus Dikembangkan dengan Berbasis Komunitas

Pati, Sang Pencerah Muslim. Barang siapa menguasai komunitas, maka dia menguasai pasar. Demikian paparan Djoko Adhi Saputro, Kepala Perwakilan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Jawa Tengah dalam Seminar Strategi Jitu Fundraising Zakat di kampus IPMAFA Pati, Senin, (28/11) hasil kerjasama Prodi Zakat Wakaf IPMAFA, IZI Jateng, MES Pati, USB, dan Arta Mas Syariah.?

Dikatakannya, lembaga zakat harus membentuk atau masuk dalam komunitas dan fokus merawat komunitas tersebut sebagai mitra efektif dalam menggalakkan dana zakat. IZI Jateng misalnya, menargetkan komunitas majlis pengajian sebagai mitra IZI dalam menggalakkan zakat.?

Zakat Harus Dikembangkan dengan Berbasis Komunitas (Sumber Gambar : Nu Online)
Zakat Harus Dikembangkan dengan Berbasis Komunitas (Sumber Gambar : Nu Online)

Zakat Harus Dikembangkan dengan Berbasis Komunitas

Dijelaskannya, selama ini, IZI sudah menjalin kerjasama dengan komunitas hijab dan ternyata hal ini sangat efektif karena menyimpan potensi zakat yang besar. Hal serupa menjadi tantangan bagi lembaga amil zakat lainnya dalam menggalakkan penggalian dana.

Kaprodi Manajemen Zakat Wakaf IPMAFA yang juga Wakil Ketua PCNU Pati Dr Jamal Mamur Asmani dalam acara tersebut menjelaskan, potensi zakat di Indonesia sangat besar, yaitu 217 triliun sedangkan di Jawa Tengah mencapai sekitar 17 triliun. Untuk di Pati sekitar 20 milyar untuk zakat individu (bukan perusahaan). Namun, realitasnya masih jauh, yaitu 4,3 triliun secara nasional, sekitar 100 milyar se-Jawa Tengah, dan 1,5 miliar di Pati. Hal ini disebabkan banyak faktor. Pertama, kesadaran masyarakat yang masih rendah. Hal ini berbeda dengan haji yang sangat tinggi kesadaran masyarakat. Kedua, belum banyak lembaga zakat yang kredibel dan profesional dalam mengelola zakat sehingga masyarakat tidak punya kepercayaan untuk menyalurkan zakatnya lewat lembaga. Ketiga, sanksi pemerintah yang tidak tegas kepada orang yang tidak membayar zakat. Hal ini membutuhkan usaha serius dari seluruh elemen, khususnya ulama dan cendekiawan dalam mengoptimalkan sosialisasi sadar zakat.?

Sang Pencerah Muslim

Pemerintah juga harus tegas memberikan sanksi kepada orang-orang yang wajib berzakat tapi tidak melakukannya. Lembaga juga harus meningkatkan ketrampilan dan kompetensi profesionalitasnya dalam menggalakkan zakat supaya lahir kepercayaan masyarakat dalam menyalurkan zakatnya.

Ketua MES Pati, H Mumu Mubarak mengatakan, lembaga amil zakat harus bangun dari tidurnya dengan bergegas meningkatkan kompetensi penggalian dana zakat karena masyarakat menanti gebrakan lembaga zakat. Jangan sampai umat Islam malas berzakat karena lemahnya lembaga amil zakat dalam pengelolaan zakat.?

Sang Pencerah Muslim

Sedangkan ? sekretaris Baznas Pati KH Muslihan mengatakan, Baznas Pati akan mengoptimalkan penggalangan zakat sampai ke pelosok untuk optimalisasi penghimpunan zakat yang manfaatnya kembali kepada umat. Baznas Pati akan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di setiap kecamatan supaya tergali potensi zakat yang besar.?

Langkah ini diharapkan mampu menggalakkan fundraising zakat yang bertujuan menggapai kemaslahatan umat, khususnya kemandirian ekonomi di masa depan. (Jamal Manur/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Anti Hoax Sang Pencerah Muslim

Rabu, 17 Januari 2018

PCINU Jerman Adakan Pengajian Lintas Agama di Leipzig

Liepzig, Sang Pencerah Muslim

Warga NU di Leipzig mendatangkan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Abd A´la pada silaturahmi antar? Warga Indonesia di negara tersebut pada (14/10). Kegiatan yang biasa cuma dihadiri WNI muslim itu, kali ini juga didatangi WNA non-muslim.

PCINU Jerman Adakan Pengajian Lintas Agama di Leipzig (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Jerman Adakan Pengajian Lintas Agama di Leipzig (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Jerman Adakan Pengajian Lintas Agama di Leipzig

Rektor UIN Surabaya menekankan pentingnya menjaga silaturahim antar umatmanusia. Islam mengajarkan tidak hanya menjalin hubungan horisontal antara Tuhan dengan makhluk (hablun min allah)), tapi juga mempererat hubungan vertikal antara sesama ciptaan-Nya (hablun min al-nas).

Lebih lanjut ungkap, Islam yang sebenarnya adalah agama yang mengayomi seluruh umat manusia. Agama yang rahmatan lil alamin, agama kasih sayang sekalian alam.

Sang Pencerah Muslim

WNA yang hadir sangat antusias dalam mengikuti acara itu. Mereka larut dalam diskusi yang diselenggarakan PCINU Jerman bersama PPI Leipzig. Vano Sondakh, Humas PPI Leipzig, mengatakan bahwa pengajian semacam itu sudah menjadi agenda rutin yang dilakukan setiap bulan.

Menurut Suhendra, ilmuwan semikonduktor asal Padang yang telah 13 tahun berkarir di Jerman, mengungkapkan kegiatan semacam itu baginya menjadi penyejuk rohani di negara penganut rasionalisme bebas itu.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu, para WNI dan WNA juga dapat saling bertukar pengetahuan kebudayaan masing-masing. Alexis, misalnya, seorang arsitek asal Meksiko, mengungkapkan ia sangat menikmati nuansa keramahan dan keakraban yang ditunjukkan oleh orang Indonesia. Selain itu, ia sangat takjub dengan cita rasa masakan Indonesia yang pedas.

Pengajian semacam itu diharapkan bisa menjadi perekat hubungan antar umat beragama. Selain itu juga dapat menjadi ajang saling tukar informasi kebudayaan antar bangsa.

Kebebasan Beragama di Jerman

Konstitusi Nasional Jerman tahun 1919 dan 1949 menjamin kebebasan individu dalam menganut kepercayaan dan agama masing-masing. Tidak boleh ada yang melarang atau bersikap deskriminatif? terhadap kepercayaan atau pandangan keagamaan seseorang.

Sensus yang dibuat pada tahun 2011 menyebutkan bahwa 66.8%? warga Jerman menganut agama Kristen. Islam menempati posisi kedua terbanyak dengan penganut sekitar 5% dari populasi penduduk Jerman.

Menurut data dari Euro Islam, 70% kaum muslim di Jerman berasal dari Turki. Selebihnya dari Bosnia Herzegovina (sekitar 167,081), Iran (81,495), Maroko (79,794), Afganistan (65,830), Lebanon (46,812), Pakistan (35,081), Syria (29,476), Tunisia (24,533), Aljazair (16,974), serta asal Indonesia (12,660). (Kamal Yusuf/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim News, Nusantara, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 13 Januari 2018

Gus Dur Minta Kedaulatan Hukum Ditegakkan

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan, kedaulatan hukum di Indonesia saat ini belum bisa terwujud. Alasannya karena penanganan kasus-kasus korupsi masih tebang pilih. Dia menekankan perlunya mengolah sumber daya alam secara maksimal.

”Kedaulatan hukum harus ditegakkan. Kalau tidak, Indonesia akan makin tertinggal dari negara-negara lain,” kata Gus Dur dalam penyampaian menggunakan Bahasa Jawa saat memberikan taushiyah istighotsah di rumah dinas Wakil Ketua DPRD Jateng Abdul Kadir Karding di Wisma Papandayan, Semarang, Selasa (26/12) malam.

Agar kedaulatan hukum terwujud, kata Gus Dur, harus ada demokratisasi, yakni dengan menjalankan berbagai lembaga yang ada seperti Mahkamah Agung, legislatif, dan lainnya. ”Kita sebenarnya bisa menjadi negara besar dan masyarakatnya kuat. Syaratnya harus mengolah sumber alam dengan baik, seperti pertanian, dan hasil pertambangan yang kemarin, dirampok orang Jakarta semua,” jelasnya.

Gus Dur Minta Kedaulatan Hukum Ditegakkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur Minta Kedaulatan Hukum Ditegakkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur Minta Kedaulatan Hukum Ditegakkan

Sementara itu, Ketua Dewan Tanfidz DPW PKB Jateng Abdul Kadir Karding mengatakan, pertemuan ini merupakan agenda rutin yang digelar oleh DPW PKB Jateng untuk saling menghidupkan tradisi di NU dengan melakukan istighotsah. ”Bagaimanapun, PKB dilahirkan oleh NU sehingga harus selalu menjaga tradisi para ulama,” kata Karding bersemangat. (gpa/man)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Sejarah, Pondok Pesantren, News Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Rabu, 03 Januari 2018

IPNU-IPPNU Lampung Siap Sukseskan Kongres di Palembang

Gunung Sugih, Sang Pencerah Muslim. Para kader NU yang tergabung dalam IPNU dan IPPNU Lampung Tengah siap menyukseskan pelaksanaan Kongres dua organisasi pelajar NU ini yang akan berlangsung di Palembang, akhir November ini.

Ketua IPNU Lampung Tengah, Dedi Kurniawan kepada kontributor Sang Pencerah Muslim di Gunung Sugih menyampaikan akan mengirimkan 40 peserta CBP dalam rangka Jambore Pelajar dan Santri Nusantara. CBP Lampung Tengah akan bergabung dengan peserta CBP se - Indonesia di Palembang. 

IPNU-IPPNU Lampung Siap Sukseskan Kongres di Palembang (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Lampung Siap Sukseskan Kongres di Palembang (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Lampung Siap Sukseskan Kongres di Palembang

”Sedangkan ketika kongres nanti akan berangkat beberapa pengurus IPNU dan IPPNU Lampung Tengah ,” tambah alumni Jurusan Syari’ah STAIN Jurai Siwo Metro – Lampung ini, Ahad (25/11). 

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Akhmad Syarief Kurniawan 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, News Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock