Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 Januari 2018

Waktu Utama Baca Al-Qur’an

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW berkata, “Bacalah Al-Qur’an karena kelak ia akan memberikan syafa’at kepada orang yang membacanya,” (HR. Muslim). Ini adalah satu dari sekian banyak dalil tentang keutamaan membaca Al-Qur’an.

Rasulullah SAW menamsilkan orang Islam yang membaca Al-Qur’an dengan buah jeruk yang rasanya enak dan harum. Sementara orang Islam yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang rasanya manis tetapi tidak wangi, (HR. Ibnu Hibban).

Waktu Utama Baca Al-Qur’an (Sumber Gambar : Nu Online)
Waktu Utama Baca Al-Qur’an (Sumber Gambar : Nu Online)

Waktu Utama Baca Al-Qur’an

Seperti halnya shalat, baca Al-Qur’an juga memiliki waktu-waktu tertentu yang sangat dianjurkan membacanya. Menurut An-Nawawi, waktu yang paling utama ialah ketika shalat.

Adapun di luar shalat, waktu utamanya adalah pada paruh kedua di malam hari, setelah shalat subuh, dan antara maghrib dan isya. Berikut perincian An-Nawawi dalam al-Adzkar,

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Sang Pencerah Muslim

Artinya, “Adapun waktu utama baca Al-Qur’an di luar shalat ialah pada malam hari. Paruh kedua malam lebih utama dibanding paruh pertama. Disunahkan juga membacanya ketika selang waktu maghrib dan isya. Sementara waktu siang, yang dianjurkan ialah ketika usai shalat subuh. Pada prinsipnya, kapan pun baca Al-Qur’an diperbolehkan. Tidak ada kemakruhan untuk baca Al-Quran kapan saja. Bahkan baca al-Qur’an di waktu yang dimakruhkan shalat sekali pun tetap diperbolehkan.”

Berdasarkan penjelasan ini, dapat dipahami bahwa terdapat waktu utama baca Al-Qur’an baik pada siang maupun malam hari. Pada waktu siang hari, yang sangat dianjurkan ialah setelah shalat shubuh.

Adapun malam hari, paruh kedua malam lebih diutamakan. Andaikan khawatir tidak terjaga di malam hari, usai shalat magrib menjelang isya juga waktu yang sangat baik digunakan untuk baca Al-Qur’an.

Namun perlu diperhatikan, tidak ada waktu larangan dan makruh baca Al-Qur’an. Jadi kapan pun waktunya diperbolehkan untuk membacanya. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Fragmen, Berita, Nahdlatul Sang Pencerah Muslim

Senin, 22 Januari 2018

Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas

Pringsewu, Sang Pencerah Muslim

Dalam mencari Ilmu, seseorang harus memperhatikan sumber ilmu yang didapatnya berupa silsilah keilmuan atau sanad. Hal ini sangat berperan penting dalam keshahihan dan keberkahan ilmu yang didapat.?

Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas (Sumber Gambar : Nu Online)
Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas (Sumber Gambar : Nu Online)

Agar Shahih dan Berkah, Penting Miliki Sanad Keilmuan yang Jelas

Hal ini disampaikan Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah KH Ahmad Chalwani Nawawi saat menyampaikan Mauidzotul Hasanah pada Wisuda Tahfidz Al Quran 30 Juz dan khotmil kutub pondok pesantren Pesantren Salafiyah Tahfidzul Quran Miftahus Salam Jatirejo Pringsewu.

"Sebagai Santri, kita harus ngaji pada kiai yang jelas gurunya siapa? Ilmunya sumbernya dari mana, harus jelas," tegas Kyai Chalwani yang Juga Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah ini dihadapan jamaah yang memenuhi halaman Pesantren setempat, Selasa (13/4).

Ia mengingatkan kepada jamaah untuk mengaji kepada kiai yang mempunyai sanad keilmuan yang jelas, yang alim serta dapat dirunut silsilah sumber ilmunya sampai pada Rasulullah SAW. Hal ini ditujukan agar terhindar dari maraknya aliran menyimpang yang belajar ilmu agama secara instan dari internet dengan sanad yang tidak jelas.

Sang Pencerah Muslim

"Mari kita didik putra-putri kita di Pesantren, kita titipkan pada kiai. Kita gerakkan generasi kita untuk mondok," tegasnya. Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa pondok-pondok pesantren dibawah bimbingan para kiai dalam sejarahnya telah terbukti berkontribusi dalam mencetak ulama dan santri sekaligus menjadi benteng pertahanan keutuhan NKRI.?

"Kalau tidak ada kiai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan," tegas Kiai Chalwani mengutip pernyataan Douwes Dekker, agen Belanda yang berbalik berpihak pada Indonesia di zaman pergerakan kemerdekaan.

Disamping kegiatan khotmil kutub, pada acara tersebut juga dilaksanakan pelantikan pengurus Idaroh Ghusniyah Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Al Mutabaroh An Nhdliyyah (JATMAN) Kecamatan Pagelaran dan Ambarawa. Pelantikan tersebut dilakukan oleh Mudir Idaroh Wustho JATMAN Provinsi Lampung Habib Yahya Assegaf.

Hadir pada acara tersebut Bupati Pringsewu H Sujadi yang juga Mustasyar PCNU Pringsewu, Ketua PCNU Pringsewu H Taufiqurrohim, para kiai dan Pengasuh Pondok Pesantren di Kabupaten Pringsewu serta Pengurus MWCNU Kecamatan Pagelaran. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Berita Sang Pencerah Muslim

Rabu, 17 Januari 2018

Trump Akan Hentikan Visa Tujuh Negara Muslim

Washington, Sang Pencerah Muslim



Presiden Donald Trump dilaporkan siap menangguhkan program pengungsian AS selama empat bulan dan akan menghentikan visa bagi tujuh negara berpenduduk Muslim - beberapa langkah yang akan diberlakukan secepatnya.

Semua permohonan visa dari negara-negara yang dianggap sebagai ancaman teroris - Irak, Suriah, Iran, Sudan, Libya, Somalia dan Yaman - akan dihentikan selama 30 hari.

Trump Akan Hentikan Visa Tujuh Negara Muslim (Sumber Gambar : Nu Online)
Trump Akan Hentikan Visa Tujuh Negara Muslim (Sumber Gambar : Nu Online)

Trump Akan Hentikan Visa Tujuh Negara Muslim

Dalam kampanye saat menjadi kandidat presiden, Trump berulangkali menyampaikan, jika terpilih menjadi presiden, akan melarang Muslim masuk ke Amerika Serikat. Penyataannya ini mengundang kecaman dari berbagai pihak.

Menurut rancangan perintah eksekutif yang dipublikasikan di media AS, termasuk Washington Post, para pengungsi dari Suriah akan dilarang dalam jangka waktu tak terbatas.

Sang Pencerah Muslim

Program penerimaan pengungsi AS akan ditangguhkan selama 120 hari sementara beberapa pejabat senior menyusun daftar negara-negara yang dianggap tidak menimbulkan risiko keamanan.

Sementara itu, Pentagon akan diperintahkan untuk memanfaatkan waktu selama 90 hari untuk menyusun rencana pembentukan "zona aman" di dalam atau di dekat Suriah, tempat para pengungsi bisa berlindung dari perang saudara yang terjadi di sana.

Belum jelas apakah rancangan yang dipublikasikan itu merupakan versi akhir atau kapan Trump akan secara resmi menandatanganinya, tetapi rancangan itu akan melengkapi janji-janji kampanyenya.?

Sang Pencerah Muslim

"Lihatlah, presiden berbicara panjang lebar tentang beberapa langkah ekstrem," ujar juru bicara Gedung Putih Sean Spicer kepada wartawan, menjanjikan "aksi lebih lanjut pekan ini," demikian AFP. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ulama, Berita Sang Pencerah Muslim

Selasa, 02 Januari 2018

32 Tim Ponpes Mendaftar LSN Region Sumatera III

Medan, Sang Pencerah Muslim. Pertandingan sepakbola Liga Santri Nusantara (LSN) 2017 Region Sumatera III (Provinsi Sumatera Utara) segera bergulir. LSN Region Sumatera III dijadwalkan dibuka secara resmi 26 Agustus di Sub Region IV, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) dan Padang Lawas (Palas).

"Sejak dibuka pendaftaran peserta 10 Juli lalu, sudah 32 klub pondok pesantren di Sumut yang menyatakan ikut LSN 2017," ujar Penanggung Jawab LSN Region III Sumatera, Ance Selian, seusai menggelar rapat panitia di sekretariat panitia, Jalan Medan Tenggara (Menteng) VII 142 Medan, Kamis (19/7).

Dijelaskannya, LSN Region III Sumatera (Sumut) dibagi dalam delapan sub region, yakni Sub Region I Kota Medan - Deli Serdang, Sub Rgion II Mandailing Natal (Madina), ? Sub Region III Padang Sidimpuan –Tapanuli Selatan (Tapsel), Sub Region IV Paluta-Palas, Sub Region V Labuhan Batu Selatan (Labusel)- Labuhan Batu dan Labuhan Batu Utara (Labura), Sub Region VI Ashan-Batu Bara dan Tanjung Balai, Sub Region VII Simalungun-Siantar- Tebing Tinggi dan Serdang Bedagai (Sergai), dan Sub Region VIII Langkat- Binjai.

32 Tim Ponpes Mendaftar LSN Region Sumatera III (Sumber Gambar : Nu Online)
32 Tim Ponpes Mendaftar LSN Region Sumatera III (Sumber Gambar : Nu Online)

32 Tim Ponpes Mendaftar LSN Region Sumatera III

"Juara Sub Region akan melaju ke delapan besar yang akan digelar di Kota Medan. Mereka akan memperebutkan tiket ke semifinal dan final pada 3 - 5 September 2017. Sedangkan juaranya akan mewakili Sumut ke LSN tingkat Nasional," tutur Ance.

Menurut Ance, ? LSN yang merupakan program Kementerian Pemuda dan Olahara (Kemenpora) ? dimaksudkan agar dunia pesantren mampu menciptakan bibit baru bahkan mencetak pemain ? profesional di dunia persepakbolaan nasional.

Sang Pencerah Muslim

"LSN merupakan salah satu cara pemerintah untuk memastikan bahwa segenap komponen anak bangsa melihat dan menjadikan olahraga sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari proses pembentukan karakter. Dalam bahasa pesantren adalah membentuk generasi berakhlaqul karimah, kuat secara spiritual, hebat dari sisi intelektual, kreatif dari sisi keterampilan," terang pria kelahiran Paluta ini.

Dia meminta kepada panitia, agar LSN 2017 lebih barik dari LSN tahun lalu. "Saya minta kepada Koordinator Region dan Panpel maupun Sub Region di kabupaten/kota untuk menjadikan pelaksanaan even ini sebagai amanah untuk kita pegang," tuturnya.

Koordinator LSN Region III Sumatera Kali Ahmad Harahap menambahkan, LSN merupakan wadah untuk pengembangan potensi santri di bidang sepakbola. "LSN 2017 bertujuan mencari bibit sepakbola usia muda di kalangan pondok pesantren," katanya.

Sang Pencerah Muslim

LSN, tambahnya, menjadi instrumen efektif dalam menggelorakan dan pemasaran olahraga di pondok pesantren melalui "Ayo Olahraga" serta menjadi media konsolidasi pondok pesantren melalui gerakan "Ayo Mondok".

Dalam kesempatan itu, Ketua Panitia Alihot Sinaga mengatakan, pihaknya telah melakukan sosialisasi ke berbagai Ponpes agar mengirimkan timnya ke LSN 2017.

"Hingga kemarin sudah 32 tim ponpes di Sumut yang sudah mendaftar. Jumlah itu bisa bertambah, karena pendaftaran masih dibuka hingga 15 Agustus 2017. Sedangkan verifikasi data tim dan pemain, technical meeting digelar 17 Agustus 2017," tuturnya. (Hamdani Nasution/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Nusantara Sang Pencerah Muslim

Minggu, 10 Desember 2017

Cirebonologi dalam Perspektif Studi Kawasan dan Islam

Oleh Mahrus eL-Mawa



Prasasti “Cirebonese Corner” dan “Pusat Kajian Cirebonologi” IAIN Syekh Nurjati telah ditandatangani Sultan Sepuh XIV PRA. Arief Natadiningrat, S.E. dari keraton Kasepuhan Cirebon. Prasasti itu tertanggal 29 Maret 2016/20 Jumadil Akhir 1437 Hijratun Nabi dalam aksara pegon berbahasa Jawa dialek Cirebon. Aksara pegon tersebut mirip dengan aksara dalam naskah-naskah kuno Cirebon yang tersimpan di berbagai tempat koleksi naskah, antara lain keraton-keraton, dan koleksi masyarakat.

Cirebonologi dalam Perspektif Studi Kawasan dan Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Cirebonologi dalam Perspektif Studi Kawasan dan Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Cirebonologi dalam Perspektif Studi Kawasan dan Islam

Tak lama setelah itu, pada tanggal yang sama, di gedung baru pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, diselenggarakan pula Pubilc Lecture (Kuliah Umum) tentang “Peta Strategis Cirebon dalam Sanad Ulama Nusantara dan Dunia Islam (Haramain, China, Turki, dan India)”. Pembicara pada kuliah umum tersebut berasal dari para peneliti, intelektual muslim, dan kiyai muda yang telah mengkaji Cirebon dalam berbagai perspektif, mulai dari peran penting dalam sejarah perkembangan Islam di dunia, maupun dalam perjuangan rakyat Indonesia. Public Lecture semacam ini penting dalam dunia akademik bagi para mahasiswa untuk memperkaya khazanah keilmuan di luar mata kuliah yang tak jarang kurang up date terhadap hasil penelitian terbaru dari peneliti atau dosen lainnya. Salah satunya adalah adanya silsilah Kyai atau Ulama Cirebon yang menjadi pentashih karya ulama di Madinah.

Sang Pencerah Muslim

Sejalan dengan itu, pada tanggal 14 Januari 2016, saya telah menyampaikan hasil kajian tentang Cirebon melalui naskah kuno di hadapan para penguji yang terdiri dari 5 (lima) guru besar dan filolog, serta 3 (tiga) ilmuwan dalam bidang lain di Fakultas Ilmu Budaya  Universitas Indonesia untuk dipertahankan. Judul kajian disertasi saya, “Syattariyah wa Muhammadiyyah: Suntingan Teks, Terjemahan, dan Analisis Karakter Syattariyah di Keraton Kaprabonan Cirebon pada Akhir Abad ke-19”. Salah satu temuan disertasi saya itu menunjukkan bahwa silsilah Tarekat Syattariyah di Cirebon selain merupakan melting pot (titik temu) ulama Nusantara dan berjejaring dengan dunia Islam, juga mempunyai kekhasan sendiri yang berbeda dengan tempat lain, seperti Minangkabau, Pamijahan (Tasikmalaya), Aceh, Kendal, dst. Melting pot itu ditemukan pada sosok ulama yang merupakan guru Syaikh Abdurrauf as-Singkili, yaitu Syaikh Ahmad Qusyasyi. Adapun sanad yang berbeda dengan Syattariyah dari daerah lainnya ditemukan melalui sosok Abdullah bin Abdul Qahhar. Ulama kharismatik ini tercatatat dalam beberapa naskah kuno Syatariyah Cirebon dengan keragaman nama Syatariyahnya, seperti Syatariyah Muhammadiyah, Syatariyah Rifaiyah, dan Syatariyah Qadiriyyah. Apalagi, khusus Tarekat Syatariyah Muhammadiyah dicirikan dengan ilustrasi iwak telu sirah sanunggal. Sebuah ilustrasi ikan yang mencirikan ajaran tarekat Syatariyah dengan menggunakan prinsip lokalitas. Dengan ilustrasi ikan juga dapat ditemukan jaringan tarekat Syatariyah Muhammadiyah di Jawa. Hal itu tidak dapat dilepaskan dari kebesaran Cirebon sebagai tempat yang sangat strategis sejak abad ke-15/16, yaitu pada masa Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

Sang Pencerah Muslim

Penelitian khusus tentang Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) pernah kami lakukan pada tahun 2011 bekerja sama dengan Balai Litbang Agama Jakarta. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa secara arkeologis, filologis, dan historis bahwa Sunan Gunung Jati adalah tokoh historis, bukan tokoh mitos atau miologis. Di antara bukti-buktinya antara lain adanya Tajug Alit di keraton Kasepuhan, masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kasepuhan, masjid Bata Merah (Panjunan), adanya Pelabuhan Cirebon, dan masih banyak bukti-bukti lainnya. Hasil penelitian ini dapat dibaca pula pada jurnal JUMANTARA (Jurnal Manuskrip Nusantara) terbitan Perpustakaan Nasional Jakarta. Oleh karenanya, tidak perlu ragu dan tidak diragukan lagi, bahwa Sunan Gunung Jati atau Syaikh Syarif Hidayatullah itu adalah tokoh historis, bukan tokoh mitos apalagi fiktik. Kebesaran dan kejayaan era Syarif Hidayatullah adalah sebuah bukti yang tak perlu disangsikan lagi, seperti disebut Mattew Isaac Cohen (1997, Yale University), “An Inheritannce from the Friends of God: The Southern Shadow Puppet Theater of West Java, Indonesia”.

Kajian Cohen di atas, menunjukkan bahwa mengkaji tentang Cirebon tidak hanya diminati oleh peneliti pribumi, wong dewek, Cirebon atau Indonesia, tetapi juga peneliti asing (orientalist). Tarian Topeng Samba Cirebon dari persembahan para mahasiswa PGMI Fak. Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon, seperti belum lama kita lihat tadi, mengingatkan saya pada disertasi Laurie Margot Ross (2009, University of California, Berkeley), “Journeying, Adaptation, and Translation: Topeng Cirebon at the Margins”. Dalam analisisnya tentang topeng, Ross menyebutkan bahwa salah satu jenis Topeng di Cirebon, merupakan manifestasi dari salah satu ajaran tarekat, antara lain tarekat Naqsabandiyah. Topeng juga pernah digunakan sebagai salah satu strategi dakwah dan politik untuk melawan ketidakadilan, pemerintahan yang lalim, baik pada era kolonial maupun kemerdekaan. Disebutkan dalam sebuah hasil penelitian lain (Jumega, SNEP, 2014) bahwa topeng pernah digunakan Sunan Gunung Jati bekerja sama dengan Sunan Kalijaga untuk penyebaran Islam dengan 6 (enam) jenis kesenian lainnya, yaitu Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai, Angklung, Reong dan Berokan. Topeng berarti tertutup atau menutupi. Arti umum topeng mengandung pengertian penutup muka/kedok. Topeng ini salah satu jenis kesenian yang dikenal hampir seluruh daerah di Indonesia, bahkan dunia. Topeng Cirebon memiliki ciri khas berupa tingkatan karakter (halus, lincah, dan gagah). Topeng Cirebon mengandung nilai falsafah tentang manusia dan perilakunya, yang terlihat dari garis dan bentuk wajah topeng yang memberikan gambaran suatu karakter manusia. Topeng Samba berwarna dasar putih, terdapat ukiran rambut di antara bagian kepala. Topeng Samba menggambarkan karakter anak-anak. Kata samba sendiri berasal dari “samban waktu” yang melambangkan kita sebagai umat Islam harus melaksanakan shalat lima waktu.  

Dengan demikian, Cirebonologi adalah sebuah kajian keilmuan tentang Cirebon, baik dari aspek sejarah, seni budaya, geo-politik, dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan dinamika Cirebon. Harapannya, problem radikalisme, dan terorisme yang pernah terjadi di Cirebon beberapa waktu lalu yang bisa saja muncul lagi, dapat diminimalisir kemunculuannya, bahkan dihilangkan dari Cirebon dengan mempelajari Cirebonologi.



Mengapa Harus Ada Cirebonologi?


Dari paparan singkat di atas, kiranya jelas bahwa pembicaraan tentang Cirebon, mulai dari seni budaya, falsafah, bahasa dan aksara, ajaran-ajaran kehidupannya, tidak lepas dari perspektif keislaman. Bahkan disebutkan dalam sejarahnya, penamaan “Cirebon” sendiri adalah sebagai salah satu penanda dan pembeda dari keyakinan para leluhurnya yang masih belum masuk Islam pada abad ke-14/15. Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati hanyalah pewaris dan penerus dari para tokoh sebelumnya, seperti Walangsungsang, yang dikenal dengan Pangeran Cakrabuana atau Samadullah atau Haji Abdullah Iman, atau Mbah Kuwu Cirebon. Sebelumnya juga sudah ada Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati, Syekh Qura, dan Syekh Magribi. Karenanya dari sisi penamaannya saja telah ada titik temu, bahwa asal usul Cirebon tidak lepas dari kontribusi keilmuan Syekh Nurjati, yang saat ini menjadi nama Institut Agama Islam Negeri di Cirebon.

Pada tahun 2012, bersamaan dengan pameran dan seminar koleksi langka dan koleksi khusus tentang Cirebon dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bekerja sama dengan Pusat Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, saya menulis di koran Fajar Cirebon, bertajuk “Perlunya Cirebonologi”.  Dalam tulisan itu disebutkan bahwa pembicaraan Cirebon saat ini, selain berdasarkan sejarah masa lalu, juga harus melihat tantangan-tantangan sosial, politik, budaya, ekonomi, dan keagamaan saat ini. Karenanya, ketika tahun 2016, Cirebonologi diresmikan di IAIN Syekh Nurjati hanyalah “pintu gerbang” kajian dan ruang gerak untuk membuka cakrawala tentang Cirebon yang lebih luas lagi. Hal serupa diamanahkan Sultan Sepuh XIV PRA. Arief Natadiningrat pada saat penandatangan prasasti peresmian Cirebonese Corner.   

Sebagai salah satu koleksi khusus yang menjadi ciri khas pusat perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Cirebonese Corner atau “Pojok Cirebon” ini dapat menjadi tempat diskusi, ruang baca, ruang dialog, dan media bersama untuk mewujudkan visi bersama tentang Cirebonologi. Oleh karena menjadi ciri khusus, maka koleksi naskah kuno, terutama yang digital, harus diperbanyak lagi di pusat perpustakaan IAIN Syekh Nurjati, dan untuk mewujudkannya, insya Allah tidak terlalu lama lagi, sebab berbagai lembaga telah melakukannya, hanya sinergi antara lembaga yang perlu diintesnsifkan lagi, seperti Perpusnas, Balai Penelitian Agama Jakarta, Leipzig University, British Library, dst. Pada kesempatan ini, saya ingin menegaskan pada orasi saat ini bahwa kajian Cirebonologi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dapat diawali dari perspektif studi Islam dan studi kawasan. Dengan kedua perspektif tersebut diharapkan memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia.

Cirebonologi dan Studi Kawasan



Seperti disebut dalam paparan sebelum ini, Cirebon bukan semata-mata wilayah geo-politik pemerintahan, tetapi juga sarat dengan nuansa keislaman. Dalam konteks keislaman ini, berbagai teori sosial dapat digunakan. Di antara yang sudah digunakan oleh para peneliti sebelum ini, antara lain antropologi, ilmu kebudayaan, arkeologi, linguistik, dan filologi. Antropologi dan ilmu kebudayaan ini sengaja dibedakan, jika antropologi dapat dimasukkan pada ilmu-ilmu sosial politik, sedangkan ilmu kebudayaan lebih menitikberatkan pada material culture, seperti artefact, ideofact dan sociofact. Filologi (studi naskah kuno), misalnya, dalam diskursus pembelajaran organisasi pernaskahan, Manassa, studi naskah kuno Nusantara dapat diajarkan pada semua fakultas dan program studi/Jurusan di PTKI. Sebab, studi naskah kuno seperti di Cirebon ini hampir bersentuhan dengan proses kemanusiaan, seperti tarbiyah, syariah, dakwah, adab, dan ushuluddin.

Adapun tentang studi kawasan dalam ranah Cirebonologi, nampaknya lebih menitikberatkan pada aspek geografisnya, yang dapat dikaitkan dengan studi kawasan ekonomi, kawasan budaya, kawasan keraton/kota lama, kawasan sains, dst. Studi kawasan ini pula dapat bekerja sama dengan pihak-pihak berkepentingan di sekitar kota/kabupaten Cirebon, dan kota-kota lain yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung. Studi kawasan ekonomi misalnya, kajian Cirebon dapat berupa studi kawasan ekonomi perdagangan, kawasan ekonomi rumah tangga, ekonomi pariwisata, dst. Sebab, studi-studi tersebut berkaitan langsung dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia.

Sumbangan Cirebonologi bagi Bangsa Indonesia

Akhirnya, dari semua paparan di atas, apabila pusat kajian Cirebonologi IAIN Syekh Nurjati berjalan sesuai dengan grand design di atas dan mendapat dukungan dari berbagai pihak kepentingan (stakeholders), insya Allah Cirebonologi akan mempunyai masa depan yang jelas dan dapat memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi bangsa Indonesia saat ini dan mendatang, terutama bagi wong Cirebon. Maka tidak berlebihan, bila terdapat ungkapan dari masa ke masa bahwa Cirebon adalah Puser Bumi. Cirebon adalah titik temu peradaban Barat dan Timur (Majma’ul Bahrain). Cirebon adalah melting pot dari berbagai studi keislaman klasik dan kontemporer. Cirebon adalah pintu peradaban Nusantara.

 

Penulis adalah dosen di Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon; doktor bidang filologi, dan Kepala Pusat Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2015-2018. Tulisan ini pernah disampaikan dalam Wisuda Sarjana dan Magister XIII IAIN Syekh Nurjati Cirebon Tahun Akademik 2015/2016

 


Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita Sang Pencerah Muslim

Rabu, 06 Desember 2017

Tabayun Kunci Sukses Lawan Hoax

Jakarta,Sang Pencerah Muslim

Berita bohong atau dikenal hoax saat ini hampir meliputi beragam sendi kehidupan, mulai bisnis, kesehatan, pendidikan, politik, bahkan urusan agama. Hoax sengaja disebar pihak tertentu untuk dipercaya penerimanya. Biasanya tersebar luas melalui media sosial.

Tabayun Kunci Sukses Lawan Hoax (Sumber Gambar : Nu Online)
Tabayun Kunci Sukses Lawan Hoax (Sumber Gambar : Nu Online)

Tabayun Kunci Sukses Lawan Hoax

Hal itu dikatakan Ketua Litbang Lembaga Ta’lif wa Nasyr Nahdlatul Ulaa (LTNNU) Malik Mughni di sela diskusi dengan peserta menulis Sang Pencerah Muslim di kantor PBNU (12/5).

Apalagi ketika menjelang pemilihan umum baik pemilihan kepala daerah atau pemilihan presiden, hoax, semakin marak.

Sang Pencerah Muslim

“Tujuannya tidak lain untuk menjatuhkan dengan menggunakan berita bohong. Selain itu hoax juga sering digunakan untuk menebarkan kebencian dalam satu golongan dan pengagungan kepada golongan lain,” jelasnya.

Agar terhindar dari hoax, menurut Malik, adalah melakukan tabayun atau konfirmasi. Artinya kita tidak begitu saja percaya dengan berita yang diperoleh sebelum memastikan kebenarannya. Terutama berita dengan sumber yang tidak jelas.

Sang Pencerah Muslim

Malik juga menambahkan, saat ini NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia sering dihantam hoax dari pihak-pihak tertentu.

“Tentu saja itu sangat merugikan NU. Parahnya, media mainstream juga ikut termakan hoax,” kata Malik menegaskan.

Untuk menangkal hoax terhadap NU, LTNNU menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Kerja sama itu melibatkan para peneliti, pendidik, organisasi kepemudaan, pengamat, dan jurnalis di media-media mainstream. Mereka akan dipertemukan LTNNU pada konsolidasi nasional untuk mempertemukan gagasan mengimbangi media-media radikal dan berita-berita hoax.

“Kenapa itu dilakukan? Karena yang hoax itu tidak sesuai dengan ajaran Islam,” pungkasnya. (Mistra/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Pemurnian Aqidah, Nahdlatul Ulama Sang Pencerah Muslim

Jumat, 01 Desember 2017

Kehadiran Islam Tak Berarti Menghapus Agama Sebelumnya

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Islam adalah kelanjutan serta pelengkap dari episode sejarah agama-agama terdahulu. Kehadiran agama Islam tidak berarti menghapuskan ajaran agama-agama sebelumnya.

Demikian disertasi yang dipertahankan dalam ujian promosi doktor di bidang tafsir-hadis Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Senin (27/1) lalu. Disertasi bertajuk “Abrogasi Agama-Agama Pra-Islam” diajukan oleh Sa’dullah, kader NU asal Cirebon, Jawa Barat.

Kehadiran Islam Tak Berarti Menghapus Agama Sebelumnya (Sumber Gambar : Nu Online)
Kehadiran Islam Tak Berarti Menghapus Agama Sebelumnya (Sumber Gambar : Nu Online)

Kehadiran Islam Tak Berarti Menghapus Agama Sebelumnya

Disertasi ini menolak pandangan Muhammad Abdul Muta’al al-Jabiri dalam mendefinisikan naskh sebagai penghapusan (abrogasi) agama-agama terdahulu oleh Al-Qur’an. Mendalami ayat 62 dari surat Al-Baqarah, Sa’dullah berpandangan bahwa Al-Qur’an justru memberikan bukti atas adanya penghargaan terhadap keselamatan pemeluk agama-agama pra Islam.

Dalam ayat tersebut Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Lebih lanjut disampaikan bahwa ketentuan mengenai naskh hanya diberlakukan terhadap ayat-ayat hukum, bukan ayat-ayat informatif atau ikhbariyah, seperti ayat di atas. Jika ayat-ayat informatif ini dihapus maka pembawa berita dianggap bohong, sementara sumber berita adalah Allah SWT sendiri.

Sang Pencerah Muslim

Disertasi dipertahankan di depan sidang dewan penguj yang terdiri dari Prof Dr Azyumardi Azra, Prof Dr Zainul Kamal MA, Prof Dr Soedijarto MA, Prof Dr Kautsar Azhari Noer, Prof Dr HM. Yunan Yusuf MA, dam Prof Dr Hamdani Anwar.

Sidang dewan penguji menyatakan bahwa Sa’dullah lulus dengan nilai sangat memuaskan. “Sebenarnya saya sudah hampir di-DO karena sudah sepuluh semester. Jadi ini istilahnya cuci gudang,” kata Sa’dullah bercanda. (A. Khoirul Anam)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Berita, Ulama, Kiai Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock