Tampilkan postingan dengan label Humor Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Humor Islam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Desember 2017

NU Minta Wilayah dan Cabang Shalat Ghoib dan Tahlil untuk KH Ali Mustafa

Jakarta, Sang Pencerah Muslim - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) turut berduka cita yang sangat mendalam atas wafatnya Rais Syuriyah NU periode 2010-2015 KH Ali Mustafa Yakub, Kamis (28/4) pagi. Untuk itu pihak PBNU menginstruksikan pengurus seluruh wilayah dan cabangnya untuk melaksanakan shalat ghaib dan menggelar tahlilan untuk almarhum Kiai Ali Mustafa.

“Kami juga mengharapkan pengurus wilayah dan cabang untuk meneruskan instruksi ini kepada pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) di mana pun berada,” kata Rais Aam NU KH Maruf Amin di Jakarta, Kamis (28/4) siang.

NU Minta Wilayah dan Cabang Shalat Ghoib dan Tahlil untuk KH Ali Mustafa (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Minta Wilayah dan Cabang Shalat Ghoib dan Tahlil untuk KH Ali Mustafa (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Minta Wilayah dan Cabang Shalat Ghoib dan Tahlil untuk KH Ali Mustafa

Ucapan belasungkawa berdatangan dari pelbagai pengurus wilayah dan cabang NU di Indonesia. Salah satunya pengurus NU Serang. Mereka berdoa semoga Allah menerima amal baik almarhum KH Ali Mustafa Yakub dan mengampuni segala dosa serta kesalahannya.

Almarhum Kiai Ali Mustafa dikenal sebagai kiai yang gigih melanjutkan pendidikan hadits yang menjadi fokus gurunya Hadlratus Syekh KHM Hasyim Asyari di tengah masyarakat. Kiai Ali Mustafa mengabdikan dirinya untuk pengembangan agama Islam takhassus hadits, salah satu kajian langka di Indonesia.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Almarhum yang juga alumnus Pesantren Tebuireng Jombang ini kemudian mendirikan Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darussunnah di Pisangan Barat, Ciputat, Tangerang Selatan yang menjadi pusat kajian hadits di Indonesia. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Quote, Warta, Humor Islam Sang Pencerah Muslim

Senin, 25 Desember 2017

LPJ H Nusron Wahid Diterima

Sleman, Sang Pencerah Muslim. Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor H Nusron Wahid diterima peserta Kongres XV yang berlangsung di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman,Yogyakarta, Kamis malam (26/11).

Pernerimaan tersebut disampaikan melalui pandangan umum yang disampaikan perwakilan 3 zona. Laporan disampaikan dari zona 3 terlebih dahulu dengan juru bicara Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Maluku Utara Salim Thaib.

LPJ H Nusron Wahid Diterima (Sumber Gambar : Nu Online)
LPJ H Nusron Wahid Diterima (Sumber Gambar : Nu Online)

LPJ H Nusron Wahid Diterima

"Kami memerima secara tulus dan rasa bangga, menerima laporan pertanggungjawaban Ketua Umum H Nusron Wahid,” katanya yang mewakili Pimpinan Wilayah Maluku, Papua, Papua Barat, Seluruh Sulawesi.   

Sang Pencerah Muslim

Kemudian hal yang sama disampaikan oleh perwakilan dari zona 2 dengan juru bicara Ketua PW GP Ansor Jawa Timur Rudi Tri Wahid.

"Kami mengapresiasi kepemimpinan H Nusron Wahid yang sudah meletakkan pondasi berorganisasi baik dan luar biasa tepat,” katanya yang mewakili PW Yogyakarta Kalimanatan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat.

Sang Pencerah Muslim

Menurut dia, Ketum Nusron Wahid memiliki gagasan luar biasa, namun sering meremehkan yang bersifat teknis. “Rondwn acara kongres ini misalnya berubah-berubah, itu bersifat teknis,” ungkapnya.

Tapi menurut dia, secara umum visi misi kepengurusan 2010-2015 80 terlaksana. Sementara 20 persen yang kurang terlaksana dalam bidang ekonomi.

Zona 1 diwakili Ketua PW GP Ansor Lampung juga menerima LPJ dengan apresiasi pada bidang kaderisasi. “Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya karena kaderisasi berjalan dengn baik,” katanya yang mewakili PW seluruh Sumatera, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Doa, Humor Islam, Warta Sang Pencerah Muslim

PMII Padang: Demokrasi Harus Berakar Budaya dan Agama

Padang, Sang Pencerah Muslim. Sistem demokrasi yang dikembangkan di Indonesia seharusnya sistem demokrasi yang berakar dari agama dan budaya Indonesia sendiri. Demokrasi yang dirumuskan para pendiri Negara Republik Indonesia tahun 1945 silam adalah permusyawaratan perwakilan, bukan demokrasi pemilihan langsung yang salah satu penyebab bobroknya proses kepemimpinan nasional.

Hal itu terungkap pada Diskusi Publik yang diselenggarakan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kota Padang, Sabtu (24/5/2014) di hotel Daima, Padang seperti dilansir oleh sitinjaunews.com. 

PMII Padang: Demokrasi Harus Berakar Budaya dan Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Padang: Demokrasi Harus Berakar Budaya dan Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Padang: Demokrasi Harus Berakar Budaya dan Agama

Tampil sebagai narasumber A’wan PBNU Buya Tuanku Bagindo Muhammad Leter, Wakil Amir Majelis Mujahiddin Indonesia (MII) Jel Fathullah Al Anshori, Lc dan Wakil Ketua PW Gerakan Pemuda Ansor Sumatera Barat Rahmat Tunku Sulaiman.

Sang Pencerah Muslim

Diskusi Publik dibuka Ketua PKC PMII Minangkabau Habibullah, dihadiri Ketua PC PMII Padang Hasbullah Alqomar, Mabincab PMII Padang Firdaus. Diskusi Publik diikuti 100-an peserta berasal dari utusan organisasi kemahasiswaan diberbagai perguruan tinggi, OKP dan kader PMII Kota Padang.

Menurut M. Letter, sejak era reformasi demokrasi yang ditiru dan diterapkan di Indonesia demokrasi barat, liberal dan bebas. Seperti demokrasi tanpa batas. Bayangkan, Amerika Serikat saja, yang negaranya besar dan sudah maju hanya memiliki 2 partai. Tapi Indonesia memiliki 12 partai.

Sang Pencerah Muslim

“Sistem demokrasi sekarang yang diterap di Indonesia, dimana harga dan nilai seorang profesor dengan orang maling sama saja. Artinya, jika ada 10 orang yang akan memilih, ada 7 orang diantaranya maling, maka pemimpin yang dihasilkan adalah maling. Karena suara terbanyak itu pasti akan memilih orang maling. Jadi jangan heran kalau sekarang banyak pemimpin dan pejabat maling uang rakyat,” kata M. Letter yang juga Ketua Mubalig Sumbar ini.

Sistem demokrasi yang kini berkembang dengan pemilihan langsung juga mendorong biaya tinggi. Sehingga pemimpin yang terpilih cenderung “maling” untuk mengembalikan cost yang sudah dihabiskan dalam proses pemenangan pemilu, katanya.

Solusinya, kata M.Leter, harus dikembalikan pada demokrasi perwakilan. Dalam Islam demokrasi yang dikembangkan adalah permusyawaratan/perwakilan. “Sekarang yang terjadi bukan lagi era reformasi, melainkan era repot sekali,” kata M. Leter sambil guyonan disambut tawa hadirin.

Budaya sebagai salah akar budaya politik demokrasi di Indonesia kini sudah rusak. Mereka yang tampil wah, punya uang yang dibagi-bagikan ke masyarakat, dianggap pemimpin pilihan rakyat. Padahal tampilannya di publik hanya pencitraan, uang dibagi-bagikan, sekalipun hasil maling. Masyarakat tidak peduli apakah bermoral atau tidak, jika sudah membagi-bagikan “sesuatu” dianggap sudah layak jadi pilihan sebagai pemimpin, kata M.Leter.

Ketua PC PMII Padang Hasbullah Alqomar menyebutkan, diskusi publik ini diselenggarakan menyambut peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, 27 Rajab 1435 H. Sekaligus menyongsong pelaksanaan pemilihan presiden langsung pada Juli 2014 mendatang. 

“Kader PMII harus banyak kajian Islam dan Demokrasi Pancasila sebagai bagian dari kehidupan bernegara dan berbangsa,” kata Alqomar menambahkan.

Wakil Amir MMI Jel Fathullah menambahkan, tingginya tingkat golput (golongan putih) yang tidak menggunakan hak suaranya pada berbagai pemilihan umum yang dilaksanakan di Indonesia membuktikan bahwa semakin tidak percayanya masyarakat terhadap sistem demokrasi yang dikembangkan di Indonesia. 

“Untuk itu, sudah saatnya demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam harus dikembangkan. Tidak perlu takut dengan demokrasi Islam bagi non-Muslim, karena terbukti mereka yang hidup di negara yang menjalankan hukum Islam tidak pernah terzalimi. Tapi justru merasa nyaman dengan adanya ketentuan Islam di negaranya,” kata Jel.

Rahmat Tuanku Sulaiman mengakui, sistem pemilihan langsung belum tentu sesuai dengan negara-negara berkembangan. Boleh jadi di negara maju seperti Amerika Serikat atau Eropa, sistem pemilihan langsung cocok. “Hal itu disebabkan kesiapan mental, budaya dan tingkat pendidikan masyarakat sudah baik. Berbeda  negara berkembang masyarakatnya masih banyak miskin, tingkat pendidik rendah dan budaya politik yang belum mendukung,” kata Rahmat mantan Ketua PCNU Padangpariaman, Sumatera Barat ini. (Bagindo Armaidi/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nasional, Humor Islam, Tegal Sang Pencerah Muslim

Senin, 18 Desember 2017

KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda

Oleh: Munawir Aziz,

Kiai Raden Asad Syamsul Arifin lahir pada 1897 M/1315 H di Syiib Ali, Makkah dari pasangan Raden Ibrahim dan Siti Maemunah. Ketika Asad kecil lahir, oleh ayahnya, bayi mungil itu langsung dipeluk untuk dibawa menuju Kabah. Jarak sejauh 200 meter antara Syiib Ali dan Kabah tidak menjadi halangan untuk membawa bayi ini mendekat ke pusaran suci umat muslim. Raden Ibrahim kemudian membisikkan adzan dan memberi bayi itu nama Asad.

Ketika berusia 13 tahun, Asad kecil mondok di Banyuanyar di bawah asuhan Kiai Abdul Majid dan KH. Abdul Hamid. Pada usia 16 tahun, Asad dikirim ayahandanya mengaji ke Makkah, tanah suci di mana ia dilahirkan. Ia belajar di Madrasah Shaulatiyyah. Selain itu, ia juga berguru kepada Sayyid Abbas al-Maliki, Syekh Hasan al-Yamani, Syekh Hasan Masyath, Syekh Bakir dan Syekh Syarif asy-Syinqithi. Ketika belajar di Makkah, Asad bersama kawan-kawannya yang berasal dari Nusantara, di antaranya: KH. Zaini Munim, KH. Ahmad Thoha, KH. Baidhawi Banyuanyar Pameksaan, dan beberapa santri lainnya.

KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda (Sumber Gambar : Nu Online)
KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda (Sumber Gambar : Nu Online)

KH R. Asad Syamsul Arifin Mengawal Negara dari Tapal Kuda

Pada tahun 1924, setelah bertahun-tahun belajar di Makkah, Asad kembali ke kampung halaman. Ia merasa masih belum memiliki keilmuan yang cukup, meski keahlian ilmu agamanya sudah? tidak diragukan. Sebagaimana tradisi santri Nusantara, Asad kemudian meneruskan langkahnya untuk melakukan perjalanan ilmiah (rihlah ilmiyyah) sebagai santri petualang ilmu, dari pesantren satu ke pesantren lainnya. Kiai Asad mengaji tabarukkan di beberapa pesantren di tanah Jawa dan Madura, antara lain: Pesantren Sidogiri Pasuruan (asuhan KH. Nawawi), pesantren Siwalan Panji Buduran Sidoarjo (asuhan KH. Khazin), Pesantren an-Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura, Pesantren Kademangan Bangkalan (KH. Muhammad Cholil) dan Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Sang Pencerah Muslim

Pengalaman mengaji di Makkah dan beberapa pesantren di Jawa-Madura membuat karakter pribadi serta keilmuan Kiai Asad menjadi mendalam. Akan tetapi, Pesantren Tebu Ireng lah yang paling membentuk kepribadian Kiai Asad. Ketika menyebut Kiai Hasyim Asari (1875-1947) dan Pesantren Tebu Ireng, Kiai Asad menunjukkan tadzim yang sangat tinggi. Di bawah asuhan Hadratus Syaikh Hasyim Asyari, Kiai Asad menemukan karakter, wawasan, perspektif hingga semangat perjuangan untuk kemerdekaan. Di Tebu Ireng, Kiai Asad berkawan dengan? para santri pejuang, yang kelak menjadi garda depan Nahdlatul Ulama dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di antaranya, yakni KH. Wahab Chasbullah (1888-1971), KH. Bisri Syansuri (1886-1980), KH. Abbas Buntet (1879-1946), KH. Wahid Hasyim, dan beberapa kiai lainnya.

Mediator Pendirian NU

Sang Pencerah Muslim

Dalam proses pendirian Nahdlatul Ulama, peran Kiai Asad Syamsul Arifin sangat besar. Hal ini, karena beliaulah yang menjadi mediator antara Hadratus Syaikh Hasyim Asyari dan Syaichona Chalil Bangkalan. Pada masa menjelang berdirinya NU, Kiai Chalil Bangkalan mengutus Kiai Asad ke Tebu Ireng, untuk menemui Kiai Hasyim Asyari.

Pesan Syaichona Chalil kepada Kiai Hasyim Asyari berwujud perlambang-perlambang yang menggambarkan konteks dan filosofi di balik pentingnya kesatuan ulama. Kiai Asad diutus oleh Syaichona Chalil untuk menyampaikan sebuah tasbih dan ucapan surat Thaha (17-23), yang menceritakan mukjizat Nabi Musa dan tongkatnya—kepada Kiai Hasyim Asyari. Kemudian, peristiwa ini terulang kembali, ketika Syaichona Chalil mengirim Kiai Asad ke Tebu Ireng, untuk menyampaikan pesan berupa wirid "Ya Jabbar Ya Qahhar". Pesan simbolik berupa tasbih, surah Thaha dan wirid-wirid tersebut, mengandung maksud bahwa Syaichona Chalil merestui pendirian Nahdlatul Ulama dan Hadratus Syaikh Hasyim Asyari menjadi pemimpin spritual ulama Nusantara. Peran penting Kiai Asad, menjadikan beliau sering disebut sebagai mediator berdirinya Nahdlatul Ulama.

Kiai Asad juga mengomando Laskar Sabilillah dan Hizbullah. Sosok Kiai Asad sangat disegani oleh ketiga laskar di kawasan Tapal Kuda, yakni anggota Laskar Sabilillah, Hizbullah dan Pelopor. Kharisma Kiai Asad menjadikan para kiai yang tergabung dalam barisan Laskar Sabilillah mendengarkan seluruh nasihat, wejangan dan komando Kiai Asad.? Para santri dan pemuda yang tergabung dalam barisan Laskar Hizbullah juga setia pada strategi dan komando yang diberikan Kiai Asad. Bahkan, para bandit yang bergerak dalam Barisan Laskar Pelopor juga sendika dawuh (tunduk) dengan perintah Kiai Asad. Kombinasi ketiga laskar inilah yang menjadi senjata ampuh untuk melawan penjajah di kawasan Tapal Kuda.

Kiai Asad bersama Kiai Abdus Shomad (sepupunya, pemimpin Seinin dan Keibodan), pada zaman Jepang, pernah mendapat kursus militer di Jember. Teknik dasar militer inilah yang menjadi pondasi strategi Kiai Asad dan beberapa kiai lainnya, dalam menyusun rencana perjuangan militer yang dipadukan dengan kekuatan santri (Hasan, 2003: 82-84).

Berjuang Mengawal Negeri

Sosok Kiai Asad Syamsul Arifin menjadi inspirasi bagi santri masa kini. Beliau memiliki keilmuan, kemampuan dan visi perjuangan yang lengkap. Kiai Asad memiliki kedalaman ilmu agama yang tidak diragukan, mengusai ilmu militer dan bela diri, serta berhasil mengomando para bandit agar membantu perjuangan santri dalam mengawal kemerdekaan Indonesia.

Dalam catatan Syamsul A Hasan (2003), salah satu kecerdikan Kiai Asad adalah kemampuannya dalam mengorganisir bajingan-bajingan, brandal dan jawara yang sebagian besar berasal dari kawasan Tapal Kuda. Para bandit dan jawara dari Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Probolinggo, Jember, Lumajang dan Pasuruan dikumpulkan untuk diajak berjuang melawan penjajah Belanda. Barisan bandit ini, kemudian dihimpun sebagai dengan satu nama: "Pelopor". Barisan Pelopor ini, sering berpakaian serba hitam, mulai dari baju, celana, hingga tutup kepala. Mereka menggunakan senjata celurit, rotan dan keris. Uniknya, para jawara yang berada di barisan Pelopor ini, tunduk dan setia pada komando Kiai Asad Syamsul Arifin.

Kiai Asad memerintahkan para pejuang Pelopor bagian logistik untuk mengirim pejuang yang berada di hutan. Pasukan Pelopor, Sabilillah, Hizbullah, dan pasukan lain berjuang dengan strategi gerilya. Mereka masuk gunung dan keluar gunung, untuk menyerang pasukan Belanda, lalu mengamankan diri. Mereka menggunakan taktik: "serang dan lari"! Strategi ini dilakukan oleh para santri yang tergabung dalam pelbagai laskar, hingga Negara Republik Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda, pada Desember 1949.

Kiai Asad mengutus beberapa anggota pasukan Pelopor dan Sabilillah untuk mengambil senjata milik pasukan Belanda. Di kawasan Situbondo, tugas ini dikomando oleh Mawie dan Hamid, barisan Sabilillah. Menariknya, mereka merekrut para brandal yang siap berjuang untuk negara Indonesia. Pada malam hari, para brandal dan preman ini, mengambil senjata-senjata milik Belanda di beberapa Pabrik Gula (PG) kawasan Situbondo. Pada masa penjajahan, Pabrik Gula memegang peran vital sebagai lumbung ekonomi Belanda, hingga mendapat akses langsung ke birokrasi pusat. Di PG, para pekerja keamanan diberi fasilitas senjata. Setelah senjata terkumpul, kemudian dibagikan kepada anggota Pelopor, Sabilillah, Hizbullah, dan pejuang-pejuang lainnya.

Jaringan pejuang di kawasan Bondowoso dan Jember juga melakukan hal yang sama, merebut senjata dari pasukan Belanda. Para anggota Pelopor mengirim senjata ke markas pejuang Kiai Asad, dengan melewati hutan belantara. Strategi ini, agar misi ini tidak diketahui oleh pasukan Belanda. Setelah sampai di Sukorejo, senjata-senjata ini dikumpulkan, disimpan di bawah lumbung padi, dipendam di masjid, atau ditanam di kuburan (Hasan, 2003: 131-134).

Salah satu motivasi dan petuah penting Kiai Asad tentang perjuangan adalah bagaimana niat menjadi utama: "Perang itu harus niat menegakkan agama dan arebbuk negere (merebut negara), jangan hanya arebbuk negere! Kalau hanya arebbuk negere, hanya mengejar dunia, akhiratnya hilang! Niatlah menegakkan agama dan membela negara sehingga kalau kalian mati, akan mati syahid dan masuk surga!" (Rahman, 2015: 138).

Pemikiran, strategi dan teladan yang diwariskan oleh Kiai Asad Syamsul Arifin harus menjadi semangat bagi santri masa kini. Apa yang bisa dipetik dari kisah Kiai Asad? Bahwa santri harus tetap menjaga jalur pengetahuan (sanad) dengan para kiai, mendalami ilmu-ilmu agama yang menjadi benteng kokohnya Islam, merawat Nahdlatul Ulama, serta membela negeri ini kelompok yang ingin merusaknya. Semangat KH. Raden Asad Syamsul Arifin dapat menjadi pedoman bagi santri untuk menjaga negeri, mengawal kesatuan bangsa ini[].

Munawir Aziz adalah periset Islam Nusantara, Wakil Sekretaris LTN PBNU]

. Referensi:

Ahmad Sufiatur Rahman. KH. R. Asad Syamsul Arifin, Ksatria Kuda Putih Pejuang Negeri. Solo: Tinta Medina. 2015.

? Syamsul A Hasan. Kharisma Kiai Asad di Mata Umat. Yogyakarta: PP Salafiyyah Syafiyyah dan LKIS. 2003.? ?

M. Hasan Basri dan Chairul Anam. KH.R Asad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya. Sahabat Ilmu. 1994.

KH. Abdul Aziz Masyhuri. 99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan dan Doa. Yogyakarta: Kutub. 2008.

?Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Syariah, RMI NU, Humor Islam Sang Pencerah Muslim

Jumat, 15 Desember 2017

Pesantren Darul Falah Wakili Sumut Maju ke LSN 2016

Medan, Sang Pencerah Muslim - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) H Marwan Dasopang melepas duta Provinsi Sumatera Utara (Sumut) kesebelasan Pesantren Darul Arafah Raya FC. Mereka siap berlaga pada Seri Nasional Liga Santri Nasional (LSN) 2016 yang akan berlangsung di Yogyakarta pada 22-30 Oktober 2016.

Ia bersama Penanggung Jawab LSN Regional Sumatera III Ance Selian dan Koordinator Kali Ahmad Harahap melepas kesebelasan Darul Arafah Raya FC dari Bandara Kuala Namu Deli Serdang menuju Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (21/10) pagi.

Pesantren Darul Falah Wakili Sumut Maju ke LSN 2016 (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Darul Falah Wakili Sumut Maju ke LSN 2016 (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Darul Falah Wakili Sumut Maju ke LSN 2016

Ia berpesan kepada rombongan Ponpes Darul Arafah untuk mengharumkan nama Sumut di even LSN yang diikuti 32 tim dari berbagai provinsi di Indonesia itu. Ia yakin, sebagai juara Regional Sumatera III, Darul Arafah Raya bisa berprestasi di ajang yang digagas Menpora Imam Nahwari itu.

"Bertandinglah penuh semangat juang dan sportif untuk memenangkan setiap pertandingan. Tunjukkan santri Sumut bisa berbicara di level nasional LSN," ujar Anggota Komisi IX DPR asal daerah pemilihan (dapil) Sumut 2 ini.

Sang Pencerah Muslim

Sementara Ance Selian mengatakan, Pesantren Darul Arafah, Lau Bakeri Deli Serdang, menjadi utusan Sumut ke Seri Nasional LSN di Yogyakarta, setelah menjadi juara pada LSN Regional Sumatera III yang digelar akhir Agustus lalu. Darul Arafah sebagai juara zona I (Medan-Deli Serdang) berhasil mengalahkan Pesantren Musthafawiyah Purbabaru, juara zona II (Mandailing Natal).

Sang Pencerah Muslim

Di Seri Nasional LSN 2016, kata Ance, Darul Arafah sebagai duta Sumut akan bergabung di Grup B bersama Pesantren Nurul Khaerat Lil Muhibbien Balikpapan (Wakil Kalimantan I), Pesantren Al-Muhajirin Mojokerto (Jawa Timur III), dan Pesantren Kauman Lasem (Jawa Tengah II).

"Ada 32 tim berlaga pada Seri Nasional yang dibagi menjadi delapan grup. Masing-masing grup terdapat empat tim. Pemenang atau juara grup dan runner up akan masuk ke babak 16 besar," kata Ance seraya menambahkan Darul Arafah akan lolos dari babak penyisihan grup.

Sebelumnya, Gubsu HT Erry Nuradi telah melepas secara resmi rombongan Pesantren Darul Arafah ke Seri Nasional LSN 2016, pada acara peringatan Hari Santri Nasional yang digelar di Pesantren Darul Arafah, Lau Bakeri, Kecamatan Kutalimbaru, Deli Serdang, Rabu lalu. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Nusantara, Humor Islam, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Jumat, 17 November 2017

Wisuda Pesantren Miftahul Hikmah Berlangsung Meriah

Jembrana, Sang Pencerah Muslim. Suasana meriah mewarnai prosesi wisuda TPQ Pondok Pesantren Miftahul Hikmah, Cupel, Negara, Jembrana, Bali, Rabu (11/7) malam. Bersamaan dengan peringatan hari jadi pesantren ke-54, acara puncak ini dipadati aneka penampilan para santri.

Dengan iringan musik hadrah, puluhan santri usia tujuh tahunan berlenggak-lenggok di atas panggung melantunkan shalawat, qashidah, dan lagu-lagu khas komunitas Islam tradisional. Sorak-sorai ratusan pengunjung meningkat saat pengumuman pemenang lomba yang diselenggarakan empat hari sebelum acara puncak.

Wisuda Pesantren Miftahul Hikmah Berlangsung Meriah (Sumber Gambar : Nu Online)
Wisuda Pesantren Miftahul Hikmah Berlangsung Meriah (Sumber Gambar : Nu Online)

Wisuda Pesantren Miftahul Hikmah Berlangsung Meriah

Pesantren asuhan Mustasyar PCNU Jembrana KH Muhammad Yasin ini melombakan beragam ketrampilan, seperti lomba baca dan terjemah Kitab Melayu, Tartil Al-Qur’an, cerdas cermat, azan, praktik shalat, hafalan doa harian, dan menulis Arab. Perlombaan diikuti seluruh santri TPQ dan Madrasah Diniyah menurut ketentuan kelas dan materi lomba yang ada.

Sebelum prosesi wisuda dan pengajian umum dimulai, para santri juga menampilkan kebolehan lain menghafal Juz ‘Amma dan seni baca Al-Qur’an di atas panggung. Datuk Yasin, demikian sang pengasuh biasa dipanggil, mengungkapkan kegembiraannya atas prestasi para santri yang telah menyelesaikan pendidikan Al-Qur’an.

Sang Pencerah Muslim

Ia menyadari, pesantren rintisannya dalam berbagai segi tidak sebagaimana umumnya pesantren di Tanah Jawa. Populasi penganut Hindu yang mayoritas di Pulau Dewata cukup mempengaruhi jumlah santri dan tenaga pengajar yang dibutuhkan. 

Namun demikian, dengan modal kekuatan yang ada, pesantren di pesisir selatan ini terus berusaha menerapkan kurikulum kitab kuning yang sulit didapatkan di lembaga pendidikan Bali.

Sang Pencerah Muslim

“Pesantren ini tujuannya menciptakan bibit unggul yang dapat dikembangkan lagi di luar secara maksimal. Di daerah ini susah mendapatkan pendidikan ala pesantren,” katanya kepada Sang Pencerah Muslim

Penulis : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Humor Islam, Tokoh, Daerah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 10 November 2017

Menteri PDT Ajak Santri berperan Entaskan Kemiskinan

Kediri, Sang Pencerah Muslim. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini mengajak para santri untuk berperan serta dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Nantinya, kontribusi para santri terhadap pengentasan kemiskinan ini akan diimplementasikan lewat program santri mengabdi.



Menteri PDT Ajak Santri berperan Entaskan Kemiskinan (Sumber Gambar : Nu Online)
Menteri PDT Ajak Santri berperan Entaskan Kemiskinan (Sumber Gambar : Nu Online)

Menteri PDT Ajak Santri berperan Entaskan Kemiskinan

"Tentu para santri sudah paham bahwa kemiskinan itu lebih dekat kepada kekufuran. Karena itu, saya mengajak para santri turut dalam upaya pengantasan kemiskinan di Indonesia," tegas Helmy saat menghadiri peringatan satu abad Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Ahad, (24/1).

Helmy menjelaskan, dalam program santri mengabdi itu, pihaknya akan bekerjasama dengan pesantren untuk mengirimkan santrinya di daerah-daerah tertinggal. "Santri yang akan lulus dari pesantren diminta untuk magang dan mengabdi kepada masyarakat dengan menjadi pendamping pemberdayaan ekonomi," tandasnya.

Sang Pencerah Muslim

Helmy menambahkan, selama ini program magang santri Lirboyo sudah ada setiap tahunnya, namun lingkupnya masih di sekitar pesantren di Kediri. Dengan kerjasama yang dibangun Kementerian PDT dan Depnakertrans dengan Pesantren Lirboyo, nantinya santri-santri Lirboyo ini akan dikirim ke daerah-daerah tertinggal yang tersebar di seluruh nusantara.

"Jadi santri di zaman modern ini harus multifungsi, selain bisa berdakwah juga harus menjadi penggerak ekonomi mikro masyarakat," ujarnya.

Sang Pencerah Muslim

Para ulama pada zaman dulu, kata Helmy, sudah berjuang keras untuk memperkuat perkeonomian masyarakat. Terbukti dengan berdirinya Nahdlatut Tujjar (kebangkitan pedagang), yang menjadi cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU).

"Ini tugas para santri untuk meneruskan cita-cita ulama dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia," tukasnya.

Helmy memandang pentingya urgensi dakwah para santri di daerah tertinggal. Sebab, selain penguatan keagamaan di daerah tertinggal, santri juga bisa memberikan pendampingan dalam berbagai masalah yang dihadapi  masyarakat tertinggal.

"Santri harus keluar dari sarang dan berperan aktif untuk pembangunan bangsa di masa depan," pungkasnya.

Sementara itu, Pengasuh Pesantren Lirboyo KH Idris Marzuki menyatakan, Pesantren Lirboyo yang sudah berusia satu abad sudah banyak pengalaman yang dialaminya. Namun, Pesantren Lirboyo masih mampu menjadi penjaga dalam moralitas bangsa.

"Alhamdulillah selama itu Lirboyo tidak pernah surut dalam upaya membangun bangsa," katanya.

Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Syura PKB, yang juga Ketua Alumni Lirboyo KH Aziz Mansyur, Rektor Al-Ahqaf University of Yaman,Prof Abdullah Muhammad Baharun, KH Imam Yahya Mahrus dan KH Kafabihi Mahrus. (mad)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Humor Islam Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock