Tampilkan postingan dengan label Kajian Sunnah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian Sunnah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Januari 2018

Dakwah Nusantara: Inspirasi Peradaban Dunia

Oleh Adi Candra Wirinata



Agama merupakan pedoman hidup yang dianut seluruh manusia di muka bumi. Para ahli perbandingan agama mengenalkan pengetahuannya bahwa ada agama dakwah dan agama non-dakwah. Penentuan ini berdasarkan ada tidaknya tuntutan penyebaran ajaran dalam doktrinnya. Agama dakwah ialah agama yang memiliki kepentingan suci untuk menyebarkan kebenaran dan menyadarkan orang kafir sebagaimana yang dicontohkan sendiri oleh penggagas agama itu dan diteruskan oleh para penggantinya (Arnold, 1970: 25).

Islam adalah agama dakwah, karena di dalam kitab sucinya sering diungkapkan dan telah dibuktikan oleh jejak pembawanya, Rasulullah SAW. Sebagai kebenaran, Islam harus tersebar luas dan penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab umat Islam secara keseluruhan. Dakwah Islam bukan sebuah propaganda (Ismail, 2011: 12), baik dalam cara, niat, dan tujuannya. Sekalipun mewajibkan umatnya menyiarkan agama, namun Islam tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Islam adalah kebenaran, maka sebuah penistaan jika disampaikan dengan kelicikan.

Dakwah Nusantara: Inspirasi Peradaban Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)
Dakwah Nusantara: Inspirasi Peradaban Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)

Dakwah Nusantara: Inspirasi Peradaban Dunia

Dakwah merupakan segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara bijaksana agar memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan. Islam harus disampaikan secara terbuka, bebas, dan jujur. Maksud kata terbuka dalam berdakwah, cenderung kepada sikap rendah hati, mengakui keterbatasan, dan menerima kritikan dan perbaikan dari luar. Dakwah harus disampaikan secara jujur, tanpa adanya unsur kebohongan, apalagi manipulasi. Juga disampaikan secara bebas, tanpa adanya paksaan. Karena hakikatnya mengislamkan adalah tugas Tuhan (memberi hidayah), manusia hanya diperintah untuk mengingatkan. Jika dipandang lebih manusiawi, pada prinsipnya kebenaran itu sangat jelas dan jiwa manusia sendiri condong kepada kebenaran. Oleh karena itu, dakwah kebenaran harus dilandaskan kepada keyakinan, bahwa kebenaran ini hanya dapat diterima manusia dalam keadaan bebas tanggung jawab.

Dakwah Nusantara: Berbudaya

Perkembangan Islam di Nusantara, khususnya di Jawa, tidak begitu saja menggantikan kebudayaan yang telah ada. Sebagaimana yang telah tercatat dalam sejarah, bahwa Nusantara kaya akan budaya. Oleh karena itu tidak bisa dipertentangkan antara budaya dan agama. Dakwah Islam di Nusantara pertama kali lebih mementingkan keamanan dan kenyamanan rakyat daripada langsung menyebarkan agama. Karena langsung menyebarkan agama tanpa memperhatikan budaya (kemanusiaan) adalah kecerobohan. Dalam sejarah dakwah di Nusantara yang harus didahulukan adalah memenuhi kebutuhan dasar manusia daripada langsung mengajarkan apa itu Islam.

Sang Pencerah Muslim

Sebenarnya sejak abad ke-7 M, masyarakat Nusantara telah dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu dari India. Namun bagi masyarakat yang telah memiliki hubungan sangat erat dengan budaya mereka, perubahan keyakinan Animisme ke Hindu tidak terlalu banyak membawa perubahan yang berarti. Kepercayaan Animisme tetap kekal meskipun secara formal mereka telah beragama lain. Nusantara sejak abad ke-13 diwarnai oleh konsep Hindu atau sebelumnya telah dipenuhi konsep dewa-raja. Konsep dewa-raja meyakinkan masyarakat bahwa raja adalah orang istimewa dan memiliki unsur-unsur keistimewaan serta kemuliaan tertentu yang terpilih. Manusia terpilih harus diterima sebagai raja dan berhak serta layak menduduki tempat tertinggi dalam masyarakat. Kelayakan menduduki tempat tertinggi ini dilegitimisasi oleh kepercayaan bahwa raja adalah penjelmaan dari dewa yang dalam agama Hindu setaraf dengan Tuhan (Maharsi, 2011: 227).

Kehadiran agama Islam dalam kehidupan masyarakat Nusantara sama sekali tidak menghapus yang berkaitan dengan konsep dewa-raja. Bahkan dalam beberapa segi, Islam terlihat menguatkan lagi pengesahan kedudukan raja itu dengan sedikit perubahan. Raja-raja tidak lagi berasal dari para dewa tetapi merupakan khalifah atau wakil Allah di dunia. Mereka memiliki gelar sebagai bayangan Allah dan berperan memberi perlindungan kepada masyarakat. Raja tetap merupakan orang terpilih karena memiliki sifat-sifat yang lebih daripada manusia biasa. Di samping itu ia memiliki kuasa-kuasa yang khusus dianugerahkan Allah kepadanya. Keyakinan yang muncul melalui agama Hindu tentang kedudukan raja di masyarakat, diperkukuh lagi dengan diperkenalkannya istilah sultan.

Sang Pencerah Muslim

Hal ini menandakan bahwa Islam Nusantara telah berhasil menginterpretasikan istilah Islam rahmatan lil alamin dengan sempurna. Islam yang berguna tidak hanya kepada penganutnya, melainkan bagi seluruh ciptaan. Menyebarkan agama bukan berarti menjajah tradisi yang telah ada sebelumnya, melainkan mengingatkan bahwa ada agama yang benar. Islam yang diciptakan sebagai bekal kehidupan manusia inilah yang dimaksud dengan Islam rahmatan lilalamin atau agama yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Karena konsep kemanusiaan yang tidak memandang secara parsial harkat dan martabat umat manusia, baik secara individu maupun kelompok.

Memahami Sejarah

Sebagian besar umat Islam di belahan dunia memahami dengan baik bahwa Islam adalah agama yang membawa perdamaian. Penerimaan Islam di seluruh wilayah Nusantara terkesan damai karena disebarkan malalui cara-cara yang sangat adaptif, antara lain dengan mengadopsi dan mempertahankan adat-istiadat penduduk setempat, menguasai bahasa masyarakat setempat dan membebaskan budak-budak belian (Arsyad, 2006: 107). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika agama Islam pada umumnya menembus wilayah pedalaman dengan cara-cara damai.

Secara lahir, perjalanan dakwah yang telah tercatat dalam sejarah tentunya sangat tidak relevan dengan kondisi sekarang, namun yang harus dihidupkan kembali dalam peradaban modern ini adalah nilai-nilai dakwahnya, yang lebih mengedepankan pembangunan dan keterbukaan daripada pemaksaan, apalagi kekerasan. Untuk zaman modern ini, para pendakwah –di Indonesia- yang lebih mengedapankan memberi pemahaman tentang keimanan walau harus dengan ujung pedang dan cenderung mengabaikan keamanan adalah pendakwah yang buta akan sejarah. Bagi manusia, keamanan adalah segalanya.

Penulis adalah mahasiswa Program Studi Aqidah dan filsafat Fakultas Ushuluddin dan pemikiran islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sebagian besar umat Islam di belahan dunia memahami dengan baik bahwa Islam adalah agama yang membawa perdamaian. Penerimaan Islam di seluruh wilayah Nusantara terkesan damai karena disebarkan malalui cara-cara yang sangat adaptif, antara lain dengan mengadopsi dan mempertahankan adat-istiadat penduduk setempat, menguasai bahasa masyarakat setempat dan membebaskan budak-budak belian (Arsyad, 2006: 107). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika agama Islam pada umumnya menembus wilayah pedalaman dengan cara-cara damai.

Secara lahir, perjalanan dakwah yang telah tercatat dalam sejarah tentunya sangat tidak relevan dengan kondisi sekarang, namun yang harus dihidupkan kembali dalam peradaban modern ini adalah nilai-nilai dakwahnya, yang lebih mengedepankan pembangunan dan keterbukaan daripada pemaksaan, apalagi kekerasan. Untuk zaman modern ini, para pendakwah –di Indonesia- yang lebih mengedapankan memberi pemahaman tentang keimanan walau harus dengan ujung pedang dan cenderung mengabaikan keamanan adalah pendakwah yang buta akan sejarah. Bagi manusia, keamanan adalah segalanya.

Penulis adalah mahasiswa Program Studi Aqidah dan filsafat Fakultas Ushuluddin dan pemikiran islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Sunnah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 24 Desember 2017

Para Kiai NU Angkat Bicara Soal BPJS Kesehatan

Yogyakarta, Sang Pencerah Muslim. Panitia muktamar NU mengajak para kiai untuk membuat usulan jawaban atas soal asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Putusan forum ini akan melengkapi bahan panitia dalam membuat draf bahtsul masail diniyah untuk muktamar NU Agustus mendatang.

Kegiatan pada Sabtu hingga Ahad dini hari (28-29/3) di pesantren Krapyak, Yogyakarta ini, menghadirkan Kepala Grup MKPR BPJS Kesehatan dr Andi Afdal Abdullah. Sebelum bahtsul masail berlangsung pada Sabtu malam, para kiai menghujani pertanyaan kepada dr Andi untuk mendapatkan keterangan seputar BPJS Kesehatan.

Para Kiai NU Angkat Bicara Soal BPJS Kesehatan (Sumber Gambar : Nu Online)
Para Kiai NU Angkat Bicara Soal BPJS Kesehatan (Sumber Gambar : Nu Online)

Para Kiai NU Angkat Bicara Soal BPJS Kesehatan

Salah seorang peserta bahtsul masail pra muktamar NU KH Aniq Muhammadun menyatakan, orang kaya wajib secara syari untuk membantu orang miskin. Menurutnya, kita tidak bisa menutup mata bahwa BPJS memberikan kemaslahatan positif.

Sang Pencerah Muslim

Orang miskin di Kudus dan di Pati, kata Kiai Aniq, kini sudah percaya diri untuk berobat ke RS bahkan untuk dirawat dengan bekal kartu BPJS. Padahal sebelumnya mereka tidak bisa melakukan itu. Asuransi BPJS Kesehatan menunjukkan banyak positifnya ketika orang-orang miskin bisa berobat.

“Jadi sebenarnya tanpa peraturan pemerintah pun, merupakan huququl wajibah ala mayasir al-muslimin untuk iuran sesuai dengan kelas yang ditentukan. Jadi asuransi BPJS tidak sebentuk aqad, namun lebih merupakan kewajiban orang kaya,” kata Kiai Aniq.

Sang Pencerah Muslim

KH Azizi dari Blitar mengusulkan agar ada pengawasan cukup perihal dana BPJS. Karena menurutnya, pintu peluang untuk korupsi atas dana asuransi BPJS Kesehatan tetap terbuka.

Sementara Ketua LBM PWNU Yogyakarta KH Muzammil sepakat pada pendapat Kiai Aniq untuk mendukung program BPJS. Program ini, kata Muzammil, memiliki sejarah panjang. Program nasional ini awalnya lahir dari tuntutan masyarakat agar pemerintah memberikan layanan kesehatan gratis. Pemerintah lalu memutar otak untuk menjawab itu.

“BPJS sudah jalan. Pemerintah tidak mungkin menghapus BPJS. Yang bisa NU lakukan ialah menelaah mana sisi mashlahat dan mudharat. Sehingga di sini kita memosisikan pemerintah sebagai administrator dan fasilitator bagaimana orang kaya bisa membantu mereka yang membutuhkan,” kata Kiai Muzammil.

Sedangkan pemimpin sidang bahtsul masail pra muktamar NU KH Syafruddin Syarif dari Probolinggo mengatakan bahwa perdebatan mengenai ini akan dilanjutkan pada sidang muktamar nanti. “Jawaban di sini hanya bersifat usulan untuk dibawa ke muktamar. Hukum mengikuti BPJS wajib bagi aghniya (orang mampu). Sementara kewajiban orang miskin dibebankan kepada negara,” kata Kiai Syafruddin menutup sidang.

Pada forum bahtsul masail pra muktamar NU di Yogyakarta, mereka mencoba menjawab sejumlah pertanyaan mulai dari konsep asuransi BPJS Kesehatan dalam kitab kuning, kandungan riba pada program nasional ini, kebolehan negara mewajibkan keikutsertaan rakyat pada program BPJS, hingga hukum mengikuti program BJPS. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kyai, Bahtsul Masail, Kajian Sunnah Sang Pencerah Muslim

Jumat, 22 Desember 2017

Rakernas, Ormas-ormas Islam Perkuat Organisasi

Cimahi, Sang Pencerah Muslim - Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional Pertama yang diselenggarakan di Kampus II Cipageran, Cimahi Utara, Jawa Barat. Rakernas berlangsung selama dua hari, Senin dan Selasa tanggal 15 dan 16 Mei.

Ketua Umum LPOI KH Said Aqil Siroj mengatakan, di dalam Rakernas tersebut ada beberapa agenda yang akan didiskusikan seperti merancang beberapa program kerja, penguatan organisasi, dan mengembangkan kemandirian organisasi.

Rakernas, Ormas-ormas Islam Perkuat Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Rakernas, Ormas-ormas Islam Perkuat Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Rakernas, Ormas-ormas Islam Perkuat Organisasi

“Ada beberapa yang kita rapatkan antara lain program ke depan, organisasi diperkuat, dan yang paling penting lagi pendanaan,” kata Kiai Said usai membuka acara di Cimahi, Senin (15/5).

Kiai yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PBNU itu menambahkan, warga ormas yang terutama berada di bawah yang tergabung dalam LPOI belum masuk menjadi warga LPOI secara langsung. “Ini masih di tataran atas, belum ke bawah. Warganya (ormas yang tergabung LPOI) belum menjadi warganya LPOI,” ucapnya.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Kiai Said mengungkapkan, selama ini LPOI sudah melaksanakan beberapa agenda dan kontribusinya untuk Indonesia seperti demo antinarkoba, pelatihan bela negara, anti radikalisme dan separatisme.

“Banyak, seperti jihad antinarkoba, berlayar bela negara,” ungkapnya.

Menurut dia, ada dua hal yang diperjuangkan LPOI, yaitu agama Islam yang rahmatan lil alamin dan nasionalisme. “Ada dua prinsip yang kita perjuangkan, agama yang membawa rahmat dan yang kedua nasionalisme,” tutup Kiai Said.

Ada empat belas anggota LPOI, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Syarikat Islam Indonesia (SII), Persatuan Islam (PERSIS), Al Irsyad Al Islamiyyah, Mathlaul Anwar, Al-Ittihadiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Ikatan DAI Indonesia (IKADI), Azzikra, Al-Washliyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Persatuan Umat Islam (PUI), Himpunan Bina Mualaf.

Turut hadir dalam acara tersebut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan pimpinan-pimpinan ormas yang tergabung dalam LPOI. (Muchlishon Rochmat/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Sunnah Sang Pencerah Muslim

Minggu, 10 Desember 2017

Rombongan Kunjungan Raja Saudi, 1.500 Orang, 10 Menteri, dan 25 Pangeran

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia akan membawa rombongan sekitar 1.500 orang dalam rangka kunjungan ke Indonesia pada 1-9 Maret 2017 mendatang.

Rombongan Kunjungan Raja Saudi, 1.500 Orang, 10 Menteri, dan 25 Pangeran (Sumber Gambar : Nu Online)
Rombongan Kunjungan Raja Saudi, 1.500 Orang, 10 Menteri, dan 25 Pangeran (Sumber Gambar : Nu Online)

Rombongan Kunjungan Raja Saudi, 1.500 Orang, 10 Menteri, dan 25 Pangeran

"Kunjungan ini membawa rombongan terbesar kurang lebih 1.500 orang, 10 menteri, 25 pangeran," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung dalam konferensi pers usai rapat terbatas di kantor Presiden Jakarta, Selasa.

Dia juga mengatakan bahwa kunjungan ini juga sangat bersejarah bagi Indonesia karena kunjungan Raja Arab Saudi terakhir pada 1970 atau 47 tahun lalu.?

Pramono juga mengatakan bahwa kunjungan kenegaraan Raja Saudi ke Indonesia cukup lama pada 1-9 Maret 2017, dimana untuk kunjungan kenegaraan pada 1-3 Maret dan pada 4-9 Maret akan beristirahat di Bali.

Sang Pencerah Muslim

Seskab juga mengungkapkan bahwa ini pertama kali Presiden Joko Widodo akan menjemput langsung ke Bandara karena saat berkunjung ke Saudi, Raja Salman menjemput di pintu pesawat kepresidenan.

Pramono mengungkapkan bahwa Presiden akan menerima Raja Salman dan rombongannya di Istana Bogor dan akan menganugerahkan bintang kehormatan tertinggi.

"Karena ketika Presiden berkunjung ke Arab Saudi juga mendapatkan kehormatan tertinggi dari Raja Saudi," jelasnya.

Pramono mengatakan kunjungan Raja Salman ke Indonesia ini akan membahas kerjasama, lima yang telah disepakati adalah promosi bidang seni dan warisan budaya, pertukaran ahli termasuk kesehatan haji dan umrah, promosi Islam modern melalui dakwah dan pertukaran ulama, peningkatan frekuensi penerbangan dari Indonesia ke Saudi serta pemberatasan kejahatan lintas batas.

Sang Pencerah Muslim

Dalam kunjungan ini juga membahas kerjasama ekonomi diantaranya tentang kerjasama Aramco Saudi dengan Pertamina yang membangun kilang minyak Cilacap dengan nilai investasi sekitar 6 miliar dolar AS.

Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir menambahkan bahwa kunjungan Raja Salman ini menjadikan Saudi untuk mempromosikan dialog negara Muslim lainnya.

"Ini juga terkait dengan realisasi penambahan kuota haji yang mjd prioritas pembahasan, perlindungan WNI baik yang bermukim maupun dalam rangka haji dan umrah," katanya.

Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan berbicara investasi dengan Arab Saudi yang memiliki modal besar harus menawarkan proyek yang besar.

"Negara-negara Timur Tengah ini terbiasa dengan investasi di negara Barat. Mereka terbiasa dengan format investasi kelas tinggi," kata Lembong.

Dia mengungkapkan bahwa Arab Saudi sudah terbiasa dengan menginvestasikan dengan jumlah besar untuk proyek besar negara Barat, untuk itu perlu persiapan investasi sesuai format dan jumlah yang diperlukan investasi di Indonesia. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Sunnah, Pahlawan Sang Pencerah Muslim

Kamis, 07 Desember 2017

Kampanye SARA Rusak Kerukunan Masyarakat

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kampanye politik menjelang pemilihan umum presiden pada Juli mendatang tak hanya diisi dengan narsisme capres-cawapres yang maju, tapi juga diwarnai upaya menjatuhkan pasangan saingan lewat isu sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan, isu SARA mencuat karena ada pihak yang tak percaya diri dengan pasangan yang diusung. Menurutnya, isu SARA sangat sensitif di masyarakat dan bisa memicu konflik horizontal yang selama ini telah lama hidup rukun dan damai. Apalagi rata-rata pendidikan masyarakat Indonesia masih cukup rendah.

Kampanye SARA Rusak Kerukunan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)
Kampanye SARA Rusak Kerukunan Masyarakat (Sumber Gambar : Nu Online)

Kampanye SARA Rusak Kerukunan Masyarakat

"Jangan menghalalkan segala cara untuk menang," terang Khofifah, Rabu (11/6), di Jakarta.

Sang Pencerah Muslim

Mantan menteri pemberdayaan perempuan dan kepala BKKBN era Gus Dur ini menambahkan, segenap tokoh Indonesia yang moderat telah berusaha agar bangsa Indonesia yang berbeda bisa hidup berdampingan. "Karena itu, jangan hanya karena pilpres tatanan masyarakat yang baik itu menjadi rusak," tandasnya.

Sang Pencerah Muslim

Khofifah mengajak semua yang turut dalam kontestasi pilpres untuk menghindari cara-cara distruktif yang bisa merusak demokrasi itu sendiri. Apalagi kedua pasangan telah berjanji akan bertarung dengan adil.

"Siap menang dan siap kalah itu berarti harus siap bersaing secara fair. Tidak membuat suasana politik dengan isu SARA dan menghindari kecurangan pemilu," papar mantan ketua umum korps PMII putri (Kopri) ini. (Ahmad Millah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Sunnah, Makam, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 09 November 2017

Ini Keutamaan Orang Pemberi Maaf

Sejarah menunjukkan penerimaan masyarakat terhadap Islam bukan karena paksaan ataupun perperangan. Kebanyakan orang simpati dan tertarik dengan Islam dikarenakan keelokan laku pendakwahnya. Perihal ini sejak dulu sudah dicontohkan Nabi Muhammad SAW; beliau dikenal sebagai orang yang paling baik akhlak dan perangainya.



Sebab kebaikannya itu, Nabi SAW tidak hanya disegani oleh kawan, tetapi lawan pun pada saat itu menghormati dan menyanjung etika beliau. Tak jarang orang yang membencinya beralih menghormati dan menjadi pengikut setianya. Ini menunjukkan betapa mulianya akhlak Nabi Muhammad SAW. Kebencian tidak pernah ia balas dengan amarah dan dendam. Malah beliau menyambut murka orang kafir Quraisy dengan kasih sayang dan penuh maaf.

Ini Keutamaan Orang Pemberi Maaf (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Keutamaan Orang Pemberi Maaf (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Keutamaan Orang Pemberi Maaf

Aisyah RA pernah ditanya terkait watak pribadi Rasulullah, ia pun menjelaskan:

Sang Pencerah Muslim



? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?



Artinya, “Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan,” (HR Ibnu Hibban).

Sang Pencerah Muslim



Di antara sifat Rasulullah SAW ialah suka memberi maaf. Beliau acapkali memaafkan orang yang membenci dan menyakiti perasaannya. Memaafkan kesalahan orang bukanlah perkara mudah. Pada saat itulah keimanan seorang diuji. Apakah ia akan memperturutkan egonya atau mengalahkan amarahnya dengan memberi maaf. Allah SWT berfirman:



? ? ? ? ? ?



Artinya, “Barangsiapa yang memaafkan dan mendamaikan maka pahalanya dari Allah SWT” (QS: Asy-Syura: 40.



Sementara dalam hadits disebutkan:



? ? ? ? ? ? ?

Artinya, "Tidaklah Allah SWT menambahkan sesuatu kepada orang yang memaafkan kecuali kemuliaan,” (Al-Muwatta’ karya Imam Malik).



Memberi maaf bukan berati pengecut, sebab Allah SWT memuliakan orang yang bersedia memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan Allah sudah menyiapkan segudang pahala untuk orang tersebut. Pastinya, tidak ada kerugiaan bila kita berbuat baik. Memang pada saat memberi maaf, amarah kita tidak terlampiaskan. Tetapi sesungguhnya pada saat itulah keislaman kita tampak. Andaikan Nabi SAW seorang pemarah dan pendendam, mungkin pemeluk agama Islam tidak sebanyak sekarang ini.



Dengan memberi maaf, paling tidak kita sudah mencoba untuk mengikuti perilaku Nabi SAW. Mengikuti etika dan kesopanan yang beliau ajarkan tentu lebih utama ketimbang mengikuti model pakaian Nabi saja. Saking sopan dan lembutnya Nabi SAW, sahabat Al-Bara bin ‘Azib, seperti dikutip dari Syamailul Muhammadiyah, menggambarkan wajah Rasulullah SAW laiknya bulan, bukan seperti pedang. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

? ? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ulama, Kajian Sunnah, Tokoh Sang Pencerah Muslim

Kamis, 02 November 2017

Hukum Kewajiban Puasa untuk Para Pekerja Berat

Assalamu alaikum wr. wb.

Yang terhormat redaksi bahtsul masail Sang Pencerah Muslim. Saya punya tetangga bekerja sebagai pekerja kasar di pasar. Setiap hari ia mengangkut barang dengan gerobak. Setiap kali bulan Ramadhan tiba ia selalu dalam posisi sulit. Kalau berpuasa, ia tak bisa beraktivitas dan tidak mendapat penghasilan. Kalau tidak berpuasa, ia merasa beban karena melanggar perintah agama. Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu alaikum wr. wb. (Abdul Majid, Surabaya).

Jawaban

Hukum Kewajiban Puasa untuk Para Pekerja Berat (Sumber Gambar : Nu Online)
Hukum Kewajiban Puasa untuk Para Pekerja Berat (Sumber Gambar : Nu Online)

Hukum Kewajiban Puasa untuk Para Pekerja Berat

Assalamu alaikum wr. wb.

Penanya dan pembaca yang budiman di mana pun berada, semoga Allah menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Puasa memang wajib. Tetapi mencari nafkah juga wajib. Dan memang kewajiban puasa itu tidak bermaksud menghalangi manusia untuk mencari nafkah. Tetapi adakalanya aktivitas mencari nafkah ini memerlukan tenaga besar dan kondisi fisik yang sip, karenanya untuk sejumlah orang pada profesi tertentu puasa mengurangi tenaga yang diperlukan.

Sang Pencerah Muslim

Di samping pekerja berat, ada juga mereka yang sakit dengan pelbagai kondisinya saat Ramadhan tiba. Ada di antara mereka yang sehat dan segar bugar, juga muda. Ada lagi yang sudah renta, ada yang terbaring sakit, ada lagi yang dalam perjalanan, juga mereka yang pekerjaannya membutuhkan tenaga ekstra.

Perihal orang yang kesehariannya bekerja agak berat, Syekh Said Muhammad Ba’asyin dalam Busyrol Karim mengatakan,

Sang Pencerah Muslim

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Artinya, “Ketika memasuki Ramadhan, pekerja berat seperti buruh tani yang membantu penggarap saat panen dan pekerja berat lainnya, wajib memasang niat puasa di malam hari. Kalau kemudian di siang hari menemukan kesulitan dalam puasanya, ia boleh berbuka. Tetapi kalau ia merasa kuat, maka ia boleh tidak membatalkannya.

Tiada perbedaan antara buruh, orang kaya, atau sekadar pekerja berat yang bersifat relawan. Jika mereka menemukan orang lain untuk menggantikan posisinya bekerja, lalu pekerjaan itu bisa dilakukannya pada malam hari, itu baik seperti dikatakan Syekh Syarqawi. Mereka boleh membatalkan puasa ketika pertama mereka tidak mungkin melakukan aktivitas pekerjaannya pada malam hari, kedua ketika pendapatannya untuk memenuhi kebutuhannya atau pendapatan bos yang mendanainya berbuka, terhenti.

Mereka ini bahkan diharuskan untuk membatalkan puasanya ketika di tengah puasa menemukan kesulitan tetapi tentu didasarkan pada dharurat. Namun bagi mereka yang memenuhi ketentuan untuk membatalkan puasa, tetapi melanjutkan puasanya, maka puasanya tetap sah karena keharamannya terletak di luar masalah itu. Tetapi kalau hanya sekadar sedikit pusing atau sakit ringan yang tidak mengkhawatirkan, maka tidak ada pengaruhnya dalam hukum ini,” (Lihat Syekh M Said Ba’asyin, Busyrol Karim, Darul Fikr, Beirut).

Perihal status wajib puasa bagi pekerja, kita juga mendapat keterangan lain dari Syeh M Nawawi Al-Bantani. Tetapi sebelum membahas pekerja, kita perlu membahas terlebih dahulu status wajib puasa orang sakit. Karena kondisi pekerja berat akan diukur dari keadaan orang sakit sejauhmana tingkat kesulitan yang dialami keduanya.

Keterangan ini bisa kita dapatkan dari Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam karyanya Nihayatuz Zain fi Irsyadin Mubtadi’in sebagai berikut.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Ulama membagi tiga keadaan orang sakit. Pertama, kalau misalanya penyakit diprediksi kritis yang membolehkannya tayammum, maka penderita makruh untuk berpuasa. Ia diperbolehkan tidak berpuasa. Kedua, jika penyakit kritis itu benar-benar terjadi, atau kuat diduga kritis, atau kondisi kritisnya dapat menyebabkannya kehilangan nyawa atau menyebabkan disfungsi salah satu organ tubuhnya, maka penderita haram berpuasa. Ia wajib membatalkan puasanya. Ketiga, kalau sakit ringan yang sekiranya tidak sampai keadaan kritis yang membolehkannya tayammum, penderita haram membatalkan puasanya dan tentu wajib berpuasa sejauh ia tidak khawatir penyakitnya bertambah parah. Sama status hukumnya dengan penderita sakit adalah buruh tani, petani tambak garam, buruh kasar, dan orang-orang dengan profesi seperti mereka,” (Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zein fi Irsyadil Mubtai’in, Al-Ma’arif, Bandung, Tanpa Tahun, Halaman 189).

Dengan kata lain, bagaimanapun wajibnya mencari nafkah, kewajiban puasa Ramadhan perlu dihargai. Dalam artian, kita tetap memasang niat puasa di malam hari. Kalau memang di siang hari puasa terasa berat, kita yang berprofesi sebagai pekerja berat dibolehkan membatalkannya dan menggantinya di luar bulan puasa.

Uraian ulama tersebut menunjukkan betapa mulianya ibadah puasa Ramadhan kendati mereka yang udzur tetap mendapat keringanan untuk berbuka puasa. Semoga jawaban ini bisa dipahami dengan baik. Kami selalu membuka kritik, saran, dan masukan.

Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariq

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.


(Alhafiz Kurniawan)Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Kajian Sunnah Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock