Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Senin, 22 Agustus 2011

Ada Benih Diskriminatif dalam PMBP

Jakarta, NU.Online
Perubahan? pengelolaan perguruan tinggi negeri (PTN) dari pola birokrasi menuju paradigma profesional masih menyisakan sejumlah kontroversial dimasyarakat.? Hal ini terlihat dari pola penerimaan mahasiswa dengan 2 pola seleksi? yaitu, Penelurusan Minat Bakat dan Potensi (PMBP) dan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) yang sebelumnya satu jalur lewat UMPTN.

Dibeberapa perguruan tinggi negeri yang menggunakan pola BHMN (Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor) menuai kritik karena dengan pola baru tersebut dianggap mematikan potensi mahasiswa yang tidak mampu secara finansial. dan berpotensi menebar benih-benih diskriminasi dan eksklusivisme dalam kehidupan kampus.

Komentar tersebut dikemukakan sejumlah kalangan, Senin (16/6), setelah sejumlah PTN berlomba membuka jalur khusus penerimaan mahasiswa baru dengan memasang tarif Rp 15 juta hingga Rp 150 juta. Langkah PTN menjaring dana dengan berbagai cara itu menyusul kebijakan dijadikannya kampus mereka sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yang diharuskan untuk mencari dana sendiri

Menanggapi "komersialiasi" PTN tersebut, Mendiknas Malik Fadjar menegaskan, ukuran masuk perguruan tinggi tetap akademis, dan sumbangan yang ditetapkan sama sekali tidak menghilangkan ukuran akademis itu. "Saya selalu menekankan jangan sampai uang menjadi persyaratan utama untuk masuk sekolah," ujar Malik usai menghadap Wakil Presiden Hamzah Haz di kantor Wapres di Jakarta, Senin.

Malik? mengatakan, sumbangan itu sifatnya sukarela. Ditanya mengapa sampai ada yang mematok Rp 150 juta, Malik menjawab, "Yang penting itu terbuka, transparan, dan akuntabilitasnya terjamin. Itu saja." Malik menambahkan, besarnya sumbangan tidak perlu diberi batasan. "Kita berikan peluang kepada masing-masing untuk tetap memperhatikan kemampuan (uang) dan persoalan (akademis). Ukurannya harus tetap akademis. Dulu juga kita sudah punya aturan seperti itu, tapi tidak jalan karena banyak mahasiswa mengaku dari golongan tidak mampu," katanya.

Ditanya soal mekanisme kontrol tentang sumbangan itu, Malik menjawab, "Kan sudah ada wali amanah dan dewan akuntabilitas akademis."

Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Satryo Soemantri Brodjonegoro, pembukaan jalur mandiri dalam penerimaan mahasiswa baru PTN harus disertai dengan akuntabilitas penggunaan anggaran dan jaminan mutu akademik. Untuk itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas akan mengevaluasi kinerja PTN yang membuka jalur khusus penerimaan mahasiswa baru di luar jalur reguler. Berdasarkan evaluasi tersebut pemerintah akan membuat rambu-rambu menyangkut penerimaan mahasiswa baru yang berorientasi pencarian dana.

"Intinya, setiap PTN boleh saja mencari dana melalui penerimaan mahasiswa baru. Akan tetapi, harus transparan soal penggunaan anggaran, tidak diskriminatif, dan lebih penting lagi hasil seleksinya harus sesuai standar mutu akademik," kata Satryo Soemantri? Brodjonegoro

Sementara menurut? anggota Komisi VI DPR Ferdiansyah dari Fraksi Partai Golkar "Aturan itu ibarat menebar benih-benih diskriminasi dan eksklusivisme dalam kehidupan kampus," kata , menilai maraknya pembukaan jalur mandiri di kalangan PTN itu. Walaupun mahasiswa jalur mandiri dipersyaratkan mengikuti seleksi, dipertanyakan siapa yang bisa menjamin bahwa PTN bersangkutan bisa obyektif.

"Karena niat dari awal mencari dana, PTN bersangkutan bakal tergiur dengan kemampuan ekonomi calon mahasiswa. Kalau begini, hasil seleksi bisa jadi tidak merupakan pertimbangan utama," katanya.

Dalam pelayanan akademik, lanjut Ferdiansyah, akan sangat sulit bagi PTN untuk berlaku sama rata terhadap seluruh mahasiswanya. Ada kemungkinan mahasiswa jalur mandiri dimanjakan dengan sejumlah kemudahan, termasuk dalam persyaratan kelulusan mata kuliah. Hal yang buruk itu akan terakumulasi nantinya dalam mutu kelulusan sarjana.

Sementara itu, kendati sejumlah PTN favorit berlomba-lomba membuka jalur khusus, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tetap bertahan dengan sistem yang ada selama ini.

"ITS tidak akan ikut serta menyelenggarakan program serupa," kata Rektor ITS Dr Ir Mohammad Nuh DEA. "Dalam menyeleksi calon mahasiswa baru, kami tetap mengutamakan nilai akademis calon mahasiswa. Selain itu, ITS juga memiliki nilai-nilai tetap, salah satunya berupa tanggung jawab sosial, dengan memberikan kesempatan memperoleh pendidikan bagi siapa pun," ujarnya.

Rektor ITS menegaskan, pihaknya tidak akan mengubah nilai-nilai yang mereka tetapkan dalam menerima mahasiswa baru.Tanpa menyalahkan PTN yang telah menerapkan kebijakan program khusus tersebut, Nuh menandaskan bahwDari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Pahlawan, Humor Islam, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Ada Benih Diskriminatif dalam PMBP (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Benih Diskriminatif dalam PMBP (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Benih Diskriminatif dalam PMBP

Sabtu, 30 Juli 2011

Sudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama (2-habis)

Pertemuan antara Hasan Gipo dengan Kiai Wahab serta kiai lainnya makin intensif. Ia kemudian terlibat aktif dalam pendirian Nahdlatul Wathan (1914), walaupun tidak tercatat sebagai pengurus. Selanjutnya ia juga menjadi peserta diskusi dalam forum Taswirul Afkar (1916).

Karena itu pengetahuannya sangat teruji, dan kemapuan berargumentasinya sangat memukau. Selain itu ia juga telah aktif terlibat dalam Nahdlatut Tujjar (1918) yang memang bidangnya. Dalam forum semacam itu ia berkenalan dengan ulama lainnya makin intensif seperti Kiai Hasyim Asy’ari dan beberapa kiai besar lainnya di Jawa  yang telah lama menjadin pershabatan dengan keluarga Ampel itu.

Bahkan ketika para ulama membentuk Komite Hejaz dan akan mengirimkan utusan ke Makah, sumbangan Hasan Gipo juga sangat besar, karena dialah yang mempelopori penghimpunan dana dan ia sendiri pun menyumbang sangat besar. Atas prestasinya yang banyak memberikan sumbangan, dan memiliki kecakapan teknis dalam menangani administrasi organisasi serta penggalangan dana masyarakat.

Sudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama (2-habis) (Sumber Gambar : Nu Online)
Sudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama (2-habis) (Sumber Gambar : Nu Online)

Sudagar-Aktivis, Ketua Tanfidziyah NU Pertama (2-habis)

Karena itu ketika Nahdlatul Ulama berdiri, dalam sebuah pertemuan terbatas yang dipimpin Kiai Wahab Hasbullah di kawasan Bubutan Surabaya itu ia langsung ditunjuk sebagai Hoftbestoor (Pengurus Besar) NU sebagai Ketua Tanfidziyah  dan usul itu langsung disetujui oleh Kiai Hasyim Asy’ari yang sebelumnya sudah sangat mengenal Hasan Gipo serta latar belakang keluarganya.

Walau sebagai pengurus NU bisnisnya tetap berkembang, bahkan kemudian juga dikembangkan ke sektor properti, ia banyak memiliki perumahan, pertokoan dan pergudangan yang ini kemudian disewakan, saat itu kebutuhan terhadap sarana bisnis tinggi, karena itu tingkat hunian propertinya juga tinggi, sehingga keuntungan yang diperoleh dari sini juga tinggi, sehingga ia bisa menyumbang banyak ke NU, baik ketika Muktamar maupun untuk sosialisasi dan pengembangan NU ke daerah-daerah lain, sehingga bisa dilihat NU berkembang sangat cepat dari Surabaya, pada tahun kedua telah menyebar di Jawa Tengah, bahkan pada tahun kelima telah menyebar ke Jawa Barat, bahkan ke Kalimantan dan Singapura.

Seperti dilukiskan Saifuddin Zuhri, yang menggabarkan Hasan Gipo sebagai sosok yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga gagah secara fisik, karena itu ketika terjadi perdebatan tentang masalah teologi antara Kiai Wahab Hasbullah dengan Muso yang ateis itu bisa mengganti kedudukan Kiai Wahab yang bosan menghadapi Muso yang hanya bisa debat kusir tanpa nalar dan tanpa hujjah yang benar. Maka dengan gagah berani ia  melakukan  debat dengan Muso tokoh PKI yang dikenal sebagai Singa podium itu ditaklukkan. Setiap argeumennya bisa dipatahkan, sehingga alumni Moskwo dan anak didik Lenin itu keteteran. Tidak hanya itu Arek Suroboyo ini juga berani menantang Muso berkelahi secara fisik. Anehnya Muso yang biasanya brangasan itu tidak berani menghadapi tantangan Hasan Gipo.

Sang Pencerah Muslim

Selain menguasai ilmu agama, setiap orang pesantren selalu menguasai ilmu kanuragan, sebab ini bagian dari tradisi pesantren, dan tampaknya Hasan Gipo juga memiliki ilmu ini, itu yang membuat Muso ngeri menghadapi. Hasan Gipo. Jabatan ketua Tanfidziyah itu dipegang Hasan Gipo selama dua masa jabatan, baru pada Muktamar NU Ketiga 1929 di Semarang ia digantikan oleh KH. Noor sebagai ketua Tanfidziyah yang baru juga berasal dari Surabaya. Selanjutnya pada Muktamar NU ke 12 tahun 1937 di Malang kemudian KH Noor digantikan oleh KH Mahfud Shiddiq, kakak kandung KH Ahmad Shiddiq. 

Pada periode awal ini, NU memang banyak diikuti oleh para pengusaha, selain Hasan Gipo ada beberapa pengusaha besar yang masuk ke NU yaitu Haji Burhan Gresik. Ia memiliki pabrik kulit dan persewaan rumah dan gudang. Kemudian adalagi pengusaha besar Haji Abdul Kahar Kawatan Surabaya, yang menguasai perdagangan pertanian di Jawa Timur. Kemudian ada H. Jassin, seorang pemilik pabrik garmen yang khusus diekspor ke India dan Pakistan. Mereka semuanya pernah aktif terlibat aktif dalam Nahdlatut Tujjar, maka ketika NU berdiri secara otomatis mereka bergabung ke NU. Dengan demikian NU bisa berdiri mandiri tanpa bantuan dari kolonial, sehingga bebas menentukan gerak organisasinya dan mengatur pendidikan pesantren yang diselenggarakannya.

Pada periode awal ini selain menggiatkan bidang pendidikan, maka NU sangat peduli dengan usaha pengembangan ekonomi dengan membentuk berbagai syirkah. Usaha impor sepeda dari Eropa dirintis sejak tahun 1935, karena untuk mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri, dan tentunya sangat dibutuhkan sebagai sarana transportasi warga NU dalam mengembangkan jamiyah.

Sang Pencerah Muslim

Selain itu juga dibentuk badan pengimpor gerabah dan barang kebutuhan lainnya dari Jepang. Usaha itu terus dikembangkan, kemudian NU juga mulai masuk lebih serius dalam bidang industri percetakan dan lain sebaginya. Atas inisiatif para kiai dan para tujjar yang ada dalam tubuh NU itu pergerakan NU semakin gencar, sehingga dalam waku singkat menjadi organisasi besar.

Selain bisnis yang bersifat kolektif para pengurus NU sejak dari Kiai Hasyim Asy’ari, termasuk Kiai Wahab Hasbullah. Kiai As’ad Syamsul Arifin, Kiai Bisri, Kiai Muslih Purwokerto, semuanya mempunyai usaha sendiri-sendiri. Usaha itu dibangun selain untuk memenuhi ekonomi keluarga yang terpenting bisa menjadi kemandirian agar tidak minta bantuan pada pemerintah kolonial Belanda. Jajaran pimpinan NU terdiri dari orang-orang independen, tidak ada yang menggantungkan ekonominya pada birokrasi kolonial.

Karena itu sejak masa kemerdekaan kemandirian kiai dan NU tetap terjaga, karena memiliki kemandirian secara ekonomi. Pembangunan ekonomi di sini ditempatkan sebagai strategi politik untuk menjaga kemandirian dan kebebasan warga dari ketergantungan dan tekanan dari penjajah. 

Setelah tidak lagi menjadi Ketua Tanfidziyah PBNU, Hasan Gipo kembali mengembangkan bisnisnya, hingga semakin besar. Sebagian hasil keuntungannya tetap disumbangkan pada NU dan pesantren. Sebab pada masa rintisan NU membutuhkan banyak dana, apalagi saat itu Muktamar dilaksanakan setiap tahun, maka sudah pasti Hasan Gipo tergerak untuk membantu pendanan Muktamar NU setiap kali diselenggarakan, baik di Surabaya maupun di luar Jawa.

Aktivitas Hasan Gipo terus dilanjutkan hingga menjelang wafatnya  pada tahun 1934, kemudian dimakamkan di kompleks pemakaman Sunan Ampel dalam pemakaman khusus keluarga Sagipoddin. Ia mempunyai tiga orang anak, yang kemudian melanjutkan usaha bisnisnya dan sekaligus sebagai penerus dinasti Gipo yang masih terus aktif hingga saat ini.

 

Abdul Munim DZ

(Disadur dari beberapa sumber dan hasil wawancara dengan H. Musa Jassin, salah seorang anggota Bani Gipo, yang tinggal di Kawatan Surabaya) 

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Budaya, Hikmah, Berita Sang Pencerah Muslim

Minggu, 15 Mei 2011

Doa 9 Kiai Menggema dalam Peringatan Harlah NU di Kraksaan

Probolinggo, Sang Pencerah Muslim. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Kraksaan, Selasa (11/4) malam mengadakan istighotsah dan doa bersama dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-94 NU di Masjid Agung Ar-Raudlah Kota Kraksaan.

Doa 9 Kiai Menggema dalam Peringatan Harlah NU di Kraksaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Doa 9 Kiai Menggema dalam Peringatan Harlah NU di Kraksaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Doa 9 Kiai Menggema dalam Peringatan Harlah NU di Kraksaan

Kegiatan yang mengambil tema “Mengetuk Pintu Langit Menggapai Nurullah” ini diisi dengan doa dari 9 (sembilan) orang kiai. Para kiai ini berasal dari jajaran pengurus mulai dari Khatib, Syuriyah dan Tanfidziyah di PCNU Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo.

Hadir dalam peringatan Harlah ke-94 NU ini Mustasyar PCNU Kota Kraksaan H. Hasan Aminuddin, Katib PCNU Kota Kraksaan KH Wasik Hannan, Ketua PCNU Kota Kraksaan H. Nasrullah A. Suja’i beserta para pengurus lembaga dan badan otonom (banom).

Dalam sambutannya H Hasan Aminuddin banyak menceritakan tentang sejarah berdirinya NU pada tahun 1926 yang dipelopori oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Ashari. Dimana sebelum NU berdiri terlebih dahulu terbentuk Nahdlatul Wathon, Nahdlatut Tujjar dan Taswirul Afkar yang akhirnya menjadi 3 pilar NU.

Sang Pencerah Muslim

“Ketiga pilar NU itulah yang menjadi semangat para ulama untuk menggagaskan Proklamasi Kemerdekaan RI melalui Presiden Soekarno. Sehingga NU masuk dalam foundhing father,” katanya.

Menurut Hasan, NU pernah menjadi partai politik (parpol) pada tahun 1955 sebelum akhirnya dalam Muktamar NU di Situbondo tahun 1984 lahirlah Khittoh NU dengan menjaga jarak dari seluruh partai politik. Artinya NU tidak terlibat dalam politik praktis.?

“Marilah alim ulama, 3 pilar NU ini kita jaga dengan baik. Hanya saja selama ini, yang kalah perang adalah pilar ekonomi dan selalu menjadi alat orang di luar NU,” tegasnya.

Hasan menegaskan bahwa organisasi NU itu adalah organisasi yang sakti. Meskipun seolah-olah sempat hidup tanpa kepala pada zaman orde baru, tetapi NU bisa tetap eksis hingga saat ini. Ini membuktikan jika NU itu benar-benar sakti. Hanya saja tantangan saat ini adalah ekonomi.

“Melalui momentum ini saya mengajak kepada segenap warga NU untuk bersama-sama melakukan gerakan-gerakan ekononi, karena kita mempunyai jaringan yang cukup banyak. Segera diskusikan dengan pengurus, apa yang dapat dilakukan demi pemberdayaan ekonomi warga NU. Sehingga nantinya warga NU tidak hanya menjadi penonton tetapi juga pelaku ekonomi,” tambahnya.

Sang Pencerah Muslim

Lebih lanjut Hasan mengajak pengurus dan warga NU untuk menjadikan peringatan harlah ke-94 NU ini sebagai bahan introspeksi diri sehingga warga NU yang sudah tidak bangga dengan NU bisa rekat kembali dan bangga menjadi warga NU.?

“Sekali lagi, marilah para tokoh-tokoh NU untuk bersama-sama melakukan pemberdayaan di sektor ekonomi warga NU agar ke depan potensi ekonomi yang kita miliki bisa dikelola dan dikembangkan dengan baik,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Amalan, Berita Sang Pencerah Muslim

Selasa, 04 Januari 2011

Bubarkan Diskusi, Banser Jatim: FPI Kebablasan

Surabaya, Sang Pencerah Muslim. Komandan Satuan Koordinasi Wilayah (Satkoorwil) Barisan Serbaguna Ansor (Banser) Jawa Timur, ? Umar Usman menilai, kedudukan Front Pembela Islam (FPI) sebagai ormas telah melangkah melampaui aparat yang berwenang.

Hal itu disampaikan Umar Usman menyikapi tindakan FPI yang membubarkan secara paksa forum diskusi di Sekretariat HMI di Jalan Melayu, Pekanbaru, pada Jumat (1/4) malam lalu. Diskusi itu digelar HMI dengan Batas Arus dan Jaringan Filsafat Islam (Jakfi) Pekanbaru.?

“Kami menghimbau semua pihak untuk tidak bertindak anti demokrasi, siapapun itu termasuk FPI. Tindakan FPI membubarkan forum diskusi HMI itu sudah kebablasan,” kata Umar Usman, di Surabaya, Senin (4/4).

Bubarkan Diskusi, Banser Jatim: FPI Kebablasan (Sumber Gambar : Nu Online)
Bubarkan Diskusi, Banser Jatim: FPI Kebablasan (Sumber Gambar : Nu Online)

Bubarkan Diskusi, Banser Jatim: FPI Kebablasan

Dia menegaskan, Indonesia merupakan negara yang heterogen. Para pendahulu bangsa ini dengan susah payah telah merangkai menjadi sebuah negara yang besar seperti saat ini. “Jadi, jangan biarkan ada kelompok-kelompok kecil yang menyulut permusuhan dan perpecahan,” tegasnya.

Dia berharap, kejadian serupa tidak terulang lagi di waktu-waktu mendatang. “Bila FPI punya tujuan yang baik mestinya melakukannya dengan langkah-langkah yang baik pula,” pungkasnya. (Abdul Hady JM/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Kyai, Hadits, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 23 Februari 2008

Kiai NU Didebat Calon Menantu

Syahdan, ada kiai NU ahli qoidah fiqih yang sedang mencarikan menantu untuk untuk salah satu dari dua anak gadisnya, yang pertama jelek dan yang kedua cantik. Setelah melakukan proses pencarian yang teliti dengan berbagai pertimbangan, akhirnya, ditemukanlah sosok ideal. Pria beruntung tersebut, sebut saja Gus Gaul yang intelek, ahli debat dengan kumis tipis nan romantis bertengger di atas bibirnya.?

Pada saat yang tepat, dipanggillah Gus Gaul itu ke rumah kiai tersebut.

.

Kiai NU Didebat Calon Menantu (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai NU Didebat Calon Menantu (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai NU Didebat Calon Menantu

Kiai: "Gus.... njenengan mau saya nikahkan dengan putri saya, berkenan kan njenengan?" tutur Kiai sambil menyerutup kopi.

Gus : "Insyaallah, Kiai, karena saya sudah saatnya menikah."

Sang Pencerah Muslim

.

Kiai: "Saya punya dua anak gadis, yang pertama jelek, yang kedua sangat cantik. Ya identiknya orang tua, pasti tahu anaknya cantik atau tidak. Hanya orang yang tidak normal yang mengatakan anak gadisnya tidak cantik," tutur Kiai.

.

Gus: "Terus, maksud njenengan?"...

Sang Pencerah Muslim

.

Kiai: "Yang akan saya nikahkah denganmu adalah yang pertama yang tidak cantik itu...," tutur kiai

.

Gus : " Lho kok gitu Kiai? Saya kan ganteng, usia saya baru 25 tahun, plus romantis," dengan ekspresi kaget campur bingung.

Kiai: "Betul itu Gus, .... tetapi dalam qoidah fiqih al-adath al-muhakkamah, adat tradisi bisa dijadikan sebagai pegangan hukum, Ya... meski putri saya yang pertama jelek, tapi tradisi masyarakat, anak yang tua itu harus yang didahulukan dinikahkan," tutur Kiai.

.

Gus :"Wah... maaf kiai, saya kelasnya baru santri, belum menguasai qoidah fiqih, jadi saya masih sehari-hari akrab dengan kitab-kitab nahwu," dengan nada pura-pura tidak membidangi qoidah fiqih.

.

Kiai: "Maksud njenengan?"

.

Gus: "Lho njenengan memahami qoidah fiqih salah satu modalnya adalah ilmu nahwu."?

.

"Dalam ilmu nahwu, mubtada itu memang harus didahulukan. khobar diakhirkan. Tapi dalam kitab Alfiyah ibnu Malik, diperbolehkan khobar muqoddam (khobar yang didahulukan)"....?

.

Nah, jadi meskipun umumnya yang tua yang duluan dinikahkan, tetapi tidak menyalahi aturan jika putri kedua panjenengan itu yang didahulukan dinikahkan dengan saya, dan putri pertama njenengan itu ya dinikahkan belakangan saja," tutur Gus itu dengan nada santai.

.

Kiai itu pun tidak berkutik dengan jawaban Gus tadi.

.

Tiba- tiba terdengar suara putri pertama kiai yang tersinggung dan dari tadi mendengar percakapan tersebut, dari dalam: "Gus.... dalam ilmu ushul fiqih, analogi njenengan itu qiyas fasidh (tidak relevan), ngak bisa menyamakan cari calon istri dengan analogi ilmu nahwu !!!".

.

Sedangkang putri kedua kiai yang cantik jelita, yang memang sudah jatuh cinta pada Gus tadi, dan sudah sering WhatsApp-an dengan Gus tersebut, ia mesam-mesem saja melihat itu. Sambil berkata: "Wah betul itu kata Gus, saya setuju".

.

Suasana pun agak tegang, putri pertama kiai akan kembali berkata dengan nada nyaring, matanya sudah melotot,?

.

Dari dalam, tiba-tiba muncullah ibu nyai, istrinya Kiai, sambil bilang: "Ini mau cari calon mantu, apa debat soal pilgub, jadi ramai begini. Bubar... bubar..... bubar....

Ini belum jadi menantu saja calon mertua sudah didebat, gimana nanti nanti sudah jadi mantu, cari yang lain saja abah kiai calon menantunya" !!!!.

.

Si Gus pun pergi meninggalkan rumah Kiai tersebut, sambil WA putri kedua kiai yang cantik jelita tadi:

"Hi... Ning cantik.... kata orang mengaji ilmu sorof-nya, proses perjuangan cinta kita berdua, terdapat huruf ilat (kendala) masih butuh di-ilal (proses mebuang harfu ilath) dengan perjuangan panjang :)" (Nasrulloh Afandi) ?

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Tokoh, Hikmah Sang Pencerah Muslim

Kamis, 09 Agustus 2007

Telkom Gratiskan Pasang Internet di Ponpes

Serang, Sang Pencerah Muslim. Untuk mempercepat penyebaran Teknologi Informasi (IT) masuk ke wilayah-wilayah pedesaan, PT Telkom mencanangkan program Internet masuk pedesaan dengan menggratiskan pemasangan internet di pondok-pondok pesantren.

"Sampai saat ini sudah tersambung sekitar 457 ribu sambungan internet gratis di berbagai pondok pesantren di pelosok desa Jabar dan Banten dengan memakai modem ADSL atau modem nirkabel Telkom Fleksi," kata Eksekutif Genegal Manajer PT Telkom Divre II Jakarta-Banten Abdul Aziz, Sabtu.

Telkom Gratiskan Pasang Internet di Ponpes (Sumber Gambar : Nu Online)
Telkom Gratiskan Pasang Internet di Ponpes (Sumber Gambar : Nu Online)

Telkom Gratiskan Pasang Internet di Ponpes

Program tersebut, kata dia, sekaligus juga dimaksudkan untuk mengenalkan sumber-sumber informasi dan ilmu dari dunia maya kepada kalangan ustadz, para kiai dan para santri.

Selain program internet masuk Ponpes, katanya, PT Telkom juga telah memberi keringanan dalam pemasangan sambungan-sambungan internet di sekolah serta lembaga-lembaga sosial dan pemerintahan.

"Tentu saja kami juga harus mewaspadai efek negatif dari internet seperti adanya situs-situs porno, brutal atau hal-hal lain yang tidak ber-etika. Karenanya komputer yang dipasang juga dilengkapi software penyaring masuknya web site yang tidak bermanfaat seperti itu," kata Abdul Azis.

Sang Pencerah Muslim

Sementara Ketua MUI Banten, KH Wahab Afif menyatakan, pihaknya menyambut baik program internet masuk Ponpes sejauh bisa mendatangkan manfaat yang optimal dan kalangan teknisi PT Telkom bisa menyaring pengaruh-pengaruh negatif dari internet.

"Tapi yang lebih penting lagi tentu saja pengawasan langsung dari para kiai dan pengasuh agar para santrinya bisa memilih pengambilan informasi yang bermanfaat dan menjauhkan pengaruh yang negatif," kata KH Wahab Afif. (ant/suh)

Sang Pencerah Muslim



Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Internasional, Hikmah, Khutbah Sang Pencerah Muslim

Selasa, 06 Juni 2006

Presiden, Rais ‘Aam, dan Ketum PBNU Dijadwalkan Hadiri Grand Final LSN

Bandung, Sang Pencerah Muslim

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo rencananya dijadwalkan akan menghadiri laga final Liga Santri Nusantara (LSN) 2017 yang akan digelar di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), kota Bandung, pada Ahad malam (29/10). Di stadion tersebut Presiden akan memberikan sambutan sekaligus menutup secara resmi LSN 2017.

Presiden, Rais ‘Aam, dan Ketum PBNU Dijadwalkan Hadiri Grand Final LSN (Sumber Gambar : Nu Online)
Presiden, Rais ‘Aam, dan Ketum PBNU Dijadwalkan Hadiri Grand Final LSN (Sumber Gambar : Nu Online)

Presiden, Rais ‘Aam, dan Ketum PBNU Dijadwalkan Hadiri Grand Final LSN

“Sampai hari ini memang tidak ada pembatalan. Kita anggap sampai hari ini Presiden Joko Widodo hadir. Beliau akan sambutan serta menutup Seri Nasional Liga Santri Nusantara dan rangkaian acara Hari Santri Nasional,” kata Direktur Eksekutif LSN Muhammad Alfu Niam.

Niam menjelaskan, sesaat sebelum laga final dimulai, akan diadakan doa dan Shalat Maghrib berjamaah  di stadion GBLA. Sedangkan imam shalat akan dipimpin langsung oleh Rais Am PBNU KH Maruf Amin. "Beliau sudah berkenan, nanti salah satu jamaahnya adalah Pak Presiden,” jelas Niam kepada Sang Pencerah Muslim di Media Center LSN, di Jalan Supratman kota Bandung.

Sang Pencerah Muslim

Selain Presiden dan Rais ‘Am PBNU, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj juga turut hadir untuk memberikan kata sambutan sebelum laga dimulai.

Lebih jauh, Niam mempersilakan masyarakat untuk hadir pada laga final tersebut. “Monggo silakan datang, karena kita kasih slot 15 ribu tempat duduk. Wali Kota Bandung juga ikut mengerahkan masyarakat Bandung, di mana setiap kelurahan akan mengirimkan 100 orang,” tambah Niam.

Sang Pencerah Muslim

Sebagaimana informasi yang diperoleh dari panitia LSN, masyarakat dari kalangan manapun yang ingin menonton laga final Liga Santri Nusantara untuk datang langsung ke stadion tanpa dipungut biaya tiket masuk. (M. Zidni Nafi’/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Hikmah, Kiai, Hadits Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock