Tampilkan postingan dengan label Habib. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Habib. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Desember 2017

Ayo Kerja dalam Kitab “Cempaka Dilaga” Mama Sempur

KH Tubagus Ahmad Bakri Purwakarta, Jawa Barat terbilang produktif menulis kitab. Di antaranya adalah Cempaka Dilaga yang membahas dorongan bekerja. Kitab berjudul lengkap Cempaka Dilaga; Mertelakeun Perihal Wajib Usaha (Cempaka Dilaga; Menerangkan Perihal Wajib Usaha/Bekerja) dengan tebal 19 halaman.

Dari jumlah 10 kitab yang didapatkan, Kitab Cempaka Dilaga ini merupakan satu-satunya karya kiai yang akrab disapa Mama Sempur yang judulnya berbahasa Sunda. Sementara sembilan kitab lainnya menggunakan bahasa Arab.

Ayo Kerja dalam Kitab “Cempaka Dilaga” Mama Sempur (Sumber Gambar : Nu Online)
Ayo Kerja dalam Kitab “Cempaka Dilaga” Mama Sempur (Sumber Gambar : Nu Online)

Ayo Kerja dalam Kitab “Cempaka Dilaga” Mama Sempur

Kitab ini ditulis dengan huruf Arab Pegon ditulis pada tahun 1378 H (hal.6) dan selesai pada hari Senin tanggal 8 Dzulhijah (h.19). Jika dikonversi ke dalam tahun Masehi berarti tanggal 15 Juni 1959 M, selesai Nopember 1962.

Mama Sempur memberikan izin kepada Raden Haji Ma`mun Nawawi Cibogo, Cibarusah untuk memperbanyak kitab Cempaka Dilaga.

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim

Kitab ini terdiri dari lima pasal dan satu faidah, sebagaimana berikut: Pasal pertama membahas tentang dorongan bekerja kepada umat Islam. Dalam pasal ini disebutkan hadits Rasulullah dan pendapat para ulama tentang keutamaan bekerja serta kecaman bagi orang yang malas dan tidak mau bekerja.

Di antara kecamannya adalah orang yang malas dan tidak mau bekerja diumpamakan seperti bangkai. Sebagaimana umumnya bangkai, keberadaannya tidak bermanfaat bahkan hanya memberikan bau yang tak sedap bagi orang-orang di sekelilingnya. Selain itu, orang yang malas dan tidak mau bekerja juga disebut orang bodoh/pandir (humqun) (h.3-4)

Pasal kedua membahas tentang larangan menjalani bisnis atau melakukan pekerjaan yang dilarang oleh agama Islam (haram). Dalam fasal ini disampaikan berbagai dalil yang melarang umat Islam untuk berbisnis barang haram, seperti bisnis narkoba, berbuat curang, mencuri dan sebagainya (h.5-6).

Pasal ketiga membahas tentang kewajiban menjalin hubungan baik dengan tetangga. Seperti pasal-pasal sebelumnya, dalam pasal ini pun disampaikan dalil-dalil tentang perintah dan anjuran kepada umat islam untuk berbuat baik kepada tetangga pada khususnya dan seluruh makhluk di muka bumi pada umumnya (h.6-10).

Pasal keempat membahas tentang kewajiban umat islam untuk berbakti dan taat kepada pemerintahan yang sah. Harus taat walaupun pemerintah tersebut secara fisik kurang sempurna seperti tidak punya tangan dan kepala tak ubahnya seperti buah anggur atau pun pemimpin tersebut berbuat dzalim. Namun demikian wajib hukumnya bagi umat Islam untuk membangkang kepada pemerintah apabila umat Islam diperintah untuk berbuat maksiat, Mama Sempur menandaskan rakyat hanya diperbolehkan untuk membangkang perintah maksiat saja dan dilarang memerangi pemerintah (h.10-14)

Pasal kelima membahas tentang kaidah ushul fiqh mencegah kemadaratan lebih baik dari pada mendatangkan kemaslahatan (akhafu darurain). Jika seorang muslim berada dalam kondisi dilematis karena harus memilih satu dari dua pilihan, maka yang harus dipilih adalah perkara yang tidak ada kemadaratannya atau perkara yang paling sedikit madaratnya. Contoh kasus yang digunakan untuk menerangkan kaidah ini adalah apabila seseorang melakukan suatu perkara tetapi dengan perkara itu nyawa atau hartanya akan hilang maka wajib baginya untuk meninggalkan perkara tersebut agar bisa terhindar dari kemadaratan (h.15-19).

Pasal selanjutnya adalah faidah, materi pembahasan dalam faidah ini adalah tentang keutamaan Imam Syafi`i dalam konteks kenegaraan. Secara implisit dalam pasal ini Mama Sempur mengungkapkan bahwa jika pulau Jawa ingin menjadi sebuah `negara` yang kuat dan rakyatnya juga makmur maka pemimpinnya harus bermazhab Syafi`i.

Menurut Mama Sempur ini lah salah satu karomah Imam Syafi`i karena beliau adalah keturunan Rasulullah. Dalam menempatkan bab faidah ini, Mama Sempur memposisikannya diantara bab empat dan bab lima (h.14-15).

Dalam kitab ini juga Mama Sempur menyebut tiga jenis pekerjaan, yaitu bertani, berdagang dan menjadi karyawan. Menurutnya, pekerjaan yang mesti dilakukan adalah di bidang pertanian karena terdapat keberkahan di dalamnya. Selain itu juga dalam bertani bisa memberikan manfaat kepada manusia dan binatang sehingga keseimbangan alam akan tetap terjaga dan kelak di akhirat apa yang dimakan oleh binatang dari hasil pertanian tersebut akan menjadi pahala sodaqah (h.2).

Menurut Mama Sempur, dengan bekerja dan mempunyai kekayaan harta akan mendapatkan paling tidak ada tiga keutamaan, yaitu pertama dapat memberi manfaat kepada saudara, sahabat dan orang-orang di sekelilingnya karena dengan mempunyai kekayaan bisa shadaqah atau pun memberikan upah kepada mereaka.

Kedua terselamatkan dari sikap inkar janji karena orang yang tidak punya uang ketika dalam kondisi terdesak akan berjanji namun janji itu kemudian diingkari karena belum mempunyai uang. Dan keutamaan yang ketiga adalah terhindar dari sikap meminta-minta kepada orang lain. perbuatan tersebut menurut Mama Sempur, merupakan perbuatan yang hina (h.3).

Mama Sempur mengingatkan, sebelum berangkat kerja, hendaknya mempunyai lima niat; affaf (melindungi diri dari mengkonsumsi barang haram), menjaga diri dari meminta-minta kepada orang lain, menjaga diri dari berharap harta orang lain (thoma) apalagi mencuri, dan terakhir adalah melaksanakan kewajiban mengurus keluarga (h.4-5). (Aiz Luthfi)

Keterangan. “Mama” berasal dari kata “rama” dalam bahasa Sunda yang berarti ayah. Hal itu sebagaimana di Jawa yang menyapa tokoh agama dengan “romo”.  . Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, AlaSantri Sang Pencerah Muslim

Senin, 04 Desember 2017

Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan

Garut, Sang Pencerah Muslim. Bertempat di Pondok Pesantren Al-Futuhat di Kampung Pangauban Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Garut dan Kecamatan Leles resmi dikukuhkan. Pembaitan pengurus oleh Rais Syuriyah KH Amin Muhyidin dan disaksikan ratusan jamaah pengajian dari setiap kampung.?

Menurut ketua LDNU H Lukmanul Hakim, pembentukan LDNU tergolong dini yakni hanya berkisar 1 minggu. Akan tetapi dengan pembentukan pengurus sekarang pengukuhan pengurus secepatnya dilakukan.?

"Pengukuhan ini menjadi momentum awal bagi kita untuk bekerja secara langsung kepada masyarakat," katanya sesaat setelah melakukan pelantikan, Selasa (26/4).?

Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Lembaga Dakwah NU Garut Resmi Dikukuhkan

Menurutnya pelantikan ini juga dilakukan berbarangan dengan peringatan isra’ miraj. "Dengan berbarangan dengan peringatan isra’ miraj kami harapkan ini menjadi hal baik bagi kepengurusan kita," ungkapnya.?

Dede Sulaiman pengembang SDM LDNU menambahkan dirinya ingin cepat bekerja. "Kami ingin cepat bekerja makanya kami langsung menyelengarakan peringatan isra miraj," katanya.?

Sang Pencerah Muslim

Sementara itu Camat Kecamatan Leles Asep Sunandar menyambut baik dengan pengukuhan LDNU Garut dan Leles yang sudah dilantik. Menurutnya dengan pelantikan ini dirinya berharap banyaknya pembinaan masyarakat terutama oleh para ulama.?

"Kami sambut baik pelantikan ini dan kami ucapkan selamat kepada para pengurus yang sudah dilantik," katanya.?

Para pengurus LDNU Garut diantaranya H Lukmanul Hakmi (ketua), K.A Uus Abdurahman (Wakil ketua), Ust Heri Haerudin (Sekertaris), Ahmad Syarifai (Wakil sekertaris), dan H Ahmad Satibi (Bendahara).

Bidang kaderisasi : Cep Badar. Pengembangan SDM : Dede Sulaiman, H Undang. Komunikasi dan informasi : Dindin Daniella, Hendra. Pengkajian : Ustd Alit Kurnia S, Asep Mudakir.

Bidang kaderisasi, Cep Badar. Pengembangan SDM, Dede Sulaiman, H Undang. Komunikasi dan informasi, Dindin Daniella, Hendra. Pengkajian, Ustd Alit Kurnia S, dan Asep Mudakir. (Badhi/Zunus)

Sang Pencerah Muslim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib, Pesantren Sang Pencerah Muslim

Rabu, 29 November 2017

Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sampai saat ini, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki 34 pengurus wilayah, 439 pengurus cabang, 15 pengurus cabang istimewa, 5.450 pengurus majelis wakil cabang, dan 47.125 pengurus ranting. 

Namun demikian, tidak semua pengurus tersebut menjalankan tugas organisasinya dengan optimal. Ada yang sangat aktif membuat kegiatan dan ada yang kurang aktif. 

Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)
Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif (Sumber Gambar : Nu Online)

Usul Rais ‘Aam Agar NU di Semua Tingkatan Aktif

Terkait hal itu, Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ma’ruf Amin memiliki solusi agar semua pengurus dari tingkat wilayah hingga ranting bisa aktif. Ia menjelaskan, NU bisa mengembangkan sistem penghargaan dan hukuman bagi tiap-tiap satuan pengurus.

“Dikasih reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) untuk mendorong akselerasi organisasi,” kata Kiai Ma’ruf saat memberikan sambutan dalam acara Tasyakuran Harlah Fatayat NU Ke-67 di Jakarta, Jumat (28/4).

Ia mengusulkan, pengurus wilayah yang aktif akan mendapatkan dua ataupun tiga suara dalam Muktamar. Sedangkan, wilayah yang tidak aktif bisa saja tidak dikasih suara dalam acara pemilihan ketua umum yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama setiap lima tahun sekali. 

Sang Pencerah Muslim

“Pengurus NU di tiap tingkatan ada yang lemah, ada yang kuat. Kita sedang membuat sistem punishment dan reward agar pengurus aktif,” jelas Kiai Ma’ruf.

Penguru-pengurus NU, tegas Kiai Ma’ruf, jangan sampai tidak bergerak dan berdiam diri. Menurutnya, para pengurus tersebut harus digerakkan “Sejak dilantik sampai selesai tidak bergerak-bergerak,” ucapnya. (Muchlishon Rochmat/Fathoni) 

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Pesantren, Habib Sang Pencerah Muslim

Sabtu, 25 November 2017

Tanyakan Isu-Isu Keislaman dan Demokrasi

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Sebanyak enam orang anggota Parlemen Uni Eropa berkunjung ke PBNU untuk meningkatkan hubungan lebih lanjut dan mendiskusikan perkembangan demokrasi dan dunia Islam di Indonesia, khususnya peran-peran yang dimainkan oleh PBNU pada Jum’at 24/11 di Gd. PBNU.

Beberapa isu penting yang menjadi pembicaraan adalah masalah perda syariah, radikalisme dikalangan umat Islam, dan peran-peran yang dimainkan oleh NU dalam mengembangkan demokrasi di Indonesia.

Tentang perda syariah, Sekjen PBNU Dr. Endang Turmudi mengungkapkan bahwa perda syariah secara resmi diberlakukan di Aceh. Daerah lainnya yang menerapkan perda syariah sebenarnya adalah perda anti maksiat yang timbul karena adanya otonomi daerah yang memungkinkan masing-masing daerah membuat aturan sesuai kondisi lokal daerahnya.

Tanyakan Isu-Isu Keislaman dan Demokrasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Tanyakan Isu-Isu Keislaman dan Demokrasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Tanyakan Isu-Isu Keislaman dan Demokrasi

“Perda syariat Islam itupun belum disepakati sepenuhnya oleh kalangan umat Islam sendiri karena banyak diantara golongan Islam yang menentangnya,” tandasnya.

PBNU sendiri bersikap untuk tidak setuju dengan perda syariat karena negara kita bukan negara agama. Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dalam pernyataannya beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa yang paling penting adalah menanamkan nilai-nilai Islam, bukan memformalkannya dalam bentuk perda syariat.

Sementara itu berkaitan dengan menguatnya konservatifme Islam di Indonesia, Endang mengungkapkan hal ini disebabkan oleh anak-anak muda Indonesia yang sebelumnya belajar di Timur Tengah. “Mereka membawa nilai-nilai dari Timur Tengah dan berusaha menerapkannya di Indonesia,” tuturnya

Sang Pencerah Muslim

Ketua PBNU Abdul Aziz Ahmad yang turut dalam pertemuan tersebut menambahkan bahwa kondisi ketidakpastian akibat konflik yang melanda di Timur Tengah amat mempengaruhi pemikiran anak muda Indonesia yang belajar di sana. “Hasilnya tentu akan berbeda jika mereka belajar di Eropa atau Australia,” tegasnya.

Hal tersebut juga ditanggapi oleh Wasekjen PBNU Ir. Iqbal Sullam yang mengatakan bahwa dalam mencapai demokrasi, dunia Barat juga mengalami perjuangan yang berdarah-darah dan kondisi Balkan yang merupakan bagian dari Eropa belum sepenuhnya kondusif. “Kita masih sama-sama belajar dan bisa juga nilai-nilai dari Indonesia yang dapat diambil untuk mengembangkan demokrasi di Barat,” tegas Iqbal.

Sang Pencerah Muslim

Berkaitan dengan demokrasi di NU, Endang menjelaskan bahwa NU bukan merupakan organisasi politik dan menghargai pilihan-pilihan warganya untuk mendirikan partai politik atau memiliki afiliasi politik tertentu.

Anggota parlemen Eropa yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Hartmut Nassauer dari Jerman, Bert Doorn dari Belanda, Alojz Peterle dari Slovenia, Robert Goebbels dari Luxemburg, Barbara Weiler dari German, Jules Maaten dari Belanda. Mereka merupakan anggota dari berbagai komite seperti komite kebebasan sipil, komite perlindungan konsumen, komite  hubungan luar negeri, komite lingkungan, kesehatan publik dan keamanan makanan.

Sementara itu PBNU diwakili oleh Sekjen PBNU Endang Turmudi, Ketua PBNU Abdul Aziz Ahmad dan Wakil Sekjen PBNU Iqbal Sullam. Pertemuan berlangsung sekitar 1 jam, mulai pukul 10.00-11.00 WIB. (mkf)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Ubudiyah, Habib, Kyai Sang Pencerah Muslim

Senin, 20 November 2017

Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial

Jakarta, Sang Pencerah Muslim. Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif menegaskan, Pancasila bisa menjadi peredam dan pengantisipasi terhadap ketegangan-ketegangan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang majemuk.

“Sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) mengantisipasi bahwa ketegangan sosial bisa muncul karena perbedaan agama,” kata Yudi di Hotel Kartika Chandra Jakarta, Kamis (19/10).

Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)
Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)

Yudi Latif: Pancasila Obat Peredam Ketegangan Sosial

Sila kedua mengantisipasi ketegangan sosial yang terjadi karena globalisme dan lokalisme. Sila ketiga mengantisipasi ketegangan sosial yang terjadi akibat perbedaan suku, etnik, bahasa, dan budaya di seluruh Indonesia. Sila keempat meredam ketegangan yang timbul akibat perbedaan pilihan politik.

“Sila kelima mengantisipasi bahwa ketegangan sosial sangat mungkin terjadi akibat kesenjangan sosial,” ucapnya.

Sang Pencerah Muslim

Maka dari itu, ia menilai bahwa Pancasila semakin relevan dengan zaman yang ada. Zaman dimana sekat-sekat sudah tidak ada lagi batasannya sehingga ketegangan sosial akan sangat mungkin terjadi kalau tidak dibatasi dan diantisipasi.?

Meski demikian, Yudi sadar bahwa saat ini kesenjangan sosial di Indonesia begitu menganga. Ada jarak yang begitu jauh antara yang kaya dan yang miskin. Oleh karena itu, kesenjangan inilah yang seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah.

Berdasarkan survei lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse, 1 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 49,3 persen kekayaan nasional. Dengan kata lain, Indonesia menempati urutan keempat terbawah dalam urusan kesenjangan sosial. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim

Sang Pencerah Muslim Habib, Kiai, Kajian Sang Pencerah Muslim

Selasa, 07 November 2017

Cak Nun: “Ruwatan” Bagian dari Ajaran Islam

Semarang, Sang Pencerah Muslim. Budayawan asal Jombang, Jawa Timur, Emha Ainun Nadjib bersama Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edukasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Walisongo Semarang meresmikan “Ruwatan” sebagai bagian dari ajaran Islam yang diambil dari al-Quran dan Hadits.

"Ruwatan bukan sebagai budaya Hindu-Budha melainkan sebagai bagian dari ajaran al-Quran yang dijalankan oleh umat Islam. Ruwatan juga bukan asal usul kebatilan maupun bidah melainkan ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur’an," ucap Cak Nun, sapaan akrabnya.

Cak Nun: “Ruwatan” Bagian dari Ajaran Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Cak Nun: “Ruwatan” Bagian dari Ajaran Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Cak Nun: “Ruwatan” Bagian dari Ajaran Islam

Istilah "ruwatan" sebagai budaya Hindu-Budha ditolak oleh budayawan berusia 60 tahun itu. Hal itu dikatakanya dalam Guyub Rukun Bareng Cak Nun Jilid 3, di halaman Ma’had Walisongo, Kampus II IAIN Walisongo Semarang, belum lama ini.

Sang Pencerah Muslim

Ia  menjelaskan, ajaran ruwatan tidak sekedar dilestarikan saja, melainkan juga harus tamasyuk dibumikan. Hal itu sesuai dengan istilah KH Fadlan Musyafak selaku pengasuh Ma’had Walisongo ruwatan ialah harokatut tamasyuk bis tsaqafah wal hadloroh al Indonesiyah.

Sang Pencerah Muslim

Menanggapi kelompok yang mentafsirkan ruwatan sebagai bidah dholalah pihaknya menolak. "Keliru dan salah bila mengartikan istilah ruwatan sebagai bidah. Sebab bidah ada yang diperbolehkan dan dilarang dalam hukum syara’. Tamasyuk merupakan bidah khasanah yang harus dijaga dan dibumikan," beber suami Novia Kolopaking.

Ia mengajak Jamaah Maiyah yang hadir agar tidak memaknai ruwatan secara menyeluruh. Sebab lanjutnya suatu ajaran yang diturunkan dari langit ke bumi adalah sesuatu ketentuan, anjuran, perintah yang sudah baku dan permanen lebih dari itu ada pula ibadah atau kebaikan yang bermula dari bumi ke langit yang tidak ada dalil larangannya.

Bagian anjuran yang dibolehkan ajaran agama, kata penerima penghargaan Satyalancana kebudayaan tahun 2010 itu, ibadah dibagi menjadi 2 yang diperintahkan dan dilarang sesuai ketentuan Aluran. 

Pertama, ibadah melalui jalur vertikal antara makhluk dengan sang pencipta yang sudah tidak bisa ditawar dan menjadi ketentuan baku. Kedua, sambungnya ibadah melalui jalur horizontal, yakni hubungan ibadah dengan alam, sesama makhluk semisal ruwatan yang merupakan kebudayaan dari ajaran Islam yang patut dijalankan dan dijaga. 

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Syaiful Mustaqim

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim RMI NU, Kajian, Habib Sang Pencerah Muslim

Senin, 06 November 2017

Nusron: Presiden Akan Hadiri Kongres XV Ansor di Yogyakarta

Tangerang, Sang Pencerah Muslim. Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid, di Tangerang, Banten, menyatakan Presiden RI ke-7 Joko Widodo akan menghadiri Kongres XV GP Ansor di Ponpes Sunan Pandanaran, Yogyakarta, 25-28 November mendatang.

Nusron: Presiden Akan Hadiri Kongres XV Ansor di Yogyakarta (Sumber Gambar : Nu Online)
Nusron: Presiden Akan Hadiri Kongres XV Ansor di Yogyakarta (Sumber Gambar : Nu Online)

Nusron: Presiden Akan Hadiri Kongres XV Ansor di Yogyakarta

"Insya Allah beliau akan hadir kendati tidak saat pembukaan, namun di akhir kongres," ujar Kepala BNP2TKI itu pada kegiatan Pra Kongres XV Regional I (Sumatera, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat) Gerakan Pemuda Ansor, Sabtu (7/11).

Pembukaan kongres organisasi pemuda Nahdlatul Ulama (NU) ini, menurut dia, akan diisi dengan mujahadah. Rencananya bakal menghadirkan Habib Syech.

Sang Pencerah Muslim

Acara Pra Kongres bertema "Menjaga Keutuhan Bangsa Memperkuat Kedaulatan Negara dan Meluhurkan Nilai Kemanusiaan" itu mengundang 14  pimpinan wilayah dan 159 pimpinan cabang, dan merupakan kegiatan kedua. Kegiatan Pra Kongres pertama di Makkasar diikuti 86 pimpinan cabang dan 9 pimpinan wilayah, totalnya 95.

Sang Pencerah Muslim

Sabtu itu dibahas hal-hal yang berpotensi merepotkan di kongres. "Kita selesaikan hal yang akan menyulitkan di kongres hari ini agar kongres kita tidak semrawut. Kongres Ansor kita buat gayeng (semarak menyenangkan) saja, nanti ditutup dengan pagelaran wayang kulit," kata dia. (Gatot Arifianto/Mahbib)



Foto: Presiden RI Joko Widodo

Dari Nu Online: nu.or.id

Sang Pencerah Muslim Habib Sang Pencerah Muslim

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Sang Pencerah Muslim sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Sang Pencerah Muslim. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Sang Pencerah Muslim dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock